You are on page 1of 45

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pola kejadian penyakit saat ini telah mengalami perubahan yang ditandai

dengan transisi epidemiologi.Perubahan pola penyakit yang semula

didominasi oleh penyakit infeksi beralih pada pada penyakit tidak menular

(PTM).Perhatian dunia terhadap penyakit tidak menular semakin meningkat

seiring dengan peningkatan frekuensi kejadiannya.Dua dari sepuluh penyebab

utama kematian di dunia disebabkan oleh penyakit tidak menular, stroke dan

penyakit jantung iskemik bahkan menjadi penyebab kedua teratas baik di

negara maju maupun berkembang.1

Prevalensi PTM terbanyak pada tahun 2013 di Indonesia adalah hipertensi

sebesar 9,5% dari jumlah penduduk ≥15 tahun sebanyak 722.329 jiwa. Kedua

terbanyak PPOK sebesar 3,7% dari jumlah penduduk ≥30 tahun sebanyak

508.330 jiwa diikuti diabetes mellitus sebesar 2,1% dari jumlah penduduk

sebanyak 722.329 jiwa. 2

Hipertensi masih menjadi tantangan besar bagi indonesia, hal ini sesuai

dengan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 dimana hipertensi

menjadi masalah dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 26,5%.2 Sesuai

dengan data Dinas Kesehatan Makassar, hipertensi berada di urutan kedua

sebagai 10 Penyakit Utama Di Kota Makassar Tahun 2014 dengan jumlah

kasus yang berhasil didata sebanyak 64.051 kasus setelah Infeksi Saluran

1
Pernapasan Bagian Atas (ISPA) dengan jumlah kasus sebanyak 101.965

kasus.3Penyakit hipertensi juga masuk dalam daftar 10 jenis penyakit

penyebab kematian tertinggi di Kota Makassar Tahun 2014 pada urutan ketiga

sebagai penyakit yang banyak menyebabkan kematian.

Salah satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang

baru dikembangkan oleh Pemerintah sesuai dengan rekomendasi WHO agar

memusatkan penanggulangan PTM melalui tiga komponen utama, yaitu

surveilans faktor risiko, promosi kesehatan, dan pencegahan melalui inovasi

dan reformasi manajemen pelayanan kesehatan adalah pos pembinaan terpadu

penyakit tidak menular .3

Posbindu PTM merupakan suatu bentuk pelayanan yang melibatkan peran

serta masyarakat melalui upaya promotif-preventif untuk mendeteksi dan

mengendalikan secara dini keberadaan faktor risiko PTM secara terpadu yang

dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodic. Berdasarkan Data Dinas

Kesehatan Kota Makassar tahun 2016, distribusi Posbindu PTM untuk

wilayah makassar sebanyak 138 Posbindu yang tersebar di 46 wilayah kerja

puskesmas.4

Puskesmas Toddopuli merupakan puskesmas dengan jumlah 1 Posbindu

yang terletak di wilayah Kec. Panakukang Kelurahan Paropo di RW III.

Berdasarkan data dari Puskesmas Toddopuli Kota Makassar, jumlah penyakit

terbanyak pada triwulan pertama program posbindu adalah Hipertensi dengan

jumlah sebanyak 40 penderita.

2
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah pada

tutorial klinik ini adalah mengapa Hipertensi dapat menjadi penyakit

terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Toddopuli?

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor penyebabtingginya angka kejadian Hipertensi di

wilayah kerja Puskesmas Toddopuli tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatkanperansertamasyarakatdalampencegahandanpenemuandin

i faktor resiko hipertensi.

b. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai hipertensi di

wilayah kerja Posbindu Puskesmas Toddopuli.

C. Manfaat

1. Bagi Institusi

Dapat memperkaya khasanah dunia kerja melalui informasi yang diperoleh

dari lapangan sehingga dapat melakukan penyesuaian materi perkuliahan

terhadap tuntutan dunia kerja yang pada akhirnya dapat menghasilkan

dokter-dokter yang lebih kompetitif.

3
2. Bagi puskesmas

Dapat mengetahui tingginya angka kejadian Hipertensi di wilayah

kerjaPosbindu PTM Puskesmas Toddopuli tahun 2018 sehingga

diharapkan puskesmas dapat menindak lanjuti masalah tersebut.

3. Bagi Dokter Muda

Dokter muda dapat menambah pelajaran praktis klinis lapangan dan

membandingkan ilmu yang diperoleh dengan dunia kerja yang

sesunguhnya sehingga dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi

kompetisi pasca pendidikan.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Posbindu PTM

Posbindu PTM merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam kegiatan

deteksi dini, pemantauan dan tindak lanjut dini faktor risiko PTM secara

mandiri dan berkesinambungan. Kegiatan ini di kembangakan sebagai bentuk

kewaspadaan dini terhadap PTM karena sebagian besar faktor risiko PTM

pada awalnya tidak memberikan gejala.5

Kegiatan Posbindu bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan dini

masyarakat terhadap faktor risiko PTM melalui pemberdayaan dan peran serta

masyarakat dalam deteksi dini, pemantauan faktor risiko PTM dan tindak

lanjut dini, sehingga dampak yang fatal dari PTM dapat dihindari. Sasaran

kegiatan Posbindu PTM adalah kelompok masyarakat yang sehat, berisiko dan

penyandang PTM berusia ≥15 tahun.

Kegiatan Posbindu PTM dapat dilakukan di lingkungan tempat tinggal

dalam lingkup desa/kelurahan ataupun fasilitas publik lainnya seperti sekolah

dan perguruan tinggi, tempat kerja, tempat ibadah, pasar, tempat kos, terminal

dan lain sebagainya Pelaksana kegiatan Posbindu PTM adalah kader

kesehatan yang sudah terbentuk atau kelompok orang dalam

organisasi/lembaga/tempat kerja yang bersedia mengadakan kegiatan

Posbindu PTM yang dilatih secara khusus, dibina atau difasilitasi untuk

melakukan pemantauan faktor risiko PTM di masing-masing kelompok atau

organisasi tersebut berada.

