You are on page 1of 111

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA

BERDASARKAN BEBAN KERJA

DI LOKET PENDAFTARAN BPJS RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA


TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH :

SENO BAYU RW

NIM: 10.910.10000.30

PEMINATAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H / 2015 M
i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Juli 2016

Seno Bayu RW
ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN
Skripsi, Juni 2016
Seno Bayu Rizki Wijaya, NIM : 109101000030
Analisis Kebutuhan Tenaga Kerja Berdasarkan Beban Kerja di Loket
Pendaftaran BPJS Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2015
xiii+94 halaman, 10 tabel, 2 bagan, 4 lampiran

ABSTRAK
Beban kerja merupakan salah satu komponen penting dalam menghitung
kebutuhan tenaga. Artinya jumlah tenaga yang dibutuhkan disesuaikan dengan
beban kerja yang ada. Metode Workload Indicators of Staffing Need (WISN)
adalah metode untuk menghitung kebutuhan tenaga berdasarkan beban kerja nyata
yang dilaksanakan oleh tenaga kerja.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
besarnya beban kerja yang ada di Loket Pendaftaran Pasien Peserta BPJS dengan
teknik Work sampling dan selanjutnya digunakan untuk menghitung kebutuhan
tenaga dengan Metode WISN

Penelitian ini dilaksanakan di loket pendaftaran pasien peserta BPJS


Rumah Sakit Haji jakarta selama sepuluh hari. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan melakukan observasi, wawancara mendalam dan
telaah dokumen. Hasil penelitian didapatkan penggunaan waktu kerja staf untuk
aktivitas produktif rata-rata 77.71%, aktifitas non produiktif rata rata 5.31% dan
aktifitas pribadi 16.98%. Hasil penghitungan tenaga dengan Metode WISN
didapatkan jumlah tenaga loket pendaftaran BPJS adalah 6 orang dengan Ratio
0.8. Dari hasil penelitian ini disarankan kepada Manajemen Rumah Sakit Haji
Jakarta perlu adanya pertimbangan menambah tenaga staf loket pendaftaran BPJS
sebanyak 1orang sesuai dengan beban kerja yang ada.

Kata Kunci: Analisis beban kerja, loket pendaftaran pasien peserta BPJS,
WISN
Daftar Bacaan : 38 (1995-2015)
iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES


PUBLIC HEALTH PROGRAM STUDY
HEALTH CARE MANAGEMENT
Skripsi, June 2016
Seno Bayu Rizki Wijaya, NIM : 109101000030
Workforce Requirements Analysis Based on Workload in Patient
Registration Counter for BPJS Participants Haji Hospital Jakarta year 2015
xiii+94 pages, 10 tables, 2 charts, 4 attachment

ABSTRACT
Workload is one important component in calculating the workforce
requirements. Thats means that the amount of workforce needed tailored to the
existing workload. Workload Indicators of Staffing Need (WISN) is a method to
calculating workforce requirements based on real workload undertaken by
workforce. This study aims to determine the size of existing workload in Patient
Registration Counter for BPJS Participants with Work Sampling techniques and
then used to calculate workforce requirements with WISN method.

This study was conducted in Patient Registration Counter for BPJS


Participants Haji Hospital Jakarta for ten days. This study used a qualitative
approach by cunducting observation, interview and documents analysis. The result
showed the use of staff working time for productive activities are 77.71%, non
productive activity are 5.31% and 16.98% for private activity. The result of
calculation by using WISN method at Patient Registration Counter for BPJS
Participants, it found the amount of force is 6 with WISN Ratio of 0.8. From these
results the conclution is that its important for Haji Hospital management to
concider on recuiting more staff at Patient Registration Counter for BPJS
Participants as much as one person to addjust with the workload condition.

Keyword : Workload Analysis, Patient Registration Counter for BPJS


Participants, WISN
Bibliography: 38 (1995-2015)
iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA BERDASARKAN BEBAN


KERJA DI LOKET PENDAFTARAN BPJS RUMAH SAKIT HAJI
JAKARTA TAHUN 2015

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skrpsi


Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun Oleh :

SENO BAYU R W

109101000030

Jakarta, Juli 2016

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Riastuti Kusumawardani, M.KM Fase Badriah, M.Kes, Ph.D

NIP. 19800516 200901 2005 NIP. 19710605 200604 2012


v

PANITIA SIDANG SKRIPSI

Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, Juli 2016

Penguji 1,

Fajar Ariyanti, Ph.d


NIP. 197612092006042003

Penguji 2,

Yuli Amran, M.KM


NIP. 19800506 200801 2015

Penguji 3,

Susanti Tungka, MARS


vi

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Seno Bayu Rizki Wijaya


Jenis Kelamin : Laki - Laki
Tempat/ Tanggal Lahir : Jakarta, 29 Oktober 1991
Alamat : Jl. Lingkar Sari RT 005 / RW 09 No.28
Kel. Kali Sari, Pasar Rebo – Jakarta Timur
Agama : Islam
E-mail : senobayurw@gmail.com
Pendidikan
1997 - 2003 : SD Negeri Pekayon 17 Pagi Jakarta
2003 - 2006 : SMP Negeri 103 Cijantung
2006 - 2009 : SMA Negeri 39 Cijantung
2009 – sekarang : Manajemen Pelayanan Kesehatan (MPK),
Kesehatan Masyarakat
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Pengalaman Organisasi
2002 - 2003 : Pramuka SDN 17 Pekayon
2003 - 2004 : Anggota English Club SMPN 103 Cijantung
2004 - 2006 : OSIS SMPN 103, Anggota Bidang Seni dan Olahraga
2007 - 2008 : Ketua Paduan Suara SWARNA GITA SMAN 39 Cijantung
2007 – 2009 : Anggota Majelis Perwakilan Kelas
2009 - 2010 : Anggota Paduan Suara FKIK UIN JAKARTA, Conductor 2
2010 – 2011 : BEMJ Kesehatan Masyarakat, Bidang HUMAS dan
Publikasi
vii

KATA PENGANTAR

Assalamu ‘Alaikum Warohmatullah Wabarokatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang,
atas limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini
sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana kesehatan masyarakat. Shalawat
dan salam senantiasa tecurahkan kepada Rosul tercinta Nabi Muhammad .saw
yang telah menjadi suri tauladan bagi umatnya.
Dengan bekal pengetahuan, pengarahan serta bimbingan yang diperoleh
selama perkuliahan dan selama berlangsungnya penelitian, penulis menyusun
Skripsi mengenai “Analisis Kebutuhan Tenaga Kerja Berdasarkan Beban Kerja Di
Loket Pendaftaran BPJS Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2015”.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :


1. Orang tua penulis H. Tumino Wibowo dan Hj. Wiwik Sukesih tercinta
atas doa dan kasih sayang yang tak terhingga kepada ananda, semoga
Allah menerima amal kebaikannya dan mengampuni segala dosanya.
2. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M,Kes selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Fajar Ariyanti M.Kes, Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Riastuti Kusuma Wardhani M.KM, selaku penanggung jawab
Peminatan Manajemen Pelayanan Kesehatan Program Studi Kesehatan
Masyarakat FKIK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
sekaligus dosen pembimbing Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
atas konsultasi, arahan dan bimbingannya selama perkuliahan dan
penelitian.
5. Ibu Fase Badriah M.Kes, PhD dan Ibu Raihana Nadra Alkaff MMA,
selaku dosen pembimbing penyusunan skripsi terimakasih sudah
memberikan ilmu dan meluangkan waktunya untuk saya.
viii

6. Ibu Fajar Aryanti Ph.D, Ibu Yuli Amran M.KM dan Ibu Susanti Tungka
MARS selaku dosen penguji terima kasih atas ilmu, masukan, waktu dan
perhatianya kepada penulis.
7. Rumah Sakit Haji Jakarta dan para staf yang telah memberikan
kesempatan penulis untuk penelitian di Loket Pendaftaran BPJS RS Haji
Jakarta, terima kasih atas ilmu dan rasa kekeluargaan selama penulis
menyusun penelitian ini, semoga Allah .swt memberi kesehatan dan
keberkahan selalu.
8. Teman-teman seperjuangan kelas MPK 2009 yang sudah saling
membantu, memberi dukungan dan berbagi suka duka selama perkuliahan.
9. Para kakak kelas Kesmas (Ka Vita, Ka Ami, Ka Septi dan kawan - kawan)
dan adik Kelas Kesmas (Rahmania dan kelas MPK 2010 lainya) atas
diskusi, dukungan dan doa.
10. Karang Taruna RT 005 yang menemani penulis menyelesaikan penelitian
ini dan Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih sangat jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar di
masa mendatang akan lebih baik lagi. Semoga dengan disusunnya penelitian ini
akan memberikan manfaat bagi banyak pihak, khususnya bagi penulis serta bagi
pembaca.
Wassalamu ‘Alaikum Warohmatullah Wabarokatuh

Jakarta, Juli 2016

Seno Bayu RW
ix

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ............................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................ v
RIWAYAT HIDUP PENULIS ... ............................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................ viii


DAFTAR ISI .............................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiv


DAFTAR BAGAN ..................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 7

1.3 Pertanyaan Penelitian ...................................................................... 8


1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................ 9
1.4.1 Tujuan Umum .............................................................................. 9
1.4.2 Tujuan Khusus ............................................................................ 9
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................... 9
1.5.1 Bagi Rumah Sakit ......................................................................... 9
1.5.2 Bagi Peneliti ................................................................................. 9
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 11


2.1 Pengertian Sumber Daya Manusia ............................................ 11
2.2 Definisi Manjemen Sumber Daya Manusia ............................... 12
2.3 Manajemen Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit .................. 13
x

2.4 Analisis Kebutuhan Sumber Daya Manusia .............................. 14


2.5 Analisis Kebutuhan Tenaga Berdasarkan Beban Kerja .............. 15
2.5.1 Pengertian Beban kerja ...................................................... 15
2.5.2 Penggunaan Waktu Kerja ................................................ 20
2.5.3 Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja Berdasarkan Beban
Kerja .............................................................................. 22
2.6 Ketenagaan Rekam Medis di Rumah Sakit .................................. 27

2.7 Kerangka Teori ......................................................................... 29

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ...... 31


3.1 Kerangka Konsep Penelitian ..................................................... 31
3.2 Definisi Istilah .......................................................................... 35

BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................ 38


4.1 Desain Penelitian ......................................................................... 38
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 38
4.3 Informan Penelitian .................................................................... 38
4.4 Pengumpulan Data ....................................................................... 39
4.4.1 Data Primer .................................................................... 39

4.4.2 Data Sekunder ................................................................ 40


4.5 Pengolahan Data ......................................................................... 40
4.6 Instrumen Penelitian .................................................................. 40
4.7 Analisis Data ............................................................................. 41
4.7.1 Wawancara Mendalam .................................................... 41
4.7.2 Perhitungan Beban Kerja dan Jumlah Tenaga Kerja ........ 41
4.8 Validasi Data ............................................................................. 43
xi

BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................... 46


5.1 . Analisis Kebutuhan SDM Berdasarkan Metode WISN ............. 46
5.1.1 . Menetapkan Waktu Kerja Tersedia ............................... 50
5.1.2 . Menetapkan Unit Kerja dan Kategori SDM ................. 56
5.1.3 Penggunaan Waktu Kerja Berdasarkan Work Sampling . 56
5.1.4 Menyusun Standar Beban Kerja ..................................... 67
5.1.5 Menyusun Standar Kelonggaran ................................... 68

5.1.6 Kebutuhan Tenaga Kerja di Loket Pendaftaran BPJS


RS Haji Jakarta ............................................................ 72
5.2 . Rasio Kesenjangan Tenaga di Loket Pendaftaran BPJS .......... 73

BAB VI PEMBAHASAN ........................................................................... 75


6.1 Keterbatasan Penelitian ........................................................... 75

6.2 Analisis Kebutuhan SDM Berdasarkan Metode WISN ............. 76


6.2.1 . Menetapkan Waktu Kerja Tersedia ............................... 76
6.2.2 . Menetapkan Unit Kerja dan Kategori SDM ................. 77
6.2.3 Penggunaan Waktu Kerja Berdasarkan Work Sampling . 77
6.2.4 Menyusun Standar Beban Kerja ..................................... 80
6.2.5 Menyusun Standar Kelonggaran ................................... 80

6.2.6 Kebutuhan Tenaga Kerja di Loket Pendaftaran BPJS


RS Haji Jakarta ............................................................. 81
6.3 Rasio Kesenjangan Tenaga di Loket Pendaftaran BPJS ............. 82

BAB VII PENUTUP ...................................................................................... 84


7.1 Kesimpulan .............................................................................. 84
7.2 Saran ........................................................................................ 84
xii

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 86


LAMPIRAN .................................................................................................... 91
xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Work Sampling dengan Time Motion Sudy ................... 21

Table 3.1 Definis Operasional ...................................................................... 36

Tabel 5.1 Gambaran Karakteristik Personil Loket Pendaftaran ..................... 48

Tabel 5.2 Waktu Kerja Tersedia Dalam Waktu Satu Tahun .......................... 55

Tabel 5.3 Unit Kerja dan Kategori SDM yang Diteliti .................................. 56
Tabel 5.4 Jumlah Waktu Personil Loket Pendaftaran Dalam Sepuluh

Hari Kerja .................................................................................... 57

Tabel 5.5 Kuantitas Aktivitas di Loket Pendaftaran Berdasarkan Tanggal

Pengamatan ................................................................................. 59

Tabel 5.6 Standar Beban Kerja Aktifitas Pengamatan .................................... 68

Tabel 5.7 Waktu Kelonggaran di Loket Pendaftaran BPJS ............................ 69

Tabel 5.8 Kebutuhan Tenaga di Loket Pendaftaran Rumah Sakit Haji

Jakarta Berdasarkan Perhitungan Beban Kerja ............................. 72

Tabel 5.9 Kesenjangan Tenaga yang Ada dengan Kebutuhan Hasil Analisis

WISN ........................................................................................... 74
xiv

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori ........................................................................... 32

Bagan 3.1 Kerangka Konsep ........................................................................ 36

Bagan 5.1 Alur Pelayanan di Loket Pendaftaran BPJS ................................... 47


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berkembangnya pertumbuhan rumah sakit terutama di kota-kota
besar, menyebabkan tingkat kompetisi antar rumah sakit cukup tinggi.
Dengan tingkat kompetisi yang tinggi, maka akan diikuti dengan segala upaya
setiap rumah sakit untuk mempertahankan keberadaannya. Tidak dapat
dihindari bahwa peranan sektor swasta akan bertambah besar, yang
disebabkan karena meningkatnya sosial ekonomi penduduk, bertambahnya
jumlah penduduk yang dilayani dan adanya kesadaran akan kualitas
pelayanan yang baik (Hosizah, 2012).
Bergesernya konsep rumah sakit, dari konsep lama ke konsep baru,
dimana rumah sakit adalah institusi sosial semata – mata, ke arah konsep
rumah sakit sebagai institusi sosio – ekonomi. Artinya adalah bahwa
pengelolaan rumah sakit harus menggunakan prinsip – prinsip ekonomi
(pengendalian biaya, efektif dan efisien), dengan tetap menjalankan fungsi
sosialnya. Keadaan ini mendorong rumah sakit untuk lebih memperhatikan
efisiensi penggunaan sumber daya dalam melakukan kegiatanya dengan tetap
menjaga mutu yang baik. (Gunadi, 1997)
Rumah sakit kini sudah menjadi industri jasa dan sudah menjadi
institusi yang multi disipliner. Berbagai jenis tenaga dari disiplin ilmu yang
berbeda berkumpul menjadi satu disini. Peranan manusia di rumah sakit
menjadi sangat penting. Produk jasa yang dihasilkan rumah sakit amat
ditentukan oleh jenis tenaga manusianya (Gunadi, 1997).
Berdasarkan Permenkes No. 269 tahun 2008 tentang Rekam
Medis, tenaga kesehatan adalah tenaga yang ikut memberikan pelayanan
kesehatan langsung kepada pasien selain dokter dan dokter gigi, dalam hal ini
petugas pendaftaran pasien termasuk didalamnya. Tersedianya setiap kategori
ketenagaan dengan kualitas dan kuantitas yang memadai dapat menjamin
terselenggaranya pelayanan kesehatan di rumah sakit secara optimal.
1
2

Siregar (2004) menjelaskan dalam melaksanakan tugasnya, rumah


sakit mempunyai berbagai fungsi yaitu menyelenggarakan pelayanan medis,
pelayanan penunjang medis dan non medis, pelayanan dan asuhan
keperawatan, pelayanan rujukan, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan
pengembangan, serta administrasi umum dan keuangan.
Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang bermutu,
merata dan terjangkau, salah satunya adalah peningkatan pelayanan
kesehatan. Untuk memenuhi hal tersebut salah satunya adalah meningkatkan
pelayanan loket. Petugas pendaftaran pasien merupakan tenaga kesehatan
yang langsung memberikan pelayanan pada pasien pertama kali saat pasien
tersebut akan berobat di suatu sarana pelayanan kesehatan. Peran petugas
pendaftaran pasien sangatlah penting karena di tempat pendaftaran seorang
pasien mendapatkan kesan baik ataupun buruk pada suatu pelayanan
kesehatan. Oleh karena itu, petugas pendaftaran harus terampil, cepat dan
tepat guna menunjang kelengkapan data rekam medis yang valid. Petugas
pendaftaran pasien di suatu sarana pelayanan kesehatan/ rumah sakit biasanya
diklasifikasikan berdasarkan pasien yang berobat, yaitu petugas pendaftaran
pasien rawat jalan dan rawat inap. Berdasarkan jenis kunjungan pasien,
pendaftaran dibedakan menjadi dua, yaitu pendaftaran pasien lama dan
pendaftaran pasien baru. Selain itu untuk loket pendaftaran biasanya
dibedakan berdasarkan jenis pasien yang ada di saryankes setempat, seperti
loket pasien umum, loket pasien karyawan, loket pasien asuransi dan pasien
gawat darurat (Rahmawati, 2015).
Salah satu kegiatan yang perlu dilakukan petugas loket pendaftaran
peserta BPJS di RS Haji Jakarta ialah rekam medis. Hatta (2011)
menerangkan rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan
dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan.
Penyelenggaraan rekam medis adalah merupakan proses kegiatan yang
dimulai pada saat diterimanya pasien di rumah sakit. Diteruskan kegiatan
pencatatan data medis pasien selama pasien tersebut mendapatkan pelayanan
3

medis, dan dilanjutkan dengan penanganan berkas rekam medis yang meliputi
penyelenggaraan, penyimpanan serta pengeluaran berkas dari tempat
penyimpanan untuk melayani permintaan untuk keperluan lainya.
Sejak tahun 1968, Pemerintah Indonesia memberlakukan sistem
Asuransi Kesehatan bagi masyarakat kurang mampu. Dalam perjalanannya,
asuransi kesehatan di Indonesia telah berevolusi sebanyak lima kali, hingga
pada tahun 2014 berganti menjadi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Jaminan Kesehatan Nasional adalah suatu program masyarakat atau rakyat
dengan tujuan memberikan kepastian jaminan yang menyeluruh bagi setiap
rakyat Indonesia agar dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera. Sesuai
dengan prinsip asuransi sosial dan prinsip equitas yang terdapat dalam
Undang- undang No. 40 tahun 2004.
Jaminan Kesehatan Nasional diselenggarakan oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial adalah badan hukum publik yang bertanggung jawab kepada
Presiden dan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi
seluruh penduduk Indonesia termasuk warga negara asing yang bekerja paling
singkat enam bulan di Indonesia. Dianing (2014) menyatakan dengan
diselenggarakanya Program Jaminan Kesehatan Nasional pasien yang berobat
di rumah sakit semakin meningkat. Hal ini disebabkan masyarakat Indonesia
sudah sadar akan pentingnya arti kesehatan. Dengan meningkatnya pasien
yang berobat maka beban kerja makin bertambah. Pendaftaran untuk pasien
asuransi/BPJS di suatu rumah sakit/ sarana pelayanan kesehatan berbeda
dengan pendaftaran pasien pada umumnya. Proses pendaftaran pasien BPJS
terbilang lebih lama daripada proses pendaftaran pasien non BPJS. Oleh
karena itu, petugas pendaftaran BPJS akan mendapatkan beban kerja serta
tanggung jawab yang lebih besar.
Salah satu upaya penting yang dapat dilakukan oleh rumah sakit
untuk menjawab tantangan tersebut adalah dengan merencanakan kebutuhan
sumber daya manusia yang dimilikinya secara tepat sesuai dengan fungsi
pelayanan setiap unit, bagian, dan instalasi rumah sakit. Karena sumber daya
4

