You are on page 1of 16

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pangsa energi fosil pada bauran energi Indonesia sangatlah besar yaitu
sebesar 95%, dimana 46,77% diantaranya merupakan minyak bumi, 24,19%
berasal dari gas bumi, dan 23,91% dari batu bara. Sedangkan pemanfaatan energi
baru terbarukan (EBT) baru sebesar 5,03%, padahal potensi EBT cukup besar
diantaranya bersumber dari Panas Bumi (Geothermal) sebesar 29GW, Biomassa
49GW, Tenaga Air 76GW, Energi Surya, dan Energi Angin yang ketersediaannya
menyebar diseluruh Indonesia (sumber: esdm.go.id).
Dengan demikian, paradigma pengelolaan energi di Indonesia kedepannya
harus diubah: (1) Kebutuhan energi harus efisien, (2) Meminimkan penggunaan
Energi Fosil, energi terbarukan dimaksmalkan sehingga menjadi supply energi
utama, (3) Memaksimalkan Energi terbarukan. Energi terbarukan yang
berkembang di Indonesia saat ini antara lain: (1)Wind Energy, (2) Solar Energy,
(3) Sea wav Energy, (4) Geothermal Energy, (5) Biomass Energy, dan (6)
microhidro.
Sampah yang identik dengan bau busuk tentu membawa dampak yang
negatif bagi lingkungan hidup. Misalnya bencana banjir, wabah penyakit dan
mengakibatkan polusi udara. Gas yang dihasilkan oleh sampah tersebut juga
berpotensi mengakibatkan lapisan ozon semakin menipis. TPA (Tempat
Pembuangan Akhir sampah) yang disediakan oleh pemerintah di kota-kota besar,
belum cukup untuk mengatasi masalah sampah. Hal itu dikarenakan volume
sampah akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya Jumlah penduduk.
Dari berbagai dampak negatif oleh sampah tersebut, ternyata terdapat sisi
positifnya. Sampah merupakan sebuah potensi biomassa yang dapat dikonversi
menjadi energi listrik. Fakta menunjukkan bahwa potensi pemanfaatan sampah kota
untuk pembangkit listrik di Indonesia sangatlah besar, total secara nasional sekitar
1.879,59MW (sumber:esdm.go.id). Sebagai contoh, potensi sampah dengan
penduduk di Fakfak dibuang dan dikelola di Tempat Pembuangan Sampah (TPS)
Imam Bonjol. Tidak kurang dari 48 meter kubik sampah kota atau setara dengan ±80
Ton per minggu sampah kota.
Banyak sekali peran pemanfaatan sampah menjadi energi listrik di
Indonesia ini, diantaranya adalah:
1. Sebagai upaya pelestarian Lingkungan, Mengurangi polusi udara yang
dihasilkan oleh sampah dan mitigasi emisi Gas Rumah Kaca secara
signifikan gas methana (CH4) dan Karbon Dioksida (CO2) sehingga
dapat berkontribusi terhadap pemanasan global;
2. Mereduksi resapan air lindi terhadap sumber air bersih;
3. Dapat dikembangkan di seluruh wilayah tanah air;
2

4. Berkontribusi dalam meningkatkan kebersihan dan kesehatan kota;


5. Diversifikasi, PLTSa bersama energi terbarukan lainnya sebagai solusi
menghadapi krisis energi, manfaat lain adalah untuk menanggulangi TPS
yang over;
6. Berkontribusi sebagai upaya penghematan sumber daya energi nasional.

Menindaklanjuti hal tersebut, Kementerian dan Sumber Daya Mineral telah


melalukan upaya untuk mendorong minat investor dalam Pembangkitan sampah
menjadi tenaga listrik. Berikut ini tabel harga jual listrik (Feed in Tariff) berbasis
sampah kota berdasarkan Permen ESDM 19 Tahun 2013.
No Energi Kapasitas Harga Pembelian Listrik
Pengelolaan Sampah Kota dengan teknologi Zero Waste *)
1 Tengangan Menengah s.d 10 MW Rp.1.450,- / kWh
2 Tegangan Rendah s.d 10 MW Rp.1.798,- / kWh
Pengelolaan Sampah Kota dengan teknologi Land Fill **)
1 Tengangan Menengah s.d 10 MW Rp.1.250,- / kWh
2 Tegangan Rendah s.d 10 MW Rp.1.598,- / kWh
Catatan:
*) Teknologi Zero Waste merupakan teknologi pengelolaan sampah sehingga
terjadi penurunan volume sampah yang signifikan melalui proses
terintegrasi dengan gasifikasi atau insenerasi
**) Teknologi Sanitary Landfill merupakan teknologi pengelolaan sampah dalam
satu kawasan tertentu yang terisolir sam

