You are on page 1of 8

[IJDS 2017; Vol. 4 No.

1, May 2017, pp27-34 27


ISSN: 2355 – 2158
Cite this as:
Ossy, F Wardanya, dkk. Aksesibilitas Lahan Parkir dan Lift Bagi Individu Difabel Pada Pusat Perbelanjaan Di
Kota Surakarta. Indonesian Journal of Disability Studies (IJDS). 2017: Vol. 4(1): PP27-34.

AKSESIBILITAS LAHAN PARKIR DAN LIFT


BAGI INDIVIDU DIFABEL PADA PUSAT
PERBELANJAAN DI KOTA SURAKARTA
1*
Ossy Firstanti Wardany, 2Yasi R Anindyajati, 3Fauzi Nahwah Mujahid, 4Dwi Aries
Himawanto
1, 2, 3, 4
NMagister Pendidikan Luar Biasa, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia

Abstract: The purpose of this study was to evaluate the availability and accessibility level of parking facility and
lift for difable in Surakarta, especially in the shopping centre. The objects of this study was five shopping
centres in Surakarta. The research method that used is evaluation approaches, that assess the extent of an
object has been achieved in accordance with the standards of Regulation of the Minister of Public Works of the
Republic of Indonesia Number 30 Year 2006 on Technical Guidelines amenities and accessibility In the
Building and Environment. Data were analyzed using statistical descriptions by comparing field data with the
standard provisions. The results showed that there is no accessible parking lot for difable and on average, as
many as 54, 2% lift is accessible and one shopping centre has reached the 73% accesibility lever for the lift.
The shopping centre is the right to acquire accessibility in public spaces for difable, it needs to be upgraded and
the addition other facilities.

Keywords: Accessibility, Parking Lot, Lifts, Shopping Centre, Difable

1. Latar Belakang Salah satu hak yang penting bagi individu


difabel adalah hak mendapatkan aksesibilitas
Setiap individu sebagai warga negara di ruang publik. Kota Surakarta, yang telah
mempunyai hak dan kesempatan yang sama mencanangkan diri sebagai kota inklusi pun
dalam berbagai aspek kehidupan, baik warga sebaiknya diikuti dengan memerhatikan
umum maupun individu difabel. Istilah difabel hakindividu difabel dalam mendapatkan
menurut (ILO:1990) berarti individu yang aksesibilitas di ruang publik.
prospek untuk memperoleh, mempertahankan Merujuk pasal 18 UU No. 8 tahun 2016,
dan meraih kemajuan dalam pekerjan yang ditegaskan bahwa hak aksesibilitas untuk
sesuai sangat berkurang akibat Individu difabel meliputi hak: (a)
kerusakan/cacat fisik atau mental yang mendapatkan Aksesibilitas untuk
diketahui. memanfaatkan fasilitas publik; dan (b)
Individu difabel menurut Undang-Undang mendapatkan Akomodasi yang Layak sebagai
No.8 tahun 2016 pasal 1 merupakan setiap bentuk aksesibilitas bagi individu.
orang yang mengalami keterbatasan fisik, Berdasarkan pasal tersebut negara memiliki
intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam kewajiban untuk menyediakan akses yang
jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dapat memenuhi kebutuhan individu difabel
dengan lingkungan dapat mengalami guna pemenuhan hak mereka sebagai warga
hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi negara.
secara penuh dan efektif dengan warga negara Berdasarkan Undang-undang No. 28 tahun
lainnya berdasarkan kesamaan hak. 2002 pasal 27 ayat 2, dinyatakan bahwa
aksesibilitas memiliki tiga prinsip yakni
* Corresponding author: Ossy F. Wardanya prinsip kemudahan, keamanan, dan
ossyfirst@student.uns.ac.id
Published online at http://IJDS.ub.ac.id/
kenyamanan. Pemenuhan fasilitas umum yang
Copyright © 2017PSLD UB Publishing. All Rights Reserved aksesibel untuk individu difabel secara jelas
termuat dalam Peraturan Menteri No. 30 tahun

Received, Jan, 2017 Revised, Aprl, 2017 Accepted, May, 2017


IJDS 2017; Vol. 4 No. 1, Month 2017, pp. 27-34
ISSN: 2355 – 2158

2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan umumnya. Pengimplementasian universal


Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan design pada fasilitas ruang publik di
Lingkungan. masyarakat meliputi pasar, sekolah, rumah
“Designing with accesibility in mind sakit, taman kota maupun pusat
improves people’s ability to participate safely, perbelanjaan.Di Surakarta, terdapat cukup
independently and with dignity. Three areas banyak pusat perbelanjaan. Beragam fasilitas
pertaining to accsessibility areas follows. pada pusat perbelanjaan di kota Surakarta
First, social inclusion, people with disabilities, yang telah disediakan seperti lahan parkir,
are included in mainstream society when they tangga, lifts, toilet, dll.
are not denied access. Second, right to access, Pada tahun 2014, tercatat bahwa 1238
all people have a basic right to access. Third, penduduk di Surakarta merupakan kaum
usability, access is important”(The City o difabel, jumlah tersebut 0,23 % dari penduduk
Calgary, 2010). Menurutnya, mendesain di Surakarta. Persentase penduduk difabel di
dengan prinsip aksesibilitas dalam pikiran kota Surakarta memang kecil, tetapi bukan
meningkatkan kemampuan orang untuk berarti aksesibilitas terutama dalam fasilitas
berpartisipasi dengan aman, mandiri dan publik bagi mereka diabaikan.
bermartabat. Tiga bidang yang berkaitan Dari berbagai fasilitas yang berada di
dengan aksesibilitas berikut diantaranya. dalam pusat perbelanjaan, lahan parkir
Pertama, inklusi sosial, individu difabel, merupakan fasilitas pertama yang digunakan
termasuk dalam masyarakat arus utama ketika ketika individu sampai di area pusat
mereka tidak diberi akses. Kedua, hak untuk perbelanjaan, serta fasilitas lifts juga
mengakses, semua orang memiliki hak dasar dipergunakan individu untuk berpindah dari
untuk mengakses. Ketiga, kegunaan, akses itu lantai satu ke lantai lainnya.
penting. Sejumlah studi tentang aksesibiltas telah
Ketika kita berbicara mengenai di kota Surakarta sudah dilakukan. Wijayanto
aksesibilitas untuk individu difabel, dengan & Samsudin (2013) menemukan bahwa lift di
begitu berarti kita berbicara tentang universal 3 rumah sakit besar di Surakarta telah
design, di mana yang dimaksud adalah memenuhi standar kenyamanan, penelitian
terpenuhinya aksesibilitas untuk semua berkenaan angkutan umum seperti oleh Nisa &
kelompok masyarakat termasuk di dalamnya Kusuma (2012) menemukan bahwa
individu difabel (Bashiti dan Rahim, 2015). pengoperasian BST belum efektif. Serta
“Universal design, a term coined by Harsono, Arsandrie & Setiawan (2013) yang
architect and designer Ron Mace, is the design menyatakan bahwacity walk di Jalan Slamet
of products and services that are accessible Riyadi Surakarta sudah cukup
and functional for as many persons as nyaman.Sejumlah penelitian mengenai
possible, regardless of their age or aksesibilitas di Surakarta telah
ability”(Silva 2011). Universal design dipublikasi,tetapi belum adanya studi
menurut Silva sebuah istilah yang diciptakan berkenaan dengan aksesibilitas lahan parkir
oleh arsitek dan desainer Ron Mace, desain dan lift pada pusat perbelanjaan di kota
produk dan layanan yang dapat diakses dan Surakarta.
fungsional untuk banyak orang, tanpa Berdasarkan hal tersebut, tujuan dari
memandang usia atau kemampuan mereka. penelitian ini adalah mengevaluasi
“In the universal design, have process for ketersediaan dan tingkat aksesibilitas fasilitas
creating products and environments so that lahan parkir dan lift khususnya di pusat
people with widely varying abilities can use perbelanjaan untuk individu difabel di kota
them”(Battoe, K. & W, 2014). Battoe Surakarta. Sehingga ke depanya. kota
menambahkan bahwa dalam desain universal, Surakarta yang disebut dengan kota ramah
memiliki proses untuk menciptakan produk difabel dapat tercapai sesuai dengan nama
dan lingkungan sehingga orang-orang dengan yang disematkan.
kemampuan yang sangat beragam bisa
menggunakannya. Naskah ditulis dengan menggunakan
Steinfield & Tauke (2002) mengatakan Microsoft Office Word (*.doc atau *.docx)
bahwa universal design berguna baik itu untuk dalam spasi tunggal pada kertas berukuran A4
individu difabel maupun individu pada (210 mm x 297 mm) dengan margin atas dan
28
Cite this as:
Ossy, F Wardanya, dkk. Aksesibilitas Lahan Parkir dan Lift Bagi Individu Difabel Pada Pusat Perbelanjaan Di
Kota Surakarta. Indonesian Journal of Disability Studies (IJDS). 2017: Vol. 4(1): PP27-34.
IJDS 2017; Vol. 4 No. 1, Month 2017, pp. 27-34
ISSN: 2355 – 2158

