You are on page 1of 9

PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI

UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MITIGASI BENCANA DI


SEKOLAH-SEKOLAH DI INDONESIA SEBAGAI UPAYA
PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA SIAP SIAGA
1
David Rizaldy
1
Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. Kampus Unnes
Sekaran Gunungpati Semarang 50229. Email rizaldydavid534@gmail.com

ABSTRACT
on data of BNPB Year 2017, recorded 2,163 incidents of natural disasters in
Indonesia with details of deaths as many as 264 people, injured as many as 1,018
people and displaced as many as 3,220,739 inhabitants. Natural disasters also
cause damage to public facilities with details of health facilities 99 units, 524 units
of worship facilities and educational facilities 1.146 units. One of the most
effective prevention efforts to reduce the impact of disaster risk is from the
education sector. Education is a conscious and well-planned effort to shape the
character students through the planting of knowledge and skills. Education is
fundamental in shaping the character of the nation's generation. Education can
provide students knowledge and skills in dealing with natural disasters. Disaster
mitigation education is an essential requirement that students need to reduce the
impact of natural disasters both now and in the future. Currently disaster
education materials are still little studied in schools in Indonesia. Although
students have been taught some ways to cope with natural disasters but they are
still lacking. This is due to several factors such as the absence of special subjects to
study natural disasters, less learning time and lack of disaster simulations taught
in schools. Disaster mitigation education can be inserted into several subjects. In
addition disaster education is also into extracurricular activities that exist in
schools. So with these strategies can have a positive impact on the development of
ready-made characters of students.
Keywords: Natural disaster, education, students, school, character.
ABSTRAK
Indonesia merupakan negara yang rawan akan terjadinya bencana
alam.Berdasarkan perspektif geografi, geologi, klimatologi, dan demografi,
Indonesia menempati peringkat ke 7 sebagai negara paling rawan akan risiko
bencana alam (UNESCO). Berdasarkan data BNPB Tahun 2017, tercatat 2.163
kejadian bencana alam di Indonesia dengan rincian korban meninggal sebanyak
264 jiwa, korban luka sebanyak 1.018 jiwa dan korban mengungsi sebanyak
3.220.739 jiwa. Bencana alam juga menyebabkan rusaknya fasilitas umum
dengan rincian fasilitas kesehatan 99 unit, fasilitas peribadatan 524 unit dan
fasilitas pendidikan 1.146 unit.Salah satu upaya pencegahan yang paling efektif
untuk mengurangi dampak risiko bencana adalah dari sektor
pendidikan.Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk membentuk
karakter siswa melalui penanaman pengetahuan dan keterampilan.Pendidikan
adalah hal yang fundamental dalam membentuk karakter generasi bangsa.

479
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018

Pendidikan dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan siswa dalam


menghadapi bencana alam. Pendidikan mitigasi bencana adalah kebutuhan
esensial yang diperlukan siswa guna mengurangi dampak bencana alam baik di
masa sekarang maupun yang akan datang.Saat ini materi pendidikan
kebencanaan masih sedikit dipelajari di sekolah-sekolah di Indonesia. Meskipun
siswa telah diajarkan beberapa cara menanggulangi bencana alam namun hal
tersebut masih kurang. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti tidak
adanya mata pelajaran yang khusus untuk mempelajari bencana alam,waktu
pembelajaran yang kurang dan kurangnya simulasi bencana yang diajarkan di
sekolah.Pendidikan mitigasi bencana dapat disisipkan kedalam beberapa mata
pelajaran. Selain itu pendidikan kebencanaan juga kedalam kegiatan
ekstrakurikuler yang ada di sekolah. Sehingga dengan strategi tersebut dapat
memberikan dampak positif bagi perkembangan karakter siap siaga siswa.
Katakunci : Bencana alam, pendidikan, siswa, sekolah, karakter.