Dengan berbagai data yang ada menunjukkan bahwa sampah di Indonesia


memiliki potensi dan nilai jual yang tinggi bila bisa dimanfaatkan lagi. Perlunya
pembangunan teknologi pembangkit listrik tenaga sampah sangat dibutuhkan dalam
penghasilan listrik sebagai terobosan baru untuk mengurangi dampak dari sampah
yang telah mejalar di lingkungan. Pemerintah juga perlu memantau setiap daerah
dalam pengolahan sampah sehingga timbul saling ketergantungan antara pemerintah
pusat dan daerah. Banyaknya anggaran yang dibutuhkan untuk menanggulangi
sampah dan berbagai dampaknya hanya akan membuang-buang biaya. Dengan cara
memutar sampah menjadi bahan menjadi lebih berguna dapat memaksimalkannya
dalam bentuk energi listrik.
Uji coba yang telah dilakukan oleh PT Navigat Organic Energy Indonesia
(NOEI) ditahun 2009 telah menghasilkan energi listrik satu Megawatt (MW).
Indikator ini menjadi prospek negara Indonesia kedepannya dalam hal penyediaan
energi terbarukan (renewable energy). Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwasannya dasar pengelolaan sampah saat ini sudah semestinya mengedepankan
3

pada minimasi sampah dan pemanfaatan sampah sebagai sumber energi. Hal ini
didukung dengan fakta-fakta tentang jumlah sampah tersebut. Dengan demikian jalan
untuk mengimpelentasikan gagasan sangat berpeluang dan berpotensi.
Pemanfaatan sampah sebagai renewable energy merupakan langkah strategis
yang dilakukan oleh pemerintah indonesia mengingat jumlah sampah yang dihasilkan
oleh aktivitas masyarakat kian hari kian meningkat. Karya tulis ini berupa gagasan
untuk merumuskan peta strategis bagaimana upaya meng-optimalkan sampah
menjadi energi terbarukan alternatif mutakhir di Indonesia khususnya di Fakfak.

Tujuan Penulisan
Dari latar latar belakang tersebut maka tujuan dari Karya Tulis ini adalah
sebagai berikut:
1. Menggambarkan kondisi sampah di Indonesia ini, terutama di kota-kota besar;
2. Menyadarkan masyarakat untuk lebih ramah terhadap lingkungan, perilaku
masyarakat adalah varibel terpenting dalam menggapai keberhasilan
penanganan sampah. Sehingga perlu dukungan dari tingkat kesadaran
masyarakat;
3. Dengan diimplementasikan gagasan ini diharapkan membawa dampak yang
lebih baik dalam mengatasi permasalahan sampah yang melimpah di
Indonesia;
4. Sebagai solusi untuk mengoptimalkan pengolahan sampah menjadi energi
listrik;
5. Untuk menjawab tantangan dalam pengembangan pengolahan sampah
menjadi energi listrik diantaranya 1) Adanya subsidi BBM, 2) Tumpang
tindih lahan beberapa jenis energi seperti permasalahan masyarakat karena
sering kali dekat dengan pemukiman warga, 3) Kesulitan Pendanaan, 4) Harga
jual listrik, 5) pengembangan SDM dalam pengeolaan TPA sampah menjadi
sumber energi.

Manfaat Penulisan
Manfaat yang akan diperoleh ketika menerapkan program ini.
a. Bagi Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan sampah, bahwa
sampah bukan hanya sebagai benda yang tidak berguna namun dapat
ditransformasikan menjadi energi listrik. Dengan pengetahuan tersebut
diharapkan dapat menyadarkan masyarakat bila nantinya terdapat
permasalahan terkait tumpang tindih lahan.
b. Bagi Pemerintah
4

Program ini dapat membantu pemerintah sebagai solusi dalam mengatasi


bertambahnya jumlah sampah. Hal ini sejalan dengan UU sampah no 18 tahun
2008 tentang penanganan sampah dan UU tentang upaya minimalisasi
sampah. Selain itu juga dapat digunakan bahan masukkan, pertimbangan,
inspirasi pemerintah untuk mendukung pembangunan PLTSa sebagai salah
satu energi yang harus dimanfaatkan dan dikembangkan di indonesia.
Perlunya kebijakan-kebijakan yang dapat mendorong pengembangan
teknologi dapat dimunculkan.
c. Bagi Lingkungan
Optimalisasi pengelolaan TPA sampah menjadi Energi di Indonesia
membawa dampak positif bagi lingkungan hidup, TPA sampah yang identik
menggangu lingkungan telah diubah menjadi material energi listrik yang
tentunya bermanfaat bagi masyarakat. Sistem pembakaran sampah dirancang
sedemikian rupa sehingga hasil buang pengolahan tidak menjadi polusi.
d. Bagi Mahasiswa
Program ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian mahasiswa untuk
mengembangkan penelitian tentang pemanfaatan sampah sebagai sumber
energi listrik lebih lanjut.
e. Bagi Industri
Sebagai industri atau perusahaan dapat mengenal potensi-potensi yang
terdapat di Indonesia. Sebagai langkah awal dalam membangkitkan industri-
industri yang ada. Optimalisasi sampah sebagai sumber energi listrik sebagai
salah satu renewable energy dapat membantu pihak PLN sebagai pemasok
Energi listrik dalam skala nasional. Selain itu juga dapat mambantu
menanggulangi krisis energi listrik.
f. Bagi Ekonomi Nasional
Optimalisasi Pemanfaatan sampah sebagai penghasil energi listrik di
Indonesia ini juga bedampak pada ekonomi. Energi yang dihasilkan dari
sampah akan mampu mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan
menghemat penggunaan BBM dalam skala Nasional, sehingga dapat
dijadikan sebagai upaya penghematan devisa negara.

