You are on page 1of 11

64

BAB V

PEMBAHASAN

A. Variabel yang berhubungan dengan Kinerja Kader Posyandu.

1. Kelompok Umur

Hasil uji statistik dengan menggunakan chi-squre dari hubungan

antara kinerja dengan umur kader posyandu di wilayah kerja puskesmas

paray diperoleh nilai: X2Hitung = 14,766, dengan demikian nilai p= 0,001 <

(a =0,005), maka Ho ditolak, Ha diterima, maka ada hubungan yang

bermakna antara kinerja dengan umur kader posyandu, menunjukkan bahwa

ada hubungan yang sangat signifikan antara kinerja Kader posyandu di

wilayah kerja puskesmas Paray Distrik Biak Kota.

Penelitian ini sejalan dengan penelitan dari Ratih Ayu Andira, 2012,

uji statistik Pearson Chi-Square diperoleh nilai p = 0.023 < α = 0.05. Dari

nilai OR=3.485 dengan nilai Cl 95% (1.166-10.418) didapatkan bahwa ada

hubungan antara umur kader dengan kinerja kader dalam pelaksanaan

posyandu yang meliputi 5 (lima) meja di Puskesmas Tagolu kecamatan

Lage Kabupaten Poso Sulawesi Tengah.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Penelitian Dodo (2008), menunjukan bahwa kader yang ada dalam umur

produktif secara konseptual cenderung memiliki keaktifan yang baik karena

secara fisik mereka lebih kuat, dinamis, gesit, kreatif dan cekatan.

Sementara itu kader yang tergolong dalam kelompok umur tidak produktif

biasanya secara fisik telah mengalami degenerasi tetapi memiliki semangat


65

kerja ulet, rasa tanggung jawab yang besar terhadap pekerjaan. Hasil

penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Nofriadi (2006) menyatakan bahwa, pembinaan kader

posyandu yang kurang akan menimbulkan kinerja kader yang kurang yaitu

sebesar 92,7%, sehingga terdapat hubungan yang bermakna antara

pembinaan terhadap kader dengan kinerja kader posyandu.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Aldisa W. N., 2013, Berdasarkan

hasil uji fisher’s exact diketahui bahwa p=0,006 (nilai p<0,05), ada

hubungan antara usia kader dengan kualitas laporan bulanan data kegiatan

posyandu di Kelurahan Sumber. Kualitas laporan kader kategori usia muda

sama banyaknya antara yang kurang baik dan yang baik

Hasil penelitian ini sejalan dengan Ratih Ayu Andira, 2012,

Berdasarkan hasil analisis bivariat antara karakteristik umur dengan kinerja

kader didapatkan bahwa dari 103 orang yang berada pada kelompok umur

dewasa terdapat 43 orang (41,7%) dengan kinerja yang cukup. Sedangkan

dari 16 orang pada kelompok umur tua terdapat 8 orang (50,0 %) dengan

kinerja yang cukup. Hal ini disebabkan pada rentang umur tersebut

tergolong pada usia yang telah lama menekuni profesinya sebagai kader

posyandu. Sedangkan persentase kinerja kader yang tergolong kurang

paling banyak terdapat di kelompok umur dewasa yaitu sebanyak 60 orang

(58,3%). Hal ini disebabkan oleh pengalaman kader yang belum cukup

terhadap kegiatan posyandu dan kurangnya responden dalam mengikuti


66

pelatihan tentang kesehatan sehingga menyebabkan kinerja dalam kegiatan

posyandu kurang.

Sedangkan hasil penelitian ini tidak sejalan denga penelitian dari Amalia,

2011. Yang mana dalam penelitian Amalia, 2011, Hasil uji statistik dengan

menggunakan uji chi-square didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan

antara umur dengan kinerja kader di Kecamatan Bontobahari Kabupaten

Bulukumba. Meskipun secara statistik memperlihatkan bahwa kader yang

berada pada kelompok umur tua lebih baik kinerjanya (46,7%)

dibandingkan dengan kader yang berada pada usia muda (29,6%).

2. Tingkat Pendidikan

Hasil uji statistik dengan menggunakan chi-squre dari hubungan

antara kinerja dengan pendididkan kader posyandu di wilayah kerja

puskesmas paray dengan perolehan nilai: X2 Hitung = 9,972, dengan demikian

nilai p =0,002 < (a =0,005), maka Ho ditolak, Ha diterima, menunjukkan

bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara kinerja dengan

Pendidikan Kader posyandu di wilayah kerja puskesmas Paray Distrik Biak

Kota.

