You are on page 1of 38

FINAL PROJECT :ASUHAN KEPERAWATAN

IBU HAMIL ( BUMIL )


“ ABORTUS ”

Dosen Mata Kuliah :Wiwiek Retti, M. Kep., Ns.

DISUSUN OLEH :
Kelompok 9
Nama : 1. Doni Purba
2. Kiki Sivita
3. Kristanti
4.Naila Fitrotul H
5.Muji Lestari

Tingkat : 2 B (Semester V)

PRODI DIPLOMA III - KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Final
Project : Asuhan Kegawatdaruratan Sistem Respirasi dengan judul “Hematothorak”
dengan baik. Shalawat serta salam kami sampaikan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, keluarga dan sahabat beliau, serta orang-orang mukmin yang
tetap istiqamah di jalan-Nya.
Makalah ini kami rancang untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana, bertujuan agar pembaca
dapat memperluas ilmu tentang bagaimana memberikan asuhan keperawatan
kegawatdaruratan pada pasien hematotoraks, yang disajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber.
Kami sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini
tidaklah sempurna. Kami mengharapkan adanya sumbangan pikiran serta
masukan yang sifatnya membangun dari pembaca, sehingga dalam penyusunan
makalah yang akan datang menjadi lebih baik.
Terima kasih

Ponorogo, juni 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................. i
Kata Pengantar ................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………...
1.3 Tujuan .......................................................................................................
1.4 Manfaat
1.5 Batasan Permasalahan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi ...................................................................................................... 3
2.2 Etiologi ...................................................................................................... 4
2.3 Manifestasi Klinis ..................................................................................... 4
2.4 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................ 5
2.5 Penatalaksanaan ........................................................................................ 7
2.6 Konsep Asuhan Keperawatan Pada ibu hamil(bumil) dengan abortus
................................................................................................................... 11
2.6.1 Pengkajian ....................................................................................... 11
2.6.2 Diagnosa Keperawatan .................................................................... 13
2.6.3 Intervensi ......................................................................................... 14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 17
3.2 Saran ......................................................................................................... 17
Daftar Pustaka .................................................................................................. 18
Lampiran

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, terdapat beberapa macam kelainan dalam kehamilan, dan


yang paling sering terjadi adalah abortus. Abortus adalah keluarnya janin
sebelum mencapai viabilitas, dimana masa gestasi belum mencapai usia 22
minggu dan beratnya kurang dari 500gr (liewollyn, 2002). Terdapat beberapa
macam abortus, yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan abortus terapeutik.
Abortus spontan terjadi karena kualitas sel telur dan sel sperma yang kurang
baik untuk berkembang menjadi sebuah janin. Abortus buatan merupakan
pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 28 minggu.
Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus
terapeutik (Prawirohardjo, 2002).

Angka kejadian abortus, terutama abortus spontan berkisar 10-15%.


Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% jika diperhitungkan banyaknya
wanita mengalami yang kehamilan dengan usia sangat dini, terlambatnya
menarche selama beberapa hari, sehingga seorang wanita tidak mengetahui
kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun,
dengan demikian setiap tahun terdapat 500.000 - 750.000 janin yang
mengalami abortus spontan.

Abortus terjadi pada usia kehamilan kurang dari 8 minggu, janin


dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara
mendalam. Pada kehamilan 8–14 minggu villi koriales menembus desidua
secara mendalam, plasenta tidak dilepaskan sempurna sehingga banyak
perdarahan. Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketubah pecah janin
yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion kosong dan
kemudian plasenta (Prawirohardjo, 2002).

Menariknya pembahasan tentang abortus dikarenakan pemahaman di


kalangan masyarakat masih merupakan suatu tindakan yang masih dipandang
sebelah mata. Oleh karena itu, pandangan yang ada di dalam masyarakat

1
tidak boleh sama dengan pandangan yang dimiliki oleh tenaga kesehatan,
dalam hal ini adalah perawat setelah membaca pokok bahasan ini.

Peran perawat dalam penanganan abortus dan mencegah terjadinya


abortus adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Asuhan
keperawatan yang tepat untuk klien harus dilakukan untuk meminimalisir
terjadinya komplikasi serius yang dapat terjadi seiring dengan kejadian
abortus.

1.2 Rumusan Masalah.


a. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada kehamilan patologis (aborsi)
dengan kasus pasien abortus imminen
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa dapat melakukan dan menerapkan asuhan keperawatan


pada ibu dengan kejadian Abortus sesuai dengan konsep teori asuhan
keperawatan

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui dan memahami definisi abortus
2. Mengetahui dan memahami jenis – jenis abortus beserta tanda dan
gejalanya.
3. Mengetahui dan memahami epidemiologi dari abortus
4. Mengetahui dan memahami etiologi dan web of causation abortus
5. Mengetahui dan memahami komplikasi dari abortus
6. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari abortus

7. Mampu menyusun dan melaksanakan asuhan keperawatan pada


klien dengan abortus.