manusia yang berkualitas dan memiliki kemampuan kompetitif akan dapat


melaksanakan fungsi dari organisasi (Indriana, 2009).
Perencanaan SDM adalah sebagai proses untuk menentukan
jumlah dan jenis manusia yang dibutuhkan oleh suatu organisasi dalam waktu
dan tempat yang tepat serta melakukan tugas sesuai dengan yang diharapkan.
Penyusunan rencana SDM bagi suatu organisasi dimaksudkan untuk
menjamin agar kebutuhan SDM dapat terpenuhi secara konstan, baik dari segi
kualitas maupun kuantitas. Proses perencanaan SDM dimaksudkan untuk
pembuatan ramalan tentang kebutuhan jumlah SDM untuk masa yang akan
datang dibandingkan dengan proyeksi persediaan SDM yang ada (Mudiartha,
2001).
Hasil penelitian yang dilakukan An Australian Graduate School of
Management terhadap 541 organisasi, ternyata hanya 37% yang mempunyai
perencanaan SDM yang berdasarkan analisis ilmiah, dan 41% tidak
mempunyai sistem perencanaan SDM yang baik serta sisanya 12% sama
sekali tidak memiliki perencanaan SDM. Hasil penelitian ini
menggambarkan, walaupun di negara maju sekalipun hanya sepertiga
organisasi saja yang melakukan fungsi perencanaan SDM, sedangkan
mayoritas (63%) sama sekali belum melakukan fungsi perencanaan SDM
yang akhirnya berefek terhadap rendahnya kualitas kinerja dan produktifitas
rumah sakit (Stone, 1995).
Elemen penting dalam melakukan perencanaan SDM rumah sakit
adalah dengan melakukan analisis kebutuhan sumber daya manusia. Salah
satu indikator untuk menentukan kebutuhan sumber daya manusia di institusi
pelayanan kesehatan adalah berdasarkan beban pekerjaan nyata yang
dilakukan oleh personil di bagian atau unit tempat kerja (Indriana, 2009).
Pada tahun 2004 Departemen Kesehatan RI melalui Keputusan
Menteri Kesehatan No. 81/MENKES/SK/2004 telah mengeluarkan pedoman
penyusunan perencanaan SDM kesehatan di tingkat propinsi, kabupaten/kota
serta rumah sakit. Dalam pedoman ini yang paling menarik dan tepat
digunakan di rumah sakit adalah perhitungan kebutuhan SDM dengan
5

menggunakan Metode Workload Indicator Staf Need (WISN), yakni


penghitungan kebutuhan SDM berdasarkan beban kerja. Pedoman
perencanaan SDM dengan metoda WISN telah ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan untuk dipedomani dan dilaksanakan oleh seluruh unit pelayanan
kesehatan (termasuk rumah sakit) dan sampai saat ini baru beberapa rumah
sakit di Indonesia yang baru menggunakan metode ini (Nuryanto, 2005).
Santoso (2013) dalam bukunya tentang konsep manajemen sumber
daya manusia menjelaskan, konsep analisis beban kerja hadir sebagai suatu
teknikal praktis yang dapat dipergunakan untuk mengkuantitatifkan dan
menghitung produktifitas karyawan. Hasil dari analisis beban kerja juga dapat
dipergunakan sebagai landasan dalam menentukan jumlah sumber daya
manusia yang dibutuhkan organisasi secara efektif dan efisien.
Beban kerja seseorang ditentukan dalam bentuk standar kerja
perusahaan menurut jenis pekerjaannya (Mangkuprawira, 2003). Beban kerja
yang dibebankan kepada karyawan dapat terjadi dalam tiga kondisi. Pertama,
beban kerja sesuai standar. Kedua, beban kerja yang terlalu tinggi (over
capacity). Ketiga, beban kerja yang terlalu rendah (under capacity). Beban
kerja yang terlalu berat atau ringan akan berdampak terjadinya inefisiensi
kerja. Beban kerja yang terlalu ringan berarti terjadi kelebihan tenaga kerja.
Kelebihan ini menyebabkan organisasi harus menggaji jumlah karyawan
lebih banyak dengan produktifitas yang sama sehingga terjadi inefisiensi
biaya. Sebaliknya, jika terjadi kekurangan tenaga kerja atau banyaknya
pekerjaan dengan jumlah karyawan yang dipekerjakan sedikit, dapat
menyebabkan keletihan fisik maupun psikologis bagi karyawan. Akhirnya
karyawan pun menjadi tidak produktif karena terlalu lelah.
Indriana (2009) dalam penelitiannya tentang analisis kebutuhan
tenaga kerja di Rumah Sakit Karya Bhakti mengatakan, bila dalam
perencanaan sumber daya manusia belum pernah dilakukan analisis
kebutuhan tenaga khususnya untuk tenaga penunjang, akibatnya akan muncul
banyaknya keluhan mengenai tidak seimbangnya antara beban pekerjaan
dengan jumlah sumber daya manusia yang ada di unit terkait. Dalam
6

bukunya, Illyas (2013) menjelaskan beban kerja didasarkan pada pemanfaatan


waktu kerja yang tersedia untuk melakukan serangkaian pekerjaan. Beban
kerja dapat dilihat dari aktivitas atau kegiatan yang dilakukan staf pada waktu
kerja baik kegiatan langsung, kegiatan tidak langsung, dan kegiatan lain
seperti kegiatan pribadi dan kegiatan yang tidak produktif. Waktu kerja ini
dilihat dari kesesuaian dengan standar waktu kerja yang dikeluarkan oleh
Depkes RI tahun 2004 yaitu waktu kerja nomal perhari adalah 8 jam (5 hari
kerja), bila seorang staf bekerja diatas 80% dari waktu produktifnya maka
dapat dikatakan bahwa beban kerjanya tinggi.
Tingginya beban kerja dipengaruhi oleh jumlah staf yang tersedia
di suatu unit di rumah sakit belum memadai. Selain itu, fasilitas juga
merupakan faktor yang mempengaruhi beban kerja staf. Menurut hasil
penelitian di Rumah Sakit Jiwa Dadi Makasar, menunjukkan bahwa fasilitas
yang cukup lengkap dapat membantu meringankan beban kerja staf. Hasil
penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa semakin jelas SOP (Standar
Oprasional Pelayanan) dan Petunjuk Teknis seorang staf maka akan sangat
membantu dalam meringankan beban kerja staf tersebut (Irwandy, 2007).
Saat ini Loket Pendaftaran BPJS Rumah Sakit Haji Jakarta
memiliki 5 orang personel, satu orang sebagai penanggung jawab, tiga orang
staf pengelolaan dan pengolahan data rekam medis dan seorang staf coding.
Staf Pendaftaran Pasien BPJS dibawah naungan instalasi Keuangan. Pasien
BPJS di RS Haji Jakarta cukup banyak yaitu sekitar 4.500 peserta BPJS tiap
bulanya. Pada saat dilakukan observasi terdapat keluhan dari pasien peserta
BPJS mengenai lamanya waktu tunggu antrian proses pendaftaran sebelum ke
poliklinik yang dituju, ditambah kondisi ruang tunggu yang terbatas karena
hanya menyediakan sekitar 50 kursi sehingga puluhan pendaftar lain harus
berdiri memadati area pelayanan pendaftaran BPJS kesehatan. Saat ini jumlah
tenaga yang ada masih terbatas, semua staf di unit Pendaftaran BPJS harus
melakukan pekerjaan rangkap, sehingga pekerjaan tidak maksimal bila ada
staf yang tidak masuk.
7

Melihat dari pentingnya peranan pelayanan loket pendaftaran BPJS


maka perencanaan jumlah kebutuhan sumber daya manusianya harus sesuai
dengan beban kerja di unit tersebut. Karena kelebihan tenaga kerja akan
mengakibatkan terjadinya penggunaan waktu kerja yang tidak produktif atau
sebaliknya kekurangan tenaga kerja akan mengakibatkan beban kerja yang
berlebihan. Untuk itu diperlukan analisis perhitungan kebutuhan tenaga
berdasarkan beban pekerjaan yang ada sehingga diketahui jumlah staf yang
ideal sesuai dengan beban pekerjaannya.

1.2 Rumusan Masalah


Loket Pendaftaran BPJS Rumah Sakit Haji Jakarta memiliki 5
orang personel, satu orang sebagai penanggung jawab (D3 Akuntansi), tiga
orang staf pengelolaan dan pengolahan data rekam medis (D3 Manajemen)
dan seorang staf coding (D3 Rekam Medis). Staf Pendaftaran Pasien BPJS
dibawah naungan instalasi Keuangan. Pasien BPJS di RS Haji Jakarta cukup
banyak yaitu sekitar 4500 peserta BPJS tiap bulanya karena cakupan lokasi
pelayanan yang tidak hanya untuk wilayah Jakarta Timur namun juga ke
wilayah di perbatasan Bekasi. Seluruh Karyawan tetap RS Haji Jakarta dan
keluarga nya juga bagian peserta pelayanan BPJS kesehatan.
Pada saat dilakukan observasi terdapat keluhan dari pasien peserta
BPJS mengenai lamanya waktu tunggu antrian proses pendaftaran sebelum ke
poliklinik yang dituju, ditambah kondisi ruang tunggu yang terbatas karena
hanya menyediakan sekitar 50 kursi sehingga puluhan pendaftar lain harus
berdiri memadati area pelayanan Pendaftaran BPJS kesehatan. Pasien peserta
BPJS biasanya mulai antri untuk ambil nomor urut sejak pukul 6 pagi untuk
mendapatkan nomor antrian paling awal sedangkan waktu pelayanan dimulai
pada pukul 8 pagi, sehingga kuota peserta BPJS di ruang tunggu loket
pendaftaran banyak dan antri lebih lama.
Ditengah waktu tunggu, kesabaran pasien peserta BPJS
mempengaruhi pelayanan dari staf pendaftaran dalam menyambut kedatangan
pasien ke loket dan memberi penjelasan. Tidak jarang masih banyak pasien
8

yang belum melengkapi berkas yang harus dilampirkan sehingga harus


kembali ke loket beberapa kali untuk melengkapinya, dan juga untuk jaminan
resep tertentu yang harus mendapat stempel dari petugas BPJS. Hal ini
memakan waktu lebih lama karena staf di loket pendaftaran harus memberi
penjelasan yang harus dimengerti oleh peserta BPJS.
Saat ini jumlah tenaga yang ada masih terbatas, semua staf di unit
Pendaftaran BPJS harus melakukan pekerjaan rangkap, sehingga pekerjaan
tidak maksimal bila ada staf yang tidak masuk. Apalagi untuk petugas coding
yang hanya berjumlah satu orang setidaknya melayani 300 data pasien dalam
sehari, sehingga staf tambahan sangat diperlukan.
Sejak diadakan sistem BPJS, Rumah Sakit Haji Jakarta belum
pernah melakukan perhitungan kebutuhan tenaga kerja di bagian Pendaftaran
BPJS. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi perubahan beban kerja petugas
pendaftaran BPJS ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana beban kerja dan
kebutuhan petugas pendaftaran BPJS di Rumah Sakit Haji Jakarta dengan
menggunakan metode WISN (Workload Indicator Staf Need), yang nantinya
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak kepegawaian dalam
melaksanakan perencanaan kebutuhan staf.

1.3 Pertanyaan Penelitian


1.3.1 Berapa waktu kerja yang tersedia di Loket Pendaftaran BPJS RS
Haji Jakarta tahun 2015?
1.3.2 Bagaimana penggunaan waktu kerja berdasarkan work sampling
staf di loket pendaftaran RS Haji Jakarta tahun 2015?
1.3.3 Berapa besaran standar beban kerja staf loket pendaftaran BPJS di
RS Haji Jakarta tahun 2015?
1.3.4 Berapa besaran standar kelonggaran staf loket pendaftaran BPJS di
RS Haji Jakarta tahun 2015?
1.3.5 Berapa jumlah kebutuhan tenaga staf di loket Pendaftaran BPJS
Rumah Sakit Haji Jakarta tahun 2015 dengan menggunakan
metode WISN?
9

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui kebutuhan tenaga kerja berdasarkan beban kerja
di loket pendaftaran BPJS di Rumah Sakit Haji Jakarta tahun
2015.

1.4.2 Tujuan Khusus


1. Diketahuinya waktu kerja yang tersedia di Loket Pendaftaran
BPJS RS Haji Jakarta tahun 2015
2. Diketahuinya penggunaan waktu kerja berdasarkan work
sampling staf di loket pendaftaran RS Haji Jakarta tahun 2015
3. Diketahuinya besaran standar beban kerja staf loket
pendaftaran BPJS di RS Haji Jakarta tahun 2015
4. Diketahuinya besaran standar kelonggaran staf loket
pendaftaran BPJS di RS Haji Jakarta tahun 2015
5. Diketahuinya jumlah kebutuhan tenaga staf di loket
Pendaftaran BPJS Rumah Sakit Haji Jakarta tahun 2015 dengan
menggunakan metode WISN

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Bagi RS Haji Jakarta
Penelitian yang dilakukan mahasiswa dapat menjadi
pertimbangan bagi rumah sakit dalam melakukan perencanaan dan
pengembangan pegawai khususnya di Loket Pendaftaran BPJS
Rumah Sakit Haji Jakarta.

1.5.2 Bagi Peneliti


1. Sebagai penambahan pengetahuan dan wawasan yang luas
mengenai ilmu manajemen sumber saya manusia, terutama
mengenai analisis kebutuhan sumber daya manusia di rumah
sakit.
10

2. Menambah kemampuan dalam melakukan analisa dan


penyelesaian terhadap masalah melalui pendekatan yang
bersifat ilmiah serta memenuhi salah satu prasyarat dalam
menyelesaikan program pendidikan Sarjana Kesehatan
Masyarakat.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Haji Jakarta yang berlokasi di Jl.
Raya Pondok Gede Jakarta Timur. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
kebutuhan jumlah tenaga kerja ideal berdasarkan beban kerja nyata staf
Pendaftaran BPJS Rumah Sakit Haji Jakarta. Sasaran penelitian adalah
seluruh staf di Loket Pendaftaran pasien peserta BPJS. Objek dari penelitian
ini adalah beban kerja yang dilakukan staf pada saat melakukan pekerjaan di
Loket Pendaftaran pasien peserta BPJS di Rumah Sakit Haji Jakarta.
Pengamatan dilakukan pada bulan April tahun 2015 selama sepuluh hari kerja
dari tanggal enam sampai tanggal delapan belas April selama delapan jam
kerja dari pukul delapan pagi hingga pukul empat sore dengan wawancara
mendalam dan pengamatan langsung menggunakan metode Work Sampling,
kemudian untuk perhitungan jumlah kebutuhan SDM menggunakan
perhitungan dengan metode WISN (Workload Indicators Staf Need ).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sumber Daya Manusia


Secara konseptual, Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan
makhluk yang unik dan mempunyai karakteristik yang multi kompleks dan
hal ini dapat dilihat dari berbagai aspek, diantaranya adalah (Ilyas, 2013) :
a. SDM merupakan komponen kritis
Semakin tinggi tingkat pemanfaatan sumber daya
manusia akan mengakibatkan semakin tinggi pula hasil guna
sumber daya lainnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa capital
resource sangat bergantung terhadap adanya sumber daya
manusia yang berkualitas
b. SDM Tidak Instan
Kebutuhan sumber daya manusia yang handal dan
berkualitas tidak dapat diperoleh dengan seketika.
Dibutuhkan perencanaan dengan seksama agar didapatkan
orang yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan organisasi,
disamping itu sumber daya yang ada harus diberikan
pendidikan dan pelatihan yang continue sesuai dengan
kebutuhan kerja dan minatnya.
c. SDM Tidak dapat distok
SDM tidak dapat disimpan untuk kebutuhan di masa
depan, sehingga perlu direncanakan sesuai dengan kebutuhan
organisasi yang berkembang.
d. SDM adalah Subyek yang dapat Obsolete
SDM bisa menjadi usang, dimana pengetahuan dan
keterampilan yang dimilikinya tidak berkembang. Untuk
mencegah terjadinya hal tersebut diperlukan pendidikan dan
pelatihan lanjutan bagi SDM yang bersangkutan.

11
12

2.2 Definisi Manajemen Sumber Daya Manusia


Hasibuan (2007) menyatakan bahwa sumber daya manusia adalah
kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu
dimana perilaku dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan
lingkungannya. Berikut adalah definisi manajemen sumber daya manusia
yang disampaikan oleh para ahli:
1. Sofyandi (2008), mendefinisikan manajemen personalia
adalah serangkaian kegiatan yang pertama membuat
kemampuan untuk pekerja dan perusahaan untuk membuat
kesepakatan tujuan dan prosedur kerja. Manajemen Sumber
Daya Manusia adalah seperangkat strategi, proses, dan
kegiatan yang di desain untuk mendukung tujuan organisasi
melalui integrasi individu dan kebutuhan organisasi.
2. Hasibuan (2007) menyatakan bahwa Manajemen sumber
daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan
peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu
terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.
3. Dessler (1997), mengatakan bahwa manajemen sumber daya
manusia merupakan kebijakan dan praktik yang dibutuhkan
seseorang untuk menjalankan aspek sumber daya manusia
dari posisi seorang manajemen, meliputi perekrutan,
penyaringan, pelatihan, pengimbalan, dan penilaian.
4. Soeroso (2003), mengatakan bahwa manajemen sumber daya
manusia merupakan kebijakan dan praktik yang dibutuhkan
oleh seseorang untuk menjalankan aspek sumber daya
manusia dari posisi seorang manajer.

Seluruh definisi di atas menggambarkan bahwa manajemen sumber


daya manusia merupakan aktivitas atau kegiatan yang yang dilaksanakan
agar sumber daya manusia di dalam organisasi dapat digunakan secara
efektif dan efisien untuk mencapai berbagai tujuan.
13

Dapat disimpulkan bahwa manajemen personalia dan sumber daya


manusia adalah “pengakuan” terhadap pentingnya satuan tenaga kerja
organisasi sebagai sumber daya manusia yang vital bagi pencapaian tujuan-
tujuan organisasi, dan pemanfaatan berbagai fungsi dan kegiatan personalia
untuk menjamin bahwa mereka digunakan secara efektif dan bijak agar
bermanfaat bagi individu, organisasi dan masyarakat. (Handoko, 1995)

2.3 Manajemen Sumber Daya Manusia Rumah Sakit


Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu bidang
dalam manajemen umum yang meliputi segi-segi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian. Karena sumber daya
manusia dianggap semakin penting perannya dalam pencapaian tujuan,
maka berbagai pengalaman dan hasil penelitian dalam bidang sumber daya
manusia dikumpulkan secara sistematis dalam manajemen sumber daya
manusia (Rivai, 2008)
Manajemen sumber daya manusia pada hakikatnya merupakan
bagian integral dari keseluruhan manajemen rumah sakit. Strategi
manajemen sumber daya manusia sebenarnya juga merupakan bagian
integral dari strategi rumah sakit. Dengan pemahaman bahwa sumber daya
manusia adalah aset utama rumah sakit, manajemen sumber daya manusia
yang strategis memandang semua manajer pada tingkat pada tingkat
apapun baik secara struktural maupun fungsional sebagai manajer sumber
daya manusia (Soeroso, 2003).
Saat ini keberhasilan sebuah rumah sakit sangat ditentukan oleh
pengetahuan, keterampilan, kreativitas, dan motivasi staf dan
karyawannya. Oleh karena itu peranan manajemen sumber daya manusia
sangat menentukan keberhasilan rumah sakit untuk mencapai tujuannya
(Soeroso, 2003).
14

2.4 Analisis Kebutuhan Sumber Daya Manusia


Fungsi perencanaan sumber daya manusia memiliki titik sentral,
yaitu adanya kebutuhan organisasi terhadap sumber daya manusia. Yang
membedakan adalah metode atau teknik perkiraan yang digunakan, dari
yang bersifat intuitif sampai kompleks (Mangkuprawira, 2003).
Manfaat yang didapat apabila suatu organisasi melakukan analisis
kebutuhan SDM diantaranya adalah (Mangkuprawira, 2003):
1. Optimalisasi sistem manajemen informasi utamanya tentang
data karyawan
2. Memanfaatkan SDM seoptimal mungkin
3. Mengembangkan sistem perencanaan sumber daya manusia
dengan efisien dan efektif
4. Mengkoordinasi fungsi-fungsi manajemen sumber daya
manusia secara optimal
5. Mampu membuat perkiraan kebutuhan sumber daya
manusia dengan lebih akurat dan cermat

Patuwo (2005), menyatakan bahwa ada dua metoda yang dapat


digunakan dalam penentuan jumlah kebutuhan tenaga kerja:
1. Analisis beban kerja
Analisis beban kerja adalah suatu proses penentuan jumlah jam
kerja orang (man hours) yang dipergunakan atau yang diperlukan
untuk menyelesaikan suatu beban kerja tertentu dalam waktu
tertentu. Jumlah jam kerja setiap karyawan akan menunjukkan
jumlah karyawan yang dibutuhkan
2. Analisis tenaga kerja
Analisis tenaga kerja adalah suatu proses penentuan kebutuhan
tenaga kerja yang dipergunakan untuk dapat mempertahankan
kontinuitas jalannya perusahaan secara normal. Karena itu pada
dasarnya selain jumlah karyawan yang telah ditentukan dengan
menggunakan analisis beban kerja, juga harus dipertimbangkan
15

persediaan tenaga kerja, tingkat absensi dan tingkat perputaran


karyawan.

