You are on page 1of 18

Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.

4, Desember 2014 (239-256) ISSN: 2087-9334

MANAJEMEN RESIKO PROYEK PEMBANGUNAN


SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 kV
LOPANA-TELING
Ferry Wantouw
Pascasarjana Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi

Robert J. M. Mandagi
Dosen Pascasarjana Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK
Sebagai upaya pemenuhan kebutuhan pasokan listrik di berbagai pusat beban seperti kota, kawasan
industri, permukiman dan lainnya, diperlukan sarana yang mampu menyalurkan tenaga listrik. Salah
satu bentuk sarana yang digunakan adalah Saluran Udara Tegangan Tinggi. Proyek pembangunan
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV Lopana – Teling merupakan proyek pembangunan
saluran transmisi dengan tegangan 150 kiloVolt yang menghubungkan antara Gardu Induk Tegangan
Tinggi Lopana ke Gardu Induk.
Penelitian ini akan mengidentifikasi, menganalisis dan menentukan respon resiko yang ditimbulkan
akibat adanya proyek pembangunan SUTT 150 kV Lopana–Teling. Analisis kejadian dan konsekuensi
dibagi menjadi 7 aspek penting, yaitu aspek teknis pengurusan proyek, aspek kecelakaan kerja tak
terduga, aspek lingkungan, aspek penyesuaian dalam proyek, aspek permasalahan tenaga kerja,
aspek kecelakaan kerja yang diperkirakan, aspek penggunaan material.
Klasifikasi resiko berdasarkan ranking, yaitu : high risk terdiri dari aspek teknis pengurusan proyek;
significant risk terdiri atas aspek kecelakaan tak terduga, aspek lingkungan, aspek penyesuaian
dalam proyek; dan low risk terdiri dari aspek permasalahan tenaga kerja, aspek kecelakaan kerja
yang diperkirakan, aspek penggunaan material.
Respon penanganan resiko terhadap 7 aspek yang dominan adalah melakukan koordinasi awal
dengan pihak pemerintah setempat dan PT. PLN Persero selaku pemrakarsa proyek, diadakan
pendidikan dan pelatihan K3, serta melakukan koordinasi dengan para tenaga ahli dan tenaga
terampil, dan diadakan pendidikan dan pelatihan untuk para pekerja dari luar daerah, pekerja
penduduk setempat yang dilalui jaringan T/L 150 kV Lopana-Teling, mengikut sertakan para tenaga
ahli dan tenaga terampil di dalam lokasi proyek, meningkatkan peralatan dan kelengkapan K3,
mengikuti pendidikan dan pelatihan mengenai K3, serta mengikut sertakan warga sekitar proyek
dalam proses pembangunan, dan melakukan berbagai pendekatan-pendekatan sosial kepada
pemerintah setempat, tokoh masyarakat, tokoh agama yang berada di lingkungan proyek, serta
memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai keamanan SUTT tersebut.
Kata Kunci: teknis pengurusan proyek, kecelakaan kerja tak terduga, lingkungan, penyesuaian dalam
proyek, permasalahan tenaga kerja, kecelakaan kerja yang diperkirakan.

PENDAHULUAN peningkatan penyediaan kapasitas pembangkit


tenaga listrik maupun perluasan jaringan
Latar Belakang transmisi dan distribusi agar peningkatan
Di Sulawesi Utara kebutuhan akan energi kebutuhan energi listrik dapat.
listrik dari tahun ketahun terus meningkat secara Proyek pembangunan Saluran Udara
signifikan, baik di wilayah perkotaan dalam Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV Lopana–Teling
rangka menopang perkembangan industri, merupakan proyek pembangunan saluran
perdagangan, dan jasa yang terus meningkat, transmisi dengan tegangan 150 kiloVolt yang
maupun diwilayah pedesaan untuk kebutuhan menghubungkan antara Gardu Induk Tegangan
rumah tangga, dan berbagai jenis usaha di Tinggi Lopana ke Gardu Induk Teling Manado
wilayah pedesaan. Sulawesi Utara.
Kecenderungan peningkatan kebutuhan SUTT 150 kV Lopana-Teling melintasi 2
listrik tersebut telah mendorong upaya-upaya kabupaten dan 1 Kotamadya yaitu Kabupaten

239
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.4, Desember 2014 (239-256) ISSN: 2087-9334

Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Induk 1. Mengidentifikasi resiko yang ditimbulkan


dan Kota Manado. Transmisi ini menempati akibat adanya proyek pembangunan SUTT
lahan untuk tapak tower dan ruang (koridor) 150 kV Lopana - Teling.
selebar 19 m dengan panjang ± 50,3 km, jumlah 2. Menganalisis resiko yang dominan terjadi
tower sebanyak 151 tower. pada proyek pembangunan SUTT 150 kV
Berdasarkan Undang–Undang Republik Lopana - Teling.
Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang 3. Menentukan alternatif respon resiko untuk
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan mengurangi resiko yang terjadi akibat adanya
Hidup disebutkan bahwa salah satu instrumen proyek pembangunan SUTT 150 kV Lopana–
pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan Teling.
lingkungan hidup akibat adanya suatu
kegiatan/usaha adalah dengan menggunakan
proses analisis risiko lingkungan hidup. Analisis TINJAUAN PUSTAKA
risiko lingkungan hidup diwajibkan pada setiap
usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi Pengertian Resiko
menimbulkan dampak penting terhadap Pengertian resiko dalam konteks proyek
lingkungan hidup, ancaman terhadap ekosistem dapat didefinisikan sebagai suatu penjabaran
dan kehidupan, dan/atau kesehatan dan terhadap konsekuensi yang tidak menguntung-
keselamatan manusia. kan, secara finansial maupun fisik, sebagai hasil
Dalam Standard Kebijakan Lingkungan, dari keputusan yang diambil atau akibat kondisi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (LK3) di lingkungan di lokasi suatu kegiatan. Jika
lingkungan PT. PLN (Persero) Tahun 2007 dikaitkan dengan konsep peluang, “resiko”
disebutkan bahwa pembangunan SUTT memiliki adalah peluang atau kans/chance terjadinya
potensi dampak lingkungan dan bahaya K3. kondisi yang tidak diharapkan dengan semua
Sehingga diperlukan tindakan lebih untuk konsekuensi yang mungkin muncul yang dapat
menganalisis berbagai dampak lingkungan yang menyebabkan keterlambatan atau kegagalan
diperkirakan akan muncul selama proses proyek (Gray dan Larson, 2000). Kerzner (2001)
pembangunan SUTT. menjelaskan konsep resiko pada proyek sebagai
Banyaknya risiko yang akan timbul baik “ukuran probabilitas dan konsekuensi dari tidak
yang telah diprediksi maupun yang belum tercapainya suatu sasaran proyek yang telah
diprediksi selama proses pembangunan akan ditentukan”.
sangat berpengaruh terhadap jalannya Dari beberapa pengertian di atas dapat
pembangunan tersebut. Sehingga diperlukan disimpulkan bahwa resiko adalah suatu kondisi
adanya suatu proses untuk mengidentifikasi, yang timbul karena ketidakpuasan dengan
menganalisis, serta menentukan solusi dalam peluang kejadian tertentu yang jika terjadi akan
menangani risiko khususnya pada masalah sosial menimbulkan konsekuensi tidak menguntung-
yang dimungkinkan akan muncul. kan. Lebih lanjut lagi resiko pada proyek adalah
“suatu kondisi pada proyek yang timbul karena
Perumusan Masalah ketidakpuasan dengan peluang kejadian tertentu
Berdasarkan uraian di atas maka dalam yang jika terjadi akan menimbulkan konsekuensi
penelitian ini masalah yang akan dibahas dapat fisik maupun finansial yang tidak menguntung-
dirumuskan sebagai berikut : kan bagi tercapainya sasaran proyek, yaitu biaya,
1. Apa saja dampak yang ditimbulkan akibat waktu, mutu proyek”.
adanya proyek pembangunan SUTT 150 kV
Lopana-Teling ? Risk dan Uncertainty
2. Bagaimana menganalisis dampak yang terjadi Meskipun resiko memiliki kaitan yang erat
pada proyek pembangunan SUTT 150 kV dengan ketidakpastian/uncertainty, keduanya
Lopana–Teling ? memiliki perbedaan. Ketidakpastian adalah
3. Respon resiko apa yang harus dilakukan kondisi dimana terjadi kekurangan pengetahuan,
untuk mengurangi dampak yang terjadi akibat informasi, atau pemahaman tentang suatu
adanya pembangunan SUTT 150 kV Lopana– keputusan dan konsekuensinya (Ritchie dan
Teling ? Marshall, 1993). Resiko timbul karena adanya
ketidakpastian, karena ketidakpastian meng-
Tujuan Penelitian akibatkan keragu-raguan dalam meramalkan
Tujuan dari proyek akhir ini adalah : kemungkinan terhadap hasil-hasil yang akan