1.4 manfaat

a. Mengetahui cara pemberian asuhan keperawatan pada kehamilan


patologis (aborsi) dengan kasus pasien abortus imminen dengan efektif
dan efisien.

2
1.5 Batasan Permasalahan

Pada pembahasan makalah ini dibatasi pada peran dan fungsi perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami aborsi
secara efektif dan efisien.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Abortus adalah pengeluaran atau ekstraksi janin atau embrio yang
berbobot 500 gram atau kurang, dari ibunya yang kira – kira berumur 20
sampai 22 minggu kehamilan (Moore, 2001).
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana
masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari
500gr (Liewollyn, 2002).
2.2 Epidemiologi
Frekuensi Abortus sukar ditentukan karena Abortus buatan banyak tidak
dilaporkan, kecuali apabila terjadi komplikasi. Abortus spontan kadang-
kadang hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga pertolongan medik
tidak diperlukan dan kejadian ini dianggap sebagai terlambat haid.
Diperkirakan frekuensi Abortus spontan berkisar 10-15%. Frekuensi ini
dapat mencapai angka 50% bila diperhitungkan wanita yang hamil sangat
dini, terlambat haid beberapa hari, sehingga seorang wanita tidak
mengetahui kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan
per-tahun, dengan demikian setiap tahun 500.000-750.000 abortus spontan.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) diperkirakan 4,2 juta Abortus
dilakukan setiap tahun di Asia Tenggara, dengan perincian :
 1,3 juta dilakukan di Vietnam dan Singapura
 antara 750.000 sampai 1,5 juta di Indonesia
 antara 155.000 sampai 750.000 di Filipina
 antara 300.000 sampai 900.000 di Thailand
Di perkotaan Abortus dilakukan 24-57% oleh dokter,16-28% oleh bidan/
perawat, 19-25% oleh dukun dan 18-24% dilakukan sendiri. Sedangkan di
pedesaan Abortus dilakukan 13-26% oleh dokter, 18-26% oleh
bidan/perawat, 31-47% oleh dukun dan 17-22% dilakukan sendiri.
Cara Abortus yang dilakukan oleh dokter dan bidan/perawat adalah
berturut-turut: kuret isap (91%), dilatasi dan kuretase (30%) sertas

4
prostaglandin / suntikan (4%). Abortus yang dilakukan sendiri atau dukun
memakai obat/hormon (8%), jamu/obat tradisional (33%), alat lain (17%)
dan pemijatan (79%).
Data dan lapangan menunjukkan bahwa ternyata sekitar 70-80% wanita
yang meminta tindakan aborsi legal ternyata dalam status menikah, karena
tidak menginginkan kehamilannya. Sisanya antara lain dan kalangan remaja
puteri, yang walaupun lebih sedikit namun menunjukkan kecenderungan
meningkat, terutama di kota besar atau di daerah tertentu seperti di Sulawesi
Utara dan Bali. Bila ditinjaulebih lanjut, penyebab kehamilan yang tidak
diinginkan antara lain meliputi kegagalan KB, alasan ekonomi, kehamilan di
luar nikah atau kehamilan akibat perkosaan dan insest.
Abortus terkomplikasi berkontribusi terhadap kematian ibu sekitar 15%.
Data tersebut seringkali tersembunyi di balik data kematian ibu akibat
perdarahan atau sepsis. Data lapangan menunjukkan bahwa sekitar 60-70%
kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, dan sekitar 60% kematian akibat
perdarahan tersebut, atau sekitar 35-40% dan seluruh kematian ibu,
disebabkan oleh perdarahan postpartum. Sekitar15-20% kematian ibu
disebabkan oleh sepsis. Manajemen aktif kala III dalam persalinan normal
dikatakan dapat mencegah sekitar 50% perdarahan postpartum,atau sekitar
17-20% kematian ibu. Dengan demikian, paket intervensi berupa pelayanan
paska keguguran dan pertolongan persalinan yang bersih dengan manajemen
aktif kala III dapat berkontribusi dalam mencegah kematian ibu sampai
sekitar 50%.
2.3 Klasifikasi Abortus.
a. Abortus spontanea
Abortus spontanea adalah abortus yang terjadi tanpa tindakan atau
terjadi dengan sendirinya. Aborsi ini sebagian besar terjadi pada gestasi
bulan kedua dan ketiga. Abortus spontan terdiri dari beberapa jenis yaitu:
1. Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus
pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam
uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.

