Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini akan dijelaskan latar belakang penggunaan jalan
A. Latar Belakang
Saat ini jalan beton relatif banyak digunakan di jalan- jalan ibukota maupun di
daerah- daerah yang mempunyai tingkat kepadatan lalu lintas tinggi. Beban kendaraan
yang relatif besar dan arus lalu lintas yang semakin padat menjadi alasan utama
pemilihan jalan beton. Terlebih lagi strukturnya yang lebih kuat, awet, dan bebas
perawatan.
Alasan itulah yang menjadi dasar mengapa jalan beton banyak dipilih. Berbeda
dengan tipe jalan aspal yang membutuhkan perawatan rutin setiap tahunnya. Saat cuaca
tidak menentu seperti hujan yang terus terjadi sekarang ini, jika konstruksi aspal tidak
direncanakan dengan baik akan mudah mengelupas, berlubang, dan tergerus oleh air.
Jalan beton menjadi solusi yang sangat efektif untuk mengatasi kerusakan-
kerusakan yang terjadi pada jalan aspal. Oleh karena itu, tugas akhir ini disusun untuk
mengetahui karakteristik jalan beton, material apa saja yang digunakan, metode
sambungan, penulangan, dan aplikasi perencanaan jalan beton di lapangan dengan studi
1
kasus di Jalan Ring Road Timur, Perempatan Jalan Wonosari. Kerusakan- kerusakan
yang terjadi pada jalan aspal tersebut disebabkan karena beban kendaraan yang relatif
berat, sebagai solusinya jalan aspal tersebut akan direncanakan dengan jalan beton.
Gambar 1.1. Kendaraan- kendaraan Berat yang Berhenti di Jalan Ring Road Timur saat
Lampu Merah
2
Beban kendaraan yang relatif berat menyebabkan jalan aspal melendut dan terjadi
retakan di beberapa tempat seperti yang ditunjukkan pada Gambar di bawah ini.
Gambar 1.3. Ruas Jalan yang Dilalui Gambar 1.4. Jalan Aspal yang Tergerus
Kendaraan Berat karena Gesekan Rem
Gambar 1.5. Jalan Aspal yang Mulai Gambar 1.6. Jalan Aspal yang Retak
Terkelupas dan Terkelupas
3
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik jalan beton,
material yang digunakan, konstruksi lapisan perkerasan, dan aplikasi perencanaan jalan
beton di lapangan, dengan studi kasus di Jalan Ring Road Timur, Perempatan
Wonosari.
C. Manfaat Penelitian
Dari kegiatan studi yang telah dilakukan, hasilnya diharapkan dapat berguna
dan diaplikasikan dalam perencanaan jalan beton, baik sebagai teori maupun dalam
aplikasi di lapangan, sebagai solusi untuk mengatasi kerusakan yang terjadi pada jalan
aspal yang diakibatkan oleh kepadatan dan beban lalu lintas yang padat terutama di
D. Batasan Masalah
Studi ini mencakup berbagai faktor dalam perencanaan jalan beton yang meliputi :
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jalan beton menjadi solusi yang efektif untuk menanggulangi kerusakan jalan
aspal akibat beban kendaraan yang terlalu berat. Pada bab ini akan dijelaskan dasar-
dasar dan ketentuan yang harus diperhatikan dalam perencanaan jalan beton.
A. Umum
Pada dasarnya jalan beton direncanakan untuk menopang beban kendaraan lalu
lintas yang relatif berat dan padat, seperti pada perberhentian pintu masuk jalan tol,
perberhentian lampu merah, tempat parkir, dan tikungan- tikungan tajam. Dalam
Beton Semen yang diterbitkan oleh Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah,
Pd T-14-2003.
