You are on page 1of 8

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 7, No.

3, November 2012

PENGALAMAN LANSIA DALAM PENANGANAN INKONTINENSIA URINE


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMONJI

Irsanty Collein
Politeknik Kesehatan Palu

ABSTRACT
The aging process is an unique process that occurs to all human influencing by biological,
psychological, social, functional and spiritual factors. The aging process that occurred to each
human will cause disruption or decreased of human function that influence individual‘s health
status. The aim of this research was to get the depth understanding about elderly experience
to urinary incontinence treatment in health community center of Kamonji work area. The
research design was a phenomenological qualitative with the design of exploratory descriptive.
The data was analized by Collaizy technique (1978) that consist of 7 (seven) steps. Number of
participants who joined this research were 2 (two) elderly people by the age of > 90. This
research result carried out 3 (three) themes that were urinating everywhere, nothing special
precaution to cope with wetting, the health workers never informed about the treatment. The
conclusion was found 3 (three) themes of elderly experience to urinary incontinence treatment.

Keywords : experience, urinary incontinence treatment

ABSTRAK
Proses menua merupakan proses yang unik dan terjadi pada semua orang yang dipengaruhi
oleh factor biologis, psikologis, social, fungsional dan spiritual. Proses menua yang dialami
oleh individu akan menyebabkan gangguan atau penurunan fungsi organ tubuh yang dapat
mempengaruhi status kesehatan seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
gambaran mendalam tentang pengalaman lansia terkait penanganan inkontinensia urine di
Wilayah Kerja Puskesmas Kamonji. Rancangan penelitian adalah kualitatif fenomenologi
dengan desain deskriptif eksploratif. Data diolah dengan menggunakan teknik Collaizi (1978)
yang terdiri dari 7 (tujuh) langkah. Jumlah partisipan yang ikut serta dalam penelitian ini adalah
2 orang dengan usia >90 tahun. Hasil penelitian didapatkan 3 (tiga) tema yaitu buang air kecil
dimana saja, tidak ada pencegahan khusus untuk mengatasi ngompol, petugas kesehatan
tidak pernah memberi tahu tentang perawatan. Kesimpulannya didapatkan 3 (tiga) tema
pengalaman lansia terhadap penanganan inkontinensia urine.

Kata kunci : pengalaman, penanganan inkontinensia urine.

