You are on page 1of 12

PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL EKONOMI MANTAN TENAGA

KERJA WANITA (TKW) DARI LUAR NEGERI

Ida Kurniawati
Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang
idakurniawati67@gmail.com

ABSTRACT: The inequality of employment with the workforce has caused


many Indonesians, especially women who have opted to work as female labor
abroad. Although in general the main purpose of their work abroad is to improve
life, especially in economic terms, but when returning to the area of origin found
a change in behavior both in terms of social and economic. In this case there are
two possibilities of behavior change that is behavior change toward positive or
negative. Changes in the positive behavior experienced by former female labor is
for productive and effective activities in the management of income from
working overseas. While the changes go towards the negative, for example a
change in consumer behavior where they utilize the results obtained during work
abroad because of the demands of prestige and changes in lifestyle that tend to be
westernized. They are more concerned with desire than need, this is what causes
the nature of wasteful and excessive. The existence of changes in economic
activity is strongly influenced by social behavior. Positive social behavior will
result in positive changes in economic activity as well as negative social
behavior. The existence of changes in socio-economic behavior in the former
female labor will affect the survival of his family. Socio-economic behavior is a
social behavior that leads to economic activity. The existence of a change in the
socio-economic behavior of former female labor will be seen from before and
after they depart. Many socio-economic changes that occur among the workers
are changes in consumption behavior that tend to consumptive and changes in
westernized lifestyle. Consumptive behavior is the behavior of a person who is
more concerned with the desire than the need, so that the excessive consumption
and tend to be a waste. Currently, an item or product is consumed not only
because of the outward need but because of its symbolic exchange value, thus
triggering the community including female labor behave consumptively. Lifestyle
changes is one thing that is often experienced by the maids.
Keywords: Female Labor, socio-economic changes, consumption behavior,
lifestyle

Abstrak: Ketimpangan jumlah lapangan pekerjaan dengan angkatan kerja


menyebabkan banyak masyarakat Indonesia khususnya perempuan yang memilih
bekerja menjadi Tenaga Kerja wanita (TKW) di luar negeri. Meskipun secara
umum tujuan utama mereka bekerja di luar negeri adalah untuk memperbaiki
kehidupan terutama dari segi ekonomi, namun ketika kembali ke daerah asal
banyak ditemukan perubahan perilaku baik dari segi sosial maupun ekonomi.
Dalam hal ini terdapat dua kemungkinan dari perubahan perilaku tersebut yaitu
perubahan perilaku kearah positif maupun negatif. Perubahan perilaku positif
yang dialami mantan TKW yaitu untuk kegiatan yang produktif dan efektif dalam
pengelolaan pendapatan dari hasil bekerja di luar negeri. Sedangkan perubahan
yang menuju ke arah negatif, misalnya adanya perubahan perilaku konsumtif
dimana mereka memanfaatkan hasil yang diperoleh selama bekerja diluar negeri
karena tuntutan gengsi semata serta perubahan gaya hidup yang cenderung
kebarat-baratan. Mereka lebih mementingkan keinginan daripada kebutuhan, hal
inilah yang menyebabkan sifat boros dan berlebihan. Adanya perubahan kegiatan
ekonomi sangat dipengaruh oleh perilaku sosial. Perilaku sosial yang positif akan
menghasilkan perubahan kegiatan ekonomi yang positif pula, begitu juga pada
perilaku sosial negatif. Adanya perubahan perilaku sosial ekonomi pada mantan
TKW akan berdampak pada keberlangsungan hidup keluarganya. Perilaku sosial
ekonomi merupakan suatu perilaku sosial yang mengarah ke kegiatan ekonomi.
Adanya suatu perubahan perilaku sosial ekonomi mantan TKW akan terlihat dari
sebelum dan setelah mereka berangkat. Perubahan sosial ekonomi yang banyak
terjadi pada kalangan para TKW adalah perubahan perilaku konsumsi yang
cenderung konsumtif dan perubahan gaya hidup yang kebarat-baratan. Perilaku
konsumtif merupakan perilaku seseorang yang lebih mementingkan keinginan
daripada kebutuhan, sehingga konsumsi yang dilakukan berlebihan dan
cenderung sebagai pemborosan. Saat ini, sebuah barang atau produk dikonsumsi
bukan hanya karena kebutuhan lahiriah saja namun karena nilai tukarnya yang
bersifat simbolik, sehingga memicu masyarakat termasuk TKW berperilaku
konsumtif. Perubahan gaya hidup merupakan salah satu hal yang sering dialami
oleh para TKW.
Kata Kunci : Tenaga Kerja Wanita (TKW), perubahan sosial ekonomi, perilaku
konsumsi, gaya hidup.