5
Arthur (1999) mengatakan bahwa pada perkerasan jalan dikenal dua macam tipe
konstruksi yaitu :
Pada dasarnya, perbedaan utama antara jalan beton dengan jalan aspal adalah
terletak pada lapisan perkerasan di atasnya, jenis material yang digunakan, dan metode
dalam beberapa tahap, mulai dari pekerjaan tanah (urugan dan galian), pembuatan lapis
pondasi, dan lapisan di atasnya (berupa beton). Susunan lapis perkerasan untuk jalan
6
Susunan lapisan perkerasan jalan beton tersebut terdiri dari dua lapis, yaitu
lapisan beton dan lapisan pondasi di bawahnya. Lapisan perkerasan beton dikerjakan
secara per segmen dan diberi sekat untuk mengantisipasi resiko kerusakan akibat faktor
kembang susut (shrinkage). Lapis beton tersebut berada di atas lapisan pondasi yang
bisa berupa material berbutir dengan tebal minimal 15 cm atau campuran beton kurus
Hal ini tentu berbeda dengan jalan aspal yang konstruksinya terdiri dari tiga
lapis, yaitu: lapisan aspal, lapisan pondasi atas, dan lapisan pondasi bawah. Karena
kekuatan jalan aspal lebih didukung oleh lapisan perkuatan pondasi di bawahnya, maka
pondasi untuk konstruksi jalan aspal relatif lebih tebal (minimal 12- 15 cm).
7
2. Susunan perkerasan Dua lapis yaitu : lapis beton dan Tiga lapis yaitu : lapis aspal, lapis
lapis pondasi. pondasi atas, dan lapis pondasi
bawah.
8
Wiryanto (2010) mengatakan bahwa jalan beton dari sisi perilaku strukturnya
memang terlihat lebih baik, tegangan yang timbul akibat beban yang sama relatif lebih
kecil, sehingga tidak diperlukan lapisan bawah (base- course) yang tebal. Namun
karena materialnya dari beton, maka pengaruh kembang susut (shrinkage) akibat
perubahan suhu menjadi dominan. Hal inilah yang menyebabkan konstruksi jalan beton
meter, maka untuk mengantisipasi pengaruh kembang susut pada jalan tersebut
harus dipasang tulangan baja sebagai tulangan susut. Meskipun jumlahnya relatif
kecil, tetapi penggunaan tulangan baja menyebabkan jalan beton menjadi mahal
dan pengerjaannya akan lebih kompleks. Detail dari jalan beton yang dibuat
9
Jalan beton dibuat dengan pengerjaan per segmen yang terpisah- terpisah
untuk mengatasi resiko kerusakan akibat faktor kembang susut tanpa perlu
memasang tulangan susut. Biaya yang dikeluarkan akan lebih murah jika
akibatnya, jalan ini menjadi tidak nyaman karena tegangan pada bagian pinggir
segmen menjadi besar, maka untuk mengatasinya kedua segmen yang berdekatan
10
Detail dari jalan beton yang di sekat- sekat dengan siar dilatasi ditunjukkan pada
Gambar 2.3.
karena banyaknya sambungan yang harus dipasang. Oleh karena itu, dikembangkan
suatu konstruksi lain yang merupakan kombinasi kedua cara di atas, yaitu konstruksi
jalan beton tersegmen dengan tulangan dan dowel, seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar 2.4.
11
Gambaran crack yang ditunjukkan pada Gambar 2.4 tersebut terjadi karena
kembang susut, bukan karena beban. Dengan konsep ini, crack yang dihasilkan relatif
sedikit dan jarak sambungan antar segmen menjadi lebih panjang, sehingga jalan
12
Gambar 2.5 dan 2.6 berikut menunjukkan aplikasi jalan beton yang telah banyak
13
B. Landasan Teori
Susunan lapisan perkerasan jalan beton terdiri dari dua lapis, yaitu lapis beton
dan lapis pondasi di bawahnya. Lapis beton tersebut dikerjakan secara per segmen
dengan diberi sekat untuk mengantisipasi resiko kerusakan akibat faktor kembang susut
(shrinkage). Lapis beton tersebut berada di atas lapis pondasi yang bisa berupa material
berbutir dengan tebal minimal 15 cm atau campuran beton kurus (lean- mix concrete)
Konstruksi jalan beton dengan sistem sambungan dowel, siar dilatasi, dan
tulangan membuat jalan beton lebih kuat dan nyaman jika dilalui, karena beban yang
timbul dari beban kendaraan dapat disalurkan dengan merata ke semua bagian segmen
jalan beton dengan jarak antar segmen yang lebih panjang. Sambungan dowel berfungsi
sebagai pengikat atau penyatu antar segmen. Siar dilatasi berfungsi untuk memberikan
celah atau ruang untuk pemuaian, dan pemasangan tulangan susut berfungsi untuk
Lalu lintas harian rata- rata (LHR) secara kasar dapat diperoleh dengan survei
lalu lintas selama 4 jam, kemudian volume kendaraan yang diperoleh dirata- rata tiap
jam. LHR digunakan sebagai volume jam perencanaan, yaitu volume yang digunakan
14
VJP
LHR = …………………………………………..………………. (2.B-1)
K
Dimana :
VJP = volume jam perencanaan, yaitu jumlah lalu lintas yang direncanakan akan
K = faktor VJP yang dipengaruhi oleh pemilihan jam sibuk keberapa, serta jenis
jalan antar kota (bernilai 10 – 15%) atau jalan dalam kota (bernilai lebih
kecil).