Dalam peramalan kebutuhan personil jangka pendek metode yang


sangat akurat adalah dengan menggunakan informasi mengenai beban
kerja (work load) yang sebenarnya berdasarkan analisis pekerjaan
terhadap kegiatan yang perlu disesuaikan. Teknik analisis beban kerja
memerlukan pedoman penyusunan staff standar untuk menentukan
kebutuhan personalia.
Analisis beban kerja sangat berguna untuk menentukan personel
yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu beban kerja tertentu pada
waktu tertentu pula. Hasil yang diperoleh bukanlah merupakan suatu
angka yang pasti, dimana prestasi kerja personel sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor.

2.5 Analisis Kebutuhan Tenaga Kerja Berdasarkan Beban Kerja


2.5.1 Pengertian Beban Kerja
Beban kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan yang harus
diseleaikan oleh tenaga kesehatan professional dalam satu tahun dalam
satu sarana pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2004). Beban kerja sebagai
kegiatan yang diberikan kepada pegawai dalam suatu organisasi dalam
suatu organisasi maupun institusi mempunyai peran yang penting untuk
menetapkan kebutuhan akan pegawai yang perlukan dalam kelancaran
suatu penyelesaian pekerjaan dimana perhitungan beban kerja tersebut
memerlukan suatu mettode atau tehnik tertentu agar sesuai dengan
keinginan dari institusi. Pengukuran waktu kerja pada pada operasi
perusahaan disebut atau tidak biasanya didasarkan atas lama waktu untuk
membuat suatu produk atau melaksanakan pelayanan (jasa). Pernyataan
khusus tentang jumlah waktu yang harus digunakan untuk melaksanakan
kegiatan tertentu di bawah kondisi kerja normal ini sering disebut tenaga
standar kerja. Tehnik analisis beban kerja ini merupakan penggunaan rasio
16

atau pedoman penyusunan staf standar untuk menentukan kebutuhan


personalia. Analisis beban kerja mengidentifikasikan baik jumlah
karyawan maupun jenis karyawan yang diperlukan dalam mencapai tujuan
organisasional (Yulhantoro, 2002).
Metoda paling akurat untuk peramalan jangka pendek adalah
menggunakan informasi mengenai beban kerja (work load) yang
sesungguhnya berdasarkan analisis pekerjaan terhadap beban kerja yang
perlu disesuaikan. Teknik analisis beban kerja (work load analysis) ini
memerlukan penggunaan rasio atau pedoman penyusunan staf standar
untuk menentukan kebutuhan personalia. (Patuwo, 2005)
Dalam perhitungan beban kerja ada tiga cara yang dapat
digunakan, diantaranya adalah (Ilyas, 2013):

1. Work Sampling
Barnes (1980), menyatakan bahwa work sampling digunakan
untuk mengukur aktivitas pegawai dengan menghitung waktu yang
digunakan untuk bekerja dan waktu yang tidak digunakan untuk bekerja
dalam jam kerja mereka, kemudian disajikan dalam bentuk persentase.
Menurut Niebel (1982) dalam Suharyono (2005), work sampling
adalah suatu teknik untuk mengukur proporsi besaran masing-masing pola
kegiatan dari total waktu kegiatan yang telah dilaksanakan dari suatu
kelompok kerja atau unit kerja.
Pada work sampling, yang diamati adalah apa yang dilakukan oleh
responden dimana informasi yang dibutuhkan oleh penelitian ini adalah
waktu dan kegiatannya, bukan siapanya. Jadi hal yang penting adalah apa
yang dikerjakan oleh personil, dimana kegiatannya dilakukan pengamatan
dari kejauhan (Indriana, 2009).
Barnes (1980), menyatakan ada tiga kegunaan utama dari work
sampling, diantaranya adalah:
1. Activity and Delay Sampling, yaitu untuk mengukur aktivitas dan
penundaan aktivitas dari seorang pekerja. Contohnya adalah
17

dengan mengukur persentase seseorang bekerja dan persentase


seseorang tidak bekerja.
2. Performance Sampling, yaitu untuk mengukur waktu yang
digunakan untuk bekerja, dan waktu yang tidak digunakan
untuk bekerja.
3. Work Measurement, Untuk menetapkan waktu standar dari
suatu kegiatan

Hal-hal yang dapat diamati dengan work sampling


dijelaskan Ilyas (2013):
a. Aktivitas apa yang sedang dilakukan pegawai pada waktu jam
kerja
b. Apakah aktivitas pegawai berkaitan dengan fungsi dan tugasnya
pada waktu jam kerja
c. Proporsi waktu kerja yang digunakan untuk kegiatan produktif
atau tidak produktif
d. Pola beban kerja pegawai dikaitkan dengan waktu, jadwal jam
kerja
Prosedur Work Sampling
1) Menentukan jenis pegawai yang akan diteliti
2) Memilih sampel sebagai subjek yang akan diteliti jika jumlah
pegawai banyak) Membuat formulir daftar kegiatan pegawai
yang diklasifikasikan, dikombinasikan dan disesuaikan dengan
tujuan
4) Melatih pengamat mengenai cara pengamatan kerja dengan
menggunakan work sampling, pengamat sebaiknya memiliki
latar belakang yang sejenis dengan subjek yang akan diamati
untuk memudahkan pelatihan dan pelaksanaan pengamatan.
Setiap pengamat yang mengamati 5-8 orang pegawai.
5) Pengamat kegiatan pekerja dilakukan dengan interval waktu tiap
2-15 menit, tergantung karakteristik pekerjaan. Semakin tinggi
18

tingkat kesibukan pekerja yang diamati, semakin pendek waktu


pengamatan. Semakin pendek jarak waktu pengamatan, semakin
banyak sampel pengamatan yang diamati oleh pengamat
sehingga akurasi pengamatan menjadi lebih akurat. Pengamatan
dilakukan selama jam operasional. Bila jenis tenaga yang akan
diteliti berfungsi 24 jam maka pengamatan dilaksanakan
sepanjang hari

2. Time and Motion Study


Pada Time and Motion Study pengamat melakukan
pengamatan dan mengikuti dengan cermat tentang kegiatan yang
dilakukan oleh personel yang sedang diamati. Pada teknik ini yang
dihasilkan tidak hanya berupa beban kerja dari personel, tetapi
yang lebih penting adalah mengetahui dengan baik kualitas kerja
personel.
Penelitian dengan menggunakan time and motion study
dapat digunakan untuk mengevaluasi tingkat kualitas suatu
pendidikan atau pelatihan bersertifikat keahlian. Pada metode ini
dilakukan pengamatan secara terus menerus sampai pekerjaan
selesai dan sampai selesainya jam kerja pada hari itu. Kegiatan ini
dilakukan pengulangan pada keesokan harinya. Teknik ini
merupakan pekerjaan yang sulit dilakukan, berat dan mahal
sehingga sangat jarang dilakukan.
Kemungkinan terjadinya bias dapat diminimalisir dengan
ditambahnya lama waktu pengamatan, sehingga dapat dikatakan
bahwa data yang didapatkan akurat. Bias dapat terjadi karena
seseorang akan berperilaku kerja lebih baik apabila diamati secara
dekat oleh orang lain. Namun pada hari-hari selanjutnya orang
cenderung akan bekerja dalam ritme yang normal.
19

Tabel 2.1
Perbedaan Work Sampling Dengan Time And Motion Study
No. Work Sampling Time And Motion Study

1 Yang disampling adalah kegiatanya Yang diamati seluruhnya

2 Karyawan yang diamati lebih banyak karyawan umumnya disampling

3 Kualitas kerja tak terdeteksi Kualitas kerja merupakan tujuan

5 Lebih sederhana Lebih melelahkan

6 Lebih murah Sangat mahal

3. Daily Log
Daily log merupakan bentuk sederhana dari work sampling,
dimana orang yang diteliti menuliskan sendiri kegiatan dan waktu
yang digunakan untuk penelitian tersebut. Penggunaan teknik ini
sangt bergantung terhadap kerjasama dan kejujuran dari personel
yang sedang diteliti.
Pada metode ini peneliti biasanya membuat pedoman dan
formulir isian yang dapat dipelajari dan diisi sendiri oleh informan.
Sebelum dilakukan penelitian perlu diberikan penjelasan mengenai
tujuan dan cara pengisisan formulir kepada subyek personel yang
diteliti. Perlu ditekankan bahwa yang dipentingkan adalah
kegiatan, waktu, dan lamanya kegiatan. Sedangkan informasi
mengenai personel tidak akan tercantum pada laporan penelitian.
Hasil analisis dari daily log dapat digunakan untuk melihat
pola beban kerja seperti kapan beban kerjanya tertinggi? Apa jenis
pekerjaan yang membutuhkan waktu banyak? Metoda ini sangat
memerlukan kerjasama karyawan yang diteliti agar hasil yang
didapatkan akurat, artinya dituntut kejujuran dari responden.
20

Adanya beban kerja yang akan diukur (Depkes, 2004) :


1. Under Load kondisi ini mencerminkan jumlah output yang
dihasilkan pegawai kurang dari atau lebih kecil dari jumlah output
yang seharusnya mampu dipenuhi dan dihasilkan oleh pegawai
berdasarkan standar waktu kerja yang telah ditetapkan dan waktu
normal penyelesaiannya.
2. On Load kondisi ini mencerminkan jumlah output yang
dihasilkan pegawai sama dengan jumlah output yang semestinya
dihasilkan oleh pegawai berdasarkan standar waktu kerja yang
telah ditetapkan dan waktu normal penyelesaiannya.
3. Over Load kondisi ini mencerminkan jumlah output yang
dihasilkan pegawai lebih besar dari target jumlah output yang
dihasilkan oleh pegawai lainnya berdasarkan standar waktu kerja
yang telah ditetapkan dan waktu normal penyelesaiannya.

2.5.2 Penggunaan Waktu Kerja


Waktu merupakan faktor utama dalam pencapaian
organisasi. Semakin tinggi tingkat ketepatan waktu dan semakin
efisien tingkat penggunaan waktu maka semakin berhasil suatu
organisasi dalam menjalankan fungsinya. (Azhar, 2008)
Pengukuran waktu kerja memberi cara kepada manajemen
untuk mengukur waktu yang diperlukan untuk menjalankan suatu
operasi atau rangkaian operasi, sehingga waktu tak efektif
ditemukan dan dapat dipisahkan dari waktu efektif. Dengan cara
ini akan diketahui bahwa ada waktu tak efektif, sifatnya serta
berapa banyak sebelumnya terdapat waktu tak efektif tersembunyi
dalam keseluruhan waktu pembuatan atau proses (ILO, 1983).
Ruang lingkup waktu produktif dan waktu tidak produktif
menurut ILO (1983) adalah:
21

a. Waktu produktif, waktu produktif terbagi menjadi dua:


1. Waktu kerja dasar, yaitu waktu kerja minimal yang tidak
dapat ditawar-tawar lagi yang secara teori diperlukan
untuk menghasilkan suatu kegiatan.
2. Waktu kerja tambahan, adalah waktu kerja yang
bertambah atau melebihi waktu kerja dasar. Waktu kerja
dapat bertambah karena cara kerja yang tidak efisien ,
kelemahan metode, tidak adanya prosedur, dan lain-lain
b. Waktu Tidak produktif
Waktu kerja yang tebuang, yang menyebabkan
terhentinya suatu proses atau operasional kegiatan sehingga
akan mengurangi produktivitas. Waktu tidak produktif terjadi
disebabkan oleh:
1. Pihak manajemen gagal dalam merencanakan,
mengendalikan, atau melakukan pengawasan secara
efisien
2. Faktor pekerja, seperti meninggalkan pekerjaan tanpa
alasan yang cukup, keterlambatan, bermalas-malasan
bekerja, dan sebagainya.

Apabila dilakukan pengklasifikasian kegiatan yang diamati


menjadi kegiatan produktif dan tidak produktif, maka dapat
menjawab pertanyaan: Berapa waktu kerja yang digunakan untuk
kegiatan produktif? Tidak mungkin mengharapkan personil untuk
bekerja optimum, paling rasional mengharapkan personil bekerja
pada titik optimum berkisar 80% (Ilyas, 2013).
22

2.5.3 Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja Berdasarkan Beban


Kerja
Departemen kesehatan mengadopsi metode perhitungan
kebutuhan Tenaga Kerja berdasarkan beban pekerjaan yang
dilaksanakan oleh setiap kategori sumber daya manusia, yaitu
metode WISN (Work Indicator of Staffing Need). Metode ini di
Indonesia digunakan untuk menghitung jumlah kebutuhan masing-
masing kategori tenaga kesehatan yang dibutuhkan di kantor dinas
kesehatan dan rumah sakit tingkat profinsi, kabupaten/kota dan
telah di sahkan melalui Keputusan Menteri kesehatan R.I No.
81/Menkes/SK/2004 (DepKes 2004).
Metode perhitungan kebutuhan berdasarkan beban kerja
(WISN) adalah indikator yang menunjukkan besarnya kebutuhan
tenaga pada sarana kesehatan berdasarkan beban kerja, sehingga
alokasi/relokasi tenaga akan lebih mudah dan rasional. Kelebihan
metode ini mudah dioperasikan, mudah digunakan, secara teknis
mudah diterapkan, komprehensif dan realistis. (Depkes, 2004)
Keunggulan metode WISN menurut Depkes adalah:
1. Mudah dilaksanakan karena menggunakan data yang
dikumpulkan atau didapat dari laporan kegiatan rutin
masing-masing unit pelayanan
2. Mudah dalam melakukan prosedur perhitungan, sehingga
manajer kesehatan di semua tingkatan dapat
memasukkannya ke dalam perencanaan kesehatan
3. Hasil perhitungannya dapat segera diketahui, sehingga
dapat segera dimanfaatkan hasil perhitungan tersebut
oleh para manajer kesehatan di semua tingkatan dalam
mengambil kebijakan atau keputusan/kebijakan
4. Metode perhitungan ini dapat digunakan bagi berbagai
jenis ketenagaan, termasuk tenaga non kesehatan
23

5. Hasil perhitungannya realistis, sehingga memberikan


kemudahan dalam menyusun perencanaan anggaran dan
alokasi sumber daya lainnya.

Kelemahan metode WISN diantaranya: Input data yang


diperlukan bagi prosedur perhitungan berasal dari rekapitulasi
kegiatan rutin satuan kerja atau institusi dimana tenaga yang
dihitung bekerja, maka kelengkapan pencatatan data dan kerapihan
penyimpanan data mutlak harus dilakukan dalam mendapatkan
keakuratan hasil perhitungan jumlah tenaga secara maksimal
(Depkes, 2004).
Langkah-Langkah perhitungan kebutuhan tenaga
berdasarkan metode WISN adalah (Depkes, 2004) :

a. Menetapkan waktu kerja tersedia


Menetapkan waktu kerja tersedia bertujuan agar
diperolehnya waktu kerja efektif selama satu tahun untuk masing-
masing kategori SDM yang bekerja di suatu unit atau institusi
rumah sakit.
Rumus penetapan waktu kerja tersedia adalah sebagai
berikut:

Waktu Kerja Tersedia = {A-(B+C+D+E)} x F

Dimana,
A = Hari Kerja, sesuai dengan peraturan atau ketentuan yang
berlaku di rumah sakit
B = Cuti tahunan, sesuai ketentuan hak SDM (12 hari kerja)
C = Pendidikan dan Pelatihan, sesuai ketentuan yang berlaku di
rumah sakit
24

D = Hari libur nasional berdasarkan keputusan bersama menteri


terkait tentang hari libur nasional.
E = Ketidakhadiran kerja karena alasan sakit, tidak masuk dengan
atau tanpa pemberitahuan/ijin
F = Waktu kerja, sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah
sakit

b. Menetapkan unit kerja dan kategori SDM yang dihitung


Tujuan ditetapkannya unit kerja dan kategori SDM yang
dihitung adalah diperolehnya unit kerja dan kategori SDM yang
bertanggung jawab dalam menyelenggarakan kegiatan pelayanan
kesehatan perorangan pada pasien, keluarga, dan masyarakat di
dalam dan di luar rumah sakit
Data dan informasi yang dibutuhkan untuk penetapan unit
kerja dan kategori SDM didapatkan dari:
1. Data pegawai berdasarkan pendidikan yang berkerja pada tiap unit
kerja di rumah sakit
2. Peraturan perundang-undangan berkaitan dengan jabatan
fungsional SDM Kesehatan
3. Standar Profesi, Standar pelayanan dan standar operasional
prosedur (SOP) pada tiap unit kerja rumah sakit.

c. Menyusun standar beban kerja


Standar beban kerja adalah volume/kuantitas beban kerja
selama satu tahun per kategori SDM. Standar beban kerja untuk
suatu kegiatan pokok disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan
untuk menyelesaikannya (ratarata waktu) dan waktu kerja tersedia
yang dimiliki oleh masing-masing kategori SDM
Rumus standar beban kerja adalah:
25

Waktu Kerja tersedia


Standar beban Kerja = _______________________________

Rata-Rata Waktu Per Kegiatan Pokok

Data yang diperlukan:


1. Waktu kerja tersedia
2. Bagan struktur organisasi
3. Kegiatan pokok (Kegiatan pokok dan uraian kegiatan, serta
tanggung jawab masing-masing kategori SDM)
4. Rata-rata waktu untuk menyelesaikan jenis kegiatan pokok
5. Standar profesi
6. Menetapkan waktu berdasarkan kesepakatan

Rata-rata waktu untuk menyelesaikan kegiatan pokok diperoleh


dari:
1. Referensi hasil penelitian
2. Melaksanakan penelitian
3. Pencatatan waktu dalam menyelesaikan uraian kegiatan (Sesuai
standar pelayanan dan SOP).

d. Menyusun standar kelonggaran


Penyusunan standar kelonggaran bertujuan untuk
diperolehnya faktorfaktor kelonggaran setiap kategori SDM
meliputi jenis kegiatan dan kebutuhan waktu untuk menyelesaikan
suatu kegiatan yang tidak terkait langsung atau dipengaruhi tinggi
rendahnya kualitas atau jumlah kegiatan pokok/pelayanan.
Penyusunan standar kelonggaran dapat dilaksanakan
melalui pengamatan dan wawancara kepada setiap kategori
tentang:
26

1. Kegiatan-kegiatan yang tidak terkait langsung dengan pelayanan,


contoh: rapat, pelatihan, mengikuti seminar, penyusunan laporan
kegiatan, menyusun kebutuhan obat dan barang habis pakai, dll
2. Frekuensi tiap faktor kegiatan dalam satuan hari, minggu dan bulan
3. Waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan
setelah faktor kelonggaran tiap kategori SDM diperoleh, langkah
selanjutnya adalah menyusun standar kelonggaran dengan
m,elakukan perhitungan berdasarkan rumus:

