Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
I. Biodata
1) Identitas klien
Nama : “An.R”
Umur : 7 bulan
Agama : Islam
Ayah
Nama : “Tn.N”
Umur : 28 Thn
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Alamat : Jl R.A. Kartini
Ibu
Nama : “Ny.M”
Umur : 24 Thn
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
2) Alasan kunjungan : klien masuk rumah sakit dengan sesak nafas yang dialami sejak 3 hari
yang lalu, batuk berlendir, beringus dan disertai dengan demam tinggi.
Ibu klien mengatakan anaknya mengalami sesak nafas sejak 3 hari yang lalu, batuk berlendir,
beringus dan disertai dengan demam yang tinggi.
a. Prenatal care
b. Natal
3. 3.Penolong persalinan:bidan
c. Post natal
– PBL: 50 cm
5 HEPATITIS(I,II,III) 2bln,3bln,4bln –
1. Pertumbuhan fisik
b. Panjang badan: 50 cm
a. Berguling :4bulan
b. duduk :6bulan
c. merangkak :7bulan
d. senyum kepada orang lain pertama kali:2bulan
1. Pemberian asi
1. Anak tunggal
Support sistem dalam keluarga: Orang tua klien selalu berdoa agar klien cepat sembuh dan
diberikan umur yang panjang oleh Allah SWT.
IX. Reaksi hospitalisasi
a) Mengapa ibu membawa anaknya kerumah sakit: karena panik melihat anaknya
Klien belum mampu mengatakan mengapa ia berada di rumah sakit, klien hanya mampu
menangis bila ada orang lain yang tidak ia kenal berada didekatnya.
X. Aktivitas sehari-hari
Pola Makan:
6. disuapin disuapin
Pola minum:
Pola Eliminasi
BAK
BAB
Gangguan waktu tidur tidak ada. tida bisa tidur karena sesak
nafas.
2 kali 1 minggu.
3 kali 1 minggu
Keramas
Pola aktivitas
1. Tanda-tanda Vital
c) Suhu :39 ºC
2. Antropometri
a) Panjang badan : 75 cm
b) Berat badan : 8 kg
c) LILA : 10 cm
d) Lingkar kepala : 30 cm
e) Lingkar dada : 35 cm
f) Lingkar perut : 40 cm
3. Sistem pernapasan
a. Hidung : Simetris kiri & kanan, Ada secret dan ingus, pernapasan cuping hidung,
tidak ada polip,tidak ada epistaksis, pernapasan dangkal dan cepat (takipneu).
b. Leher : tidak nampak pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada tumor.
c. Dada : bentuk dada simetris kiri dan kanan, perbandingan ukuran antara
posterior dan anterior 1: 2, pergerakan dada tidak simetris.
4. Sistem cardiovaskuler
5. Sistem pencernaan
c. Peristaltik : 30 x/Mnt
6. Sistem indra
a. Mata
3) Alis : Menyebar
b. Hidung
1) Stuktur hidung simetris kiri & kanan , penciuman baik, tidak ada trauma di hidung,
mimisan tidak ada
1) Keadaan daun telinga simetris kiri & kanan ,kanal Auditorius kurang bersih, serumen
tidak ada.
2) Fungsi pendengaran normal ( jika klien di panggil maka ia akan menoleh ke arah suara
tersebut.
7. Sistem Saraf
a. Fungsi Serebral
2) Kesadaran
a) Eyes : 4
b) Motorik : 6
c) Verbal : 5
b. Fungsi Cranial
3) kekuatan otot : 25%(dapat menggerakan anggota gerak Tetapi tidak kuat menahan berat
dan Tekanan pemeriksa.
d. Fungsi sensorik
e. Fungsi Cerebellum
f. Refleks
g. Iritasi Meningen
3) Bahasa : meniru bunyi kata- kata, dapat berkata papa atau mama
8. Sistem Muskuloskeletal
a. Kepala
1) Bentuk : Normal
c. Pelvis
d. Lutut
e. Kaki
tidak bergerak.
f. Tangan
9. Sistem Integument
b) kulit : kulit pucat,temperatur hangat,teraba lembab,bulu kulit menyebar, tidak ada tahi
lalat.
c) Kuku : warna merah muda,permukan datar,tidak mudah patah,kuku pendek dan agak
bersih.
Edema palpebra tidak ada,edema anasarka tidak ada, kencing batu tidak ada.
