Professional Documents
Culture Documents
Perubahan Perilaku Sosial Ekonomi Mantan Tenaga Kerja Wanita
Perubahan Perilaku Sosial Ekonomi Mantan Tenaga Kerja Wanita
Ida Kurniawati
Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang
idakurniawati67@gmail.com
KAJIAN LITERATUR
Tenaga Kerja Wanita (TKW)
Menurut UU No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, Tenaga Kerja Wanita (TKW)
merupakan bagian dari TKI, yaitu tenaga kerja dengan jenis kelamin wanita
yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun diluar hubungan
kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan diri
sendiri maupun masyarakat dengan syarat-syarat tertentu.
Gaya Hidup
Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia
dalam masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008). Gaya hidup bisa
merupakan identitas kelompok. Gaya hidup setiap kelompok akan mempunyai
ciri-ciri unit tersendiri. Jika terjadi perubahan gaya hidup dalam suatu kelompok
maka akan memberikan dampak yang luas pada berbagai aspek. Menurut Minor
dan Mowen (2002), gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup,
bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu.
Selain itu, gaya hidup menurut Kotler dan Amstrong (dalam Rianto, 2012) adalah
pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam
kegiatan, minat dan pendapat yang bersangkutan.
Gaya hidup sering digambarkan dengan kegiatan, minat dan opini dari
seseorang (activities, interests, and opinions). Gaya hidup seseorang biasanya
tidak permanen dan cepat berubah. Seseorang mungkin dengan cepat mengganti
model dan merk pakaiannya karena menyesuaikan dengan perubaham hidupnya
(Sumarwan, 2004: 57). Gaya hidup menunjukkan bagaimana orang mengatur
kehidupan pribadinya, kehidupan masyarakat, perilaku di depan umum, dan upaya
membedakan statusnya dari orang lain melalui lambang-lambang sosial. Gaya
hidup atau life style dapat diartikan juga sebagai segala sesuatu yang memiliki
karakteristik, kekhususan, dan tata cara dalam kehidupan suatu masyarakat
tertentu (carapedia.com).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup lebih
menggambarkan perilaku seseorang, yaitu bagaimana ia hidup, menggunakan
uangnya dan memanfaatkan waktu yang dimilikinya namun bukan atas dasar
kebutuhan akan tetapi atas dasar keinginan untuk hidup bermewah-mewahan.
Gaya hidup berbeda dengan kepribadian, kepribadian lebih menggambarkan
karakteristik terdalam yang ada pada diri manusia. Gaya hidup (life style)
menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana mereka membelanjakan
uangnya, dan bagaimana mereka mengalokasikan waktu mereka. Oleh karenanya,
hal ini berhubungan dengan tindakan dan perilaku sejak lahir, berbeda dengan
kepribadian, yang menggambarkan konsumen dari perspektif yang lebih internal
yaitu, “karakteristik pola berpikir, perasaan, dan memandang konsumen”.
Walaupun kedua konsep tersebut berbeda, namun gaya hidup dan kepribadian
saling berhubungan. Kepribadian merefleksikan karakteristik internal dari
konsumen, sedangkan gaya hidup menggambarkan manifestasi eksternal dari
karakteristik tersebut, yaitu perilaku seseorang.
Perilaku Konsumtif
Kata konsumtif (sebagai kata sifat, dengan akhiran if) sering diartikan
sama dengan kata “konsumerisme”. Pada hal kata yang terakhir ini mengacu pada
segala sesuatu yang berhubungan dengan konsumen. Sedangkan konsumtif lebih
khusus menjelaskan keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang
sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang
maksimal. Memang belum ada definisi yang memuaskan tentang kata konsumtif
ini. Namun biasanya digunakan untuk menunjuk pada perilaku konsumen yang
memanfaatkan nilai uang lebih besar dari nilai produksinya untuk barang dan jasa
yang bukan menjadi kebutuhan pokok (Tabunan, 2001)
James F Engel (dalam Mangkunegara, 2002) mengemukakan bahwa
perilaku konsumtif dapat didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang
secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-
barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului
dan menetukan tindakan-tindakan tersebut (Mangkunegara, Anwar 2002).