Rumus standar kelonggaran :

Rata-Rata Waktu per-Faktor Kelonggaran


Standar kelonggaran = __________________________________
Waktu Kerja Tersedia

e. Menghitung kebutuhan tenaga per-unit kerja


Perhitungan kebutuhan SDM per unit kerja memiliki tujuan
untuk diperolehnya jumlah dan jenis/kategori SDM yang
dibutuhkan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan wajib dan
upaya pengembangan selama kurun waktu satu tahun
Rumus Perhitungan kebutuhan SDM per unit kerja :

Kuantitas Kegiatan Pokok


Kebutuhan SDM = _____________________ + Standar Kelonggaran

Standar Beban Kerja

Data yang diperlukan:


1. Waktu kerja tersedia
2. Standar beban kerja
3. Standar kelonggaran masing-masing kategori SDM
4. Kuantitas kegiatan pokok tiap unit kerja selama satu tahun (KK)
27

2.6 Ketenagaan Rekam Medis di Rumah Sakit


Menurut Permenkes RI No. 269/Menkes/Per/III/2008 tentang
Rekam Medis pada pasal 1, rekam medis adalah berkas yang berisikan
catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,
tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Setiap
rumah sakit harus membuat rekam medis baik itu rekam medis rawat jalan
maupun rekam medis rawat inap. Rekam medis juga berguna sebagai bukti
tertulis atau tindakan-tindakan pelayanan terhadap seseorang pasien, juga
mampu melindungi kepentingan hukum bagi pasien yang bersangkutan,
rumah sakit maupun dokter dan tenaga kesehatan lainnya, apabila
dikemudian hari terjadi suatu hal yang tidak diinginkan menyangkut
rekam medis itu sendiri.
Salah satu bagian Unit Rekam Medis yang bertanggung jawab
dalam pencatatan data pasien yaitu Loket Pendaftaran Pasien. Dalam
melakukan pendaftaran bagi pasien yang akan berobat membutuhkan suatu
catatan atau formulir yang memuat data klinis maupun non klinis. Dari
setiap dokumen rekam medis baik pasien baru atau pasien lama, setelah
mendapatkan pelayanan di Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Jalan maka
masing Unit Rawat Jalan atau poliklinik sesuai dengan kasus penyakit
pasien, Ratna (2014).
Joridawan (2015) menerangkan tujuan rekam medis adalah
menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya
peningkatan pelayanan kesehatan. Tanpa didukung suatu sistem
pengelolaan rekam medis yang baik dan benar, mustahil tertib administrasi
di tempat pelayanan kesehatan akan berhasil sebagaimana yang
diharapkan. Sedangkan tertib administrasi merupakan salah satu faktor
yang menentukan di dalam upaya pelayanan kesehatan
28

Standar kompetensi perekam medis yang dikeluarkan oleh


Perhimpunan Profesional Rekam Medis dan Informasi Kesehatan tahun
2012 adalah :
1. Klasifikasi dan kodifikasi penyakit, masalah – masalah yang
berkaitan dengan kesehatan dan tindakan medis
Deskripsi kompetensi : Perekam medis mampu menetapkan kode
penyakit dan tindakan dengan tepat sesuai klasifikasi yang
diberlakukan di Indonesia (ICD-10) tentang penyakit dan tindakan
medis dalam pelayanan dan manajemen kesehatan.
2. Aspek hukum dan etika profesi
Deskripsi kompetensi : Perekam medis mampu melakukan tugas
dalam memberikan pelayanan rekam medis dan informasi
kesehatan yang bermutu tinggi dengan memperhatikan
perundangan dan etika profesi yang berlaku.
3. Manajemen rekam medis dan informasi kesehatan
Deskripsi kompetensi : Perekam medis mampu mengelola rekam
medis dan informasi kesehatan untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan medis, administrasi dan kebutuhan informasi kesehatan
sebagai bahan pengambil keputusan di bidang kesehatan.
4. Menjaga mutu rekam medis
Deskripsi kompetensi: Administrator informasi kesehatan/perekam
medis mampu merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan
menilai mutu rekam medis.
5. Statistik kesehatan
Deskripsi kompetensi: Administrator informasi kesehatan/perekam
medis mampu menggunakan statistik kesehatan untuk
menghasilkan informasi dan perkiraan (forecasting) yang bermutu
sebagai dasar perencanaan dan pengambilan keputusan di bidang
pelayanan kesehatan.
6. Manajemen unit kerja manajemen informasi kesehatan/rekam
medis
29

Deskripsi kompetensi: Unit kompetensi ini berhubungan dengan


perencanaan, pengorganisasian, penataan, dan pengontrolan unit
kerja manajemen informasi kesehatan (MIK)/rekam medis di
institusi pelayanan kesehatan.
7. Kemitraan profesi
Deskripsi kompetensi: Perekam medis mampu berkolaborasi inter
dan intra profesi yang terkait dalam pelayanan kesehatan.

2.7 Kerangka Teori


Beban kerja merupakan salah satu aspek penentuan yang menjadi
dasar perhitungan tenaga kerja dalam Perencanaan SDM di Rumah Sakit.
Dalam institusi rumah sakit, perhitungan kebutuhan tenaga berakar pada
beban kerja personel (Ilyas, 2013), sehingga metode perhitungan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode WISN (Workload Indicator
Staff Need). Dimana dalam proses perhitungan jumlah tenaga kerja ideal
berdasarkan kepada beban pekerjaan nyata yang dilaksanakan oleh setiap
personil yang bekerja di suatu unit kerja. WISN bermanfaat untuk
menghitung kebutuhan saat ini dan masa mendatang, membandingkan
SDM kesehatan pada daerah atau fasilitas kesehatan yang berbeda, dan
melihat apakah tenaga kesehatan sudah bekerja sesuai profesinya atau
tidak.
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan metode work
sampling, yaitu kegiatan pengamatan sesaat dan berkala melihat aktivitas
yang dilakukan di sebuah unit penelitian dan mengelompokanya kedalam
aktivitas produktif, aktivitas non produktif dan aktivitas pribadi.
Berdasarkan teori ini maka disusun kerangka teori dari penelitian ini
sebagai berikut:
30

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Analisis Kebutuhan
Analisis Beban Kerja: Tenaga/WISN
 Aktivitas Produktif
 Aktivitas Tidak Produktif
 Aktivitas Pribadi Waktu Kerja Tersedia

Kategori SDM

Teknik Perhitungan Beban


Standar Beban Kerja
kerja:

1. Work Sampling
2. Time and Motion Study
Standar Kelonggaran
3. Daily Log

Jumlah Kebutuhan SDM

Sumber : Kepmenkes RI
No.81/MENKES/SK/1/2004
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH

3.1 Kerangka Konsep Penelitian


Berdasarkan Kepmenkes No. 81 tahun 2004, dijelaskan bahwa
salah satu metode dalam melakukan perhitungan kebutuhan tenaga dapat
dilakukan berdasarkan beban pekerjan yang dilaksanakan oleh setiap
kategori sumber daya manusia. Dalam institusi rumah sakit, perhitungan
kebutuhan tenaga kerja berakar pada beban kerja personel (Ilyas, 2013).
Beban kerja yang ditetapkan organisasi harus mencukupi atau
sesuai dengan standar jam kerja optimal. Setiap unit kerja atau jabatan di
organisasi masing-masing memiliki beban kerja yang berbeda, sehingga
jumlah karyawan harus disesuaikan dengan beban kerja yang diberikan
pada tiap unit organisasi. Bila terdapat ketidaksesuaian antara beban
kerja yang diberikan dengan jumlah karyawan yang ada maka perlu
dilakukan penambahan atau pengurangan jumlah karyawan (Setyawan,
2008).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
metode observasi, pedoman wawancara, dan telaah dokumen.
Pengamatan terhadap aktivitas yang dilakukan karyawan dilakukan
dengan menggunakan metode work sampling dalam interval waktu
tertentu guna mengetahui gambaran penggunaan waktu kerja oleh
karyawan. Selanjutnya dilakukan pencatatan terhadap frekuensi serta
waktu untuk menyelesaikan aktivitas. Frekuensi dan waktu untuk
menyelesaikan aktivitas mencerminkan nilai beban kerja yang
selanjutnya digunakan untuk menentukan jumlah kebutuhan tenaga kerja
melalui analisis perhitungan kebutuhan tenaga kerja di unit organisasi
yang akan dianalisis dalam penelitian ini yaitu adalah Staf di Loket
Pendaftaran BPJS Rumah Sakit Haji Jakarta.
Menghitung beban kerja unit organisasi yang padat karya
merupakan suatu hal yang penting tapi sekaligus juga sangat sulit.
31
32

Metoda ilmiah yang telah dikembangkan para ahli seperti: Work


Sampling dan Time and Motion Study sebenarnya dapat menghasilkan
hasil yang akurat. Namun pada metoda Time and Motion Study
dibutuhkan tenaga ahli, pengamat yang banyak dan waktu yang panjang.
Hal ini membawa konsekwensi terhadap biaya dan biasanya harus
dilaksanakan oleh pihak lain seperti: kosultan dan lembaga riset. Pihak
manajemen rumah sakit akan kesulitan untuk melaksanakan metoda ini
sendiri karena kesulitan instrumen dan pelaksanaan penelitiannya sendiri.
Disamping itu, adanya kemungkinan bias karena faktor personel
menghitung beban kerja sendiri. Pada metode daily log yang mencatat
dan menghitung beban kerja sendiri sangat diragukan akurasinya
sehingga dari aspek validitas dan realibilitas sulit dipakai sebagai rujukan
beban kerja pegawai (Ilyas, 2013).
Peneliti memilih metode work sampling dibandingkan metode
time and motion study dan daily log. Hal ini dikarenakan metode work
sampling memiliki empat kelebihan diantaranya : 1) lebih mudah dan
rendah biaya dalam aplikasinya karena pengamatan terhadap pekerja
tidak perlu dilakukan secara terus menerus. 2) metode ini dapat
mengamati lebih dari satu staf pada waktu bersamaan 3) tidak harus
profesional terlatih karena yang diamati hanya jenis kegiatanya. 4)
pengamatan dapat dihentikan tanpa memberi dampak buruk pada hasil
penelitian.
Langkah selanjutnya yaitu dengan menganalisis jumlah beban
kerja dan kebutuhan tenaga kerja dengan menggunakan Metode WISN
(Workload Indicator Staff Need). Dimana kebutuhan jumlah personil
loket pendaftaran dihitung berdasarkan kepada beban pekerjaan nyata
yang dilaksanakan oleh setiap staf yang bekerja di Loket Pendaftaran
BPJS Rumah Sakit Haji Jakarta. Kelebihan metode WISN ini adalah
mudah dioperasikan, mudah digunakan, secara teknis mudah diterapkan,
komprehensif dan realistis. Dengan menggunakan metode ini dapat
mengetahui waktu kerja tiap kategori SDM, standar beban kerja, standar
33

kelonggaran, kuantitas kegiatan pokok dan akhirnya dapat mengetahui


kebutuhan SDM pada unit kerja tersebut (Depkes, 2004).
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan kemudian dapat
dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja riil yang ada di Loket
Pendaftaran BPJS Rumah Sakit Haji Jakarta. Hasil analisis dan
penghitungan tersebut kemudian dapat diajukan sebagai rekomendasi
kepada organisasi sebagai bahan perencanaan sumber daya manusia.
Aliran proses pemikiran kerangka konsep dari rumusan di atas dapat
dilihat pada Bagan 3.1 sebagai berikut:
34

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Analisis Kebutuhan
Tenaga Kerja
Berdasarkan Beban Kerja

Waktu Kerja Tersedia

Kategori SDM Jumlah Kebutuhan


Tenaga Staf Loket
Pendaftaran BPJS di
 Aktivitas Produktif Standar Beban Kerja RS Haji Jakarta
 Aktivitas Non
Produktif Standar Kelonggaran
 Aktivitas Pribadi
35

3.1 Definisi Istilah


Tabel 3.1 Definisi Istilah

Variabel Definisi Pengukuran

 Alat ukur : form work  Hasil ukur : jumlah kegiatan


Aktivitas Kegiatan yang terkait langsung dengan sampling, jam digital produktif staff loket
Produktif loket pendaftaran BPJS RS Haji Jakarta pendaftaran dalam menit

Kegiatan yang tidak berhubungan  Alat ukur : form work  Hasil ukur : jumlah kegiatan
dengan pekerjaan di loket pendaftaran sampling, jam digital non produktif staff loket
BPJS RS Haji Jakarta, seperti pendaftaran dalam menit
Aktivitas Non
mengobrol yang tidak berhubungan
Produktif
dengan pekerjaannya, telepon yang
tidak berhubungan dengan
pekerjaannya.

Kegiatan yang bersifat pribadi untuk  Alat ukur : form work  Hasil ukur : Jumlah kegiatan
Aktivitas
memenuhi kebutuhan rohani dan sampling, jam digital pribadi staff loket
Pribadi
jasmani, seperti sholat, makan, minum, pendaftaran dalam menit
36

dan lain-lain.

Analisis  Alat ukur : formula  Hasil ukur : informasi


kebutuhan Metode menghitung kebutuhan tenaga WISN kuantitatif berdasarkan
tenaga kerja berdasarkan beban kerja yang tahapan perhitungan WISN
berdasarkan diukur melalui perhitungan WISN
beban kerja

Angka kuantitatif yang menunjukan  Alat ukur : formula  Hasil ukur : informasi
satuan waktu yang digunakan untuk waktu kerja tersedia kuantitatif tentang jumlah
Waktu Kerja
bekerja setahun dalam satuan menit di waktu yang digunakan staff
Tersedia
Loket Pendaftaran BPJS RS Haji loket pendaftaran untuk
Jakarta. bekerja setahun dalam menit

Adalah bagian atau unit kerja pelayanan  Alat ukur : dokumen  Hasil ukur : berupa informasi
Kategori SDM yang akan diamati dan dihitung kualitatif unit kerja dan
kebutuhan tenaganya. kategori SDM yang diamati

Banyaknya kerja (dalam satu kegiatan  Alat ukur : formula  Hasil ukur : volume/kuantitas
Standar Beban
pelayanan utama) yang dapat dilakukan standar beban kerja beban kerja staff loket
Kerja
oleh seorang tenaga kesehatan dalam pendaftaran selama satu
37

setahun di Loket Pendaftaran BPJS RS tahun


Haji Jakarta.

 Alat ukur : formula  Hasil ukur : jumlah waktu


standar kelonggaran yang diperlukan oleh staff
loket pendaftaran untuk
Besaran waktu yang diperlukan oleh
melakukan semua jenis
staf untuk melakukan semua jenis
kegiatan yang tidak terkait
Standar kegiatan yang tidak terkait langsung
langsung atau mempengaruhi
Kelonggaran atau mempengaruhi tinggi rendahnya
tinggi rendahnya kualitas
kualitas atau jumlah kegiatan produksi
atau jumlah kegiatan
unit layanan di RS Haji Jakarta.
produksi staff loket
pendaftaran

Adalah angka kuantitatif personil yang  Alat ukur : formula  Hasil ukur : Jumlah SDM
Jumlah
dibutuhkan untuk menyelesaikan WISN staff loket pendaftaran sesuai
Kebutuhan
seluruh beban kerja yang ada di Loket dengan hasil perhitungan
tenaga kerja
Pendafftaran RS Haji Jakarta.
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
observasi, pedoman wawancara, dan telaah dokumen. Untuk mendapatkan
jumlah penggunaan waktu setiap pola aktivitas staf pelaksana di Loket
Pendaftaran BPJS RS Haji, digunakan teknik work sampling. Dimana
aktivitas staff yang diamati akan diteliti setiap waktu sepuluh menit selama
sepuluh hari kerja. Selanjutnya penggunaan waktu produktif yang didapat,
digunakan untuk menghitung kebutuhan tenaga dengan menggunakan metode
WISN yang selanjutnya dianalisis terhadap hasil beban kerja dan kebutuhan
tenaga yang telah diperoleh tersebut untuk menentukan strategi dalam
pemenuhan kebutuhan staf loket pendaftaran.
Kelebihan metode WISN ini adalah mudah dioperasikan, mudah
digunakan, secara teknis mudah diterapkan, komprehensif dan realistis.
Dengan menggunakan metode ini dapat mengetahui waktu kerja tiap kategori
SDM, standar beban kerja, standar kelonggaran, kuantitas kegiatan pokok dan
akhirnya dapat mengetahui kebutuhan SDM pada unit kerja tersebut
(Depkes, 2004).

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian dilakukan di Loket Pendaftaran BPJS Rumah Sakit Haji
Jakarta yang berada di Jalan Raya Pondok Gede No. 4 Jakarta Timur.
Penelitian dilakukan pada bulan April 2015 selama sepuluh hari kerja dari
jam 08.00 sampai dengan 16.00.

4.3 Informan Penelitian


Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah informan yang
dipilih secara total sampling. Yang menjadi sample penelitian ini adalah
seluruh staf yang bekerja di Loket Pendaftaran BPJS Rumah Sakit Haji
38
39

Jakarta sebanyak 5 orang, terdiri dari satu orang Penanggung Jawab, 3


orang staf pelaksana dan 1 orang petugas coding.
Kriteria Inklusi :
Semua kegiatan staff di loket pendaftaran pada saat pengamatan yaitu lima
orang staff dalam waktu pengamatan delapan jam kerja selama sepuluh
hari
Kriteria Eksklusi :
Aktifitas staff diluar waktu pengamatan

4.4 Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
utama dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka
peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data
yang ditetapkan (Sugiyono, 2012).

4.4.1 Data Primer


Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan
(observasi) dan diperoleh melalui wawancara mendalam kepada para
responden. Pengumpulan data pengamatan langsung dengan metode
work sampling, yaitu pengamatan sesaat dan berkala kepada
responden dalam melaksanakan aktivitasnya dilakukan selama 8 jam
dalam sepuluh hari kerja. Pengamatan dilakukan dengan interval
sepuluh menit dan hasilnya dicatat di formulir pengamatan work
sampling. Selanjutnya hasil pengamatan dikelompokkan menjadi
aktivitas produktif , tidak produktif, dan pribadi.

Data Primer dari form work sampling yang telah


dikelompokan, disajikan dalam bentuk tabel dan dibuat presentasenya.
Data yang dihasilkan digunakan untuk menghitung standar beban
kerja dan standar kelonggaran.
40

4.4.2 Data Sekunder


Data sekunder diperoleh dari telaah dokumen di Loket
Pendaftaran BPJS Rumah Sakit Haji, data ketenagaan, Standar
Pelayanan, serta profil rumah sakit. Data sekunder yang digunakan
untuk menghitung waktu kerja tersedia staff loket pendaftaran adalah
data jumlah hari kerja, waktu kerja, cuti tahunan, waktu diklat,
ketidakhadiran kerja dan libur dalam satu tahun.

4.5 Pengolahan Data


4.5.1 Data primer, proses pengolahan hasil observasi dihitung kemudian
dikalikan sepuluh mneit karena pengamatan terhadap kegiatan staff
loket pendaftaran dilakukan setiap sepuluh menit sekali. Untuk hasil
dari wawancara mendalam yang sudah direkam, direkap untuk
dimasukan kedalam hasil penelitian.

4.5.2 Data Sekunder, data sekunder yang didapatkan digunakan untuk


menentukan waktu kerja yang terdiri dari : 1) Lamanya hari kerja; 2)
Banyaknya cuti tahunan staff; 3) Jumlah pendidikan dan pelatihan
dalam setahun terakhir; 4) Menghitung rata-rata ketidakhadiran kerja.