12. Sistem Reproduksi
Tidak dikaji
c) Bicara
2) LED = 7 mm/jm
XIII. Penatalaksanaan
a. Terapi oksigen
B. Analisa Data
Umur : 7 bulan
No.Registrasi : 7544
T : 100/80
N : 98 X/ menit
S : 39 C
P : 32 X/ menit
DS :
DO :
– KU : Lemah
– Suu : 39 C
DS : Stimulus chemoreseptor
hipotalamus.
– Klien mengeluh badannya
panas.
Termoregulator
DO :
3
– Porsi makan tidak Peningkatan
dihabiskan metabolisme
– BB : 15 kg Kompensasi cadangan
lemak yang
TB : 120 cm dipergunakan oleh tubuh
DS :
30 oktober 2012
31 oktober 2012
D. Intervensi keperawatan
No.Regristasi : 7544
E. Evaluasi
No.Regristasi : 7544
No Tanggal Evaluasi
1. 28 – 10 – 2012 S : Klien mengeluh Sesak
bunyi ronchi.
Suhu 38 c
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pneumonia adalah peradangan pada paru-.paru dan bronkiolus yang disebabkan oleh bakteri,
jamur ,virus, atau aspirasi karena makanan atau benda asing. Insiden pneumonia berbeda untuk
daerah yang satu dengan daerah yang lain. Dan dipengaruhi oleh musim, insiden meningkat pada
usia lebih 4tahun. Dan menurun dengan meningkatnya umur. Faktor resiko yang meningkatkan
insiden yaitu umur 2bulan, gisi kurang, BBLR, tidak mendapat hasil yang memadai, polusi udara,
kepadatan tempat tinggal, imunisasi kurang lengkap, membentuk anak dan defisiensi vitamin A,
dosis pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat, mortabilitas dapat diturunkan kurang dari 1%
bila pasien disertai dengan mall nutrisi, energi, protein,(MEP) dan terlambat berobat, kasus yang
tidak diobati maka angka mortalitasnya masih tinggi. Maka kita sebagai perawat yang
profesional dalam melakukan proses keperawatan harus memperhatikan hal-hal tersebut. Agar
implementasi yang kita berikan sesuai dengan diagnosa keperawatan dan tepat pada sasaran.
B. Saran
Biddulph, Jonn, dkk. 1999. Kesehatan Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Mansjoer, Arif, dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
NAMA KELOMPOK 1:
1. AHMAD LUTFI K
2. DINA ERVIANA
3. DWI ANISWATI
4. EKO SUTRISNO
5. KHOIRUN NISA’
6. LULUK M.
7. MOH. ISMAIL
8. TRI RAHAYU R.
9. UBAT IMAM T.
MOJOKERTO
2010/2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan Laporan Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Pendekatan Anak.
Dengan pembuatan makalah ini kami mendapatkan pemahaman tentang penyusunan asuhan
keperawatan pada anak menggunakan pendekatan anak. Semoga teman-teman yang
membacanya akan mendapatkan sesuatu yang bermanfaat.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih banyak kepada ibu pembimbing yang selama ini telah
membimbing kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini. Kamipun sadar bahwa
laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan yang kami buat ini. Kami harap laporan
ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi pembaca.
Mojokerto,03 November 2010
DAFTAR ISI
BAB 1
1. DEFINISI
Pneumonia adalah peradangan pada paru-.paru dan bronkiolus yang disebabkan oleh bakteri,
jamur ,virus, atau aspirasi karena makanan atau benda asing.
Pneumonia adalah infeksi pada parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan
didalam alveoli hal ini terjadi akibat adanya infeksi agen/ infeksius atau adanya kondisi yang
mengganggu tekanan saluran trakheabronkialis. (Ngastiyah, 1997)
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Selain
gambaran umum di atas, Pneumonia dapat dikenali berdasarkan pedoman tanda-tanda klinis
lainnya dan pemeriksaan penunjang (Rontgen, Laboratorium). (Wilson, 2006)
1. ETIOLOGI
1. Bakteri : streptococus pneumoniae, staphylococus aureus.
2. Virus : Influenza, parainfluenza, adenovirus.
3. Jamur : Candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis, coccidioido mycosis,
ryptococosis, pneumocytis carini.
