Professional Documents
Culture Documents
1.1 Definisi
1.1 Definisi
Berdasarkan pengamatan dari 2009 hingga 2014, nilai API di NTT terlihat
menurun meskipun pada tahun 2010 meningkat (30,61), lalu berkurang secara
nyata menjadi 25,75 (2011), 21,14 (2012), 14,96 (2013) dan 12,81 (2014).
Meskipun demikian, berdasarkan kriteria endemisitas, Provinsi NTT pada
tahun 2014 termasuk kategori Endemis Tinggi (High Case Incidence) dengan
API 12,81 per 1.000 penduduk. Sampai dengan tahun 2014 ini, kegiatan
surveilans kasus di Provinsi NTT menunjukkan belum terlaksana secara
optimal. Hal ini terlihat proporsi kasus positif malaria dibandingkan dengan
jumlah tersangka kasus malaria yang diperiksa sediaan darahnya.
1.4 Patofisiologi
1. Faktor agen (penyebab malaria) : Plasmodium sp
Penyebab malaria adalah parasit dari genus Plasmodium sp, dan terdiri dari 4
spesies: Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae,
dan Plasmodium ovale. Baru-baru ini melalui metode Polymerase Chain
Reaction (PCR) ditemukan jenis Plasmodium lain yaitu Plasmodium
knowlesi. Plasmodium ini masih dalam proses penelitian dan ditemukan
pertama kali di Sabah. Reservoar utama Plasmodium ini adalah kera ekor
panjang (Macacasp). Jenis Plasmodium yang banyak ditemukan di Indonesia
adalah P.falciparum dan P.vivax, sedangkan P.malariae dapat ditemukan di
beberapa Provinsi antara lain: Lampung, Nusa Tenggara Timur dan Papua.
P.ovale pernah ditemukan di Nusa Tenggara Timur dan Papua. Sedangkan
tahun 2010 di Pulau Kalimantan dilaporkan adanya P.knowlesi yang dapat
menginfeksi manusia yang sebelumnya hanya menginfeksi hewan
primata/monyet dan sampai saat ini masih dalam penelitian.
a. Siklus pada manusia
Pada waktu nyamuk Anopheles infektif menghisap darah manusia,
sporozoit yang berada di kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam
peredaran darah selama ± ½ jam. Setelah itu sporozoit akan masuk ke
dalam sel hati dan menjadi tropozoit hati. Kemudian berkembang menjadi
skizon hati yang terdiri dari 10,000-30,000 merozoit hati (tergantung
spesiesnya). Siklus ini disebut siklus ekso-eritrositer yang berlangsung
selama ± 2 minggu. Pada P. vivax dan P. ovale, diduga ada 2 jenis
sporozoit yaitu “takisporozoit” (sporozoit yang akan berkembang cepat
menjadi skizon), dan “bradisporozoit” merupakan hipnozoit yaitu
sporozoit yang tidak mengalami perkembangan lanjut pada proses
skizogoni dan akan tetap laten selama 8-9 bulan sebelum berkembang
menjadi skizon jaringan. P.vivax dapat kambuh berkali-kali sampai jangka
waktu 3–4 tahun (Nugroho, A. dan Tumewu-Wagey, M. 1999), sedangkan
P.ovale sampai bertahun-tahun apabila pengobatan tidak dilaksanakan
dengan baik. Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan
masuk ke peredaran darah dan menginfeksi eritrosit. Di dalam eritrosit,
parasit tersebut berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon (8-30
merozoit, tergantung spesiesnya). Proses perkembangan aseksual ini
disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi (skizon) pecah dan
merozoit yang keluar akan menginfeksi eritrosit lainnya. Merozoit P.vivax
dan P.ovale akan menginfeksi eritrosit muda, sehingga pada suatu saat
tidak lebih dari 2 % eritrosit terserang. P.malariae akan menginfeksi
eritrosit tua dan infeksi jarang melampaui 1 %. P.falciparum akan
menginfeksi semua stadium eritrosit hingga dapat menginfeksi sampai 10–
40 % (Nugroho, 1999). Konsekuensinya pada P.falciparum angka infeksi
eritrosit sangat tinggi, sehingga sering terjadi komplikasi berat. Siklus ini
disebut siklus eritrositer. Masa inkubasi adalah rentang waktu sejak
sporozoit masuk ke tubuh manusia sampai timbulnya gejala klinis yang
ditandai dengan demam. P.falciparum penyebab malaria tropika, terjadi
menggigil setiap hari (masa sporulasi setiap 24 jam), P.vivax penyebab
malaria tertiana, terjadi menggigil selang sehari (masa sporulasi setiap 48
jam), P.malariae penyebab malaria quartana, terjadi menggigil selang 2
hari (masa sporulasi setiap 72 jam).
