You are on page 1of 34

8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kinerja

1. Pengertian

Di Indonesia istilah kinerja telah popular digunakan dalam mass-media

dan media masa Indonesia memberi padanan kata dalam bahasa inggris untuk

istilah kinerja tersebut, yakni “performance”. Menurut The scribner-bantam

Englis Dictionary, terbitan Amerika Serikat dan Canada, tahun 1979, terdapat

keterangan sebagai berikut : berasal kata “to perform” yang mempunyai

“entries” berikut : melakukan, menjalankan, melaksanakan, memenuhi, atau

menjalankan kewajiban sesuatu nazar, melaksanakan atau menyempurnakan

tanggung jawab, melakukan sesuatu yang diharapkan seseorang atau mesin.

Dapat disimpulkan dari beberapa entries tersebut “ to perfom” adalah

melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan

tanggungjawab dan sesuai dengan hasil seperti yang diharapkan, sedangkan

kata performance merupakan kata benda (noun) dimana salah satunya adalah :

“thing dhone” (sesuatu hasil yang telah dikerjakan).

Berdasarkan hasil tersebut diatas maka arti performance atau kinerja

adalah : hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang

dalam suatu organisasi, sesuai dengan tanggungjawabnya masing-masing,

dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal,

tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Kinerja

organisasi merupakan hasil interaksi yang kompleks dan agregasi kinerja

sejumlah individu dalam organisasi. Dalam organisasi


9

pelayanan kesehatan sangat penting untuk memiliki instrument

penilaian kinerja yang efektif bagi tenaga kerja professional. Proses penilaian

kinerja merupakan upaya dalam manajemen untuk meningkatkan kinerja

organisasi yang efektif. Kinerja dalam suatu organisasi dilakukan oleh segenap

sumber daya manusia dalam organisasi, baik unsur pimpinan maupun pekerja,

banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi sumber daya manusia dalam

menjalankan kinerjanya. Terdapat faktor yang berasal dari dalam diri sumber

daya manusia sendiri maupun dari luar dirinya. Keberhasilan dan kesuksesan

suatu organisasi ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya, pimpinan

dan bawahan sehingga pemahaman dan kemampuan dalam mengoperasikan

manajemen knerja merupakan suatu kebutuhan.

Setiap pekerjaan mempunyai kemampuan berdasar pada pengetahuan

dan ketrampilan, kompetensi yang sesuai dengan pekerjaannya, motivasi kerja

dan kepuasaan kerja. Namun pekerja juga mempunyai kepribadian, sikap, dan

perilaku yang dapat mempengaruhi kinerjanya. Kepemimpinan dan gaya

kepemimpinan dalam organisasi sangat berperan dalam mempengaruhi kinerja

karyawan. Bagaimana pemimpin menjalin hubungan dengan pekerja;

bagaimana mereka memberi penghargaan kepada pekerja yang berprestasi;

bagaimana mereka mengembangkan dan memberdayakan pekerjaannya; sangat

mempengaruhi kinerja sumber daya manusia yang menjadi bawahannya.

Namun kinerja suatu organisasi tidak hanya dipengaruhi oleh sumber daya

manusia didalamnya, juga oleh sumber daya lainnya seperti dana, bahan,
10

peralatan, teknologi dan mekanisme kerja yang berlangsung dalam organisasi.

Demikian pula apakah lingkungan kinerja atau situasi kerja memberikan

kenyamanan sehingga mendorong kinerja karyawan. Juga termasuk bagaimana

kondisi hubungan antar manusia di dalam organisasi baik antara atasan dan

bawahan maupun antara rekan-rekan sekerja.

Produktivitas suatu organisasi dipengaruhi oleh empat faktor determinan,

yaitu :

a. Karakteristik Organisasi meliputi : Imbalan, management by obyektif,

seleksi, pelatihan, kepemimpinan, dan struktur organisasi.

b. Karakteristik pekerjaan.

c. Karakteristik individu meliputi: motivasi kerja dan desain pekerjaan.

d. Karakteristik lingkungan.

2. Tujuan Penilaian Kinerja.

Tujuan penilaian kinerja meliputi:

a. Untuk melihat kemampuan personil atau organisasi

b. Pengembangan personil atau organisasi.

3. Manfaat Penilaian Kinerja

Penilaian prestasi adalah proses dimana organisasi menilai atau

mengevaluasi prestasi kerja karyawan sebagai umpan balik dan koreksi

terhadap pengambilan keputusan organisasi tentang pelaksanaan pekerjaa.

Adapun manfaat evaluasi prestasi/ kinerja adalah sebagai berikut:

a. Untuk meningkatkan prestasi karyawan

b. Sebagai standar pemberian kompensasi yang layak


11

c. Sebagai standar penempatan karyawan

d. Untuk pelatihan dan pengembangan

e. Sebagai penilaian jenjang karier

f. Untuk menata staf

g. Sebagai data informasi

h. Untuk menilai kesalahan desain pekerjaan

i. Sebagai peluang yang adil

j. Untuk mengetahui tantangan eksternal

Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi (determinan) kinerja personel,

dilakukan pengkajian terhadap beberapa teori kerja. Secara teori ada 3 (tiga)

kelompok variabel yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja yaitu :

variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologis.

Gibson, (1987) menyampaikan model teori kinerja dan melakukan analisis

terhadap sejumlah variabel yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu.

Variabel individu dikelompokan pada sub variabel kemampuan dan

ketrampilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku dan kinerja

individu. Variabel demografi, menurut Gibson (1987), mempunyai efek tidak

langsung pada perilaku dan kinerja individu.

Hellriegel dan Slocum (1992) menyatakan bahwa kinerja menyangkut tentang

kelebihan dan kekurangan setiap orang atau karyawan serta kemampuan untuk

menemukan jalan dalam rangka memperbaiki prestasi mereka. Menurut Willan.