5
Menurut Kemenkes RI (2014), klasifikasi Posbindu PTM adalah sebagai

berikut :

a. Posbindu PTM Dasar

Posbindu PTM dasar meliputi pemeriksaan deteksi dini faktor risiko yang

dilakukan dengan wawancara terarah melalui penggunaan instrumen atau

formulir untuk mengidentifikasi riwayat PTM dalam keluarga dan yang

telah diderita sebelumnya, pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar

perut, Indeks Massa Tubuh (IMT) , pemeriksaan tekanan darah serta

konseling.

b. Posbindu PTM Utama

Posbindu PTM Utama meliputi kegiatan Posbindu PTM Dasar ditambah

dengan pemeriksaan gula darah, kolesterol total, trigliserida, pengukuran

Arus Puncak Ekspirasi (APE), konseling dan pemeriksaan Inspeksi Visual

Asam asetat 14 (IVA) serta Clinical Breast Examination (CBE),

pemeriksaan kadar alkohol dalam darah dan tes amfetamin urin bagi

pengemudi, yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih (dokter, bidan,

perawat kesehatan/tenaga ahli teknologi laboratorium medik/lainnya).

Kemitraan dalam penyelenggaraan Posbindu PTM perlu diadakan mulai

pada tatanan desa/kelurahan seperti bermitra dengan forum desa/kelurahan

siaga untuk mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah setempat.

Selain itu kemitraan dengan pos kesehatan desa/ kelurahan, industri, dan

klinik swasta perlu dijalin guna terlaksananya kegiatan dan pengembangan

Posbindu. Kemitraan dengan pihak swasta lebih baik menggunakan pola

6
kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan melalui fasilitas

puskesmas. Dukungan dapat berupa sarana/prasarana lingkungan yang

kondusif untuk menjalankan pola hidup sehat misalnya fasilitas olah raga

atau sarana pejalan kaki yang aman dan sehat serta ruang terbuka hijau. 5

B. Tujuan, Sasaran dan Manfaat Posbindu PTM

Adapun tujuan dari penyelenggaraan Posbindu PTM yaitu untuk

meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan dini

faktor risiko PTM. Sasaran Posbindu PTM yaitu, kelompok masyarakat sehat,

berisiko dan penyandang PTM atau orang dewasa yang berumur 15 tahun

keatas.Pada orang sehat agar faktor risiko tetap terjaga dalam kondisi normal.

Pada orang dengan faktor risiko adalah mengembalikan kondisi berisiko ke

kondisi normal. Pada orang dengan penyandang PTM adalah mengendalikan

faktor risiko pada kondisi normal untuk mencegah timbulnya komplikasi

PTM.

Beberapa manfaat dibentuknya Posbindu PTM antara lain sebagi berikut :

1. Membudayakan gaya hidup sehat dengan berperilaku cek kondisi

kesehatan anda secara berkala, enyahkan asap rokok, rajin aktifitas fisik,

diet yang sehat dengan kalori seimbang, istirahat yang cukup, kelola stres

dalam lingkungan yang kondusif di rutinitas kehidupannya.

2. Mawas diri yaitu faktor risiko PTM yang kurang menimbulkan gejala

secara bersamaan dapat terdeteksi dan terkendali secara dini.

7
3. Metodologis dan bermakna secara klinis yakni kegiatan dapat

dipertanggung jawabkan secara medis dan dilaksanakan oleh kader khusus

dan bertanggung jawab yang telah mengikuti pelatihan metode deteksi dini

atau edukator PPTM.

4. Mudah dijangkau karena diselenggarakan di lingkungan tempat tinggal

masyarakat/ lingkungan tempat kerja dengan jadwal waktu yang

disepakati.

5. Murah karena dilakukan oleh masyarakat secara kolektif dengan biaya

yang disepakati/sesuai kemampuan masyarakat.

C. Langkah-Langkah Penyelenggaraan Posbindu PTM

1. Identifikasi Kelompok Potensial

Identifikasi merupakan kegiatan mencari, menemukan, mencatat data

mengenai kelompok-kelompok masyarakat potensial yang merupakan


5
sasaran atau subyek dalam pengembangan Posbindu PTM. Identifikasi

diperlukan untuk menyesuaikan kebutuhan dan ketersediaan sumber daya,

sehingga masyarakat dapat mandiri dan kegiatan Posbindu dapat

berlangsung secara berkesinambungan. Kelompok potensial merupakan

kelompok orang yang secara rutin berkumpul untuk melakukan kegiatan

bersama, yaitu antara lain karang taruna, Pemberdayaan Kesejahteraan

Keluarga (PKK)/dasawisma, pengajian, Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM), organisasi profesi, klub olah raga, koperasi dan kelompok

masyarakat di tempat kerja, perguruan tinggi, sekolah dan lain-lain.

8
Identifikasi dilakukan pada tingkat kabupaten sampai wilayah kerja

puskesmas. Informasi didapat dari kegiatan wawancara, pengamatan,

angket, partisipasi dan fokus diskusi kelompok terarah.5

2. Sosialisasi dan Advokasi

Sosialisasi dan advokasi dilakukan kepada kelompok potensial terpilih,

mereka diberi informasi tentang besarnya permasalahan PTM yang ada,

dampaknya bagi masyarakat dan dunia usaha, upaya pencegahan dan

pengendalian serta tujuan dan manfaat kegiatan deteksi dini dan

pemantauan faktor risiko PTM melalui Posbindu PTM. Kegiatan ini

dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat agar diperoleh

dukungan dan komitmen dalam menyelenggarakan Posbindu PTM.

Tindak lanjut dari advokasi adalah kesepakatan bersama berupa

penyelenggaraan kegiatan Posbindu PTM.5

3. Pelatihan Petugas Pelaksana Posbindu PTM

Pelatihan adalah kegiatan memberikan pengetahuan tentang PTM, faktor

risiko, dampak dan upaya yang diperlukan dalam pencegahan dan

pengendalian PTM, memberikan kemampuan dan keterampilan dalam

memantau faktor risiko PTM dan melakukan konseling serta tindak lanjut

lainnya.

