Professional Documents
Culture Documents
Iman Yang Menghidupkan
Iman Yang Menghidupkan
I. PENDAHULUAN
Apakah nyawa dapat dibeli, Itu sangat tergantung pada perspektif Anda
memandangnya. Jika yang dimaksud adalah membayar orang untuk mencabut nyawa
seseorang, tentu saja mungkin. Banyak pembunuh bayaran yang selalu menunggu order.
Mereka yang sudah kehilangan belas kasihan, yang juga kehilangan rasa kemanusiaan, rela
menjadi pencabut nyawa demi uang. Bagai binatang di tengah hutan, mereka membunuh
tanpa perasaan bersalah, bahkan bangga dengan cara yang sangat salah. Entah setan apa yang
ada bersama mereka ketika melakukan pembunuhan, tapi yang pasti mereka tak lebih dari
budak setan itu. Namun, jika yang dimaksud sebaliknya, dengan sepotong roti membeli
nyawa manusia (yang mati menjadi hidup), ini sudah pasti berita gila. Jangankan sepotong
roti, harta seisi dunia pun tak dapat membeli sebuah nyawa.
Nyawa adalah kehidupan yang tak terbeli. Ia anugerah Sang Pencipta, bukan hasil
usaha manusia. Banyak sudah ide gila untuk menghidupkan orang mati, namun itu hanya
seputar isu yang tak menentu, atau fiksi yang berubah wujud bagaikan fakta. Namun yang
pasti Anda tak akan menemukannya dalam kisah nyata. Bukankah keajaiban yang sangat
besar jika roti dapat menghidupkan orang mati.
III. APLIKASI
Seringkali dalam hidup masa kini, orang tak lagi sebijak sang janda dalam memahami
kehendak Allah. Manusia modern akan memilih memiliki roti daripada memberi roti untuk
sebuah janji surgawi. Sebagai orang modern, kita akan segera berhitung, dan sadar
sesadarnya, bahwa memilki roti adalah kepastian hidup. Memberi roti sehingga tak lagi
memilki itulah gong kematian akibat kelaparan. Tentu saja kalimat ini bukan berlaku umum,
melainkan sebuah situasi khusus, yang bisa saja terjadi dalam kehidupan kita, dalam bentuk
yang berbeda namun bermakna sama. Karena itu, tidaklah mengherankan jika Alkitab berkata:
“Lebih berkat memberi daripada menerima”. Namun sekali lagi, ini juga bukan mantera untuk
memancing rejeki, melainkan sebuah sikap iman sejati yang sudah seharusnya dimiliki oleh
setiap orang percaya. Sebuah tindakan yang datang dari hati yang murni dan penuh kerelaan.
Bukankah sebuah keajaiban, dengan memberi roti justru mendapatkan kehidupan. Tapi ingat,
roti yang diberi dalam kesombongan, atau perhitungan untuk menerima kembali, sungguh tak
pernah layak bagi Tuhan yang mengetahui isi hati.
Semoga Anda menemukan makna sejati, nilai nilai rohani yang tinggi, dalam hidup
sebagai orang beriman. Bukan berapa banyak rotimu, karena itu bukan keajaiban. Tapi berapa
banyak engkau berbagi roti namun tak mati, bahkan hidup dalam kelimpahan anugerah Allah.
Mari belajar dari kekayaan iman janda yang miskin itu.
IV. DISKUSI
1. Bagaimanakah reaksi dan tanggapan anda terhadap permintaan Elia terhadap Janda
tersebut?
2. Apakah pendapat anda tentang pernyataan di dalam 1 Raja-raja 17:24?
3. Maukan Anda berjanji, saat ini, untuk tidak pernah melupakan apa yang Allah telah
lakukan dan tidak pernah meragukan Dia disaat yang akan datang?