Dalam perencanaan perkerasan kaku, tebal pelat beton dihitung agar mampu
15
dimana dianggap apabila perbandingan tegangan yang terjadi pada beton akibat
beban roda terhadap kuat lentur beton (Modulus of Rapture, MR) menurun, maka
perbandingan tegangan tersebut sangat rendah, maka beton akan mampu memikul
a. Lalu Lintas
16
b. Umur Rencana
c. Kapasitas Jalan
pembatasan.
d. Tanah dasar
dukung tanah sangat penting. Pengujian daya dukung nilai tanah (nilai k) untuk
jalan beton sebaiknya berupa uji plate bearing. Dengan modulus reaksi tanah
a. Umur Rencana
17
(1) Lalu lintas harus dianalisa berdasarkan atau hasil perhitungan volume lalu
(2) Untuk keperluan perkerasan kaku, hanya kendaraan niaga yang mempunyai
(c) Sumbu Tandem Roda Ganda (STdRG), misalnya: truk 3as dan
truk gandeng.
R = Faktor pertumbuhan
= ………………………………...…………… (2.B-3)
18
Dimana :
n = Umur rencana.
J
Persentase beban sumbu = ….... (2.B-5)
JSKNH
19
f. Dengan besaran- besaran beban sumbu, k dan tebal pelat yang sudah
nomogram yang bersangkutan (Gambar 2.8, Gambar 2.9, dan Gambar 2.10).
20
+) Tegangan sama dengan atau lebih kecil dari 0,50 maka pengulangan beban tak
terhingga.
21
k. Langkah- langkah yang sama (1 sampai 10) diulang untuk tebal pelat beton
l. Tebal pelat beton yang dipilih/ ditaksir dinyatakan sudah benar/ cocok
apabila total fatigue yang didapat besarnya lebih kecil atau sama dengan
100%.
22
Data
1. Jumlah Kendaraan
Mulai 2. R (Faktor Kendaraan) Menghitung JKNH = jumlah
3. n (Umur Rencana) kendaraan ≥ 5 Ton
4. FK (Faktor Keamanan)
Menghitung JSKN Menghitung JKN
Menghitung JSKNH
JSKN= 365x JSKNH x R JKN = 365 x JKNH x R
Menghitung Beban Sumbu
Menghitung % Beban Sumbu & Repetisi Rencana
Asumsi tebal plat
Tegangan yang Terjadi
(Gambar ke nomogram 2.8; 2.9; 2.10)
Perbandingan Tegangan Jumlah Repetisi yang
(MR/ Tegangan yang terjadi) Diizinkan (Tabel 2.4)
TIDAK
(Pelat Dipertebal) Total Fatigue ≤ 100%
YA
Tebal Pelat Cukup Selesai
23
24
25
26
Besi tulangan yang dipakai dalam perkerasan kaku mempunyai fungsi utama untuk :
Besi tulangan yang dipakai harus bersih dari oli, kotoran, karat,dan
yang ditahan pada letak yang diinginkan. Ukuran atau jarak tulangan dari permukaan
beton adalah :
mm.
lebih.
Luas tulangan melintang (As) yang diperlukan pada perkerasan beton menerus
27
FLM
As = …………………………...…………………………… (2.B-7)
Dimana :
F = Koefisien gesek antara pelat beton dan pondasi bawah (lihat Tabel 2.8).
L = Jarak antara sambungan yang tidak diikat dan/atau tepi bebas pelat (m).
g = Gravitasi (m/s2).
F
Ps = (1,3 – 0,2F) ……………………………………… (2.B-8)
F .F
Dimana :
28
Tabel 2.5).