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang rawan bencana. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor geografis. Posisi geografis Indonesia masuk dalam tiga
lempengan bumi, yaitu Pasifik, Eurasia, dan Indo-Australia. Hal ini akan
menyebabkan wilayah Indonesia terdapat banyak gunung berapi akibat aktivitas
lempengan tersebut. Selain itu, Indonesia juga dilalui oleh dua jalur pegunungan
yaitu Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediterania. Fenomena tersebut akan berdampak
pada wilayah yang dilalui sehingga intensitas terjadi bencana alam meningkat
seperti gempa bumi dan gunung meletus. Tercatat 2.163 kejadian bencana alam di
Indonesia dengan rincian korban meninggal sebanyak 264 jiwa, korban luka
sebanyak 1.018 jiwa dan korban mengungsi sebanyak 3.220.739 jiwa. Bencana
alam juga menyebabkan rusaknya fasilitas umum dengan rincian fasilitas
kesehatan 99 unit, fasilitas peribadatan 524 unit dan fasilitas pendidikan 1.146 unit
(BNPB, 2017). Hal yang mengejutkan adalah dalam data tersebut sebanyak 562
kejadian bencana alam terjadi di Provinsi Jawa Tengah. Salah satu contoh bencana
alam yang baru saja terjadi di Jawa Tengah adalah tanah longsor dan banjir di
Kabupaten Brebes. Menurut data BNPB pada tanggal 28 Februari 2018 tercatat
ada 11 korban meninggal dunia, 7 orang hilang dan 4 korban masih dirawat di
rumah sakit. Berbicara tentang bencana pada dasarnya membicarakan lima (5) hal
sekaligus, yaitu penyebab bencana dan kerentanan (faktor alam dan
manusia),dampak bencana (kerusakan lingkungan, korban dan kerugian), peran
pemerintah (termasuk kebijakan penanggulangan bencana), peran masyarakat
(sebagai korban, faktor penyebab atau penyelamat) dan yang terakhir berbicara
tentang pengaruh dan tindakan stakeholders terkait dengan ancaman bahaya dan
bencana tersebut (Prihanato, 2013). Kunci untuk menghadapi permasalahan
tersebut adalah memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang
pentingnya mitigasi bencana kepada masyarakat. Mitigasi adalah tindakan yang