Indonesia merupakan salah satu pemasok Tenaga Kerja Wanita (TKW)


terutama pada kawasan Asia. Banyak warga Indonesia yang mengadu nasib
dengan bekerja ke luar negeri, padahal Indonesia memiliki kekayaan alam yang
begitu melimpah. Hal ini karena jumlah lapangan kerja yang berbanding jauh
dengan jumlah angkatan kerja. Selain itu banyak sumber daya yang dikuasai oleh
swasta yang notabenya metatok standar tinggi kualitas pekerjanya. Tenaga Kerja
Wanita (TKW) kebanyakan hanya lulusan SMP. Dengan tingginya standar
kualitas pekerja, maka banyak wanita di Indonesia memilih bekerja di luar negeri
dengan gaji yang tinggi.
Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang bekerja di luar negeri telah memberikan
dampak yang besar bagi negara Indonesia. Negara telah menerima pemasukan
devisa yang signitifkan sepanjang tahun 2011 dari penghasilan TKW. Antusiasme
masyarakat Indonesia untuk menjadi TKW di luar negeri, merupakan salah satu
alternatif terutama bagi kalangan ekonomi menengah kebawah untuk
meningkatkan pendapatan mereka, serta untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Tujuan utama dari TKW adalah untuk memperbaiki kondisi perekonomian
menjadi lebih baik dan juga mensejahterakan kehidupan mereka.
Menurut Munandar, faktor yang mempengaruhi seorang perempuan yang
telah berkeluarga bekerja sehingga harus meninggalkan keluarganya untuk waktu
tertentu adalah untuk menambah penghasilan keluarga, supaya tidak tergantung
kepada suaminya, untuk menghindari rasa kebosanan atau untuk mengisi waktu
luang, untuk memperoleh status dan untuk mengembangkan diri. Nasution
mengemukakan bahwa alasan yang paling utama dan mendasar seorang
perempuan meninggalkan negara asal untuk bekerja adalah karena faktor
ekonomi, terutama disebabkan sukarnya mendapat pekerjaan, serta keinginan
untuk mendapat penghasilan yang lebih tinggi. Harapan mereka dengan menjadi
pekerja wanita di luar negeri adalah mengharapkan perubahan yang lebih baik
khususnya di bidang ekonomi. Tidak jarang dari mereka setelah kembali ke
negara asal menjadi orang kaya baru dimana segala aktifitas atau kegiatan
ekonomi yang meliputi kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi setelah
kepulangan dari luar negeri ikut berubah. Berbagai latar belakang menjadi
motivasi mereka untuk menjadi TKW. Sebagian besar dari mereka ingin
memperbaiki keadaan ekonomi keluarga yang minim, membantu keuangan suami,
melihat kesuksesan yang diraih tetangganya yang lebih awal menjadi TKW, serta
ingin hidup mandiri dengan keterbatasan pendidikan menjadi alasan yang paling
mendasar.
Ada dua kemungkinan dari perubahan perilaku tersebut yaitu perubahan
perilaku kearah positif maupun negatif. Perubahan perilaku positif yang dialami
mantan TKW yaitu untuk kegiatan yang produktif dan efektif dalam pengelolaan
pendapatan dari hasil bekerja di luar negeri. Sedangkan perubahan yang menuju
ke arah negatif, misalnya adanya perubahan perilaku konsumtif dimana mereka
memanfaatkan hasil yang diperoleh selama bekerja diluar negeri karena tuntutan
gengsi semata serta perubahan gaya hidup yang cenderung kebarat-baratan.
Mereka lebih mementingkan keinginan daripada kebutuhan, hal inilah yang
menyebabkan sifat boros dan berlebihan. Adanya perubahan kegiatan ekonomi
sangat dipengaruh oleh perilaku sosial. Perilaku sosial yang positif akan
menghasilkan perubahan kegiatan ekonomi yang positif pula, begitu juga pada
perilaku sosial negatif. Adanya perubahan perilaku pada mantan TKW akan
berdampak pada keberlangsungan hidup keluarganya.
Perubahan perilaku sosial ekonomi mantan TKW menjadi persoalan yang
menarik untuk dicermati. Berangkat dari realitas dan pemikiran tersebut, sangat
relevan jika dilakukan penelitian mengenai “Perubahan Perilaku Sosial Ekonomi
Mantan Tenaga Kerja Wanita (TKW) dari Luar Negeri”.