240
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.4, Desember 2014 (239-256) ISSN: 2087-9334

terjadi di masa mendatang (Djojosoedarso, sangat penting untuk digunakan pada kondisi
1999). Semakin tinggi tingkat ketidakpastian dimana ada taruhan yang besar dan
maka semakin tinggi pula resikonya (Ritchie dan ketidakpastian yang tinggi (Santosa, 2009).
Marshall, 1993). Manajemen resiko dekat hubungannya
dengan ketidakpastian. Sebuah resiko mungkin
Risk dan Opportunity terjadi dan mungkin juga tidak terjadi, dan tidak
Kejadian di masa yang akan datang tidak akan bisa diketahui sampai resiko tersebut
dapat diketahui secara pasti. Kejadian ini atau terjadi. Namun ketidakpastian dapat didekati
suatu keluaran / output dari suatu kegiatan / dengan :
peristiwa dapat berupa kondisi yang baik atau a. Memperjelas probabilitas terjadinya resiko
kondisi yang buruk. Jika yang terjadi adalah b. Mengerti consequence atau alternatif jika
kondisi yang baik maka hal tersebut merupakan terjadi resiko
kesempatan baik (opportunity), namun jika c. Menentukan apa yang menjalankan resiko,
terjadi hal yang buruk maka hal tersebut seperti faktor yang mempengaruhi besarnya
merupakan resiko (Kerzner, 2001). resiko atau likelihood x consequence.
Untuk suatu kejadian, dapat dilihat dari sisi
Risk, Hazard, Peril, dan Losses probabilitas (likelihood) dan impak dari kejadian
Menurut Umar (2001) konsep tersebut tersebut. Suatu peristiwa (event) bisa mempunyai
dijelaskan sebagai berikut: probabilitas kecil dengan impak besar, atau
1) Hazard adalah keadaan bahaya yang dapat probabilitas besar dengan impak kecil. Dari sini
menyebabkan terjadinya peril (bencana). kita bisa menghitung kejadian mana yang lebih
2) Peril (bencana) adalah suatu peristiwa/ berbahaya atau yang lebih beresiko.
kejadian yang dapat menimbulkan kerugian
(losses) atau bermacam kerugian. Jenis Resiko
3) Losses (kerugian) adalah kondisi negatif yang Secara garis besar berdasarkan sifatnya
diderita akibat dari suatu peristiwa yang tidak resiko dikelompokkan menjadi resiko usaha
diharapkan tetapi ternyata terjadi. (business risk) atau yang disebut juga sebagai
resiko spekulatif, dan resiko murni. Resiko
Manajemen Resiko spekulatif adalah resiko yang jika diambil dapat
Manajemen resiko pada dasarnya adalah memberikan dua kemungkinan hasil, yaitu
proses menyeluruh yang dilengkapi dengan alat, kerugian atau keuntungan. Dalam konteks
teknik dan sains yang diperlukan untuk aktifitas proyek, resiko yang dimaksud adalah
mengenali, mengukur, dan mengelola resiko resiko murni, yaitu resiko yang secara potensial
secara lebih transparan (Santosa, 2009). dapat mendatangkan kerugian dalam upaya
Menurut Floyd (1991) dalam Simamora mencapai sasaran kegiatan (Soeharto, 2001).
(2009) manajemen resiko adalah proses Soeharto (2001) mengelompokkan resiko
identifikasi dari berbagai pilihan kebijakan berdasarkan potensi sumber daya resiko sebagai
berdasarkan bahaya/ancaman yang telah berikut:
dikarakteristikkan. 1. Resiko yang berkaitan dengan bidang
Sedangkan manajemen resiko menurut The manajemen
Australia/New Zealand Standard for Risk 2. Resiko yang berkaitan dengan bidang teknis
Management (1999) merupakan suatu proses dan implementasi
yang logis dan sistematis dalam mengiden- 3. Resiko yang berkaitan dengan bidang kontrak
tifikasi, menganalisis, dan mengevaluasi, dan hukum
mengendalikan, mengawasi, dan mengkomuni- 4. Resiko yang berkaitan dengan situasi
kasikan resiko yang berhubungan dengan segala ekonomi, sosial, dan politik
aktifitas, fungsi, atau proses dengan tujuan
perusahaan dapat meminimasi kerugian dan Prosedur Manajemen Resiko
memaksimumkan kesempatan. Menurut The Standard Australia/ New
Manajemen resiko dalam sebuah proyek Zealand (1999) prosedur utama melakukan
meliputi langkah memahami dan mengidentifi- manajemen resiko ada 4, yaitu :
kasikan masalah potensial yang mungkin terjadi, a. Menentukan Konteks (Establish the Context)
mengevaluasi bagaimana resiko ini mem- Menentukan konteks berarti menentukan
pengaruhi keberhasilan proyek, memonitoring batasan atau parameter internal dan eksternal
dan menangani resiko. Proses manajemen resiko yang akan dijadikan pertimbangan dan

241
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.4, Desember 2014 (239-256) ISSN: 2087-9334

dibahas dalam pengelolaan resiko. dampak terhadap pencapaian sasaran dan


Menentukan lingkup kerja dan kriteria resiko target yang teridentifikasi dari konteks.
untuk proses selanjutnya. Konteks yang c. Analisis Resiko (Analyse Risk)
ditetapkan haruslah meliputi semua parameter Analisis resiko mencakup pertimbangan
internal dan eksternal yang relevan dan mengenai sumber resiko, konsekuensi, dan
penting bagi organisasi. kemungkinan dari resiko tersebut. Resiko
Konteks eksternal meliputi lingkungan sosial, dianalisis dengan mengkombinasikan nilai
politik, ekonomi, budaya baik nasional likelihood (probabilitas atau frekuensi) dan
maupun regional. Sedangkan konteks internal consequences (dampak atau efek). Likelihood
meliputi struktur organisasi, sasaran dan consequences dari tiap resiko akan
organisasi dan kebijakan. menentukan tingkatan resiko tersebut.
b. Identifikasi Resiko (Identify Risk) Menurut The Standards Australia/ New
Identifikasi resiko merupakan tahapan untuk Zealand Standard (1999), masing-masing
mendapatkan variabel resiko yang relevan. resiko dinilai secara kualitatif dalam lima
Secara umum, beberapa sumber resiko katagori. Penilaian dari masing-masing
diperoleh akibat adanya beberapa perubahan likelihood dan consequences tersebut
kondisi, diantaranya : disajikan dalam Tabel 1 dan Tabel 2.
1) Struktur organisasi proyek d. Evaluasi Resiko (Evaluate Risk)
2) Kondisi ekonomi Tujuan dari evaluasi resiko adalah membantu
3) Tindakan manusia proses pengambilan keputusan berdasarkan
4) Kejadian alam hasil analisis. Proses evaluasi resiko akan
5) Kondisi politik menentukan resiko-resiko mana yang
6) Teknologi yang digunakan memerlukan perlakuan dan bagaimana
7) Kebijakan atasan prioritasnya. Hal ini bisa dilakukan dengan
8) Perilaku pribadi cara mengelompokan atau menggolongkan
Sasaran identifikasi resiko adalah nilai likelihood dan consequences ke dalam
mengembangkan daftar sumber resiko dan suatu matriks resiko. Setelah diketahui nilai
kejadian yang komprehensif serta memiliki consequences dan likelihood yang ada, dapat
diplotkan pada risk matrix untuk mengetahui

Tabel 1. Penilaian Probabilitas


Level Penilaian Definisi
A Sangat Sering Kemungkinan terjadi sangat sering
B Sering Sering terjadi
C Cukup Terjadi beberapa kali
D Jarang Terjadi kadang-kadang
E Sangat Jarang Kemungkinan Jarang Sekali
Sumber : AS/NZS 4360 : 1999 Risk Management

Tabel 2. Penilaian Dampak


Level Penilaian Definisi
Tidak berarti / Tidak ada luka-luka, kerugian finansial rendah, memiliki lingkup
1
sangat kecil dampak kecil dalam jangka waktu yang sangat singkat.
Membutuhkan pertolongan pertama, kerugian finansial sedang,
2 Kecil
memiliki lingkup dampak kecil dalam jangka waktu singkat
3 Sedang Membutuhkan medical treatment, kerugian finansial tinggi.
Menimbulkan kerugian yang luas, luka serius, kemampuan
4 Besar
produksi terganggu, kerugian finansial besar.
Merusak / Sangat Menyebabkan kematian, menimbulkan kerusakan serius, dan
5
Besar kerugian finansial sangat besar.
Sumber : AS/NZS 4360:1999 Risk Management)