Peserta pelatihan adalah calon kader pelaksana kegiatan Posbindu PTM,

setiap Posbindu PTM paling sedikit mempunyai lima kader dengan kriteria

mau dan mampu melakukan kegiatan Posbindu PTM, dapat membaca dan

menulis dan lebih utama berpendidikan minimal SLTA atau sederajat.

9
Peserta pelatihan maksimal 30 orang agar pelatihan berlangsung efektif,

jadi maksimal ada enam Posbindu PTM yang akan dilaksanakan oleh

kader. Waktu pelaksanaan pelatihan berlangsung selama 3 hari atau

disesuaikan dengan kondisi setempat dengan modul yang telah

dipersiapkan.

D. Tinjauan Umum Tentang Penyakit Tidak Menular

Penyakit tidak menular merupakan penyakit yang tidak memiliki tanda

klinis secara khusus sehingga menyebabkan seseorang tidak mengetahui dan

menyadari kondisi tersebut sejak permulaan perjalanan penyakit (Kemenkes

RI, 2014). Kondisi tersebut menyebabkan keterlambatan dalam penanganan

dan menimbulkan komplikasi PTM bahkan berakibat kematian. Beberapa

karakteristik PTM antara lain, ditemukan di negara industri maupun negara

berkembang, tidak ada rantai penularan, dapat berlangsung kronis, etiologi

atau penyebab tidak jelas, multikausal atau penyebabnya lebih dari satu,

diagnosis penyakit sulit, biaya mahal dan tidak muncul dipermukaan seperti

fenomena gunung es serta mortalitas dan morbiditasnya tinggi. PTM dapat

dicegah melalui pengendalian faktor risikonya dengan upaya promotif dan

preventif.6

10
E. Hipertensi

1. Definisi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi dimana

pembuluh darah terus-menerus menerima tekanan atau dorongan dari

darah itu sendiri. Semakin tinggi tekanan dalam pembuluh darah, maka

jantung akan lebih keras bekerja untuk memompa darah, sehingga jika

dibiarkan tidak terkendali maka tekanan darah yang tinggi dapat

menyebabkan komplikasi terhadap jantung itu sendiri seperti serangan

jantung, pembesaran jantung dan gagal jantung. Pembuluh darah yang

mengalami pelebaran akibat tekanan yang tinggi atau tekanan yang tinggi

tersebut menyebabkan adanya beberapa titik lemah sehingga pembuluh

darah menjadi lebih rapuh sehingga mudah untuk pecah. Aneurisma

pembuluh darah bisa menyebabkan bocornya pembuluh darah sehingga

darah keluar, contohnya aneurisma pembuluh darah di otak sehingga bisa

menyebabkan stroke hemoragik.7,8 Apabila terjadi peningkatan tekanan

darah diastolik atau sistolik yang tidak teratur atau terus menerus, biasanya

dimulai sebagai penyakit yang ringan, perlahan berkembang ke kondisi

yang parah atau sebaliknya.9

Istilah hipertensi digunakan untuk peningkatan tekanan darah sistolik atau

diastolik di atas nilai normal. Tekanan arteri disebut normal jika tekanan

sistolik < 120 mmHg ( tapi > 90 mmHg ) dan tekanan diastolik < 80

mmHg ( tapi > 60 mmHg ).10 Tekanan diastolik antara 80 sampai 89

mmHg dan tekanan sistolik antara 120 sampai 139 mmHg dianggap

11
sebagai prehipertensi.14 Disebut hipertensi jika tekanan darah sistolik >

139 mmHg dan tekanan darah diastolik > 89 mmHg. 11

2. Etiologi Hipertensi

Adapun beberapa faktor risiko hipertensi yaitu ada yang tidak dapat

dimodifikasi seperti genetik, umur, jenis kelamin, riwayat keluarga dan

yang dapat dimodifikasi yaitu antara lain, stress, obesitas, merokok,

asupan nutrisi, penggunaan minyak bekas, dan aktifitas fisik.

a. Faktor genetic

Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan

ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar

monozigot daripada heterozigot. Seseorang penderita yang mempunyai

sifat genetik hipertensi primer apabila dibiarkan secara alamiah tanpa

intervensi terapi, bersama lingkungannya akan menyebabkan

hipertensi berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan

timbul tanda dan gejala.

b. Umur

Beberapa penelitian yang dilakukan mendapatkan hasil bahwa semakin

tua usia seseorang maka semakin tinggi tekanan darahnya. Hal ini

disebabkan elastisitas dinding pembuluh darah semakin menurun

seiring bertambahnnya usia. Sebagian besar hipertensi terjadi pada usia

lebih dari 65 tahun. Sebelum usia 55 tahun tekanan darah pada laki-

laki lebih tinggi dari pada perempuan. Setelah usia 65 tahun tekanan

12
darah pada perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki. Dengan

demikian, risiko hipertensi bertambah seiring dengan bertambahnya

usia.

c. Jenis kelamin

Jenis kelamin mempunyai pengaruh penting dalam regulasi tekanan

darah. Sejumlah fakta menyatakan bahwa hormon seks mempengaruhi

sistim Reninangiotensin. Secara umum, tekanan darah pada laki-laki

lebih tinggi pada perempuan. Risiko hipertensi pada perempuan akan

meningkat setelah masa menopause yang menunjukan adanya

pengaruh hormon seks tersebut.

d. Riwayat keluarga

Dari hasil penelitan diungkapkan bahwa jika seseorang mempunyai

kedua orang tua atau salah satunya, mempunyai risiko lebih besar

untuk terkena hipertensi daripada orang yang kedua orang tuanya

normal (tidak menderita hipertensi). Adanya riwayat keluarga terhadap

hipertensi dan penyakit jantung secara signifikan akan meningkatkan

risiko terjadinya hipertensi pada perempuan dibawah 65 tahun dan

laki-laki dibawah 55 tahun.

e. Merokok

Merokok dapat meningkatkan beban kerja jantung dan menaikan

tekanan darah. Hasil penelitian menunjukan bahwa nikotin yang

terdapat dalam rokok dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam

pembuluh darah dan dapat menyebabkan pengapuran pada dinding

13
pembuluh darah. Nikotin bersifat toksin terhadap jaringan saraf yang

menyebabkan peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun

diastolik, denyut jantung bertambah, kontraksi otot jantung seperti

dipaksa, pemakaian oksigen bertambah, aliran darah pada koroner

meningkat dan vasokonstriksi pada pembuluh darah perifer.

f. Obesitas

Kelebihan lemak tubuh khususnya lemak di bagian perut, erat

kaitannya dengan hipertensi. Tingginya tekanan darah tergantung pada

besarnya penambahan berat badan. Akan tetapi tidak semua obesitas

akan terkena hipertensi. Tergantung pada individu masing-masing.