JA (1990) mengemukakan bahwa knierja seseorang dipengaruhi oleh

pengetahuan tentang pekerjaan, produktivitas, kemampuan menyelesaikan


12

tugas, perilaku dalam pekerjaan, kemampuan mengambil keputusan/tindakan

dan hubungan kerja sama dengan orang lain.

1. Untuk membuat keputusan dalam pemberian penghargaan

2. Untuk membuat keputusan dalam pengembangan karier seseorang

3. Untuk memberi umpan balik kepada karyawan tentang penampilan kerja

mereka pada kurun waktu tertentu.

4. Untuk mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangannya.

Kinerja seseorang dapat dievaluasi melalui keaktifannya dalam melaksanakan

suatu pekerjaan. Sedangkan keaktifan pada dasarnya sinonim dengan keikut

sertaan yang adopsinya disebut partisipasi.

Persepsi dan intrepertasi yang berkembang selama ini tentang partisipasi adalah

a. Masyarakat bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dari

program yang telah ditetapkan pemerintah.

b. Anggota masyarakat ikut menghadiri pertemuan-pertemuan perencanaan,

pelaksanaan dan pengkajian ulang, namun kehadiran mereka sebatas

sebagai pendengar semata.

c. Anggota masyarakat terlibat secara aktif dalam pengambilan keputusan

tentang cara melaksanakan sebuah proyek dan ikut menyediakan bantuan

serta bahan-bahan yang dibutuhkan.

d. Anggota masyarakat berpartisipasi aktif dalam semua tahapan proses

pengambilan keputusan, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan

pengawasan/monitoring sebuah program.


13

Secara harafiah, partisipasi berarti turut berperan serta dalam suatu kegiatan,

peran serta aktif atau proaktif dalam suatu kegiatan. Partisipasi dapat didefinisi

secara luas sebagai bentuk keterlibatan dan keikutsertaan masyarakat secara

aktif dan sukarela, baik karena alasan-alasan dalam dirinya (intrinsik) maupun

dari luar dirinya (ekstrinsik) dalam keseluruhan proses kegiatan yang

bersangkutan.

Marjono (1985) menyatakan bahwa partisipasi adalah keterlibatan dan

keikutsertaan masyarakat secara aktif dalam suatu proses pencapaian tujuan

yang dilakukan oleh pribadi/individu atau kelompok yang diorganisasikan serta

berlandaskan kemampuan dan kemauan yang memadai, turut serta memutuskan

tujuan dengan penuh rasa tanggung jawab yang dijiwai oleh rasa turut memiliki.

Jamica (1980) dalam Ndraha (1987) berkesimpulan bahwa masyarakat akan

tergerak untuk berpartisipasi jika :

a. Partisipasi itu dilakukan melalui organisasi yang sudah dikenal/yang sudah

ada ditengah-tengah masyarakat yang bersangkutan.

b. Partisipasi itu memberikan manfaat langsung kepada masyarakat yang

bersangkutan

c. Manfaat yang diperoleh melalui partisipasi itu dapat memenuhi kepentingan

masyarakat setempat.

d. Dalam proses partispasi itu terjamin adanya kontrol yang dilakukan oleh

masyarakat.

B. Kader Posyandu

1. Pengertian
14

Kader adalah tenaga sukarela yang berasal dari masyarakat, dipilih dan

mendapatkan pelatihan serta mereka terpanggil untuk melaksanakan,

memelihara mengembangkan kegiatan kesehatan yang tumbuh di tengah-

tengah masyarakat dalam upaya pengembangan dan peningkatan

kesejahteraan. Kader merupakan istilah umum yang dipergunakan untuk

tenaga-tenaga yang berasal dari masyarakat, dipilih oleh masyarakat dan

bekerja untuk masyarakat secara sukarela.

Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki dan perempuan yang dipilih oleh

masyarakat dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan

maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat

dengan tempat-tempat peberian pelayanan kesehatan.

2. Peran Kader

Peran kader dalam pelaksanaan dan pembinaan posyandu adalah

menyelenggarakan kegiatan bulanan dan sebagai penggerak utama masyarakat

dalam kegiatan posyandu.

a. Sebagai penyelenggara, kegiatan yang dilakukan kader antara lain meliputi:

1) Melaksanakan pendaftaran balita

2) Melaksanakan penimbangan balita

3) Melaksanakan pencatatan hasil penimbangan

4) Memberikan penyuluhan

5) Membicarakan hasil kegiatan dan mencoba mengatasi masalah

6) Mengusahakan dukungan masyarakat untuk kelancaran pelaksanaan

posyandu melalui swadaya masyarakat.


15

7) Melaporkan kelengkapan alat dan bahan serta masalah yang timbul pada

kepala desa.

b. Sebagai penggerak masyarakat dalam kegiatan posyandu, kegiatan yang

dilakukan adalah :

1) Sebagai motivator untuk mengajak masyarakat ikut dalam kegiatan

posyandu.

2) Membantu menyelenggarakan pertemuan-pertemuan

3) Melakukan kunjungan rumah bagi sasaran yang tidak hadir di posyandu

untuk memberikan saran-saran.