242
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.4, Desember 2014 (239-256) ISSN: 2087-9334

seberapa tinggi resiko yang ditimbulkan. terjadi. Hal ini dilakukan dengan
Berikut matriks resiko akan dijelaskan pada menganalisis dampak apa saja yang dapat
Tabel 3 berikut ini. terjadi dan dilakukan persiapan
Hasil dari evaluasi resiko adalah data penanggulangan dampak pada saat resiko
peringkat resiko yang memerlukan tersebut terjadi. Dengan demikian dampak
penanganan lebih lanjut atas dasar resiko negatif yang terjadi diharapkan dapat
yang tersisa dan efektivitas pengendalian direduksi.
resiko yang ada.
e. Respon Resiko (Treat Risk) Manajemen Resiko Lingkungan
Perlakuan terhadap suatu resiko dapat berupa Manajemen resiko lingkungan adalah proses
mitigasi (mitigation), yaitu perlakuan resiko secara sistematis untuk mengidentifikasi bahaya
untuk mengurangi kemungkinan timbulnya lingkungan, meng-analisis kemungkinan dan
resiko, atau mengurangi dampak resiko bila konsekuensi, serta mengatur hasil tingkat resiko.
terjadi, atau mengurangi keduanya, yaitu Manajemen resiko lingkungan adalah aplikasi
kemungkinan dan dampak. Perlakuan ini sistematis dari kebijakan manajemen, prosedur
sebetulnya adalah bagian dari kegiatan dan praktek dalam mengkomunikasikan, mene-
organisasi sehari-hari. Strategi yang perlu tapkan keadaan, mengidentifikasi, menganalisis,
diterapkan dapat dijelaskan sebagai berikut, mengevaluasi, memonitor, dan meninjau ulang
pertama-tama tentu bila tidak perlu maka resiko terhadap lingkungan.
tidak usah kita melakukan tindakan yang
beresiko. Hal ini akan menjadi lain kalau Penilaian Resiko
tindakan/ kegiatan ini memang diperlukan Untuk menentukan nilai probabilitas dan
untuk pencapaian sasaran dan tujuan dampak digunakan perhitungan Severity Index.
organisasi. Perhitungan menggunakan severity index mampu
Mitigasi resiko terdiri dari dua macam cara menggabungkan presepsi responden penelitian.
pula, yaitu pertama mengurangi kemungkinan Faizal dan Arif (2009) menambahkan bahwa
terjadinya resiko melalui penanganan pada severity index lebih baik digunakan dibandingkan
sumber resiko dan pemicu terjadinya dengan menggunakan nilai mean dan metode
peristiwa yang beresiko. Kedua adalah varian karena hasil yang dikeluarkan lebih akurat
mengurangi dampak bila resiko tersebut dan konsisten terhadap jawaban responden.

Tabel 3. Matriks Resiko


Dampak (Consequences)
Probabilitas (1) (2) (3) (4) (5)
(Likelihood) Tidak Berarti/ Kecil Sedang Besar Merusak/
Sangat Kecil Sangat Besar
(A) Sangat Sering H H E E E
(B) Sering M H E E E
(C) Cukup L M E E E
(D) Jarang L L M H E
(E) Sangat Jarang L L M H H
Sumber : AS/NZS 4360:1999 Risk Management

Keterangan :
E : Extreme risk, tidak dapat di toleransi perlu penanganan segera
H : High risk, tidak diinginkan dan hanya dapat diterima ketika pengurangan resiko tidak
dapat dilaksanakan, perlu perhatian khusus dari pihak manajemen.
M : Moderate risk, diterima dengan persetujuan dan memerlukan tanggung jawab yang
jelas dari manajemen.
L : Low risk, diterima dengan persetujuan oleh pihak manajemen dan dapat diatasi dengan
prosedur yang rutin.

243
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.4, Desember 2014 (239-256) ISSN: 2087-9334

Rumus perhitungan severity index berdasarkan 3) Perlindungan terhadap orang dan properti
Al-Hammad (2000). c. Mengalihkan resiko (Risk transfer)
∑ Pengalihan ini dilakukan untuk memindahkan
) resiko kepada pihak lain. Bentuk pengalihan

Dimana, resiko yang dimaksud adalah asuransi dengan
ai = Koefisien penilaian membayar premi.
xi = Frekuensi responden d. Menghindari resiko (Risk avoidance)
i = 0, 1, 2, 3, 4, ........, n Menghindari resiko sama dengan menolak
Berdasarkan Majid dan M. Cafeer (1997) untuk menerima resiko yang berarti menolak
penilaian probabilitas dikategorikan dalam 5 untuk menerima proyek tersebut.
kategori.
Kategori Nilai Lingkungan
Ilmu yang mempelajari lingkungan adalah
87,5% ≤ SI ≤ 100% Sangat Sering 5
ilmu lingkungan atau ekologi. Ilmu lingkungan
62,5% ≤ SI ≤ 87,5% Sering 4
adalah cabang dari ilmu biologi. Kerusakan pada
37,5% ≤ SI ≤ 62,5% Cukup 3
lingkungan hidup terjadi karena dua faktor baik
12,5% ≤ SI ≤ 37,5% Jarang 2 fator alami ataupun karena tangan-tangan jahil
0% ≤ SI ≤ 12,5% Sangat Jarang 1 manusia. Pentingnya lingkungan hidup yang
terawat terkadang dilupakan oleh manusia, dan
Penilaian dampak dikategorikan dalam 5 hal ini bisa menjadikan ekosistem serta
kategori. kehidupan yang tidak maksimal pada lingkungan
Kategori Nilai tersebut.
87,5% ≤ SI ≤ 100% Sangat Kecil 5
62,5% ≤ SI ≤ 87,5% Kecil 4 Dampak Lingkungan
37,5% ≤ SI ≤ 62,5% Sedang 3 Dampak lingkungan terjadi karena adanya
12,5% ≤ SI ≤ 37,5% Besar 2 suatu benturan atau tabrakan antara aktivitas
0% ≤ SI ≤ 12,5% Sangat Besar 1 manusia, karena adanya proyek dengan
lingkungan di tempat aktivitas manusia tersebut
Respon Resiko dilakukan.
Respon risiko adalah tindakan penanganan Menurut Suratmo, Gunawan (2009) dampak
yang dilakukan terhadap risiko yang mungkin lingkungan dapat dikelompokkan sebagai
terjadi. Risiko-risiko penting yang sudah berikut:
diketahui perlu ditindak lanjuti dengan respon a. Lingkungan fisika – kimia
yang dilakukan oleh kontraktor dalam menangani 1. Dampak kebisingan
risiko tersebut. 2. Dampak pada kualitas udara
Metode yang dipakai dalam menangani 3. Dampak pada kuantitas dan kualitas air
risiko (Flanagan & Norman, 1993): 4. Dampak pada iklim dan cuaca
a. Menahan resiko (Risk retention) 5. Dampak pada tanah
Merupakan bentuk penanganan resiko yang b. Lingkungan biologis
mana akan ditahan atau diambil sendiri oleh 1. Tanah pertanian
suatu pihak. Biasanya cara ini dilakukan 2. Produksi ternak
apabila resiko yang dihadapi tidak 3. Daya dukung tanah dan air
mendatangkan kerugian yang terlalu besar 4. Populasi endemic flora dan fauna
atau kemungkinan terjadinya kerugian itu 5. Tempat bersarang satwa liar
kecil, atau biaya yang dikeluarkan untuk 6. Species yang terancam punah
menanggulangi resiko tersebut tidak terlalu 7. Suaka margasatwa
besar dibandingkan dengan manfaat yang 8. Binatang migrasi
akan diperoleh. 9. Luas area hutan
b. Mengurangi resiko (Risk reduction) 10. Areal rumput
Tindakan untuk mengurangi resiko yang 11. Perubahan tanah pertanian
kemungkinan akan terjadi dengan cara: 12. Jumlah panenan
1) Pendidikan dan pelatihan bagi para tenaga 13. Pencemaran udara
kerja dalam menghadapi resiko 14. Kebisingan
2) Perlindungan terhadap kemungkinan 15. Pencemaran biota air
kehilangan