5
Gejala-gejala abortus imminens antara lalin :
a) perdarahan pervagina pada paruh pertama kehamilan. Perdarahan
biasanya terjadi beberapa jam sampai beberapa hari. Kadang-
kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa minggu.
b) nyeri kram perut. Nyeri di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri
dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai
perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri
tumpul di garis tengah suprapubis.
Untuk pemeriksaan penunjang abortus imminen digunakan
Sonografi vagina, pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin
korionik (HCG) serum, dan kadar progesteron serum, yang diperiksa
tersendiri atau dalam berbagai kombinasi, untuk memastikan apakah
terdapat janin hidup intrauterus. Selain itu, juga digunakan tekhnik
pencitraan colour and pulsed Doppler flow per vaginam dalam
mengidentifikasi gestasi intrauterus hidup.
Jika konseptus meninggal, uterus harus dikosongkan. Semua jaringan
yang keluar harus diperiksa untuk menentukan apakah abortusnya telah
lengkap. Kecuali apabila janin dan plasenta dapat didentifikasi secara pasti,
mungkin diperlukan kuretase. Ultrasonografi abdomen atau probe vagina
dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan ini. Apabila di
dalam rongga uterus terdapat jaringan dalam jumlah signifikan, maka
dianjurkan dilakukan kuretase.
 Penanganan abortus imminens meliputi :
a) Istirahat baring.
Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan,
karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke
uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
b) Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat
progestasional sintetik peroral atau secara intramuskular.
Walaupun bukti efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.
c) Pemeriksaan ultrasonografi

6
2. Abortus Insipiens

Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada


kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang
meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.

Gejala-gejala abortus insipiens adalah:

a) rasa mules lebih sering dan kuat

b) perdarahan lebih banyak dari abortus imminens.

c) Nyeri karena kontraksi rahim kuat yang dapat menyebabkan


pembukaan.

Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum


atau dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan.

 Penanganan Abortus Insipiens meliputi :


1. Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus
dengan aspirasi vakum manual.
Jika evaluasi tidak dapat dilakukan, maka segera lakukan :
a). Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah
15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat
diulang sesudah 4 jam bila perlu).
b). Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari
uterus.
2. Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
a). Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa
hasil konsepsi.
b). Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan
intravena (garam fisiologik atau larutan ringer laktat dengan
kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil
konsepsi.
c). Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan

7
3. Abortus Inkompletus
Abortus Inkompletus merupakan pengeluaran sebagian hasil
konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa
tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian)
tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang
merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih
lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga
menyebabkan hipovolemia berat.
Gejala-gejala yang terpenting adalah:
a) Setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan
berlangsung terus.
b) Servux sering tetap terbuka karena masih ada benda di dalam
rahim yang dianggap corpus allienum, maka uterus akan berusaha
mengeluarkannya dengan kontraksi. Tetapi setelah dibiarkan lama,
cervix akan menutup.
 Penanganan abortus inkomplit :
1. Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16
minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan
cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar
melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg
intramuskuler atau misoprostol 400 mcg per oral.
2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia
kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :
a. Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang
terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya
dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
b. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri
ergometrin 0,2 mg intramuskuler (diulang setelah 15 menit
bila perlu) atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang
setelah 4 jam bila perlu).

8
3. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
a. Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena
(garam fisiologik atau ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes
permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
b. Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4
jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)
c. Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
d. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah
penanganan.
4. Abortus kompletus
Pada jenis abortus ini, semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup,
dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila
hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya
sudah keluar dengan lengkap.
Klien dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan
khusus, hanya apabila penderita anemia perlu diberikan tablet sulfas
ferrosus 600 mg perhari atau jika anemia berat maka perlu diberikan
transfusi darah.
b. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)
Abortus provokatus adalah peristiwa menghentikan kehamilan
sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap
bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum
mencapai umur 28 minggu, atau berat badan bayi belum 1000 gram,
walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus
hidup.

1. Missed abortion

Kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang


telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi
missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone
progesterone. Pemakaian Hormone progesterone pada abortus
imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion.

9
Gejala missed abortion adalah :

a. tanda-tanda abortus imminens yang kemudian menghilang


secara spontan atau setelah pengobatan.

b. Gejala subyektif kehamilan menghilang,

c. mamma agak mengendor lagi,

d. uterus tidak membesar lagi malah mengecil,

e. tes kehamilan menjadi negatif

f. gejala-gejala lain yang penting tidak ada, hanya amenorhoe


berlangsung terus.

Dengan ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin sudah


mati dan besamya sesuai dengan usia kehamilan. Perlu diketahui pula
bahwa missed abortion kadang-kadang disertai oleh gangguan
pembekuan darah karena hipofibrinogenemia, sehingga pemeriksaan ke
arah ini perlu dilakukan. Tindakan pengeluaran janin, tergantung dari
berbagai faktor, seperti apakah kadar fibrinogen dalam darah sudah mulai
turun. Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin yang mati lebih dari
1 bulan tidak dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu
diperhatikan karena tidak jarang wanita yang bersangkutan merasa
gelisah, mengetahui ia mengandung janin yang telah mati, dan ingin
supaya janin secepatnya dikeluarkan.
Sekarang kecenderungan untuk menyelesaikan missed abortus
dengan oxitocin dan antibiotic. Setelah kematian janin dapat dipastikan

2. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau
lebih berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil,
tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu.