158
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 7, No.3, November 2012

PENDAHULUAN 4,7% atau sekitar 5-7 juta penduduk dan


Pengetahuan perawat mengenai enam puluh persen diantaranya adalah
keunikan proses penuaan yang terjadi wanita. Meski tidak berbahaya, namun
secara fisik, psikososial, legal, etik dan gangguan ini tentu sangat mengganggu
ekonomi tentang proses penuaan akan dan membuat malu, sehingga
membantu perawat dalam memberikan menimbulkan rasa rendah diri atau depresi
pelayanan keperawatan yang tepat pada pada penderitanya.Di wilayah kerja
lansia.Salah satu masalah kesehatan yang puskesmas Kamonji jumlah lansia yang
terjadi pada lansia adalah gangguan pada terdaftar dan mengikuti Panti Sosial
system urinarius yaitu inkontinensia urine. Tresna Werda sebanyak 759 orang.
Inkontinensia urine adalah pengeluaran Berdasarkan laporan kegiatan usia
urine dari kandung kemih yang tidak lanjut Puskesmas Kamonji masalah
terkendali atau terjadi diluar keinginan inkontinensia urine tidak termasuk dalam
(Smeltzer & Bare, 2000). daftar 10 jenis penyakit terbanyak laporan
Data di Amerika Serikat triwulan 1 (bulan Januari-maret 2012),
diperkirakan sekitar 10-12 juta orang akan tetapi dari data di Puskesmas
dewasa mengalami inkontinensia urine. Kamonji Lansia dengan usia >70 tahun
Tingkat keparahannya meningkat seiring berjumlah 186 orang dimana menurut
bertambahnya usia dan paritas. Pada usia keyakinan peneliti kemungkinan besar dari
15 tahun atau lebih didapatkan kejadian jumlah lansia tersebut ada yang
10%, sedang pada usia 35-65 tahun mengalami inkontinensia urine tetapi
mencapai 12%. Prevalensi akan mungkin tidak tercatat karena faktor
meningkat sampai 16% pada wanita usia perasaan malu dari lansia.
lebih dari 65 tahun. Pada nulipara Inkontinensia urin yang dialami
didapatkan kejadian 5%, pada wanita oleh pasien dapat menimbulkan dampak
dengan anak satu mencapai 10% dan yang merugikan pada pasien, seperti
meningkat sampai 20% pada wanita gangguan kenyamanan karena pakaian
dengan 5 anak. basah terus, risiko terjadi dekubitus (luka
Menurut data dari WHO, 200 juta pada daerah yang tertekan), dan dapat
penduduk dunia mengalami inkontinensia menimbulkan rasa rendah diri pada
urin. Di Amerika Serikat, jumlah penderita pasien. Inkontinensia urin yang tidak
inkontinensia mencapai 13 juta dengan 85 segera ditangani juga akan mempersulit
persen diantaranya perempuan. Jumlah ini rehabilitasi pengontrolan keluarnya urin.
sebenarnya masih sangat sedikit dari Penanganan inkontinensia urin sebagian
kondisi sebenarnya, sebab masih banyak besar tergantung pada penyebabnya.
kasus yang tidak dilaporkan. Di Indonesia Salah satu usaha untuk mengatasi kondisi
sekitar 5,8% penduduk Indonesia ini berupa program latihan kandung kemih
menderita inkontinensia urin. Jika atau bladder training (Min, 2006).
dibandingkan dengan negara-negara Pengalaman setiap lansia merupakan hal
Eropa, angka ini termasuk kecil. Hasil yang unik dan masalah inkontinensia urine
survey yang dilakukan di rumah sakit- akan menyebabkan perasaan rendah diri
rumah sakit menunjukkan, penderita pada lansia sehingga malu untuk
inkontinesia di seluruh Indonesia mencapai mengungkapkan pada orang lain terutama
159
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 7, No.3, November 2012