bawah 2,5 cm, margin kiri 3 cm serta margin keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau
kanan 2,5 cm. Huruf yang digunakan untuk sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam
seluruh naskah adalah Times New Roman 11 berinteraksi dengan lingkungan dapat
pt. Naskah disusun dalam format 2 kolom, mengalami hambatan dan kesulitan untuk
dengan jarak antar kolom 0,5 cm. berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan
Naskah sebaiknya disajikan dalam warga negara lainnya berdasarkan kesamaan
beberapa bagian, mulai dari pendahuluan hak.
(25%), metodologi, pengolahan dan Parking lots are nearly always deigned
pembahasan (65%), kesimpulan dan saran for a single purpose: automobile storage
(10%), serta daftar pustaka. (Fichter, 2006). Menurut KBBI, parkir berarti
Pendahuluan berisikan mengenai latar memarkir, yaitu menghentikan atau menaruh
belakang masalah, rumusan masalah serta (kendaraan bermotor) untuk beberapa saat di
rujukan perkembangan penelitian terdahulu. tempat yang sudah disediakan. Menurut
Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian
2. Tinjauan Pustaka Fasilitas Parkir, Direktorat Jenderal
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Perhubungan Darat tahun1998 parkir
mengartikan aksesibilitas sebagai hal yang adalahkeadaan tidak bergerak suatu kendaraan
dapat dijadikan akses. Maksudnya adalah hal- yang bersifat sementara .sehingga lahan parkir
hal yang berkaitan dalam mengakses sesuatu. dapat diartikan sebagai tempat untuk memarkir
Menurut Undang-Undang Nomor 4 tahun atau menaruh kendaraan bermotor. Maka
1997,aksesibilitas merupakan kemudahan parkir dapat diartikan sebagai lahan yang
yang disediakan bagi difabel guna digunakan untuk meletakkan kendaraan
mewujudkan kesamaan kesempatan dalam bermotor yang bersifat sementara.
segala aspek kehidupan dan penghidupan. Australian Elevator Association
Pengertian di atas didukung dengan pendapat (2013:22) mendefinisikan lift sebagai sebuah
berikut bahwa “Accessibility is calculated for alat yang melekat pada bangunan,yang terdiri
the relevant "at risk" uses population as well atas sebuah platform yang berjalan vertikal
as for the general population of service user dan berguna untuk menaik-turunkan
“(Great Britain: Parliament: House of penumpang atau barang.
Commons: Environmental Audit Committe, Definisi sejenis menurut Canada
2013).”yang dimaksud aksesibilitas Mortgage and Housing Corporation (2016:2)
merupakan termasuk didalamnya populasi menyebut lift biasa digunakan untuk
pengguna dengan resiko sebanding dengan mengakses lantai bangunan yang berbeda.
populasi pengguna pelayanan pada umumnya Maka lift dapat diartikan sebagai bagian dari
Berkaitan dengan desain, Robins dalam bangunan yang difungsikan untuk
Khosrow-Pour (2013:11) mendefinisikan memindahkan orang/barang dari lantai satu ke
desain aksesibilitas sebagai “the planning and lantai lainnya.
creation of resources that can be fully used by
people with disabilities”.Berdasarkan hal
tersebut aksesibilitas merupakan suatu desain 3. Metodologi Penelitian
rancangan yang diterapkan untuk Penelitian ini menggunakan
mendapatkan kemudahan, berkenaan dengan pendekatan evaluasi yang menilai sejauh mana
individu difabel, aksesibilitas berarti keberhasilan suatu objek telah tercapai sesuai
kemudahan dalam memanfaatkan fasilitas dengan standar. Menurut Bungin (2013)
dengan memerhatikan kekhususan yang penelitian evaluasi adalah penelitian yang
mereka dimiliki. menjawab pertanyaan; sampai sejauh mana
Difabel merupakan singkatan dari proyek telah tercapai sesuai dengan yang
Different Ability People yang dimaksud adalah digariskan.
orang yang memiliki kemampuan berbeda
(Demartoto, Argyo:2005). Undang-Undang Peneliti mengadakan kajian lapangan
No.8 tahun 2016 pasal 1 telah menekankan dan merumuskan problamatika serta memilih
definisi dari difabel itu sendiri yakni objek sebagai sampal penelitian. Objek
merupakan setiap orang yang mengalami penelitian adalah pusat perbelanjaan di kota