10
2.4 Etiologi

Sebab-sebab abortus tersebut antara lain:

a. Etiologi dari keadaan patologis

Abortus spontan terjadi dengan sendiri atau yang disebut dengan


keguguran.Prosentase abortus ini 20% dari semuajenis abortus. Sebab-sebab
abortus spontan yaitu :

1. Faktor Janin
Perkembangan zigot abnormal. Kondisi ini menyebabkan kelainan
pertumbuhan yang sedemikian rupa sehingga janin tidak mungkin hidup
terus. Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum
berkurang kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan,
artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar
kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum. Beberapa sebab abortus
adalah :
a. Kelainan kromosom
Pada umumnya kelainan kromosom yang terbanyak
mempengaruhi terjadinya aborsi adalah Trisomi dan Monosomi X.
Trisomi autosom terjadi pada abortus trisemester pertama yang
disebabkan oleh nondisjuntion atau inversi kromosom. Sedangkan pada
monosomi X (45, X) merupakan kelainan kromosom tersering dan
memungkinkan lahirnya bayi perempuan hidup (sindrom Turner).
b. Mutasi atau faktor poligenik
Dari kelainan janin ini dapat dibedakan dua jenis aborsi, yaitu
aborsi aneuploid dan aborsi euploid. Aborsi aneuploid terjadi karena
adanya kelainan kromosom baik kelainan struktural kromosom atau pun
komposisi kromosom. Sedangkan pada abortus euploid, pada
umumnyanya tidak diketahuai penyebabnya. Namun faktor pendukung
aborsi mungkin disebabkan oleh : kelainan genetik, faktor ibu, dan
beberapa faktor ayah serta kondisi lingkungan
(Williams,2006)

11
2. Faktort ibu
Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus misalnya :
a) Infeksi yang terdiri dari :
1. Infeksi akut
a. Virus, misalnya cacar, rubella, dan hepatitis.
b. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
c. Parasit, misalnya malaria.
2 Infeksi kronis
a. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
b. Tuberkulosis paru aktif.
b) Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
c) Penyakit kronis, misalnya :
 hipertensi  jarang menyebabkan abortus di bawah 80 minggu,
 nephritis
 diabetes  angka abortus dan malformasi congenital meningkat
pada wanita dengan diabetes. Resiko ini berkaitan dengan
derajat control metabolic pada trisemester pertama.
 anemia berat
 penyakit jantung
 toxemia gravidarum yang berat dapat menyebabkan gangguan
sirkulasi pada plasenta
d) Trauma, misalnya laparatomi atau kecelakaan dapat menimbulkan
abortus
e) Kelainan alat kandungan hipolansia, tumor uterus, serviks yang pendek,
retro flexio utero incarcereta, kelainan endometriala, selama ini dapat
menimbulkan abortus.
f) Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga
menyebabkan hiperemia dan abortus
g) Uterus terlalu cepat meregang (kehamilan ganda,mola)

12
2. Pemakainan obat dan faktor lingkungan
a. Tembakau
merokok dapat meningkatkan resiko abortus euploid. Wanita yang
merokok lebih dari 14 batang per hari memiliki resiko 2 kali lipat
dobandingkan wanita yang tidak merokok.
b. Alkohol
abortus spontan dapat terjadi akibat sering mengkonsumsi alkohol
selama 8 minggu pertama kehamilan.
c. Kafein
konsumsi kopi dalam jumlah lebih daari empat cangkir per hari tampak
sedikit meningkatkan abortus spontan
d. Radiasi
e. Kontrasepsi
alat kontrasepsi dalam rahim berkaitan dengan peningkatan insiden
abortus septik setelah kegagalan kontasepsi.
f. Toxin lingkungan
pada sebagian besar kasus, tidak banyak informasi yang menunjukkan
bahan tertentu di lingkungan sebagai penyebab. Namun terdapat
buktibahwa arsen, timbal, formaldehida, benzena dan etilen oksida
dapat menyebabkan abortus (barlow, 1982)
3. Faktor Imunologis
a) Autoimun
b) Alloimun
4. Faktor ayah
a.Translokasi kromosom pada sperma dapat mnyebabkan
abortus.(william,2006)
b.Etiologi non-patologis misalnya : aborsi karena permintaan wanita yang
bersangkutan

13
2.5.Patofisiologi
Patofisiologi abortus dimulai dari perdarahan pada desidua yang
menyebabkan necrose dari jaringan sekitarnya. Selanjutnya sebagian /
seluruh janin akan terlepas dari dinding rahim. Keadaan ini merupakan
benda asing bagi rahim, sehingga merangsang kontraksi rahim untuk
terjadi eksplusi seringkali fatus tak tampak dan ini disebut “Bligrted
Ovum”.
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan
nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan
dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum
menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan
seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih
dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan
banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin
dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam
bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas
bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola
kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.

2.6 Pemeriksaan ginekologi :

1. Inspeksi Vulva
Perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium
bau busuk dari vulva.
2. Inspekulo
Perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup,
ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau
jaringan berbau busuk dari ostium.
3. Colok vagina

Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam
cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak

14
nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum
douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.