Tulangan dipasang tepat di tengah tebal pelat dengan jarak antar tulangan 125 ± 25 mm
Tabel 2.5. Koefisien Gesekan antara Pelat Beton dengan Lapis Pondasi Bawah
2.11.
29
Mulai
Input data
A. Tulangan Melintang B. Tulangan Memanjang
1. F (koef. gesek), Tabel 2.5 1. Ps (persentase luas tulangan)
2. L (jarak antar segmen), 10 meter 2. Fct (kuat tarik langsung beton)
3. M (berat jenis beton), 2400kg/cm2 3. n (angka ekivalensi baja & beton (Es/Ec)
4. h (tebal pelat), meter 4. F (koef. gesek), Tabel 2.5
5. fs (teg. leleh baja), 240 MPa 5. Fy (teg. leleh baja), 3900 kg/cm2
Desain tulangan
FLM F
As = Ps = (1,3 – 0,2F)
F .F
Menentukan diameter Menentukan As
Gambar Rencana
Selesai
30
BAB III
METODOLOGI
Metodologi untuk studi ini dilakukan dengan pengambilan data terlebih dahulu,
kemudian hasil data yang didapatkan akan dianalisa untuk menjadi topik pembahasan.
A. Pengambilan Data
kendaraan- kendaraan berat. Survei tersebut dilakukan di Jalan Ring Road Timur,
perempatan Wonosari. Pada hari Selasa, 1 Maret 2011, selama 4 jam untuk
mendapatkan nilai LHR (lalu lintas harian rencana) secara kasar, dari pukul 09.30
Data yang didapat merupakan data masukan sebagai bahan analisis dalam
studi ini. Jenis data yang didapat terdiri dari dua macam, yaitu data konstan dan data
tidak konstan.
1. Data konstan
Data konstan adalah data yang tidak berubah sehingga pengumpulan data dapat
dilakukan setiap saat, seperti : durasi lampu merah, panjang, dan lebar jalan.
31
Data tidak konstan adalah data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung di
lapangan yang sifatnya dapat berubah- ubah setiap saat, seperti : jumlah dan jenis
Gambar 3.1. Lokasi Survei di Jalan Ring Road Timur, Perempatan Wonosari
Sumber : Google Earth Pro (2011)
32
B. Metode Penelitian
1. Survei Pendahuluan
pendahuluan diperlukan untuk menentukan pos- pos lokasi survei, jumlah surveyor
yang dibutuhkan, waktu pelaksanaan, dan jenis alat survei yang akan digunakan.
2. Pelaksanaan Survei
Hal- hal yang dilakukan pada waktu pelaksanaan survei antara lain :
(1) Pengukuran panjang dan lebar ruas jalan yang digunakan untuk
survei.
a. Alat Penelitian
33
a. Formulir penelitian dan alat tulis, yang digunakan untuk mencatat jumlah
c. Arloji dan stopwatch, yang digunakan unuk mencatat durasi lampu merah.
b. Cara Kerja
tempat yang sekiranya dapat melihat semua kendaraan yang akan melintasi simpang
tersebut, baik dalam keadaan berbelok (kanan/ kiri) ataupun lurus setelah berhenti
karena lampu merah. Surveyor mengamati dan mencatat jumlah kendaraan bermotor
yang melintas pada simpang jalan tersebut sesuai ketentuan yang telah di sepakati
mengenai jenis kendaraan yang akan di amati, kemudian memasukkan data tersebut
c. Light vehicle (LV) : semua kendaraan penumpang beroda dua as dan mobil.
b. Heavy vehicle (HV) : kendaraan barang dan bus dengan roda dua as atau tiga
34
Setelah pengambilan data yang meliputi lebar jalan, panjang, dan jumlah arus
Jalan aspal yang lama akan dibongkar dan lapisan perkerasannya diganti
5. Metode pelaksanaan
6. Gambar rencana
35
BAB IV
PEMBAHASAN
perencanaan, maka mutu beton dan komposisinya harus diperhatikan. Bab pembahasan
ini membicarakan jenis material yang digunakan dalam perkerasan jalan beton, metode
1. Beton
Beton adalah campuran dari bahan agregat, semen dan air dengan komposisi
tertentu. Beton yang digunakan untuk lapisan pada perkerasan kaku dihamparkan di
atas lapisan pondasi atas yang biasanya tersusun dari batuan. Prosesnya, semen
proses reaksi kimia yang mengubah semen yang kering menjadi perekat. Bila air
terlalu sedikit, maka reaksinya menjadi tidak sempurna dan air yang terlalu banyak
agregat diselimuti oleh semen terlebih dahulu sebelum ditambahkan air. Kekuatan
36
campuran yang tepat dari beton terutama disebabkan oleh agregat kasar. Bagian
agregat halus harus diberikan secara tepat dan cukup untuk mengisi rongga atau
celah antar agregat kasar yang ukurannya relatif besar. Jadi dapat disimpulkan
campuran.