4.6 Instrumen Penelitian


Tenaga pengamat dalam penelitian ini berjumlah satu orang,
yaitu peneliti yang juga bertindak sebagai pengamat. Instrumen yang
digunakan diantaranya adalah:
1. Pedoman observasi
2. Pedoman wawancara mendalam
3. Formulir pengamatan work sampling
4. Jam digital
41

4.7 Analisis Data


Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi lapangan (work
sampling), wawancara mendalam dan telaah dokumen, sehingga
dapat dipahami dengan mudah dan dapat memberikan informasi
kepada orang lain. Langkah-langkah dalam analisis data adalah
reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Reduksi data berarti merangkum, mengambil data yang penting,
membersihkan data yang tidak cocok atau bias dan mencari tema dan
pola yang sama. Reduksi data dibantu dengan komputer, dengan
mengelompokkan data sesuai aspek atau kriteria tertentu,
menyajikan data dalam bentuk uraian singkat, tabel, grafik hasil
pengamatan. Langkah selanjutnya dalam analisis data adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi, yaitu bagaimana beban kerja
yang ada, jumlah tenaga yang dibutuhkan berdasarkan perhitungan
rumus WISN (Syukraa, 2012).

4.7.1 Wawancara mendalam


Analisis data kualitatif dilakukan proses reduksi, penyajian
kemudian penarikan kesimpulan dari data, sesuai langkah amalisis
data kualitatif Miles dan Huberman (1984). Data yang dituliskan
merupakan data yang berhasil dikumpulkan selama kegiatan
penelitian. Data disajikan dalam bentuk poin-poin yang diambil dari
transkip wawancara dan telah dikelompokan sesuai dengan
permasalahan yang dibahas. Penyajian data dilanjutkan dengan
pembahasan secara naratif hingga mencapai kesimpulan.

4.7.2 Perhitungan Beban Kerja dan Jumlah Tenaga Kerja


Analisis perhitungan kebutuhan tenaga staff loket
pendaftaran BPJS Rumah Sakit Haji Jakarta dengan urutan:
42

1. Jumlah waktu tiap pola kegiatan


Aktivitas personel dari hasil formulir pengamatan dan
pencatatan aktivitas staff loket pendaftaran, aktivitas
dikelompokkan menjadi aktivitas produktif dan aktivitas tidak
produktif serta aktivitas pribadi.
Langkah selanjutnya, jumlah waktu kegiatan diubah
dalam bentuk menit, dengan cara dikalikan 10 karena
pengamatan dan pencatatan kegiatan dilakukan setiap sepuluh
menit. Hasilnya merupakan jumlah waktu setiap pola kegiatan
selama waktu kerja. Jumlah waktu tersebut kemudian
dijumlahkan sehingga didapatkan jumlah waktu setiap kegiatan
staf selama sepuluh hari penelitian. Jumlah waktu setiap jenis
kegiatan dibagi hari pengamatan sehingga didapat rata-rata
jumlah waktu setiap jenis kegiatan selama satu hari. Data ini
kemudian digunakan untuk menghitung rata-rata waktu
penyelesaian setiap unit kegiatan pokok, standar beban kerja dan
standar kelonggaran.
2. Menghitung jumlah kebutuhan staf di Loket Pendaftaran Rumah
Sakit Haji Jakarta
Untuk menghitung jumlah kebutuhan tenaga, hasil
pengamatan yang dilakukan menggunakan metode work
sampling dijadikan dasar perhitungan (WISN), yaitu prosedur
menghitung jumlah kebutuhan staff loket pendaftaran
berdasarkan indikator beban kerja. Adapun tahapanya adalah
(Depkes, 2004) :
a. Menetapkan waktu kerja tersedia, dengan rumus :
Waktu Kerja Tersedia = {A - (B+C+D+E)} X F , dimana

A = Hari kerja yang mungkin dalam setahun


B = Cuti tahunan
C = Pendidikan dan pelatihan sesuai dengan aturan rumah sakit
43

D = Hari Libur Nasional


E = Ketidakhadiran kerja karena sakit, izin dan lain sebagainya
F = Waktu kerja dalam satu hari

b. Menetapkan unit kerja dan kategori SDM


Dalam penelitian ini unit kerjanya adalah Loket Pendaftaran
BPJS Rumah Sakit Haji Jakarta dengan kategori SDM terdiri
dari penanggung jawab, staf pelaksana dan petugas coding.
c. Menyusun standar beban kerja
Standar beban kerja diperoleh dengan membagi waktu kerja
tersedia dalam satu tahun dengan rata-rata waktu penyelesaian
setiap unit kegiatan pokok. Waktu penyelesaian setiap unit
kegiatan pokok adalah rata-rata jumlah waktu setiap kegiatan
pokok (produktif langsung dan tidak langsung) dalam satu hari
dibagi dengan rata-rata jumlah kegiatan pokok dalam satu hari
kerja.

d. Menyusun standar kelonggaran.


Standar kelonggaran diperoleh dari jumlah waktu kegiatan
produktif lain dan kegiatan lain diluar kegiatan yang berhasil
diamati.

3. Perhitungan kebutuhan tenaga dengan rumus :

4.8 Validasi Data


Maleong (2006) menyatakan untuk pengujian validitas data
antara lain dilakukan dengan cara perpanjangan pengamatan,
triangiulasi data dan member check. Dalam Penelitian ini dilakukan
44

validasi data dengan menggunakan Triagulasi teknik, Triagulasi


sumber dan member check. Triagulasi teknik membandingkan data
yang diperoleh dari observasi kegiatan yang dilakukan oleh staf di
loket pendaftaran BPJS, data hasil wawancara kepada para staf dan
data hasil telaah dokumen kepegawaian, struktur jabatan dan
kebijakan rumah sakit terhadap pekerjanya.

Bagan 4.1 Triagulasi Teknik pengumpulan data

Wawancara Observasi

Dokumentasi

Bila dengan tiga teknik pengujian kredibililtas data tersebut,


menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan
diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang
lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Atau
mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda.
Triangulasi sumber data yaitu melakukan pemeriksaan hasil
data dari berbagai sumber atau informan dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dari
beberapa sumber data tersebut, tidak bias dirata-ratakan, tetapi
dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang
berbeda, dan mana spesifik dari tiga sumber data tersebut (A, B, C).
45

Bagan 4.2 Triagulasi Sumber pengumpulan data

Sumber
A

Wawancara Sumber
B

Sumber
C

Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga


menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan
(member check) dengan tiga sumber data tersebut. Member check
adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada
pemberi data. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh
data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi
data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data
berarti data tersebut valid, sehingga semakin kredibel atau dipercaya,
tetapi apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai
penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka peneliti
perlu melakukan diskusi dengan pemberi data, dan apabila
perbedaanya tajam, maka peneliti harus merubah temuannya, dan
harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.
Jadi tujuan member check adalah agar informasi yang diperoleh dan
akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang
dimaksud sumber data atau informan sehingga data tersebut dapat
diolah lebih lanjut.
BAB V
HASIL PENELITIAN

5.1 Analisis Kebutuhan SDM Berdasarkan Metode WISN di Loket


Pendaftaran BPJS Rumah Sakit Haji Jakarta
Personil di bagian Loket Pendaftaran peserta BPJS Rumah
Sakit Haji Jakarta berjumlah lima orang dengan komposisi satu orang
perempuan dan empat orang laki laki. Masing-masing personel di
Loket Pendaftaran memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain
dilihat dari tingkat pendidikan yang dimiliki, usia, jenis kelamin serta
lama kerja.
Tabel 5.1
Gambaran Karakteristik Personil Loket pendaftaran BPJS
Jenis Lama
No. Jabatan Pendidikan Usia
Kelamin Kerja
1 Penanggung Jawab D3 Management Laki-laki 42 5
2 Staff Loket 2 D3 Management Perempuan 37 5
3 Staff Loket 3 D3 Management Laki-laki 42 4
4 Staff Loket 4 D3 Management Laki-laki 39 5
5 Staff Rekam Medis D3 Rekam Medis Laki-laki 29 2

Dari tabel terlihat bahwa personil yang bekerja di Loket


Pendaftaran memiliki latar belakang yang keseluruhan adalah D3 dengan 4
orang dari jurusan management dan 1 orang jurusan rekam medis.
Penanggung jawab dipimpin oleh satu orang sekaligus sebagai counter di
loket 3, kemudian 3 orang lainya mengisi meja loket pelayanan 1, loket
pelayanan 2, loket pelayanan 4 dan satu orang rekam medis sebagi tenaga
coding. Kegiatan pelayanan yang dilakukan di loket pendaftaran pasien
peserta BPJS dijelaskan dalam bagan sebagai berikut :

46
47

Bagan 5.1 Alur Pelayanan Loket Pendafataran BPJS Rumah Sakit Haji Jakarta

Pasien Datang

IGD Ya Emergency atau Tidak Instalasi Rawat Jalan


Tidak ? / Poli Spesialis

Ambil Nomer
Antrian
Pendaftaran

Pendaftaran

Pemeriksaan dokter/
tindakan medis Pemeriksaan Dokter
Pelayanan Penunjang: Spesialis
 Radiologi
 Laboratorium
Perlu Pelayanan  Diagnostik Perlu Pelayanan
Tidak Ya Tidak Tidak
Penunjang  dll Penunjang

Farmasi Perlu Dirawat Ya Pendaftaran Perlu Dirawat Farmasi


Tidak Tidak Tidak
Rawat Inap

Kamar Rawat Inap


Pasien Pulang
Pasien Pulang
Sembuh

Pasien Pulang
47
48

Berdasarkan bagan 5.1 dijelaskan bahwa kegiatan pelayanan yang


dilakukan di loket pendafataran pasien peserta BPJS adalah:
1. Melayani pendaftaran pasien rawat jalan dan rawat inap peserta
BPJS untuk registrasi pasien dan penerbitan surat eligibitas pasien,
kegiatan didalamnya adalah pemeriksaan kelengkapan berkas
pasien dan input data pasien ke sistem informasi rumah sakit.
2. Staf petugas loket akan komunikasi dengan bagian terkait untuk
berkoordinasi dan verifikasi pelayanan penunjang medis yang
dijamin oleh BPJS, pasien yang dirujuk ke pelayanan penunjang
medis harus melakukan verifikasi lebih dahulu ke loket untuk
mendapat stampel bukti bahwa tindakan penunjang yang akan
dilakukan dijamin oleh BPJS.
3. Berkas pasien rawat jalan maupun rawat inap setelah dari poli
pelayanan akan di coding ke sistem informasi untuk memasukan
diagnosa dokter dan tindakan medis yang dilakukan.
4. Registrasi pasien keluar kemudian dibuat dan dicetak dalam faktur
biaya yang akan ditanggung oleh BPJS.
5. Pelaporan kunjungan pasien per hari dibuat secara terurut berisi
data pasien seperti nama pasien, nomer registrasi dan poli
kunjungan pasien yang dilayani dalam satu hari.
6. Pengarsipan berkas-berkas pendaftaran pasien peserta BPJS diurut
berdasarkan alfabetis untuk kemudian di setor dan dilaporkan
bersama laporan kunjungan pasien ke bagian jaminan pihak ketiga.
7. Rapat bulanan dengan kepala bagian keuangan atau dengan pihak
BPJS membahas kegiatan pelaksanaan selama satu bulan dan
membahas kendala dan isu terkait pelayanan BPJS.

Hasil wawancara tentang bagaimana proses pelayanan di loket


pendaftaran dan beban kerja staf serta perencanaan kebutuhan staf di loket
pendaftaran diperoleh keterangan sebagai berikut :
49

“...Tenaga kerja sekarang memang belum pernah dilakukan


penelitian tentang beban kerja dan kebutuhan jumlah tenaga
kerjanya, memang perlu back up, kalau ada salah satu staff
tidak hadir akan menambah beban kerja dan waktu
pelayanan juga makin panjang”
(Informan 1)
“... kalau lagi ramai dan kadang pasien suka gak sabar suka
komplain kenapa lama banget padahal pelayanan sudah
maksimal jadi buat kami staff kadang terkesan kurang
senyum” (Informan 2)
“...mulai dari registrasi pasien sampe pelaporan kita kerja
sama bareng saling bantu dan pinter pinter bagi waktu biar
cepet selesai” (Informan 4)

Teknik Work Sampling bertujuan untuk mengukur beban kerja


yang seorang tenaga pada suatu unit, bidang ataupun jenis tenaga tertentu.
Pada Work Sampling hal-hal yang diamati adalah :
 Seluruh kegiatan yang sedang dilaksanakan oleh personil di Loket
Pendaftaran pada waktu jam kerja
 Pengamatan dilakukan dengan interval waktu 10 menit per
pengamatan, hasil pengamatan kemudian dikelompokan ke dalam
penggunaan waktu produktif, waktu tidak produktif dan waktu
pribadi.

WISN adalah indikator yang menunjukkan besarnya kebutuhan


tenaga pada sarana kesehatan berdasarkan beban kerja, sehingga alokasi
tenaga akan lebih mudah dan rasional. Tahapan-tahapan dalam
menetapkan kebutuhan tenaga pada metode WISN adalah sebagai berikut :
50

5.1.1 Menetapkan Waktu Kerja Tersedia


Waktu kerja yang tersedia bagi staf di Loket Pendaftaran Rumah
Sakit Haji Jakarta adalah waktu kerja yang seharusnya dipenuhi oleh staf
tersebut dalam menjalankan aktivitas pokoknya di Loket Pendaftaran
selama waktu satu tahun. Rumus waktu kerja yang tersedia adalah:

Waktu Kerja Tersedia = {A-(B+C+D+E)}xF

Dimana :

A. Hari Kerja, sesuai dengan peraturan atau ketentuan yang berlaku di


rumah sakit
B. Cuti tahunan, sesuai ketentuan hak SDM (12 hari kerja)
C. Pendidikan dan Pelatihan, sesuai ketentuan yang berlaku di rumah
sakit
D. Hari libur nasional berdasarkan keputusan bersama menteri terkait
tentang hari libur nasional.
E. Ketidakhadiran kerja karena alasan sakit, tidak masuk dengan atau
tanpa pemberitahuan/ijin
F. Waktu kerja, sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit

A. Hari Kerja
Jumlah hari kerja satu minggu sesuai ketetapan pelayanan
di rumah sakit adalah lima hari kerja, dengan lama waktu kerja 8
jam perhari. Dari data tersebut maka dihitung jumlah hari kerja
efektif, jika satu tahun ada 365 hari dan kemudian libur tiap akhir
pekan selama dua hari maka diketahui jumlah hari kerja di Loket
Pendaftaran adalah 260 hari kerja. Keterangan hasil wawancara
tentang waktu kerja tersedia di loket pendaftaran pasien peserta
BPJS adalah :
51

“...Masuk kerja dari senin sampe jumat, weekend


libur tapi sabtu tetap ada satu petugas jaga piket
di loket” (Informan 1)
“...Gak ada shif kan pelayanan rajal untuk
peserta bpjs pagi dan siang jadi kita juga
pelayanan dari jam delapan sampai jam empat
sore, delapan jam sehari” (Informan 2)

Hari kerja di loket pendaftaran pasien peserta BPJS adalah


hari senin hingga jumat, sabtu adalah hari piket biasanya hanya
diisi satu staf dan waktu pelayanan hanya setengah hari, berbeda
dari hari biasa yang dilaksanakan mulai pukul delapan hingga
pukul empat.

B. Cuti Tahunan
Cuti tahunan yang berlaku di RS Haji Jakarta adalah
sebanyak 12 hari untuk karyawan tetap. Hasil wawancara tentang
waktu cuti yang diberikan oleh pihak manajemen dan penggunaan
waktu cuti oleh staf di loket pendaftaran dijelaskan sebagai berikut:

“..Cuti ada 12 hari setahun cukup cukup aja lah”


(Informan 1)
“... dikasih 12 hari buat karyawan tetap kita pasti
pakai semua dimaksimalkan cuti tahunanya karna
kan juga banyak acara keluarga dan kepentingan
lain” (Informan 5)

Cuti tahunan bagi staf di loket pendaftaran peserta BPJS


mengikuti kebijakan dari manajemen sebanyak 12 hari kerja per
tahun dan rata rata seluruh staf memanfaatkan semua waktu cuti
52

tahunan untuk memperpanjang hari libur nasional atau keperluan


pribadi lainya.

C. Pendidikan dan Pelatihan


Untuk pendidikan dan pelatihan di Loket Pendaftaran hanya
sekali setahun dan lama waktu kegiatan hanya satu jam setahun.
Presepsi staf di loket pendaftaran tentang kegiatan pelatihan dan
pendidikan yang ada dijelaskan sebagai berikut :

“...Diklat mah jarang biasanya ya pelatihan buat


sistem informasi rumah sakit kalo ada
pembaharuan” (Informan 1)
“...Diklat di Loket Pendaftaran tidak sering
karena biasanya instruksi baru terkait kegiatan
disampaikan saat rapat ke penanggung jawab
untuk disampaikan kembali ke staf lainya, terakhir
diklat ya waktu pelatihan sistem informasi rumah
sakit ini terkait pelayanan yang dilakukan di
Loket Pendaftaran” (Informan 2)

Dari keterangan informan diketahui bahwa pendidikan dan


pelatihan di loket pendaftaran pasien peserta BPJS jarang
dilaksanakan karena pelayanan terkait sistem informasi yang
berjalan bila ada pembaharuan sistem atau instruksi baru lainya
akan disampaikan oleh kepala unit pelaksana.

D. Hari Libur Nasional


Hari libur yang diatur oleh KemenKo Kesra Siaran Pers
Nomor : 17/Humas Kesra /V/2014 yang menetapkan 15 hari libur
nasional. Keterangan terkait pertanyaan pemanfaatan hari libur
yang ada oleh staf di loket pendaftaran dijelaskan sebagai berikut:
53

“...Libur nasional mah ikut pemerintah aja


gemananya” (Informan 1)
“..Tiap libur nasional atau cuti bersama kita mah
ikut yang banyak nya aja bagaimana dan pasti
dipakai waktunya untuk keluarga” (Informan 2)

Hari libur yang ditetapkan pemerintah menjadi acuan hari


libur untuk staf di loket pendaftaran, ketetapan hari libur nasional
tahun 2015 adalah 15 hari libur, pelayanan kepada pasien peserta
bpjs tidak dilaksanakan pada hari libur nasional dan dilanjutkan
kembali pada hari masuk kerja selanjutnya.

E. Ketidakhadiran Kerja
Rata-rata ketidakhadiran kerja karena sakit, tidak masuk
tanpa pemberitahua atau ijin dan tidak masuk dengan alasan lainya
pertahun di Loket Pendaftaran adalah 4 hari. Keterangan hasil
wawancara kepada staf tentang tokeransi ketidakhadiran kerja di
loket adalah sebagai berikut :

“...Kadang sakit mendadak, atau anak sakit atau


suami atau keluarga dekat yang harus ditemenin
dirumah jadi kita ada absesnsi ketidakhadiran
karna ga ijin sebelumnya ” (Informan 4)
“..yang penting emang harus lapor minimal satu
bagian tau kita gak hadir karena alasan apa dan
kapan balik kerja lagi nya jadi yang di kantor gak
cemas juga” (Informan 5)

Dari keterangan informan terkait ketidakhadiran kerja staf


di loket pelayanan pasien peserta BPJS diketahui bahwa
54

ketidakhadiran kerja biasanya karena keperluan pribadi yang


sifatnya mendadak atau untuk keperluan kerluarga. Ketidakhadiran
kerja karena masa cuti yang sudah habis namun staf harus memberi
kabar kepada rekan kerja lainya bila tidak hadir.