2.7 Komplikasi

a. Perdarahan (haemorrogrie)
b. Perforasi
c. Infeksi dan tetanus
d. Payah ginjal akut
e. Syok, yang disebabkan oleh syok hemoreagrie (perdarahan yang banyak)
dan syok septik atau endoseptik (infeksi berat atau septis)
f. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi
kelainan pembekuan darah
2.8 Pemeriksaan penunjang

a. Tes Kehamilan

Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus

b. Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih


hidup

c. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion.

2.9 Penatalaksanaan Abortus


Teknik aborsi dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
a) Teknik bedah
1) Kuretose / dilatasi
Kurotase ( kerokan ) adalah cara menimbulkan hasil konsepsi
memakai alat kuretase (sendok kerokan) sebelum melakukan kuratase,
penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak
uterus, keadaan serviks. Mengan isi uterus dengan mengerok isinya
disebut kuretase tajam sedangang mengosongkan uterus dengan vakum
disebut kuretase isap .

15
2) Aspirasi haid
Aspirasi rongga endometrium menggunakan sebuah kanula karman
5 atau 6 mm fleksibel dan tabung suntik, dalam 1 sampai 3 minggu
setelah keterlambatan haid disebut juga induksi haid, haid instan dan
mini abortus.
3) Laporotomi
Pada beberapa kasus, histerotomi atau histerektomi abdomen untuk
abortus lebih disukai daripada kuretase atau induksi medis. Apabila ada
penyakit yang cukup significanpada uterus, histerektomi mungkin
merupakan terpa ideal.
b) Teknik medis
1) Oksitosin

a. Tentang Oksitosin

Golongan Hormon sintetis


Kategori Obat resep
Memicu kontraksi pada rahim secara teratur selama akhir
Manfaat
masa kehamilan
Digunakan oleh Dewasa
Kategori X: Studi pada binatang percobaan dan manusia
Kategori telah memperlihatkan adanya abnormalitas terhadap janin
kehamilan dan atau adanya risiko terhadap janin. Obat dalam kategori ini
menyusui dikontraindikasikan pada wanita yang sedang atau
memiliki kemungkinan untuk hamil.
Bentuk obat Suntik dan nasal spray

Dosis Oksitosin

Rincian dosis penggunaan oksitosin secara umum dapat dilihat pada


tabel berikut:

16
Tujuan Bentuk
Dosis
pemberian Obat
Mengatasi
Injeksi
perdarahan 10-40 mg, diberikan dalam infus 1 liter.
intravena
pasca persalinan
1-2 miliunit/menit yang dapat ditambah
dengan interval minimum 30 menit sehingga
tercapai kontraksi 3-4 kali dalam 10 menit.
Induksi Injeksi
Dosis maksimum tidak boleh melebihi 32
persalinan intravena
miliunit/menit. Dosis dikurangi secara
perlahan pada saat proses persalinan sudah
berlangsung.
Induksi air susu 1 semprotan kurang lebih 4 unit melalui
Nasal spray
ibu hidung 5 menit sebelum menyusui.

Kenali Efek Samping dan Bahaya Oksitosin

Beberapa efek samping yang mungkin terjadi pada ibu hamil saat
diberikan obat ini meliputi:

 Mual
 Muntah
 Sakit kepala
 Kontraksi rahim yang berlebihan.
 Takikardia.
 Iritasi pada hidung.
 Perdarahan uterus.

Sedangkan beberapa efek samping yang dapat muncul pada bayi adalah:

 Sakit kuning (jaundice).


 Aritmia.
 Bradikardia.

17
 Kerusakan pada otak dan sistem saraf pusat.
 Kejang.
 Perdarahan retina.

2. Prostaglandin
Prostaglandin dan oksitosik digunakan untuk merangsang atau
meningkatkan kontraksi uterus atau menginduksi persalinan dan
meminimalkan perdarahan dari plasenta. Kelompok ini terdiri dari
oksitosin, ergometrin, dan prostaglandin. Semuanya menginduksi kontraksi
uterus dengan derajat nyeri yang bervariasi tergantung pada kekuatan
induksinya.induksi aborsi. Dinoproston ekstra amniotik dan pervagina
untuk aborsi terapeutik. Untuk pemberian ekstra-amniotik diperlukan
sediaan berbentuk pesarium. Tetapi sekarang sudah jarang digunakan.

induksi pemacuan persalinan. Dinoproston yang diberikan sebagai


tablet vagina, pesarium dan gel vagina digunakan untuk menginduksi
persalinan. Larutan intravena jarang digunakan karena menimbulkan
banyak efek samping. Oksitosin yang diberikan secara infus intravena
perlahan efektif untuk induksi atau memacu persalinan yang biasanya
diberikan bersama dengan tindakan amniotomi. Aktivitas uterus harus
dipantau untuk mencegah stimulasi berlebihan pada otot rahim. Oksitosin
dosis besar dapat menyebabkan retensi cairan.

Panduan

 Dinoproston lebih disukai dari oksitosik untuk induksi persalinan


pada wanita dengan membran utuh, tanpa melihat parity atau
cervical favourability.
 Dinoproston atau oksitosik memiliki efektifitas yang sama untuk
induksi persalinan pada wanita dengan membran ruptur, tanpa
melihat parity atau cervical favourability.
 Oksitosik sebaiknya tidak diberikan 6 jam setelah pemberian
prostaglandin vaginal.