b. Efisiensi campuran.
f. Jumlah air yang digunakan (umumnya dengan ukuran rasio air/ semen).
g. Tingkat pemadatan.
Campuran beton didasarkan pada kekuatan rata- rata benda uji kubus beton.
Jika syarat kekuatan sudah ditentukan, maka campuran harus didesain untuk
beton grade 30 mempunyai kekuatan tekan pada usia 28 hari sebesar 30 N/mm2.
37
Dalam proyek jalan, biasanya beton telah dipesan dalam bentuk ready mix dari
tempat pencampuran dalam mixer truck dan supplier sangat bertanggung jawab
38
2. Agregat
Kebersihan agregat juga menjadi faktor yang sangat penting. Agregat yang dipakai
39
B. Metode Sambungan
b. Memudahkan pelaksanaan.
a. Sambungan memanjang.
c. Sambungan isolasi.
Semua sambungan harus ditutup dengan bahan penutup (joint sealer), kecuali
pada sambungan isolasi terlebih dahulu harus diberi bahan pengisi (joint filler).
terjadinya retak memanjang. Jarak antar sambungan memanjang sekitar tiga sampai
empat meter dan harus dilengkapi dengan batang ulir dengan mutu minimum BJTU-
24 diameter 16 mm.
40
At = 204 x b x h, dan
l = (38,3 x φ) + 75
Dengan :
perkerasan (m).
Jarak antar batang pengikat yang digunakan adalah 75 cm. Tipikal sambungan
Gambar 4.1. Potongan Memanjang Sambungan dengan Batang Pengikat (Tie Bars)
Sumber : Perencanaan Perkerasan Jalan Beton (2003)
41
dengan arah melintang. Kedalaman sambungan ini kurang lebih mencapai 1/4 dari
tebal pelat untuk perkerasan dengan lapis pondasi berbutir atau 1/3 dari tebal pelat
untuk lapis pondasi stabilisasi semen. Sambungan susut melintang ini terdiri dari
Detail dari kedua jenis sambungan tersebut dijelaskan dengan Gambar 4.2 dan 4.3.
42
tulangan sekitar 8 - 15 m. Setengah panjang ruji polos harus dicat atau dilumuri dengan
bahan anti lengket untuk menjamin tidak ada ikatan dengan beton. Diameter ruji
tergantung pada tebal pelat beton sebagaimana tercantum pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Hubungan Antara Tebal Pelat Beton dengan Diameter Ruji
43
Tabel 4.4. Hubungan Antara Tebal Pelat Beton dengan Diameter Ruji dan Jaraknya
3. Sambungan isolasi
bangunan yang lain, misalnya manhole, jembatan, tiang listrik, jalan lama,
bahan penutup (joint sealer) setebal 5 – 7 mm dan sisanya diisi dengan bahan
(a) Simpang Tegak Lurus (b) Simpang Lurus (Apron) (c) Simpang Tegak
44
(d) Simpang Menyudut (e) Simpang Jalan Terpisah (f) Simpang Menyudut Dua
Arah
Ada 2 jenis sambungan isolasi yaitu sambungan isolasi dengan ruji dan
sambungan isolasi tanpa ruji, yang masing- masing ditunjukkan pada Gambar 4.6.
muai
(a) Sambungan Isolasi dengan Ruji (b) Sambungan Isolasi Tanpa Ruji
45
Sambungan isolasi yang digunakan pada bangunan lain, seperti jembatan perlu
pemasangan ruji untuk transfer beban. Pada ujung ruji harus dipasang pelindung
muai agar ruji dapat bergerak bebas. Pelindung muai harus cukup panjang sehingga
menutup ruji sepanjang 50 mm dan masih mempunyai ruang bebas yang cukup,
diperlihatkan pada Gambar 4.6 (a) di atas. Ukuran ruji dapat dilihat pada Tabel 4.3
dan 4.4.