GAGASAN
Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan
Sampah yang identik dengan bau busuk tentu membawa dampak yang negatif
bagi lingkungan hidup. Misalnya bencana banjir, wabah penyakit dan mengakibatkan
polusi udara. Gas yang dihasilkan oleh sampah tersebut juga berpotensi
mengakibatkan lapisan ozon semakin menipis. TPA (Tempat Pembuangan Akhir
sampah) / Landfill sanitary yang disediakan oleh pemerintah di kota-kota besar,
5

belum cukup untuk mengatasi masalah sampah. Hal itu dikarenakan volume sampah
akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya Jumlah penduduk.

Gambar 1. Kondisi Tempat Pembuangan Akhir Sampah


(Sumber: Antaranews.com)
Gambar 1 (satu) Memperlihatkan kondisi TPA sampah yang sangat
memprihatinkan, keadaan di kota-kota besar di Indonesia diasumsikan serupa. Indonesia
sebagai negara berkembang ini berpotensi untuk mengembangkan (Waste to Energy) atau
lebih dikenal dengan PLTSa mengingat jumlah sampah di Indonesia begitu besar. Menurut
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyebutkan bahwa total sampah di
Indonesia pada tahun 2017 di 33 kota se-Indonesia mencapai 187,2 juta ton per tahun. Dari
total sampah yang terakumulasi setiap tahun, baru 6 hingga 7% di antaranya yang bisa
dikelola atau didaur ulang. “Tahun 2016 ada sekitar 65 juta ton sampah per harinya yang
diproduksi masyarakat Indonesia. Jumlah ini naik satu ton dibandingkan produksi 2015
sekitar 64 juta ton sampah perhari,” (Rabu (15/3/2017) di Palembang.). Sedangkan di
Faakfak setiap harinya memproduksi tidak kurang dari 48 meter kubik sampah atau setara
dengan ±80 ton. Direktur Perumahan dan Pemukiman Bappenas Nugroho, mengatakan,
volume sampah di Indonesia sekitar 1 juta meter kubik setiap hari, namun baru 42% di
antaranya yang terangkut dan diolah dengan baik.
Data Bank Dunia juga menyebutkan, dari total sampah yang dihasilkan secara
nasional, hanya 80% yang berhasil dikumpulkan. Sisa terbuang mencemari lingkungan.
Pencemaran lingkungan yang terjadi akan berdampak pada kesehatan penduduk sekitar.
Berbagai penyakit yang ditimbulkan seperti diare, penyakit kulit apabila pada ternak akan
muncul cacing pitae.
Sampai pada tahun 2018 ini jumlah sampah tersebut terus bertambah
diiringi dengan pengolahan yang masih belum optimal. Tentu saja tabel diatas
membuktikan bahwa permasalahan sampah dikota-kota besar dan metropolitan
sangatlah kompleks. Penaganan sampah di perkotaan masih cenderung tradisional
dan konvensional, yakni masih mengandalkan manusia sebagai pemeran utama.
Mulai dari pengumpulan sampah dibuang ke TPA tanpa upaya kreatif lainnya
sehingga sampah di TPA menumpuk dan mengalami kelebihan kapasitas. Disisi
6

lain kesadaran masyarakat perkotaan masih sangat lemah dalam memberlakukan


sampah, sehingga penanganan sampah di daerah perkotaan menjadi tak tertangani.
Kesadaran masyarakat yang rendah dapat diakibatkan beberapa faktor. Antara lain
lemahnya proses penyadaran dari pemerintah terkait persoalan sampah dan
kurangnya daya dukung terhadap penanggulangan sampah. Seperti sarana dan
prasarana, tenaga teknis, sampai TPA.
Pemerintah daerah seharusnya mengupayakan pengolahan sampah secara
berkelanjutan sehingga memiliki nilai tambah ekonomis. Kebijakan pemerintah
pusat dan daerah dalam hal pengelolaan sampah harus memiliki landasan yang
kuat. Hal tersebut dapat dilakukan meliputi (1) minimasi jumlah sampah, (2)
peningkatan daur ulang sampah, (3) meningkatkan sarana transportasi dan (4)
Mengubah sampah menjadi energi listrik yang berkelanjutan.

Solusi yang Pernah Ditawarkan atau Diterapkan Sebelumnya untuk


Memperbaiki Keadaan Pencetus Gagasan
Memperhatikan kondisi yang demikian, penanganan sampah di Indoensia
ini terus dilakukan dan dikembangkan, yakni dengan (1) Secara Landfill, (2)
Mengubahnya menjadi kompos, dan (3) Daur ulang sampah. Metode Landfill /
metode penimbunan dilakukan dikota-kota besar maupun di Fakfak sendiri metode
ini akan menimbulkan masalah lingkungan apabila tidak ada penanganan yang
berkelanjutan, sehingga metode ini tidak sesuai. Mengubah sampah menjadi
kompos juga belum sesuai apabila diterapkan dalam skala besar, yang menjadi
masalah bahwa tidak semua sampah dapat dijadikan kompos, terutama sampah
plastik dan sampah bahan bahaya beracun. Daur ulang sampah dalam skala besar
juga kurang optimal, pasalnya kebanyakan produk dari perusahaan tidak dapat
didaur ulang apabila sudah tidak terpakai lagi. Sehingga sampah akan sulit terurai,
yang pada akhirnya mengakibatkan dampak negatif pada lingkungan.
Di negara-negara maju dan berkembang seperti japan, korea, jerman, swiss,
malaysia dan perancis, pengelolaan tidak hanya mengatasi bau busuk saja,
melainkan sudah mampu mengubah sampah menjadi energi listrik. sedangkan di
Indonesia, PT Navigat Organic Energy Indonesia (NOEI) ditahun 2009
mengujicoba pembangkit tenaga sampah dan telah menghasilkan energi listrik satu
Megawatt (MW). Hal ini menjadi indikator baik bagi negara Indonesia untuk
kedepannya dalam hal penyediaan energi listrik. Kurangnya dana operasional dan
dukungan pihak lain menjadi kendala dalam pengembanganya, sehingga belum
diterapkan secara optimal di kota-kota besar Indonesia. Di daerah Bali baru
dilakukan di daerah (1) Denpasar, (2) Badung, (3) Gianyar dan, (4)Tabanan.
Terkait dengan model pengolahan sampah menjadi energi listrik, ada
banyak macam dan telah diterapkan di negara-negara maju. Salah satu contohnya
7