18
pencegahan dan penghentian pendarahan

. Perdarahan pada abortus inkomplit dapat dikontrol dengan


ergometrin dan oksitosin intramuskular dalam dosis yang disesuaikan
dengan kondisi pasien. Biasanya obat ini disuntikkan sebelum kuretase.
Pada kehamilan muda, kombinasi keduanya lebih efektif daripada masing-
masing obat sendiri.

Untuk mencegah perdarahan pasca persalinan, ergometrin 500


mcg dan oksitosin 5 unit rutin disuntikkan intramuskular pada kala III
(setelah bahu keluar) atau segera setelah bayi keluar. Pada preeklamsia
hanya diberikan oksitosin. Pada pasien berisiko tinggi perdarahan karena
obat oksitosik atonia uterus, dianjurkan pemberian:

 Oksitosin 5-10 unit, injeksi intravena;


 Ergometrin 250-500 mcg, injeksi intravena;
 Oksitosin infus 5-30 unit/500 mL setelah bahu keluar, lebih-lebih
pada atonia uterus.

Karboprost sangat efektif pada perdarahan berat pasca persalinan


yang tidak memberikan respon pada pemberian ergometrin dan oksitosin.

3. Urea hiperosomik
4. Larutan hiperostomik intraamnion.

19
2.10 Pathway Abortus

Kelainan kromosom, lingkungan,


teratogenik, kongenital, penyakit
pada ibu

hubungan seksual yang


berlebihan ,trauma. Gangguan sirkulasi
Kelainan ovum kelainan pada ibu
plasenta

Kematian janin pada usia ≤ 20 minggu


kehamilan

Psikologis ibu
MK : Risti Lepasnya PD ABORTUS
infeksi dan plasenta ibu

kecemasan
Rangsangan pada uterus

perdarahan

MK: anxietas
anemia Prostaglandin
Hipovolemik

Dilatasi serviks
kelemahan

MK : Resiko syok
nyeri
hemorrhagic
MK : Gangguan
aktivitas
MK : Gangguan rasa
nyaman : nyeri

20
2.11 Analisa Kasus
Ny. R usia 20 tahun, sudah menikah dan hamil pertama usia 20
minggu. Beberapa hari lalu Ny. R merasa kram di perut, nyeri dan tiba-
tiba mengalami perdarahan kemudian Tn. R melarikan Ny. R ke RS. Dr.
Soetomo. Sesampainya di RS, diagnosa Ny. R adalah abortus. Anamnesa
Ny. R menunjukkan suhu 39o, tekanan darah 60/40 mmHg, Nadi
50x/menit dan lemah, Ny. R juga mengalami syok, dengan akral dingin,
CRT > 2 detik. Dari hasil laboratorium diketahui kadar Hb 5 gr/dL,
leukosit 15.000.
2.2.1 Analisis Data

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM

1 S:- Perdarahan Resiko syok


O: hemorrhagic
- suhu 39o, hb 5 hipovolemik
gr/dl
- Px mengeluarkan syok
banyak darah
- Darah yang keluar
+ 1 liter

2 S : px merasa lemas Perdarahan Gangguan


O: aktivitas
- nadi lemah (50 Anemia
x/menit), pasien
terlihat pucat Kelemahan

Gangguan aktivitas

3 S : px mengeluh Keguguran janin Gangguan rasa


nyeri di perut nyaman : nyeri

21
Px merintih kesaki Rangsangan pada
O: uterus
P= aborsi
Q= severe pain Prostaglandin
R= abdomen
S=(skala ± 8) Dilatasi serviks
T=current
Nyeri

4 S:- Keguguran janin Resiko Tinggi


O : leukosit 15.000, infeksi
Suhu 39oC Lepasnya buah
kehamilan dari
implantasinya

Terputusnya pembuluh
darah ibu

Perdarahan

Resiko terjadi infeksi

5 S : px mengatakan Keguguran janin Cemas


ketakutan tidak bias
memberi keturunan Terganggunya
O : px. Terlihat psikologis ibu
gelisah, akral dingin
Kecemasan

22
2.13 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Abortus Immitens

1. pengkajian

a. Identitas klien
 Meliputi nama, usia, alamat, agama ,bahasa, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, golongan darah, tanggal masuk rumah sakit,
dan diagnosa medis. Ibu hamil pada usia kurang dari 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun rentang terjadi aborsi pada kandungannya.
Pendidikan dan pekerjaan yang semakin berat akan meningkatkan
resiko aborsi.
b. Keluhan utama
 Dalam kasus abortus masalah yang banyak dikeluhkan pasien pada
umumnya adalah rasa nyeri pada bagian abdomen. Tingkat nyeri
yang dirasakan dapat menunjukkan jenis aborsi yang terjadi.
c. Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan yang dimonitor adalah riwayat kesehatan
sekarang, riwayat kesehatan dahulu(faktor pendukung terjadinya
aborsi misalnya mioma uteri) dan keluarga(faktor genetik), riwayat
pembedahan ( seksio sesaria atau tidak), riwayat penyakit yang
pernah dialami(misal : hipertensi, DM, typhoid, dll), riwayat
kesehatan reproduksi, riwayat seksual, riwayat pemakaian
obat(misalnya : obat jantung), pola aktivitas sehari – hari