244
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.4, Desember 2014 (239-256) ISSN: 2087-9334

c. Lingkungan sosial–ekonomi h. Terdapat jangka waktu, biaya dan persyaratan


1. Pola perkembangan penduduk (jumlah, performance atau mutu yang pasti
umur, perbandingan kelamin, dan lain- i. Memiliki kadar resiko tinggi
lain) Kegiatan proyek berbeda dengan kegiatan
2. Pola perpindahan operasional. Perbedaan-perbedaan tersebut
3. Penyerapan tenaga kerja ditunjukkan pada Tabel 4.
4. Berkembangnya struktur ekonomi Barrie dan Paulson (1992) memberikan
5. Peningkatan pendapatan masyarakat deskripsi mengenai proyek konstruksi adalah
6. Perubahan lapangan pekerjaan proses di mana rencana/desain dan spesifikasi
7. Tataguna tanah dikonversikan menjadi struktur dan fasilitas fisik.
8. Presepsi masyarakat Proses konstruksi melibatkan organisasi dan
koordinasi seluruh sumberdaya proyek (tenaga
Proyek kerja, peralatan konstruksi, material permanen
Proyek adalah suatu kegiatan (sekuen) yang dan sementara, suplai dan fasilitas, uang,
unik, kompleks, dan seluruh aktivitas di teknologi dan metode, waktu) untuk
dalamnya memiliki satu tujuan, yang harus menyelesaikan proyek tepat waktu, tepat sesuai
diselesaikan tepat waktu, tepat sesuai anggaran, anggaran, serta sesuai dengan standar kualitas
dan sesuai dengan spesifikasi (Wysocki, Beck, dan kinerja yang dispesifikasikan oleh
dan Crane, 2000). Berdasarkan pengertian perencana.
tersebut dapat didefinisikan karakteristik utama Pemegang peranan utama pada proses
proyek adalah sebagai berikut: konstruksi adalah kontraktor dan sub-kontraktor
a. Memiliki satu sasaran yang jelas dan telah beserta tenaga kerjanya. Pihak lain yang terlibat
ditentukan yang menghasilkan lingkup antara lain arsitek/engineer sebagai penyelia/
(scope) tertentu berupa produk akhir. supervisor, pemasok/supplier material dan
b. Bersifat sementara dengan titik awal dan peralatan, konsultan, pemilik proyek, serta
akhir yang jelas (sekuen) penyedia jasa pengangkutan.
c. Biasanya terdiri atas aktivitas yang kompleks
dan saling terkait. Manajemen Proyek
d. Di dalamnya terdapat suatu tim yang Menurut Project Management Body of
memiliki banyak disiplin ilmu serta terdiri Knowledge (PM-BOK), Project Management
atas banyak departemen. Institute (PMI) manajemen proyek didefinisikan
e. Mengerjakan sesuatu yang belum pernah sebagai berikut (Soeharto, 2001): “Ilmu dan seni
dikerjakan sebelumnya (sekali lewat) atau yagn berkaitan dengan memimpin dan
memiliki sifat yang berubah / non-rutin (unik) mengkoordinasi sumberdaya yang terdiri atas
f. Jenis dan intensitas kegiatan cepat berubah manusia dan material dengan menggunakan
dalam kurun waktu yang relatif pendek teknik pengelolaan modern untuk mencapai
g. Peserta memiliki multisasaran yang seringkali sasaran yagn telah ditentukan, yaitu lingkup,
berbeda mutu, jadwal, dan biaya, serta memenuhi
keinginan para stakeholder.”

Tabel 4. Perbedaan Kegiatan Proyek dengan Kegiatan Operasional


Kegiatan Proyek Kegiatan Operasional
Bercorak dinamis, non-rutin Berulang-ulang, rutin
Siklus relatif pendek Berlangsung dalam jangka panjang
Intensitas kegiatan dalam periode siklus Intensitas kegiatan relatif sama
Proyek berubah-ubah naik-turun
Kegiatan harus diselesaikan berdasarkan Batasan anggaran dan jadwal tidak
jadwal dan anggaran yang telah ditentukan setajam proyek
Terdiri atas bermacam-macam kegiatan yang Macam kegiatan tidak terlalu banyak
memerlukan berbagai disiplin ilmu
Keperluan sumberdaya berubah, baik macam Macam dan volume keperluan
maupun volumenya sumberdaya relatif konstan
Sumber : Soeharto, 2001

245
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.4, Desember 2014 (239-256) ISSN: 2087-9334

Sasaran Proyek Hidup RI, 2007). SUTT digunakan untuk


Tiap proyek memiliki tujuan khusus di menyalurkan tenaga listrik dari pembangkit
mana dalam mencapainya ada batasan yang dalam skala besar ke gardu induk (GI), sehingga
harus dipenuhi, yaitu anggaran proyek yang listrik bisa didistribusikan ke beberapa titik yang
dialokasikan, jadwal pelaksanaan proyek, serta tidak memiliki sumber penghasil listrik.
mutu yang harus dipenuhi.Ketiga hal tersebut Sehingga manfaat listrik dapat dirasakan oleh
sering diasosiasikan sebagai sasaran proyek konsumen.
sebagai Biaya, Waktu, dan Mutu (Soeharto,
2001). Manajemen proyek dikatakan baik jika Tahap Pra Konstruksi
sasaran tersebut tercapai (Kerzner, 2001). Tahap pra konstruksi meliputi :
a. tahapan survei, meliputi pengukuran,
Manajemen Resiko Proyek pemasangan patok-patok, penyelidikan
Manajemen resiko merupakan alat yang tanah, dan lain-lain. Hasil survei akan
sangat bermanfaat bagi manajemen proyek dalam dipergunakan sebagai kajian desain untuk
mendukung pengendalian proyek untuk menentukan lokasi pendirian tower (Deputi
menghindari keadaan yang dapat mengarah ke Bidang Tata Lingkungan – Kementerian
cost over-runs, keterlambatan pencapaian jadwal, Negara Lingkungan Hidup. 2007).
atau tidak dapat memenuhi kinerja yang b. Pengadaan lahan untuk tapak tower
ditentukan (Soeharto, 2001). Webb (1994) c. Penyiapan tenaga kerja.
menyatakan bahwa menimimalkan resiko untuk
memperoleh pendapatan merupakan salah satu Tahap Konstruksi
tujuan proyek. Manajemen resiko pada proyek Tahap konstruksi dalam pembangunan
dapat memberikan kontrol lebih baik untuk masa SUTT meliputi :
yang akan datang dan secara signifikan a. Mobilisasi alat dan bahan, proses
memberikan peluang pencapaian sasaran proyek pengangkutan bahan-bahan/material yang
(waktu, anggaran, dan performance teknis) diperlukan untuk pembangunan pondasi
dengan lebih baik (Gray dan Larson, 2000). tapak menara, besi–baja menara, kawat
Manajemen resiko yang baik adalah penghantar, insulator, dan lain-lain.
proaktif, bukan reaktif, sehingga rencana b. Pembuatan pondasi menara
pengelolaan terhadap resiko harus dilakukan c. Pendirian menara, kegiatan pendirian
sesegera mungkin di awal proyek. Teknik-teknik menara ini mencakup pembersihan dan
dalam manajemen resiko mendukung manajemen perataan permukaan lahan. Pembersihan dan
proyek secara keseluruhan dan membantu teknik perataan lahan dilakukan secara manual
pengambilan keputusan dalam proyek. maupun dengan menggunakan alat berat bila
Manajemen resiko berkaitan dengan proses- diperlukan.
proses kunci dalam proyek, termasuk di d. Penarikan kawat penghantar (Stringing)
dalamnya manajemen proyek secara keseluruhan, dilakukan dengan menggunakan alat pulling
system engineering, biaya proyek, lingkup winches machine.
pekerjaan, mutu pekerjaan, dan jadwal e. Penyaluran tenaga listrik, pekerjaan ini
pelaksanaan proyek (Kerzner, 2001). Dalam biasa disebut dengan istilah energize.
manajemen proyek yang baik manajemen resiko
merupakan bagian dari manajemen proyek.
Untuk itu PMI dalam PM-BOK menyertakan METODOLOGI PENELITIAN
Komponen Pengendalian Resiko sebagai salah
satu dari delapan komponen Knowledge Area of Waktu dan Tempat Penelitian
Project Management. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di
lokasi proyek Pembangunan Saluran Udara
Pembangunan Saluran Udara Tegangan Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV Lopana-Teling
Tinggi (SUTT) di Tip 118-129. Waktu pelaksanaan mulai bulan
Saluran udara tegangan tinggi (SUTT) Juli 2013 sampai Januari 2014.
adalah suatu media untuk mentransmisikan
tenaga listrik menggunakan kawat telanjang di Konsep Penelitian
udara, memiliki tegangan antara 35 kV sampai Penelitian ini merupakan penelitian
dengan 245 kV (Deputi Bidang Tata deskriptif secara kualitatif dimana hasil
Lingkungan, Kementrian Negara Lingkungan penelitian bukan merupakan suatu penemuan

246
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.4, Desember 2014 (239-256) ISSN: 2087-9334

teori yang baru, melainkan hanya meng- pihak manajemen di lingkungan PT. PLN
gambarkan sifat suatu keadaan yang sementara (Persero) UPK 1 SULAMAPA dan observasi
terjadi. Dengan melakukan studi kasus mengenai langsung ke lapangan guna memperoleh data
resiko lingkungan terhadap aspek sosial yang yang tidak mungkin diperoleh melalui kuisioner.
sementara terjadi akibat adanya proyek
pembangunan SUTT 150 kV Lopana-Teling. Data Sekunder
Penelitian ini menggunakan metode wawancara Data sekunder diperoleh dari dokumen
dan brainstorming dengan pihak manajemen di AMDAL Proyek pembangunan SUTT 150 kV
lingkungan PT. PLN (Persero) UPK 1 Lopana-Teling dari PT. PLN (Persero) UPK 1
SULAMAPA sebagai data primer. SULAMAPA selaku penanggung jawab
pelaksana proyek. Dari data AMDAL Proyek
Data Primer Pembangunan SUTT 150 kV Lopana–Teling
Data primer diperoleh secara langsung dari diketahui isu pokok dan rona lingkungan awal
hasil wawancara dan brainstorming dengan dari proyek tersebut.