adalah incineration yakni proses pembakaran dan kemudian ditransformasikan


menjadi energi listrik melalui generator. Di tahun 2008, Ir. Mamat dari Lembaga
Peneltian Indonesia telah mengembangkan alat pembakar sampah ramah
lingkungan. Alat pembakar ini adalah insinerator yang telah disempurnakan, dapat
beroperasi stabil pada suhu 750°C - 900°C dengan proses pembakaran sampah tiga
tahapan. 1) Proses Penguapan Air, 2) Proses gasifikasi, 3) Proses pembakaran
sampah menjadi abu dengan efisiensi mencapai 99,97% sehingga emisi gas
buangnya memenuhi standar baku mutu lingkungan. Namun pembakar sampah
skala domestik ini masih belum dimanfaatkan menjadi energi listrik.

Gagasan yang Diajukan


Berbagai upaya untuk mengatasi problem sampah secara tuntas dengan
waktu yang efisien telah dilakukan, yakni pendauran ulang sampah dan
pengubahan sampah menjadi pupuk organik. Metode lain yang telah diupayakan di
Indonesia ini adalah dengan mengubahnya menjadi sumber energi listrik, seperti
yang dilakukan oleh negara-negara maju lainnya misalnya saja jerman, jepang,
spanyol, malaysia dll.
Dengan demikian, paradigma pengelolaan energi di Indonesia kedepannya
harus diubah: (1) Kebutuhan energi harus efisien, (2) Meminimkan penggunaan
Energi Fosil, energi terbarukan dimaksmalkan sehingga menjadi supply energi
utama, (3) Memaksimalkan Energi terbarukan. Energi terbarukan yang
berkembang di Indonesia saat ini antara lain: (1)Wind Energy, (2) Solar Energy,
(3) Sea wav Energy, (4) Geothermal Energy, (5) Biomass Energy, (6) microhidro,
dan yang saat ini sedang diperhatikan adalah waste Energy. Potensi PLTSa
berbeluang besar apabila dikembangkan di Indonesia, pasalnya sampah di
Indonesia begitu besar dan akan terus bertambah. Banyak sekali peran
pemanfaatan sampah menjadi energi listrik di Indonesia ini, diantaranya adalah:
1. Diversifikasi, PLTSa bersama energi terbarukan lainnya sebagai solusi
menghadapi krisis energi, manfaat lain adalah untuk menanggulangi TPA
sampah yang over;
2. Konservasi, PLTSa sebagai penghematan sumber daya energi nasional;
3. Upaya pelestarian Lingkungan, Mengurangi polusi udara yang dihasilkan
oleh sampah dan mitigasi emisi Gas Rumah Kaca secara signifikan.
Pengembangan mesin pembakar sampah domestik ramah lingkungan yang
ditemukan oleh Ir. Mamat tersebut sangat berpotensi bila dikembangkan dalam
bentuk sistem pembangkit, yakni penambahan turbin dan generator. Selain itu alat
tersebut di gunakan di kota-kota besar di Indonesia untuk berbagai jenis sampah
baik organik dan anorganik.
8

Sebelum melangkah lebih jauh bagaimana proses pengolahannya, akan


dijelaskan terlebih dahulu tentang pembagian jenis sampah. Sampah terdiri dari
berbagai jenis. Sampah dibedakan menjadi sampah organik atau anorganik.
Sampah organik merupakan sampah yang dihasilkan oleh makhluk hidup. Sampah
ini bisa diuraikan secara alami. Seperti kulit buah, daun pohon, bangkai hewan.
Sedangkan sampah anorganik dihasilkan oleh aktivitas manusia dari
sumber daya alam yang telah diolah menjadi suatu bentuk tertentu. Seperti kaleng
alumunium, botol kaca. Berikut ini adalah skema blok proses pengolahan sampah
berbagai jenis menjadi energi listrik dan penjelasan konsepnya:

Gambar 2. Bagan Proses Konversi Energi Sampah Menjadi Listrik

1. Pemilahan sampah
Sampah dipilah untuk memanfaatkan sampah yang masih dapat di daur
ulang. Pemilahan sampah sesuai dengan kebutuhan PLTSa, sampah
kemudian disimpan didalam bunker yang menggunakan teknologi RDF
(Refused Derived Fuel). Teknologi RDF ini berguna dalam mengubah
limbah sampah menjadi padatan sehingga mempunyai nilai panas yang
lebih tinggi. Penyimpanan dilakukan hingga kadar air tinggal 45 % yang
kemudian dilanjutkan dengan pembakaran.
2. Pembakaran sampah
Setelah kadar air berkurang tinggal 45%, sampah akan dimasukan ke dalam
tungku pembakaran. Pembakaran sampah menggunakan teknologi
pembakaran yang memungkinkan berjalan efektif dan aman bagi
lingkungan. Suhu pembakaran dipertahankan dalam derajat pembakaran
yang tinggi. Asap yang keluar dari pembakaran juga dikendalikan untuk
dapat sesuai dengan standar baku mutu emisi gas buang. Dari pembakaran
9

ini akan menghasilkan energi listrik dan memperkecil volume sampah. Sisa
pembakaran akan menjadi abu dan arang yang volumenya 5% dari jumlah
sampah sebelumnya. Abu sisa pembakaran ini dapat dimanfaatkan untuk
bahan baku bangunan atau membuat timbunan tanah.
3. Menghasilkan Energi Listrik
Hasil pembakaran sampah akan menghasilkan panas yang dapat
dimanfaatkan untuk memanaskan boiler. Uap panas yang dihasilkan
digunakan untuk memutar turbin yang dihubungkan dengan generator.
Generator yang berputar akan menghasilkan tenaga listrik yang . Uap yang
melewati turbin akan kehilangan panas dan disalurkan ke boiler lagi untuk
dipanaskan , demikian seterusnya.

Berikut ini merupakan proses pengolahan berbagai jenis limbah dari


sampah, dibedakan menjadi tiga, yaitu limbah padat, cair dan gas.
1. Limbah padat
Sisa pembakaran abu dan debu terbang sebesar 20% dari berat semula akan
diuji kandungannya apakah mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) atau tidak, di laboratorium. Jika tidak mengandung B3, dapat
dijadikan sebagai bahan baku bangunan seperti batako. Namun jika
mengandung B3, akan diproses dengan teknologi tertentu sesuai ketentuan
yang berlaku. Untuk menampung abu ini, di lokasi PLTSa akan dibuat
penampungan abu yang mampu menampung abu untuk pemrosesan lebih
lanjut.
2. Limbah cair
Pada kegiatan penirisan sampah akan menghasilkan lindi dan bau. Lindi
akan ditampung kemudian diolah sampai pada tingkat tertentu. Sedangkan
bau yang ditimbulkan berada dalam bunker bertekanan negatif sehingga
tidak akan keluar tetapi tersedot dalam tungku pembakaran sehingga tidak
menimbulkan bau sampah.
3. Limbah gas
Sampah yang belum mengalami proses akan mengeluarkan bau yang tidak
sedap saat pengangkutan maupun penumpukkan, hal ini akan mengganggu
kenyamanan penduduk sekitar. Untuk menghindari hal tersebut, diperlukan
jalan tersendiri ke lokasi PLTSa, dan di sekeliling bagunan PLTSa akan
ditanami pohon sehingga membentuk greenbelt (sabuk hijau). Sedangkan
sisa gas buang akan diproses melalui pengolahan yang terdiri dari : Gas
buang hasil pembakaran akan disemprot dengan air untuk menurunkan
temperatur gas dengan cepat guna mencegah dioxin terbentuk kembali dan
menangkap zat pencemar udara yang larut dalam air seperti NOx, Sox,
10

HCL, abu, debu, dan partikulat. Kemudian gas yang akan dilakukan pada
reaktor akan ditambahkan CaO sebanyak 12 kg/ton sampah untuk
menghilangkan gas-gas asam, Sox< HCL, H2S, VOC, HAP, debu dan
partikulat. Pada saat gas keluar dari reaktor, pada gas akan disemburkan
karbon aktif sebanyak 1 kg/ton sampah, bertujuan menyerap uap merkuri,
dioksin, CO. Kemudian gas akan dialirkan ke Bag Filler dengan tujuan
menyaring partikel PM10 dan PM 2,5. Terakhir, gas buang akan
dilepaskan ke udara melalui cerobong dengan ketinggian sekitar kurang
lebih 75 meter.
Pihak-Pihak yang Membantu Mengimplementasikan Gagasan
Beberapa komponen pendukung harus mulai direncanakan mengingat pentingnya
pengelolaan sampah menjadi energi listrik. Pihak-pihak tersebut dengan fungsinya
masing-masing akan dideskripsikan sebagai berikut:
Tabel 2. Pihak-pihak yang membantu mengimplementasikan gagasan
ISU INFRASTRUKTUR PIHAK TERKAIT
Tim Nasional Persiapan Pembangunan Kemeneg BUMN, Deperin, Bappenas,
PLTSa Kemeneg Ristek Dep. ESDM, Dep.PU
Program Energi Sampah Nasional Perusahaan Pembangkit Energi terkait
UU Tenaga Listrik Sampah Pemerintah & DPR-RI
Institusi Pendidikan dan Latihan Depdiknas
Kajian Ekonomi Perusahaan Pembangkit Energi terkait
Kajian Pendanaan Perusahaan Pembangkit Energi terkait
Informasi dan edukasi public Kemenek Ristek, DESDM
Pengembangan jaringan listrik PT PLN ( Persero)
Transportasi Dep Hub
Kajian Lingkungan Kemeneg LH
Penawaran Evaluasi dan Seleksi Pemasok operator PLN
Perizinan BAPETEN
Rekayasa Industri Nasional
Manajemen dan Proyek dan Komisioning Operator PLN
Pasokan bahan bakar Sampah operator PLN
Pengelolaan limbah sampah operator PLN
Perluasan arena TPA sampah Pemerintah Daerah