Masa inkubasi bervariasi tergantung spesies plasmodium Masa prepaten
adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk ke tubuh manusia sampai
parasit dapat dideteksi dalam sel darah merah dengan pemeriksaan
mikroskopik.
1.7 Penatalaksanaan
1. Farmakologi
Pengobatan Malaria falsiparum
A. Lini pertama: dengan Fixed Dose Combination (FDC) yang terdiri dari
Dihydroartemisinin (DHA) + Piperakuin (DHP) tiap tablet
mengandung 40 mg Dihydroartemisinin dan 320 mg Piperakuin.
Untuk dewasa dengan Berat Badan (BB) sampai dengan 59 kg
diberikan DHP per oral 3 tablet satu kali per hari selama 3 hari dan
Primakuin 2 tablet sekali sehari satu kali pemberian, sedangkan untuk
BB > 60 kg diberikan 4 tablet DHP satu kali sehari selama 3 hari dan
Primaquin 3 tablet sekali sehari satu kali pemberian. Dosis DHA = 2-4
mg/kgBB (dosis tunggal), Piperakuin = 16-32 mg/kgBB (dosis
tunggal), Primakuin = 0,75 mg/kgBB (dosis tunggal).
B. Lini kedua (pengobatan malaria falsiparum yang tidak respon terhadap
pengobatan DHP): Kina + Doksisiklin/ Tetrasiklin + Primakuin. Dosis
kina = 10 mg/kgBB/kali (3x/hari selama 7 hari), Doksisiklin = 3,5
mg/kgBB per hari (dewasa, 2x/hari selama7 hari) , 2,2 mg/kgBB/hari (
8-14 tahun, 2x/hari selama 7 hari) , Tetrasiklin = 4-5 mg/kgBB/kali
(4x/hari selama 7 hari).
1. Definisi
Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus
dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Demam berdarah dengue (DBD)
merupakan penyakit yang banyak ditemukan di sebagian besar wilayah
tropis dan subtropis, terutama asia tenggara, Amerika tengah, Amerika dan
Karibia. Host alami DBD adalah manusia, agentnya adalah virus dengue
yang termasuk ke dalam famili Flaviridae dan genus Flavivirus, terdiri dari
4 serotipe yaitu Den-1, Den-2, Den3 dan Den -41, ditularkan ke manusia
melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi, khususnya nyamuk Aedes aegypti
dan Ae. albopictus 2 yang terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia.
Masa inkubasi virus dengue dalam manusia (inkubasi intrinsik) berkisar
antara 3 sampai 14 hari sebelum gejala muncul, gejala klinis rata-rata
muncul pada hari keempat sampai hari ketujuh, sedangkan masa inkubasi
ekstrinsik (di dalam tubuh nyamuk) berlangsung sekitar 8-10 hari.
Manifestasi klinis mulai dari infeksi tanpa gejala demam, demam
dengue (DD) dan DBD, ditandai dengan demam tinggi terus menerus
selama 2-7 hari; pendarahan diatesis seperti uji tourniquet positif,
trombositopenia dengan jumlah trombosit ≤ 100 x 109/L dan kebocoran
plasma akibat peningkatan permeabilitas pembuluh. Tiga tahap presentasi
klinis diklasifikasikan sebagai demam, beracun dan pemulihan. Tahap
beracun, yang berlangsung 24-48 jam, adalah masa paling kritis, dengan
kebocoran plasma cepat yang mengarah ke gangguan peredaran darah.4
Terdapat 4 tahapan derajat keparahan DBD, yaitu derajat I dengan tanda
terdapat demam disertai gejala tidak khas dan uji torniket + (positif);
derajat II yaitu derajat I ditambah ada perdarahan spontan di kulit atau
perdarahan lain, derajat III ditandai adanya kegagalan sirkulasi yaitu nadi
cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi (<20 mmHg), hipotensi
(sistolik menurun sampai <80 mmHg), sianosis di sekitar mulut, akral
dingin, kulit lembab dan pasen tampak gelisah; serta derajat IV yang
ditandai dengan syok berat (profound shock) yaitu nadi tidak dapat diraba
dan tekanan darah tidak terukur.