Kader yang merupakan tolak ukur dari keberhasilan pelaksanaan program

posyandu dituntut untuk mampu menangani masalah kesehatan pada anak

balita sehingga mereka harus mengetahui bagaimana Manajemen Anak

Balita Sakit (MTBS) secara terpadu di posyandu dan polindes tempat bidan

desa melaksanakan tugas pelayanannya. Dalam rangka revitalisasi

posyandu, salah satu bentuk program yang dilakukan adalah pemberdayaan

kepada kader posyandu, tujuan dari penyelenggaraan ini adalah terciptanya

pemberdayaan tokoh masyarakat dan kader melalui advokasi, orientasi,

pelatihan dan penyegaran, tersedianya pemantapan kelembagaan dengan

terpenuhinya perlengkapan posyandu dan terselenggaranya kegiatan

posyandu secara rutin dan berkesinambungan. Begitu besarnya

tanggungjawab seorang kader, sehingga diharapkan kader memiliki

pengetahuan dan ketrampilan. Oleh sebab itu didalam pemilihan kader perlu

diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut :


16

1. Warga Negara (masyarakat) setempat

2. Berjiwa sosial

3. Bependidikan minimal sekolah dasar atau dapat membaca dan menulis

huruf dan terutama oleh masyarakat

4. Mampu menggerakan masyarakat, diutamakan anggota PKK.

Sesuai dengan kriteria kader yang dikemukan Direktorat Bina Gizi

Masyarakat, masih ada dua komponen yang cukup penting yaitu kader

bekerja sukarela. Untuk itu calon kader perlu dipilih secara musyawarah

yang melibatkan tokoh masyarakat setempat. Didalam pelaksanaan

kegiatan, posyandu sebagai wadah kegiatan masyarakat, sangat

memerlukan pengorbanan materi atau non materi dari yang mengelola yaitu

kader, seorang yang dipilih menjadi kader sebaiknya bersedia

mengorbankan tenaga dan waktunya untuk kegiatan posyandu. Oleh karena

itu, dengan cara pemilihan kader yang baik akan diperoleh kader yang baik

pula, yang aktif sehingga akan mempengaruhi kehadiran masyarakat ke

posyandu.

C. Posyandu

1. Pengertian

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya

Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan

bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna

memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat

dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan


17

angka kematian ibu dan bayi. Pengintegrasian layanan sosial dasar di

Posyandu adalah suatu upaya mensinergikan berbagai layanan yang

dibutuhkan masyarakat meliputi perbaikan kesehatan dan gizi, pendidikan

dan perkembangan anak, peningkatan ekonomi keluarga, ketahanan pangan

keluarga dan kesejahteraan sosial.

UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas

dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama

masyarakat, dengan bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas sektor dan

lembaga terkait lainnya. Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya

fasilitasi yang bersifat non instruktif, guna meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan masyarakat, agar mampu mengidentifikasi masalah yang

dihadapi, potensi yang dimiliki, merencanakan dan melakukan pemecahannya

dengan memanfaatkan potensi setempat. Pemberdayaan masyarakat di bidang

kesehatan adalah proses pemberian informasi kepada individu, keluarga atau

kelompok (klien) secara terus menerus dan berkesinambungan mengikuti

perkembangan klien, serta proses membantu klien, agar klien tersebut

berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek pengetahuan atau

knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek sikap atau attitude), dan dari mau

menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek tindakan

atau practice). Pelayanan kesehatan dasar di Posyandu adalah pelayanan

kesehatan yang mencakup sekurang-kurangnya 5 (lima) kegiatan, yakni

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), imunisasi, gizi,

dan penanggulangan diare.


18

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk Upaya

Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan

diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam

penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat

dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh

kesehatan dasar, utamanya untuk mempercepat penurunan angka kematian

ibu dan bayi,

Upaya pengembangan kualitas sumber daya manusia dengan

mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak dapat dilaksanakan secara

merata apabila sistem pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat seperti

posyandu dapat dilakukan secara efektif dan efisien dan dapat menjangkau

semua sasaran yang membutuhkan layanan tumbuh kembang anak, ibu hamil,

ibu menyusui dan ibu nifas.

2. Tujuan

a. Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka

Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Anak Balita (AKABA) di

Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat.

b. Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan

dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan

AKABA.

c. Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu,

berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.


19

d. Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar, yang

berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.

3. Sasaran

Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya:

a. Bayi

b. Anak balita

c. Ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui

d. Pasangan Usia Subur (PUS)

4. Fungsi

a. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan

keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama

masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan AKI, AKB dan

AKABA.

b. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama

berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.

5. Manfaat

a. Bagi Masyarakat

1) Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan

pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan

AKI, AKB dan AKABA.

2) Memperoleh layanan secara profesional dalam pemecahan masalah

kesehatan, terutama kesehatan ibu dan anak.


20

3) Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar terpadu

dan pelayanan sosial dasar sektor lain terkait.

b. Bagi Kader, pengurus Posyandu dan tokoh masyarakat

1) Mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang upaya kesehatan

yang terkait penurunan AKI, AKB dan AKABA

2) Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat

menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan penurunan AKI,

AKB dan AKABA

c. Bagi Puskesmas

1) Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak

pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan

masyarakat, pusat pelayanan kesehatan perorangan primer dan pusat

pelayanan kesehatan masyarakat primer.

2) Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan

masalah kesehatan sesuai kondisi setempat.

3) Mendekatkan akses pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat.

d. Bagi sektor lain

1) Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan

masalah kesehatan dan sosial dasar lainnya, terutama yang terkait

dengan upaya penurunan AKI, AKB dan AKABA sesuai kondisi

setempat.
21

2) Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu

sesuai dengan tugas, pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing

sektor.

6. Lokasi

Posyandu berada di setiap desa/kelurahan atau sebutan lainnya yang sesuai. Bila

diperlukan dan memiliki kemampuan, dimungkinkan untuk didirikan di RW,

dusun, atau sebutan lainnya yang sesuai.