F. Waktu Kerja
Waktu kerja adalah jumlah jam kerja sehari di Loket
Pendaftaran, pelayanan dimulai pukul depalan pagi sampai empat
sore jadi total waktu kerja di Loket Pendaftaran adalah delapan
jam. Hasil wawancara kepada staf tentang waktu kerja yang ada di
loket pendaftaran sebagai berikut :

“...Datang mah kita dari jam delapan pagi sampe


jam empat abis ashar, masuk harus on time pasien
kan udah nunggu dari pagi” (Informan 1)
“..Kerjanya delapan jam kayak orang kantoran”
(Informan 5)
“...Pasien emang antri dari jam enam karena
mesin nomor antrian udah dinyalain satpam dari
pagi tapi kita datang dan mulai pelayanan dari
jam delapan” (Infroman 3)

Keterangan hasil wawancara didapatkan waktu kerja staf


loket pendaftaran pasien peserta BPJS adalah pukul delapan hingga
pukul empat sore, namun sebelum waktu pelayanan dimulai pasien
biasanya sudah mengambil nomor antrian di mesin nomor antrian
yang sudah beroperasi tiap pukul enam pagi tiap harinya.
55

Tabel 5.2
Waktu Kerja Tersedia dalam Waktu Satu Tahun
di Loket Pendaftaran BPJS
Kode Faktor Jumlah Keterangan
A Hari Kerja 260 Hari/Tahun
B Cuti Tahunan 12 Hari/Tahun
C Pendidikan dan Pelatihan 1 Hari/Tahun
D Hari Libur Nasional 15 Hari/Tahun
E Ketidakhadiran Kerja 4 Hari/Tahun
F Waktu Kerja 8 Jam/Hari
Waktu Kerja Tersedia 1824 Jam/Tahun
Hari Kerja Tersedia 228 Hari/Tahun
Total Menit 109440 Menit/Tahun

Berdasarkan rumus tersebut, maka didapatkan waktu kerja yang


disediakan bagi Staf di Loket Pendaftaran BPJS Rumah Sakit Haji jakarta
dihitung dari hari kerja selama satu tahun dikurangi hari cuti tahunan
untuk, pendidikan dan pelatihan sesuai kebojakan rumah sakit, hari libur
nasional yang ditetapkan pemerintah, ketidakhadiran kerja personil dalam
waktu satu tahun dan dikalikan lama waktu kerja sehari di loket pelayanan,
hasilnya adalah sebesar 109.440 /orang/tahun atau 1.824 jam/orang/tahun
atau 228 hari kerja efektif selama satu tahun.
56

5.1.2 Menetapkan Unit Kerja dan Kategori SDM yang Diteliti


Unit kerja dalam analisis kebutuhan tenaga kerja di
penelitian ini adalah unit pembiayaan jaminan pihak ketiga, sub
unit kerja Loket Pelayanan peserta BPJS dengan kategori kerja staf
pelaksana umum.

Tabel 5.3 Unit Kerja dan Kategori SDM yang diteliti

Kategori
Unit Kerja Sub Unit Kerja
Tenaga
Pembiayaan
Loket Pelayanan Staf pelaksana
Jaminan pihak
peserta BPJS umum
ketiga

5.1.3 Penggunaan Waktu Kerja Berdasarkan Work Sampling


Dari hasil pengamatan selama sepuluh hari kerja di Loket
pendaftaran peserta BPJS Rumah Sakit Haji Jakarta dengan metode
Work Sampling, didapat data sebagai berikut :
57

Tabel 5.4
Jumlah Waktu Personil Loket Pendaftaran BPJS
Dalam Sepuluh Hari Kerja
Persentase
NO NAMA KEGIATAN
f per keg. keseluruhan
1 Aktivitas Produktif
Membuat registrasi rawat jalan 8880 46.63 36.24
Membuat laporan kunjungan rawat jalan harian 300 1.57 1.22
Melakukan pengarsipan berkas pasien BPJS harian 600 3.15 2.45
Coding 3200 16.80 13.06
Membuat registrasi keluar pasien BPJS 5340 28.04 21.8
Berkoordinasi dengan bagian lain 600 3.15 2.45
Mengikuti rapat bulanan 120 0.63 0.49
Sub 19040 100 77.71
2 Aktivitas Non Produktif
Mengobrol / berbincang-bincang 580 44.62 2.37
Membaca koran / lainya 720 55.38 2.94
Sub 1300 100 5.31
3 Aktivitas Pribadi
Shalat 1160 27.88 4.73
Makan 1160 27.88 4.73
Ke Toilet 760 18.27 3.10
pribadi lainya 1080 25.96 4.41
Sub 4160 100 16.98
Total 24500 100 100
Ket: f merupakan frekuensi dalam satuan menit

Dari Tabel 5.2 di atas menggambarkan aktivitas dan waktu yang


digunakan yang dilakukan personil di Loket Pendaftaran selama dilakukan
pengamatan dengan formulir work sampling. Aktivitas yang dilakukan
58

terbagi menjadi tiga, yaitu jenis kegiatan dan waktu yang digunakan untuk
melakukan Aktivitas produktif, jenis kegiatan dan waktu yang digunakan
untuk Aktivitas non produktif dan Aktivitas pribadi. Dari total penggunaan
waktu oleh staff di Loket Pendaftaran selama dilakukannya kegiatan
pengamatan didapatkan bahwa 77.71% waktunya digunakan untuk
melakukan Aktivitas produktif, sedangkan waktu yang digunakan untuk
melakukan Aktivitas non produktif adalah sebesar 5.31% dan penggunaan
waktu untuk Aktivitas pribadi adalah sebesar 16.98%. Presepsi staf
tentang standar pelayanan dan kendala yang dihadapi dalam melaksanakan
pelayanan di loket pendaftaran diketahui :

“... Belum ada ketentuan kegiatan yang diatur karena


program ini masih baru dan masih percobaan tapi secara
keseluruhan karna sebagai front liner pendaftaran pasien
kegiatan utama melayani registrasi pendaftaran dan
membuat registrasi keluar peserta BPJS” (Informan 1)
“...Kerjanya emang paling banyak di pendaftaran buat
terbitan sep, bisa sampai jam 1 siang melayani pendaftaran
peserta BPJS yang udah antri dari pagi sebelum loket
buka” (Informan 3)

Selama kegiatan pengamatan di Loket Pendaftaran peserta BPJS


Rumah Sakit Haji Jakarta didapatkan total kegiatan yang terbagi ke dalam
sepuluh hari kerja. Dimana dari masing-masing hari pengamatan
didapatkan total kegiatan yang terangkum ke dalam Aktivitas produktif,
Aktivitas non produktif, dan Aktivitas pribadi. Secara lebih rinci
dijabarkan berdasarkan tabel berikut ini :
59

Tabel 5.5
Kuantitas Aktivitas di Loket Pendaftaran BPJS
Berdasarkan Tanggal pengamatan
Aktivitas
Jumlah
No TANGGAL Non
Produktif Pribadi Kegiatan
Produktif
1 Senin 06-Apr 201 8 36 245
2 Selasa 07-Apr 201 8 36 245
3 Rabu 08-Apr 188 14 43 245
4 Kamis 09-Apr 190 16 39 245
5 Jum’at 10-Apr 172 19 54 245
6 Senin 13-Apr 201 8 36 245
7 Selasa 14-Apr 201 8 36 245
8 Rabu 15-Apr 188 14 43 245
9 Kamis 16-Apr 190 16 39 245
10 Jum’at 17-Apr 172 19 54 245
11 JUMLAH 1904 130 416 2450
Rata-rata
12 Kegiatan Per 190.4 13 41.6 245
Hari
13 % Aktivitas 77.71 5.31 16.98 100

Berdasarkan tabel 5.3 di atas tergambar bahwa selama sepuluh hari


pengamatan didapatkan total kegiatan yang berhasil diamati dan dicatat
sebanyak 2450 kegiatan, yang terbagi menjadi tiga kategori penggunaan
waktu yaitu sebanyak 1904 kegiatan merupakan Aktivitas produktif,
sebanyak 130 merupakan Aktivitas non produktif, dan Aktivitas pribadi
sebanyak 416 kegiatan. Rata-rata jumlah kegiatan pengamatan setiap
harinya adalah sebanyak 245 kegiatan. Dari data tersebut tergambarkan
60

bahwa jumlah Aktivitas produktif terbanyak terjadi pada hari senin dan
selasa, jumlah Aktivitas produktif paling sedikit adalah pada hari jum’at.
Kunjungan pasien paling banyak pada awal pekan dari pada di
akhir pekan dijelaskan oleh para staf di loket pelayanan dalam menjawab
pertanyaan tentang proses pelayanan di loket pendaftaran dan kesibukan
paling besar dalam kegiatan pelayanan di loket pendaftaran sebagai
berikut:

“...Hari hari pertama tiap awal pekan emang rame


karena sabtu minggu kan tutup jadi orang berobat
banyak dihari senin sama selasa” (Informan 2)
“...Paling ramai pasti selalu senin mungkin karena habis
weekend kali ya” (Informan 4)
“...Jumat lebih lengang karena waktunya sempit kan ada
shalat jumatan buat laki laki jadi biasanya pasien juga
gak sebanyak di awal pekan karena udah pada berobat
duluan di awal pekan” (Informan 5)

Sebagian besar informan sepakat bahwa kuantitas kegiatan


paling banyak pada awal pekan daripada akhir pekan, hal ini karena
kunjungan pasien pada awal pekan lebih banyak dari pada kunjungan di
akhir pekan. Untuk hari jumat karena waktu pelayanan terpotong di
ibdadah solat jumat dan kunjungan pasien yang tidak terlalu banyak maka
penggunaan waktu kegiatan produktif lebih kecil jumlahnya di hari jumat
dibandingkan dengan penggunaan waktu produktif di hari lain.
61

Grafik 5.1 Pola Kegiatan staf Loket Pendaftaran Rumah Sakit Haji Jakarta
selama sepuluh hari kerja

80
60
40
20
Pola Kegiatan Staf
0
Produktif Non Pribadi
Produktif

Pada Grafik 5.1, dapat diketahui bahwa proporsi kegiatan


produktif sebesar 190,4 kegiatan per hari atau 77,71% menjadi
penggunaan waktu kegiatan atau aktivitas yang paling banyak dilakukan di
Loket Pelayanan, kegiatan non produktif sebesar 13 kegiatan per hari atau
sebesar 5.31% dan kegiatan pribadi 41,6 kegiatan atau 16.98%. Masing
masing pola kegiatan staf Loket Pendaftaran tersebut diperinci lagi
berdasarkan jenis kegiatan dari masing masing pola kegiatan. Rincian
Aktivitas Produktif yang dilakukan staf Loket Pendaftaran peserta BPJS
adalah sebagai berikut :
62

Grafik 5.2 Aktivitas Produktif staf Loket Pendaftaran BPJS


selama sepuluh hari kerja

Membuat registrasi
1000
rawat jalan
900
Membuat laporan
800 kunjungan rawat jalan
harian
700 Melakukan pengarsipan
berkas pasien BPJS
600 harian
500 Coding

400
Membuat registrasi
300 keluar pasien BPJS

200 Berkoordinasi dengan


bagian lain
100

0 Mengikuti rapat bulanan


Aktifitas Produktif

Berdasarkan Grafik 5.2 diketahui proporsi waktu kegiatan


pelayanan registrasi pasien rawat jalan sebesar 888 atau 46,63%, membuat
laporan kunjungan pasien rawat jalan sebesar 30 atau 1.57%, melakukan
pengarsipan berkas peserta BPJS sebesar 60 atau 3.15%, aktivitas coding
sebesar 320 atau 16.80%, membuat registrasi pasien keluar peserta BPJS
sebesar 534 atau 28.04%, berkoordinasi dengan bagian lain sebesar 60 atau
3.15% dan mengikuti rapat bulanan sebesar 12 atau 0.63%. Hasil
wawancara kepada staf tentang standar pelayanan dan kegiatan pokok
63

yang terkait langsung dan tidak langsung kepada pelayanan di loket


pendaftaran dijelaskan sebagai berikut :

“...Dari pagi awal pelayanan langsung melayani antrian


peserta rawat jalan pseien BPJS yang udah nunggu dari
pagi pokoknya semua counter pasti langsung melayani
dari pukul delapan dan mulai sedikit lengang antrianya
kalo udah siang karena pasien mulai tersebar ke poli
layanan yang dituju” (Informan 2)
“...Empat counter kita melayani pendaftaran pasien
membuat surat eglibitas pasien dan satu counter sebagi
coding kita kalo jam pagi pasti fokus ke pelayanan ga
ada waktu senggang buat ngobrol paling ke toilet”
(Informan 1)
“...Asal pasien juga tertib dan sabar ngantri sampe
giliranya di layani kita pasti tetep ramah sama pasien
apalagi ga jarang kita masih harus menjelaskan
kelengkapan berkas yang harus dilampirkan pasien
nunggu mereka fotocopy atau ambil resep dulu”
(Informan 4)
“Kalo udah siang pasien udah ke poli kita lanjut buat
registrasi keluar pasien rawat jalan dan rawat inap
lanjut ketua pelaksana bikin laporan kunjungan dan
ngatur berkas pasien sehari dikelompokan dan di
urutkan alfabetis”(Informan 3)

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa penggunaan waktu


aktifitas produktif di Loket Pendaftaran pasien peserta BPJS paling banyak
digunakan untuk pelayanan pembuatan registrasi pasien rawat jalan yang
mulai dilaksanakan dari awal waktu pelayanan hingga tengah hari, baru
kemudian penggunaan waktu produktif terbesar kedua adalah pelayanan
64

registrasi pasien keluar, pengarsipan dan pelaporan kunjungan pasien


peserta bpjs harian. Kendala yang dialami dalam pelayanan adalah
kelengkapan berkas pasien baik saat registrasi masuk dan setelah dari poli
pelayanan, petugas loket kadang harus berkoordinasi dengan bagian lain
untuk meminta keterangan terhadap tindakan medis, hasil lab atau resep
yang diberikan kepada pasien untuk diterima dan dibuatkan resgistrasi
keluar sesuai dengan pelayanan yang diterima pasien.

Grafik 5.3
Aktivitas Non Produktif staf Loket Pendaftaran BPJS selama sepuluh hari kerja

80
70
60
50 Mengobrol /
berbincang-bincang
40
Membaca koran/
30 lainya
20
10
0
Aktifitas
non
Produktif

Berdasarkan Grafik 5.3 diketahui proporsi waktu kegiatan non


produktif di Loket Pendaftaran mengobrol/ berbincang-bincang sebesar 58
atau 44.62% dan membaca koran/lainya sebesar 72 atau 55.38%. Presepsi
staf tentang pertanyaan terkait kegiatan yang dilakukan staf selama jam
kerja diluar pelayanan langsung adalah :

“...Ngobrol sama temen temen yang lewat depan counter


kadang ngobrolin apa aja yang lucu atau rencanain
futsal nanti gemana” (Informan 2)
65

“...Namanya ibu ibu biar ga jenuh ya kadang kadang kan


juga temen temen yang nyamper kesini sekalian mereka
ke tempet lain ya ga lama lah kan belom jam istirahat
ntar kalo kurang seru dilanjut pas istirahat”(Informan 3)
“...Kalo saya mah baca disini ngapain jauh jauh biar ga
keliatan bacanya dari komputer kan liat aja berita di
internet baca status ya sekedar ngisi waktu”(Informan 5)

Dari keterangan informan diketahui bahwa penggunaan waktu non


produktif di loket pelayanan pasien peserta BPJS adalah untuk membaca
koran dan lainya, bisanya di selang waktu senggang para staf
memanfaatkan dengan membaca berita online atau koran atau media
informasi lainya. Kegiatan berbincang-bincang dilakukan sekedar
menghilangkan rasa jenuh dan menyapa reka rekan lain yang berkunjung
atau sekedar melewati area loket pendaftaran.

Grafik 5.4 Aktivitas Pribadi staf Loket Pendaftaran BPJS


selama sepuluh hari kerja

140
120
100 Shalat
80 Makan
60 Toilet
40 Pribadi Lainya
20
0
Aktifitas
Pribadi
66

Berdasarkan Grafik 5.4 diketahui proporsi waktu kegiatan pribadi


staf loket pendaftaran yaitu shalat sebesar 116 atau 27.88%, makan
sebesar 116 atau 27.88%, ke toilet sebsesar 76 atau 18.27% dan aktivitas
pribadi lainya sebesar 108 atau 25,96%.
Keterangan staf di loket pendaftaran terkait pertanyaan tentang
kegiatan-kegiatan lain yang bukan termasuk kegiatan pelayanan kepadan
pasien peserta BPJS atau kegiatan pribadi dijelaskan sebagai berikut :

“...Sholat gantian ya kita gabisa bareng-bareng


ninggalin counter kan kasian pasien ada yang masih
antri biar cepet dilayani ke poli biasanya kita mah yang
laki laki belakangan jaga benteng” (Informan 1)
”...Saya mah solat duluan sama temen temen perawat
dari laboratorium biarin yang laki laki belakangan kan
banyak temenya tapi ya ntar gantian saya sendiri yang
jaga yang lain istirahat” (Informan 3)
“...Kita harus manfatin waktu istirahat sebaik mungkin
pokoknya makan solat sama lain lain satu jam aja
gaenak pasien disuruh nunggu lama lama nanti kita juga
di tegor” (Informan 4)
“...Kalo istirahat gak jauh jauh paling deket wilayah
rumah sakit kadang saya ke ruangan rekam medis
nyamper temen temen, solat kan deket tuh mushola di
depan rumah sakit kalo makan ya ikutan yang rame pada
kemana biar cepet juga balik ke ruangan” (Informan 5)

Berdasarkan hasil wawancara oleh informan staf di loket


pendaftaran pasien peserta BPJS penggunaan waktu pribadi staf
paling besar adalah untuk solat dan makan siang, kegiatan solat
dan makan siang dilakukan secara bergantian agar pelayanan
kepada pasien tidak berhenti dan para staf di loket pendaftaran
67

memiliki kesadaran tinggi untuk menggunakan waktu pribadi


secara baik agar tidak mengganggu waktu pelayanan.

5.1.4 Menyusun Standar Beban Kerja


Standar beban kerja merupakan hasil pengukuran dari waktu kerja
yang tersedia dibandingkan dengan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan setiap kegiatan pokok. Rata-rata waktu untuk
menyelesaikan kegiatan pokok adalah suatu waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu kegiatan pokok, oleh masing-masing kategori sumber
daya manusia pada tiap unit kerja. Rumus standar beban kerja adalah:

Waktu Kerja tersedia


Standar beban Kerja = _______________________________

Rata-Rata Waktu Per Kegiatan Pokok

Data yang diperlukan:

1. Waktu kerja tersedia


2. Bagan struktur organisasi
3. Kegiatan pokok (Kegiatan pokok dan uraian kegiatan, serta
tanggung jawab masing-masing kategori SDM)
4. Rata-rata waktu untuk menyelesaikan jenis kegiatan pokok
5. Menetapkan waktu berdasarkan kesepakatan

Rata-rata waktu untuk menyelesaikan kegiatan pokok diperoleh dari:

1. Referensi hasil penelitian


2. Melaksanakan penelitian
3. Pencatatan waktu dalam menyelesaikan uraian kegiatan (Sesuai
standar pelayanan dan SOP)
68

Tabel 5.6
Standar Beban Kerja Berdasarkan Aktivitas Pengamatan
Rata-rata
Standar Beban
Kegiatan Waktu
Kerja
(menit)
Membuat registrasi rawat jalan 3 36480
Membuat laporan kunjungan rawat jalan
harian 30 3648
Melakukan pengarsipan berkas pasien
BPJS harian 20 5472
Coding 3 36480
Membuat registrasi keluar pasien BPJS 3 36480
Berkoordinasi dengan bagian lain 10 10944
Mengikuti rapat bulanan 60 1824

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa proporsi beban kerja


paling besar ada di kegiatan pembuatan registrasi pasien,
pembuatan laporan kunjungan pasien, coding, dan pembuatan
registrasi keluar pasien masing masing memiliki standar beban
kerja sebesar 36480. Kemudian pengarsipan sebesar 5472,
koordinasi dengan bagian lain sebesar 10944 dan mengikuti rapat
bulanan sebesar 1824.

