You are on page 1of 9

Bab 20

OPERASI PENYAMARAN

ISTILAH OPERASI PENYAMARAN

Dalam praktik di antara para penegak hukum di Amerika Serikat, ada istilah lain yang
digunakan untuk operasi penyamaran. Hal ini dapat dilihat dalam petunjuk yang dikeluarkan
Departemen Kehakiman (U.S. Department of Justice). Salinan istilah Covert Operations ke
dalam bahasa Indonesia adalah Operasi Rahasia atau Operasi Penyamaran.
Istilah lain yang dipakai untuk Covert Operations adalah Sting Operations. Sting
Operations sering dipakai oleh para penegak hukum seperti kepolisian. Istilah covert
operations dan sting operations digunakan dalam makna yang sama, yaitu “Operasi
Penyamaran”.

KPK Membekuk UTG

Banyak contoh mengenai operasi penyamaran yang dapat diambil dari pemberitaan di
media massa. Contoh yang paling menonjol sampai saat ini, di antaranya penangkapan jaksa
Urip Tri Gunawan (selanjutnya disingkat UTG).
Dari pemberitaan di media cetak dan elektronik, pembaca dapat membuat sketsa
mengenai unsur-unsur dari suatu operasi penyamaran, perencanaan dan persiapan yang harus
dibuat, pelaksanaan operasi penyamaran, tindak lanjut pasca-penangkapan (seperti
percakapan telepon dan sms yang melibatkan pihak lain yang sudah dan belum terungkap
sebelumnya), dan pemberitaan ke media massa.

Pengedaran Senjata Api Ilegal


Pengungkapan kasus pengedaran senjata api secara illegal adalah contoh kedua dari
operasi penyamaran yang disajikan. Ini bukan kasus fraud secara umum, atau korupsi secara
khusus. Kasus ini menggambarkan penggunaan undercover (polisi yang menyamar) untuk
mengungkap kasus pengedaran senjata api illegal dan menangkap pelakunya.
UNDERCOVER OPERATIONS

Terdapat dua bentuk covert operations :


1. Undercover operations (operasi berkedok)
Kegiatan yang berupaya mengembangkan bukti secara langsung dari pelaku kejahatan
dengan menggunakan samara dan tipuan. Pemeriksaan tidak menunggu konfirmasi yang
dikumpulkan melalui jalur yang biasa ditempuh. Keputusan dilakukan secara sadar.
2. Surveillance operations (operasi pengintaian)
Pengamatan untuk memastikan tindak tanduk pelaku kejahatan. Dilakukan dengan penuh
keterampilan dan kesabaran.
Covert operation membutuhkan keterampilan tinggi dan perencanaan matang. Jika
dilakukan tanpa perencanaan dapat menimbulkan bencana dan mempermalukan lembaganya.
Tidak boleh dilakukan untuk memancing atau mengajak orang membuat kejahatan.
Sebelum melakukan undercover operations, pemimpin operasi harus membuat
memorandum mengenai:
1. Informasi yang sudah terkumpul yang menjadi dasar operasi
2. Informasi yang diharapkan dapat dikumpulkan
3. Identitas tersangka jika diketahui
4. Para pelaksana yang berada dalam binaannya atau di bawah kendalinya

TUJUAN UNDERCOVER OPERATIONS

Langkah pertama dalam merencanakan undercover operations adalah menetapkan tujuan dari
investigasi secara spesifik.
Beberapa contoh tujuan covert operations:
1. Untuk mengumpulkan bukti mengenai kejahatan masa lalu, masa kini, dan masa
mendatang.
2. Untuk menentukan siapa yang terlibat, memastikan siapa yang bertanggung jawab.
Ketika undercover operations berhasil mengungkap siapa saja pelakunya, operasi ini
dihentikan dan proses pengumpulan buktinya dilakukan secara tradisional.
3. Untuk memulihkan kerugian yang terjadi karena perbuatan melawan hukum.
4. Untuk menentukan rekan sepermainan atau otak dari kejahatan.
5. Untuk menentukan modus operandi, bagaimana pelaku menembus suatu pengamanan.
BEBERAPA MASALAH DALAM MELAKUKAN COVERT OPERATIONS