Dapat disimpulkan bahwa hasil uji statistik terhadap variabel tingkat

pendidikan terhadap kinerja kader posyandu sependapat dengan Hasil

peneltian Ratih Ayu Andira, 2012, menggunakan uji statistik Pearson Chi-

Square diperoleh nilai p = 0.018 < α = 0.05. Dari nilai OR=0.204 dengan

nilai Cl 95% (0.051-0.819) didapatkan bahwa ada hubungan antara tingkat

pendidikan kader dengan kinerja kader dalam pelaksanaan posyandu yang


67

meliputi 5 (lima) meja di Puskesmas Tagolu kecamatan Lage Kabupaten

Poso Sulawesi Tengah.

Dan juga penelitian ini sejalan dengan Penelitian yang dilakukan

oleh Bangsawan (2002), yang menyatakan ada hubungan antara pendidikan

dengan keaktifan kader posyandu di Kecamatan Teluk Betung Barat Kota

Bandar Lampung.

Penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian dari Wahyutomo

(2010), yang menyatakan bahwa responden dengan pendidikan dasar yaitu

sebanyak 83,33% kurang baik dalam memantau tumbuh kembang balita.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

pendidikan dengan pemantauan tumbuh kembang balita oleh kader di

wilayah kerja Puskesmas Kalitidu.

Penelitian Wahyutomo (2010), didapatkan bahwa responden dengan

tingkat pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi kinerja responden

semakin baik dibandingkan dengan responden yang berpendidikan rendah.

Tingkat pendidikan memberikan dampak terhadap kegiatan posyandu

dimana responden dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan memiliki

wawasan yang luas tentang perannya dalam melaksanakan penyuluhan

kesehatan terutama yang berkaitan dengan kegiatan yang meliputi

pelaksanaan 5 (lima) meja dibandingkan responden yang memiliki

pendidikan rendah.
68

3. Imbalan

Hasil uji statistik dengan menggunakan chi-squre dari hubungan antara

kinerja dengan Imbalan kader posyandu di wilayah kerja puskesmas paray

dengan perolehan nilai: X2 Hitung = 11,849, dengan demikian nilai p =0,001

< a = 0,005, maka Ho ditolak, Ha diterima, menunjukkan bahwa ada

hubungan yang sangat signifikan antara Imbalan dengan kinerja Kader

posyandu di wilayah kerja puskesmas Paray Distrik Biak Kota.

Penelitian ini sejalan dengan beberapa peneliti lainnya. Dalam

penelitian Ratih Ayu Andira, 2012, Hasil uji statistik dengan menggunakan

uji chi-square didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara

insentif/penghargaan yang diterima dengan kinerja kader dalam kegiatan

posyandu di Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba. Hal ini

disebabkan oleh meskipun ada beberapa kader yang masih merasa belum

cukup terhadap insentif yang diterima namun mereka merasa bahwa harus

melaksanakan tugas dan tanggung jawab mereka sebagai kader posyandu.

Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa kader yang menerima insentif

cukup lebih baik kinerjanya (60,0%) dibanding dengan yang kurang

menerima insentif (40,4%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Firmansyah (2009) yang menyatakan bahwa variabel

imbalan/insentif yang diterima oleh perawat tidak mempunyai hubungan

yang signifikan dengan kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan

keperawatan untuk membantu promosi kesehatan.


69

Pemberian insentif merupakan bayaran pokok untuk memotivasi para

pegawai agar lebih maju dalam pekerjaan dengan keterampilan dan

tanggung jawab yang lebih besar (Davis, 1995). Insentif adalah salah satu

jenis penghargaan yang dikaitkan dengan prestasi kerja (Mutiara, 2002)

Secara sederhana dinyatakan bahwa biasanya seseorang akan merasa

diperlakukan secara tidak adil apabila perlakuan itu dilihatnya sebagai suatu

hal yang merugikan. Dalam kehidupan bekerja persepsi itu dikaitkan

dengan berbagai hal yaitu mengenai insentif dan jumlah jam kerja

(Sondang, 2004).