7. Kedudukan

a. Kedudukan Posyandu Terhadap Pemerintahan Desa/Kelurahan

Pemerintahan desa/kelurahan adalah instansi pemerintah yang bertanggung

jawab menyelenggarakan pembangunan di desa/kelurahan. Kedudukan

Posyandu terhadap pemerintahan desa/kelurahan adalah sebagai wadah

pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan dan sosial dasar lainnya

yang secara kelembagaan dibina oleh pemerintahan desa/kelurahan.

b. Kedudukan Posyandu Terhadap Kelompok Kerja (Pokja) Posyandu

Pokja Posyandu adalah kelompok kerja yang tugas dan fungsinya

mempunyai keterkaitan dalam pembinaan, penyelenggaran / pengelolaan

Posyandu yang berkedudukan di desa/kelurahan. Kedudukan Posyandu

terhadap Pokja adalah sebagai satuan organisasi yang mendapat binaan

aspek administratif, keuangan, dan program dari Pokja.

c. Kedudukan Posyandu Terhadap Berbagai UKBM

UKBM adalah bentuk umum wadah pemberdayaan masyarakat di bidang

kesehatan, yang salah satu di antaranya adalah Posyandu. Kedudukan


22

Posyandu terhadap UKBM dan berbagai lembaga kemasyarakatan/LSM

desa/kelurahan yang bergerak di bidang kesehatan adalah sebagai mitra.

d. Kedudukan Posyandu Terhadap Forum Peduli Kesehatan Kecamatan.

Forum Peduli Kesehatan Kecamatan adalah wadahpemberdayaan

masyarakat di bidang kesehatan yang dibentuk dari, oleh dan untuk

masyarakat di kecamatan yang berfungsi menaungi dan mengkoordinasikan

setiap UKBM. Kedudukan Posyandu terhadap Forum Peduli Kesehatan

Kecamatan adalah sebagai satuan organisasi yang mendapat arahan dan

dukungan sumberdaya dari Forum Peduli Kesehatan Kecamatan.

e. Kedudukan Posyandu Terhadap Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

yang bertanggung jawab melaksanakan pembangunan kesehatan di

kecamatan. Kedudukan Posyandu terhadap Puskesmas adalah sebagai

wadah pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang secara teknis

medis dibina oleh Puskesmas.

8. Pengorganisasian

a. Struktur Organisasi

Struktur organisasi Posyandu ditetapkan oleh musyawarah masyarakat pada

saat pembentukan Posyandu. Struktur organisasi tersebut bersifat fleksibel,

sehingga dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, kondisi,

permasalahan dan kemampuan sumberdaya. Struktur organisasi minimal

terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara serta kader Posyandu yang
23

merangkap sebagai anggota. Kemudian dari beberapa Posyandu yang ada di

suatu wilayah (desa/kelurahan atau dengan sebutan lain), selayaknya

dikelola oleh suatu Unit/Kelompok Pengelola Posyandu yang

keanggotaannya dipilih dari kalangan masyarakat setempat. Unit Pengelola

Posyandu tersebut dipimpin oleh seorang ketua, yang dipilih dari para

anggotanya. Bentuk organisasi Unit Pengelola Posyandu, tugas dan

tanggung jawab masingmasing unsur Pengelola Posyandu, disepakati dalam

Unit/Kelompok Pengelola Posyandu bersama masyarakat setempat.

KEPALA
DESA/KELURAHAN

UNIT/KELOMPOK (NAMA LAIN)


PENGELOLA POSYANDU

POSYANDU A POSYANDU B POSYANDU C

(Struktur organisasi disesuaikan dengan kondisi wilayah setempat)

b. Pengelola Posyandu

Pengelola Posyandu adalah unsur masyarakat, lembaga kemasyarakatan,

organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, lembaga mitra


24

pemerintah, dan dunia usaha yang dipilih, bersedia, mampu, dan memiliki

waktu dan kepedulian terhadap pelayanan sosial dasar masyarakat di

Posyandu. Pengelola Posyandu dipilih dari dan oleh masyarakat pada saat

musyawarah pembentukan Posyandu. Kriteria pengelola Posyandu antara

lain sebagai berikut: Kepala Desa/ Kelurahan Unit/Kelompok (Nama Lain)

Pengelola Posyandu A Posyandu B Posyandu C, dutamakan berasal dari

para dermawan dan tokoh masyarakat setempat, memiliki semangat

pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu memotivasi masyarakat,

Bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat.

9. Pembentukan

Posyandu dibentuk oleh masyarakat desa/kelurahan dengan tujuan untuk

mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama KIA, KB, imunisasi, gizi,

dan penanggulangan diare kepada masyarakat setempat. Pendirian Posyandu

ditetapkan dengan keputusan Kepala Desa/Lurah. Pembentukan Posyandu

bersifat fleksibel, dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, permasalahan dan

kemampuan sumber daya.

10. Kegiatan Posyandu

Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan

pengembangan/pilihan. Secara rinci kegiatan Posyandu adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan Utama

1) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

a) Ibu Hamil
25

Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup:

Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, pengukuran

tekanan darah, pemantauan nilai status gizi (pengukuran lingkar

lengan atas), pemberian tablet besi, pemberian imunisasi Tetanus

Toksoid, pemeriksaan tinggi fundus uteri, temu wicara (konseling)

termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)

serta KB pasca pesalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan

dibantu oleh kader. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke

Puskesmas.

Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu diselenggarakan

Kelas Ibu Hamil pada setiap hari buka Posyandu atau pada hari lain

sesuai dengan kesepakatan. Kegiatan Kelas Ibu Hamil antara lain

sebagai berikut :

Penyuluhan: tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan persalinan,

persiapan menyusui, KB dan gizi, Perawatan payudara dan pemberian

ASI, Peragaan pola makan ibu hamil, Peragaan perawatan bayi baru

lahir, Senam ibu hamil.

b) Ibu Nifas dan Menyusui

Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui

mencakup: (1) Penyuluhan/konseling kesehatan, KB pasca persalinan,

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI eksklusif dan gizi (2)

Pemberian 2 kapsul vitamin A warna merah 200.000 SI (1 kapsul

segera setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam setelah pemberian


26

kapsul pertama). (3) Perawatan payudara (4) Dilakukan pemeriksaan

kesehatan umum (5) pemeriksaan payudara, pemeriksaan tinggi

fundus uteri (rahim) dan pemeriksaan lochia oleh petugas kesehatan.

Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.

c) Bayi dan Anak balita

Pelayanan Posyandu untuk bayi dan anak balita harus dilaksanakan

secara menyenangkan dan memacu kreativitas tumbuh kembangnya.

Jika ruang pelayanan memadai, pada waktu menunggu giliran

pelayanan, anak balita sebaiknya tidak digendong melainkan dilepas

bermain sesama balita dengan pengawasan orang tua di bawah

bimbingan kader. Untuk itu perlu disediakan sarana permainan yang

sesuai dengan umur balita. Adapun jenis pelayanan yang

diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup : (1) Penimbangan

berat badan (2)Penentuan status pertumbuhan (3) Penyuluhan dan

konseling (4) Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan

pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang.

Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.

d) Keluarga Berencana (KB)

Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader adalah

pemberian kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga

kesehatan Puskesmas dapat dilakukan pelayanan suntikan KB dan

konseling KB. Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang


27

menunjang serta tenaga yang terlatih dapat dilakukan pemasangan

IUD dan implant.

e) Imunisasi

Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh petugas

Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan

program terhadap bayi dan ibu hamil.

f) Gizi

Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Jenis pelayanan

yang diberikan meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini

gangguan pertumbuhan, penyuluhan dan konseling gizi, pemberian

makanan tambahan (PMT) lokal, suplementasi vitamin A dan tablet

Fe. Apabila ditemukan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK), balita

yang berat badannya tidak naik 2 kali berturut-turut atau berada di

bawah garis merah (BGM), kader wajib segera melakukan rujukan ke

Puskesmas atau Poskesdes.

g) Pencegahan dan Penanggulangan Diare

Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di Posyandu

dilakukan melalui pemberian oralit. Apabila diperlukan penanganan

lebih lanjut akan diberikan obat Zinc oleh petugas kesehatan.

b. Kegiatan Pengembangan/Tambahan

Dalam keadaan tertentu masyarakat dapat menambah kegiatan Posyandu

dengan kegiatan baru, di samping 5 (lima) kegiatan utama yang telah


28

ditetapkan. Kegiatan baru tersebut misalnya: perbaikan kesehatan

lingkungan, pengendalian penyakit menular, dan berbagai program

pembangunan masyarakat desa lainnya. Posyandu yang seperti ini disebut

dengan nama Posyandu Terintegrasi. Penambahan kegiatan baru sebaiknya

dilakukan apabila 5 kegiatan utama telah dilaksanakan dengan baik dalam

arti cakupannya di atas 50%, serta tersedia sumber daya yang mendukung.

Penetapan kegiatan baru harus mendapat dukungan dari seluruh masyarakat

yang tercermin dari hasil Survey Mawas Diri (SMD) dan disepakati bersama

melalui forum Musyawarah Masyarakat Desa (MMD).

Pada saat ini telah dikenal beberapa kegiatan tambahan Posyandu yang telah

diselenggarakan antara lain:

1) Bina Keluarga Balita (BKB).

2) Kelas Ibu Hamil dan Balita.

3) Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa

(KLB), misalnya: Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), Demam

Berdarah Dengue (DBD), gizi buruk, Polio, Campak, Difteri, Pertusis,

Tetanus Neonatorum.

4) Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

5) Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).

6) Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB –

PLP).

7) Program diversifikasi pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan

pekarangan, melalui Taman Obat Keluarga (TOGA).


29

8) Kegiatan ekonomi produktif, seperti: Usaha Peningkatan Pendapatan

Keluarga (UP2K), usaha simpan pinjam.

9) Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), Tabungan Masyarakat (Tabumas).

10) Kesehatan lanjut usia melalui Bina Keluarga Lansia (BKL).

11) Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR).

12) Pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil dan penyandang

masalah kesejahteraan sosial.

Penyelenggaraan program atau jenis pelayanan kesehatan di posyandu ini

dilakukan dengan pola lima meja yaitu :

Meja 1 : Pendafataran sasaran yang datang

Meja 2 : Penimbangan bayi dan anak

Meja 3 : Pengisian KMS dan pencatatan hasil Penimbangan

Meja 4 : Penyuluhan perorangan

Meja 5 : Pelayanan oleh tenaga professional meliputi pemberian imunisasi

dan pemasangan kontrasepsi makin banyak jumlah posyandu, mendorong

terjadinya narasi tingkat perkembangan yang beragam. Untuk mengatasi

keadaan yang demikian departemen kesehatan menentukan tingkat

perkembangan posyandu yang digolongkan ke dalam empat tingkatan :

1. Posyandu Pratama (pratamasicli)

Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang masih belum mantap,

kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas dan

kurang dari lima orang.

2. Posyandu Madya (Madyasidi)


30

Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih

dari 8 kali pertahun, dengan rata-rata jumlah kader 5 orang atau lebih.

Akan tetapi cakupan program utamanya (KB, KIA, GIZI & Imunisasi)

masih rendah dari 50%.

3. Posyandu Purnama (Purnamasidi)

Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang frekuensinya

lebih dari 8 kali pertahun, rata-ratanya jumlah kader 5 orang atau lebih,

dan cakupan lima program utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunsiasi),

lebih dari 50% sudah ada program tambahan bahkan mungkin sudah ada

dana sehat yang masih sederhana.

4. Posyandu Mandiri

Posyandu yang sudah sampai pada tingkat mandiri, ini berarti sudah

dapat melakukan kegiatan secara teratur, cakupan 5 program sudah

bagus, ada program tambahan dan dana sehat telah menjangkau lebih

dari 50% KK.

