Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
DAMAYANTI SARI
9 A Reguler (06)
NPM : 134060018027
Diploma IV STAN Jakarta
ABS TRACT
The tax amnesty program is often motivated by the severity of tax evasion efforts. On the current situation,
tax evasion are growing and expanding intensively in developing countries. These tend to be caused by the
sanctions and penalties imposed are very light, furthermore the law enforcement is very lack. Later, some
suggestions on tax amnesty policy are being proposed with backgrounds of rupiah stability through granting
tax amnesty for funds "parked" abroad. On the other hand, others see that potential tax revenue from large
companies is still high, but Indonesian tax authorities have not been able to assess it because many of the
companies or entrepreneurs practice “the underground economy" slyly. Through this simple research, it was
concluded that the form of tax amnesty that is fit to be reimposed by the Government, according to the
author are differential tax amnesty program and amnesty that gives preferential tariff reduction incentives,
the removal of penalties, interest, or tax increases, and ensure the confidentiality of undisclosed assets or
income that was taken abroad. This policy will be effective if several requirements could be met in order to
build the systems that will support the reimposition of the tax amnesty.
Keywords : tax amnesty, Sunset Policy, reimposing, tax evasion
PERMASALAHAN
Program tax amnesty (pengampunan pajak) memiliki sejarah panjang dan populer di berbagai negara.
Beberapa pembuat kebijakan melihat tax amnesty sebagai langkah yang efisien, karena langsung
meningkatkan pendapatan pajak tertentu tanpa merubah strukturnya (tarif dan basis pajak) sekaligus
secara tidak langsung mengurangi kesenjangan dalam tarif pajak efektif sebelumnya antara masyarakat
yang patuh dengan yang tidak.
Program tax amnesty ini seringkali dilatarbelakangi semakin parahnya upaya penghindaran pajak.
Persepsi yang hampir senada bahwa pelarian pajak (tax evasion) yang semakin berkembang dan intensif
meluas di negara–negara berkembang cenderung disebabkan oleh sanksi dan hukuman sangat ringan, dan
kurangnya law enforcement. Belakangan muncul kembali wacana untuk memberlakukan kembali
kebijakan tax amnesty, antara lain datang dari Mantan Menteri Keuangan Fuad Bawazier. Ia mengusulkan
agar pemerintah menerapkan kebijakan pengampunan pajak guna menghentikan pelemahan nilai tukar
rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Kebijakan tersebut antara lain dengan memberikan pengampunan
pajak terhadap pengusaha dan Orang Pribadi yang dananya tersimpan di luar negeri agar masuk kembali
ke Indonesia. Menurut Fuad, jika Pemerintah memberikan pengampunan pajak kepada pengusaha, dana
yang berada di luar negeri sekitar 50 miliar dolar AS akan kembali masuk ke Indonesia dan hal itu akan
menguatkan kembali cadangan devisa yang banyak terkuras untuk melakukan intervensi. Setelah nilai
tukar rupiah terhadap dolar AS kembali normal, maka selanjutnya dana-dana yang masuk tersebut dapat
menjadi potensi untuk dikenakan pajak.
Hal serupa namun berbeda dalam fokusnya juga diungkapkan oleh perwakilan para pengusaha dari
Kamar Dagang Industri (Kadin) Indonesia yang melandasi usulannya dengan argumentasi bahwa
pemberlakuan kembali Sunset Policy dinilai akan menarik minat Wajib Pajak, baik Orang Pribadi (OP)
maupun Badan yang selama ini belum melaksanakan kewajiban pajaknya. Selain itu ia melihat bahwa
potensi penerimaan pajak dari perusahaan berskala besar masih tinggi, namun aparat DJP dinilai belum
mampu untuk menggalinya karena banyak dari perusahaan atau pengusaha tersebut beroperasi di
“bawah tanah”. Pemberlakuan kembali Sunset Policy ini masih memunculkan pro-kontra karena di sisi
lain, berbagai pihak menilai pemberlakuan kembali Sunset Policy ini tidaklah tepat. Pendapat ini terutama
datang dari para akademisi dan pakar hukum. Pemberlakuan kembali Sunset Policy dinilai akan
menimbulkan implikasi yang kurang baik dan tidak sebanding dengan manfaat bagi penerimaan negara
yang akan diterima.
Tantangan Indonesia ke depan ialah bagaimana menciptakan kestabilan ekonomi secara lebih
mandiri dan berdikari, sehingga penerimaan negara tidak lagi banyak bergantung dari kekuatan modal
asing. Dengan demikian diperlukan suatu terobosan dan upaya pemerintah untuk menerapkan suatu
kebijakan yang dapat mendorong produktivitas dalam negeri sekaligus mencari solusi kebijakan fiskal
KESIMPULAN
Melalui kajian terhadap latar belakang dan karakteristik dari tax amnesty, tinjauan atas pelaksanaan
dan efektivitas Sunset Policy, dan mengadopsi best practice kebijakan tax amnesty yang dilakukan oleh
negara-negara lain, maka diperoleh bentuk tax amnesty yang penulis nilai sesuai untuk diberlakukan
kembali. Bentuk kebijakan tersebut meliputi 2 (dua) jenis, yaitu program differential tax amnesty yang
tetap mewajibkan pembayaran pokok pajak di masa lalu, dan hanya memberikan pengampunan atas
sanksi denda, bunga, ataupun kenaikan pajak, seperti halnya Sunset Policy dan pengampunan istimewa
yang memberikan insentif pengurangan tarif, penghapusan atas sanksi denda, bunga, ataupun kenaikan,
serta menjamin kerahasiaan atas aset atau penghasilan yang tidak diungkapkan atau dilarikan ke luar
negeri.
Kebijakan ini dinilai akan berjalan dengan baik apabila beberapa prasyarat dalam rangka membangun
sistem yang mendukung pemberlakuan kembali tax amnesty ini dapat dipenuhi. Prasyarat tersebut antara
lain tepat waktu dan tepat sasaran, perangkat hukum, sosialisasi tax amnesty, penentuan jangka waktu
berlakunya kebijakan, pengecualian Subjek Pajak, adanya jaminan kerahasiaan atas data yang
diungkapkan, perbaikan struktural pasca tax amnesty, law enforcement, pembangunan basis data yang
handal, dan dukungan SDM dan infrastruktur.