29
Cite this as:
Ossy, F Wardanya, dkk. Aksesibilitas Lahan Parkir dan Lift Bagi Individu Difabel Pada Pusat Perbelanjaan Di
Kota Surakarta. Indonesian Journal of Disability Studies (IJDS). 2017: Vol. 4(1): PP27-34.
IJDS 2017; Vol. 4 No. 1, Month 2017, pp. 27-34
ISSN: 2355 – 2158

Surakarta yang memiliki lift, diambil secara


acak sebanyak 5 pusat perbelanjaan.

3.1. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis


Tabel 1 Standar Jumlah Parkir Aksesibel
Data
Pengambilan data dengan teknik Jumlah Tempat Jumlah Tempat
observasi menggunakan instrumen berupa Parkir Yang Parkir Yang
checklist yang dibuat berdasarkan standar Tersedia Aksesibel
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik 1-25
Indonesia No. 30 Tahun 2006 tentang 26-50 1
Pedoman Teknis Fasilitas Dan Aksesibilitas 51-75 2
Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan. 76-100 3
Sebagai data tambahan, digunakanwawancara 101-150 4
terhadap petugas parkir atau pengelola pusat 151-200 5
perbelanjaan serta dokumentasi. 201-300 6
301-400 7
Teknik analisis data menggunakan 401-500 8
statistik deskriptif di mana data yang di dapat 501-1000 9
akan disajikan dalam tabel dan dipaparkan 1001-dst 2% dari total
lebih lanjut.Selain itu, membuat penilaian atau 20 (+1 untuk setiap
judgment dengan membandingkan data ratusan)
berdasarkan standar Peraturan Menteri No. 30
tahun 2006 untuk mengukur ketercapaian
standar fasilitas dan aksesibilitas pada 5 pusat
perbelanjaan di kota Surakarta.
3.2. Pembahasan dan Hasil
Lima pusat perbelanjaan yang menjadi
objek penelitian adalah Surakarta Grand Mall
(SGM), Paragon Mall (PM), Luwes Gading
(LG), Solo Square (SS), dan Beteng Trade
Center (BTC). Kelima pusat perbelanjaan
tersebut berada di wilayah Surakarta dan
memiliki lift sebagai fasilitas mobilitas
pengunjungnya. Observasi dilakukan dan
instumen yang telah disiapkan digunakan.
Berikut hasil observasi. Gambar.1Parkir di salah satu tempat perbelanjaan

3.3. Parkir
Berdasarkan observasi ditemukan 3.4. Lift
bahwa belum tersedianya lahan parkir khusus Mengacu pada standar yang ditetapkan
untuk individu difabel pada kelima pusat dalam Peraturan Menteri No. 30 tahun 2006,
perbelanjaan, meliputi SGM, PM, LUWES, ada 11 hal yang harus diperhatikan terkait
BTC dan SS. Sehingga dapat dikatakan bahwa dengan area tunggu, lantai, dinding, panel,
belum adanya fasilitas lahan parkir yang dapat maupun indikator yang digunakan. Berikut
dgunakan oleh individu difabel di pusat pemaparan tiap indikator.
perbelanjaan kota Surakarta. Sedangkan, a. Perbedaan muka lantai
menurut Peraturan Menteri No. 30 tahun 2006, Bagian muka lantai pada fasilitas lift
dalam 25 lot parkir yang disediakan, yang tersedia pada kelima pusat perbelanjaan,
seharusnya terdapat setidaknya 1 tempat parkir empat diantaranya telah memenuhi syarat
yang aksesibel bagi individu difabel. yaitu perbedaan muka lantai lift dengan ruang
maksimal 1,25 cm.
b. Lebar ruang tunggu
30
Cite this as:
Ossy, F Wardanya, dkk. Aksesibilitas Lahan Parkir dan Lift Bagi Individu Difabel Pada Pusat Perbelanjaan Di
Kota Surakarta. Indonesian Journal of Disability Studies (IJDS). 2017: Vol. 4(1): PP27-34.
IJDS 2017; Vol. 4 No. 1, Month 2017, pp. 27-34
ISSN: 2355 – 2158