Langkah-langkah Strategis yang Harus Di Lakukan Untuk


Mengimplementasikan Gagasan
Langkah yang Harus Dilakukan untuk Mengimplementasikan Gagasan.
Berdasarkan pihak-pihak yang terlibat dalam pengimplementasian gagasan seperti
11

yang telah diuraikan di atas, maka diperlukan langkah-langkah yang harus


dilakukan agar pengimplementasian gagasan tersebut dapat terwujud. Langkah-
langkah yang harus dilakukan untuk mengimplementasikan gagasan ini adalah
sebagai berikut:
1. Penempatan Subsidi BBM Melalui Kebijakan Pemerintah
Berbagai macam cara sudah menjadi wacana tetapi masih terdapat
pro dan kontra. Salah satu wacana adalah pembatasan BBM untuk
kapasitas 1500cc keatas yang berpelat hitam tidak mendapatkan subsidi
BBM. Subsidi BBM sudah menjadi masalah tersendiri bagi bangsa ini.
Dikarenakan ketergantungan pada satu energi saja yaitu energi fosil. Dan
masih belum tepatnya target yang telah diwacanakan dengan kondisi
lapangan yang ada. Sehingga hasil yang dimunculkan seakan membuang-
buang biaya. Padahal sampah merupakan hal yang perlu ditangani juga.
Ditambah dengan harga minyak yang sering berganti-ganti maka untuk
biaya produksi listrik menggunakan minyak menjadi lebih mahal berada
pada kisaran Rp. 1.100 per kilo watt (KWH).
2. Mengkaji Ulang Anggaran Terhadap Sampah
Anggaran untuk pengolahan sampah bergantung pada daerah
masing-masing. Daerah perkotaan misalnya disurabaya menganggarkan
sebesar 4 milyar pertahun atau Rp 191.000 , dengan kira -kira 1200 ton
perhari sampah yang dihasilkan. Sampah yang dihasilkan berupa Sampah
Organik dan Sampah anorganik. Dalam proses perubahan sampah menjadi
energi ini dibutuhkan pembakaran untuk mengahancurkan sampah.
Sampah akan hancur menjadi gas yang akan dimanfaatkan menjadi energi
listrik. Sedangkan sisa-sisanya dapat dijadikan arang ataupun penutup
sampah pada landfill.
Untuk pembangkit dengan menggunakan pembakaran akan
menggunakan lahan yang relatif kecil dan dapat dibangun di dekat industri.
Besarnya dana yang dialokasikan untuk pembiayaan dalam pengolahan
sampah bergantung pada APBD sedangkan untuk pembangunan sebuah
pembangkit adalah dengan menggunakan lelang. Tahapan lelang akan
cukup lama karena ada beberapa tahap yang harus diproses seperti
administrasi dan menyiapkan berkas-berkas yang dibutuhkan. Selain itu
juga dibutuhkan investor dari perusahaan asing.
Perlunya pembangkit listrik ini juga disebabkan proses pengolahan
sampah yang dilakukan oleh pihak setempat menuai berbagai masalah
dilingkungan sekitar TPA dikarenakan volume trus bertambah sedangkan
TPA masih tetap kapasitasnya. Berbagai kendala yang telah ada ditambah
lagi dengan kendala yang ada dimasyarakat. Kendala yang ada
12

dimasyarakat tentunya akan berkaitan dengan masalah lahan dan SDM


yang ada disekitar lokasi pembangunan pembangkit listrik khususnya TPA.
Lahan yang dibutuhkan untuk pembangunan tentunya jauh dari lingkungan
umum. Hal itu dilakukan apabila memunculkan dampak negatif hanya
beredar dilingkungan pembangkit listrik tanpa membuat panik warga.
3. Melakukan Pengembangan dan Riset
Banyak kendala-kendala yang dihadapi dalam pembangunan
PLTSa. Kelayakan tempat dan faktor lingkungan yang menghambat
pembangunan sering kali menghiasi wacana-wacana pemerintah. Khususnya
dalam pembangunan.
4. Upaya Hemat Energi
Energy listrik merupakan kebutuhan yang paling dicari oleh masyarakat.
Berbagai aktivitas saat ini memerlukan alat kebanyakan menggunakan
energy listrik. Energy listrik yang disediakan oleh PLN bermacam-macam
biaya yang dikenakannya sesuai dengan daya yang digunakan.
Tabel 3. Variasi Biaya Tarif PLN
No Daya Biaya Beban (Rp/kWh) Pra Bayar (Rp/kWh)
1 450 VA 11.000 415
2 900 VA 20.000 605

Menurut direktu PLN konsumsi listrik paling signifikan terdapat


dikeperluan rumah tangga. Itu diperjelas dengan banyaknya barang
elektronik yang ada membuat konsumsi listrik juga ikut melonjak.
Konsumsi listrik yang besar adalah kelas 2.200 dan 1.300. Barang
elektronik yang berupa kulkas dan AC merupakan penyebab utamanya.
Aktivitas yang menggunakan AC 24 jam dan kulkas yang terus menyala
membuat kata-kata “Mari hidup berhemat” menjadi tidak dianggap.
Padahal subsidi yang dilakukan PLN untuk meringankan beban
masyarakat tetapi berujung boros terhadap masyarakat sendiri.

