You are on page 1of 2

MAU DI BAWA KEMANA KEMULIAAN KITA, WAHAI KAUM HAWA...

Ratusan perempuan pada Sabtu (4/3) menggelar aksi yang diberi nama Women's
March di depan Istana Negara, Jakarta. Para peserta berasal dari berbagai organisasi
nirlaba dan para aktivis perempuan. Ada pula warga kebanyakan dan
pelajar/mahasiswa, dan kelompok LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender).
(VOA Indonesia, 5 Maret 2017). Dengan adanya, Women March, Hari Wanita
Internasional, yang seakan-akan wanita selama ini dijajah oleh kaum Laki-laki. Apakah
hal itu benar ?. berikut beberapa sejarah yang bisa kita amati bersama.
Sebuah cerita yang beredar di lingkaran internal para kolomnis Perancis, bahwa
ada seorang perempuan dari buruh pabrik tekstil melakukan demonstrasi pada 8 Maret
1857 di New York. Demonstrasi tersebut dilakukan dengan tujuan untuk melawan
penindasan dan gaji buruh yang rendah, tetapi demonstrasi tersebut dibubarkan secara
paksa oleh pihak kepolisian. Pada tanggal 8 Maret 1907, Hari Perempuan
Internasional diresmikan sebagai peringatan terhadap kasus yang terjadi 50 tahun yang
lalu. Temma Kaplan berpendapat, "peristiwa tersebut tidak pernah terjadi, tetapi
banyak orang Eropa yang percaya bahwa tanggal 8 Maret 1907 merupakan awal dari
terbentuknya Hari Perempuan Internasional."
Melihat fakta di atas lantas apa yang ingin di perjuangkan oleh kaum wanita ?. dan
peringatan Women March di Indonesia yang ramai dibumingkan dan menjadi slogan
ketika women March berlangsung “Perempuan Bukan Properti," dan "Jangan Atur
Tubuhku."
Melihat fenomena di atas, tidakkah seharusnya kaum Wanita menjadi sadar,
sesungguhnya “kaum wanita”-lah yang menjadi penyebab utama terjadi hal-hal yang
menjadi tuntutan mereka, salah satunya adalah kriminalitas pada kaum perempuan.
seperti yang dikutip dalam VOA Indonesia, 5 Maret 2017 "Komnas Perempuan menyebut
ada sekitar 400 lebih perda di seluruh Indonesia yang isinya benar-benar menganggap
perempuan bukan warga negara penuh. Harus begini, harus begitu. Bahkan kalau di Aceh,
nggak boleh mengangkang kalau naik motor. Itu kan terserah perempuannya. Regulasi-
regulasi muncul akhir-akhir ini betul-betul memandang perempuan bukan sebagai warga
negara penuh," kata Musdah.
Maraknya pelecehan terhadap wanita, kekerasan terhadap wanita, dan masih
banyak lagi jenis-jenis kasus kekerasan yang terjadi pada wanita, salah satu penyebabnya
adalah berkurangnya “nilai ketimuran” yang menjunjungtinggi moral dan etika dalam
berbusana di khalayak ramai.
Bisa dilihat dari semua tuntutan yang “mereka” ajukan, apakah keinginan mereka
untuk “bebas” dalam semua hal merupakan solusi dari permasalahan yang terjadi apada
kaum wanita ?. TIDAK, saudari ku. Bila HAM untuk berpakaian bebas dilegalkan, maka
apabila laki-laki yang melihat dan menjadi bernafsu karena “mereka” dan
melampiaskannya pada yang lain, misalnya anak kecil, apakah “mereka”
bertanggungjawab, atau malah menyalahkan kaum Laki-laki ?, dan kembali menyalahkan
keadaan ayng “sebenarnya” karena ulah mereka yang mengatasnamakan kebebasan.
Bila HAM untuk bebas berpasangan dilegalkan, kemudian banyak terjadi
pernikahan sejenis, presex, aborsi, hingga terjadi kriminalitas yang lebih dahsyat lagi,
apakah mereka akan kembali menyalahkan “kaum laki-laki”. Lantas apakah bila wanita
dimuliakan dengan menjaga mereka dari “HAM” yang “salah” mereka menjadi rendah ?.
sekali lagi TIDAK saudariku.
Sesungguhnya wanita dimuliakan karena tiga masa ketika Ia menjadi anak, istri
dan Ibu. Ketika Ia menjadi anak, siapakah yang melindungi HAM Mereka yang
memuliakan mereka ?., Orangtua dan Lingkungan. Lingkungan yang seperti apa, yang
melindungi mereka dari kebebasan/ kebablasan moral dan akhlak, agar menjadi anak
yang senantiasa menjaga kehormatan. Dari 'Aisyah r.a. "Barang siapa yang diuji dengan
sesuatu dari anak-anak perempuannya, lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka
mereka akan menjadi penghalang baginya dari api neraka."
Ketika menjadi seorang istri, siapakah yang memuliakan mereka, sesungguhnya
suami-suami mereka memuliakan mereka, hal ini pun telah disampaikan dalam suatu
hadist yang disampaikan oleh 'Aisyah r.ha. berkata "Aku bertanya kepada Rasulullah
SAW. siapakah yang lebih besar haknya terhadap wanita ?" Jawab baginda, "Suaminya".
"Siapa pula berhak terhadap laki-laki ?" Jawab Rasulullah SAW. "Ibunya".
Ketika menjadi seorang Ibu, maka kemuliaan mereka melebihi ayah. Ini
merupakan bentuk dari Islam mengistimewakan wanita. dalam suatu riwayat dijelaskan
tentang seseorang yang bertanya kepada Rasulullah SAW, siapakah yang harus
dicintainya lebih dulu, maka Rasulullah SAW menjawab ibumu, pertanyaan tersebut
diulang sampai tiga kali dengan jawaban yang sama, dan setelah ditanya keempat kalinya
baru kemudian Rasul menjawab ayahmu. Begitu tinggi penghargaan Islam kepada
pengorbanan seorang wanita. Sehingga ketika menjadi seorang ibu maka wanita
mendapat derajad tiga kali lebih tinggi dibanding ayah
Lantas, sesungguhnya siapa yang menurunkan kemuliaan seorang wanita.
Sesungguhnya jawabannya ada pada wanita itu sendiri. Bila kita ingin dimuliakan maka
muliakanlah diri kita sendiri. Sesungguhnya, Allah telah memuliakan seorang wanita.
Allah berfirman: “ Hai Nabi, katakanlah pada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, serta
pawa wanita orang-orang mukmin. Agar mereka mengulurkan atas diri mereka jilbab
mereka. Hal itu menjadikan mereka mudah dikenal (sebagai wanita muslimah yang
terhormat dan merdeka), sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah senantiasa maha
pengampun lagi maha penyayang. “ (QS. Al Ahzab ayat 59).
Maka, mau di bawa kemulian kita wahai kaum hawa yang di muliakan...

You might also like