Perilaku konsumtif dicerminkan dalam perilaku konsumen. Namun merunt
Engel dkk, perilaku konsumtif adalah aksi yang langsung terlibat dalam
pemerolehan, pemakaian, pengaturan produk dan jasa, termasuk proses pemutusan
yang mendahului dan mengikuti aksi ini (Engel F, 1994). Menurut Mowen dan
Minor, perilaku konsumtif didefinisikan sebagai studi tentang unit pembelian
(buying units) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi dan
pembuangan barang, jasa, pengalaman serta ide-ide (Mowen, John C & Minor, M
2002).
Schifman dan Kanuk (2004) dalam bukunya yang berjudul consumer
behaviour mengemukakan bahwa perilaku konsumen adalah proses yang dilalui
seseorang dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan bertindak
pada konsumsi produk, jasa maupun ide yang diharapkan bisa memenuhi
kebutuhannya (Nitisusastro, 2012: 31-32).
Berdasarkan dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulakan bahwa
perilaku konsumen adalah tingkah laku seseorang untuk memenuhi kebutuhan
karena adanya keinginan yang harus dipenuhi guna dipuaskan dengan cara
membeli barang dan jasa. Sedangkan perilaku konsumtif sendiri didefinisikan
sebagai suatu kecenderungan manusia yang melakukan konsumsi tiada batas,
dimana manusia lebih mementingkan keinginan daripada kebutuhan.
PEMBAHASAN
Perubahan Perilaku TKW Sebelum dan Sesudah Kepulangan dari Luar
Negeri ditinjau dari Gaya Hidup
Gaya hidup bukanlah sekadar ekspresi kelas dan prestise, tetapi ia adalah
sistem yang menandai, yang mengkomunikasikan identitas dan perbedaan
kultural. Subkultur kaum muda mengkomunikasikan identitas khas mereka dan
perbedaan mereka dari dan dalam oposisi terhadap teman sebaya, orang tua, dan
budaya dominan melalui suatu politik gaya (Storey, 2007: 153). Singkat kata,
yang dimaksud gaya hidup TKW di sini adalah adaptasi aktif yang dialami TKW
terhadap perubahan yang berlangsung di sekitarnya dalam rangka memenuhi
kebutuhan untuk menyatu dan bersosialisasi dengan orang lain. Gaya hidup secara
teoritis mencakup sekumpulan kebiasaan, pandangan dan pola-pola respon
terhadap hidup, serta terutama perlengkapan untuk hidup.
Gaya hidup TKW sebelum dan sesudah menjadi TKW tentunya berbeda.
Perbedaan lingkungan merupakan salah satu faktor penyebabnya. Daerah asal
TKW sebagian besar adalah dari pedesaan, dimana masyarakat desa itu sendiri
masih kental akan nilai-nilai dan norma-norma sosial dalam masyarakat, dan juga
belum banyak pengaruh dari luar. TKW setelah kembali pulang cenderung
mengalami perubahan perilaku. Lingkungan yang berbeda dan pergaulan yang
berbeda pula juga mempengaruhi perubahan perilaku.
Perubahan perilaku yang dialami TKW bukan saja disebabkan oleh faktor
lingkungan, akan tetapi itu bagian dari menyesuaikan diri dengan lingkungan diri.