Diagram Alir Tahapan Penelitian

Latar Belakang

Studi Literatur

Identifikasi Resiko
(Kuisioner Pendahuluan)

Observasi Lapangan Wawancara

Analisis Resiko

Evaluasi Resiko

Respon Resiko

Kesimpulan dan Saran

Gambar 1. Bagan Alir Metodologi

247
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.4, Desember 2014 (239-256) ISSN: 2087-9334

Metode Pengolahan dan Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN


Sebelum melakukan pengolahan data,
terlebih dahulu dilakukan perhitungan persentase Data Penelitian
jawaban responden, terhadap pertanyaan Profil Responden
demografi dan pertanyaan perilaku, yang Dalam penelitian ini terdapat dua jenis data
disajikan dalam bentuk tabulasi sederhana. yang digunakan, yaitu data primer dan data
Untuk mengetahui urutan faktor-faktor yang sekunder. Data primer diperoleh dari hasil
dipertimbangkan oleh konsumen, dilakukan wawancara dan pembagian kuisioner kepada
perhitungan nilai respon. Sedangkan untuk responden. Ada dua kelompok responden yang
mengetahui hubungan antar faktor-faktor digunakan dalam penelitian ini, yaitu kelompok
tersebut, dilakukan pengolahan data dengan tenaga ahli dan kelompok masyarakat yang
menggunakan analisis faktor dengan metode wilayahnya terlintasi jalur SUTT 150 kV
ekstraksi komponen utama (principal Lopana-Teling.
component).
Pengolahan data menggunakan Statistical Profil Proyek
Package for Sosial Science (SPSS) 21.0 for Proyek Pembangunan SUTT 150 kV
Windows, dan Microsoft Office Excel 2007. Lopana-Teling merupakan pembangunan
transmisi listrik sebagai sarana penyalur tenaga
listrik di daerah Amurang–Manado. Daerah-
Tabel 5. Populasi Penelitian daerah yang dilalui oleh pembangunan SUTT
No. Desa/Kelurahan Kecamatan Kabupaten 150 kV Lopana-Teling meliputi daerah
1 Lopana pemukiman, pekarangan, dan pertanian milik
2 Tumpaan penduduk serta melewati beberapa lokasi tanah
3 Tumpaan I milik PT. Perhutani.
4 Tumpaan II Pembangunan SUTT 150 kV Lopana-Teling
5 Tumpaan Baru Tumpaan menempati lahan untuk tapak tower dan ruang
6 Matani aman (koridor) selebar 19 m (Sesuai dengan SNI
7 Popontolen Minahasa 04-6918-2002) dengan rute sepanjang ± 50,3 km
8 Lelema Selatan dan jumlah tower 151 buah.
9 Munte
10 Senduk Rona Lingkungan
11 Ranowangko Pada bagian ini dijelaskan mengenai kondisi
12 Sarani Matani Tombariri lingkungan disekitar jalur transmisi SUTT 150
13 Tambala kV Lopana-Teling.
14 Mokupa a. Kondisi Topografi
15 Koha Barat SUTT 150 kV dengan ruang koridor selebar 2
16 Koha Induk x 9,5 m dan rute sepanjang ± 50,3 km yang
17 Tateli Induk
terdiri dari sawah (9%), perkebunan (51%),
18 Tateli I Mandolang
hutan (10%), pekarangan (10%), pemukiman
19 Tateli II
20 Kalasey I Minahasa
(20%).
21 Kalasey II Induk b. Kondisi Sosial Ekonomi
22 Sea II Pada umumnya penduduk wilayah yang
23 Sea Induk terlintasi SUTT adalah bekerja disektor
24 Pineleng I Pineleng pertanian.Selain itu sebagian penduduk juga
Timur bekerja sebagai buruh industri, PNS, dan
25 Pineleng Induk pedagang.
26 Koka Minahasa
Tombuluan
Induk Dampak Lingkungan yang akan Terjadi
27 Malalayang Manfaat dari pembangunan Jaringan
Malalayang
Timur Kota Transmisi 150 kV Lopana-Teling sangat besar
28 Bumi Nyiur Manado bagi Provinsi Sulawesi Utara pada umumnya dan
Wanea
29 Teling Kabupaten Minahasa serta Kota Manado pada
Sumber: Data survey khususnya, serta kegunaannya bagi pengem-
bangan jaringan interkoneksi pelistrikan di

248
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.4, Desember 2014 (239-256) ISSN: 2087-9334

Provinsi Sulawesi Utara dan sekitarnya. Tanpa 6. Menggunakan peralatan yang tidak
SUTT sistem untuk mengalirkan dan sesuai spesifikasi
menyalurkan listrik akan terhambat, yang pada 7. Keterlambatan mobilisasi peralatan
akhirnya akan menghambat setiap aktivitas yang 8. Kenaikan harga sewa peralatan
dapat berimbas pada penurunan investasi, c. Material/logistik
pengembangan infrastruktur, dan penurunan 1. Kenaikan harga material
kesejahteraan masyarakat. 2. Keterlambatan pengiriman material
Namun demikian, tidak dapat dipungkiri 3. Pencurian material
bahwa pengembangan SUTT berpotensi 4. Material yang dikirim tidak sesuai
menimbulkan beberapa dampak terhadap spesifikasi teknis
lingkungan disekitarnya. Potensi-potensi dampak 5. Waste material (kelebihan pengguanaan
tersebut adalah potensi dampak yang muncul material)
pada tahap pra konstruksi, konstruksi dan 6. Kerusakan material karena tidak
operasi. tersimapan dalam gudang
Lokasi pemantauan lingkungan hidup untuk d. Lingkungan
kegiatan konstruksi T/L 150 kV Lopana-Teling 1. Protes masyarakat
mengacu dibeberapa titik yang telah ditentukan e. Design
sebelumnya pada studi AMDAL (PT. PLN 1. Kesalahan design dari konsultan design
(Persero) UPK 1 SULAMAPA: Laporan 2. Pengukuran dan penyelidikan tanah
Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan 3. Perubahan design dan lingkup pekerjaan
Lingkungan Tahap Konstruksi T/L 150 kV 4. Pemilihan metode pelaksanaan
Lopana-Teling di Sulawesi Utara, 2009). f. Kebijakan pemerintah
1. Perubahan kebijakan politik pemerintah
Identifikasi Faktor-Faktor Resiko 2. Ketidakstabilan moneter
a. Sumber daya manusia/tenaga kerja 3. Keterlambatan perijinan
1. Pekerja yang tidak terlatih/ terampil
2. Pemogokan dan perselisihan pekerja saat Klasifikasi Resiko
pelaksanaan pekerjaan Pengumpulan data dilakukan dengan cara
3. Penggunaan tenaga kerja luar daerah saat membagikan kuesioner kepada kelompok
pelaksanaan pekerjaan responden. Terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat
4. Keributan dan perkelahian saat dan staf teknik PT. PLN (Persero) Unit pelaksana
pelaksanaan pekerjaan Konstruksi I SULAMAPA selaku pelaksana
5. Judi di lapangan saat pelaksanaan proyek.
pekerjaan Data yang diperoleh diolah menggunakan
6. Mangkir dari kerja saat pelaksanaan program SPSS. Sebelum diolah lebih lanjut,
pekerjaan maka terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan
7. Mabuk saat pelaksanaan pekerjaan uji reliabilitas terhadap data hasil kuesioner.
8. Tidak mengerti gambar / bestek saat Apabila nilai rhitung (dalam output SPSS
pelaksanaan pekerjaan dinotasikan sebagai corrected item – total
9. Masalah komunikasi saat pelaksanaan correction) hasilnya positif dan rhitung> rtabel, maka
pekerjaan variabel tersebut adalah valid.Apabila rhitung< rtabel
10. Kecelakaan saat pelaksanaan pekerjaan maka variabel tersebut tidak valid. Variabel yang
akibat kecerobohan tenaga kerja tidak valid akan dikeluarkan dan untuk variabel
b. Peralatan yang valid akan diteruskan oke tahap pengujian
1. Kekurangan peralatan untuk reliabilitas. Untuk N = 33 dan taraf pengujian 5%
melaksanakan pekerjaan maka rtabel = 0,497.
2. Kabel sling putus saat pelaksanaan Uji reliabilitas dilakukan dengan
pekerjaan menggunakan koefisien α (alpha cronbach).
3. Crane amblas saat pelaksanaan Apabila α positif dan > rtabel maka variabel
pekerjaan tersebut reliabel.
4. Diesel hammer terpental dari hammer Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat
saat pelaksanaan pekerjaan dilihat pada lampiran. Dari data diperoleh bahwa
5. Kejatuhan benda dari atas saat semua variabel adalah reliabel yakni r Aplha> rtabel.
pelaksanaan pekerjaan Namun, ada variabel yang tidak valid. Variabel

