You are on page 1of 4

Alat Ukur Panjang: Mistar, Meteran, Jangka Sorong, dan

Mikrometer
Dalam Fisika tentu tidak terlepas dari kegiatan pengukuran. Kegiatan pengukuran memerlukan alat
ukur yang sesuai. Ketepatan hasil ukur salah satunya ditentukan oleh jenis alat yang digunakan.
Penggunaan suatu jenis alat ukur tertentu ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu: ketelitian hasil
ukur yang diinginkan, ukuran besaran yang diukur, dan bentuk benda yang akan diukur.

Penggaris/mistar, Meteran, jangka sorong, dan mikrometer sekrup merupakan contoh alat ukur
panjang. Setiap alat ukur memiliki ketelitian yang berbeda, sehingga Anda harus bisa memilih alat
ukur yang tepat untuk sebuah pengukuran. Pemilihan alat ukur yang kurang tepat akan
menyebabkan kesalahan pada hasil pengukuran.

Mistar (Penggaris)
Mistar atau penggaris adalah alat ukur panjang yang sering digunakan. Alat ukur ini memiliki skala
terkecil 1 mm atau 0,1 cm. Mistar memiliki ketelitian pengukuran setengah dari skala terkecilnya
yaitu 0,5 mm.

Pada saat melakukan pengukuran dengan mistar, arah pandangan harus tegak lurus dengan
dengan skala pada mistar dan benda yang diukur. Jika tidak tegak lurus maka akan menyebabkan
kesalahan dalam pengukurannya, bisa lebih besar atau lebih kecil dari ukuran aslinya.

Contoh:
Meteran
Fungsi dari meteran ini sama seperti penggaris, namun meteran berdimensi lebih panjang serta
terbuat dari bahan yang lebih fleksibel daripada penggaris supaya dapat digulung serta mudah
dibawa ke mana-mana. Bahan dari meteran sendiri ada yang terbuat dari nilon maupun dari logam
lentur yang dapat digulung. Untuk dimensi panjangnya, meteran bisa menjangkau 10 meter, maka
dari itu alat ini dapat dipergunakan untuk mengukur objek yang besar semisal tanah, bangunan dan
lainnya. Kelemahan dari meteran ini ialah penggunaannya yang sedikit merepotkan. Setiap kali
untuk mengukur suatu objek yang begitu luas membutuhkan lebih dari 1 orang.
Jangka Sorong
Jangka sorong juga merupakan alat pengukur panjang dan biasa digunakan untuk mengukur
diameter suatu benda. Penemu jangka sorong adalah seorang ahli teknik berkebangsaan Prancis,
Pierre Vernier.

Jangka sorong terdiri dari dua bagian, yaitu rahang tetap dan geser (sorong). Skala panjang yang
terdapat pada rahang tetap adalah skala utama, sedangkan skala pendek pada rahang geser
adalah skala nonius atau vernier, diambil dari nama penemunya. Skala utama memiliki skala dalam
cm dan mm. Sedangkan skala nonius memiliki panjang 9 mm dan dibagi 10 skala. Sehingga beda
satu skala nonius dengan satu skala pada skala utama adalah 0,1 mm atau 0,01 cm. Jadi, skala
terkecil pada jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01 cm.

Contoh:

Gambar (a)
menunjukkan bagian-bagian dari jangka sorong dan gambar (b) menunjukkan skala jangka
sorong.
Panjang benda diukur dengan jangka sorong ditunjukkan oleh gambar (b). Pada gambar di atas
skala utama (sku) 62 skala dan skala nonius (skn) 4 skala. Sehingga dapat diketahui panjang
benda yang diukur dengan cara berikut:
Panjang benda = sku . 1 mm + skn . 0,1 mm
= 62 . 1 mm + 4 . 0,1 mm
= 62 mm + 0,4 mm
= 62,4 mm

Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup biasa digunakan untuk mengukur benda-benda yang tipis, seperti tebal kertas
dan diameter rambut. Mikrometer sekrup terdiri atas dua bagian, yaitu selubung (poros tetap) dan
selubung luar (poros ulir). Skala panjang pada poros tetap merupakan skala utama, sedangkan
pada poros ulir merupakan skala nonius. Skala utama mikrometer sekrup mempunyai skala dalam
mm, sedangkan skala noniusnya terbagi dalam 50 bagian. Satu bagian pada skala nonius
mempunyai nilai 1/50 × 0,5 mm atau 0,01 mm. Jadi, mikrometer sekrup memiliki ketelitian yang
lebih tinggi dari dua alat yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu 0,01 mm.

Contoh:

Pada mikrometer sekrup di atas, ditunjukkan bahwa sku = 9 skala dan skn = 43 skala, maka panjang
benda yang diukur dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut:

Panjang benda = (sku . 0,5 + skn . 0,01) mm


= (9 . 0,5 + 43 . 0,01) mm
= (4,5 + 0,43) mm
= 4,93 mm
Nah, itulah empat buah alat ukur panjang beserta cara menggunakannya..

Daftar Pustaka:
1. Handayani, Sri., Damari, Ari. 2009. Fisika untuk SMA dan MA kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
2. Nurachmandani, Setya. 2009. Fisika 1 untuk SMA/MA kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
3. Widodo, Tri. 2009. FISIKA untuk SMA/MA kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.

You might also like