Peningkatan tekanan darah diatas nilai optimal yaitu > 120/80 mmHg

akan meningkatkan resiko terjadinya penyakit kardiovaskuler.

Penurunan berat badan sekitar 5 kg dapat menurunkan tekanan darah

secara signifikan.

g. Stress

Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui saraf

simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten.

Apabila stress berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian

tekanan darah yang menetap. Telah dilakukan percobaan dengan

menggunakan binatang percobaan dan didapatkan bahwa pajanan

terhadap stress menyebabkan binatang tersebut menjadi hipertensi.

14
4. Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Hipertensi primer atau hipertensi esensial hipertensi yang tidak

diketahui penyebab yang mendasarinya disebut sebagai hipertensi

primer (esensial atau idiopatik). Terdapat sekitar 90%-95% kasus.

Tabel 2.1. Klasifikasi hipertensi berdasarkan JNC 7

Tabel 2.2. Klasifikasi hipertensi berdasarkan JNC 8

15
b. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh masalah

primer lainnya. Sekitar 5-10% kasus hipertensi. Jenis hipertensi ini

diketahui penyebabnya dan sering dapat diobati.12

5. Gejala Klinis

Peningkatan tekanan darah kadang merupakan satu-satunya gejala

pada hipertensi esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan

darah. Untuk menentukan hipertensi yaitu menggunakan kriteria JNC 7.13

Gejala yang timbul dapat berbeda-beda. Kadang hipertensi esensial

berjalan tanpa gejala dan baru timbul keluhan setelah terjadi komplikasi

yang spesifik pada organ tertentu seperti ginjal, mata, otak dan jantung.

Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita hipertensi

mungkin tidak menunjukan gejala selama bertahun-tahun. Masa laten ini

menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ

yang bermakna. Apabila terdapat gejala biasanya bersifat spesifik,

misalnya sakit kepala atau pusing. Akan tetapi, pada penderita hipertensi

berat, biasanya akan timbul gejala antara lain :

a. Sakit kepala

b. Kelelahan

c. Mual dan muntah

d. Sesak nafas

e. Gelisah

f. Pandangan menjadi kabur

16
g. Mata berkunang-kunang

h. Mudah marah

i. Telinga berdengung

j. Sulit tidur

k. Rasa berat ditengkuk

l. Nyeri di daerah kepala bagian belakang

m. Nyeri di dada

n. Otot lemah

o. Pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki

p. Keringat berlebihan

q. Kulit nampak pucat atau kemerahan

r. Denyut jantung menjadi kuat, cepat atau tidak teratur

s. Impotensi

t. HematuriMimisan (jarang dilaporkan).14

Sebagian besar penderita hipertensi kadang tidak merasakan gejala.

Ada kesalahan pemikiran yang sering terjadi pada masyarakat bahwa

penderita hipertensi selalu merasakan gejala penyakit. Kenyataannya

justru sebagian besar penderita hipertensi tidak merasakan adanya gejala

penyakit. Hipertensi terkadang menimbulkan gejala seperti sakit kepala,

nafas pendek, pusing, nyeri dada, palpitasi, dan epistaksis. Gejala-gejala

tersebut berbahaya jika diabaikan, tetapi bukan merupakan tolak ukur

17
keparahan dari penyakit hipertensi, hal ini telah dijelaskan oleh WHO

tahun 2013.

6. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol kontraksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak dipusat vasomotor, pada medulla spinalis di otak. Pada pusat

vasomotor ini bermula jenis saraf simpatis yang berlanjut ke bawah korda

spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglion simpatis

dari torak dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam

bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui sistim saraf simpatis ke

ganglia simpatis. Pada saat ini neuro preganglion melepaskan asetilkolin

yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,

dimana dengan melepaskannya norepinefrin mengakibatkan kontriksi

pembuluh darah. Individu dengan hipertensi sangat sensitif

norepinevrinnya, meskipun tidak bisa diketahui mengapa hal ini bisa

terjadi. Pada saat bersamaan dimana saraf simpatis merangsang pembuluh

darah sebagai respon emosi kelenjar adrenal juga terangsang

mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal

mensekresi epinefrin yang mengakibatkan vasokonstriksi. Korteks adrenal

mensekresi kortisol dan steroid yang memperkuat respon vasokontriksi

pembuluh darah. Vasokontriksi yang menyebabkan angiotensin I yang

kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat yang

selanjutnya merangsang sekresi aldosteron oleh koteks adrenal. Hormon

18
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal menyebaban

peningkatan volume intravaskuker.15

Bagan 2.1: Patofisiologi Hipertensi

Na+depletion Angiotensinogen

Blood Volume Renin relase

Blood Pressure Angiotensin I

Catalyze Inhibit Angiotensin


-converting
Angiotensin-converting enzyme
enzyme
inhibitor
Angiotensin II

inhibit
Sartan

Aldosterone relase Na+retention

Blood Volume

Blood Pressure

7. Diagnosa Hipertensi dan Follow up

Berdasarkan kriteria diagnostik dari The Joint National Committee on

Prevention, Detection Evaluation and Treatment of Hight Blood Pressure,

seventh (JNC 7), seseorang akan dinyatakan menderita hipertensi jika

19
dalam tiga kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dengan

keadaan cukup istirahat atau dalam keadaan tenang didapatkan tekanan

darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan darah diastolik > 90 mmHg.13

Bagan 2.2 : Kriteria diagnostik berdasarkan JNC 817

Sumber :Joint G, Committee N. ANALISIS JNC 8 : Evidence-based Guideline Penanganan Pasien

Hipertensi Dewasa. 2016.