Covert operations merupakan kegiatan investigator yang beresiko tinggi dan mahal.
Sehingga hanya boleh dilakukan sebagai upaya terakhir bila cara lain tidak ada. Di Amerika
Serikat ada UU yang mengatur perekaman audio dan atau video secara sembunyi-sembunyi.
Di beberapa Negara bagian, membuat rekaman suara (audio) atau mendengar percakapan
orang lain merupakan pelanggaran hukum. Di Negara bagian lain merekam percakapan hanya
diperkenankan oleh UU apabila pihak lainnya memberikan persetujuan untuk merekam
percakapan itu. Merekam percakapan dengan menggunakan peralatan khusus lazimnya
adalah perbuatan melawan hukum.

PENJEBAKAN (ENTRAPMENT)

Penjebakan merupakan masalah hukum terbesar dalam covert operations, khususnya dalam
undercover operations. Hal ini harus ditangani secara tepat. Covert operation tidak boleh
dilaksanakan untuk fishing expeditions.

SURVEILLANCE

Pengintaian merupakan pengamatan terencana terhadap manusia, tempat, atau objek.


Utamanya adalah terhadap manusia. Terdapat dua jenis pengintaian, yaitu:
1. Pengintaian bergerak (mobile surveillance)
Sering disebut denga membuntuti atau membayangi. Dapat dilakukan dengan berjalan
kaki atau berkendaraan apabila yang diintai berpindah dari suatu tempat ke tempat lain.
2. Pengitaian tetap (fixed surveillance)
Apabila manusia atau kegiatan yang diintai tetap di tempat meskipun pengamatannya
berpindah di sekitar area pengintaian.
Pengintaian sangat bermanfaat untuk menentukan lingkup dan sifat kegiatan si pelaku.
Dalam pengintaian yang longgar target tidak perlu diamatai terus menerus. Bahkan harus
dihentikan ketika target mulai kelihatan curiga. Sebaliknya dalam pengintaian yang ketat
target diamati terus menerus sekalipun ia terlihat mencurigai adanya pengintaian. Yang
diupayakan adalah menghilangkan atau mengurangi kecurigaannya.
Teknologi memungkinkan pengintaian melalui satelit, misalnya terhadap hutan
lindung yang rawan penebangan liar atau jalan yang ditempuh kendaraan melewati jalan
masuk kawasan pabrik yang seharusnya aman. Teknik ini ampuh untuk pengintaian kawasan
terpencil atau operasi yang sifatnya membayakan jiwa pengintai.
SUMBER DAN INFORMAN

Sumber (sources) dan informan mempunyai fungsi yang sama yaitu memberikan
informasi untuk mengembangkan suatu kasus.
Seorang confidential source memberikan informasi yang terkait dengan jabatan atau
profesi yang tidak terlihat dalam kejahatan yang dicurigai. Seorang confidential informant
mempunyai keterlibatan dengan yang diselidiki sehingga ia juga berpotensi bersalah. Jadi
perbedaan keduanya adalah terlibat atau tidaknya mereka dalam kejahatan yang diselidiki.
Dan para informant berpotensi menjadi masalah bagi pemeriksa atau investigator.
Terdapat empat jenis informan, yaitu:
1. Basic lead informants
Informan yang memberikan informasi tentang kejahatan yang pernah mereka alami atau
ambil bagian dengan memiliki beragam motif
2. Participants informants
Participants informants langsung terlibat dalam pengumpulan bukti awal dalam
investigasi tersebut. Tidak hanya menyuplai informasi, tetapi juga terlibat dalam
merancangsting operations, mengadakan kontak dengan pelaku yang dirancang berakhir
dengan penangkapan.
3. Covert informants
Merupakan informan yang ditanam dalam situasi atau scenario selama beberapa tahun
dan dimintakan informasi yang bersifat petunjuk-petunjuk akan terjadi kejahatan.
Informan seperti bagaikan musuh dalam selimut bagi pelaku kejahatan. Dan sering
dipakai dalam kejahatan terorganisasi seperti Mafia.
4. Accomplice/witness informants
Informan ini dapat dimintai informasinya dari waktu ke waktu. Ia sering kali diminta
membocorkan rahasia temannya dengan imbalan hukuman yang lebih ringan.