4. Aspirasi : Makanan, cairan, lambung.
5. Inhalasi : Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas.
1. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Pada pemeriksaan darah tepi dapat terjadi leukositosis dengan hitung jenis bergeser ke kiri.
c) Pemeriksaan kultur darah jarang memberikan hasil yang positif tetapi dapat membantu
pada kasus yang tidak menunjukkan respon terhadap penanganan awal.
d) Pada foto dada terlihat infiltrat alveolar yang dapat ditemukan di seluruh lapangan paru.
Luasnya kelainan pada gambaran radiologis biasanya sebanding dengan derajat klinis
penyakitnya, kecuali pada infeksi mikoplasma yang gambaran radiologisnya lebih berat daripada
keadaan klinisnya. Gambaran lain yang dapat dijumpai :
1. PENATALAKSANAAN TERAPI
1. Bila dispnea berat berikan Oksigen
2. IVFD ; cairan DG 10 % atau caiara 24 Kcl, Glukosa 10 % tetesan dibagi rata
dalam 24 jam.
3. Pengobatan: Penicilin Prokain 50.000 unit / kg BB / hari dan Kloramfenikol 75
mg /kg BB/ hari dibagi dalam 4 dosis.
1. PATOFISIOLOGI
BAB 2
TINJAUAN ASKEP
A. Pengkajian
I. Biodata
1) Identitas klien
Nama : “An.R”
Umur : 7 bulan
Jenis kelamin : Laki – laki
Agama : Islam
Alamat : Jl R.A. Kartini Sengkang
Tanggal MRS : 28 Oktober 2010
III.Riwayat kesehatan
1).Riwayat kesehatan sekarang
Ibu klien mengatakan anaknya mengalami sesak nafas sejak 3 hari yang lalu, batuk berlendir,
beringus dan disertai dengan demam yang tinggi.
2).Riwayat kesehatan masa lalu
a.Prenatal care
1.Pemeriksaan kehamilan: 5kali
2.Keluhan selama hamil: tidak ada keluhan
3.Riwayat terkena sinar dan terapi obat: tidak ada
4.kenaikan berat badan selama hamil: lupa
5.Imunisasi TT: 2kali
6.Golongan darah ayah: tidak tahu
7.Golongan darah ibu: B
b.Natal
1.Tempat melahirkan:di rumah
2.Lama dan jenis persalinan:spontan
3.Penolong persalinan:bidan
4.Cara memudahkan persalinan:tidak ada
5.Obat perangsang:tidak ada
6.Komplikasi waktu lahir:tidak ada
c.Post natal
1.Kondisi bayi – BBL: 2,8 kg
– PBL: 50 cm
2.Bayi kemerahan setelah lahir,tidak ada cianosis
“untuk semua usia”
d.Penyakit yang pernah dialami:demam
e.Kecelakaan yamg pernah dialami:tidak ada
f.Tidak pernah dioperasi dan dirawat dirumah sakit
sebelumnya
g.Alergi makanan obat-obatan tidak ada
h.Komsumsi obat-obatan bebas jika sakit:tidak pernah
i.Perkembangan anak disebandingkan dengan anak yang
lainnya sama
3).Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan anggota keluarga ada yang batuk-batuk yang disertai darah, yaitu nenek yang
tinggal serumah dengan klien. Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit menurun
seperti diabetes melitus.
4.
Tidak ada
5.
VI.Riwayat nutrisi
1.Pemberian asi
a.Pertama kali disusui:1minggu setelah bayi lahir
b.cara pemberian:setiap kali bayi menangis
2.Pola perubahan nutrisi tiap tahapan sampai nutrisi saat ini
1.Anak tunggal
2.lingkungan berada di kota
3.rumah dekat dengan masjid
4.tidak ada tempat bermain
5.tidak punya kamar sendiri
6.ada tangga yang berbahaya
7.anak tidak punya ruang bermain
8.hubungan antara anggota keluarga harmonis
9. pengasuh anak adalah ibunya sendiri
VIII.Riwayat spiritual
Support sistem dalam keluarga:
Orang tua klien selalu berdoa agar klien cepat sembuh dan diberikan umur yang panjang oleh
Allah SWT.
IX.Reaksi hospitalisasi
1. Pemahaman tengtang keluarga dan rawat inap
a) Mengapa ibu membawa anaknya kerumah sakit: karena panik melihat anaknya
Klien belum mampu mengatakan mengapa ia berada di rumah sakit, klien hanya mampu
menangis bila ada orang lain yang tidak ia kenal berada didekatnya.