8. Pengobatan

Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah untuk menurunkan

tekanan darah yaitu < 140/90 mmHg dan untuk individu beresiko tinggi

20
seperti diabetes melitus, gagal ginjal target tekanan darah < 130/80

mmHg, menurunkan mortalitas dan morbiditas kardiovaskuler serta

menghambat laju penyakit ginjal proteinuria. Selain pengobatan terhadap

hipertensi, pengobatan terhadap faktor resiko atau kondisi penyerta

lainnya seperti diabetes melitus atau dislipidemia juga harus dilaksanakan

hingga mncapai target terapi masing-masing kondisi.

Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfarmokologis, terapi

farmokologis harus dilaksanakan oleh semua pasien hipertensi dengan

tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor-faktor risiko

serta penyakit penyerta lainnya.16 Terapi nonfarmakologis ini yang

dimaksud adalah modifikasi gaya hidup, dimana saran gaya hidup

direkomendasikan untuk semua pasien dengan atau tanpa hipertensi dan

terlepas dari terapi obat. Sebuah survei nasional pasien dewasa menghadiri

praktek umum menunjukkan bahwa sekitar 62,7% memiliki berat badan

lebih, 13,5% yang perokok, 23% mengkonsumsi alkohol dan hanya 43%

dari orang dewasa melakukan setidaknya 30 menit intensitas sedang

aktivitas fisik perhari. Padahal percobaan menggunakan modifikasi gaya

hidup intervensi pada pasien dengan hipertensi telah menunjukkan

penurunan tekanan darah dan penurunan dalam kejadian kardiovaskular

gabungan dan jumlah mortalitas yang menurun.13Dimana Terapi

nonfarmakologis yang dimaksud yaitu anatar lain:

a. Berhenti merokok. Walaupun hal ini sampai saat ini belum terbukti

berefek langsung dapat menurunkan tekanan darah, tetapi merokok

21
merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular, dan

pasien sebaiknya dianjurkan untuk berhenti merokok.

b. Menurunkan berat badan berlebih. Mengganti makanan tidak sehat

dengan memperbanyak asupan sayuran dan buah-buahan dapat

memberikan manfaat yang lebih selain penurunan tekanan darah,

seperti menghindari diabetes dan dislipidemia.

c. Mengurangi konsumsi alkohol berlebih. Walaupun konsumsi alkohol

belum menjadi pola hidup yang umum di Negara kita, namun

konsumsi alkohol semakin hari semakin meningkat seiring dengan

perkembangan pergaulan dan gaya hidup, terutama di kota besar.

Konsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per

hari pada wanita, dapat meningkatkan tekanan darah. Dengan

demikian membatasi atau menghentikan konsumsi alkohol sangat

membantu dalam penurunan tekanan darah.

d. Latihan fisik. Olah raga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 –

60 menit/ hari, minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong penurunan

tekanan darah. Terhadap pasien yang tidak memiliki waktu untuk

berolahraga secara khusus, sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk

berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam aktifitas

rutin mereka di tempat kerjanya.

e. Mengurangi asupan garam. Di negara kita, makanan tinggi garam dan

lemak merupakan makanan tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak

jarang pula pasien tidak menyadari kandungan garam pada makanan

22
cepat saji, makanan kaleng, daging olahan dan sebagainya. Tidak

jarang, diet rendah garam ini juga bermanfaat untuk mengurangi dosis

obat antihipertensi pada pasien hipertensi derajat ≥ 2. Dianjurkan

untuk asupan garam tidak melebihi 2 gr/ hari.

f. Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan

lemak.

Tabel 2.1. Lini Pertama Obat Antihipertensi

Sumber :York N, Health C, Corporation H. Adult Hypertension Clinical Practice Guidelines.

23
Tabel 2.2. Formulasi Obat Antihipertensi.18

Sumber :York N, Health C, Corporation H. Adult Hypertension Clinical Practice Guidelines.

Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap,

dan target tekanan darah dicapai secara progresif dalam beberapa minggu.

Dianjurkan untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja

panjang atau yang memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali

24
sehari. Pilihan apakah memulai terapi dengan satu jenis obat antihipertensi

atau dengan kombinasi tergantung pada tekanan darah awal dan ada

tidaknya komplikasi. Jika terapi dimualai dengan satu jenis obat dan dalam

dosis rendah, ataukah berpindah ke antihipertensi lain dengan dosis

rendah. Efek samping umumnya bisa dihindari dengan menggunakan dosis

rendah, baik tunggal maupun kombinasi. Sebagian besar pasien

memerlukan kombinasi obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan

darah, tetapi terapi kombinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan dan

menurunkan kepatuhan pasien karena jumlah obat yang harus diminum

bertambah. Ada beberapa kombinasi obat yang telah terbukti efektif dan

dapat ditoleransi pasien, yaitu :

a. Diuretiks dan ACEI atau ARB

b. CCB dan BB

c. CCB dan ACEI atau ARB

d. CCB dan diuretika

e. AB dan BB

f. Kadang diperlukan tiga atau empat kombinasi obat.

25
BAB III

GAMBARAN UMUM PUSKESMAS TODDOPULI

A. Gambaran Demografi Puskesmas

Puskesmas Toddupuli merupakan puskesmas baru yang merupakan

pengembangan dari Puskesmas Batua yang terletak di Jl. Toddupuli Raya

No.96 dan dipimpin oleh drg. Hj. Yayi Manggarsari, M.Kes. Dahulu

Puskesmas Toddupuli merupakan PUSTU (Puskesmas Pembantu) dari

Puskesmas Batua, dan akhirnya sekitar 6 November 2013 Pustu dari

Puskesmas Batua ini dijadikan puskesmas yang dinamakan Puskesmas

Toddopuli.

Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Toddopuli sebagai berikut.