Manfaat yang diharapkan dari penyelenggaraan posyandu dan diperoleh

masyarakat adalah sebagai berikut :

a. Manfaat digunakan sebagai sarana pelayanan kesehatan untuk

memeriksa bayi dan balita

b. Dapat digunakan sebagai tempat konsultasi, penyuluhan dan

pendidikan kesehatan bagi masyarakat dan kader.

c. Dapat mengurangi biaya dalam hal transportasi ke puskesmas dan

rumah sakit (RSUD).


31

d. Pelayanan kesehatan lebih terjangkau.

D. Tinjauan tentang variabel yang diteliti

1. Umur

Hasil penelitian yang dilakukan Ratih Ayu Andira, 2012, uji statistik

Pearson Chi-Square diperoleh nilai p = 0.023 < α = 0.05. Dari nilai

OR=3.485 dengan nilai Cl 95% (1.166-10.418) didapatkan bahwa ada

hubungan antara umur kader dengan kinerja kader dalam pelaksanaan

posyandu yang meliputi 5 (lima) meja di Puskesmas Tagolu kecamatan

Lage Kabupaten Poso Sulawesi Tengah.

Penelitian Dodo (2008), menunjukan bahwa kader yang ada dalam umur

produktif secara konseptual cenderung memiliki keaktifan yang baik

karena secara fisik mereka lebih kuat, dinamis, gesit, kreatif dan

cekatan. Sementara itu kader yang tergolong dalam kelompok umur

tidak produktif biasanya secara fisik telah mengalami degenerasi tetapi

memiliki semangat kerja ulet, rasa tanggung jawab yang besar terhadap

pekerjaan. Hasil penelitian oleh Nofriadi (2006) menyatakan bahwa,

pembinaan kader posyandu yang kurang akan menimbulkan kinerja

kader yang kurang yaitu sebesar 92,7%, sehingga terdapat hubungan

yang bermakna antara pembinaan terhadap kader dengan kinerja kader

posyandu.

Aldisa W. N., 2013, Berdasarkan hasil uji fisher’s exact diketahui bahwa

p=0,006 (nilai p<0,05), ada hubungan antara usia kader dengan kualitas

laporan bulanan data kegiatan posyandu di Kelurahan Sumber. Kualitas


32

laporan kader kategori usia muda sama banyaknya antara yang kurang

baik dan yang baik

Ratih Ayu Andira, 2012, Berdasarkan hasil analisis bivariat antara

karakteristik umur dengan kinerja kader didapatkan bahwa dari 103

orang yang berada pada kelompok umur dewasa terdapat 43 orang

(41,7%) dengan kinerja yang cukup. Sedangkan dari 16 orang pada

kelompok umur tua terdapat 8 orang (50,0 %) dengan kinerja yang

cukup. Hal ini disebabkan pada rentang umur tersebut tergolong pada

usia yang telah lama menekuni profesinya sebagai kader posyandu.

Sedangkan persentase kinerja kader yang tergolong kurang paling

banyak terdapat di kelompok umur dewasa yaitu sebanyak 60 orang

(58,3%). Hal ini disebabkan oleh pengalaman kader yang belum cukup

terhadap kegiatan posyandu dan kurangnya responden dalam mengikuti

pelatihan tentang kesehatan sehingga menyebabkan kinerja dalam

kegiatan posyandu kurang.

Amalia, 2011 Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square

didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara umur dengan kinerja

kader di Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba. Meskipun

secara statistik memperlihatkan bahwa kader yang berada pada

kelompok umur tua lebih baik kinerjanya (46,7%) dibandingkan dengan

kader yang berada pada usia muda (29,6%).


33

Penelitian yang dilakukan oleh Amalia (2011) yang menyatakan bahwa

tidak ada hubungan yang bermakna antara umur kader dengan kinerja

kader dalam pelaksanaan kegiatan posyandu.

Kinerja menurut Maier (1965) yang dikutip oleh Asad (1991)

adalah kesuksesan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan yang

dibebankannya. Gilbert (1977) mendefinisikan kinerja adalah apa yang

dapat dikerjakan oleh seseorang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Dari batasan-batasan yang ada dapat dirumuskan bahwa kinerja adalah

hasil kerja yang dapat ditampilkan atau penampilan kerja seorang

individu. Dengan demikian kinerja sorang individu

2. Pendidikan

Hasil peneltian Ratih Ayu Andira, 2012, menggunakan uji statistik

Pearson Chi-Square diperoleh nilai p = 0.018 < α = 0.05. Dari nilai

OR=0.204 dengan nilai Cl 95% (0.051-0.819) didapatkan bahwa ada

hubungan antara tingkat pendidikan kader dengan kinerja kader dalam

pelaksanaan posyandu yang meliputi 5 (lima) meja di Puskesmas Tagolu

kecamatan Lage Kabupaten Poso Sulawesi Tengah.

Penelitian yang dilakukan oleh Bangsawan (2002), yang menyatakan

ada hubungan antara pendidikan dengan keaktifan kader posyandu di

Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung.

Hasil penelitian Wahyutomo (2010), yang menyatakan bahwa

responden dengan pendidikan dasar yaitu sebanyak 83,33% kurang baik

dalam memantau tumbuh kembang balita. Hasil penelitian


34

menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan

dengan pemantauan tumbuh kembang balita oleh kader di wilayah kerja

Puskesmas Kalitidu.