Proses penyesuaian diri yang dilakukan TKW merupakan suatu sistem tindakan
dalam sistem sosial yang ada dalam masyarakat. Tindakan penyesuaian diri TKW
terorganisir oleh disposisi kebutuhan mereka. Disposisi inilah yang mendorong
TKW untuk menerima atau menolak suatu objek dalam lingkungan baru mereka
sehingga memicu timbulnya perubahan perilaku mereka. Perubahan sikap atau
perilaku memang selalu terjadi terutama pada TKW, sedikit demi sedikit pengaruh
itu masuk pada diri mereka, faktor yang paling mempengaruhi adalah lingkungan
dimana TKW tinggal. Faktor lingkungan memang pengaruh yang kuat dalam
perubahan yang dialami TKW, perubahan yang dialami meliputi perubahan selera
berpakaian, dan juga cara pergaulan mereka. Ribuan TKW yang bekerja di luar
negeri mengalami perubahan kultur kebarat-baratan, yang menjurus pada
kemerosotan moral.
Semua makluk yang membaur dengan masyarakat pasti akan mengalami
pergeseran gaya hidup akibat kehidupan yang semakin modern, begitu pula
dengan TKW, perbedaan lingkungan antara daerah asal dan tempat mereka
bekerja di luar negeri membawa pengaruh besar terhadap perubahan pola gaya
hidup yang di alami TKW asal Desa Sumbermanjing Kulon. Hampir sebagian
besar TKW yang bekerja di luar negeri, mengalami perubahan kultur. Mayoritas
mereka terpengaruh budaya barat dan melupakan adat ketimuran. Secara kasat
mata, hal ini bisa dilihat dari gaya berpenampilan mereka, mulai dari cara
berbusana yang serba minim hingga tatanan rambut yang dicat merah. Selera
berpakaian negara tujuan mereka bekerja berkiblat pada budaya kebarat-baratan,
hal ini tentu bertentangan dengan budaya ketimuran orang indonesia yang terkenal
sopan dalam berpakaian.
Cara pergaulan TKW di luar negeri juga ada yang menyayat hati, memang
tidak semua seperti ini tapi ada dan itu banyak, yaitu pergaulan bebas yang
beraroma narkoba dan sex bebas. Segala bentuk perubahan apapun yang dialami
TKW juga memberi dampak tersendiri bagi kondisi lingkungan sekitar. Tidak
semua lapisan masyarakat di lingkungan mereka bisa menerima perubahan
yang ,mereka bawa dari luar negeri. Selain dari segi penampilan, mereka juga
terpengaruh budaya individualisme akibat modernitas kebudayaan yang mereka
alami selama di luar negeri.
Perubahan yang dialami oleh TKW pasca pulang dari luar negeri
mempunyai dampak positif dan negatif. Bagi mereka yang menjadi lebih
indivualis, individualisme berdampak positif apabila mendorong individu untuk
bekerja secara lebih produktif. Oleh karena itu, pengaruh modernitas yang di
alami TKW tidaklah harus dinilai secara positif atau negatif karena hal itu
tergantung pada bagaimana masyarakat dan individu memberikan penilaian sesuai
dengan konteks kebudayaannya masing-masing.
Perubahan dibawa TKW pasca kepulangan dari luar negeri juga
menyangkut perubahan hubungan sosialnya, bagaimana hubungan social mereka
setelah pulang dari luar negeri masih sama atau berbeda. Hal ini menyangkut
tentang bagaimana hubungan sosialnya dengan teman, dengan keluarga maupun
dengan lingkungan sekitar. Lamanya masa bekerja dan jarangnya berkomunikasi
dengan keluarga merupakan faktor yang sedikit menghalangi hubungan sosial
TKW dengan keluarga, karena keluarga mereka jauh, jadi mereka merasa bahwa
mereka lebih dekat dengan teman selama bekerja di luar negeri. Selain dengan
teman, keluarga, hubungan sosial juga terjadi dengan lingkungan sekitar.
Perubahan sosial yang terjadi pasca kepulangan TKW dari luar negeri juga
membawa dampak bagi perubahan hubungan sosial dengan masyarakat. Tidak
bertemu dan jarangnya komunikasi dengan masyarakat dianggap sebagai faktor
penyebab renggangnya hubungan sosial yang terjadi antara TKW dan masyarakat
atau lingkungan sekitar mereka tinggal.
