You are on page 1of 39

Glass ionomer cement

Pendahuluan

 Tambalan utk perlindungan karies


 Melepaskan fluoride
 Utk pasien dgn resiko karies yang tinggi
 Nama lain: glass polyalkenoate cement
 Water- based cement
Komposisi

 fluoroaluminosilicate glass (kandungan


fluoride >>) + poly(alkenoic acid)
 Cement yg mengandung partikel glass
disekelilingnya dan didukung oleh
matriks yg merpkn dissolusi permukaan
glass dgn asam
Struktur

 Filler
 Fuoroalumino silikat glass
 Tetrahedron dgn struktur silikat glass tiga
dimensi
 Ion aluminum dpt menggantikan ion silika
 Ion alkaline (Na+, K+, Ca2+ dan Sr2+) berada
didekat ion Al3+ utk menetralisir elektrik
 Ion F- berada di struktur glass ttp tidak
termasuk di struktur tetrahedron
 Matriks
 Polyacrylic acid, polymaleic acid, acrylic
acid-itaconic acid copolymer, acrylic acid-
maleic acid colpymer, acrylic acid-2 butene
dicarboxylic acid copolymer dan polyvinyl
phosphonic acid
 GIC dpt melekat pada struktur gigi dan
metal tanpa penambahan bahan lainnya
 Powder: fluoroalumino silikat
 Liquid: polyarylic acid
 P+L
 ion H+ dilepaskan dr polyacrylic acid dan
menyerang permukaan glass
 Ion metal dilepaskan dr glass
 Metal bereaksi dgn polyacrylic acid dan
permukaan partikel glass membentuk layer
gel silika
Setting chemistry
 Kimiawi dari pembentukan semen:
 Initial stage
 Dekomposisi glass dan pelepasan ion metal (Al3+ dan Ca2+)
 Migrasi ion metal ke phase aqueous semen
 Gelasi poliacid oleh ion metal set
 Post-set hardening
 Saat ion metal banyak berikatan dgn rantai poliacid
 Dgn kondisi kelembaban yg tinggi semen ekspand
 Semen rentan terhadap moisture sampai tejadi kekerasan yg
cukup 1 jam
 Pengerasan berlanjut sampai 24 jam tjd translusensi
 Maturasi lebih lanjut dgn lambat
 Setelah 24 jam bbrp hari translusensi >>tahan pengeringan
dan serangan asam
 Dlm bulan semen mjd kaku, kekuatan >>
 Reaksi eksotermik setting shrinkagedihapuskan dgn
hydroscopic expansion
Penyebab terbentuknya gel

 Pembentukan gel disebabkan oleh


kinerja aluminium multivalen dan ion
kalsium yang menggantikan seluruh atau
sebagian ikatan hydrasi dan berikatan
antara pasangan ion anion-kation.
Air

 Utk melarutkan asam


 Dapat memisahkan grup asidik
 Hidrasi partikel semen dan melepaskan
ion alkaline dr permukaan semen
Efek air
 Air merupakan bagian paling penting
 Merupakan medium reaksi dan juga
mememegang peranan untuk membentuk
produk hydrasi dalam bentuk metal
polyalkenoat salt dan silica gel
 Air yang berlebihsemen lemah dan slow
setting
 Pengurangan air:
 Setting lebih cepat, lebih kuat dan tahan lama
tetapi saat limit optimum tercapai masih terdapat
sisa air mengakibatkan semen menjadi lemah
Penambahan Tartaric acid

 Dapat mengurangi kandungan


fluoridepenting dalam menghasilkan
glass yang jernih atau sedikit opal
 Hasil: GIC lebih translucent
 Working time lama; setting time pendek
Bahan tambahan lainnya

 Polyphospate untuk memperpanjang


working timesetting time lebih lama
 Stannous Fluoride: mempercepat
settingmengurangi working time