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi salah satu
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Tingkat insiden penyakit
DBD Indonesia merupakan yang tertinggi diantara negara-negara Asia
Tenggara. Sepanjang tahun 2013, Kementerian Kesehatan mencatat
terdapat 103.649 penderita dengan angka kematian mencapai 754 orang.
Keterlibatan dokter di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama sangat
dibutuhkan untuk menekan tingkat kejadian maupun mortalitas DBD.
2. Etiologi
Penyakit demam berdarah disebabkan oleh virus dengue dari kelompok
Arbovirus B, yaitu Arthropod-borne virus dan ditularkan melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti dengan bintik hitam putih pada tubuhnya. Virus
dengue merupakan virus RNA rantai tunggal, genus flavivirus dari family
Flaviviridae, terdiri atas 4 tipe virus yaitu D1, D2, D3 dan D4. Struktur
antingen ke-4 serotipe ini sangat mirip satu dengan yang lain, namun
antibodi terhadap masing – masing tipe virus tidak dapat saling
memberikan perlindungan silang. Variasi genetik yang berbeda pada ke-4
serotipe ini tidak hanya menyangkut antar tipe virus, tetapi juga di dalam
tipe virus itu sendiri tergantung waktu dan daerah penyebarannya.
Perantara pembawa virus dengue, dalam hal ini nyamuk Aedes disebut
vector. Biasanya nyamuk Aedes yang menggigit tubuh manusia adalah
nyamuk betina, sedangkan nyamuk jantanya lebih menyukai aroma yang
mais pada tumbuh-tumbuan.
3. Epidemiologi
Jumlah kasus DBD tidak pernah menurun di beberapa daerah tropik
dan subtropik bahkan cenderung terus meningkat dan banyak
menimbulkan kematian pada anak8 90% di antaranya menyerang anak di
bawah 15 tahun. Di Indonesia, setiap tahunnya selalu terjadi KLB di
beberapa provinsi, yang terbesar terjadi tahun 1998 dan 2004 dengan
jumlah penderita 79.480 orang dengan kematian sebanyak 800 orang
lebih. Pada tahun-tahun berikutnya jumlah kasus terus naik tapi jumlah
kematian turun secara bermakna dibandingkan tahun 2004. Misalnya
jumlah kasus tahun 2008 sebanyak 137.469 orang dengan kematian 1.187
orang atau case fatality rate (CFR) 0,86% serta kasus tahun 2009
sebanyak 154.855 orang dengan kematian 1.384 orang atau CFR 0,89%.
Penelitian di Jepara dan Ujungpandang menunjukkan bahwa nyamuk
Aedes spp. berhubungan dengan tinggi rendahnya infeksi virus dengue di
masyarakat; tetapi infeksi tersebut tidak selalu menyebabkan DBD pada
manusia karena masih tergantung pada faktor lain seperti vector capacity,
virulensi virus dengue, status kekebalan host dan lain-lain.Vector capacity
dipengaruhi oleh kepadatan nyamuk yang terpengaruh iklim mikro dan
makro, frekuensi gigitan per nyamuk per hari, lamanya siklus gonotropik,
umur nyamuk dan lamanya inkubasi ekstrinsik virus dengue serta
pemilihan Hospes.Frekuensi nyamuk menggigit manusia, di antaranya
dipengaruhi oleh aktivitas manusia; orang yang diam (tidak bergerak), 3,3
kali akan lebih banyak digigit nyamuk Ae. Aegypti dibandingkan dengan
orang yang lebih aktif, dengan demikian orang yang kurang aktif akan
lebih besar risikonya untuk tertular virus dengue. Selain itu, frekuensi
nyamuk menggigit manusia juga dipengaruhi keberadaan atau kepadatan
manusia; sehingga diperkirakan nyamuk Ae. aegypti di rumah yang padat
penghuninya, akan lebih tinggi frekuensi menggigitnya terhadap manusia
dibanding yang kurang padat. Kekebalan host terhadap infeksi dipengaruhi
oleh beberapa faktor, salah satunya adalah usia dan status gizi, usia lanjut
akan menurunkan respon imun dan penyerapan gizi.