Ukuran lebar ruang tunggu masuk lift


yang memenuhi syarat \yakni minimal 185 cm.
Keseluruhan ruang tunggu masuk lift yang
berada pada kelima pusat perbelanjaan di kota
Surakarta telah memenuhi minimal standar
yang telah ditetapkan, sehingga pengguna lift
khususnya difabel pengguna kursi roda dapat
menunggunakan ruang tunggu sebelum masuk
lift dengan baik.

Gambar 3 Salah satu panel luar yang terlalu tinggi dan kotak
sampah yang menghalangi

Gambar 2 Ruang tunggu salah satu tempat perbelanjaan

c. Panel/ tombol lift


Ketentuan tinggi panel/tombol lift
yang berada baik diluar maupun di dalam lift
pada kelima pusat perbelanjaan kota Surakarta
belum memenuhi standar Peraturan Menteri no
30 tahun 2006 yakni untuk tinggi panel luar
90-110 cm dan untuk tinggi panel lift yang
berada di dalam seharusnya memiliki tinggi
antara 90-120 cm. Kelima pusat perbelanjaan
memiliki tinggi panel lift lebih tinggi dari yang
telah ditetapkan sehingga masih belum
mengakses individu difabel untuk Gambar 4 Panel dengan braille
memakainya. Akses pada tombol panel luar
lift juga biasanya dihalangi dengan keberadaan d. Indikator suara dan visual
tempat sampah sehingga menyulitkan difabel Seluruh pusat perbelanjaan yakni
dalam penggunaannya. Selain itu, di beberapa SGM, PM, LG, BTC, dan SS telah memenuhi
tempat ditemukan kotak sampah yang dengan adanya indikator visual yang
diletakkan di bawah panel yang menunjukkan tujuan lantai. Namun, sayangnya
berkemungkinan dapat menyulitkan individu tidak diikuti oleh adanya indikator suara yang
tunanetra dan pengguna kursi roda untuk menunjukkan keberadaan tujuan lantai
menjangkau panel. sehingga kurang mengakses individu tunanetra
Namun, hampir sebagian besar dalam pengaplikasiannya.
diantaranya telah menggunakan huruf braille
sebagai akses untuk pengguna tunanetra ketika
sedang menggunakannya. Sehingga individu
tunanetra mengetahui lantai yang akan dituju
dengan menekan tombol yang telah
bertuliskan braille.

31
Cite this as:
Ossy, F Wardanya, dkk. Aksesibilitas Lahan Parkir dan Lift Bagi Individu Difabel Pada Pusat Perbelanjaan Di
Kota Surakarta. Indonesian Journal of Disability Studies (IJDS). 2017: Vol. 4(1): PP27-34.
IJDS 2017; Vol. 4 No. 1, Month 2017, pp. 27-34
ISSN: 2355 – 2158

Standar permukaan dinding pada lift


seharusnya dapat memantulkan bayangan,
namun hanya dua dari lima pusat perbelanjaan
yang memenuhi standar tersebut.

Gambar 5 Salah satu indikator visual 1


e. Lebar lift

Gambar 8 Permukaan dinding yang memantulkan bayangan

h. Waktu minimun pintu terbuka


Standar waktu minimum pintu lift
terbuka minimal 3 detik. Dan kelima pusat
perbelanjaan yang ada yakni SGM, PM, LG,
BTC, dan SS telah memenuhi standar yang
Gambar 6 Bagian dalam salah satu lift
ditetapkan.
Standar P\tentang lebar bersih Sebagai upaya memerjelas, berikut
minimal lift yakni 140x140 cm2 dan kelima ditampilkan tabel yang menjelaskan indikator
pusat perbelanjaan SGM, PM, LG, BTC, dan aksisibilitas lift berdasakan Peraturan Menteri
SS telah memenuhi standar yang ditetapkan. dan kenyataan di lapangan.
Keseluruhan lift yang ada mempunyai lebar
bersih lebih dari yang ditetapkan. Tabel 2 Indikator Aksesibilitas Lift