Penelitian Wahyutomo (2010), didapatkan bahwa responden dengan

tingkat pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi kinerja responden

semakin baik dibandingkan dengan responden yang berpendidikan

rendah. Tingkat pendidikan memberikan dampak terhadap kegiatan

posyandu dimana responden dengan tingkat pendidikan yang tinggi

akan memiliki wawasan yang luas tentang perannya dalam

melaksanakan penyuluhan kesehatan terutama yang berkaitan dengan

kegiatan yang meliputi pelaksanaan 5 (lima) meja dibandingkan

responden yang memiliki pendidikan rendah.

Pendidikan adalah suatu jenjang pendidikan formal terakhir yang

ditempuh dan dimiliki oleh seorang kader dan mendapatkan bukti

kelulusan yang diakui oleh negara. Selain itu pendidikan adalah suatu

proses yang unsur-unsurnya terdiri dari masukan (input), dan keluaran

(output) didalam mencapai tujuan dari pendidikan itu sendiri yaitu

merubahan perilaku.

Jalur pendidikan formal akan membekali seseorang dengan dasar-dasar

pengetahuan, teori dan logika, pengetahuan umum, kemampuan analisa

serta pengembangan kepribadian. H.L. Blum menjelaskan bahwa

pendidikan merupakan suatu proses dengan tujuan utama menghasilkan

perubahan perilaku manusia yang secara operasional tujuannya


35

dibedakan kedalam tiga aspek yaitu: pengetahuan (kognitif), sikap

(afektif) dan aspek ketrampilan (psikomotor). Pendidikan merupakan

proses pembelajaran melalui proses dan prosedur yang sistematis yang

terorganisir baik teknis maupun manajerial yang berlangsung dalam

waktu yang relatif lama.

3. Lama Kerja

Menurut Robbins, (2006) mengatakan bahwa bukti paling baru

menunjukan suatu hubungan positif antara senioritas dengan

produktivitas pekerjaan, mengekspresikan masa kerja sebagai

pengalaman kerja tampaknya menjadi dasar pemikiran yang baik

terhadap produktivitas karyawan.

Aldisa W. N., 2010, Hasil uji Fisher’s Exact p=0,999 (p>0,05),

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara lama kerja dokter dengan

kelengkapan pengisian lembar informed consent di Rumah Sakit

Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Adliana (2002) yang mengatakan

bahwa semakin lama profesi kader dijalani maka semakin baik pula

kinerjanya. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nurhidayat (2001) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara

masa kerja dengan kinerja perawat, dari penelitiannya diperoleh nilai

P=0.024, hal ini menunjukkan bahwa semakin lama masa kerja

seseorang akan mempengaruhi kinerjanya.


36

Ratih Ayu Andira, 2012, Lama masa kerja sangat mempengaruhi kinerja

yang ditujukan oleh kader, hal ini sejalan dengan teori bahwa masa kerja

adalah jangka waktu bekerja pada suatu kantor badan dan sebagainya

usaha (Depdikbud) dimana masa kerja merupakan salah satu indikator

tentang kecenderungan pada pekerjaan dimana semakin lama seseorang

bekerja semakin tinggi pula produktivitasnya karena semakin

berpengalaman dan terampil menyelesaikan tugas yang dipercayakan

kepadanya.

4. Sikap

Ratih Ayu Andira, 2012, Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa

dari 11 responden yang memiliki sikap positif terdapat 8 orang (72,7%)

yang memiliki kinerja cukup dan 3 orang (27,3%) yang memiliki kinerja

kurang. Sedangkan dari 108 kader yang bersikap negatif yang berkinerja

cukup sebanyak 43 orang ( 39,8%) dan yang berkinerja kurang sebanyak

65 orang (60,2%). Sikap positif yang dilakukan oleh responden terhadap

masyarakat dalam pelayanannya dapat meningkatkan kinerja dalam

pelaksanaan tugas.

Hasil uji statistik dengan uji chi-square diperoleh nilai P=

0,036, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara

sikap dengan kinerja kader dalam kegiatan posyandu di Kecamatan

Bontobahari Kabupaten Bulukumba.

Sikap negatif kader posyandu disebabkan oleh kompetensi

kader dalam melaksanakan tugasnya sangat kurang. Dari hasil tabulasi


37

silang sangat jelas menunjukkan bahwa kader yang memiliki sikap

positif lebih baik kinerjanya dibandingkan dengan kader yang memiliki

sikap negatif. Berdasarkan dari uji statistik dengan menggunakan uji

chi-square didapatkan terdapat hubungan antara sikap kader dengan

kinerja kader. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Yuliastuti (2007) yang menunjukkan bahwa sikap sangat berpengaruh

terhadap kinerja perawat dalam penatalaksanaan kasus flu burung.

5. Motivasi

Menggunakan uji statistik Pearson Chi-Square diperoleh nilai p = 0.010

< α = 0.05. Dari nilai OR=4.182 dengan nilai Cl 95% (1.375-12.714)

didapatkan bahwa ada hubungan antara motivasi kader dengan kinerja

kader dalam pelaksanaan posyandu yang meliputi 5 (lima) meja di

Puskesmas Tagolu kecamatan Lage Kabupaten Poso Sulawesi Tengah

Tahun 2011.

Dari hasil analisa bivariat didapatkan bahwa ada hubungan antara

motivasi kader dengan kinerja kader dalam pelaksanaan posyandu yang

meliputi 5 (lima) meja di Puskesmas Tagolu Kecamatan Lage

Kabupaten Poso Sulawesi Tengah Tahun 2011 dengan menggunakan uji

statistik Pearson Chi-Square diperoleh nilai p = 0.010 < α = 0.05. Nilai

OR=4.182 dengan Cl 95% (1.375-12.714). Hal ini didukung oleh

penelitian yang dilakukan oleh Purpasari (2007) yang menyatakan ada

hubungan antara pengetahuan dengan kinerja kader posyandu di Kota

Sabang Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.