Perubahan Perilaku TKW Sebelum dan Sesudah Kepulangan dari Luar
Negeri ditinjau dari Perilaku Konsumsi
Budaya Konsumerisme adalah sebuah paham yang dijadikan sebagai gaya
hidup yang menganggap barang mewah sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan,
dan pemuasan diri sendiri, budaya konsumerisme ini bisa dikatakan sebagai
contoh gaya hidup yang tidak hemat. Jika budaya konsumerisme ini menjadi gaya
hidup, maka akan menimbulkan suatu kebutuhan yang tidak pernah bisa
dipuaskan oleh apa yang dikonsumsi dan membuat orang terus mengonsumsi.
Saat ini banyak dari beberapa bahkan semua lapisan masyarakat belum bisa
memprioritaskan antara barang yang harus dipenuhi dengan keinginan belaka.
TKW adalah salah satu yang mengalami budaya konsumerisme. Seperti yang
sudah di jelaskan pada perubahan pola gaya hidup TKW, budaya konsumerisme
yang melanda TKW di antaranya adalah perilaku konsumsi mereka terhadap
gadget dan fashion. Secara tidak sadar manusia akan terus memiliki kebutuhan
untuk segera dipenuhi, selalu dalam batas kurang dan kurang, dan tidak pernah
merasa cukup dengan apa yang dimiliki saat ini. Kebutuhan itu di antaranya
adalah makanan sehari-hari, fashion, transportasi, teknologi, tempat tinggal dan
lain sebagainya.
Konsumerisme menunjukkan pada sebuah gaya hidup seseorang dengan
keinginan luar biasa dalam memenuhi kebutuhan konsumsinya secara berlebihan.
Fenomena yang sering muncul adalah pemenuhan keinginan dengan tanpa
mempertimbangkan akibat-akibat yang menyertainya, terutama hubungan dengan
potensi ekonomi yang dimilikinya. Konsep konsumerisme menjadi penting
disampaikan untuk meneropong gaya hidup para TKW yang cukup konsumtif
ketika di luar negeri. Gejala ini timbul salah satunya disebabkan karena pencitraan
dan status sosial. Terjadi pergeseran yang signifikan dalam masyarakat dalam
mengkonsumsi barang, yaitu: dari nilai guna menjadi nilai citra. Barang dibeli
tidak dilihat dari aspek kegunaannya, tetapi dari statusnya.
Dari perilaku konsumtif yang dilakukan oleh TKW memang dipengaruhi
oleh banyak faktor baik yang berasal dari dalam maupun luar dirinya. Beberapa
jenis perilaku konsumtif yang banyak dilakukan oleh TKW, yang pertama adalah
konsumtif dalam pembelian barang elektronik dan kendaraan bermotor. Fakta di
lapangan menunjukkan hal lain, Hp tidak hanya sebagai alat komunikasi
melainkan juga sebagai simbol prestise. Hp dibeli bukan karena kegunaan aslinya
yakni alat komunikasi, namun lebih kepada “alat” untuk eksistensi diri. Kenyataan
atau fakta di lapangan ini semakin memperkuat asumsi bahwa masyarakat telah
terjebak dalam sistem tanda, mereka tidak lagi mampu membedakan yang nyata
dan imaginer. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa saat ini konsumsi yang
dilakukan TKW hanya memenuhi keinginan mereka bukan kebutuhan mereka.
Selanjutnya, kedua konsumsi kosmetik atau semua hal untuk merubah penampilan
mereka secara fisik. Banyak uang yang mereka keluarkan unuk merubah
penampilan seperti dengan mengubah gaya rambut, membeli pakain yang mahal
dan mengkonsumsi kosmetik yang tidak disesuaikan dengan pendapatan. Perilaku
yang tidak melihat keadaan nyata kehidupannya merupakan bentuk dari
hiperrealitas, karena menjadikan kebutuhan sekunder seolah-olah menjadi
kebutuhan primer. Selain itu, dia tidak mampu melihat kenyataan kehidupan yang
berada pada kondisi ekonomi yang “kurang”. Ketiga, sikap berlebihan dari TKW
dilihat dari cara mereka berbicara yang lebih sering menggunakan bahasa
Indonesia atau sedikit bahasa Inggris, padahal masyarakat desa pada umumnya
hanya menggunakan bahasa Jawa.