Sebagai imbalan dari pekerjaanya, kebanyakan para kader tidak

menerima pembayaran tunai untuk pelayanan mereka tetapi mereka

mendapat upah dalam bentuk lain seperti seragam sebagai tanda

penghargaan, sertifikat sebagai tanda jasa, dan peralatan rumah tangga

kecil-kecilan. Akan tetapi salah satu faktor penting dalam keuntungan yang

diperoleh para kader adalah setatusnya. Untuk para kader Posyandu, status

ini tidak diperoleh karena partisipasi mereka dalam program

kemasyarakatan yang berprioritas tinggi tersebut tetapi juga karena

penghargaan tinggi yang diberkan oleh pihak pemerintah.

Alasan utama penggunaan insentif upah adalah jelas, insentif hampir

selamanya meningkatkan produktifitas. Agar berhasil, insentif hendaknya

cukup sederhana, sehingga mereka yakin prestasi kerja yang akan

menghasilkan imbalan. Insentif yang berhasil dapat menimbulkan imbalan


70

psikologis dan juga imbalan ekonomi, ada perasaan puas yang timbul dari

penyelesaian pekerjaan yang dilakukan dengan baik.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Helen tahun (2012), hasil

analisa yang dengan bivariat menunjukan imbalan tidak berpengaruh

terhadap keaktifan kader posyandu yang mana diketahui nilai P= 0.268 ( P

> 0,05).

B. Variabel Yang Tidak Berhubungan Dengan Kinerja Kader Posyandu

1. Lama Kerja

Hasil uji statistik dengan menggunakan chi-squre dari hubungan

antara kinerja dengan lama kerja kader posyandu di wilayah kerja

puskesmas paray dengan perolehan nilai x2 = 0,037 p=0,847 > a = 0,005,

maka Ho diterima, Ha ditolak, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

antara lama kerja dengan kinerja Kader posyandu di wilayah kerja

Puskesmas Paray Distrik Biak Kota.

Dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Aldisa W. N., 2010, Hasil uji Fisher’s Exact

p=0,999 (p>0,05), disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara lama kerja

dokter dengan kelengkapan pengisian lembar informed consent di Rumah

Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. Ini berarati sejalan dengan

dengan hasil penelitian ini.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Adliana (2002) yang mengatakan bahwa semakin lama profesi kader

dijalani maka semakin baik pula kinerjanya. Sama halnya dengan penelitian
71

yang dilakukan oleh Nurhidayat (2001) yang menyatakan bahwa terdapat

hubungan antara masa kerja dengan kinerja perawat, dari penelitiannya

diperoleh nilai p=0.024, hal ini menunjukkan bahwa semakin lama masa

kerja seseorang akan mempengaruhi kinerjanya.

Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian dari Ratih

Ayu Andira, 2012, Lama masa kerja sangat mempengaruhi kinerja yang

ditujukan oleh kader, hal ini sejalan dengan teori bahwa masa kerja adalah

jangka waktu bekerja pada suatu kantor badan dan sebagainya usaha

(Depdikbud) dimana masa kerja merupakan salah satu indikator tentang

kecenderungan pada pekerjaan dimana semakin lama seseorang bekerja

semakin tinggi pula produktivitasnya karena semakin berpengalaman dan

terampil menyelesaikan tugas yang dipercayakan kepadanya.

2. Sikap

Berdasarkan hasil penelitian yang telah uji univariat menunjukkan

hubungan antara kinerja dengan Sikap Kader Posyandu di wilayah Paray

Distrik Biak Kota dengan sikap Baik yaitu sebanyak 18 kader Posytandu

(50.0 %) dan sikap kurang berjumlah 18 kader Posyandu (50,0 %).

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan chi-squre dari

hubungan antara kinerja dengan Sikap kader posyandu di wilayah kerja

Puskesmas paray dengan perolehan nilai X2 Hitung = 2,786, p=0,095 > a

0,005, maka Ho diterima, Ha ditolak, , menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan antara sikap dengan kinerja Kader posyandu di wilayah kerja

Puskesmas Paray Distrik Biak Kota.