4. Patogenesis Demam berdarah dengue
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi
pertama mungkin memberi gejala sebagai demam dengue. Reaksi yang
amat berbeda akan tampak bila seseorang mendapat infeksi yang berulang
dengan tipe virus dengue yang berlainan. Hipotesis infeksi sekunder (the
secamdary heterologous infection/ the sequential infection hypothesis)
menyatakan bahwa demam berdarah dengue dapat terjadi bila seseorang
setelah terinfeksi dengue pertama kali mendapat infeksi berulang dengue
lainnya. Re – infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi amnestif antibodi
yang akan terjadi dalam beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan
transformasi limsofit dengan menghasilkan titik tinggi antibodi Ig G
antidengue. Disamping itu replikasi virus dengue terjadi juga dalam
limsofit yang bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam
jumlah banyak. Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya virus kompleks
antigen – antibodi (virus antibody complex) yang selanjutnya akan
mengakibatkan aktivasi sistem komplemen pelepasan C3a dan C5a akibat
aktivasi C3 dan C5 menyebabkan peningkatan permeabilitis dinding
pembuluh darah dan merembesnya plasing dari ruang intravascular ke
ruang ekstravascular(1,2).
5. Keluhan dan gejala klinis
o Trombositopenia <100.000/mm3
Adanya demam seperti di atas disertai dengan 2 atau lebih
manifestasi klinis, ditambah bukti perembesan plasma dan
trombositopenia cukup untuk menegakkan diagnosis Demam
Berdarah Dengue.
Tanda bahaya (warning signs) untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadinya syok pada penderita Demam Berdarah
Dengue.
6. Gambar mengenai DBD
7. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
1. Terapi simptomatik dengan analgetik antipiretik
(Parasetamol 3x500-1000 mg).
2. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi
Alur penanganan pasien dengan demam dengue/demam
berdarah dengue, yaitu:pemeriksaan penunjang Lanjutan
Pemeriksaan Kadar Trombosit dan Hematokrit secara serial
Penatalaksanaan pada Pasien Anak
Demam berdarah dengue (DBD) tanpa syok
1. Bila anak dapat minum
a. Berikan anak banyak minum
Dosis larutan per oral: 1 – 2 liter/hari atau 1 sendok makan tiap
5 menit.
Jenis larutan per oral: air putih, teh manis, oralit, jus buah, air
sirup, atau susu.
b. Berikan cairan intravena (infus) sesuai dengan kebutuhan untuk
dehidrasi sedang. Berikan hanya larutan kristaloid isotonik, seperti
Ringer Laktat (RL) atau Ringer Asetat (RA), dengan dosis sesuai
berat badan sebagai berikut:
Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam
Berat badan 15 – 40 kg : 5 ml/kgBB/jam
Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
1. Bila anak tidak dapat minum, berikan cairan infus kristaloid
isotonik sesuai kebutuhan untuk dehidrasi sedang sesuai dengan dosis
yang telah dijelaskan di atas.
2. Lakukan pemantauan: tanda vital dan diuresis setiap jam,
laboratorium (DPL) per 4-6 jam.
3. Bila terjadi penurunan hematokrit dan perbaikan klinis, turunkan
jumlah cairan secara bertahap sampai keadaan klinis stabil.
4. Bila terjadi perburukan klinis, lakukan penatalaksanaan DBD
dengan syok.
5. Bila anak demam, berikan antipiretik (Parasetamol 10 – 15
mg/kgBB/kali) per oral. Hindari Ibuprofen dan Asetosal.
6. Pengobatan suportif lain sesuai indikasi.
b. Non farmakologi
Langkah Umum untuk Mencegah Penyakit yang Disebarkan oleh Nyamuk
Kenakan pakaian lengan panjang dan celana panjang, dan gunakan
obat penangkal nyamuk yang mengandung DEET pada bagian
tubuh yang tidak terlindungi.
Gunakan kawat nyamuk atau kelambu di ruangan tidak berAC.
Pasang obat nyamuk bakar ataupun obat nyamuk cair/listrik di
tempat yang dilalui nyamuk, seperti jendela, untuk menghindari
gigitan nyamuk.
Cegah munculnya genangan air
- Buang kaleng dan botol bekas di tempat sampah yang tertutup.
- Ganti air di vas bunga paling sedikit seminggu sekali, dan jangan
biarkan ada air menggenang di pot tanaman.
- Tutup rapat semua wadah air, sumur dan tangki penampungan air.
- Jaga saluran air supaya tidak tersumbat.
DAFTAR PUSTAKA