2. Pemeriksaan fisik

a. B1 (Breath)
- RR= 18 x/menit
- Tidak ada suara nafas tambahan
- Tidak menggunakan alat bantu pernafasan
b.B2 (Blood)
- Tekanan darah : 60/40 mmHg
- Nadi : 50x/menit
- Suhu : 39o C

23
- Hb : 5 gr/Dl
- Leukosit : 15.000
- Golongan darah :A
- Akral dingin
- CRT > 2 detik
c. B3 (Brain)
- Stupor, tidak mengalami gangguan tidur
d. B4 (Bladder) : -
e. B5 (Bowel)
- Nyeri di daerah perut
- Penurunan nafsu makan
- Frekuensi BAB 1 x/hari, berbau khas, konsistensi padat
f. B6 (Bone)
- Turgor kulit baik
- Pergerakan dalam batas normal
g. Psikologis
- Ansietas
h. Sosial
Hubungan dengan suami dan keluarga : baik
3. Pemeriksaan laboratorium
a. darah : leukosit naik 15.000
Hb : 5 gr/dL
4.Diagnosa Keperawatan.

a. Resiko syok hemorrhagic b.d perdarahan

b.Gangguan aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi

c. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d kerusakan jaringan intrauteri

d.Resiko tinggi infeksi b.d perdarahan, kondisi vulva lembab

e. Cemas b.d kurang pengetahuan

5.Rencana Asuhan Keperawatan


3.3.1. Rencana asuhan keperawatan

24
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan

1 Resiko syok Tidak Mandiri :


. hemorrhagic terjadi 1. Cek Airway, 1. Sebagai
b.d Perdarahan devisit Breathing, and pertolongan
volume Circulation pertama pada
cairan, keadaan syok
seimbang 2.Penderita 2. Mencegah
antara dibaringkan dalam gangguan
intake dan posisi trendelenburg, perfusi serebral
output baik yaitu posisi telentang dan untuk auto
jumlah biasa dengan kaki transfusi
maupun sedikit tinggi 30
kualitas derajat
3.. Monitor kondisi
TTV tiap 2 jam 3. Pengeluaran
cairan
pervaginal
sebagai akibat
abortus
4. Monitor input dan memiliki
output cairan karekteristik
bervariasi
4. Jumlah cairan
ditentukan dari
jumlah
kebutuhan
harian
Kolaborasi : ditambah
1. Berikan sejumlah dengan jumlah

25
cairan pengganti cairan yang
harian(NaCl 0.9%, hilang
RL, Dekstran), pervaginal
plasma dan transfusi
darah
1. Tranfusi
2. Evaluasi status mungkin
hemodinamika diperlukan
pada kondisi
perdarahan
3. Setelah kebebasan massif
jalan nafas terjamin
untuk meningkatkan
oksigenasi dapat 2. Penilaian
diberi oksigen 100% dapat
kira- kira 5 liter pm dilakukan
melalui jalan nafas secara harian
dan bila perlu melalui
penderita diberi pemeriksaan
cairan bikarbonat fisik
natricus 3. untuk
mencegah atau
menanggulangi
asidosis
2 Gangguan Klien dapat Mandiri : 1. Mungkin klien
Aktivitas b.d melakukan 1. pantau tingkat tidak
kelemahan, aktivitas kemampuan klien mengalami
penurunan tanpa untuk beraktivitas perubahan
sirkulasi adanya berarti, tetapi
komplikasi perdarahan
masif perlu
diwaspadai

26
untuk
2. Monitor pengaruh menccegah
aktivitas terhadap kondisi klien
kondisi lebih buruk.
uterus/kandungan 2. Aktivitas
merangsang
peningkatan
3. Bantu klien untuk vaskularisasi
memenuhi kebutuhan dan pulsasi
aktivitas sehari-hari organ
reproduksi
3. Mengistiratkan
4. Bantu klien untuk klilen secara
melakukan tindakan optimal
sesuai dengan
kemampuan / kondisi
klien 4. Mengoptimalk
an kondisi
5. Evaluasi klien, pada
perkembangan abortus
kemampuan klien imminens,
melakukan aktivitas istirahat mutlak
sangat
diperlukan
5. Menilai kondisi
umum klien
3 Gangguan rasa Klien dapat Mandiri :
nyaman : beradaptasi 1. Monitor 1.Pengukuran nilai
Nyeri b.d dengan kondisi nyeri ambang nyeri
Kerusakan nyeri yang yang dialami dapat dilakukan
jaringan dialami klien dengan skala
intrauteri maupun deskripsi