KAJIAN LITERATUR
Tenaga Kerja Wanita (TKW)
Menurut UU No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, Tenaga Kerja Wanita (TKW)
merupakan bagian dari TKI, yaitu tenaga kerja dengan jenis kelamin wanita
yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun diluar hubungan
kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan diri
sendiri maupun masyarakat dengan syarat-syarat tertentu.
Gaya Hidup
Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia
dalam masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008). Gaya hidup bisa
merupakan identitas kelompok. Gaya hidup setiap kelompok akan mempunyai
ciri-ciri unit tersendiri. Jika terjadi perubahan gaya hidup dalam suatu kelompok
maka akan memberikan dampak yang luas pada berbagai aspek. Menurut Minor
dan Mowen (2002), gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup,
bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu.
Selain itu, gaya hidup menurut Kotler dan Amstrong (dalam Rianto, 2012) adalah
pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam
kegiatan, minat dan pendapat yang bersangkutan.
Gaya hidup sering digambarkan dengan kegiatan, minat dan opini dari
seseorang (activities, interests, and opinions). Gaya hidup seseorang biasanya
tidak permanen dan cepat berubah. Seseorang mungkin dengan cepat mengganti
model dan merk pakaiannya karena menyesuaikan dengan perubaham hidupnya
(Sumarwan, 2004: 57). Gaya hidup menunjukkan bagaimana orang mengatur
kehidupan pribadinya, kehidupan masyarakat, perilaku di depan umum, dan upaya
membedakan statusnya dari orang lain melalui lambang-lambang sosial. Gaya
hidup atau life style dapat diartikan juga sebagai segala sesuatu yang memiliki
karakteristik, kekhususan, dan tata cara dalam kehidupan suatu masyarakat
tertentu (carapedia.com).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup lebih
menggambarkan perilaku seseorang, yaitu bagaimana ia hidup, menggunakan
uangnya dan memanfaatkan waktu yang dimilikinya namun bukan atas dasar
kebutuhan akan tetapi atas dasar keinginan untuk hidup bermewah-mewahan.
Gaya hidup berbeda dengan kepribadian, kepribadian lebih menggambarkan
karakteristik terdalam yang ada pada diri manusia. Gaya hidup (life style)
menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana mereka membelanjakan
uangnya, dan bagaimana mereka mengalokasikan waktu mereka. Oleh karenanya,
hal ini berhubungan dengan tindakan dan perilaku sejak lahir, berbeda dengan
kepribadian, yang menggambarkan konsumen dari perspektif yang lebih internal
yaitu, “karakteristik pola berpikir, perasaan, dan memandang konsumen”.
Walaupun kedua konsep tersebut berbeda, namun gaya hidup dan kepribadian
saling berhubungan. Kepribadian merefleksikan karakteristik internal dari
konsumen, sedangkan gaya hidup menggambarkan manifestasi eksternal dari
karakteristik tersebut, yaitu perilaku seseorang.