VI.Riwayat nutrisi
1.Pemberian asi
a.Pertama kali disusui:1minggu setelah bayi lahir
b.cara pemberian:setiap kali bayi menangis
2.Pola perubahan nutrisi tiap tahapan sampai nutrisi saat Ini
VII.Riwayat psikososial
1.Anak tunggal
2.lingkungan berada di kota
3.rumah dekat dengan masjid
4.tidak ada tempat bermain
5.tidak punya kamar sendiri
6.ada tangga yang berbahaya
7.anak tidak punya ruang bermain
8.hubungan antara anggota keluarga harmonis
9. pengasuh anak adalah ibunya sendiri
VIII.Riwayat spiritual
Support sistem dalam keluarga:
Orang tua klien selalu berdoa agar klien cepat sembuh
dan diberikan umur yang panjang oleh Allah SWT.
IX.Reaksi hospitalisasi
1.Pemahaman tengtang keluarga dan rawat inap
a.mengapa ibu membawa anaknya kerumah sakit: karena panik melihat anaknya
b.Apakah dokter menceritakan keadaan anaknya: iya
c.Perasaan orang tua pada saat ini: takut,cemas dan kwatir
2.Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
Klien belum mampu mengatakan mengapa ia berada di rumah sakit, klien hanya mampu
menangis bila ada orang lain yang tidak ia kenal berada didekatnya.
X. Aktivitas sehari-hari
Pola Makan:
Sebelum sakit : minum ASI + air putih, 5-6 kali sehari, ± 1000-1500 ml/hari.
Selama sakit :minum ASI + air putih, 3-5 kali sehari, ± 800-1000 ml/hari.
1. Pola Eliminasi
BAK
Selama sakit : 3 – 4 kali sehari, ± 800 cc, bau khas, warna jernih.
BAB
Sebelum sakit : 2 – 3 kali sehari, konsistensi lunak, bau khas, warna kuning.
Selama sakit : 1 kali sehari, konsistensi keras, bau khas, warna kuning.
Selama sakit : ± 6 jam perhari, tida bisa tidur karena sesak nafas.
Sebelum sakit : mandi 3 kali sehari ( di mandikan ibu ), keramas 3 kali 1 minggu.
Selama sakit : mandi 2 kali sehari ( di mandikan ibu pakai waslap ), keramas 2 kali 1
minggu.
1. Pola aktivitas
b. Pemeriksaan fisik
c) Suhu :39 ºC
1. Antropometri
a. Panjang badan : 75 cm
b. Berat badan : 8 kg
c. LILA : 10 cm
d. Lingkar kepala : 30 cm
e. Lingkar dada : 35 cm
f. Lingkar perut : 40 cm
4. Sistem pernapasan
a.Hidung : Simetris kiri & kanan, Ada secret dan ingus, pernapasan cuping
hidung, tidak ada polip,tidak ada epistaksis, pernapasan dangkal dan cepat (takipneu).
b.Leher : tidak nampak pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada tumor.
c. Dada : bentuk dada simetris kiri dan kanan, perbandingan ukuran antara
posterior dan anterior 1: 2, pergerakan dada tidak simetris.
d.Suara napas : Terdengar bunyi stridor, ronchii pada lapang paru.
e.clubbing finger : tidak ada.
5.Sistem cardiovaskuler
a. Kongjungtiva tidak anemia,bibir cyianosis,arteri
karotis kuat,tekanan vena jugularis tidak meninggi.
b. Suara jantung : S1’ Lup’ ,S2’ Dup’.
c. Tidak ada bising aorta & Mur-mur.
d. Ukuran jantung normal,Capillary Refilling time 3 detik.
6.Sistem pencernaan
a. Gaster tidak kembung, tidak ada nyeri.
8.Sistem Saraf
a. Fungsi Serebral
1.Orientasi,daya ingat,perhatian dan perhitungan tidak
Di identifikasi,
2.Kesadaran
a.Eyes : 4
b.Motorik : 6
c.Verbal : 5
d.GCS : 15 (normal 13-15)
b. Fungsi Cranial
1.Nervus I (olfaktorius)
Penciuman tidak diidentifikasi
2.Nervus II (optikus)
Visus dan lapang pandang tidak diidentifikasi
3.Nervus III,IV,VI (okulomotorius,troklearis,abducens)
Gerakan otot mata tidak diidentifikasi
4.Nervus V (trigeminus)
Motorik dan sensorik tidak dapat diidentifikasi.