480
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018

dilakukan untuk mengurangi dampak yang disebabkan oleh terjadinya bencana


(Dewi, 2014: 7).
Saat ini pemerintah telah melaksanakan program peningkatan kualitas pendidikan
sesuai dengan yang telah dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional.
Berdasarkan Undang-Undang Dasar Nomor 31 Tahun 1945 pasal 1 menyatakan
bahwa “setiap warga negara berhak mendapat pendidikan’’. Salah satu contoh
permasalahan kualitas pendidikan di Indonesia adalah tentang pendidikan mitigasi
bencana. Indonesia merupakan negara yang rawan akan terjadinya bencana alam.
Berdasarkan perspektif geografi, geologi, klimatologi, dan demografi, Indonesia
menempati peringkat ke 7 sebagai negara paling rawan akan risiko bencana alam
(UNESCO, 2017). Mengacu pada fenomena bagaimana masyarakat menyikapi
bencana alam, dapat dievaluasi bahwa masyarakat Indonesia kurang bersikap
reaktif dan responsif dalam menghadapi peristiwa bencana alam yang sering
datang secara mendadak.
Kasus ini dapat dikomparasikan antara Negara Jepang dan Indonesia yaitu sama-
sama merupakan negara yang rawan peristiwa bencana alam. Tetapi dari segi
fundamental kualitas pendidikan mitigasi bencana, Indonesia masih jauh tertinggal
dibandingkan dengan negara Jepang. Perbandingan kedua negara tersebut dapat
dilihat dari rasio jumlah korban jiwa dan kerusakan fasilitas yang cukup berbeda
secara signifikan akibat dampak bencana alam. Perbedaan perspektif masyarakat
dalam menyikapi peristiwa bencana alam menjadi pembeda kedua negara
tersebut yang sama-sama merupakan wilayah rawan bencana.
Berdasarkan kasus bencana alam yang rawan terjadi di Indonesia, perlu adanya
penanganan yang serius dari berbagai pihak, perlu adanya strategi yang pragmatis
dalam membentuk masyarakat Indonesia yang sadar akan bahaya bencana alam.
Salah satu langkah strategis yang dapat dilakukan adalah melalui sektor
pendidikan. Sektor pendidikan adalah sektor yang sangat fundamental dalam
pembentukan karakter siswa. Melalui sektor pendidikan, maka pengetahuan
tentang mitigasi bencana dapat diberikan secara intensif oleh pendidik.
Pendidikan kebencanaan menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan kapasitas
pengetahuan peserta didik mengenai bencana mengenai definisi bencana itu
sendiri, jenis-jenis kejadian bencana, tanda- tanda akan terjadinya bencana,
dampak bencana, upaya pra-saat-pra bencana, upaya pengurangan risiko bencana
serta kerentanan dan kerawanan bencana di daerahnya (Mardiyati, 2017).
Pendidikan mitigasi bencana yang diajarkan di sekolah-sekolah akan membentuk
karakter siswa yang siap siaga terhadap setiap bencana yang terjadi. Karakter siap
siaga bencana akan terbentuk apabila siswa memiliki bekal dalam hal
pengetahuan dan keterampilan mitigasi bencana yang dapat ditanamkan pada
lingkungan sekolah di Indonesia baik dalam kegiatan pembelajaran maupun
ekstrakurikuler.

481
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018

2. METODOLOGI
Metodologi penulisan karya tulis ini menggunakan metode studi pustaka yang
bersumber dari buku, jurnal ilmiah, karya tulis ilmiah dan berita terpercaya.
Penulisan karya tulis ini menggunakan data sekunder yang bersumber pada
instansi dan lembaga yang terkait dengan kebencanaan. Studi pustaka dan data
sekunder kemudian dianalisis oleh penulis untuk membentuk karya tulis dalam
bidang pendidikan mitigasi bencana yang dapat di implementasikan di sekolah-
sekolah di Indonesia.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Bencana Alam Di Indonesia


Bencana alam merupakan salah satu masalah besar yang sering terjadi di
Indonesia. Menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 bencana alam adalah
bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian perisitiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus,
banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Setiap tahun wilayah di
Indonesia selalu terjadi bencana alam, hal ini dikarenakan wilayah Indonesia yang
berada pada jalur Ring of Fire sehingga menyebabkan banyak gunung berapi.
Selain itu, karena Indonesia merupakan tempat bertemunya lempengan besar
dunia menyebabkan di beberapa wilayah rawan terjadinya gempa bumi.

Gambar 1. Fluktuasi Kejadian Bencana

Sumber : BNPB 2018

Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa selama 10 tahun terakhir


Indonesia selalu mengalami bencana alam dengan jumlah kejadian yang fluktuasi
dan berbagai macam sebab terjadinya bencana alam.

482
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018

Gambar 2. Jenis dan Jumlah Kejadian Bencana

Sumber : BNPB 2017

Data diatas menunjukan berbagai macam bencana alam yang sering melanda
Indonesia tahun 2017. Gambar diatas adalah tabel diagram jenis bencana alam
yang terjadi di Indonesia sepanjang tahun 2017. Dalam tabel diatas menunjukkan
bahwa bencana banjir merupakan jenis bencana yang sering terjadi di Indonesia
dengan jumlah 729 kejadian. Sedangkan puting beliung berada di peringkat kedua
dengan 645 kejadian dan tanah longsor sebanyak 573 kejadian. Data tersebut
semakin mempertegas bahwa banjir adalah bencana alam yang menjadi ancaman
serius bagi masyarakat Indonesia. Banjir merupakan bencana alam paling sering
terjadi, baik dilihat dari intensitasnya pada suatu tempat maupun jumlah lokasi
kejadian dalam setahun yaitu sekitar 40% diantara bencana alam yang lain
(Darmawan, 2017: 32).