Perilaku Konsumtif
Kata konsumtif (sebagai kata sifat, dengan akhiran if) sering diartikan
sama dengan kata “konsumerisme”. Pada hal kata yang terakhir ini mengacu pada
segala sesuatu yang berhubungan dengan konsumen. Sedangkan konsumtif lebih
khusus menjelaskan keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang
sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang
maksimal. Memang belum ada definisi yang memuaskan tentang kata konsumtif
ini. Namun biasanya digunakan untuk menunjuk pada perilaku konsumen yang
memanfaatkan nilai uang lebih besar dari nilai produksinya untuk barang dan jasa
yang bukan menjadi kebutuhan pokok (Tabunan, 2001)
James F Engel (dalam Mangkunegara, 2002) mengemukakan bahwa
perilaku konsumtif dapat didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang
secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-
barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului
dan menetukan tindakan-tindakan tersebut (Mangkunegara, Anwar 2002).
Perilaku konsumtif dicerminkan dalam perilaku konsumen. Namun merunt
Engel dkk, perilaku konsumtif adalah aksi yang langsung terlibat dalam
pemerolehan, pemakaian, pengaturan produk dan jasa, termasuk proses pemutusan
yang mendahului dan mengikuti aksi ini (Engel F, 1994). Menurut Mowen dan
Minor, perilaku konsumtif didefinisikan sebagai studi tentang unit pembelian
(buying units) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi dan
pembuangan barang, jasa, pengalaman serta ide-ide (Mowen, John C & Minor, M
2002).
Schifman dan Kanuk (2004) dalam bukunya yang berjudul consumer
behaviour mengemukakan bahwa perilaku konsumen adalah proses yang dilalui
seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan bertindak
pada konsumsi produk, jasa maupun ide yang diharapkan bisa memenuhi
kebutuhannya (Nitisusastro, 2012: 31-32).
Berdasarkan dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulakan bahwa
perilaku konsumen adalah tingkah laku seseorang untuk memenuhi kebutuhan
karena adanya keinginan yang harus dipenuhi guna dipuaskan dengan cara
membeli barang dan jasa. Sedangkan perilaku konsumtif sendiri didefinisikan
sebagai suatu kecenderungan manusia yang melakukan konsumsi tiada batas,
dimana manusia lebih mementingkan keinginan daripada kebutuhan.