Di sisi lain PLN juga menggunakan tarif pra bayar juga mendapat
respon baik dari sebagaian kalangan. Penggunaan tarif pra bayar
diwujudkan agar masyarakat dapat berhemat sendiri dengan mengira
berapa kWh untuk keperluan setiap sehari.
5. Optimalisasi SDM untuk Pembangunan Teknologi Tepat Guna
Sumber daya manusia (SDM) sangat berpengaruh terhadap proses
berkembangnya untuk berjalan kedepan suatu industri. Apabila penduduk
sekitar memiliki angka pendidikan yang tinggi ditambah lagi beberapa ahli
13

bisa ikut dalam pengembangan Pembangkit listrik tenaga sampah ini akan
memiliki kontribusi terhadap masyarakat disekitarnya.
Dengan adanya UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
maka diperlukan model pengelolaan sampah yang baik dan tepat untuk
dikembangkan sehingga kualitas kesehatan, kualitas lingkungan dapat
ditingkatkan serta sampah dapat menjadi sumberdaya yang dapat
dimanfaatkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat luas. Sangat
mendukung dibangunnya pembangkit listrik tenaga sampah.
Pengolahan sampah yang membutuhkan SDM yang berkualitas.
dengan memilah-milah sampah yang telah ada untuk menghasilkan
energy optimal atau “sesuatu” yang lebih bermanfaat. Seperti pupuk,
kompos yang akan menghasilkan CH4. Pengolahan lebih lanjut juga
memerlukan SDM untuk membuat sisa-sisa pembakaran menjadi arang
atau grafit. Perlunya teknologi sebagai pembantu mengoptimalkan SDM
untuk meneliti lebih lanjut tentang berbagai potensi yang dihasilkan oleh
sampah.
6. Dorongan untuk Sosialisasi PLTSa
Partisipasi pemerintah sangat dibutuhkan didalam masyarakat.
Dikarenakan berbagai kendala yang telah dialami oleh sebagaian besar
TPA yang telah ada merupakan bentuk kekecewaan masyarakat terhadap
peran pemerintah khususnya pemerintah daerah. Pembangunan PLTSA ini
akan mendapat pro dan kontra oleh masyarakat seperti pembangunan TPA
yang pada dasarnya kurangnya informasi yang beredar serta manfaat-
manfaat yang dapat diambil dari pembangunan PLTSA itu sendiri.
Sosialisasi secara bertahap mulai dari manfaat adanya PLTSA, jaminan
kesejahteraan berupa penerimaan pekerja dari lingkungan sekitar serta
jaminan lingkungan yang bersih merupakan terobosan yang perlu
dilakukan sejak dini.

KESIMPULAN
Gagasan yang Diajukan
Dengan berbagai data yang ada menunjukkan bahwa sampah di Indonesia
memiliki potensi dan nilai jual yang tinggi bila bisa dimanfaatkan lagi. Perlunya
pembangunan teknologi pembangkit listrik tenaga sampah sangat dibutuhkan
dalam penghasilan listrik sebagai terobosan baru untuk mengurangi dampak dari
sampah yang telah mejalar di lingkungan. Pemerintah juga perlu memantau setiap
daerah dalam pengolahan sampah sehingga timbul saling ketergantungan antara
pemerintah pusat dan daerah. Banyaknya anggaran yang dibutuhkan untuk
menanggulangi sampah dan berbagai dampaknya hanya akan membuang-buang
14

biaya. Dengan cara memutar sampah menjadi bahan menjadi lebih berguna dapat
memaksimalkannya dalam bentuk energi listrik.
Teknik Implementasi
Pemerintah dan masyarakat diharapkan mampu untuk saling berpartisipasi
untuk mewujudkan indonesia yang bersih bebas dari sampah. Sehingga kesehatan
dan kesejahteraan dapat dicapai. Dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan program tersebut melibatkan dinas instansi terkait. Untuk menunjang
keberhasilan program pengelolaan sampah yang berdaya guna bagi Indonesia,
perlu pendanaan dari pihak-pihak terkait. Tentu saja dilakukan sesuai dengan
prosedur dan aturan yang berlaku.
Untuk mendorong potensi-potensi yang telah ada pemerintah perlu
menggali juga potensi-potensi yang ada dikalangan mahasiswa/mahasiswi, para
pengajar dan siswa-siswi. Dorongan ini perlu dilakukan untuk memulai
membangkitkan semangat untuk membuat terobosan teknologi yang tepat guna.
Memberikan pembelajaran kepada masyarakat tentang tata cara daur ulang,
mengolah, mengurangi sampah sangatlah penting. Hal itu dapat mengurangi
tingkat konsumtif masyarakat terhadap berbagai jenis sampah. Seperti plastik,
botol, kaleng.
Teknik terakhir yang dilakukan untuk mengimplementasikan gagasan
pada karya tulis ini adalah dengan mengirim artikel tentang potensi pengolahan
sampah menjadi sumber energi listrik dan teknik optimalisasi ke berbagai media
massa dan internet seperti koran, majalah, koran online, forum diskusi, dll
sehingga masyarakat dapat dengan mudah mendapat informasi media tentang
PLTSa. Hal tersebut membuat masyarakat mempelajarinya lebih dalam dan tidak
terprofokasi terhadap berita-berita yang beredar.
Prediksi Hasil yang Diperoleh Melalui Gagasan yang Diajukan
Melalui gagasan ini diharapakan dapat memberikan dampak positif dan
menangkal dampak negatif . Keberhasilan dari keseluruhan gagasan ini nantinya
ditentukan oleh seberapa besar peran pemerintah dalam pengelolaan sampah
menjadi energi listrik sebagai renewable energy yang potensial dan ramah
lingkungan. Dengan demikian Pengembangan teknologi sebagai alat untuk PLTSa
harus diteliti dan dikaji ulang secepatnya agar manfaat dapat segera dirasakan oleh
masyarakat.
15