3.2 Pendidkan Mitigasi Bencana


Pendidikan adalah salah satu sektor yang paling esensial dalam membentuk
karakter generasi bangsa.

Gambar 3. Disaster Life Cycle

Sumber: umy.co.id

Salah satu sektor esensial dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah pemberian
materi pelajaran yang menyangkut mitigasi bencana. Pasal 1 angka 9 Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana mendefinisikan mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi
resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Pendidikan mitigasi bencana menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan
kapasitas pengetahuan peserta didik mengenai bencana, jenis-jenis kejadian
bencana, tanda-tanda akan terjadinya bencana, dampak bencana, upaya pra-saat-
pasca bencana, upaya pengurangan risiko bencana serta kerentanan dan
kerawanan bencana di daerahnya.

483
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018

Pentingnya pendidikan mitigasi bencana terutama untuk mengurangi jumlah


korban jiwa. Dalam kaitanya dengan implementasi pendidikan mitigasi bencana di
sekolah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menyisipkan materi
mitigasi bencana pada mata pelajaran tertentu dan melalui kegiatan
ekstrakulikuler yang diadakan di sekolah tersebut. Menurut Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan No.62 Tahun 2014, kegiatan ekstrakurikuler adalah
kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh peserta didik di luar jam belajar kegiatan
intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler, di bawah bimbingan dan pengawasan
satuan pendidikan. Kegiatan ekstrakurikuler diselenggarakan dengan tujuan untuk
mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan
kemandirian peserta didik secara optimal dalam rangka mendukung pencapaian
tujuan pendidikan nasional. Kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas: kegiatan
ekstrakurikuler wajib dan kegiatan ekstrakurikuler pilihan (Mardiyati, 2017).

3.3 Implementasi Pendidikan Mitigasi Bencana


Penyisipan materi pendidikan mitigasi bencana dapat diajarkan pada mata
pelajaran seperti Geografi, Sosiologi, Sejarah, Bahasa Indonesia dan muatan lokal.
Implementasi yang kedua adalah di kegiatan ekstrakurikuler. Kedua jalur tersebut
merupakan jalur yang paling efisien dan efektif dalam menumbuhkan karakter
siswa siap siaga bencana alam.

3.3.1 Mata Pelajaran


Pendidikan mitigasi bencana dapat disisipkan dan diajarkan di beberapa mata
pelajaran. Pada mata pelajaran geografi siswa diajarkan untuk memahami
mengapa negara Indonesia menjadi wilayah yang rawan bencana, apa
penyebabnya dan bagaimana cara mengatasi permasalahan tersebut. Hal ini
dapat dijelaskan kepada siswa sesuai dengan prinsip-prinsip geografi beserta
konsepnya sekaligus guru dapat mengajarkan langkah-langkah mitigasi bencana
tersebut. Sehingga dengan demikian siswa juga dapat mengidentifikasi apakah
wilayahnya termasuk yang rawan bencana, dengan kemampuan siswa memahami
wilayahnya secara spasial maka akan dapat menentukan langkah yang tepa dalam
menghadapi bencana alam.
Selanjutnya pada mata pelajaran Sosiologi siswa dapat diajarkan materi yang
berkaitan dampak bencana alam terhadap masyarakat sekitar. Siswa dapat
diajarkan bagaimana masyarakat menanggapi bencana alam yang terjadi di
wilayahnya apakah masih menganggap sebagai hal yang mistik dan merupakan
bagian dari kearifan lokal atau masyarakat sudah berkembang maju. Sehingga
dengan paradigma masyarakat yang berbeda dapat dilihat bahwa kedua
masyarakat tersebut memiliki upaya yang berbeda dalam menghadapi bencana
alam. Hal ini penting dipahami oleh siswa bagaimana mereka sebagai anggota
masyarakat ikut membantu sesama dalam kegiatan mitigasi baik saat kegiatan
pra, saat dan pasca terjadinya bencana alam.