PEMBAHASAN
Perubahan Perilaku TKW Sebelum dan Sesudah Kepulangan dari Luar
Negeri ditinjau dari Gaya Hidup
Gaya hidup bukanlah sekadar ekspresi kelas dan prestise, tetapi ia adalah
sistem yang menandai, yang mengkomunikasikan identitas dan perbedaan
kultural. Subkultur kaum muda mengkomunikasikan identitas khas mereka dan
perbedaan mereka dari dan dalam oposisi terhadap teman sebaya, orang tua, dan
budaya dominan melalui suatu politik gaya (Storey, 2007: 153). Singkat kata,
yang dimaksud gaya hidup TKW di sini adalah adaptasi aktif yang dialami TKW
terhadap perubahan yang berlangsung di sekitarnya dalam rangka memenuhi
kebutuhan untuk menyatu dan bersosialisasi dengan orang lain. Gaya hidup secara
teoritis mencakup sekumpulan kebiasaan, pandangan dan pola-pola respon
terhadap hidup, serta terutama perlengkapan untuk hidup.
Gaya hidup TKW sebelum dan sesudah menjadi TKW tentunya berbeda.
Perbedaan lingkungan merupakan salah satu faktor penyebabnya. Daerah asal
TKW sebagian besar adalah dari pedesaan, dimana masyarakat desa itu sendiri
masih kental akan nilai-nilai dan norma-norma sosial dalam masyarakat, dan juga
belum banyak pengaruh dari luar. TKW setelah kembali pulang cenderung
mengalami perubahan perilaku. Lingkungan yang berbeda dan pergaulan yang
berbeda pula juga mempengaruhi perubahan perilaku.
Perubahan perilaku yang dialami TKW bukan saja disebabkan oleh faktor
lingkungan, akan tetapi itu bagian dari menyesuaikan diri dengan lingkungan diri.
Proses penyesuaian diri yang dilakukan TKW merupakan suatu sistem tindakan
dalam sistem sosial yang ada dalam masyarakat. Tindakan penyesuaian diri TKW
terorganisir oleh disposisi kebutuhan mereka. Disposisi inilah yang mendorong
TKW untuk menerima atau menolak suatu objek dalam lingkungan baru mereka
sehingga memicu timbulnya perubahan perilaku mereka. Perubahan sikap atau
perilaku memang selalu terjadi terutama pada TKW, sedikit demi sedikit pengaruh
itu masuk pada diri mereka, faktor yang paling mempengaruhi adalah lingkungan
dimana TKW tinggal. Faktor lingkungan memang pengaruh yang kuat dalam
perubahan yang dialami TKW, perubahan yang dialami meliputi perubahan selera
berpakaian, dan juga cara pergaulan mereka. Ribuan TKW yang bekerja di luar
negeri mengalami perubahan kultur kebarat-baratan, yang menjurus pada
kemerosotan moral.
Semua makluk yang membaur dengan masyarakat pasti akan mengalami
pergeseran gaya hidup akibat kehidupan yang semakin modern, begitu pula
dengan TKW, perbedaan lingkungan antara daerah asal dan tempat mereka
bekerja di luar negeri membawa pengaruh besar terhadap perubahan pola gaya
hidup yang di alami TKW asal Desa Sumbermanjing Kulon. Hampir sebagian
besar TKW yang bekerja di luar negeri, mengalami perubahan kultur. Mayoritas
mereka terpengaruh budaya barat dan melupakan adat ketimuran. Secara kasat
mata, hal ini bisa dilihat dari gaya berpenampilan mereka, mulai dari cara
berbusana yang serba minim hingga tatanan rambut yang dicat merah. Selera
berpakaian negara tujuan mereka bekerja berkiblat pada budaya kebarat-baratan,
hal ini tentu bertentangan dengan budaya ketimuran orang indonesia yang terkenal
sopan dalam berpakaian.
Cara pergaulan TKW di luar negeri juga ada yang menyayat hati, memang
tidak semua seperti ini tapi ada dan itu banyak, yaitu pergaulan bebas yang
beraroma narkoba dan sex bebas. Segala bentuk perubahan apapun yang dialami
TKW juga memberi dampak tersendiri bagi kondisi lingkungan sekitar. Tidak
semua lapisan masyarakat di lingkungan mereka bisa menerima perubahan
yang ,mereka bawa dari luar negeri. Selain dari segi penampilan, mereka juga
terpengaruh budaya individualisme akibat modernitas kebudayaan yang mereka
alami selama di luar negeri.
Perubahan yang dialami oleh TKW pasca pulang dari luar negeri
mempunyai dampak positif dan negatif. Bagi mereka yang menjadi lebih
indivualis, individualisme berdampak positif apabila mendorong individu untuk
bekerja secara lebih produktif. Oleh karena itu, pengaruh modernitas yang di
alami TKW tidaklah harus dinilai secara positif atau negatif karena hal itu
tergantung pada bagaimana masyarakat dan individu memberikan penilaian sesuai
dengan konteks kebudayaannya masing-masing.
Perubahan dibawa TKW pasca kepulangan dari luar negeri juga
menyangkut perubahan hubungan sosialnya, bagaimana hubungan social mereka
setelah pulang dari luar negeri masih sama atau berbeda. Hal ini menyangkut
tentang bagaimana hubungan sosialnya dengan teman, dengan keluarga maupun
dengan lingkungan sekitar. Lamanya masa bekerja dan jarangnya berkomunikasi
dengan keluarga merupakan faktor yang sedikit menghalangi hubungan sosial
TKW dengan keluarga, karena keluarga mereka jauh, jadi mereka merasa bahwa
mereka lebih dekat dengan teman selama bekerja di luar negeri. Selain dengan
teman, keluarga, hubungan sosial juga terjadi dengan lingkungan sekitar.
Perubahan sosial yang terjadi pasca kepulangan TKW dari luar negeri juga
membawa dampak bagi perubahan hubungan sosial dengan masyarakat. Tidak
bertemu dan jarangnya komunikasi dengan masyarakat dianggap sebagai faktor
penyebab renggangnya hubungan sosial yang terjadi antara TKW dan masyarakat
atau lingkungan sekitar mereka tinggal.
Perubahan Perilaku TKW Sebelum dan Sesudah Kepulangan dari Luar
Negeri ditinjau dari Perilaku Konsumsi
Budaya Konsumerisme adalah sebuah paham yang dijadikan sebagai gaya
hidup yang menganggap barang mewah sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan,
dan pemuasan diri sendiri, budaya konsumerisme ini bisa dikatakan sebagai
contoh gaya hidup yang tidak hemat. Jika budaya konsumerisme ini menjadi gaya
hidup, maka akan menimbulkan suatu kebutuhan yang tidak pernah bisa
dipuaskan oleh apa yang dikonsumsi dan membuat orang terus mengonsumsi.
Saat ini banyak dari beberapa bahkan semua lapisan masyarakat belum bisa
memprioritaskan antara barang yang harus dipenuhi dengan keinginan belaka.
TKW adalah salah satu yang mengalami budaya konsumerisme. Seperti yang
sudah di jelaskan pada perubahan pola gaya hidup TKW, budaya konsumerisme
yang melanda TKW di antaranya adalah perilaku konsumsi mereka terhadap
gadget dan fashion. Secara tidak sadar manusia akan terus memiliki kebutuhan
untuk segera dipenuhi, selalu dalam batas kurang dan kurang, dan tidak pernah
merasa cukup dengan apa yang dimiliki saat ini. Kebutuhan itu di antaranya
adalah makanan sehari-hari, fashion, transportasi, teknologi, tempat tinggal dan
lain sebagainya.
Konsumerisme menunjukkan pada sebuah gaya hidup seseorang dengan
keinginan luar biasa dalam memenuhi kebutuhan konsumsinya secara berlebihan.
Fenomena yang sering muncul adalah pemenuhan keinginan dengan tanpa
mempertimbangkan akibat-akibat yang menyertainya, terutama hubungan dengan
potensi ekonomi yang dimilikinya. Konsep konsumerisme menjadi penting
disampaikan untuk meneropong gaya hidup para TKW yang cukup konsumtif
ketika di luar negeri. Gejala ini timbul salah satunya disebabkan karena pencitraan
dan status sosial. Terjadi pergeseran yang signifikan dalam masyarakat dalam
mengkonsumsi barang, yaitu: dari nilai guna menjadi nilai citra. Barang dibeli
tidak dilihat dari aspek kegunaannya, tetapi dari statusnya.
Dari perilaku konsumtif yang dilakukan oleh TKW memang dipengaruhi
oleh banyak faktor baik yang berasal dari dalam maupun luar dirinya. Beberapa
jenis perilaku konsumtif yang banyak dilakukan oleh TKW, yang pertama adalah
konsumtif dalam pembelian barang elektronik dan kendaraan bermotor. Fakta di
lapangan menunjukkan hal lain, Hp tidak hanya sebagai alat komunikasi
melainkan juga sebagai simbol prestise. Hp dibeli bukan karena kegunaan aslinya
yakni alat komunikasi, namun lebih kepada “alat” untuk eksistensi diri. Kenyataan
atau fakta di lapangan ini semakin memperkuat asumsi bahwa masyarakat telah
terjebak dalam sistem tanda, mereka tidak lagi mampu membedakan yang nyata
dan imaginer. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa saat ini konsumsi yang
dilakukan TKW hanya memenuhi keinginan mereka bukan kebutuhan mereka.
Selanjutnya, kedua konsumsi kosmetik atau semua hal untuk merubah penampilan
mereka secara fisik. Banyak uang yang mereka keluarkan unuk merubah
penampilan seperti dengan mengubah gaya rambut, membeli pakain yang mahal
dan mengkonsumsi kosmetik yang tidak disesuaikan dengan pendapatan. Perilaku
yang tidak melihat keadaan nyata kehidupannya merupakan bentuk dari
hiperrealitas, karena menjadikan kebutuhan sekunder seolah-olah menjadi
kebutuhan primer. Selain itu, dia tidak mampu melihat kenyataan kehidupan yang
berada pada kondisi ekonomi yang “kurang”. Ketiga, sikap berlebihan dari TKW
dilihat dari cara mereka berbicara yang lebih sering menggunakan bahasa
Indonesia atau sedikit bahasa Inggris, padahal masyarakat desa pada umumnya
hanya menggunakan bahasa Jawa.