 Catatan: bahan-bahan tersebut dapat


bekerja apabila dikonjugasi dengan tartaric
acid
Adhesi GIC dgn enamel& dentin

 Enamel ion exchanger


 Dentin substrate idup yg dpt berubah
 Ikatan dgn enamel & dentin ikatan yg
dinamis ada perubahan rusak & hrs dpt di
re- formed
 Ikatan kimia
 Struktur gigi: enamel 98% hidroksi apatit
dentin  70% hidroksi apatit
kolagen hy pd dentin
 Prinsip ikatan GIC – gigi : ikatan hidroksi
apatit enamel > dentin
 GIC tdk berlekatan pd kolagen
 Mekanisme:
 Saat adsorpsi poliakrlat memasuki permukaan
molekuler hidroksi apatit; memindahkan dan
menggantikan ion fosfat.
 Ion Ca dan fosfat hidroksi apatit diganti ion
exchange terbentuk layer kalsium dan aluminum
fosfat dan poliakrilat pd interface
Perlekatan dgn enamel dan dentin

Ion exchange antara GIC dgn permukaan


gigi
• rantai polialkenoat acid telah masuk ke
permukaan enamel dan dentin dan
memindahkan ion fosfat dan melepaskannya
ke semen.
•Tiap ion fosfat disertai oleh ion Ca utk
keseimbangan elektrolitikhslnya layer yg
kaya ion pd permukaan
• saat asam di buffer oleh pelepasan ion
pH akan naik dan interface akan set sbg
material baru yg kaya ion antara gigi dan
restorasi
Klassifikasi GIC
(Wilson & McLean,1988)

 Tipe I: Luting and bonding


 Sifat flow yang baik dan ketebalan minimal
 Ukuran grain max: 15 μm
 Radio-opacity dapat diperoleh dengan
menggantikan kalsium dalam glass dengan
strontium atau lanthanum
 Utk sementasi crown, bridge, inlays & alat ortho
 P/L ratio: 1,5 : 1 atau 3,8 : 1
 Fast set
 Ultimate film thickness 20 μm atau kurang
 Radiopaque
 Tipe II : Restorative
 II.1: restorative (estetik) auto cured dan resin
modified
 Utk aplikasi estetik dgn beban oklusal minimal
 P/L rasio 3:1 sampai 6,8:1
 Shade range excellent dan translucency
 Auto cure cement prolonged setting reaction dan
kehilangan air sampai 24 jam setelah peletakan
memerlukan perlindungan thdp lingkungan mulut
 Resin- modified tahan thdp uptake air atau kehilangan
air
 Radiopaque
 II.2: restorative material
 Estetik tidak diperlukan, ttp diperlukan setting yg
cepat dan sifat fisik >>
 P/L ratio 3:1 sampai 4:1

 Fast set

 Radiopaque

 Lebih tahan terhadap abrasi


 Tipe III; Lining atau base cement
 Sifat utama: strength dan radiopasitas
 Auto cured atau resin modified
 Lining atau base tergantung P/L ratio
 Lining P/L ratio 1,5:1
 Beberapa bahan lining mengandung zinc oxide yang
cenderung meningkatkan radiopasitas
 Base atau pengganti dentin P/L ratio 3:1 sampai 6,8:1
 Powder >> Sifat fisik >>
 Setting time cepat karena sering digunakan dalam tumpatan
“double laminate” atau “sandwich”
 Radiopaque
 Klasifikasi type III dapat diperluas dengan melibatkan GIC
nonestetik
 Fissure protection
 Sbg pit & fissure proteksi
 Mengandung fluoride dalam konsentrasi
tinggi
 Retensi < resin sealent
Kontaminasi dini air
 GIC rentan thdp moisture saat setting dan
pengerasan
 Kepekaan ini terjadi ketika ion cement-forming
( Ca2+ dan Al3+) sedang ditransfer ke poliacid
sampai akhirnya terkurung di dlm gel
 Jk air berkontak dgn semen tersebut sebelum
semen mengeras ion Ca dan Al akan
tersapu dan hilang tjd kerusakan
permanen air akan terabsorb dan
translucency akan hilang serta permukaan yg
lemah akan tererosi
 Perlindungannya: varnish atau resin bonding
Sifat fisik dan mekanik