249
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.4, Desember 2014 (239-256) ISSN: 2087-9334

yang tidak valid ini dikeluarkan dan tidak yang paling dominan untuk keseluruhan faktor
dipergunakan pada analisis selanjutnya. dengan besar pengaruh sebesar 42,14%.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dengan Komponen 2, merupakan komponen kedua
Komponen Utama dengan program SPSS, maka yang paling berpengaruh dengan eigenvalue
terbentuk 4 komponen utama. Jumlah komponen 4,941 dan terdiri atas variabel-variabel:
yang terbentuk diketahui melalui angka Initial a. Kenaikan harga sewa peralatan
Eigenvalues. Angka-angka Initial Eigenvalues b. Kerusakan material karena tidak tersimpan
menunjukkan kepentingan faktor masing-masing dalam gudang
variabel dalam menghitung varians keseluruhan c. Keterlambatan pengiriman material
variabel yang dianalisis. Component d. Kenaikan harga material
menunjukkan jumlah faktor atau jumlah variabel. e. Waste material (kelebihan penggunaan
Jumlah faktor yang terbentuk yang dilihat pada material)
angka initial eigenvalues yang sama dengan atau f. Material yang dikirim tidak sesuai spesifikasi
lebih besar dari 1 (λ ≥ 1). teknis
Pada hasil analisis dengan SPSS Berdasarkan variabel-variabel yang mengelom-
berdasarkan kemungkinan terjadinya kejadian pok pada komponen 2, maka dapat dinamakan
terlihat komponen utama yang terbentuk sampai aspek Persediaan Peralatan dan Material. Aspek
dengan komponen ke 7. Disimpulkan bahwa 7 ini memiliki pengaruh sebesar 18,41%.
komponen utama pertama telah mampu Komponen 3, merupakan komponen ketiga
menerangkan keragaman data sebesar persentase yang paling berpengaruh dengan eigenvalue
kumulatif yaitu 83,79%. Kemudian diperoleh 2,826 dan terdiri atas variabel-variabel:
variabel-variabel yang mengelompok a. Crane amblas saat pelaksanaan pekerjaan
membentuk sebuah faktor. b. Kabel sling putus saat pelaksanaan pekerjaan
Tabel component matrix menunjukkan c. Diesel hammer terpental dari hammer saat
distribusi variabel pada 7 faktor yang terbentuk, pelaksanaan pekerjaan
namun hasil dari matriks ini perlu dilakukan d. Kejatuhan benda dari atas saat pelaksanaan
proses rotasi terlebih dahulu untuk memperjelas pekerjaan
variabel yang masuk ke dalam faktor tertentu. Berdasarkan variabel-variabel yang mengelom-
Dalam matrix, angka-angka yang tertera pada pok pada komponen 3, maka dapat dinamakan
tiap kolom disebut loading factor yang terbentuk. aspek Kecelakaan Tak Terkontrol. Aspek ini
Masing-masing variabel dikelompokkan ke memiliki pengaruh sebesar 10,53%.
dalam faktor menurut angka factor loading Komponen 4, merupakan komponen kelima
terbesarnya. yang paling berpengaruh dengan eigenvalue
Setelah masing-masing variabel tersebut 2,156 dan terdiri atas variabel-variabel:
dikelompokkan ke dalam komponen (faktor) a. Pemogokan dan peselisihan pekerja saat
berdasarkan angka loading factor terbesarnya, pelaksanaan pekerjaan
sehingga didapat hasil akhir sebagai berikut: b. Penggunaan tenaga kerja luar daerah saat
Komponen 1, komponen ini merupakan pelaksanaan pekerjaan
komponen yang paling berpengaruh diantara c. Pekerja yang tidak terlatih/terampil
komponen-komponen lainnya. Hal ini Berdasarkan variabel-variabel yang mengelom-
ditunjukkan dengan eigenvalue komponen ini pok pada komponen 4, maka dapat dinamakan
merupakan yang tertinggi yaitu 11,31. aspek Tenaga Kerja. Aspek ini memiliki
Komponen (faktor) 1 ini terdiri dari variabel- pengaruh sebesar 8,03%.
variabel: Komponen 5, merupakan komponen kelima
a. Pengukuran dan penyelidikan tanah yang paling berpengaruh dengan eigenvalue
b. Pemilihan metode pelaksanaan pekerjaan 1,785 dan terdiri atas variabel-variabel:
c. Ketidakstabilan moneter a. Kecelakaan saat pelaksanaan pekerjaan akibat
d. Perubahan kebijakan politik pemerintah kecerobohan tenaga kerja
e. Keterlambatan perijinan b. Kekurangan peralatan untuk melaksanakan
f. Kesalahan design dari konsultan design pekerjaan
g. Perubahan design dan lingkup pekerjaan Berdasarkan variabel-variabel yang mengelom-
Berdasarkan variabel-variabel yang mengelom- pok pada komponen 5, maka dapat dinamakan
pok pada komponen 1, maka dapat dinamakan aspek kecelakaan kerja yang terkontrol. Aspek
aspek perencanaan. Aspek ini merupakan aspek ini memiliki pengaruh sebesar 6,65%.

250
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.4, Desember 2014 (239-256) ISSN: 2087-9334

Komponen 6, merupakan komponen Komponen 2, merupakan komponen kedua


keenam yang paling berpengaruh dengan yang paling berpengaruh dengan eigenvalue
eigenvalue 1,462 dan terdiri atas variabel- 5,748 dan terdiri atas variabel-variabel :
variabel: a. Kenaikan harga sewa peralatan
a. Tidak mengerti gambar/bestek saat pelak- b. Kerusakan material karena tidak tersimpan
sanaan pekerjaan dalam gudang
Berdasarkan variabel-variabel yang mengelom- c. Keterlambatan pengiriman material
pok pada komponen 6, maka dapat dinamakan d. Kenaikan harga material
aspek ketidak-pahaman desain. Aspek ini Berdasarkan variabel-variabel yang mengelom-
memiliki pengaruh sebesar 5,45%. pok pada komponen 2, maka dapat dinamakan
Komponen 7, merupakan komponen ketujuh aspek persediaan peralatan dan material. Aspek
yang paling berpengaruh dengan eigenvalue ini memiliki pengaruh sebesar 21,87%.
1,222 dan terdiri atas variabel-variabel: Komponen 3, merupakan komponen ketiga
a. Protes Masyarakat yang paling berpengaruh dengan eigenvalue
Berdasarkan variabel-variabel yang mengelom- 3,676 dan terdiri atas variabel-variabel:
pok pada komponen 7, maka dapat dinamakan a. Crane amblas saat pelaksanaan pekerjaan
aspek lingkungan. Aspek ini memiliki pengaruh b. Kabel sling putus saat pelaksanaan pekerjaan
sebesar 4,55 %. c. Diesel hammer terpental dari hammer saat
Berdasarkan besarnya kerugian yang pelaksanaan pekerjaan
diderita atau konsekuensi yang didapat, terlihat d. Kejatuhan benda dari atas saat pelaksanaan
komponen utama yang terbentuk sampai dengan pekerjaan
komponen ke 7, sehingga disimpulkan bahwa 7 Berdasarkan variabel-variabel yang mengelom-
komponen utama pertama telah mampu pok pada komponen 3, maka dapat dinamakan
menerangkan keragaman data sebesar persentase aspek kecelakaan tak terkontrol. Aspek ini
kumulatif 80,32%. Kemudian diperoleh variabel- memiliki pengaruh sebesar 13,40%.
variabel yang mengelompok membentuk sebuah Komponen 4, merupakan komponen
faktor. Tabel component matrix menunjukkan keempat yang paling berpengaruh dengan
distribusi variabel pada 7 faktor yang terbentuk, eigenvalue 2,361 dan terdiri atas variabel-
namun hasil dari matriks ini perlu dilakukan variabel:
proses rotasi terlebih dahulu untuk memperjelas a. Pekerja yang tidak terlatih/terampil
variabel yang masuk ke dalam faktor tertentu. b. Penggunaan tenaga kerja luar daerah saat
Setelah masing-masing variabel tersebut pelaksanaan pekerjaan
dikelompokkan kedalam komponen (faktor) Berdasarkan variabel-variabel yang mengelom-
berdasarkan angka loading factor terbesarnya, pok pada komponen 4, maka dapat dinamakan
didapat hasil akhir sebagai berikut: aspek tenaga kerja. Aspek ini memiliki pengaruh
Komponen 1, komponen ini merupakan sebesar 8,99%.
komponen yang paling berpengaruh diantara Komponen 5, merupakan komponen kelima
komponen-komponen lainnya. Hal ini yang paling berpengaruh dengan eigenvalue
ditunjukkan dengan eigenvalue komponen ini 1,791 dan terdiri atas variabel-variabel:
merupakan yang tertinggi yaitu 8,698. a. Tidak mengerti gambar/bestek saat pelak-
Komponen (faktor) 1 ini terdiri atas variabel- sanaan pekerjaan
variabel : Berdasarkan variabel-variabel yang mengelom-
a. Pemilihan metode pelaksanaan pekerjaan pok pada komponen 5, maka dapat dinamakan
b. Perubahan kebijakan politik pemerintah ketidak-pahaman desain. Aspek ini memiliki
c. Perubahan design dan lingkup pekerjaan pengaruh sebesar 6,82%.
d. Ketidakstabilan moneter Komponen 6, merupakan komponen
e. Kesalahan material karena tidak tersimpan keenam yang paling berpengaruh dengan
dalam gudang eigenvalue 1,564 dan terdiri atas variabel-
f. Pengukuran dan penyelidikan tanah variabel:
Berdasarkan variabel-variabel yang mengelom- a. Kekurangan peralatan untuk melaksanakan
pok pada komponen 1, maka dapat dinamakan pekerjaan
aspek perencanaan. Aspek ini merupakan aspek b. Kecelakaan saat pelaksanaan pekerjaan akibat
yang paling dominan untuk keseluruhan faktor kecerobohan tenaga kerja
dengan besar pengaruh sebesar 33,10%. Berdasarkan variabel-variabel yang mengelom-
pok pada komponen 6, maka dapat dinamakan