PENUTUP
Kesimpulan
Perubahan perilaku social ekonomi yang dialami TKW selama bekerja di
luar negeri meliputi perubahan gaya hidup dan perilaku konsumtif. Perubahan
gaya hidup yang terjadi yaitu mulai dari selera berpakaian, cara berdandan,
pergaulan dan bergesernya hubungan sosial. Selera berpakaian TKW menjadi
mengikuti lingkungan tempat mereka bekerja yang sebenarnya tidak sesuai
dengan adat ketimuran. Selanjutnya perilaku konsumsi yang cenderung ke arah
konsumerisme. Budaya konsumerisme di kalangan TKW yaitu konsumerisme
mereka terhadap gadget, rumah bagus dan barang-barang mewah lainnya. TKW
yang dulunya tidak terbiasa memegang banyak uang karena penghasilan di daerah
asal tidak sebanyak di perantauan maka setelah mereka bekerja dan sudah merasa
bekerja keras maka menurut mereka sudah sewajarnya kalau mereka menikmati
jerih payah mereka bekerja setiap harinya. Yang terakhir yaitu bergesernya
hubungan sosial, perubahan yang terjadi disini lebih disebabkan karena jarak,
sehingga ketika kembali ke daerah asal muncul rasa canggung baik itu dari TKI
itu sendiri maupun keluarga atau lingkungan.