 Penambahan fasa disperse flexural strength


>>
 Sintering very fine silver sphere pd permukaan
partikel powder utk membentuk cermet
ketahanan abrasi >>
 Penambahan resin (cth. Resin-modified
material) kekuatan kompresi dan tarik >>
 Kandungan asam >> stabilitas di air >>
Faktor yang mempengaruhi sifat
semen
 Komposisi semen
 Fluoride
 Menurunkan temperatur fusion
 Meningkatkan karakteristik working pasta semen
 Meningkatkan kekuatan semen yg telah set
 Jlh sedang meningkatkan translucency
 Efek terapeutik prolonged fluoride release
 Aluminum glass pembentukan semen >>
 Glass high silika transparant
 Glass high alumina opaque
 Rasio alumina/silika mempengaruhi
 Setting time & opasiti
 Alumina>>Kekuatan kompresi >>
 Ukuran partikel semen
 Finer partikel setting time cepat; semen
lebih kuat
 Temperatur
 Temp. <> setting time lama
 P/L ratio
 Campuran tipis setting time cepat; lebih
kuat; tahan lama
Penggunaan klinik/ indikasi
Restorasi material:
 Lesi abrasi/erosi tanpa preparasi kavitas
 Sealing dan filling oklusal pit&fissure
 Restorasi gigi desidui
 Lesi karies klas V
 Lesi karies klas III
 Memperbaiki cacat margin pd restorasi
 Preparasi kavitas minimal; lesi bukal aproksimal dan
oklusal (preparsi tunnel)
 Core build-up
 Restorasi sementara  veneer crown
 Sealing permukaan akar utk overdenture
Penggunaan klinik/ indikasi

Fast-setting lining cement & base


 Lining utk segala tipe kavitas yg
membutuhkan biologikal seal dan aksi
kariostatik
 Penggantian dentin yg karies utk
perlekatan resin komposit yg
menggunakan teknik etsa asam
 Sealing dan filling fissur oklusal yg
menunjukkan tanda awal karies
Penggunaan klinik/ indikasi

Luting cement
 GIC dgn fine grain
 Pelepasan fluor utk pasien dgn insiden
karies tinggi
 Translucencysemen utk
porselenestetis
Kontraindikasi
GIC material rapuh; tensile strength << 
digunakan pd low stress-bearing kavitas
Translucency yg tdk memadai dan ketidak
mampuan utk dipolish kurang cocok dipakai
di area labial yg luas
 Lesi karies klas IV atau fraktur insisal
 Lesi yg melibatkan area labial enamel yg
luas diperlukan faktor estetis
 Lesi karies klas II
 Kehilangan daerah tonjol/cups
Reaksi Setting dari semen auto cure

 Setelah pengadukan kedua konstituen


polyalkenoic acid akan masuk kedalam glass
yang mengakibatkan dekomposisi dari partikel
glass dan melepaskan ion metal, flouride dan
asam silika.
 Dengan meningkatnya pH fase aqueus,
polyalkenoic acid akan mengionosasi dan
menghasilkan ladang elektrostatik yang akan
membantu pergerakan kation yang dibebaskan
kedalam fase aqueus
 Rantai polimer akan terlepas dengan adanya
peningkatan arus negatifviskositas meningkat.
Konsentrasi kation akan terus meningkat, dan akan
memadat pada rantai polyacid. Pengerasan akan
terjadigaram2 akan mempercepat rekasi, dari sol
menjadi gel. Setting awal ini terjadi dalam waktu 4 menit
baik dengan luthing cement maupun bahan restoratif lain.
 Setelah pembentukan gel, semen akan terus mengeras
sebagaimana kation terus berikatan dengan rantai
polyanion dan reaksi hydrasi berlanjut. Hydrogel yang
kasar akan mulai terbentuk di sekeliling permukaan
partikel glass. Maturitas dan stabilitas yang sempurna
akan tercapai dalam waktu paling sedikit 2 minggu untuk
jenis fast setting dan kemungkinan 6 bulan untuk jenis
slow setting, semen estetik konvensional.

You might also like