PENUTUP
Kesimpulan
Perubahan perilaku social ekonomi yang dialami TKW selama bekerja di
luar negeri meliputi perubahan gaya hidup dan perilaku konsumtif. Perubahan
gaya hidup yang terjadi yaitu mulai dari selera berpakaian, cara berdandan,
pergaulan dan bergesernya hubungan sosial. Selera berpakaian TKW menjadi
mengikuti lingkungan tempat mereka bekerja yang sebenarnya tidak sesuai
dengan adat ketimuran. Selanjutnya perilaku konsumsi yang cenderung ke arah
konsumerisme. Budaya konsumerisme di kalangan TKW yaitu konsumerisme
mereka terhadap gadget, rumah bagus dan barang-barang mewah lainnya. TKW
yang dulunya tidak terbiasa memegang banyak uang karena penghasilan di daerah
asal tidak sebanyak di perantauan maka setelah mereka bekerja dan sudah merasa
bekerja keras maka menurut mereka sudah sewajarnya kalau mereka menikmati
jerih payah mereka bekerja setiap harinya. Yang terakhir yaitu bergesernya
hubungan sosial, perubahan yang terjadi disini lebih disebabkan karena jarak,
sehingga ketika kembali ke daerah asal muncul rasa canggung baik itu dari TKI
itu sendiri maupun keluarga atau lingkungan.
Saran
Para Tenaga Kerja Wanita (TKW) seyogyanya tidak meninggalkan budaya
asal agar tidak mudah terpengaruh dengan kebudayaan baru yang masuk.
Disarankan untuk para TKW yang menjadi tenaga produktif agar bisa mengatur
keuangan yang dihasilkan dari bekerja di luar negeri sehingga dapat mencapai
tujuan utamanya yaitu dapat memperbaiki kualitas hidup menjadi lebih baik
dibandingkan dengan sebelum bekerja di luar negeri. Serta menggunakan uang
hasil bekerja di luar negeri sebagai modal usaha, sehingga nantinya tidak harus
kembali lagi untuk bekerja ke luar negeri. Peran orang tua dan keluarga Tenaga
Kerja Wanita (TKW) diharapkan bisa mengingatkan anggota keluarganya yang
menjadi TKW agar tidak menggunakan kesuksesannya menjadi TKW untuk
arogansi belaka.
Solusi yang tepat untuk meminimalisir berkembangnya budaya
konsumerisma adalah dengan cara membuat skala prioritas akan sesuatu yang
hendak dikonsumsi agar dapat digunakan secara efektif. Kemudian juga
menerapkan “Gaya Hidup Mandiri” untuk mengenali kelebihan dan kekurangan
diri sendiri, serta memiliki strategi untuk bisa mencapai tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Al Arif, M. Nur Rianto. 2012. Lembaga keuangan Syariah. Bandung: CV Pustaka.
Anwar Prabu Mangkunegara. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia, bandung:
PT. Remaja Rosda Karya
Engel, F. James; Roger D. Blackwell ; Paul W. Miniard. 1994. Perilaku
Konsumen. Jakarta : Binarupa Aksara.
Munandar S.C. Utami. 1985. Emansipasi dan Peran Ganda Wanita Indonesia
Suatu Tinjauan Psikologis. Jakarta: UI Press
Mowen, John Cand Michael Minor. 2002. Perilaku Konsumen. Jakarta: Salemba
Empat.
Nitisusastro, Mulyadi. 2012. Perilaku Konsumen Dalam Perspektif
Kewirausahaan. Bandung : Alfabeta.
Schiffman, Leon. G; Leslie Lazar Kanuk. 2004. Consumer Behavior. New Jersey :
Pearson Prentice Hall,Inc.