1. Sebelah Utara : Kelurahan Panaikang

2. Sebelah Barat : Kecamatan Pandang/Karampuang

3. Sebelah Timur : Kecamatan Tello Baru Batua

4. Sebelah Selatan : Kelurahan Pandang/Borong

Pada waktu itu Puskesmas Toddopuli hanya memberikan pelayanan

kepada pasien rawat jalan dengan pegawai berjumlah enam orang, setelah

dikembangkan jadi Puskesmas jumlahnya bertambah menjadi 21 pegawai

yang terdiri dari 21 orang PNS dan 5 orang pegawai magang dengan luas

wilayah kerja kelurahan Paropo 1.170.138 M3 atau 117.138 Ha. Selain itu,

Puskesmas Toddopuli terdiri dari 10 RW dan 52 RT.

26
Kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Toddopuli di kelurahan

Paropo ada 8 RW, 8 Posyandu Bayi dan Balita, 1 Posyandu Lansia ditambah

dengan 1 Posbindu dilaksanakan setiap bulan dari tanggal 01 sampai tanggal

26 bulan berjalan dengan melakukan kegiatan-kegiatan diantaranya imunisasi,

penyuluhan kesehatan, pemantauan tumbuh kembang anak, pemeriksaan ibu

hamil, pengobatan penyakit dan pemberian makanan tambahan. Semua

kegiatan tersebut dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan untuk

masing-masing penanggung jawab kegiatan yang dilaksanakan oleh petugas

Puskesmas Toddopuli.

Adapun visi, misi, dan motto dari Puskesmas Toddopuli, adalah sebagai

berikut.

1) Visi

Menjadi Sentra Pelayanan Kesehatan Prima Terdepan.

2) Misi

a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia pada staf sebagai fasilitas

pelayanan kesehatan primer untuk memberikan pelayanan prima.

b. Meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas, baik Upaya Kesehatan

Perorangan (UKP), Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), dan

Manajerial.

c. Menggalang kemitraan dengan masyarakat dan lintas sektoral di

bidang kesehatan.

d. Mengembangkan program inovasi.

27
3) MOTTO

Puskesmas Toddopuli tulus melayani dengan profesional dan peduli.

4) Budaya Kerja

Ramah dan Sopan Santun

Bersikap ramah dan sopan santun terhadap pimpinan, staf, dan

pengunjung.

5) Tata Nilai

T :Tanggung Jawab

O : Optimis

D : Disiplin

D : Dedikasi

O : Objektif

P : Profesional

U : Ulet

L : Loyal

I : Inisiatif dan Inovatif

B. Keadaan Demografi

1. Luas wilayah : 1.94 km2

2. Jumlah KK : 3.816 KK

3. Jumlah penduduk : 16.476 orang

1. Laki-laki : 7.944 orang

2. Perempuan: 8.327 orang

28
C. Keadaan Sarana Wilayah Toddopuli

1. Jumlah Sarana Ibadah : 5, terdiri dari :

Mesjid : 5 buah

Gereja : 0 buah

2. Jumlah Sarana Pendidikan : 23, terdiri dari :

TK : 9 buah

SD/Sederajat : 7 buah

SMP/Sederajat : 2 buah

SMA/Sederaja : 5 buah

29
3. Jumlah Posyandu : 9, terdiri dari 8 Posyandu Bayi dan Balita serta 1

Posyandu Lansia dengan uraian sebagai berikut.

Posyandu Teratai I di Jl. Dirgantara

Posyandu Teratai II di Jl. BTN Paropo

Posyandu Teratai III di Jl.Paropo II

Posyandu Teratai IV di Jl. Paropo VIII

Posyandu Teratai V di Jl.Babussalam

Posyandu Teratai VI di Kompleks Paropo Indah

Posyandu Teratai VII A di Jl. Batua Raya VIII

Posyandu Teratai VII B di Jl. Batua Raya XII

Posyandu Teratai IX di Jl. Meranti

Termasuk di dalam Posyandu Bayi dan Balita adalah Posyandu I, II, III,

IV, V, VII A, VII B, dan Posyandu IX. Sedangkan Posyandu Lansia

berada di Posyandu VI.

4. Jumlah Posbindu : 4, terdiri dari:

Posbindu, di RW I, III, IV, dan V

5. Jumlah Sarana Olahraga

Lapangan tenis lokasi BLKI

Lapangan Bulu tangkis lokasi Dirgantara

Lapangan bola basket lokasi Filadelvia

D. Struktur Organisasi Puskesmas Toddopuli

1. Kepala Puskesmas : drg. Hj. Yayi Manggarsari, M,Kes.

30
2. Kepala Sub. Bagian Tata Usaha : Hj. Kurniati M, S.Sos

a. Umum : Syarifuddin , AMK

b. Kepegawaian : Rina Kasrini,AMK

c. Perlengkapan : Sumiati, AMK

d. Keuangan : Ariati, S.Kep, Ners

3. Unit Pelayanan Teknis Fungsional :

a. Upaya Kesehatan Masyarakat

1) Upaya Kesehatan Wajib

1. Promosi Kesehatan : Yuliana, Amd. Keb

2. Kesehatan Lingkungan : Zainuddin, S.KM

3. KIA dan KB : Ratih Puspita Ratu, Amd, Keb

4. Upaya Per. Gizi Masyarakat : Nurhaedah, AMD

5. Upaya P2P : Nurmawati T, S.Kep.Ns

2) Upaya Kesehatan Pengembangan

a) Upaya Kesehatan UKS : Syadriana Djafar, AMKG

b) Upaya Kesehatan Usila : Syarifuddin, AMK

c) Perawatan Kesehatan Masy : Syarifuddin, AMK

d) Upaya Kesehatan Kerja : Zainuddin, SKM

e) Upaya Kesehatan Gimul : drg. Nursyamsi

f) Upaya Kesehatan Olahraga : Kasmawati Anwar, S.Si, Apt

g) Upaya Kesehatan Mata : Sumiati, AMK

h) Upaya Kesehatan Telinga : Sumiati. AMK

i) Upaya Kes. Tradisional/Pem.Batra : Kasmawati Anwar, S.Si, Apt

31
j) Posbindu/ PTM : Syarifuddin, AMK

b. Upaya Kesehatan Perseorangan

Rawat Jalan

a) Kartu : Husniah

b) Poli Umum : dr. Hj. Adriani L,MM

dr. Syamsul Chandra

c) Poli TB dan Kusta : Nurmawati T, S.Kep.Ns

d) Poli Gigi : drg. Nursyamsi

e) Tindakan/UGD : Nurmawati T, S.Kep.Ns

f) Laboraturium : Nurlaila Tuanaya, SKM

g) Kamar Obat : Kasmawati Anwar, S.Si, Apt

Suartin Mar, S.Farm

4. Jaringan Pelayanan Puskesmas

Unit Puskesmas Keliling : Syarifuddin, AMK

E. Sumber Daya Manusia (SDM) Puskesmas Toddopuli

Jumlah dan jenis pegawai di Puskesmas Toddupuli adalah:

1. Kepala Puskesmas : 1 orang

2. Dokter Umum : 2 orang

3. Dokter Gigi : 1 orang

4. Ka. Tata Usaha : 1 orang

5. Penyuluh Kes : 0 orang

32
6. Perawat : 4 orang

7. Apoteker : 1 orang

8. Farmasi : 1 orang

9. Sanitarian : 1 orang

10. Bidan : 3 orang

11. Perawat Gigi : 1 orang

12. Laboratorium : 1 orang

13. Gizi : 1 orang

F. Jenis-Jenis Pelayanan Pasien Rawat Jalan Puskesmas Toddopuli

Jenis pelayanan yang diberikan puskesmas Toddopuli adalah sebagai berikut.

1. Program Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)

a. Poli Umum

b. Poli Gigi

c. Poli KIA dan KB

d. Poli TB, Kusta, dan Konseling HIV

e. Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)

f. Ruang Bersalin

g. Ruang Rawat Jalan Pasca Salin (One Day Care)

h. Imunisasi

i. Laboratorium

j. Apotek / Kamar Obat

k. Telemedicine EKG dan USG

33
l. UGD / Ruang Tindakan

m. Homecare 24 Jam

2. Program Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)

a. Program UKM Esensial

1) Upaya Promosi Kesehatan

2) Upaya Kesehatan Lingkungan

3) Upaya Kesehatan Ibu, Anak, dan Keluarga Berencana

4) Upaya Kesehatan Gizi

5) Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

b. Program UKM Pengembangan

1) Program UKGS / UKGM

2) Program Kesehatan Lansia

3) Program Kesehatan Jiwa

4) Program Kesehatan Tradisional

5) Program UKK

6) Program UKS dan Kesehatan PKPR

7) Program Kesehatan Indra

8) Program Kesehatan Olahraga

9) Perkesmas

3. Program Inovasi

a. Kawasan Tanpa Asap Merokok dengan Pojok UBM

b. Pemantauan Pengelolaan Makanan Lintas Sektor

4. Program Unggulan

34
a. Lorong Sehat

 Wilayah Kecamatan Panakukang Kelurahan Paropo di RW.07 A,

RT.A lorong 08 Makassar

 Jalan Batua Raya berdekatan dengan wilayah Kelurahan Tello

Baru dan Kelurahan Batua Kecamatan Manggala, RW.V, RT.I

Kelurahan Paropo

 Jalan Babussalam 2

b. Homecare

35
BAB IV

ANALISIS KASUS / MASALAH

Untuk tahap analisis kasus/masalah, terdapat beberapa tahapan untuk

mengetahui adanya masalah atau hambatan pada Puskesmas Toddopuli mengenai

penerapan Keluarga Sehat di wilayah kerja Puskesmas Toddopuli. Untuk

penyelesaiannya yaitu

Kriteria

 Kriteria A : Besar masalah (nilai 0-10)

 Kriteria B : Kegawatan masalah (nilai 1-5)

 Kriteria C : Kemudahan penanggulangan (nilai 1-5)

 Kriteria D : PEARL factor (nilai 0 atau 1)

A. Identifikasi Masalah

Proses Identifikasi masalah dilakukan berdasarkan laporan tahunan

Puskesmas Toddopuli tahun 2018 dan wawancara dengan kepala dan

penanggung jawab program-program di Puskesmas. Beberapa masalah di

Puskesmas Toddopuli yang ditemui antara lain :

1. Banyaknyajumlah penderita baru penyakit hipertensi di posbindu wilayah

kerja puskesmas toddopuli.

2. Bertambahnya angka kejadian penderita baru pada penyakit obesitas di

posbindu wilayah kerja puskesmas toddopuli.

36
3. Bertambahnya angka kejadian penderita baru pada penyakit diabetes

melitus di posbindu wilayah kerja puskesmas toddopuli.

Jumlah Penderita Jumlah Penderita Total

Penyakit Lama Baru Penderita

L P L P Penyakit

Hipertensi 12 11 8 9 40

Diabetes
3 - 6 - 9
Melitus

Obesitas 7 - 5 9 21

Sumber : Laporan Bulanan Posbindu wilayah kerja Puskesmas Toddopuli

B. Besar Masalah

Penilaian besar masalah dengan menggunakan interval rumus sebagai

berikut:

 Kelas N = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 3

= 1 + 3,3 (0,47)

= 2,551

=3

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ


 Interval =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠

37
40−9
=
3

= 10,333

Kriteria A : Besar Masalah

Besar Masalah terhadap angka kejadian

penyakit

Interval

No Masalah (Penyakit) 10,334 - Nilai


0 - 10,333 20,667 - 40
20,666

Nilai

3,33 6,66 10

1 Hipertensi √ 10

2 Diabetes Mellitus √ 3,33

3 Obesitas √ 6,66

C. Kegawatan Masalah

Merupakan hasil rata-rata pengambilan suara dari 5 anggota kelompok

mengenai 3 faktor tingkat kegawatan dengan bobot nilai :