Saran
Para Tenaga Kerja Wanita (TKW) seyogyanya tidak meninggalkan budaya
asal agar tidak mudah terpengaruh dengan kebudayaan baru yang masuk.
Disarankan untuk para TKW yang menjadi tenaga produktif agar bisa mengatur
keuangan yang dihasilkan dari bekerja di luar negeri sehingga dapat mencapai
tujuan utamanya yaitu dapat memperbaiki kualitas hidup menjadi lebih baik
dibandingkan dengan sebelum bekerja di luar negeri. Serta menggunakan uang
hasil bekerja di luar negeri sebagai modal usaha, sehingga nantinya tidak harus
kembali lagi untuk bekerja ke luar negeri. Peran orang tua dan keluarga Tenaga
Kerja Wanita (TKW) diharapkan bisa mengingatkan anggota keluarganya yang
menjadi TKW agar tidak menggunakan kesuksesannya menjadi TKW untuk
arogansi belaka.
Solusi yang tepat untuk meminimalisir berkembangnya budaya
konsumerisma adalah dengan cara membuat skala prioritas akan sesuatu yang
hendak dikonsumsi agar dapat digunakan secara efektif. Kemudian juga
menerapkan “Gaya Hidup Mandiri” untuk mengenali kelebihan dan kekurangan
diri sendiri, serta memiliki strategi untuk bisa mencapai tujuan.

DAFTAR PUSTAKA
Al Arif, M. Nur Rianto. 2012. Lembaga keuangan Syariah. Bandung: CV Pustaka.
Anwar Prabu Mangkunegara. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, bandung:
PT. Remaja Rosda Karya
Engel, F. James; Roger D. Blackwell ; Paul W. Miniard. 1994. Perilaku
Konsumen. Jakarta : Binarupa Aksara.
Munandar S.C. Utami. 1985. Emansipasi dan Peran Ganda Wanita Indonesia
Suatu Tinjauan Psikologis. Jakarta: UI Press
Mowen, John Cand Michael Minor. 2002. Perilaku Konsumen. Jakarta: Salemba
Empat.
Nitisusastro, Mulyadi. 2012. Perilaku Konsumen Dalam Perspektif
Kewirausahaan. Bandung : Alfabeta.
Schiffman, Leon. G; Leslie Lazar Kanuk. 2004. Consumer Behavior. New Jersey :
Pearson Prentice Hall,Inc.

Ujang Sumarwan. 2004. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam


Pemaasaran. Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia.

You might also like