484
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018

Kemudian pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat diajarkan menggunakan


narasi atau dongeng yang memiliki latar belakang bencana alam. Melalui kegiatan
membaca tersebut, siswa tidak hanya sekedar membaca teks bacaan tersebut,
namun diharapkan siswa dapat memahami dan menghayati apa makna yang
terkandung dalam sebuah bacaan tersebut.
Selanjutnya pada mata pelajaran sejarah, guru dapat mengajarkan kepada siswa
mengenai suatu bencana alam yang terjadi di Indonesia pada masa lampau. Guru
dapat menceritakan bagaimana kerajaan-kerajaan pada masa lalu hancur karena
menghadapi permasalahan bencana alam, bagaimana sikap para masyarakat
kerajaan pada saat itu untuk menghadapi bencana alam yang sedang melanda.
Sehingga dengan siswa belajar tentang sejarah tentang bencana alam siswa dapat
mempelajari pendidikan mitigasi bencana dari kacamata mata pelajaran Sejarah.
Terakhir adalah pada mata pelajaran muatan lokal yang ada di masing-masing
sekolah tersebut. Muatan lokal tersebut seperti Bahasa Jawa dapat digunakan
untuk memperkenalkan bahasa sekaligus dapat memperkenalkan kearifan lokal
yang ada di daerah masing-masing. Kearifan lokal tersebut juga dapat
diintegrasikan kedalam pendidikan mitigasi bencana seperti kearifan lokal Gunung
Merapi di Yogyakarta, kearifan lokal di Gunung Krakatau dan sebagainya. Muatan
lokal yang lain misalnya adalah kerajinan tangan, guru dapat mengintegrasikannya
dengan cara.
Pendidikan mitigasi bencana yang diintegrasikan kedalam beberapa mata
pelajaran mampu membentuk karakter siswa siap siaga bencana. Sehingga secara
tidak langsung siswa dapat mempelajari tentang materi mitigasi bencana.

3.3.2 Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler adalah sebuah kegiatan yang bertujuan untuk
mengembangkan potensi minat dan bakat diluar kemampuan akademik siswa.
Ekstrakurikuler yang terdapat di sekolah misalnya dibidang olahraga seperti futsal,
volly, dan bulu tangkis. Bidang kesenian seperti tari, musik dan kerajinan tangan.
Kegiatan ekstrakurikuler juga dapat digunakan sebagai implementasi dalam
memberikan penanaman karakter siswa siap siaga bencana. Kegiatan
ekstrakurikuler yang dapat menunjang untuk pembentukan karakter tersebut
seperti kegiatan pelatihan dari Basarnas, kegiatan simulasi Mitigasi Bencana yang
dapat bekerja sama dengan BPBD asal sekolah dan kegiatan penyuluhan tentang
pendidikan mitigasi bencana.
Pelatihan-pelatihan yang diadakan di kegiatan ekstrakurikuler dapat membantu
siswa dalam meningkatkan keterampilannya dalam menghadapi bencana,
sehingga dengan keterampilan tersebut diharapkan saat terjadi bencana dapat
meminimalisir jumlah korban jiwa.