petugas kesehatan. Penelitian tentang pengklasifikasian dan pengelompokan


inkontinensia urine telah banyak dilakukan fenomena. Elemen atau esensi yang
tetapi sebagian besar adalah jenis kritikal dideskripsikan secara terpisah dan
penelitian kuantitatif sedangkan penelitian kemudian dalam kontek hubungannya
terkait untuk menggali bagaimanakah terhadap satu sama lain.
pengalaman lansia dalam mengatasi Tempat penelitian dilakukan di
inkontinensia urine belum pernah Panti Sosial Tresna Werda yayasan
dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk Alkautsar Palu di wilayah kerja Puskesmas
memperoleh gambaran yang mendalam Kamonji. Kegiatan pengumpulan data
tentang pengalaman lansia terkait berupa kegiatan wawancara secara
penanganan inkontinensia urine di Wilayah mendalam dilakukan di rumah-rumah
Kerja Puskesmas Kamonji. partisipan setelah sebelumnya dilakukan
kontrak bersama dengan klien di panti
METODE PENELITIAN werda. Partisipan dalam penelitian ini
Penelitian ini menggunakan desain adalah lansia yang mengalami
riset kualitatif dengan model pendekatan inkontinensia urien dengan kriteria inklusi:
fenomenologi. Tahapan penelitan 1) kategori usia diatas 45 tahun menurut
fenomenologi deskriptif terdiri dari: WHO, 2) mengalami inkontinensia urine
intuiting, analyzing dan describing. Peneliti lebih dari 6 bulan, 3) tidak mengalami
pada tahap intuiting memahami gangguan neurologis dan dapat diajak
pengalaman lansia berdasarkan kerangka berkomunikasi serta 4) bersedia ikut serta
berpikir peneliti sendiri dengan melakukan dalam penelitian ini.
literature review. Partisipan diberikan Peneliti menjadi instrumen utama
kesempatan seluas-luasnya oleh peneliti pada saat mengumpulkan data dan
untuk menceritakan pengalaman yang mendengarkan penjelasan partisipan
dialaminya tanpa dipengaruhi oleh melalui proses wawancara tentang arti dan
pengetahuan dan keyakinan yang dimiliki makna pengalaman hidup partisipan.
oleh peneliti. Tahap kedua peneliti Analisis data pada penelitian ini adalah
mengidentifikasi arti dari fenomena menggunakan metode Collaizi (1978)
pengalaman klien tentag penanganan dengan pertimbangan pada bagian akhir
inkontinensia urine dengan menggali dari proses analisis data peneliti kembali
hubungan dan keterkaitan antara elemen- kepada partisipan untuk melakukan
elemen tertentu dengan fenomena klarifikasi kembali terhadap tema-tema
tersebut. yang telah didapatkan kepada partisipan
Peneliti kemudian mempelajari sehingga diperoleh hasil yang benar-benar
data yang telah ditranskripkan dan ditelaah akurat.
secara berulang-ulang. Langkahnya
berupa mencari kata-kata kunci dari HASIL DAN BAHASAN
informasi yang disampaikan partisipan Gambaran Karakteristik Partisipan
untuk membentuk tema-tema. Tahap Partisipan yang ikut dalam
ketiga peneliti mengkomunikasikan dan penelitian ini sebanyak 2 (dua) orang yang
memberikan gambaran tertulis dari elemen saat ini menghuni Panti Sosial Tresna
kritikal yang didasarkan pada Werda Yayasan Al - Kautsar. Partisipan
160
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 7, No.3, November 2012

berusia rata-rata diatas 80 tahun, dan tidak ini saling berhubungan dan kaitannya
bekerja lagi, karena semua lansia sudah sangat erat. Tema yang dihasilkan sangat
berusia sangat lanjut maka mereka selalu luas dan menceritakan esensi dari
didampingi oleh pengasuhnya untuk pengalaman partisipan tentang
melakukan ADL termasuk dalam penanganan inkontinensia urine.
melakukan kegiatan wawancara secara
mendalam. Tema Pengalaman Partisipan.
Semua partisipan adalah Untuk rincinya pengalaman
perempuan. Satu lansia menderita diwakili oleh tema berikut terhadap
inkontinensia urine diatas satu tahun dan penanganan inkontinensia urine diwakili
satu orang berisiko mengalami oleh tema berikut:
inkontinensia urine karena usianya yang 1. Buang air kecil dimana saja
sudah sangat lanjut diatas 90 tahun dan Pengalaman yang dirasakan lansia
terkadang urinenya keluar menetes sedikit dan pengasuhnya tentang pengalaman
di celananya. Penyebab menderita penanganan inkontinensia urine adalah
inkontinensia urine adalah karena factor buang air kecil dimana saja. Salah seorang
usia. Hal lain yang didapatkan dalam pengasuh mengatakan bahwa temannya
penelitian ini adalah para partisipan tidak itu selalu BAK di sembarangan tempat dan
bisa menjawab sendiri pertanyaan karena kapan saja. Pengasuhnya mengatakan ini
factor usia dan kemunduran dialami kurang lebih setahun yang lalu,
perkembangan fisik yang mereka alami. padahal sebelum itu temannya tidak
Para pengasuhnya adalah orang yang seperti itu. Menurut dia temannya itu
diberi tugas untuk merawat lansia sengaja ingin menyusahkan dirinya saja,
sehingga mereka yang lebih mengetahui sebenarnya dia bisa bilang tapi tidak mau.
tentang partisipan. Tetapi menurut partisipan yang lain bila dia
Berikut ini secara rinci akan ingin buang air kecil maka dia akan
dijelaskan tentang tema yang teridentifikasi memanggil pengasuhnya karena dia tidak
dari hasil wawancara pada lansia yang bisa berjalan sendiri ke kamar mandi
mengalami inkontinensia urine. Tema- karena dia tidak bisa melihat dan tidak bisa
tema tersebut adalah (1) BAK dimana saja, mendengar lagi.
(2) membawa lansia ke kamar mandi, (3) Adapun yang diungkapkan oleh
tidak ada pencegahan khusus untuk pengasuh partisipan 1 bahwa semua
mengatasi ngompol, (4) petugas kebutuhan partisipan dibantu oleh
Puskesmas tidak pernah memberi tahu pengasuhnya. Selain itu partisipan 1 juga
tentang perawatan.Tema-tema yang sudah mengalami kemunduran mental
didapatkan dalam penelitian ini dibahas kembali ke anak-anak sehingga yang
secara terpisah untuk mengungkap menjawab adalah pengasuh partisipan 1.
pengalaman lansia terhadap penanganan Adapun yang diungkapkan adalah sebagai
inkontinensia urine, akan tetapi walaupun berikut.
dibahas secara terpisah namun tema-tema