27
Edukasi: 1. Meningkatkan
1. Terangkan nyeri koping klien dalam
yang diderita klien melakukan
dan penyebabnya guidance
mengatasi nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi 1. Mengurangi
pemberian onset terjadinya
analgetika nyeri dapat
dilakukan dengan
pemberian
analgetika oral
maupun sistemik
dalam spectrum
luas/spesifik
4 Resiko tinggi Tidak Mandiri : 1. Perubahan
Infeksi b.d terjadi 1. Monitor yang terjadi
perdarahan, infeksi kondisi pada dishart
kondisi vulva selama keluaran/dischart dimonitor
lembab perawatan yang keluar; setiap saat
perdarahan jumlah, warna, dischart keluar.
dan bau Adanya warna
2. Lakukan yang lebih
perawatan vulva gelap disertai
bau tidak enak
mungkin
merupakan
tanda infeksi
2. Inkubasi
kuman pada
area genital

28
yang relatif
cepat dapat
Edukasi: menyebabkan
1. 1. Terangkan pada infeksi
klien pentingnya
perawatan vulva 1. Infeksi dapat
selama masa timbul akibat
perdarahan kurangnya
2. 2. Terangkan pada kebersihan genital
klien cara
mengidentifikasi 2. Berbagai
tanda infeksi manivestasi klinik
dapat menjadi
tanda nonspesifik
infeksi; demam
3. 3. Anjurkan pada dan peningkatan
suami untuk tidak rasa nyeri mungkin
melakukan hubungan merupakan gejala
senggama selama infeksi
masa perdarahan 3. 3. Pengertian pada
keluarga sangat
penting artinya
untuk kebaikan
ibu; senggama
dalam kondisi
perdarahan dapat
memperburuk
kondisi system
reproduksi ibu dan
Kolaborasi: sekaligus
1. Lakukan meningkatkan
pemeriksaan biakan resiko infeksi pada

29
pada dischart pasanganyang
lebih luar

1. Berbagai kuman
dapat
teridentifikasi
melalui dischart

5 Cemas b.d Tidak Mandiri :


kurang terjadi 1. Monitor 1.Ketidaktahuan
pengetahuan kecemasan, tingkat pengetahuan/ dapat menjadi
pengetahuan persepsi klien dan dasar peningkatan
klien dan keluarga terhadap rasa cemas
keluarga penyakit.
terhadap 2. Monitor derajat 1. Kecemasan
penyakit kecemasan yang yang tinggi
meningkat dialami klien. dapat
menyebabkan
penurunan
penialaian
objektif klien
3. Bantu klien tentang
mengidentifikasi penyakit.
penyebab 2. Kelibatan klien
kecemasan secara aktif
dalam tindakan
keperawatan
merupakan
support yang
mungkin
berguna bagi
klien dan

30
4. Asistensi klien meningkatkan
menentukan kesadaran diri
tujuan perawatan klien.
bersama. 3. Peningkatan
nilai objektif
Edukasi : terhadap
1. Terangkan hal-hal masalah
seputar aborsi yang berkontibusi
perlu diketahui oleh menurunkan
klien dan keluarga kecemasan.
1. Konseling bagi
klien sangat
diperlukan bagi
klien untuk
meningkatkan
pengetahuan dan
membangun
support system
keluarga; untuk
mengurangi
kecemasan klien
dan keluarga

31
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ada beberapa kesimpulan yang kami temukan dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan kasus abortus yaitu:
1) Pemantauan secara teratur pada ibu hamil pertama (primigravidarum),
terutama pada trimester I kehamilan sangatlah penting. Mengingat ibu
primigravida cenderung mengalami gangguan dalam proses kehamilannya
seperti misalnya abortus dalam kehamilan yang akan sangat berpengaruh
terhadap psikologis ibu yang tentunya sangat berharap keselamatan
bayinya dapat dipertahankan.
2) Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan abortus hendaknya dilakukan
secara komprehensif meliputi seluruh aspek bio – psiko – sosial dan
spiritual karena kenyamanan psikologis ibu sangat berpengaruh terhadap
kondisi janin yang dikandungnya.
3) Dalam masa kehamilan sebaiknya Ibu selalu melakukan konsultasi kepada
dokter kandungan terkait dengan perkembangan janin dan nutrisi serta
aktifitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama masa kehamilan.
Hal ini bisa mengurangi terjadinya abortus.

3.2 Saran
1) Sebagai seorang perawat hendaknya memberikan asuhan keperawatan
dengan baik dan benar sesuai dengan konsep teori keperawatan.
2) Penuhi asupan gizi dan nutrisi yang dibutuhkan pada masa kehamilan
karena nutrisi berperan penting dalm pembentukan dan perkembangan
janin.

Berikan edukasi yang benar tentang abortus kepada masyarakat,


sehingga bisa memperkecil angka terjadinya abortus

32
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku


Kedokteran. Jakarta : EGC
Hamilton, C. M. 1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC:
Jakarta.
Smeltzer & Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed.8 Volume 2.
Jakarta ; EGC.

33
34

You might also like