5.1.5 Menyusun Standar Kelonggaran


Waktu kelonggaran merupakan waktu yang dibutuhkan
untuk melakukan kegiatan lain yang tidak berhubungan langsung
tetapi tetap bermanfaat bagi personil yang ada. Berdasarkan hasil
pengamatan, maka dapat diperoleh jumlah standar waktu
kelonggaran bagi personil sebagai berikut :
69

Rumus standar kelonggaran :

Rata-Rata Waktu per-Faktor Kelonggaran


Standar kelonggaran = __________________________________
Waktu Kerja Tersedia

Tabel 5.7
Waktu Kelonggaran di Loket Pendaftaran BPJS
Rata Rata Standar
No. Faktor Kelonggaran Jumlah
Waktu Kelonggaran
1 Olahraga rutin mingguan 1 Jam/minggu 52 Jam/Tahun 0.03
2 Rapat dengan bagian Keuangan 1 Jam/minggu 52 Jam/Tahun 0.03
3 Pendidikan dan Pelatihan 2 jam/2 bulan 12 jam/Tahun 0.01
4 Cuti Hamil dan Sakit 65 Hari/Tahun 1560 jam/Tahun 0.86
Total Standar Kelonggaran 0.93

Berdasarkan Tabel 5.6 diketahui bahwa hasil perhitungan


waktu kelonggaran berdasarkan rata-rata waktu per faktor
kelonggaran dibagi waktu kerja tersedia didapatkan proporsi faktor
kelonggaran olahraga sebesar 0.03, rapat dengan bagian keuangan
sebesar 0.03, pendidikan dan pelatihan sebesar 0.01 dan cuti hamil
dan sakit sebesar 0.86. Total standar kelonggaran di loket
pendaftaran pasien peserta BPJS didapatkan 0.93. Dijelaskan oleh
para staf tentang pertanyaan terkait kegiatan yang dilakukan selain
kegiatan pelayanan pasien di loket pelayanan adalah :

“...Olahraga tiap minggu biasanya kita satu


tim sama bagian sdm atau OB futsal tiap
jumat sore di arena futsal deket rumah sakit”
(Informan 3)
70

“..Saya yoga sama ibu ibu dari keperawatan


biasanya rabu atau kamis sore tergantung
trainer nya biar tetep jaga badan” (Informan
2)
“...Staf kita mah rajin ikutan olahraga karena
emang seru bisa ketemu rame-rame sama staf
lainya bisa silaturahmi tukeran cerita apa aja
dan yang penting kan keluar keringat biar
sehat biar ga suntuk juga abis kerja seminggu
terus ada futsal enak banget jadi ngurangi
jenuh” (Informan 5)

Dari hasil wawancara diketahui waktu kelonggaran yang


tidak terkait kegiatan pokok adalah Olahraga rutin mingguan dan
cuti hamil dan sakit. Kegiatan olahraga ini diselenggarakan untuk
menjaga silaturahmi kepada seluruh staf di rumah sakit haji,
kegiatan olahraga yang dijalani berbeda beda ada olahraga yoga
untuk wanita dan futsal untuk laki-laki. Rata rata kegiatan ini
berlangsung satu jam tiap minggu dan jadwal dikondisikan dengan
kesediaan dan kesepakatan waktu bersama. Untuk kegiatan diluar
pelayanan yang termasuk kegiatan produktif seperti rapat bulanan
dijelaskan sebagai berikut :

“...Rapat kita ada bisa perminggu biasanya


dari keuangan ngasih instruksi atau
memantau perkembangan pekerjaan di loket
pendaftaran, evaluasi kerja dan pelaporan
kunjungan pasien” (Informan 4)
“...Kadang rapat juga bisa dadakan dan lama
seperti kemarin kan liat sendiri kita ada
71

pertemuan satu staf di rumah sakit sama


direktur untuk bahas semua masalah yang
dihadapi masing masing unti termasuk
pelayanan BPJS ini” (Informan 3)

Kegiatan rapat dilakukan tiap minggu diagendakan untuk


mendengarkan instruksi baru dari atasan atau bagian keuangan.
Peserta rapat ini biasanya adalah Penanggung Jawab dan satu orang
staf, lama kegiatan biasanya berlangsung satu jam tiap minggu,
kadang dilaksanakan diantara jam kerja di waktu siang menjelang
waktu istirahat atau setelah waktu istirahat.

5.1.6 Kebutuhan Tenaga Kerja di Loket Pendaftaran RS Haji


Jakarta
Perhitungan kebutuhan personil di Loket Pendaftaran
Rumah Sakit Haji Jakarta dengan menggunakan metode WISN
dapat diperoleh dengan menggunakan formulasi berikut :

Kuantitas Kegiatan Pokok


Kebutuhan SDM = _____________________ + Standar Kelonggaran

Standar Beban Kerja

Perhitungan kebutuhan tenaga di di Loket Pendaftaran


Rumah Sakit Haji Jakarta dihitung berdasarkan setiap kegiatan
pokok yang dilakukan selama kegiatan pengamatan berlangsung.
Kemudian kebutuhan tenaga dari setiap kegiatan pokok
diakumulasi sehingga terdapat jumlah kebutuhan tenaga di di Loket
Pendaftaran Rumah Sakit Haji Jakarta seperti pada tabel di bawah
ini:
72

Tabel 5.8
Kebutuhan Tenaga di Loket Pendaftaran Rumah Sakit Haji Jakarta
Berdasarkan Perhitungan Beban Kerja
No Kegiatan KKP SBK KS
1 Membuat registrasi rawat jalan 300 36480 0.9
Membuat laporan kunjungan
2 rawat jalan harian 1 3648 0.9
Melakukan pengarsipan berkas
3 pasien BPJS harian 1 5472 0.9
4 Coding 350 36480 0.9
Membuat registrasi keluar pasien
5 BPJS 350 36480 0.9
6 Berkoordinasi dengan bagian lain 5 10944 0.9
7 Mengikuti rapat bulanan 1 1824 0.9
Total Kebutuhan Personil 6.3
Dibulatkan 6

Ket: KKP Kuantitas Kegiatan


SBK Standar Beban Kerja
KS Kebutuhan SDM

Dari tabel 5.7 di atas, diketahui hasil perhitungan kebutuhan tenaga


berdasarkan perhitungan beban kerja staf didapatkan proporsi kebutuhan
tenaga untuk kegiatan pembuatan registrasi pasien rawat jalan sebanyak
0.9 tenaga, membuat laporan kunjungan pasien harian sebanyak 0.9
tenaga, melakukan pengarsipan berkas pasien sebanyak 0.9 tenaga, coding
sebanyak 0.9 tenaga, mebuat registrasi keluar pasien BPJS sebanyak 0.9
tenaga, berkoordinasi dengan bagian lain sebanyak 0.9 tenaga dan
mengikuti rapat bulanan sebanyak 0.9 tenaga.
Berdasarkan perhitungan kebutuhan tenaga dengan menggunakan
WISN (Work Load Indicator Staff Need) didapatkan total kebutuhan
73

tenaga di Loket Pendaftaran Rumah Sakit Haji Jakarta berjumlah 6.3 orang
sesuai petunjuk pembulatan perhitungan WISN oleh Depkes (2012)
dibulatkan menjadi Enam orang.

5.2 Rasio Kesenjangan Tenaga di Loket Pendaftaran RS Haji Jakarta


Perbedaan antara kebutuhan jumlah tenaga berdasarkan hasil
analisi WISN dengan jumlah tenaga yang ada saat ini di Loket Pelayanan
peserta BPJS Rumah Sakit Haji Jakarta dapat dilihat dari Ratio WISN.
Ratio WISN merupakan suatu ukuran “pengganti” (proxy) bagi tekanan
kerja yang dialami staf dalam pekerjaan sehari-hari mereka di suatu
fasilitas kesehatan.

Sebuah ratio WISN bernilai satu (1) menunjukkan bahwa jumlah


staf dan beban kerja di suatu Unit Kerja berada dalam keadaan seimbang.
Semakin kecil ratio WISN, semakin besar tekanan beban kerja. Ratio
WISN yang kecil menunjukkan bahwa jumlah staf saat ini lebih kecil
daripada yang dibutuhkan untuk mengatasi beban kerja yang ada.
Sebaliknya, ratio WISN yang besar membuktikan adanya kelebihan staf
apabila dibandingkan terhadap beban kerja. Perhitungan Ratio WISN
kebutuhan tenaga di Loket Pendaftaran RS Haji Jakarta sebagai berikut :
74

Tabel 5.9
Kesenjangan Tenaga yang ada dengan Kebutuhan hasil Analisis WISN
Tenaga yang Kebutuhan Kurang/ Wisn Ratio Keadaan
ada (a) Tenaga (b) Lebih (a-b) (a/b) Masalah
Tenaga
5 6 -1 0.8 Kurang Staf

WISN Ratio
2.0 1.5 1 1.5 2.0

Kurang Sesuai Lebih

Berdasarkan tabel perhitungan diatas, diketahui bahwa Ratio WISN


kebutuhan tenaga di Loket Pendaftaran peserta BPJS Rumah Sakit Haji
Jakarta sebesar 0.8 yang dimana diartikan jumlah tenaga saat ini di Loket
Pendaftaran lebih kecil dibandingkan dengan kebutuhan jumlah tenaga
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan beban kerja yang ada. Maka untuk
mencapai keadaan seimbang dibutuhkan penambahan jumah tenaga di
Loket Pendaftaran sebanyak satu orang dari lima orang yang sudah ada
saat ini.
BAB VI
PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini diantaranya adalah:


1. Penelitian dengan menggunakan metode Work Sampling tidak dapat
digunakan untuk mengukur kualitas kerja masing-masing staf karena
pengamatan hanya terbatas pada pemanfaatan waktu kerja tersedia di
loket pendaftaran peserta BPJS.
2. Waktu pengamatan kegiatan staf hanya dilakukan selama sepuluh hari
kerja atau dua minggu kerja, sehingga pola kegiatan yang berhasil
dicatat dan direkam belum tentu dapat mewakili seluruh kegiatan yang
dilakukan oleh staf sesungguhnya, serta keterbatasan waktu juga
memungkinkan tidak semua permasalahan di Loket Pendaftaran dapat
teridentifikasi.
3. Keberadaan pengamat dalam penelitian dikhawatirkan menghasilkan
bias dalam penelitian karena staf merasa sedang diamati, sehingga staf
memiliki kecenderungan untuk bekerja lebih giat. Untuk
meminimalisir hal tersebut maka saat dilakukan observasi peneliti
tidak membawa formulir pencatatan hanya mencatat dengan secarik
kertas kecil saja, dan menjaga batas pandang di lokasi pengamatan
yang berbaur di tengah keramaian antrian tunggu sehingga tidak
menarik perhatian staf yang diamati.

75
76

6.2 Analisis Kebutuhan SDM dengan Metode WISN


Dalam observasi kegiatan pelayanan di Loket Pendafataran Peserta
BPJS Rumah Sakit Haji Jakarta menggunakan metode Work
Sampling.Ilyas (2013) menjelaskan bahwa work sampling adalah teknik
pembuatan serangkaian pengamatan pada interval yang acak, berdasarkan
prinsip statistika bahwa observasi yang dilakukan secara acak memberikan
informasi yang sama lengkapnya dengan informasi yang diberikan dengan
pengamatan secara kontinyu.
Pengamatan mengutamakan aktivitas atau kegiatan yang dilakukan
oleh personil, hasil pengamatan pada form work sampling kemudian
dikategorikan dalam aktivitas produktif, aktivitas non produktif dan
aktivitas pribadi. Didalam KepMenKes Nomor 81/MenKes/SK/1/2004
tentang pedoman penyusunan perencanaan sumber daya manusia
kesehatan berdasarkan metode WISN langkah-langkah untuk perhitungan
kebutuhan tenaga di Loket Pendaftaran Rumah Sakit Haji Jakarta adalah :

6.2.1 Menetapkan Waktu Kerja Tersedia

Waktu kerja tersedia di Loket Pendaftaran Rumah Sakit Haji


Jakarta dalam satu tahun adalah 228 hari kerja atau 1824 jam per tahun.
Variabel perhitungan waktu kerja tersedia didapatkan dari total jumlah hari
kerja dalam satu tahun dikurangi jumlah hari libur yang diatur oleh
KemenKo Kesra Siaran Pers Nomor : 17/Humas Kesra /V/2014 yang
menetapkan 15 hari libur nasional, cuti tahunan, pendidikan dan pelatihan
dan rata-rata ketidakhadiran kerja dalam satu tahun.
Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2015) di Unit Rekam
Medis RS Assalam Gemmolong diperoleh waktu tersedia bagi unit
tersebut sebesar 1974 jam per tahun. Dan penelitian oleh Rubbiana (2015)
kepada tenaga perawat di 1901 jam per tahun.
77

6.2.2 Menetapkan unit kerja dan Kategori SDM yang diteliti


Kategori SDM yang akan dihitung kebutuhan tenaganya adalah staf
di Loket Pendaftaran peserta BPJS Rumah Sakit Haji Jakarta. Sebagai
penyedia pelayanan kesehatan dari program jaminan kesehatan nasional
yang masih beradaptasi baik dari jumlah peserta dan tenaga kesehatanya
penting untuk mengetahui bagaimana gambaran beban kerja yang
dilakukan di Loket Pendaftaran peserta BPJS sebagai pemberi pelayanan
pertama kepada para peserta BPJS dalam melakukan registrasi pasien
masuk sebelum ke poliklinik dan registrasi pasien keluar.

6.2.3 Penggunaan Waktu Kerja Berdasarkan Work Sampling


Pengamatan terhadap penggunaan pola waktu pada setiap aktivitas
staf loket pendaftaran didahului dengan mencermati karakteristik seluruh
aktivitas yang berhasil diamati dan selanjutnya dikelompokkan ke dalam
masing-masing pola aktivitas (Barnes, 1980). Dimana banyaknya
kelompok pola kegiatan dapat dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan
penelitian (Ilyas, 2013). Dalam penelitian ini pola kegiatan terbagi menjadi
aktivitas produktif, aktivitas non produktif, dan aktivitas pribadi.
Dalam pengumpulan data, metode yang digunakan adalah dengan
formulir pengamatan work sampling, dimana hasil pengamatan terhadap
kegiatan yang dilakukan staf loket pendaftaran dicatat dan dikelompokkan
berdasarkan kelompok aktivitas yang telah ditetapkan sebelumnya. Metode
work sampling digunakan karena memiliki beberapa kelebihan,
diantaranya adalah lebih mudah untuk mendapatkan gambaran umum pola
kegiatan yang dilakukan, selain itu responden yang diamati lebih banyak
serta biaya yang dikeluarkan lebih hemat (Ilyas, 2013). Lama pengamatan
adalah selama sepuluh hari kerja dengan lama waktu kerja 8 jam per hari.
Total sampel pengamatan yang didapat dikalikan dengan 10, karena lama
waktu pengamatan rata-rata dilakukan setiap sepuluh menit, sehingga
didapatkan jumlah seluruh waktu kegiatan staf loket pendaftaran dalam
78

satuan menit dan dikelompokkan ke dalam aktivitas produktif, aktivitas


tidak produktif, dan aktivitas pribadi.
Selanjutnya dengan mendapatkan besaran waktu kerja produktif
staf di Loket Pedaftaran, akan dapat menghitung kebutuhan tenaga yang
optimal berdasarkan rumus perhitungan WISN. Sesuai dengan hasil
penelitian dengan menggunakan menggunakan metode work sampling,
diperoleh gambaran bahwa staf loket pendaftaran Rumah Sakit Haji
Jakarta selama sepuluh hari pengamatan, sebesar 77.71% waktunya
produktif, karena digunakan untuk melaksanakan kegiatan yang
berhubungan langsung dengan pelayanan, lainnya digunakan untuk
kegiatan non produktif sebesar 5.31% dan penggunaan waktu untuk
kegiatan pribadi adalah sebesar 16.98%.
Distribusi waktu untuk aktivitas produktif di loket pelayanan
peserta BPJS paling banyak pada kegiatan membuat pendaftaran registrasi
rawat jalan, tingginya kegiatan disebabkan karena pasien menunggu
antrian dua jam sebelum pelayanan dibuka sehingga terjadi penumpukan,
pelayanan yang bersifat sentralisasi sehingga terjadi penumpukan pada
suatu tempat (Andini, 2013). Berdasarkan hasil wawancara bila salah satu
personil tidak hadir sehingga menambah beban kerja dalam pelayanan dan
mempengaruhi waktu pelayanan yang lebih lama sehingga butuh bantuan
tenaga dari bagian lain untuk membantu meringankan pekerjaan dalam
pelayanan di Loket Pendaftaran.
Penelitian lain yang pernah dilakukan dan memiliki kemiripan
dengan penelitian ini dalam hal konsep dasar perhitungan beban kerja
tenaga dan metode penelitian adalah penelitian menurut Malano (2015),
penelitian yang dilakukan oleh patuwo (2005) dan penelitian yang
dilakukan oleh Ermawati (2009). Dari ketiga penelitian sebelumnya
didapatkan bahwa penggunaan waktu produktif unit tempat penelitian
belum mencapai nilai optimum 80%. Pada penelitian yang dilakukan
Malano di Loket Pendaftaran Rawat Jalan RSUD Tugurejo Semarang
tingkat rata-rata penggunaan waktu produktif mencapai 77.3%, pada
79

penelitian patuwo di unit laboratorium sebesar 56.3%, dan pada penelitian


yang dilakukan Ermawati di Unit Rekam Medis penggunaan waktu
produktif mencapai 53.9%.
Menurut Ilyas (2013) bahwa tidak mungkin mengharapkan personil
untuk bekerja maksimum, paling rasional mengharapkan personil bekerja
pada titik optimum. Waktu kerja produktif yang optimum berkisar 80%.
Parameter ini digunakan untuk menilai apakah betul beban kerjanya tinggi,
bukan hanya keluhan personil. Apabila personil sudah bekerja diatas 80%
waktu produktifnya, kita perlu mempertimbangkan dan memperhatikan
bahwa unit tersebut benar-benar membutuhkan penambahan tenaga.
Perkins (2009) menyatakan bahwa teknik work sampling adalah
untuk mengidentifikasi melalui pengamatan presentase waktu yang yang
digunakan untuk bekerja secara produktif. Hasil yang diperoleh, bahwa
waktu yang digunakan untuk aktivitas produktif rata-rata adalah 80.17%
(pagi dan malam). Menurut Kopelman (1986) dan Sinungun (1987) seperti
yang dikutip oleh Syukraa HG (2012) presentase waktu dikatakan
produktif apabila 60-80% (Kopelman) atau 75% (Sinungun) waktu yang
tersedia digunakan untuk melakukan aktivitas produktif. Dapat diketahui
bahwa beban kerja yang ada di Loket Pendaftaran peserta BPJS RS Haji
Jakarta tinggi dan perlu dipertimbangkan untuk penambahan tenaga.
Andini (2013) menjelaskan beban kerja yang terlampau tinggi pada
akhirnya akan memiliki beberapa dampak buruk, misalnya kesalahan
dalam pengerjaan pasien, penambahan tenaga di Loket Pendaftaran RS
Haji Jakarta merupakan hal yang diperlukan untuk mencegah timbulnya
permasalahan dalam pelayanan, selain itu data kunjungan jumlah pasien
peserta BPJS yang diperkirakan akan bertambah setiap tahunya dalam
menyongsong Universal Health Coverage.
80

6.2.4 Menyusun Standar Beban Kerja


Sesuai pada tabel 5.5 tentang standar beban kerja berdasarkan
aktivitas pengamatan di Loket Pelayanan RS Haji Jakarta memiliki
besaran nilai berbeda untuk tiap aktivitas produktif yang dilakukan. Untuk
mengetahui rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
aktivitas pokok diperoleh dari hasil pengamatan diperkuat dengan
wawancara kepada seluruh personil. Standar beban kerja tertinggi
berdasarkan perhitungan terdapat pada aktivitas melayani registrasi pasien
rawat jalan, registrasi pasien keluar dan coding ketiganya sama sama
memiliki besaran nilai standar beban kerja sebesar 36480 menit/tahun.
Dalam peneltian sejenis yang dilakukan Rahmawati (2015)
mengenai penelitianya tentang analisis kebutuhan tenaga rekam medis
berdasarkan metode wisn di Rumah Sakit Assalam Gemolong diketahui
standar beban kerja rekam medis di Rumah Sakit Umum Assalam
Gemolong dalam satu tahun kerja adalah 152924 menit/tahun. Standar
beban kerja tertinggi terdapat di bagian Filing rawat jalan dan rawat inap.
Penelitian lainya oleh Imanti (2015) di Unit Rekam Medis RS kendal
standar beban kerja tertinggi terdapat di bagian coding sebesar 45506
menit per tahun.