161
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 7, No.3, November 2012

“Jengkel saya Nak, kalo saya kasih pake pampers, dia tarik-tarik. Dia buka itu
pampers. Baru tidak mau dia kencing di pampers. Begitu dibuka pampersnya dia
kencing sembarangan. (sambil mengeluh). …” (P1).

Kedua partisipan mengatakan sisto-uretrokel. Tetapi kadang-kadang


bahwa mereka tidak dapat mengontrol dijumpai penderita dengan prolapsus total
kencingnya. Yang ditandai oleh mereka uterus dan vagina dengan kontinensia
kencing dimana saja dan tidak dapat urine yang baik.
mengontrol keinginan untuk BAK. Dari Menurut peneliti apa yang
beberapa lansia yang tinggal di panti dirasakan oleh partisipan yang tidak dapat
Werdha kebanyakan terjadi pada wanita mengontrol BAK nya disebabkan karena
dan sudah pernah melahirkan dan pada semua usa mereka yang sudah cukup
usia diatas 90 tahun hal ini disebabkan lanjut yaitu diatas 90 tahun, kemunduran
oleh otot-otot uretra tidak dapat melawan fisik dan kemampuan mereka untuk
tekanan akibat meningkatnya tekanan di mencapai kamar mandi juga sangat
kandung kemih dan karena usia yang mempengaruhi karena kedua partisipan
sudah sangat lanjut maka spingter uretra tidak dapat melihat karena mata sudah
pun sudah mengalami penurunan fungsi. kabur, pendengaran sudah berkurang dan
Tanda dan gejala yang dialami oleh lansia fisik sudah sangat tua sehingga untuk ke
cukup bervariasi dari yang BAK di kamar mandi juga tidak bisa mandiri.
sembarang tempat dan waktu, ada juga Ketidaknyamanan mengenakan diapers
yang hanya menetes sedikit urinenya di disebabkan karena mereka tidak biasa
celana. Tetapi terdapat hal yang cukup menggunakan diaper sehingga
menarik, kedua partisipan mengatakan menimbulkan perasaan tidak nyaman.
tidak merasa nyaman menggunakan
diapers. 2. Tidak ada pencegahan khusus untuk
Sesuai dengan pendapat Min mengatasi ngompol
(2006) mengatakan inkontinensia urine Kedua partisipan dan pengasuhnya
adalah pelepasan urine secara tak sadar mengatakan mereka tidak pernah diberi
yang menimbulkan masalah social atau tahu cara mencegah inkontinensia urine.
higienes yang dapat ditunjukkan secara Tindakan yang mereka lakukan untuk
nyata, yaitu ketidakmampuan menahan menanangani inkontinensia urine hanyalah
kencing. Inkontinensia urine adalah dipelajari dari orang tuanya. Mereka tidak
ketidakmampuan menahan air kencing. tahu pencegahan yang harus dilakukan
Gangguan ini lebih sering terjadi pada untuk mencegah ngompol. Hal ini
wanita yang pernah melahirkan daripada diungkapkan oleh kedua partisipan dan
yang belum pernah melahirkan (nulipara). pengasuhnya. Mereka hanya menjalankan
Diduga disebabkan oleh perubahan otot apa yang sudah terjadi. Hal ini
dan fasia di dasar panggul. Kebanyakan diungkapkan oleh partisipan sebagai
penderita inkontinensia telah menderita berikut:
desensus dinding depan vagina disertai