Indikator SGM PM LG BTC SS


f. Handrail Perbedaan
Apabila mengacu pada standar yang muka lantai
ditetapkan, handrail atau pegangan tangan lift dengan
\seharusnya ada pada sisi kanan dan kiri lift ruang   x  
dan hanya dua dari lima pusat perbelanjaan maksimal
yang memenuhi standar tersebut. 1,25 cm

Lebar ruang
tunggu
    
masuk lift
min 185 cm
Panel luar
(tombol)
lift
X x x x x
memiliki
tinggi 90-
Gambar 7 Handrail pada salah satu pusat perberlanjaan 110 cm
Panel
dalam
x x x x x
(tombol)
g. Permukaan dinding lift
32
Cite this as:
Ossy, F Wardanya, dkk. Aksesibilitas Lahan Parkir dan Lift Bagi Individu Difabel Pada Pusat Perbelanjaan Di
Kota Surakarta. Indonesian Journal of Disability Studies (IJDS). 2017: Vol. 4(1): PP27-34.
IJDS 2017; Vol. 4 No. 1, Month 2017, pp. 27-34
ISSN: 2355 – 2158

Indikator SGM PM LG BTC SS


memiliki 100%
tinggi 90- 80% 73%
120 cm 54% 54%
Panel 60% 45% 45%
dilengkapi 40%
 x x x 
huruf 20%
braille
Ada 0%
indikator x x x x x SGM PM LG SS BTC
suara
Grafik 3 Persentase Aksesibilitas Lift Tiap Pusat Perbelanjaan
Ada
indikator     
visual
Lebar 4. Penutup
bersih Merujuk pada hasil penelitian dapat
minimal lift      dinyatakan bahwa belum adanya lahan parkir
140 x 140 yang aksesibel pada kelima pusat perbelanjaan
cm di Surakarta. Sedangkan untuk lift, ditemukan
Jumlah bahwa belum adanya lift pada pusat
indikator perbelanjaan di Surakarta yang memenuhi
8 5 5 6 6
yang seluruh indikator aksesibilitasnya suatu lift
aksesibel berdasarkan Peraturan Menteri No 30 tahun
Presentase 2006. Akan tetapi berdasarkan rata-rata
aksesibilitas 73% 45% 45% 54% 54% persentase, lift di Surakarta sudah 54, 2%
lift aksesibel dan salah satu pusat perbelanjaan
telah memenuhi 73% tingkat aksesibilits.
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat Wujud dari pencanangan Surakarta sebagai
bahwa persentase tingkat aksesibilitas pusat kota inklusi yakni diperlukan perbaikan secara
perbelanjaan di Surakarta berada antara 45% bertahap pada lahan parkir dan lift, tidak
sampai dengan 73%, atau jumlah indikator hanya di pusat perbelanjaan, tetapi juga di
yang terpenuhi berada pada rentang 5-8 dari fasilitas umum yang ada di Surakarta.
11 indikator aksesibel.

Dari tabel tersebut jika dilakukan 3. Penutup


perhitungan mean atau rata-rata maka dapat Penutup berisikan kesimpulan dari isi
dinyatakan bahwa tingkat aksesibiltas lift pada naskah yang menjawab permasalahan.
pusat perbelanjaan di Surakarta sebesar 54,2 Terdapat nilai hasil pengukuran dan
%. Dalam artian,persentase terpenuhinya pengolahan yang kemudian menjadi dasar
indikator aksesibilitas suatu lift sebesar 54,2% analisa dan pembahasan.
atau setengah dari yang dipersyaratkan. Untuk
memperjelas, disajikan grafik persentase tiap Daftar Pustaka
pusat perbelanjaan pada gambar 5.1
Australian Elevator Assosiation (2015).
Australian Elevator Assosiation Handbook:
Lift and Escalators. New SouthWales: AEA.
Ltd
Bashiti, Alaa & Rahim, Asiah Abdul (2015).
A Study on The Accessibility in Shopping
Malls for People with Disabilities (PWDS) in
Malaysia

33
Cite this as:
Ossy, F Wardanya, dkk. Aksesibilitas Lahan Parkir dan Lift Bagi Individu Difabel Pada Pusat Perbelanjaan Di
Kota Surakarta. Indonesian Journal of Disability Studies (IJDS). 2017: Vol. 4(1): PP27-34.
IJDS 2017; Vol. 4 No. 1, Month 2017, pp. 27-34
ISSN: 2355 – 2158