38
Keganasan Skor Urgensi Skor Biaya Skor

Sangat 5 Sangat 5 Sangat 5

ganas mendesak murah

Ganas 4 Mendesak 4 murah 4

Cukup 3 Cukup 3 Cukup 3

berpengaruh mendesak murah

Kurang 2 Kurang 2 mahal 2

ganas mendesak

Cukup ganas 1 Tidak 1 Sangat 1

mendesak mahal

Kegawatan Masalah

No Masalah Keganasan Urgensi Biaya yang Nilai

dikeluarkan

1 Hipertensi 3,6 3 3 9,6

2 Diabetes Melitus 3,5 3 2,6 9,1

3 Obesitas 3,2 2 3 8,2

39
Kemudahan Penanggulangan

No Masalah Kemudahan

Penanggulangan

1 Hipertensi 3,5

2 Diabetes Mellitus 3

3 Obesitas 2.5

D. PEARL Factor

Terdiri dari beberapa faktor yang saling menetukan yaitu :

 Properti : Kesesuaian dengan program daerah/nasional/dunia

 Economy : Memenuhi syarat ekonomi untuk melaksanakannya

 Acceptability : Dapat diterima oleh petugas, masyarakat, dan

lembaga terkait

 Resources : Tersedianya sumber daya

 Legality : TIdak melanggar hukum dan etika

Skor yang digunakan diambil melalui 5 voting anggota kelompok

1 = Setuju

0 = Tidak Setuju

No Masalah P E A R L

1 Hipertensi 1 1 1 1 1

2 Diabetes 1 1 1 1 1

Mellitus

40
3 Obesitas 1 1 1 1 1

Penilaian Prioritas Masalah

Setelah Kriteria A,B,C dan D ditetapkan. Nilai tersebut dimasukkan ke dalam

rumus :

 Nilai Prioritas Dasar (NPD) = ( A+B) X C

 Nilai Prioritas Total ( NPT) = (A+B) X C X D

Jadi, adapun Besar Prioritas Masalah

Masalah NPD = NPT =


No A B C D
(Penyakit) ( A+B) X C ( A+B) X C X D

(10+9,6) x 3,5 = (10+9,6) x 3,5 x 1


1 Hipertensi 10 9,6 3,5 1
68,6 =68,6

(3,33 + 9,1) x 3 = (3,33 + 9,1) x 3 x


2 Diabetes Melitus 3,33 9,1 3 1
37,29 1 = 37,29

(6,66 + 8,2) x 2,5 (6,66 + 8,2) x 2,5


3 Obesitas 6,66 8,2 2,5 1
= 37,15 x 1 = 37,15

IDENTIFIKASI PENYEBAB MASALAH HIPERTENSI

Identifikasi Penyebab Masalah Hipertensi dengan Analisis Pendekatan

Sistem

41
KOMPONEN KEMUNGKINAN PENYEBAB

MASALAH

INPUT MAN Pengetahuan mengenai hipertensi masih

kurang

Pasien tidak control dan berobat teratur

MONEY Dana mencukupi untuk program hipertensi

MATERIAL Posbindu yang berada di wilayah kerja

Puskesmas Toddopuli tidak cukup

Masih kurangnya pemanfaatan media

informasi seperti poster, leaflet dan brosur

tentang hipertensi.

METODE Penyuluhan mengenai hipertensi masih

belum optimal

MARKETING Sosialisasi petugas kesehatan setiap bulan

LINGKUNGAN 1. Tingkat kepedulian dan kesadaran

masyarakat mengenai hipertensi yang

masih kurang.

2. Pola makan yang belum sesuai dengan

penyuluhan gizi

3. Aktivitas fisik dan olahraga tertaur

masih jarang dilakukan oleh penderita

hipertensi walaupun sudah adanya

senam atau kegiatan olahraga yang

42
difasilitasi oleh puskesmas.

PROSES P1 Tidak ada masalah

P2 Tidak ada masalah

P3 Tidak ada masalah

ANALISIS PENYEBAB MASALAH

A. Tingkat kepedulian dan kesadaran masyarakat mengenai Hipertensi yang

masih kurang.

B. Diet hipertensi, aktifitas fisik dan olahraga teratur masih jarang

diperhatikan

C. Kurangnya pemanfaatan media informasi tentang Hipertensi oleh Pasien

A B C Total

A A A 2

B B 1

C 0

Total Vertikal 0 0 0 3

Total
2 1 0 3
Horizontal

Total 2 1 0 3

43
Tabel Kumulatif

A 2 2/3 x 100% 66,67% 66,67%

B 1 1/3 x 100% 33,33% 100%

C 0 0/3x 100% 0 100%

Jumlah 10 100%

Berdasarkan nilai kumulatif untuk menyelesaikan suatu masalah yang

berupa rendahnnya cakupan belum mencapai 80%, diantaranya

adalah:

A. Tingkat kepedulian dan kesadaran masyarakat mengenai Hipertensi

yang masih kurang.

B. Diet hipertensi, aktifitas fisik dan olahraga tertaur masih jarang

diperhatikan

C. Kurangnya pemanfaatan media informasi tentang Hipertensi oleh pasien

RENCANA KEGIATAN :

A. Sosialisasi (pamflet / poster) yang disampaikan petugas pada masyarakat.

B. Bekerja sama dengan pemegang program dalam hal ini yaitu PTM,

PISPK, Prolanis, Promkes, Posbindu, Posyandu Lansia, dan Gizi

C. Pemeriksaan rutin pada penderita hipertensi untuk mendiagnosis dan

memberi tatalaksana secara cepat dan tepat.

44
Input
Kegiatan Output Keterangan
Man Money Material Method Marketing

Dapat
A 1 1 1 1 1 1
dilakukan

Dapat
B 1 1 1 1 1 1
dilakukan

Dapat
C 1 1 1 1 1 1
dilakukan

Berdasarkan criteria mutlak dan criteria keinginan, maka hanya 4 rencana

kegiatan di atas yang dapat dijadikan rencana kegiatan/Plan of Action (PoA),

yaitu :

1. Sosialisasi (pamflet / poster) yang disampaikan petugas pada masyarakat.

2. Bekerja sama dengan pemegang program dalam hal ini yaitu PTM,

PISPK, Prolanis, Promkes, Posbindu, Posyandu Lansia, dan Gizi

3. Pemeriksaan rutin pada penderita hipertensi untuk mendiagnosis dan

memberi tatalaksana secara cepat dan tepat.

45

You might also like