You are on page 1of 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kemunculan skandal akuntansi diawal tahun 2000 membuat perubahan

besar di dunia pengauditan khususnya pada regulasi dan standar (Moeller, 2005).

Kasus Enron dan WorldCom merupakan contoh skandal akuntansi dalam skala

besar. Kedua contoh kasus tersebut melibatkan peran auditor. Para auditor yang

pada saat itu bertanggung jawab untuk memberikan jasa assurance terhadap

laporan keuangan perusahaan telah bersikap tidak independen dengan melakukan

kerjasama dengan manajemen untuk memanipulasi laporan keuangan perusahaan.

Skandal akuntansi tersebut menyebabkan kerugian besar bagi para stakeholder

khususnya investor. Upaya yang dilakukan oleh regulator untuk mencegah

terjadinya kasus serupa adalah peningkatan sistem pengendalian internal. Aktifitas

pengendalian internal didukung dengan jasa yang diberikan oleh auditor internal.

Kualitas jasa assurance dan konsultasi yang diberikan oleh auditor internal akan

semakin baik apabila fungsi audit internal bersifat independen.

Independensi merupakan bagian dari standar atribut yang harus dijadikan

acuan bagi auditor internal dalam melaksanakan program audit. Kasus Enron dan

WorldCom menunjukan bahwa fungsi audit internal pada kedua perusahan tersebut

bersifat tidak independen. Manipulasi laporan keuangan kedua perusahaan tersebut

justru melibatkan auditor masing-masing perusahaan. The Institute of Internal

Auditors (IIA) menerbitkan standar yang menegaskan bahwa secara organisasional


fungsi audit internal harus independen dan auditor internal di dalamnya harus

bersikap obyektif.

Independensi fungsi audit internal dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal

dan internal. Penelitian yang dilakukan oleh Stewart (2010) menyatakan bahwa

banyak faktor individual dan organisasional yang secara potensial mempengaruhi

dan dipengaruhi oleh independensi dan obyektifitas auditor internal. Faktor

individual dan organisasional merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku dan

status auditor internal sehingga memberikan dampak terhadap kualitas audit. Secara

individual auditor internal memiliki peran penting untuk mendukung independensi

fungsi audit internal. Menurut Sarens (2013) karakteristik dari auditor internal

berpengaruh terhadap pelaksanaan program audit. Karakteristik auditor internal

yang sesuai dengan aktifitas yang dijalankan dapat mendukung sikap independensi

dalam pelaksanaan program audit.

Penelitian yang dilakukan oleh Christopher (2009) menyatakan bahwa

independensi fungsi internal audit dipengaruhi oleh pihak-pihak yang terlibat di

dalamnya, seperti auditor internal, komite audit, dan manajemen perusahaan.

Christopher (2009) menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi independensi

auditor internal, antara lain: posisi organisasional komite audit, manajemen sumber

daya manusia dan operasional fungsi audit internal, persepsi anggota perusahaan

terhadap auditor internal, hubungan komite audit dengan auditor internal,

komposisi komite audit, dan pengaruh langsung yang berdampak pada

independensi fungsi audit internal. Berkaitan dengan penelitian Chrsitopher (2009),

penelitian yang dilakukan oleh Goodwin (2001) juga menyatakan salah satu faktor
yang mempengaruhi independensi fungsi audit internal adalah menggunakan

management training ground (MTG) untuk menjalankan fungsi audit internal.

Kondisi tersebut dapat mengurangi independensi karena auditee berpotensi menjadi

pimpinan auditor internal setelah menyelesaikan program MTG.

Salah satu faktor yang memiliki pengaruh signifikan terhadap independensi

fungsi audit internal adalah hubungan antara fungsi audit internal dengan

manajemen senior. Penelitian yang dilakukan Sarens (2006) menyatakan adanya

perbedaan ekspektasi terhadap fungsi masing-masing pihak antara manajemen

senior dengan auditor internal. Manajemen senior berekspektasi terhadap peran

auditor internal untuk membantu monitoring budaya perusahaan dan membuat

aturan baru ketika ada temuan atas lemahnya sistem pengendalian internal. Secara

spesifik Sarens (2006) menyatakan bahwa persepsi senior manajemen seakan

menjadikan auditor internal sebagai decision maker karena auditor internal diikut

sertakan dalam pengambilan keputusan seperti pembuatan aturan baru. Sedangkan

pihak auditor internal berekspektasi bahwa manajemen senior merupakan pihak

yang pertama melakukan pembenahan ketika adanya temuan atas lemahnya sistem

pengendalian internal. Auditor internal beranggapan bahwa manajemen senior yang

seharusnya memiliki inisiatif terlebih dahulu untuk melakukan pembenahan atas

temuan auditor internal. Expectation gap antara manajemen senior dengan auditor

internal akan menimbulkan permasalahan terhadap independensi fungsi audit

internal yang dapat mempengaruhi obyketifitas dalam memberikan jasa assurance

dan konsultasi.
Namun, penelitian yang dilakukan Sarens (2006) tersebut kontra dengan

penelitian Kamau (2014) mengenai hubungan antara auditor internal dengan

manajemen senior. Penelitian yang dilakukan oleh Kamau (2014) mengenai

motivasi auditor internal dalam bersikap independen menyatakan bahwa untuk

meningkatkan independensi, auditor internal tidak perlu terlibat secara intensif

dengan manajemen perusahaan. Keterlibatan dalam aktifitas manejemen memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap independensi fungsi audit internal. Mengacu

pada perbedaan hasil penelitian Sarens (2006) dan Kamau (2014) menjadikan

peneliti termotivasi untuk kembali melakukan penelitian terhadap auditor internal

dengan melibatkan hubungan antara fungsi audit internal dengan manajemen

perusahaan. Perbedaan yang dimaksud yaitu penelitian Sarens (2006) menunjukan

bahwa fungsi audit internal memiliki hubungan kerja yang intensif dengan

manajemen senior, sebaliknya penelitian Kamau (2014) menyatakan bahwa auditor

internal tidak perlu terlibat secara intensif dengan manajemen senior untuk menjaga

independensi fungsi audit internal.