PENGGUNAAN OPERATIVES

Operatives adalah orang yang ikut dalam covert operations. Orang ini seharusnya
dikendalikan lebih ketat oleh orang yang memimpin operasi tersebut. Adakalanya seorang
informan yang sekedar menyuplai informasi, akan dilibatkan dalam covert operations. Dalam
hal ini informan menjadi operative.
Misalnya dalam menginvestigasi kehilangan persediaan barang di gudang, informan
memberi informasi bahwa penjaga gudang dengan beberapa temannya yang melakukan
pencurian. Informan menyarankan agar ia merekam diam-diam percakapan dengan penjaga
gudang tersebut yang mengakui perbuatannya. Maka ketika informan ikut melakukan
investigasi, ia menjadi seorang operative.
Seorang operative tidak memiliki pelatihan sama sekali atau kurang cukup melakukan
investigasi. Untuk itu kegiatannya harus disupervisi secara ketat. Ia tidak boleh mengambil
tindakan tanpa otorisasi yang tepat.
LAMPIRAN A
STING OPERATIONS

Lampiran ini disarikan dari tulisan Graeme R. Newman, sting operations. Merupakan
petunjuk bagi polisi pada umumnya dan polisi yang membantu masyarakat pada khususnya
dalam memerangi kejahatan di masyarakat.

Penyamaran dan Penyergapan

Banyak operasi penyamaran (sting operations), meskipun tidak selalu berakhir dengan
penyergapan. Penegak hukum melakukan penyamaran, pengintaian, dll untuk
mengidentifikasi calon tersangka yang kemudian ditangkap dalam penyergapan.
Operasi penyamaran dilakukan dengan berbagai cara, tergantung jenis kejahatan yang akan
diberantas. Operasi penyamaran memiliki unsur dasar berikut:
1. Adanya peluang atau godaan untuk melakukan kejahatan
2. Adanya pelaku kejahatan untuk suatu jenis kejahatan
3. Polisi, pembantunya atau penggantinya (surrogate) yang melakukan penyamaran
4. Dampak atau klimaks ketika operasi penyamaran berakhir dengan penyergapan
Unsur yang paling menentukan adalah unsur ke empat, yaitu ketika penegak hukum memberi
tahu jati diri sesungguhnya dan pelaku tertangkap tangan.

Muslihat dalam Operasi Penyamaran

Secara umum, kalau ada unsur muslihat, operasi penyamaran biasanya sangat kompleks,
berlangsung untuk waktu yang lama.
Perbedaan kompleksitas ketika menangkap:
1. Penjual miras kepada anak di bawah umur
2. Makelar tenaga kerja anak-anak
3. Penjaja seks komersial
4. Penerima dan pemberi uang suap
Contoh di atas menunjukkan perbedaan intensitas penggunaan muslihat dalam operasi
penyamaran. Namun tujuan tetap sama.
Teknik dan Peralatan Muslihat

Beberapa teknik, peralatan, dan saran muslihat dapat digunakan dalam operasi penyamaran.
Penyamaran (disguise) – penegak hukum dapat melakukan penyamaran tergantung dari
peran yang dimainkannya.
Kios samaran (storefronts) – kios semacam ini digunakan untuk menembus jaringan
penadah.
Informan professional (professional informers) – seorang tersangka kejahatan atau yang
pernah menjadi tersangka dapat menjadi informan yang membantu polisi dengan ganjaran
tidak ditahan atau tidak disidik.
Iklan termasuk iklan palsu – operasi penyamaran dapat memasang iklan untuk
menjaring para penadah.
Internet – internet memungkinkan tampilan website barang-barang haram, dll. Di lain
pihak internet dapat membantu penegak hukum melakukan operasi penyamaran seperti
pengkilanan kios samaran.
Mobil sebagi umpan (bait cars) – polisi dapat menggunakan mobil sebagai umpan ketika
mengetahui kawasan penjualan mobil curian.
Pengganti (surrogates) –biasanya polisi mempekerjakan pelaku kejahatan professional
(baik yang masi aktif maupun tidak) dalam melaksanakan penyamaran yang rumit.
Pengintaian (surveillance) – ketika dapat menggunakan muslihat, dapat digabungkan
dengan pengintaian