485
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018

4. KESIMPULAN
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
perisitiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Indonesia
merupakan negara yang rawan bencana karena berbagai faktor geografis
diantaranya merupakan wilayah bertemunya tiga lempengan besar dunia dan
merupakan jalur Ring of Fire. Pendidikan mitigasi bencana perlu diberikan kepada
siswa guna membentuk karakter yang siap siaga terhadap bencana. Mitigasi
adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana. Menurut Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1
menyatakan bahwa “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”.
Pendidikan mitigasi bencana dapat diberikan kepada siswa melalui kegiatan saat
pembelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler. Dalam kegiatan pembelajaran, materi
tentang mitigasi bencana dan diintegrasikan kedalam beberapa mata pelajaran
lain seperti Geografi, Sosiologi, Sejarah, Bahasa Indonesia dan Muatan Lokal
lainnya. Pendidikan mitigasi bencana juga dapat diintegrasikan kedalam kegiatan
ekstrakurikuler yang ada di sekolah tersebut, selain itu juga dapat dilakukan
kegiatan seperti kegiatan simulasi bencana, kegiatan pelatihan SAR, kegiatan
penyuluhan tentang bencana dan sebagainya.
Melalui kegiatan tersebut, upaya untuk menumbuhkan karakter siswa siap siaga
bencana akan efektif. Sehingga diaharapkan para siswa dapat
mengimplementasikan dari pendidikan mitigasi bencana untuk menekan jumlah
korban jiwa.

5. DAFTAR PUSTAKA (UPPERCASE, LEFT, BOLD, FONT ARIAL 10)


 Ayunani, Y. 2011. Desain Grafis Pada Kaos Untuk Media Kampanye Go Green.
Semarang: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang.
 Hakal, Y., Najib, M., Ahmad, Muhammad, & Sungkar, A. A. 2015. #Kaos Hikmah.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
 Honesti, Leli dan Nazwar Djali. 2012. Pendidikan Kebencanaan Di Sekolah-Sekolah Di
Indonesia Berdasarkan Beberapa Sudut Pandang Disiplin Ilmu Pengetahuan. eJurnal
Momentum. 1693-752X.
 Hutomo, A. W. 2016. Studi Tentang Proses Pembelajaran Di Komunitas Sabon Kaos.
Solo (KSKS). Surakarta: Pendidikan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.
 Ishartono, & Tri Raharjo, S. 2016. Sustainable Development Goals (SDGs) dan
Pengentasan Kemiskinan. Share: Social Work Jurnal, 154-272
 K, R. C., & Supriharjo, R. D. 2013. Mitigasi Bencana Banjir Rob di Jakarta Utara. Jurnal
Teknik Pomits, C25-C30.

486
PROSIDING PIT KE-5 RISET KEBENCANAAN IABI
UNIVERSITAS ANDALAS, PADANG 2-4 MEI 2018

 Mardiyati, Sofi. 2017. Dasi Sigab (Dalang Siswa Siap Siaga Bencana) : Model
Pendidikan Kebencanaan Sebagai Ekstrakurikuler Berbasis Kearifan Lokal Di
Daerah Rawan Bencana Di Indonesia. UNNES: Semarang.
 Nirwansyah, A. W., & Nugroho, A. 2015. Pengembangan Model Pembelajaran Mitigasi
Bencana Gungungapi Slamet Bagi Siswa MI Muhammadiyah Singasari. Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Geografi FKIP UMP 2015, 36-40.
 Panuluh, S., & Fitri, M. R. 2016. Perkembangan Pelaksanaan Sustainable Development
Goals (SDGs) di Indonesia. Jakarta: International NGO Forum on Indonesian
Development.
 Pribadi, R. E. 2017. Implementasi Sustainable Development Goals (SDGs) Dalam
Meningkatkan Kualitas Pendidikan Di Papua. eJournal Ilmu Hubungan Internasional,
917-932.
 Sardjoko, S. (Sardjoko, Subandi). Pengarusutamaan Kesehatan Dalam Sustainable
Development Goals (SDGs). Konferensi Nasional Ke-7 Promosi Kesehatan. Jakarta:
Kementerian PPN/Bappenas.
 Suhardjo, D. 2011. Arti Penting Pendidikan Mitigasi Bencana Dalam Mengurangi Resiko
Bencana. Cakrawala Pendidikan, 174-188.

487

You might also like