6.2.5 Menyusun Standar Kelonggaran


Standar kelonggaran di Loket Pendaftaran tentu berbeda di setiap
rumah sakit, dipengaruhi oleh jumlah kunjungan pasien dan kebijakan di
masing-masing unit. Standar Kelonggaran tenaga di Loket Pendaftaran
Rumah Sakit Haji Jakarta diperoleh dari waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan aktivitas yang tidak terkait langsung dengan kegiatan
pokok atau produktif layanan, hasilnya diperoleh total standar kelonggaran
di Loket Pendaftaran sebesar 0.93 tenaga.
Menurut Shipp (1998), standar kelonggaran ini dibagi menjadi 2
kategori yaitu standar kelonggaran terkait kegiatan (kegiatan produktif
tidak langsung), dan standar kelonggaran individu (kelonggaran karena
81

beban kerja dalam melaksanakan kegiatan). Standar kelonggaran terkait


kegiatan diperoleh dari jumlah waktu untuk kegiatan produktif tidak
langsung yang menunjang pelaksanaan kegiatan pokok (produktif
langsung) rapat dengan atasan atau bagian unit terkait lainya dan
pendidikan dan pelatihan. Sementara itu, standar kelonggaran individu
yang digunakan adalah standar kelonggaran yang disesuaikan dengan
faktor kondisi kerja untuk melaksanakan kegiatan pokok tersebut seperti
olahraga dan cuti hamil dan sakit pada personil di Loket Pendafataran
Rumah Sakit Haji Jakarta.
Berdasarkan penelitian Ruth (2016) tentang analisis kebutuhan
tenaga kerja filling di rumah sakit dr. moewardi dijelaskan standar
kelonggaran dipengaruhi oleh rata-rata waktu kelonggaran sebesar 5% dari
jumlah jam kerja petugas dan waktu kerja yang tersedia. Bila rata-rata
waktu kelonggaran memiliki kebijakan tentang standar kelonggaran maka
produktivitas petugas dapat dimaksimalkan. Standar kelonggaran
didapatkan dari faktor kelonggaran tiap kategori tenaga meliputi jenis
kegiatan dan kebutuhan waktu untuk menyelesaikan suatu kegiatan yang
tidak terkait langsung atau dipengaruhi tinggi rendahnya kuantitas pokok
pelayanan. Dalam penelitian Rahmawati (2015) standar kelonggaran yang
diperoleh sebesar 0,0167 atau 1,67%, artinya petugas memiliki waktu
untuk pertemuan rutin, pelatihan atau seminar, dan membimbing
mahasiswa sebesar 1,67 % dari total waktu kerja tersedia.

6.2.6 Kebutuhan Tenaga Kerja di Loket Pendaftaran BPJS RS Haji


Jakarta
Perhitungan kebutuhan tenaga di Loket Pelayanan Peserta BPJS di
Rumah Sakit Haji Jakarta berdasarkan metode WISN (workload indicator
staff needed) menghasilkan perhitungan jumlah kebutuhan tenaga sebesar
6 orang, dibandingkan jumlah tenaga yang ada saat ini berjumlah 5 orang
maka penambahan jumlah tenaga adalah satu orang di Loket Pelayanan
Peserta BPJS di Rumah Sakit Haji Jakarta. Jumlah pemenuhan tenaga saat
82

ini dari hasi perhitungan baru memenuhi 83% dari jumlah ideal yang
dihasilkan oleh metode WISN. Dengan kendala yang dihadapi di Loket
Pendaftaran peserta BPJS seperti antrian yang panjang dan lama,
sentralisasi kepadatan pasien peserta BPJS di ruangan yang belum
memadai dan kesabaran pasien dalam mendapatkan pelayanan yang
berdampak pada keramahan pelayanan oleh staf di Loket Pendaftaran,
serta kunjungan pasien peserta BPJS yang akan meningkat tiap tahunya
untuk mengantisipasi hal tersebut maka pemenuhan kebutuhan tenaga
kerja yang sesuai beban kerja perlu dilaksanakan.
Penelitian sejenis yang dilakukan Rahmawati (2015), dalam
penelitianya menjelaskan petugas di unit rekam medis Rumah Sakit
Assalam Gemolong sampai dengan Bulan Agustus 2015 sebanyak 8 orang.
Sedangkan dari hasil perhitungan kebutuhan tenaga kerja unit rekam medis
sebanyak 8,56 atau 9 orang. Sehingga kebutuhan tenaga unit rekam medis
tahun 2015 memerlukan penambahan 1 orang tenaga di bagian filling,
karena bagian filling masih dirangkap atau dikerjakan oleh petugas
pendaftaran dan petugas assembling, coding dan indexing, untuk mencapai
produktifitas kerja yang optimal perlu adanya pendayagunaan dan
pembagian tugas sesuai dengan job description.

6.3 Rasio Kesenjangan Tenaga Staf di Loket Pendafataran BPJS


Dari hasil perhitungan jumlah tenaga di Loket Pendaftaran pasien
peserta BPJS didapatkan hasil 6 orang, sedangkan tenaga saat ini adalah 5
orang. Diperoleh rasio tenaga staf pelayanan loket pendaftaran pasien
peserta BPJS adalah berdasarkan ratio WISN adalah 0.8. Dalam penelitian
lain dilakukan Syukraa (2012) pada tenaga apoteker diperoleh ratio 0.7
(kecil dari satu), pada penelitian Rubbiana (2015) pada tenaga perawat
instalasi rawat inap diperoleh ratio 0.8, penelitian Malano (2015) pada
loket pendaftaran rawat jalan sebesar 0.7 dan penelitian Maharani (2015)
di bagian pendaftaran sebesar 0.4.
83

Dalam Buku Use’r Manual WISN (WHO, 2010) dijelaskan bahwa


jika rasio tenaga nilainya satu, artinya jumlah tenaga sesuai dengan
tuntutan beban kerja (jumlah tenaga sudah mencukupi). Nilai rasio kurang
dari satu, berarti jumlah tenaga tidak sesuai dengan beban kerja (jumlah
tenaga kurang) dan jika nilainya lebih dari satu menunjukkan jumlah
tenaga berlebih sehubungan dengan beban kerja. Semakin kecil rasio
WISN, semakin besar beban kerja. Berdasarkan hal di tersebut berarti
jumlah tenaga yang ada di Loket Pendaftaran pasien peserta BPJS saat ini
tidak sesuai dengan beban kerja yang ada. Beban kerja yang ada lebih
besar dari jumlah tenaga yang tersedia.
Dijelaskan oleh Buntha (2008) dalam Syukraa (2012), beban kerja
juga bisa dilihat dari jumlah pasien yang dilayani setiap minggu
dibandingkan dengan jumlah jam kerja per minggunya. Dengan
meningkatnya jumlah pasien yang dilayani, akan meningkatkan beban
kerja secara langsung. Beban kerja yang tinggi bisa memberikan dampak
bagi pelayanan, yaitu bisa meningkatkan potensi terjadinya kesalahan.
Pertimbangan bagi manajemen Rumah Sakit Haji Jakarta adalah
perencanaan kebutuhan atau penambahan tenaga yang berarti juga
mengurangi tekanan akibat beban kerja yang tinggi bagi tenaga staf di
Loket Pendaftaran pasien peserta BPJS dan sekaligus sebagai upaya untuk
meningkatkan kualitas pelayanan.
BAB VII
PENUTUP

7.1 Kesimpulan
1. Jumlah waktu kegiatan staf Loket Pendaftaran pasien peserta BPJS di
Rumah Sakit Haji Jakarta dengan aktivitas produktif adalah sebesar
77,71%, aktivitas non produktif sebesar 5,31% dan aktivitas pribadi
sebesar 16,98%.
2. Jumlah waktu kerja yang tersedia di Loket Pendaftaran pasien peserta
BPJS Rumah Sakit Haji Jakarta tahun 2015 dalam 1 tahun adalah 228
hari atau 1.824 jam atau 109.440 menit.
3. Standar besar beban kerja staf loket pendaftaran pasien peserta BPJS di
Rumah Sakit Haji Jakarta tahun 2015 dihitung berdasarkan
penggunaan waktu aktivitas produktif sebagai kegiatan pokok staf.
4. Standar kelonggaran staf loket pendaftaran BPJS di Rumah Sakit Haji
Jakarta tahun 2015 adalah 0,93 tenaga.
5. Berdasarkan perhitungan kebutuhan tenaga dengan menggunakan rasio
WISN (workload indicator staff needed) sebesar 0,8, total kebutuhan
tenaga staf di loket Pendaftaran BPJS Rumah Sakit Haji Jakarta tahun
2015 berjumlah 6 orang. Dari rasio tersebut dapat disimpulkan bahwa
jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk menjalakan beban kerja yang
ada perlu penambahan sebanyak satu orang dari lima orang tenaga
yang sudah tersedia.

7.2 Saran
1. Bagi RS Haji Jakarta
a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan
penambahan tenaga staff loket pendaftaran sesuai dengan
perhitungan analisis beban kerja, yaitu satu sebesar satu orang.
b. Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat menajadi acuan untuk
mengadakan analisis beban kerja di unit lain sebagai evaluasi atas
84
85

c. ketersediaan sumber daya manusia yang dimiliki dan dilakukan


berkala guna mendapatkan jumlah kebutuhan tenaga yang rasional
serta memantau kegiatan produktif kerja di unit tersebut.
d. Untuk mempermudah pasien memahami alur pelayanan, ada
baiknya dibuatkan banner tentang alur pelayanan dan papan-papan
informasi yang membantu pasien memahami tahapan sebagai
peserta BPJS.
e. Untuk mempercepat input data pasien saat registrasi bisa
dipertimbangkan penggunaan barcode scanner sehingga
memangkas waktu proses pendaftaran pasien.
f. Peningkatan fasilitas bagi pasien seperti memperbanyak kursi
duduk dan kipas angin di koridor agar pasien peserta BPJS bisa
lebih nyaman dan sabar saat waktu tunggu.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya


a. Melakukan penelitian dengan perbandingan jumlah observen
dengan yang diobservasi sebesar 1:1 yaitu satu orang observen
sebagai pemantau satu orang staf di unit yang dituju.
b. Penelitian yang akan datang bisa menggunakan metode lain seperti
time and motion study untuk meneliti tidak hanya beban kerja dan
jumlah kebutuhan tenaga tetapi juga kualitas tenaga kerja yang
akan diteliti, selain itu teknik time and motion study tidak harus
mengamati semua tenaga yang akan diteliti tetapi mengamati
beberapa tenaga yang menjadi sampel penelitian.
c. Melakukan penelitian lain yang mendukung dalam mencari jumlah
kebutuhan tenaga kerja seperti mengukur kepuasan pasien,
kelelahan kerja, analisis pekerjaan dan faktor terkait lainya sebagai
bahan pertimbangan manajemen.
86

DAFTAR PUSTAKA

Andini, Sarah. Analisi Kebutuhan Tenaga Keperawatan di Hemodialisa RSUP

Persahabatan Berdasarkan Beban dan Kompetensi Kerja. Tesis. Fakultas

Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok. 2013

Azhar. Analisis Kebutuhan Tenaga Radiografer Pada Unit Radiologi Rumah Sakit

Karya Bhakti Bogor Tahun 2008 Dengan WISN. Thesis Program

Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok.

2008

Barnes, M. Ralph. Motion and Time Study and Measurement of Work Seventh

Edition. California. 1980

Dessler, Gary. Manajemen Sumber Daya Manusia, Human Resource

Management, Jilid I Edisi Bahasa Indonesia. Penerbit: Indeks, Jakarta. 1997

Ermawati, Ika. Analisis Kebutuhan Tenaga dengan Metode WISN di Unit Rekam

Medis RS MH. Thamrin International Salemba Tahun 2009. Skripsi.

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok. 2009

Gunadi, Suryanti. “Studi Tentang Beban Kerja Perawat di Unit Rawat Inap

Penyakit Dalam Rumah Sakit Tebet”. Thesis Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok. 1997

Handoko, T. Hani. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia Edisi

Kedua. Penerbit: BPFE, Yogyakarta. 1995


87

Hasibuan, P. Malayu. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit: PT. Binarupa

Bumi Aksara, Jakarta. 2007

Hosizah, SKM, MKM. Case-Mix Upaya Pengendalian Biaya Pelayanan Rumah

Sakit Di Indonesia. Universitas Esa Unggul, Jakarta. 2012

Ilyas. Yaslis. Perencanaan SDM Rumah Sakit: Teori, Metoda dan Formula.

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok. 2013

Indriana, Nani. “Analisis Kebutuhan Personil di Bagian Human Resource

Departement Rumah Sakit Karya Bhakti Bogor”. Skripsi S1 Fakultas

Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok. 2009

International Labour Office. Penelitian Kerja dan Pengukuran Kerja Seri

Manajemen. Penerbit:: Erlangga, Jakarta.1983

Irwandi, Kapalawi. “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Beban Kerja

Perawat di Unit Rawat Inap RSJ Dadi Makassar Tahun 2006”. Skripsi S1

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanudin, Makasar. 2007

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan menteri kesehatan

Republik Indonsia Nomor 81/MENKES/SK/I/2004 tentang pedoman

penyusunan perencanaan sumber daya manusia kesehatan di tingkat

propinsi, kabupaten/kota serta rumah sakit. Jakarta. 2004

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan menteri kesehatan

Republik Indonsia Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 Tentang Rekam

Medis. 2008
88

Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat. Siaran Pers Nomor 17/Humas

Kesra/V/2014 tentang Tetapan Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun

2015. Jakarta. 2015

Maharani, Osela. Analisa Kebutuhan Tenaga Kerja Di Bagian Pendaftaran

Dengan Menggunakan Metode Wisn Di Rsi Sultan Agung Semarang Tahun

2015. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Dian

Nuswantoro, Semarang. 2015

Malano, A. Fazani. Analisis Beban Kerja Petugas TPPRJ RSUD Tugurejo

Semarang Berdasarkan Metode Wisn Pada Tahun 2015. Skripsi. Fakultas

Kesehatan Masyarakat, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang. 2015

Maleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit : PT. Remaja

Rosdakarya, Edisi Revisi, Bandung. 2006

Mangkuprawira, Sjafri. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik. Penerbit:

Ghalia Indonesia, Jakarta. 2003

Mudiartha Utama, I Wayan. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit :

Universitas Udayana, Denpasar. 2001

Nuryanto. “Kajian Kebutuhan Sumber Daya Manusia dengan Menggunakan

Metode Workload Indicator Staff Need (WISN) di Instalasi Farmasi Rumah

Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan”. Thesis Program Studi

Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatra Utara, Medan.

2005
89

Patuwo, Benny. Analisis Kebutuhan Tenaga Analis di Unit Laboratorium

Pelayanan Kesehatan St. Carolus Tahun 2005. Thesis Program Pascasarjana

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok. 2005

Perkins. Work Sampling : A Method for Assesing and Monitoring Productivity.

The Bussinessowner Journal. West Sacramento. 2009

Rivai, Veithzal. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan, Dari Teori

ke Praktik. Penerbit: PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta. 2008

Ruth, Distyan. Analisis Kebutuhan Tenaga Kerja dengan menggunakan rumus

Work Load Indicator Staff Need atau WISN Bagian Filing RSUD Dr.

Moewardi Periode Tahun 2016. Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-9551, 2016

Samsudin, Sadili. Manajemen Sumber Daya Manusia, cetakan ke-1. Penerbit:

Pustaka Setia, Bandung. 2006

Santoso, Yussy. Organization Design and Job Analysis. Penerbit : Kompas

Gramedia, Jakarta. 2013

Setyawan, Teguh. Analisis Beban Kerja dan Kebutuhan Sumber Daya Manusia,

Studi Kasus Seksi MDF Bogor Centrum Kantor Daerah Telkom Bogor.

Skripsi Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB,

Bogor. 2008

Shipp, Peter, J. Workload Indicator of Staffing Need (WISN) A Manual For

Implementation. Switzerland: WHO. 1998


90

Siregar, Charles. JP. Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Cetakan I.

Penerbit EGC, Jakarta. 2004

Soeroso, Santoso. Manajemen Sumber Daya Manusia Di Rumah Sakit: Suatu

Pendekatan Sistem. Penerbit: Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 2003

Sofyandi, Herman. Manajemen Sumber Daya Manusi. Penerbit: Graha Ilmu,

Yogyakarta. 2008

Stone, Raymond. Human Resource Management, published by John Willey and

Sons, Jacaranda Willey, Second Edition. 1995

Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Penerbit : Alfabeta.

Bandung. 2012

Suharyono, M. W. Analisis Jumlah Tenaga Pekarya Dengan Work Sampling di

Unit Layanan Gizi Pelayanan Kesehatan, KARS Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok. 2005

Syukraa, HG. Analisis Kebutuhan Tenaga Berdasarkan Beban Kerja dengan

Teknik Work Sampling Menggunakan Metode WISN di Unit Farmasi

Rawat Jalan Krakatau Medikal Hospital Cilegon tahun 2012. Tesis. Fakultas

Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok. 2012

WHO . WISN Work Load Indicators of Staffing Need Use’r Manual. Geneva.

2010
91

Lampiran 1

Formulir Work Sampling di Loket Pendaftaran Pasien Peserta BPJS

Rumah Sakit Haji Jakarta

Pengamat :

Unit :

Hari/Waktu Pengamatan :

Waktu Kegiatan di Loket Pendaftaran Peserta BPJS RS Haji Jakarta


/10menit Informan 1 Informan 2 Informan 3 Informan 4 Informan 5
8:00
8:10
8:20
8:30
8:40
8:50
9:00
9:10
9:20
9:30
9:40
9:50
10:00
10:10
10:20
10:30
10:40
10:50
11:00
11:10
11:20
11:30
11:40
11:50
12:00
12:10
92

12:20
12:30
12:40
12:50
13:00
13:10
13:20
13:30
13:40
13:50
14:00
14:10
14:20
14:30
14:40
14:50
15:00
15:10
15:20
15:30
15:40
15:50
16:00
Total Waktu Kegiatan Produktif ...............menit .......................%
Total Waktu Kegiatan Non Produktif ...............menit .......................%
Total Waktu Kegiatan Pribadi ...............menit .......................%
93

Lampiran 2

PEDOMAN WAWANCARA

Petunjuk Umum Wawancara :

1. Ucapkan terimakasih atas kesediaan diwawancarai


2. Lakukan perkenalan dua arah, baik pewawancara maupun informan mulai
dari nama, umur, pendidikan, pekerjaan, jabatan
3. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara
4. Wawancara dilakukan oleh peneliti
6. Dalam diskusi, informan bebas mengeluarkan pendapat
7. Dijelaskan bahwa pendapat, saran dan pengalaman sangat berharga
8. Dalam wawancara tidak ada jawaban yang benar atau salah serta dijaga
kerahasiaannya

Tanggal wawancara
Informan nomor
Jabatan
Jenis kelamin
Usia
Pendidikan terakhir
Masa kerja
94

- Daftar Pertanyaan –

1. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai proses pelayanan di Loket


Pendaftaran Pasien peserta BPJS ?
2. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai beban kerja di Loket
Pendaftaran Pasien peserta BPJS?
3. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai perencanaan tenaga di Loket
Pendaftaran Pasien peserta BPJS?
4. Bagaimana pendapat Ibu tentang kecukupan tenaga di Loket Pendaftaran
Pasien peserta BPJS dikaitkan dengan beban kerja yang ada?
5. Berapa hari waktu untuk cuti dan bagaimana pembagiannya?
6. Bagaimana dengan toleransi ketidakhadiran kerja?
7. Apakah ada SOP mengenai alokasi waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan tiap uraian tugas kegiatan pokok?
8. Jika belum ada, bagaimana menentukan target waktu yang dibutuhkan
dalam menyelesaikan waktu kegiatan pokok?
9. Bagaimana dengan kegiatan diklat? Berapa kali diklat dilakukan dan
berapa lama dalam setahun?
10. Menurut Bapak/Ibu, apa hambatan yang utama dalam proses pelayanan di
Loket Pendaftaran Pasien peserta BPJS?
11. Apa usaha yang telah dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam proses
pelayanan di Loket Pendaftaran Pasien peserta BPJS?
12. Apa saja keluhan dari pelanggan atau pasien yang sering ditemui dalam
pelayanan di Loket Pendaftaran Pasien peserta BPJS?
13. Apa saja usaha yang telah dilakukan untuk menjawab keluhan dari
pelanggan atau pasien terhadap pelayanan di Loket Pendaftaran Pasien
peserta BPJS ?
95

Lampiran 3
96

Lokasi Loket Pendaftaran Pasien Peserta BPJS RS Haji Jakarta

Lembar Informasi kelengkapan berkas

You might also like