38

Hasil penelitian Wirarsuma, 2008, didapatkan bahwa motivasi sangat

berperan peting dalam meningkatkan kinerja responden dalam kegiatan

posyandu terutama dalam pelaksanaan kegiatan 5 (lima) meja.

Rendahnya motivasi dan kemampuan akan menyebabkan timbulnya

kinerja yang rendah secara menyeluruh. Demikian sebaliknya, skor

yang tinggi pada keduanya akan menghasilkan kinerja yang tinggi

secara keseluruhan. Namun skor yang tinggi pada bidang kemampuan

jika motivasinya rendah akan mengakibatkan kinerja yang rendah

Ratih Ayu Andira, 2012, Hasil uji statistik dengan uji chi-square

diperoleh nilai P= 0,049, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

ada hubungan antara motivasi dengan kinerja kader dalam kegiatan

posyandu di Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Puspasari (2002) yang mengatakan

bahwa motivasi berhubungan dengan kinerja kader dalam kegiatan

posyandu dimana seseorang yang memiliki motivasi yang cukup dalam

melakukan pekerjaannya maka dia akan memiliki kinerja yang cukup

pula. Tetapi dalam penelitian ini, meskipun kader memiliki motivasi

yang tinggi, namun sikap yang ditujukkan belum tentu baik dalam hal

pelayanan kepada masyarakat.

Marlina Andriani1 2015, Hasil uji statistic korelasi spearman

didapatkan p = 0,007 (p <0,05) artinya Ha ditterima. Dapat disimpulkan

bahwa ada pengaruh incentive (motivasi) terhadap kinerja kader


39

posyandu di wilayah kerja Puskesmas Perkotaan Rasimah Ahmad

Tahun 2015.

Faktor utama dalam motivasi pekerjaan adalah evaluasi individu atau

keadilan dari penghargaan yang diterima. Individu akan termotivasi jika

hal yang mereka dapatkan seimbang dengan usaha yang mereka

kerjakan. Motivasi seseorang akan timbul apabila mereka diberi

kesempatan untuk mencoba dan mendapatkan umpan balik dari hasil

yang diberikan. Motivasi mewakili proses-proses psikologikal yang

menyebabkan timbulnya, diarahkannya dan terjadinya persistensi

kegiatankegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke arah tujuan

tertentu (Henry, 2006).

6. Imbalan

Ratih Ayu Andira, 2012, Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-

square didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara

insentif/penghargaan yang diterima dengan kinerja kader dalam

kegiatan posyandu di Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba.

Hal ini disebabkan oleh meskipun ada beberapa kader yang masih

merasa belum cukup terhadap insentif yang diterima namun mereka

merasa bahwa harus melaksanakan tugas dan tanggung jawab mereka

sebagai kader posyandu. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa kader

yang menerima insentif cukup lebih baik kinerjanya (60,0%) dibanding

dengan yang kurang menerima insentif (40,4%). Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Firmansyah (2009) yang menyatakan


40

bahwa variabel imbalan/insentif yang diterima oleh perawat tidak

mempunyai hubungan yang signifikan dengan kinerja perawat dalam

melaksanakan asuhan keperawatan untuk membantu promosi

kesehatan.

Pemberian insentif merupakan bayaran pokok untuk memotivasi para

pegawai agar lebih maju dalam pekerjaan dengan keterampilan dan

tanggung jawab yang lebih besar (Davis, 1995). Insentif adalah salah

satu jenis penghargaan yang dikaitkan dengan prestasi kerja (Mutiara,

2002) Secara sederhana dinyatakan bahwa biasanya seseorang akan

merasa diperlakukan secara tidak adil apabila perlakuan itu dilihatnya

sebagai suatu hal yang merugikan. Dalam kehidupan bekerja persepsi

itu dikaitkan dengan berbagai hal yaitu mengenai insentif dan jumlah

jam kerja (Sondang, 2004).

Sebagai imbalan dari pekerjaanya, kebanyakan para kader tidak

menerima pembayaran tunai untuk pelayanan mereka tetapi mereka

mendapat upah dalam bentuk lain seperti seragam sebagai tanda

penghargaan, sertifikat sebagai tanda jasa, dan peralatan rumah tangga

kecil-kecilan. Akan tetapi salah satu faktor penting dalam keuntungan

yang diperoleh para kader adalah setatusnya. Untuk para kader

Posyandu, status ini tidak diperoleh karena partisipasi mereka dalam

program kemasyarakatan yang berprioritas tinggi tersebut tetapi juga

karena penghargaan tinggi yang diberkan oleh pihak pemerintah.


41

Alasan utama penggunaan insentif upah adalah jelas, insentif hampir

selamanya meningkatkan produktifitas. Agar berhasil, insentif

hendaknya cukup sederhana, sehingga mereka yakin prestasi kerja yang

akan menghasilkan imbalan. Insentif yang berhasil dapat menimbulkan

imbalan psikologis dan juga imbalan ekonomi, ada perasaan puas yang

timbul dari penyelesaian pekerjaan yang dilakukan dengan baik.

E. KERANGKA TEORI PERILAKU DAN KINERJA

Variabel Individu :
1. Kemampuan dan
Ketrampilan (mental dan
fisik)
2. Latar Belakang : (keluarga,
tingkat sosial,pengalaman,
masa kerja , pendidikan)
3. Demografi : (umur, etnis,
jenis kelamin)

Variabel Organisasi :
1. Sumber Daya
2. Kepemimpinan KINERJA/H
3. Imbalan ASIL YANG
4. Struktur DIHARAPK
5. Disain pekerjaan
AN

Variabel Psikologi :
1. Persepsi
2. Sikap
3. Kepribadian
4. Belajar
5. Motivasi

Sumber : Gibson dalam Ilyas, 2001

Gambar 1. Kerangka Teori Perilaku dan Kinerja

You might also like