Battoe, K. & W. (2014). Universal ILO (1990). Konvensi Rehabilitasi Vokasional


access/universal design. In L. H. Cousins dan Lapangan Kerja (Difabel) versi e-book
(Ed.), Encyclopedia of human services and diunduh dari www.ilo.org/wcmsp5/groups/.../-
diversity (Vol. 3, pp. 1338-1340). Thousand --ilo.../wcms_181929.pdf pada 1 November
Oaks, CA: SAGE Publications Ltd. doi: 2016
10.4135/9781483346663.n569
Khosrow-Pour, M. (2013). Aa. In Dictionary
Bungin, M., B. 2013. Metodologi Penelitian of Information Science and Technology (2nd
Sosial Dan Ekonomi: Format-format Edition) (pp. 7-67). Hershey, PA: IGI Global.
Kuantitatif dan Kualitatif untuk Studi doi:10.4018/978-1-4666-2624-9.ch002
Sosiologi, Kebijakan, Publik, Komunikasi,
Nisa, Rizqi L.K. &Kusuma, Iwan Pratoyo.
Manajemen, dan Pemasaran. Jakarta:
(2012). Kinerja Pelayanan Bus Batiksolo
Kencana Prenada Media Group.
Trans Di Kota Surakarta. Jurnal Perencanaan
Canada Mortgage and Housing Corporation. Wilayah dan Kota A SAPPK 1 (1). 107-116
(2016). Accessible Housing by Design.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
Canada: CMHC.
30/PRT/M/2006 Pedoman Teknis Fasilitas dan
Demartoto, Argyo. 2005. Menyibak Sensivitas Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan
Gender dalam Keluarga Difabel. Surakarta: Lingkungan
UNS Press
Silva, C. (2011). Universal design. In N.
Departemen Pendidikan Nasional (2008). Cohen & P. Robbins (Eds.), Green cities: An
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi A-to-Z guide (pp. 433-435). Thousand Oaks,
Keempat). Jakarta: Gramedia. CA: SAGE Publications Ltd. doi:
10.4135/9781412973816.n135
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
(2015). Profil Perkembangan Penduduk Kota Steinfeld, Edward & Tauke Beth (2002)
Surakarta. Diakses 10 November 2016 dari Universal Designing in John Cristophersen
http://dispendukcapil.surakarta.go.id (Ed.) Universal Design: 17 Ways of Thinking
and Teaching. Oslo: Husbanken
Direktur Jendral Perhubungan Darat, (1996),
Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas The City of Calgary (2010). Universal Design
Parkir, Departemen Perhubungan, Jakarta. Handbook: Accesible & Inclusive
Environments versi e-book diunduh dari
Fichter, Jeremy (2006).Parking Lots Park.
calgary.ca/cs pada 21Oktober 2016
Versi e-book diunduh pada 12 Oktober 2016
dari Undang-undang No 8 Tahun 2016 tentang
https://depts.washington.edu/open2100/pdf/2_ Penyandang Disabilitas
OpenSpaceTypes/Open_Space_Types/parking
Undang-undang No. 28 tahun 2002 tentang
_lot_parks.pdf
Bangunan Gedung
Great Britain: Parliament: House of
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang
Commons: Environmental Audit Committe
Penyandang Cacat
(2013). Transport and accessibility to public
services: third report of session 2013 . Undang-Undang Nomor 4 tahun 2007 tentang
London: The Stationery Office Limited Wijiyanto & Samsudin (2013) Kenyamanan
Harsono, Kuncoro., Arsandrie, Yayi & Lift Bagi Kaum Difable Studi Kasus Di R.S
Setiawan, Wisnu (2013). Identifikasi Kasih Ibu, R.S Islam Yarsis Dan R.S
Kenyamanan Pejalan Kaki Di City Walk Jalan Moewardi Surakarta. Sinektika 13(2), 90-104
Slamet Riyadi Surakarta. Sinektika 13 (1). 33-
42

34
Cite this as:
Ossy, F Wardanya, dkk. Aksesibilitas Lahan Parkir dan Lift Bagi Individu Difabel Pada Pusat Perbelanjaan Di
Kota Surakarta. Indonesian Journal of Disability Studies (IJDS). 2017: Vol. 4(1): PP27-34.

You might also like