251
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.4, Desember 2014 (239-256) ISSN: 2087-9334

aspek kecelakaan kerja yang terkontrol. Aspek Evaluasi Resiko


ini memiliki pengaruh sebesar 5,95%. Dari hasil analisis resiko dapat diketahui
Komponen 7, merupakan komponen ketujuh nilai probabilitas dan dampak, selanjutnya adalah
yang paling berpengaruh dengan eigenvalue melakukan pemetaan resiko dengan matriks
1,246 dan terdiri atas variabel-variabel: resiko, seperti pada Tabel 8.
a. Protes Masyarakat Untuk mendapatkan nilai resiko dilakukan
Berdasarkan variabel-variabel yang mengelom- perhitungan menggunakan rumus Nilai Resiko =
pok pada komponen 7, maka dapat dinamakan Nilai Probabilitas x Nilai Dampak.
aspek lingkungan. Aspek ini memiliki pengaruh
sebesar 4,74%. Pembahasan
Hasil klasifikasi resiko berdasarkan Lima langkah dasar yang berhubungan
kemungkinan terjadinya kejadian, dapat dilihat dengan penanganan terhadap resiko dapat dilihat
pada Tabel 6. Sedang hasil klasifikasi resiko pada Tabel 10. Strategi penanganan resiko dapat
berdasarkan konsekuensi atau kerugian dapat ditabelkan seperti pada Tabel 11.
dilihat pada Tabel 7 berikut.

Tabel 6. Klasifikasi Resiko Berdasarkan Kemungkinan Terjadinya Kejadian


Total
Aspek Variabel Keragaman
(%)
Ketidakstabilan moneter
Pemilihan Metode Pelaksanaan
Teknis Perubahan Kebijakan politik pemerintah
Pengurusan Keterlambatan perijinan 34,53
Proyek Pengukuran dan Penyelidikan Tanah
Kesalahan Design dari Konsultan Design
Perubahan Design dan Lingkup pekerjaan
Diesel hammer terpental dari hammer saat pelaksanaan
pekerjaan
Kecelakaan
Crane amblas saat pelaksanaan pekerjaan
Kerja Tak 14,74
Kabel Sling putus saat pelaksanaan pekerjaan
Terduga
Menggunakan Peralatan yang tidak sesuai spesifikasi
Kejatuhan benda dari atas saat pelaksanaan pekerjaan
Lingkungan Protes masyarakat 14,25
Keterlambatan Mobilisasi Peralatan
Penyesuaian Kenaikan Harga sewa peralatan
12,37
Dalam Proyek Kenaikan Harga Material
Keterlambatan pengiriman Material
Pemogokan dan perselisihan pekerja saat pelaksanaan
pekerjaan
Permasalahan
Penggunaan tenaga kerja luar daerah saat pelaksanaan 10,57
Tenaga Kerja
pekerjaan
Pekerja yang tidak terlatih/Terampil
Kecelakaan saat pelaksanaan pekerjaan akibat kecerobohan
Kecelakaan
Tenaga Kerja
Kerja Yang 7,21
Masalah komunikasi saat pelaksanaan pekerjaan
Diperkirakan
Kekurangan peralatan untuk melaksanakan pekerjaan
Penggunaan Waste material (Kelebihan penggunaan Material)
6,35
Material
Sumber: Pengolahan Data

252
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.4, Desember 2014 (239-256) ISSN: 2087-9334

Tabel 7. Klasifikasi Resiko Berdasarkan pada Analisis Konsekuensi


Total
Aspek Variabel Keragaman
(%)
Ketidakstabilan moneter
Pemilihan Metode Pelaksanaan
Teknis Perubahan Kebijakan politik pemerintah
Pengurusan Keterlambatan perijinan 44,01
Proyek Pengukuran dan Penyelidikan Tanah
Kesalahan Design dari Konsultan Design
Perubahan Design dan Lingkup pekerjaan
Diesel hammer terpental dari hammer saat pelaksanaan
pekerjaan
Kecelakaan
Crane amblas saat pelaksanaan pekerjaan
Kerja Tak 19,23
Kabel Sling putus saat pelaksanaan pekerjaan
Terduga
Menggunakan Peralatan yang tidak sesuai spesifikasi
Kejatuhan benda dari atas saat pelaksanaan pekerjaan
Lingkungan Protes masyarakat 10,10
Keterlambatan Mobilisasi Peralatan
Penyesuaian Kenaikan Harga sewa peralatan
8,39
Dalam Proyek Kenaikan Harga Material
Keterlambatan pengiriman Material
Pemogokan dan perselisihan pekerja saat pelaksanaan
pekerjaan
Permasalahan
Penggunaan tenaga kerja luar daerah saat pelaksanaan 6,95
Tenaga Kerja
pekerjaan
Pekerja yang tidak terlatih/ Terampil
Kecelakaan saat pelaksanaan pekerjaan akibat kecerobohan
Kecelakaan
Tenaga Kerja
Kerja Yang 5,69
Masalah komunikasi saat pelaksanaan pekerjaan
Diperkirakan
Kekurangan peralatan untuk melaksanakan pekerjaan
Penggunaan Waste material (Kelebihan pengguanaan Material)
4,75
Material
Sumber: Pengolahan Data

Tabel 8. Matriks Resiko Proyek Pembangunan SUTT 150 kVLopana – Teling


Dampak (Consequences)
Probabilitas (1) (2) (3) (4) (5)
(Likelihood) Tidak Berarti/ Kecil Sedang Besar Merusak/
Sangat Kecil Sangat Besar
(A) Sangat Sering H H E E E
(B) Sering M H H E E
(C) Cukup L M H E E
(D) Jarang L L M H E
(E) Sangat Jarang L L M H H
Sumber: AS/NZS 4360:1999 Risk Management

253
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.4, Desember 2014 (239-256) ISSN: 2087-9334

Tabel 9. Ranking Resiko


Aspek Nilai Nilai Nilai Ranking
Probabilitas Dampak Resiko
Teknis Pengurusan Proyek 4 4 16 High Risk
Kecelakaan Kerja Tak Terduga 3 4 12 Significant Risk
Lingkungan 4 3 12 Significant Risk
Penyesuaian Dalam Proyek 4 3 12 Significant Risk
Permasalahan Tenaga Kerja 3 3 9 Low Risk
Kecelakaan Kerja Yang 3 2 6 Low Risk
Diperkirakan
Penggunaan Material 2 3 6 Low Risk
Sumber : Pengolahan Data

Tabel 10. Penanganan Resiko


Strategi Keterangan
Menghindar/menolak Tidak mengambil resiko
Mengurangi Mengurangi kemungkinan terjadinya resiko
Mendanai/menerima Mendanai resiko sekiranya terjadi
Menanggulangi Meminimalkan akibat dari resiko
Mengalihkan Mengalihkan resiko ke pihak lain
Sumber : Pengolahan Data

