You are on page 1of 7

ESOFAGITIS KOROSIF

Pembimbing:

dr. Hj. Mariana H. Yunizaf, Sp. THT-KL (K)

Disusun Oleh:

Ayu Devita Ashari

2013730128

KEPANITERAAN KLINIK STASE ILMU PENYAKIT THT


RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2018
ESOFAGITIS KOROSIF

A. Esofagitis Korosif
Esofagitis korosif ialah peradangan di esophagus yang disebabkan oleh luka
bakar karena zat kimia yang bersifat korosif misalnya asam kuat, basa kuat dan
zat organic. Zat kima yang tertelan dapat bersifat toksik atau korosif.

Zat kimia yang bersifat korosif akan menimbulkan kerusakan pada saluran
yang dilaluinya, sedangkan zat kimia yang bersifat toksik hanya menimbulkan
gejala keracunan bila telah diserap oleh darah.

B. Patologi
Basa kuat menyebabakan terjadinya nekrosis mencair (liquifatum necrosis).
Secara histologik dinding esophagus sampai lapisan otot seolah-olah mencair.
Asam kuat yang tertelan akan menyebabkan nekrosis menggumpal (koagulation
necrosis). Secara histologik dinding esofagus sampai lapisan otot seolah-olah
menggumpal.

Zat organic misalnya lisol dan karbol biasanya tidak disebabkan kelainan
yang hebat, hanya terjadi edema di mukosa atau submukosa. Asam kuat
menyebabkan kerusakan pada lambung lebih berat disbanding kerusakan di
esophagus, sedangkan basa kuat menimbulkan kerusakan di esophagus lebih berat
dari pada lambung.

C. Gambaran klinik
Keluhan dan gejala yang timbul akibat tertelan zat korosif tergantung pada
jenis zat korosif, konsentrasi zat korosif, jumlah zat korosif, lamanya kontak
dengan dinding esophagus, sengaja diminum dan dimuntahkan atau tidak.

Esofagitis korosif di bagi dalam 5 bentuk klinis berdasarkan beratnya luka


bakar yang ditemukan yaitu:
1. Esofagitis erosif tanpa ulserasi
Pasien mengalami gangguan menelan yang ringan. Pada esofagoskopi tampak
mukosa hiperemis tanpa disertai ulserasi.
2. Esofagitis erosif dengan ulserasi ringan.
Pasien mengeluh disfagia ringan. Pada esofagoskopi tampak ulkus yang tidak
dalam yang mengenai mukosa esofagus saja.
3. Esofagitis korosif ulserasi sedang.
Ulkus sudah mengenai lapisan otot. Biasanya ditemukan satu ulkus atau lebih
(multiple).
4. Esofagitis korosif uleseratif berat tanpa komplikasi.
Terdapat pengelupasan mukosa serta nekrosis letaknya dalam, dan telah
mengenai seluruh lapisan esofagus. Keadaan ini jika dibiarkan akan
menimbulkan striktur esofagus.
5. Esofagitis korosif ulseratif berat dengan komplikasi.
Terdapat perforsi esofagus yang dapat menimbulkan mediastinitis dan
peritonitis. Kadang-kadang ditemukan tanda-tanda obstruksi jalan napas atas
atau dan gangguan keseimbangan asam basa.

Berdasarkan gejala perjalanan penyakitnya esofagitis korosif dibagi


dalam 3 fase yaitu fase akut, fase laten (intermediate) dan fase kronik
(obstruktif).

Fase Akut

Keadaan ini berlangsung 1-3 hari. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan


luka bakar di daerah mulut, bibir, faring dan kadang-kadang disertai
perdarahan. Gejala yang ditemukan pada pasien adalah disfagia yang hebat,
odinofagia serta suhu badan yang meningkat. Gejala klinis akibat tertelan zat
organic dapat berupa perasaan terbakar di saluran cerna bagian atas, mual,
muntah, erosi pada mukosa, kejang otot, kegagalan sirkulasi dan pernafasan.

Fase Laten
Berlangsung selama 2-6 minggu. Pada fase ini keluhan pasien
berkurang, suhu badan menurun. Pasien merasa ia telah sembuh, sudah dapat
menelam dengan baik akan tetapi prosesnya sebetulnya masih berjalan terus
dengan membentuk jaringan parut (sikatriks).

Fase Kronis

Setalah 1-3 tahun akan terjadi disfagia lagi oleh karena telah terbentuk
jaringan parut, sehingga terjadi striktur esophagus.

D. Diagnosis
Diagnosis ditegakan dari adanya riwayat tertelan zat korosif atau zat
organic, gejala klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiologic, pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan esofagoskopi.