5.Nervus VII (facialis)
Motorik dan sensorik tidak dapat diidentifikasi
6.Nervus VIII (akustikus)
Pendengaran normal.
Keseimbangan tidak dapat diidentifikasi.
7.Nervus IX (glosofaringeus)
Fungsi pengecapan tidak dapat diidentifikasi.
8.Nervus X (Vagus)
Gerakan ovula tidakdapat diidentifikasi
9.Nervus XI (aksesoris)
Sternocledomastoideus dan trapesius tidak dapat diidentifikasi
10.Nervus XII (hipoglosus)
Gerakan lidah tidak dapat diidentifikasi
c. Fungsi motorik
1.Massa otot : lemah
2.Tonus otot : menurun
3.kekuatan otot : 25%(dapat menggerakan anggota gerak
Tetapi tidak kuat menahan berat dan Tekanan pemeriksa.
d. Fungsi sensorik
Suhu,gerakan,posisi dan diskriminasi tidak dapat
Diiidentifikasi.
e. Fungsi Cerebellum
Koordinasi dan keseimbangan tidak dapat dikaji.
f. Refleks
Refleks bisep(+),Refleks trisep(+),dan Refleks babinski(+)
g. Iritasi Meningen
Tidak ditemukan adanya kaku kuduk.
h. Pemeriksaan tingkat perkembangan
Dengan menggunakan DDST :
1.Motorik kasar : duduk tanpa pegangan, berdiri dengan pegangan
2.Motorik halus : mencari benang, menggaruk manik- manik, memindahkan kubus,
mengambil 1 kubus
3.Bahasa : meniru bunyi kata- kata, dapat berkata papa atau mama
4. Personal sosial : tepuk tangan
9.Sistem Muskuloskeletal
a.Kepala
1.Bentuk : Normal
2.Gerakan : tidak diidentifikasi
b.Vertebrae
Tidak ada kelainan bentuk seperti lordosis,scleosis,kifosis
c.Pelvis
Klien belum jalan,ortholan barlaw’s tidak dilakukan
d.Lutut
1.Tidak bengkok dan tidak kaku,gerakan baik(aktif)
e.Kaki
tidak bergerak.
f.Tangan
tidak bengkak,tanga kanan terpasang infuse
10.Sistem Integument
a.Rambut : hitam,tidak mudah dicabut
b.kulit : kulit pucat,temperatur hangat,teraba lembab,bulu kulit menyebar, tidak ada tahi lalat.
c.Kuku : warna merah muda,permukan datar,tidak
mudah patah,kuku pendek dan agak bersih.
11.Sistem Endokrin
a.kelenjar thyroid : tidak ada pembesaran
b.Ekskresi urine berlebihan : tidak ada
c.Polidipsi dan Poliphagi : tidak ada
d.Keringat berlebihan : tidak ada
e.Riwayat air seni dikerumuni semut : tidak ada.
12.Sistem Perkemihan
Edema palpebra tidak ada,edema anasarka tidak ada,moon face
tidak ada, kencing batu tidak ada.
13.Sistem Reproduksi
Tidak dikaji
14.Sistem Immune
a.Alergi cuaca tidak ada,alergi debu tidak ada.
b.Penyakit yang berhubungan dgn cuaca seperti batuk dan flu
c. Bicara
* Ekspresive :Klien menangis jika merasakan sakit
* Reseptive : tidak diidentifikasi
c. Pemeriksaan penunjang
LED = 7 mm/jm
d. Penatalaksanaan
a. Terapi oksigen
ANALISA DATA
Umur : 7 bulan
No.Registrasi : 7544
DO :
– KU : Lemah
– Suu : 39 C
DS :
– Klien mengeluh
badannya panas.
DO :
– Porsi makan tidak
dihabiskan
– Selera makan menurun
– BB : 15 kg
TB : 120 cm
Stimulus chemoreseptor
DS : hipotalamus.
– Ibu klien mengatakan
anaknya malas makan. Termoregulator
– Ibu klien mengatakan
porsi makan anaknya tidak Peningkatan metabolisme
dihabiskan.