Selain menganalisis independensi fungsi audit internal terhadap

manajemen, peneliti juga akan menganalisis hubungan antara kondisi fungsi audit

internal dengan persepsi auditor internal terhadap independensi fungsi audit internal

yang dijalankannya. Fungsi audit internal semakin independen apabila auditor

internal di dalamnya memiliki keyakinan atas kesesuaian performa dengan standar

dan regulasi yang berlaku. Selain itu, peneliti juga memasukan unsur persepsi

auditor internal atas keyakinan terhadap laporan keuangan auditan yang bebas dari

salah saji baik disengaja maupun tidak disengaja. Dasar yang digunakan adalah
penelitian yang dilakukan oleh Swanger (2001) mengenai persepi analis keuangan

terhadap independensi fungsi audit internal yang menggunakan jasa outsourcing.

Penelitian tersebut menemukan bahwa persepsi terhadap independensi auditor

internal lebih besar ketika perusahaan menjalankan fungsi audit internal dari staf

internal perusahaan atau outsource dari KAP yang berbeda dengan eksternal auditor

perusahaan tersebut. Besarnya tingkat keyakinan atas independensi auditor internal

dapat mendukung kepercayaan diri auditor internal dalam menjaga independensi

fungsi audit internal.

Mengacu pada beberapa penelitian diatas, peneliti ingin melakukan kembali

penelitian mengenai independensi fungsi audit internal dengan menggunakan

sampel auditor internal yang sedang melakukan penelitian dan pelatihan di Yayasan

Pendidikan Internal Audit (YPIA). Berbeda dengan penelitian sebelumnya, peneliti

juga akan menganalisis perbedaan persepsi atas independensi dan salah saji laporan

keuangan antara auditor internal BUMN dan auditor internal perusahaan swasta.

Belum adanya penelitian yang menganalisis independensi auditor internal secara

organisasional dan operasional pelaksanaan tugas audit dengan membandingkan

antara fieldwork dengan persepsi atas independensi auditor internal di perusahaan-

perusahaan Indonesia khususnya perbandingan auditor internal BUMN dengan

auditor internal perusahaan swasta membuat peneliti termotivasi untuk melakukan

penelitian ini.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang

diangkat dalam penelitian ini antara lain:

1. Apakah fungsi audit internal independen terhadap manajemen?

2. Apakah hubungan komite audit dan auditor internal mendukung

independensi?

3. Apakah ada hubungan antara kondisi fungsi audit internal dengan

persepsi auditor internal terhadap independensi baik in fact maupun in

appearance?

4. Apakah ada hubungan antara kondisi pelaksanaan audit internal dengan

persepsi terhadap salah saji laporan keuangan auditan yang disengaja

maupun tidak disengaja?

5. Apakah ada perbedaan persepsi antara auditor internal BUMN dengan

auditor internal perusahaan swasta mengenai keyakinan atas

independensi fungsi audit internal dan reliabilitas laporan keuangan

auditan perusahaannya?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, tujuan dari penelitian

ini adalah menganalisis faktor yang mempengaruhi independensi fungsi audit

internal terhadap pelaksanaan program audit melalui analisis deskriptif dan

menganalisis persepsi auditor internal terhadap independensi fungsi audit

internalnya dan persepsi atas salah saji laporan keuangan auditan perusahaannya

melalui pengujian hipotesis. Sebagaimana pernyataan IIA bahwa pengertian audit


internal adalah independent appraisal function established within an organization

to examine and evaluate its activities as a service to the organization, maka

penelitian ini berfokus pada independensi internal auditor yang mempengaruhi

pelaksanaan program audit.

1.4 Kontribusi Penelitian

Berdasarkan tujuan yang telah disebutkan maka penelitian ini diharapkan

akan memberikan kegunaan sebagai berikut:

1.4.1. Memberikan referensi baru bagi penelitian di bidang internal audit

terutama yang terkait dengan independensi internal auditor terhadap

intervensi atau tekanan dalam memberikan jasa assurance dan

konsultasi yang dapat mempengaruhi obyektifitas dari internal

auditor sehingga diharapkan dapat memberikan gambaran untuk

penelitian selanjutnya mengenai kondisi di lapangan.

1.4.2. Bagi regulator, diharapkan penelitian ini akan memberikan

kontribusi dalam perbaikan struktur internal audit yang berlaku

secara umum untuk menjaga independensi fungsi audit internal.

1.4.3. Bagi perusahaan, diharpakan penelitian ini dapat menjadi masukan

untuk menjaga independensi fungsi audit internal melalui penerapan

standar audit internal dan prinsip umum good corporate

governance.
1.5 Sistematika Penulisan

Penelitian ini menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN; berisi latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, kontribusi penelitian,

dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI; berisi landasan teori, penelitian

terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis.

BAB III : METODE PENELITIAN; berisi desain penelitian, uraian

mengenai variabel penelitian, subyek penelitian, metode

pengumpulan data, dan metode analisis data.

BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN; berisi analisis

data, interpretasi hasil, dan diskusi.

BAB V : PENUTUP; berisi kesimpulan, keterbatasan penelitian,

dan saran bagi penelitian selanjutnya.

You might also like