162
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 7, No.3, November 2012

“ Tidak tahu kita dek… apa yang bisa dilakukan untuk mencegah ngompol karena so
tua barangkali nak … latihan-latihan apa lagi itu Nak? “ (P1)

Kedua partisipan dan karena usia mereka yang sudah sangat


pengasuhnya mengungkapkan tidak ada lanjut yaitu diatas 90 ta hun untuk para
pencegahan khusus untuk mengatasi partisipan dan pengasuhnya yaitu >70
inkontinensia urine, mereka hanya tahun dan sudah mengalami kemunduran
menjalani dan menerima saja. baik factor fisik dan memorinya sehingga
Pencegahan yang harus dilakukan oleh mempengaruhi kemampuan mereka untuk
seseorang agar tidak mengalami belajar dan menerima informasi baru.
inkontinensia urine adalah dengan Selain itu mereka kurang terpapar
melakukan latihan otot dasar panggul atau informasi karena mereka tinggal di
dikenal dengan kegel exercise yang lingkungan panti Werdha sehingga
bertujuan untuk menguatkan otot-otot interaksi dengan dunia luar berkurang.
panggul (Min, 2006). Latihan ini dapat
dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja. 3. Petugas Puskesmas tidak pernah
Persepsi partisipan dan memberi tahu tentang perawatan
pengasuhnya tentang tidak tahu cara Kedua partisipan mengatakan
mencegah dan menangani inkontinensia pada hari sabtu sebulan sekali petugas
urine sesuai dengan pendapat Rakhmat kesehatan dari Puskesmas Kamonji
(1999) yang mengatakan persepsi adalah datang untuk melakukan Posyandu Lansia.
merupakan pengalaman tentang obyek, Petugas kesehatan datang untuk
peristiwa atau hubungan-hubungan memeriksa Lansia yang menghuni panti.
yangdidapat dengan menyimpulkan Petugas kesehatan memberi obat dan
informasi dan menafsirkan pesan merawat lansia yang sakit, akan tetapi
dipengaruhi oleh kondisi biologis, perawat tidak memberi tahu bagaimana
kebutuhan, kesiapan mental, suasana cara untuk merawat lansia yang
emosi, latar belakang budaya. mengalami inkontinensia urine. Petugas
Menurut asumsi peneliti penyebab kesehatan tidak masuk ke kamar-kamar
para partisipan tidak mengetahui cara panti. Hal-hal yang dikatakan oleh
mencegah inkontinensia urine adalah partisipan sebagai berikut:

“Datang... hari sabtu mereka selalu datang, hanya kasih obat saja kalo ada yang sakit,
tapi tidak pernah dikasih tahu cara merawat kalo orang ngompol. Saya ini hanya
belajar dari orang-orang tua saja…” (P1)
“Perawatnya selalu datang hari sabtu nak.. tapi tidak pernah sampai ke kamar-kamar,
hanya di ruang serbaguna saja…” (P2)

Kedua partisipan mengatakan memeriksa Lansia yang menghuni panti.