E. Pemeriksaan laboratorium
Perasan pemeriksaan laboratorium sangat sedikit, kecuali bila terdapat
tanda-tanda gangguan elektorlit, diperlukan pemeriksaan elektrolit darah.

F. Pemeriksaan Radiologik
Foto rogten toraks postero-anterior dan lateral perlu dilakukan untuk
mendeteksi adanya mediastinitis atau aspirasi pneumonia.

Pemeriksaan rogten esofagus dengan kontras barium (esofagogram) tidak


banyak menunjukan kelaianan pada stadium akut. Esophagus mungkin terlihat
normal. Jika ada kecurigaan akan adanya perforasi akut esophagus atau
lambung serta rupture esophagus akibat trauma tindakan, esofagogram perlu
dibuat. Esofagogram perlu dibuat setelah minggu kedua untuk melihat ada
tidaknya striktur esophagus dan dapat diulang seletah 2 bulan untuk evaluasi.

G. Pemeriksaan esofagoskopi
Esofagoskopi diperlukan untuk melihat adanya luka bakar di
esophagus. Pada esofagoskopi akan tampak mukosa yang hiperemis, edema
dan kadang-kadang ditemukan ulkus.

H. Penatalaksanaan
Tujuan pemberian terapi pada esofagitis korosif adalah untuk
mencegah pembentukan striktur. Terapi esofagitis korosif dibedakan antara
tertelan zat korosif dan zat organic. Terapi esofagitis korosif akibat tertelan zat
korosif dibagi dalam fase akut dan fase kronis. Pada fase akut dilakukan
perawatan umum dan terapi khusus berupa terapi medic dan esofagoskopi.

I. Perawatan umum
Perawatan umum dilakukan dengan cara memperbaiki keadaan umum
pasien, menjaga keseimbangan elektrolit serta menjaga jalan napas. Jika
terdapat gangguan keseimbangan elektrolit diberikan infuse aminofusin 600 2
botol, glukosa 10 % 2 botol, NaCl 0,9% +KCL 5 Meq/liter 1 botol.

Untuk melindungi selaput lendir esophagus bila muntah dapat


diberikan susu atau putih telur. Jika zat korosif yang tertelan diketahui
jenisnya dan terjadi sebelum 6 jam, dapat dilakukan netralisasi (bila zat
korosif basa kuat diberi susu atau air, dan bila asam kuat di beri antasida).

J. Terapi Medik
Antibiotika diberikan selama 2-3 minggu atau 5 hari bebas demam.
Biasanya diberikan Penisilllin dosis tinggi 1 juta-1,2 juta unit/ hari.
Kortikosteroid diberikan untuk mencegah pembentukan fibrosis yang
berlebihan. Kortikosteroid harus diberikan sejak hari pertama dengan dosis
200-300 mg sampai hari ketiga. Setelah itu dosis diturunkan perlahan-lahan
tiap 2 hari (Tappering off). Dosis yang di pertahankan (maitanace dose) ialah
2 x 50 mg perhari. Analgesic diberikan untuk mengurangi rasa nyeri. Morfin
dapat diberikan, jika pasien sangat kesakitan.
K. Esofagoskopi
Biasanya dilakukan esofagoskopi pada hari ke tiga setelah kejadian
atau bila luka bakar di bibir, mulut dan faring sudah tenang. Jika pada waktu
melakukan esofagoskopi di temukan ulkus, esdofagoskop tidak boleh dipaksa
melalui ulkus tersebut karena ditakutkan terjadi perforasi.

Pada keadaan demikian sebaikanya dipasang pipa hidung lambung


(pipa nasogaster) dengan hati-hati dan terus menerus (dauer) selama 6
minggu. Setelah 6 minggu esofagoskopi diulang kembali.

Pada fase kronik biasanya sudah terdapat striktur esophagus. Untuk ini
dilakukan dilatasi dengan bantuan esofagoskop. Dilatasi dilakukan sekali
seminggu, bila keadaan pasien lebih baik dilakukan sekali 2 minggu, setelah
sebulan, sekali 3 bulan dan demikian seterusnya sampai pasien dapat menelan
makanan biasa. Jika selama 3 kali dilatasi hasilnya kurang memuaskan
sebaiknya dilakukan reseksu esophagus dan dibuat anastomosis ujung ke
ujung (end to end).

L. Komplikasi
Komplikasi esofagitis korosif dapat berupa :

 Syok,
 Koma,
 Edema laring,
 Pneumonia aspirasi,
 Perforasi esophagus,
 Mediastinitisdankematian
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Efiaty, dkk. 2016. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher Edisi ke Tujuh.Badan penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

You might also like