Tabel 11. Strategi Penanganan Aspek-Aspek Resiko


Aspek Respon Strategi
Melakukan koordinasi terlebih dahulu Menanggulangi Resiko
Teknis pengurusan
dengan pihak pemerintah setempat dan PT. Mengurangi Kemungkinan
proyek
PLN Persero selaku pemrakarsa proyek Resiko
Penyesuaian dalam Melakukan koordinasi dengan para tenaga
Menanggulangi Resiko
proyek ahli dan tenaga terampil.
Diadakan pendidikan dan pelatihan K3,
Kecelakaan kerja tak
serta melakukan koordinasi dengan para Mengurangi Resiko
terduga
tenaga ahli dan tenaga terampil.
Diadakan pendidikan dan pelatihan untuk
para pekerja dari luar daerah, pekerja
Permasalahan tenaga penduduk setempat yang dilalui jaringan
Mengalihkan Resiko
kerja T/L 150 kV Lopana-Teling, dan mengikut
sertakan para tenaga ahli dan tenaga
terampil di dalam lokasi proyek.
Meningkatkan peralatan dan kelengkapan
K3, mengikuti pendidikan dan pelatihan
Kecelakaan kerja yang
mengenai K3, serta mengikut sertakan Mengurangi Resiko
dapat diperkirakan
warga sekitar proyek dalam proses
pembangunan.
Melakukan berbagai pendekatan-
pendekatan sosial kepada pemerintah
setempat, tokoh masyarakat, tokoh agama
Lingkungan Mengalihkan Resiko
yang berada di lingkungan proyek, serta
memberikan sosialisasi kepada masyarakat
mengenai keamanan SUTT tersebut.
Melakukan koordinasi dengan para tenaga
Penggunaan material Mengurangi Resiko
ahli dan tenaga terampil.
Sumber : Pengolahan Data

254
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.4, Desember 2014 (239-256) ISSN: 2087-9334

PENUTUP 2. Penerapan manajemen resiko dibidang


manajemen proyek pada umumnya dan
Kesimpulan pelaksanaan pembangunan menara khusunya
Berdasarkan hasil penelitian yang telah masih merupakan bidang baru, karena itu
dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai disarankan adanya penelitian terpadu secara
berikut : bersama antara praktisi, universitas, lembaga
1. Analisis kejadian dan konsekuensi pada penelitian dan pihak pengelolah proyek agar
penelitian ini membagi menjadi 7 aspek penerapan manajemen resiko dapat menjadi
penting, yaitu aspek teknis pengurusan bagian dari prosedur dalam perencanaan
proyek, aspek kecelakaan kerja tak terduga, kerja/ metodologi pelaksanaan pembangunan
aspek lingkungan, aspek penyesuaian dalam menara.
proyek, aspek permasalahan tenaga kerja, 3. Untuk instansi terkait perlu melakukan
aspek kecelakaan kerja yang diperkirakan, pelatihan-pelatihan khusus untuk penerapan
aspek penggunaan material. manajemen resiko pada proyek.
2. Klasifikasi resiko berdasarkan ranking, yaitu:
high risk terdiri dari aspek teknis pengurusan
proyek; significant risk terdiri atas aspek DAFTAR PUSTAKA
kecelakaan tak terduga, aspek lingkungan,
aspek penyesuaian dalam proyek; dan low Akintoye and Macleod, M. J., 1997. Risk
risk terdiri dari aspek permasalahan tenaga analysis and Management in Construction,
kerja, aspek kecelakaan kerja yang International Journal of Project
diperkirakan, aspek penggunaan material. Management, Vol. 15, No. 1, hal. 31 – 38.
3. Respon penanganan resiko terhadap 7 aspek
yang dominan adalah: Al-Bahar, J. F. and Crandall, K. C., 1990.
a. Melakukan koordinasi terlebih dahulu Systematic Risk Management Approach
dengan pihak pemerintah setempat dan PT. for Construction Projects, Journal of
PLN Persero selaku pemrakarsa proyek Construction Engineering and
b. Diadakan pendidikan dan pelatihan K3, Management, Vol. 116, No. 3, hal. 553 –
serta melakukan koordinasi dengan para 546.
tenaga ahli dan tenaga terampil.
c. Diadakan pendidikan dan pelatihan untuk Al-Hammad, 2000. Common Interface Problems
para pekerja dari luar daerah, pekerja Amongs Various Construction Parties.
penduduk setempat yang dilalui jaringan Journal of performance of constructed
T/L 150 kV Lopana-Teling, dan mengikut facilities, ASCE.
sertakan para tenaga ahli dan tenaga Anonimous, 1995. Australian / New Zealand
terampil di dalam lokasi proyek. Standard Risk Management. Standards
d. Meningkatkan peralatan dan kelengkapan Association of Australia.
K3, mengikuti pendidikan dan pelatihan
mengenai K3, serta mengikut sertakan Anonimous, 2008. A Guide to the project
warga sekitar proyek dalam proses Management Body of Knowledge
pembangunan. (PMBOK Guide). Fourth Edition. Project
e. Melakukan berbagai pendekatan sosial Management Institute. Pennsylvania.
kepada pemerintah setempat, tokoh
masyarakat, tokoh agama yang berada di APM, 1997. Project Risk Analysis and
lingkungan proyek, serta memberikan Management, APM Group Limited,
sosialisasi kepada masyarakat mengenai Norwich Norfolk.
keamanan SUTT tersebut.
AS/NZS, 1999. Guidelines for Managing Risk:
Saran In the Australian and New Zealand Public
1. Direkomendasikan agar manajemen resiko Sector, Standards Association of Australia.
sesuai standar/prosedur yang baku diterapkan
Aslimeri, dkk. 2008. Teknik Transmisi Tenaga
pada semua instansi yang terkait di Provinsi
Listrik. Direktorat Pembinaan Sekolah
Sulawesi Utara khususnya pada pelaksanaan
Menengah Kejuruan. Jakarta.
proyek pembangunan SUTT 150 kV Lopana
Teling di Sulawesi Utara.

255
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.4, Desember 2014 (239-256) ISSN: 2087-9334

Australian Standard/ New Zealand Standard and Controling, John Wiley & Sons, Inc.
4360 : 1999. Risk Management. USA.

Chapman, R. J., 1998. The controlling influences Latupeirissa, J. E., P. F. Marzuki dan R. D.
on effective risk identification and Wirahadikusumah. 2005. Manajemen
assessment for construction design Resiko dalam Proyek Konstruksi
management, International Journal of Berdasarkan Perspektif Kontraktor.
Project Management, Vol. 16, No. 6, hal. Prosiding Seminar Peringatan 25 Tahun
333-343. Pendidikan MRK di Indonesia

Cooper, D., Grey, S. and Raymond, G., 2005. Majid M. Z. A., McCaffer, R., 1997. Factors of
Project Risk Management. Non Excusable Delays That Influence
Contractor’s Performance”, Journal of
Faizal & Arif. 2009. Estimating Contigency Cost Construction Engineering and Manage-
in Construction by Contractors. Departe- ment, Vol 14, No.3, hal, 42 – 60.
ment of Civil Engineering, University
Technology of Petronas. Malaysia. Majid, M. Z. A., McCaffer, R., 1997. Discussion
Assessment of Work Performance of
Flanagan, R. and Norman, G., 1993. Risk Maintenance Contractors in Saudi Arabia.
Management and Construction, Blackwell Journal of Management in Engineering,
Science, Australia. ASCE.
Flanagan, R., Norman, G, 1993, Risk Manage- Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
ment and Construction, Blackwell Science, Nomor : 11 Tahun 2006. Jenis Rencana
London. Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib
Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai
Gunawan, F., 2009. Analisis Mengenai Dampak Dampak Lingkungan Hidup.
Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press. Riduwan, 2010. Metode & Teknik Penyusunan
Tesis. Alfa Beta Bandung.
Hair, J, R. Jr., W. C. Black, B. C. Babin and R.
E. Anderson., 2010. Multivariate Data Santoso, I., 1999. Analisa Overruns Biaya pada
Analysis Seventh Edition. Pearson Prentice Beberapa Tipe Proyek Konstruksi.
Hall. New Jersey. Dimensi Teknik Sipil. Volume 1, No. 1.
Hal 40-48.
Heryanto, I., Triwibowo, T., 2009. Manajemen
Proyek Berbasis Teknologi Informasi. Siahaan, H., 2007. Manajemen Resiko, Konsep,
Informatika. Bandung. Kasus dan Implementasi. Penerbit Elex
Media Komputindo. Jakarta
ICE and FIA, 1998. RAMP : Risk Analysis and
Management for Project, Thomas Telford, Tarore, H., 2010. Manajemen Konstruksi.
London. Gapeksindo, Jakarta.
Kezner. H., 2009. Project Management: A
System Approach to Planning Scheduling

256

You might also like