Professional Documents
Culture Documents
S.Reg.N : 20160111024001
Sudah menjadi sebuah tradisi turun-temurun bahwa masyarakat Papua memiliki begitu
banyak cerita rakyat dan legenda yang hidup bersama mereka. cerita tersebut dilestarikan
secara turun-temurun melalui para leluhur atau kepala suku kepada generasi berikutnya,
berbeda halnya dengan masyarakat Yunani kuno, yang mana mereka menulis kisah-kisah
mereka di atas kertas. Oleh karena itu, terdapat perbedaan antara cerita yang dimiliki suatu
daerah, dengan yang lainnya. Contohnya, certia Manarmakeri yang berasal dari daerah Biak
Numfor dengan yang berasal dari daerah Samber pantai di Biak. Penasaran?
Alkisah, di daerah Samber pantai, hiduplah seorang lelaki tua bernama Manarmakeri.
Lelaki tua itu menderita penyakit kulit disekujur tubuhnya. Penyakit tersebut membuat dirinya
dijauhi oleh para penduduk sekitar. Mereka menolak untuk tinggal satu kampung bersama
dengan Manarmakeri. Alhasil, Manarmakeri pun hidup terpisah dengan para penduduk yang
lainnya. Lalu ia pun memikirkan cara bagaimana agar ia dapat tetap bertahan hidup.
Manarmakeri kemudian membuat kebun yang bisa ia tanami sayur-sayuran dan bahan makanan
lainnya. Karena para penduduk menolak untuk hidup berdampingan dengan Manarmakeri, ia
pun hanya bisa menikmati hasil panennya sendiri. Ketika ia ingin bergaul bersama para
penduduk yang lain, mereka menolaknya, karena para penduduk merasa jijik dengan penyakit
caranya agar ia dapat bergaul dengan masyarakat. Pada suatu ketika, Manarmakeri berjalan-
jalan di tepi pantai samber, sembari menikmati indahnya pemandangan, ia pun tertidur lelap.
Ketika ia terbangun, sontak Manarmakeri pun terkejut melihat sekelompok wanita yang sangat
cantik sedang mandi di Kapasasi (gabungan antara air tawar yang keluar dari celah bebatuan
dengan air laut). Ketika mereka sedang asyik mandi di Kapasasi, Manarmakeri menjahili
mereka. Ia melempari mereka dengan buah tomi-tomi (buah yang berbentuk bulat yang biasa
tumbuh di tepi pantai Samber,Biak) dan akhirnya mengenai anggota tubuh salah seorang
wanita cantik yang sedang mandi tersebut. Ketika hari gelap, sekelompok wanita cantik
tersebut pulang.
Beberapa bulan kemudian, salah seorang wanita cantik yang terkena lemparan buah tomi-
tomi dari Manarmakeri, sontak merasa kaget mengetahui bahwa ternyata dirinya sedang hamil.
Seisi kampung pun menjadi heboh. Akhirnya, mereka memutuskan untuk membuat sayembara
guna mengetahui siapa sebenarnya bapak dari anak yang dikandung si wanita cantik itu. Semua
orang pun berlomba-lomba untuk membuktikan bahwa mereka adalah ayah dari anak yang
dikandung wanita tersebut, para panglima perang, orang kaya, mereka semua mencoba untuk
datang dan memenangkan sayembara. Dari mulai golongan tua, muda, bahkan anak-anak
sekalipun. Setelah itu, beberapa orang pun mulai maju ke hadapan wanita cantik itu, namun si
anak bayi yang berada di pangkuan wanita cantik itu tetap saja menangis, yang menandakan
bahwa orang-orang tersebut memanglah bukan ayah kandungnya. Akhirnya, tiba giliran
kontestan terakhir, si Manarmakeri. Pada saat ia maju ke depan untuk melihat anak bayi
tersebut, semua orang yang berada di tempat sayembara terkejut,karena bayi itu tersenyum dan
berhenti menangis dan memanggil “bapak,bapak.” Semua orang pun merasa heran, mengetahui
bahwa ternyata ayah dari anak yang dikandung si wanita cantik tersebut adalah Manarmakeri,
seorang yang buruk rupa, dengan penyakit kulit yang ia derita sejak lama.
Setelah mengetahui kenyataan bahwa Manarmakeri adalah seorang ayah dari wanita
cantik tersebut, para penduduk pun memutuskan agar mereka pergi meninggalkan desa.
Manarmakeri, sang istri, anak Manarmakeri, dan keluarga dari sang istri Manarmakeri pun
Tahun demi tahun pun berlalu. Sang anak kini telah tumbuh menjadi seorang anak kecil
yang tampan. Suatu ketika, sang anak berkata kepada ibunya bahwa ia lapar. Lalu sang ibu
berkata “pergil dan makanlah kudis ayahmu!.” Kemudian sang anak pun pergi memghampiri
Manarmakeri yang saat itu sedang duduk di tepi pantai sembari berkata, “ayah, saya lapar dan
mama bilang saya disuruh makan kudisnya bapak.” Sontak Manarmakeri pun terkejut
mendengar ucapan anaknya. Ia hanya merenung sembari menggambar makanan di pasir pantai.
makanan yang ia gambar tadi. Lalu sang anak memakannya. Tak lama kemudian, sang istri
datang menghampiri merek berdua dan berkata “Kenapa bisa ada makanan? Padahal semua
bahan makanan kita telah habis.” Sang istri hanya berdiri mematung melihatnya.
menghentakkan kakinya sekali lagi, seketika itu pula, muncul perahu dari dalam laut. Ketika
perahu tersebut, Manarmakeri berlari ke dalam hutan, menuju sebuah pohon besar dengan
lubang ditengahnya. Manarmakeri pun masuk ke dalam lubang itu. Namun, setelah ia keluar
dari lubang pohon tersebut, tubuhnya berubah menjadi bersih dan wajahnya pun menjadi sangat
tampan. Ia pun lalu kembali menemui sang anak dan istri. Mereka berdua terkagum, melihat
sosok Manarmakeri yang telah berubah menjadi sosok yang tampan, gagah, dan bersih.
Manarmakeri lalu naik ke atas perahu meninggalkan anak dan istrinya. Ia berkata “Suatu saat
THE END
About the story teller……