4. Penutup Sambungan
benda lain ke dalam sambungan perkerasan. Benda- benda lain yang masuk ke
dalam sambungan dapat menyebabkan kerusakan berupa gompal dan blow up (pelat
46
BAB V
Pada bab ini disajikan hasil perencanaan jalan beton dengan kasus di Jalan Ring
Road Timur, perempatan Wonosari. Uraian dari bab ini meliputi data survei lalu lintas,
A. Data Kendaraan
Data jumlah total kendaraan hasil survei ditunjukkan dalam Tabel 5.1 berikut.
Jenis Kendaraan
Waktu LV MV MC
Keterangan :
a. LV (light vehicle) : semua kendaraan penumpang beroda 2 as, dan mobil
b. HV (heavy vehicle) : kendaraan barang dan bus dengan roda 2 as atau 3 as,
serta truk.
47
d. VJP (volume jam perencanaan) : jumlah lalu lintas yang direncanakan akan
B. Data Teknis
Data teknis jalan beton yang akan direncanakan adalah sebagai berikut :
Rekapitulasi jumlah kendaraan dan konfigurasi bebannya ditunjukkan dalam Tabel 5.2.
48
LHR
Jenis Kendaraan Konfigurasi dan Beban VJP Jumlah Sumbu
(VJP/ 15%)
Mobil Penumpang (1 + 1) ton = 2 ton 123 820 -
Bus (3 + 5) ton = 8 ton 40 267 533
Truk 2 as (2 + 4) ton = 6 ton 47 313 627
truk 3 as (6 + 14) ton = 20 ton 26 173 346
1. Menghitung Jumlah Kendaraan Niaga (JKN) selama umur rencana (20 tahun).
= 753 kendaraan
,
=
,
= 33,06
49
Sehingga diperoleh
= 9.092.035 kendaraan
2. Menghitung Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga Harian (JSKNH) dan Jumlah Sumbu
Sehingga diperoleh
= 18.184.071 kendaraan
3. Menghitung persentase masing- masing beban sumbu dan jumlah repetisi yang akan
terjadi selama umur rencana (20 tahun). Perhitungan ditunjukkan dalam Tabel 5.3.
50
*) Konfigurasi =
JSKNH
**) Jumlah repetisi = JKN x konfigurasi sumbu x koef. distribusi jalur (Tabel 2.2)
4. Perhitungan tebal pelat beton ditunjukkan dalam Tabel 5.4 dan 5.5.
51
Tabel 5.4. Perhitungan Tebal Pelat Beton (Asumsi Tebal Pelat 12 cm, MR 40 kg/cm2 )
R
***) % Fatigue =
J
Dengan tebal pelat 12 cm didapatkan bahwa total fatigue yang terjadi 458, 01 % (> 100%), maka perhitungan harus diulang lagi dengan
52
Tabel 5.5. Perhitungan Tebal Pelat Beton (Asumsi Tebal Pelat 15 cm, MR 40 kg/cm2 )
R
***) % Fatigue =
J
Dengan tebal pelat 15 cm terlihat bahwa total fatigue yang terjadi hanya 2,90 % (< 100%), maka perhitungan sudah cukup dan tebal
pelat 15 cm dapat digunakan.
53
D. Perencaaan Tulangan
1. Tulangan Melintang
FLM
As =
, , ,
=
= 110,36 mm2
As = ¼ Л d2
54
,
Jumlah tulangan = = 1.4 (dipakai buah 2 tulangan) → 2D10 – 500 mm
,
Karena berdasarkan peraturan penulangan untuk arah melintang harus berjarak 300 ±
Gambar penulangan arah melintang setiap meter ditunjukkan pada Gambar di bawah
ini.
2. Tulangan Memanjang
F
Ps = (1,3 – 0,2F)
F .F
= 0,515 %
55
= 772,5 mm2
As = ¼ Л d2
= ¼ x 3,14 x 122
= 113,04 mm2
,
Jumlah tulangan = = 6,8 (dipakai 7 tulangan)
,
Gambar penulangan arah memanjang setiap meter ditunjukkan pada Gambar di bawah
ini.