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012a. Setahun sampah volume sampah diindonesia setara dengan 122
gelora bung karno.
Di (http://www.suarapembaruan.com/home/setahun-volume-sampah-di-
indonesia-setara-dengan-122-gelora-bung-karno/21707) , (diposkan pada 26
juni 2012) (Diakses pada 29 Mei 2017)

Baras, Ahmad. 2011b. Pengolahan Sampah untuk Daya Listrik. Diakses di

Di (http://www.alpensteel.com / article / 56-110 – energi – sampah – pltsa /


2602--pengolahan-sampah-untuk-daya-listrik.html). (pada 15 Maret 2013)
(Diakses pada 29 Mei 2017)

Damanhuri,Enri. 2010c. Permasalahan Dan Alternatif Teknologi


Pengelolaan Sampah Kota di Indonesia. Prosding Seminar Teknologi ITB.
Vol.I, hal:394 –400

Hendrawan, Parliza. 2012d. Indonesia Hasilkan 625 Juta liter sampah sehari.

Di (http://www.tempo.co/read/news/2012/04/15/063397147/Indonesia-Hasilkan-
625-Juta-Liter-Sampah-Sehari) , (diposkan pada 15 April 2012) (Diakses pada
29 Mei 2017)

Kadir, Abdul. 2008e. Kajian Energi. Jakarta : UI-Press Koran surya. 2012. Sampah
Surabaya Terangi 100 Rumah.

Di (http://surabaya metropolis.com/artikel/lingkungan/sampah-surabaya-
terangi 100-000 rumah.html). (Diakses pada 29 Mei 2017)

Kurniawan, E. 2010f. Pengelolaan Sampah di Indonesia.

Di (http://www.iec.co.id /berita /pengelolaan-sampah-di-indonesia) (pada 15


Maret 2013) (Diakses pada 29 Mei 2017)

Mamat. 2008g.Pembakar Sampah Ramah lingkungan (Insinerator Pembakar


Sampah Domestik). Indonesia 100 Innovations hal. 192-193. Jakarta: Bussines
Innovation Center (BIC) (Diakses pada 29 Mei 2017)

Suprapto Hadi, Kurniawan Iwan. 2012h. Dirut PLN : Indonesia Jual Listrik ke
Malaysia.

Di (http://fokus.news.viva.co.id/news/read/315375--kami-bisa-sediakan-listrik-
tak-bersubsidi) , (diposkan 22 Mei 2012) (Diakses pada 29 Mei 2017)
16

Sirodjuddin Ardan. 2012i. Pembangkit Listrik Tenaga Sampah.

Di (http://www.scribd.com/doc/88533453/Pembangkit-Listrik-Tenaga-Sampah)
(diposkan 12:00, 3 Juni 2012) (Diakses pada 29 Mei 2017)

Ringkang Gumiwang.2012j. PLTSa Gedebage Serap dana Rp 900

Di (http://www.bisnis.com/articles/pltsa-gedebage-serap-dana-rp900-miliar/),

(ditulis pada 19 April 2012) (Diakses pada 29 Mei 2017)

Redaksi Hijau.2012k. Sampah padat di kota - kota naik 70%

Di (http://www.hijauku.com/2012/06/07/sampah-padat-di-kota-kota-dunia-
naik 70/) , (di tulis pada 07 Juni 2012) (Diakses pada 29 Mei 2017)

Yusuf, Muhammad. 2011l. Mari Mengubah Sampah Menjadi Energi.

Di (http://teknologi.kompasiana.com / internet / 2011/10/02/ mari –


mengubah sampah – menjadi - energi/) (pada 15 Maret 2013), (Diakses pada
29 Mei 2017)

Anonym. 2011m.KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN FAKFAK DALAM


PENGELOLAAN SAMPAH(Studi Penelitian pada Dinas Kebersihan Kabupaten
Fakfak Papua Barat)

Di(http://eprints.umm.ac.id/31127/1/jiptummpp-gdl-s1-2011-iriyanibra-
23519-BAB%2B1.pdf) (Diakses pada 30 Mei 2017)

Effendi anwa.2017n. Total Sampah di Indonesia Capai 187,2 Juta Ton/Tahun.

Di (http://www.pikiran-rakyat.com/nasional/2017/04/01/total-sampah-di-
indonesia-capai-1872-juta-tontahun-397726) (Diakses pada 30 Mei
2017)

You might also like