Kompensasi cadangan lemak
yang dipergunakan oleh
tubuh
Anoreksia
3. Hipertermi
No.Regristasi : 7544
2. 29 oktober 2010
Hipertermi –
berhubungan dengan
inflamasi pada
jaringan parenkim
paru
4. 31 oktober 2010
–
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No.Regristasi : 7544
2.auskultasi area
paru
3.ajarkan atau
menjelaskan cara
batuk efektif dengan
duduk posisi tinggi
1.observasi ttv
1.observasi
pemasukan makanan
klien
2.observasi
anoreksia,mual dan
muntah
3.berikan makanan
jalan nafas tidak sedikit tapi sering
efektif
berhubungan 4.anjurkan ibu klien
dengan untuk menghindari
penumpukan pemberian makanan 1. mengetahui
mucus dijalan Menunjukkan
nafas adanya panas atau dingin. adanya kelainan pada
penurunan sistem pernafasan
2. suhu tubuh -tidak 5.ajarkan ibu
klien dalam terdapat skret melakukan
batas normal perawatan mulut
-tidak sesak sebelum dan 1. untuk
nafas sesudah makan mendengarkan
ada
atau tidak nya
bunyi
tambahan
2. berguna untuk
mengeluarkan
sekret
Hipertermi
berhubungan
dengan inflamasi
pada Menunjukkan
jaringan parenkim peningkatan
paru status gizi
klien
– Badan klien
tidak teraba
panas.
-Nafsu
Nutrisi kurang dari makan klien
3. kebutuhan bertambah
berhubungan -Porsi makan
dengan anoreksia dihabiskan
-
Menunjukkan
peningkatan
berat badan
1. mengetahui
keadaan pasien
2. untuk
menurunkan
suhu tubuh
3. agar pasien
tidak dehidrasi
4.
1. untuk
memantau
asupan nutrisi
pasien
2. untuk
mengetahui
kondisi klien
1. Untuk asuan
nutrisi pasien
2. Agar tidak
terjadi
peradangan
pada
tenggorokan
pasien
3. Agar mulut
pasien bersih
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No.Regristasi : 7544
1.mengobservasi frekuensi
kedalaman dan pergerakan
dada
3.mengajarkan atau
menjelaskan cara batuk efektif
dengan duduk posisi tinggi
1.mengobservasi ttv
2. 29 oktober 2010
1.mengobservasi pemasukan
makanan klien
2.mengobservasi
anoreksia,mual dan muntah
No.register : 7544
No Tanggal Evaluasi
1 28 – 10 – 2010 S : Klien mengeluh Sesak
bunyi ronchi.
BAB 3
KESIMPULAN
Pneumonia adalah peradangan pada paru-.paru dan bronkiolus yang disebabkan oleh bakteri,
jamur ,virus, atau aspirasi karena makanan atau benda asing.
Insiden pneumonia berbeda untuk daerah yang satu dengan daerah yang lain. Dan dipengaruhi
oleh musim, insiden meningkat pada usia lebih 4tahun. Dan menurun dengan meningkatnya
umur. Faktor resiko yang meningkatkan insiden yaitu umur 2bulan, gisi kurang, BBLR, tidak
mendapat hasil yang memadai, polusi udara, kepadatan tempat tinggal, imunisasi kurang lengkap,
membentuk anak dan defisiensi vitamin A, dosis pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat,
mortabilitas dapat diturunkan kurang dari 1% bila pasien disertai dengan mall nutrisi, energi,
protein,(MEP) dan terlambat berobat, kasus yang tidak diobati maka angka mortalitasnya masih
tinggi. Maka kita sebagai perawat yang profesional dalam melakukan proses keperawatan harus
memperhatikan hal-hal tersebut. Agar implementasi yang kita berikan sesuai dengan diagnosa
keperawatan dan tepat pada sasaran.