72

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ratih Ayu Andira, 2012, Hasil uji statistik dengan uji chi-square diperoleh

nilai P= 0,036, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

antara sikap dengan kinerja kader dalam kegiatan posyandu di Kecamatan

Bontobahari Kabupaten Bulukumba. Sikap negatif kader posyandu

disebabkan oleh kompetensi kader dalam melaksanakan tugasnya sangat

kurang. Dari hasil tabulasi silang sangat jelas menunjukkan bahwa kader

yang memiliki sikap positif lebih baik kinerjanya dibandingkan dengan

kader yang memiliki sikap negatif. Penelitian lain yang tidak sejalan dengan

penelitian ini Yuliastuti (2007) didapatkan terdapat hubungan antara sikap

kader dengan kinerja kader. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Yuliastuti (2007) yang menunjukkan bahwa sikap sangat

berpengaruh terhadap kinerja perawat dalam penatalaksanaan kasus flu

burung.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Helen tahun (2012),

hasil analisa yang dengan bivariat menunjukan sikap tidak berpengaruh

terhadap keaktifan kader posyandu yang mana diketahui nilai p= 0.268 (p

> 0,05)

3. Motivasi

Hasil uji statistik dengan menggunakan chi-squre dari hubungan

antara kinerja dengan Motivasi kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas

Paray dengan perolehan nilai x2 hitung = 5,029 dengan demikian nilai p=0,025

> a =0 ,005, maka Ho diterima, Ha ditolak, menunjukkan bahwa tidak ada


73

hubunganyang signifikan antara Motivasi dengan kinerja Kader posyandu

di wilayah kerja Puskesmas Paray Distrik Biak Kota.

Tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Helena (2012),

dimana tidak ada pengaruh motivasi dengan keaktifan kader diketahui

P=0.00 ( P < 0.05)

Penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian lain yang

mengatakan tidak ada hubungan antar motivasi dengan kinerja kader

posyandu namun dalam penelitian lainnya terdapat hubungan saling

berpengaruh antara motivasi dengan kinerja kader posyandu antara lain

dalam menggunakan uji statistik Pearson Chi-Square diperoleh nilai p =

0.010 < α = 0.05. Dari nilai OR=4.182 dengan nilai Cl 95% (1.375-12.714)

didapatkan bahwa ada hubungan antara motivasi kader dengan kinerja kader

dalam pelaksanaan posyandu yang meliputi 5 (lima) meja di Puskesmas

Tagolu kecamatan Lage Kabupaten Poso Sulawesi Tengah Tahun 2011.

Dari hasil analisa bivariat didapatkan bahwa ada hubungan antara

motivasi kader dengan kinerja kader dalam pelaksanaan posyandu yang

meliputi 5 (lima) meja di Puskesmas Tagolu Kecamatan Lage Kabupaten

Poso Sulawesi Tengah Tahun 2011 dengan menggunakan uji statistik

Pearson Chi-Square diperoleh nilai p = 0.010 < α = 0.05. Nilai OR=4.182

dengan Cl 95% (1.375-12.714). Hal ini didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh Purpasari (2007) yang menyatakan ada hubungan antara

pengetahuan dengan kinerja kader posyandu di Kota Sabang Propinsi

Nanggroe Aceh Darussalam.


74

Penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian dari Wirarsuma,

2008, yang aman dalam penelitiannya didapatkan bahwa motivasi sangat

berperan peting dalam meningkatkan kinerja responden dalam kegiatan

posyandu terutama dalam pelaksanaan kegiatan 5 (lima) meja.

Rendahnya motivasi dan kemampuan akan menyebabkan timbulnya

kinerja yang rendah secara menyeluruh. Demikian sebaliknya, skor yang

tinggi pada keduanya akan menghasilkan kinerja yang tinggi secara

keseluruhan. Namun skor yang tinggi pada bidang kemampuan jika

motivasinya rendah akan mengakibatkan kinerja yang rendah.

Penelitian juga tidak sejalan denga penelitian dari Ratih Ayu Andira,

2012, yang mana hasil uji statistik dengan uji chi-square diperoleh nilai P=

0,049, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara

motivasi dengan kinerja kader dalam kegiatan posyandu di Kecamatan

Bontobahari Kabupaten Bulukumba.

Demikian juga hasil penelitian ini tidak sependapat dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Puspasari (2002) yang mengatakan bahwa motivasi

berhubungan dengan kinerja kader dalam kegiatan posyandu dimana

seseorang yang memiliki motivasi yang cukup dalam melakukan

pekerjaannya maka dia akan memiliki kinerja yang cukup pula. Tetapi

dalam penelitian ini, meskipun kader memiliki motivasi yang tinggi, namun

sikap yang ditujukkan belum tentu baik dalam hal pelayanan kepada

masyarakat.

You might also like