Dua Tujuan Operasi Penyamaran

Secara umum, operasi penyamaran bertujuan:


1. Investigasi
2. Mengurangi atau mencegah kejahatan tertentu
Kebanyakan operasi penyamaran digunakan untuk investigasi dengan menembus
jaringan kejahatan, mengumpulkan bukti serta dengan mengenali atau mengidentifikasi
pelaku dan menangkap mereka.

Manfaat Operasi Penyamaran

1. Memfasilitasi investigasi dan menignkatkan penangkapan


2. Meningkatkan hubungan kemasyarakatan dan citra kepolisian
3. Menigkatkan kehadiran polisi
4. Memperbaiki kerjasama antara polisi dan penuntut umum
5. Menghasilkan prestasi pemidanaan yang impresif
6. Menekan kejahatan walaupun tanpa penahanan
7. Menimbulkan goodwill dengan masyarakat dan dunia usaha dalam melawan kejahatan
8. Meningkatkan kepercayaan kepada kepolisian

Sisi Negatif Operasi Penyamaran


Di samping manfaat, terdapat pula sisi negatifnya yaitu:
1. Operasi penyamaran tidak serta merta mengurangi atau mencegah kejahatan
2. Bahkan dapat meningkatkan kejahatan
3. Dianggap tidak etis karena memakai muslihat yang secara moral adalah salah
4. Pemerintah bertindak berlebihan
5. Ada pelanggaran hak pribadi
6. Ada unsur penjebakan
7. Biaya untuk operasi penyamaran mahal
8. Menggeser teknik-teknik yang lebih efektif
LAMPIRAN B
GAO-COVERT TESTING

GAO adalah lembaga audit tertinggi di AS yang serupa dengan Badan Pemeriksa RI.
Di tahun 2005 GAO membentuk FSI.

Mengapa GAO Melakukan Kajian Ini


FSI melakukan covert test atas permintaan kongres untuk mengidentifikasi kelemahan
pengendalian internal di lembaga pemerintahan yang berdampak pada keselamatan public.
Sehubungan dengan hal tersebut, GAO diminta (1) menjelaskan proses dan prosedur dari
covert testing oeprations (2) memberikan contoh covert operation yang sudah dilaksanakan.

Apa yang GAO Temukan


FSI mempunyai prosedur internal yang ketat terkait perencanaan, pelaksanaan dan
pelaporan covert activities.
1. FSI dan pimpinan GAO menentukan secara kasus per kasus apakah penugasan yang
mensyaratkan covert test berada dalam lingkup kewenangan GAO.
2. FSI mengidentifikasi aspek dari sistem keamanan atau program pemerintah yang rawan
terhadap ancaman teroris atau kecurangan, dan mempercayakan sepenuhnya pada
pengalaman para investigatornya.
3. Dokumen perencanaan ini juga memuat pembuatan identitas palsu dan dokumen palsu.
4. Hanya para investigator yang boleh ikut dalam tahap pelaksanaan suatu covert testing.
5. Ketika covert testing sudah terlaksana, FSI mengadakan corrective action briefing
dengan pejabat terkait di lembaga yang bersangkutan.
Berikut adalah ringkasan red team operations. Kegiatan ini memberi bukti :
1. Dokumen palsu dan bertindak seolah-olah menjadi pegawai perusahaan
2. Bertindak sebagai warga Negara biasa. FSI berhasil membeli peralatan militer yang
sangat peka bagi keamanan Negara
3. Dengan menggunakan SIM palsu, investigator FSI berhasil memasuki semua tempat
yang mengansung obat-obatan terlarang
4. Dengan dokumen pajak dan nomor wajib pajak yang keliru, investigator yang berpura-
pura mengumpulkan dana amal berhasil mendapat dana kampanye dari Combined
Financial Campaign’s 2006.

You might also like