DAFTAR PUSTAKA
Biddulph, Jonn, dkk. 1999. Kesehatan Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Mansjoer, Arif, dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini banyak sekali penyakit yang baru pada saluran pernafasan dan penyebabnya bermacam-
macam, ada di sebabkan oleh virus, bakteri, dan lain sebagainya. Dengan penomena ini harus menjadi
perhatian bagi kita semua. Salah satu penyakit pada saluran pernafasan adalah pneumonia. Penyakit
Pneumonia sering kali diderita sebagian besar orang yang lanjut usia (lansia) dan mereka yang memiliki
penyakit kronik sebagai akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh (Imun), akan tetapi Pneumonia juga bisa
menyerang kaula muda yang bertubuh sehat. Saat ini didunia penyakit Pneumonia dilaporkan telah
menjadi penyakit utama di kalangan kanak-kanak dan merupakan satu penyakit serius yang meragut
nyawa beribu-ribu warga tua setiap tahun. (Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78)
Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan
tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian. Gejala Pneumonia
adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat, dahak berwarna kehijauan atau seperti karet, serta
gambaran hasil ronsen memperlihatkan kepadatan pada bagian paru
Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi tubuh
untuk mematikan luman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu, penderita mengalami kesulitan bernapas,
karena tak tersisa ruang untuk oksigen. Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh
bakteri, virus atau mikoplasma ( bentuk peralihan antara bakteri dan virus ). Bakteri yang umum adalah
streptococcus Pneumoniae, Staphylococcus Aureus, Klebsiella Sp, Pseudomonas sp,vIrus misalnya virus
influensa(Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78)
Dari uraian di atas, maka kelompok tertarik untuk membahas tentang ”Asuhan keperawatan
pada klien dengan Pneumonia”
1.2. Tujuan
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia, yang
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, dan intervensi
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia, yang meliputi
ppengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementsi, dan evaluasi.
1.3. Manfaat
1. Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan keterampilan kelompok dalam memberikan
asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Pengertian
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru.
Menurut anatomis, pneumonia pada anak dibedakan menjadi pneumonia lobaris, pneumonia interstiasialis
dan bronkopneumonia (Arif mansjoer, 2001, Hal 446 ).
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agen infeksius.
Pneumonia adalah penyakit infeksius yang sering mengakibatkan kematian. Pneumonia disebabkan terapi
radiasi, bahan kimia dan aspirasi. Pneumonia radiasi dapat menyartai terapi radiasi untuk kanker payudara
dan paru, biasanya enam minggu atau lebih setelah pengobatan sesesai. Pneoumalitiis kimiawi atau
pneumonia terjadi setelah menjadi kerosin atau inhalasi gas yang mengiritasi. Jika suatu bagian substasial
dari suatu lobus atau yang terkenal dengan penyakit ini disebut pneumonia lobaris (Jeremy, dkk, 2007,
Hal 76-78).
Pneumonia adalah peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi. ( S. A.
Frice. 2005, Hal 804)
2.1.2. Klasifikasi
c. Pneumonia aspirasi.
a. Pneumonia Bakteri/Tipikal.
Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering diistilahkan dengan pneumonia akibat
kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga mereka yang telah lanjut usia.
Para peminum alkohol, pasien yang terkebelakang mental, pasien pascaoperasi, orang yang menderita
penyakit pernapasan lain atau infeksi virus adalah yang mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan
menjadi sangat rentan terhadap penyakit itu.
Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri
pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-paru. Jika terjadi infeksi, sebagian
jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru
(tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi
dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri Pneumokokus adalah kuman
yang paling umum sebagai penyebab pneumonia bakteri tersebut. Gejalanya Biasanya pneumonia bakteri
itu didahului dengan infeksi saluran napas yang ringan satu minggu sebelumnya. Misalnya, karena infeksi
virus (flu). Infeksi virus pada saluran pernapasan dapat mengakibatkan pneumonia disebabkan mukus
(cairan/lendir) yang mengandung pneumokokus dapat terisap masuk ke dalam paru-paru (Soeparman, dkk,
1998, Hal 697).
Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka, misalnya klebsiella pada
penderita alkoholik, staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza. Pneumonia Atipikal.
Disebabkan mycoplasma, legionella, dan chalamydia (Soeparman, dkk, 1998, Hal 697).
Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza (bedakan dengan bakteri hemofilus
influenza yang bukan penyebab penyakit influenza, tetapi bisa menyebabkan pneumonia juga). Gejalanya
Gejala awal dari pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk kering, sakit
kepala, nyeri otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam penderita menjadi sesak, batuk lebih parah,
dan berlendir sedikit. Terdapat panas tinggi disertai membirunya bibir. Tipe pneumonia itu bisa
ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena bakteri. Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bakterial.