56
Penulangan untuk arah memanjang dan melintang setiap segmen ditujukkan pada
57
58
BAB VI
Pada bab ini disajikan kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan.
A. Kesimpulan
Dari penelitian Desain dan Aplikasi Perencanaan Jalan Beton ini didapat
a. Jenis konstruksi yang cocok dipakai untuk perencanaan jalan beton di Jalan
Ring Road Timur, perempatan Wonosari adalah tipe JRC (jointed reinforced
concrete). Dengan konsep ini, crack yang dihasilkan relatif sedikit dan jarak
sambungan antar segmen menjadi lebih panjang, sehingga jalan menjadi lebih
c. Penulangan untuk arah memanjang diperoleh sebesar D12 – 150 mm dan arah
B. Saran
Dalam pelaksanaan tugas akhir Desain dan Aplikasi Perencanaan Jalan Beton
ini dibutuhkan kesriusan, kesabaran dan ketelitian, terutama dalam pemasukan dan
59
pengolahan data, serta dalam perhitungan. Oleh karena itu, Penulis ingin
a. Memahami teori mekanika tanah dan struktur/ konstruksi jalan yang telah
diajarkan sebelumnya.
jalan.
60
DAFTAR PUSTAKA
Delatte ., dkk, 2008. Concrete Pavement Design,Construction, and Performance. Taylor and
Francis e-Library. New York.
Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, 2004. Pelaksanaan Pekerjaan Untuk Jalan
Beton Semen (Pd T-05-2004-B). BSN. Jakarta.
Griffiths, Geoffrey dan Thom, Nick, 2007. Concrete Pavement Design Guidance Notes.
Taylor and Francis Group. New York.
Haryanto, Iman dan Hidayat, Nursyamsu, 2002. Jalan Raya 2. PDTS UGM. Yogyakarta.
Kendrick ., 2004. Roadwork : Theory and Practice Fifth Edition. Tottenham Court Road.
London.
Malkhamah, Siti, 1995. Survei Lampu Lalu Lintas dan Pengantar Manajemen Lalu Lintas.
KMTS FT UGM. Yogyakarta.
RIWAYAT HIDUP
CURRICULUM VITAE
A. BIODATA
Agama : Islam
Email : riza.inc@gmail.com
Blog : www.miftakhurriza.blogspot.com
: www.engineerwork.blogspot.com
Alamat di Yogyakarta : Jl. Kaliurang km 5,6. Pandega Mandala No 22, Sleman- Yogyakarta
Alamat di Semarang : Jl. Gondang Timur Raya 1, No 29, Bulusan, Tembalang, Semarang
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
C. PENGUASAAN SOFTWARE
1. Microsof Office
2. Adobe Photoshop dan Corel Draw
3. Autocad 2D
4. Sketch Up 3D
5. SAP 2000 (Structure Analysis Program)
6. ETABS (Extended 3D Analysis of Building Systems)
7. Plaxis (Geotechnical Software Tools)
D. KARYA ILMIAH
E. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Renovasi dan Pengembang Gedung bimbingan belajar HHB, Happy Honey Bee,
Yogyakarta (2010).
2. Perencana dan Pengembang Pondok Pesantren Tijanul Ilmi, Magelang (2010).
3. Konsultan dan Pengembang Masjid Al Huda, Jalan Kaliurang km 5.6, Yogyakarta
(2010).
4. Managemen konstruksi dan Pengawas pembangunan Kantor dan Showroom Mobil
Nissan, cabang Yogyakarta (2010). Kerja sama : PT. Aneka Bangun Persada.
5. Perencana dan Konsultan Pengembangan Showroom Mobil Nissan, cabang NTT
(2010). Kerja sama : PT . Tri Eka Visipratama.
6. Analisis kerusakan Jembatan Pabelan pasca erupsi Merapi (2011). Kerja sama: PT.
Adhi Karya.
H. REKAN KERJA :
I. SERTIFIKAT :
J. LAMPIRAN :
Berikut Saya lampirkan beberapa contoh pengalaman profesi yang pernah Kami kerjakan :
Gambar 6. Perencanaan Kuda- kuda Baja Ringan Bentang 14 meter untuk Pabrik
Klaten, Yogyakarta