pada hari sabtu sebulan sekali petugas Petugas kesehatan memberi obat dan
kesehatan dari Puskesmas Kamonji merawat lansia yang sakit, akan tetapi
datang untuk melakukan Posyandu perawat tidak memberi tahu bagaimana
Lansia. Petugas kesehatan datang untuk cara untuk merawat lansia yang
163
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 7, No.3, November 2012

mengalami inkontinensia urine. Petugas


kesehatan tidak masuk ke kamar-kamar SIMPULAN DAN SARAN
panti, sehingga partisipan tidak Berdasarkan temuan-temuan dari
mengetahui cara merawat inkontinensia penelitian ini diperoleh simpulan bahwa
urine. tanda dan gejala inkontinensia urine yaitu
Hal ini berbeda dengan pendapat buang air kecil di sembarang tempat. Tidak
Ming (2006) yang mengatakan ada pencegahan khusus untuk menangani
penanganan inkontinensia urine meliputi inkontinensia urine. Tidak ada penanganan
(1) perubahan gaya hidup: menggunakan secara medis dan konservatif yang
pampers, menganjurkan mengurangi dilakukan dan petugas kesehatan tidak
masukan cairan, menghindari the, kopi, pernah memberi tahu tentang perawatan
alcohol, mengurangi berat badan dan inkontinensia urine. Hasil penelitian ini
berhenti merokok, (2) Latihan otot dasar diharapkan menjadi bahan masukan bagi
panggul: dengan tujuan untuk menguatkan puskesmas berupa tambahan
otot-otot panggul, (3) Bladder training: pengetahuan dan wawasan dalam praktik
Pasien dilakukan latihan untuk keperawatan sehingga dalam pelaksanaan
mengosongkan bladder dalam jangka Panti Sosial Tresna Werda agar lebih
waktu tertentu. Pada awal latihan dicoba memperhatikan masalah-masalah yang
untuk menahan selama satu jam. dihadapi lansia terutama mengenai
Kemudian periode penundaan ditingkatkan masalah inkontinensia urine.
secara bertahap dan (4) Intervensi
pembedahan: Menaikkan dan menyokong
leher kandung kemih, dikembalikan pada DAFTAR PUSTAKA
posisi normalnya yaitu diatas otot pelvis. Basrowi & Suwandi. (2008). Memahami
Dan apabila tidak bisa diatasi maka penelitian kualitatif. Jakarta. Rineka
memerlukan penatalaksanaan dengan Cipta.
obat. Pengobatan dilakukan bila Cresswell, J.H. (1998). Qualitative inquiry
pengobatan kognitif behavioural terapi and research design choosing
tidak berhasil. among five edition. California. Sage
Menurut peneliti, ketidaktahuan Publications
partisipan tentang perawatan inkontinensia Speziale, H.J.S & Carpenter, D.R. (2003).
urine disebabkan karena mereka tidak Qualitative research in nursing;
terpapar informasi baik dari petugas advancing the humanistic imperative.
kesehatan yang seharusnya memberikan Philadelphia. Lipincott Williams &
pengetahuan atau pendidikan kesehatan Wilkins.
tentang masalah kesehatan yang dialami Robbins, S.P. ( 2003). Perilaku organisasi
oleh partisipan. Pada akhirnya apa yang ( Jilid 1) Jakarta: Indeks Kelompok
dilakukan oleh partisipan hanyalah Gramedia.
merawat lansia berdasarkan pengalaman Rakhmat, J. (1999). Psikologi komunikasi
yang diperoleh oleh partisipan saat (Edisi Revisi) Bandung: PT Remaja
merawat orang lain yang mengalami Rosdakarya.
inkontinensia urine.

164
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 7, No.3, November 2012

Min, C,C. (2006). Buku panduan klinis


menangani inkontinensia edisi ke-2.
Singapura. Masyarakat Kontinensi.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2000).
Textbook of medical Surgical Nursing
(10th ed). Philadelpia. Lippincott
Williams & Wilkins.
Holloway, I & Wheeler, S. (1996).
Qualitative research for nurses.
London. Blackwell science.
Pollit, D.F, & Beck, C. T., (2004), Nursing
research: Principles and methods,
Seventh edition, Philadelphia :
Lippincott William & Wilkins.

165

You might also like