Salah satu tanda terjadi superinfeksi bakterial adalah keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau
merah tua (S. A. Price, 2005, Hal 804-814)
a. Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar dari pohon bronkus) baik
kanan maupun kiri.
b. Pneumonia bronkopneumonia
Pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan
maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua. Pada
penderita pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan cairan yang lain. Dengan
demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara bersih (oksigen) dan mengeluarkan udara kotor
menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh menderita kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya,
misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan sebagainya. Jika demikian
keadaannya, tentu tambah sukar penyembuhannya. Penyebab penyakit pada kondisi demikian sudah
beraneka macam dan bisa terjadi infeksi yang seluruh tubuh. (S. A. Price, 2005, Hal 804-814)
2.1.3. Etiologi
Penyebab Pneumonia adalah streptococus pneumonia dan haemophillus influenzae. Pada bayi dan
anak kecil ditemukan staphylococcus aureus sebagai penyebab pneumonia yang berat, dan sangat profesif
dengan mortalitas tinggi. (Arif mansjoer, dkk, Hal 466)
3. Micoplasma pneumonia
2.1.4. Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa mekanisme yang
pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau
terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat
mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan
mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki
antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan organisme-
organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami pneumonia
misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau kongenital, atau kelainan
neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel
saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru
melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat
virus pada saluran napas bagian atas.
Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan pneumonia virus.
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang normal dapat
menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah.
Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran napas
atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara.
Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus
Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari sumber
terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata. Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan
respons inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit
polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan
konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi
dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan
lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis (S. A. Price, 2005,
Hal 804-814).
a. Manifestasi non spesifik infeksi dan toksisitas berupa demam (39,5 ºC sampai 40,5 ºC). , sakit kepala,
iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang keluhan gastrointestinal.
b. Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnuea (25 – 45 kali/menit), ekspektorasi
sputum, nafas cuping hidung, sesak napas, air hinger, merintih, sianosis. Anak yang lebih besar dengan
pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada.
c. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bawah kedalam saat bernapas bersama dengan
peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dan ronki.
d. Tanda efusi pleura atau empiema, berupa gerak ekskusi dada tertinggal di daerah efusi, perkusi pekak,
fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler tepat di atas batas cairan, friction rup, nyeri
dada karena iritasi pleura (nyeri bekurang bila efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku
duduk / meningimus (iritasi menigen tanpa inflamasi) bila terdaat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen
(kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah).
e. Pada neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura pada bayi akan
menimbulkan pekak perkusi.
2. GDA/nadi oksimetris : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat
dan penyakit paru yang ada.
3. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat diambil biosi jarum, aspirasi
transtrakea, bronkoskofi fiberobtik atau biosi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebeb.
Lebih dari satu organise ada : bekteri yang umum meliputi diplococcos pneumonia, stapilococcos, aures
A.-hemolik strepcoccos, hemophlus influenza : CMV. Catatan : keluar sekutum tak dapat di
identifikasikan semua organisme yang ada. Kultur darah dapat menunjukan bakteremia semtara
4. JDL : leokositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus,
kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.
5. Pemeriksaan serologi: mis, titer virus atau legionella,aglutinin dingin. membantu dalam
membedakan diagnosis organisme khusus.
6. Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar); tekanan
jalan nafas mungkin meningkat dan komplain. Mungkin terjadi perembesan (hipoksemia)
9. Aspirasi perkutan / biopsi jaringan paru terbuka : dapat menyatakan jaringan intra nuklear
tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMP ; kareteristik sel rekayasa(rubela))
(Marlyn E. Dongoes, 1999, ASKEP, Hal 164-174)
2.1.8. Penatalaksanaan
2. IVFD (Intra Venous Fluid Drug)/ (pemberian obat melalui intra vena) dekstrose 10 % : NaCl 0,9 % = 3 :
1, + KCL 10 mEq / 500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai dengan berat badan, kenaikan suhu, dan status
hidrasi.
3. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai dengan makanan entral bertahap melalui selang nasogastrik
dengan feding drip.
4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk
memperbaiki transpormukosilier.
Abses kulit, abses jaringan lunak, otitis media, sinus sitis, meningitis pururental, perikarditis dan
epiglotis kaang ditemukan pada infeksi H. Influenzae tipe B. (Arif mansjoer, 2001, Hal 467)
Dengan mempunyai pengetahuan tentang faktor-faktor dan setuasi yang umumnya menjadi
redispredisposisi individu terhadap pnumonia akan membantu untuk mengidentifikasi psien-pasien yang
beresiko terhadap pneumonia. Tindakan preventif memberikan perawatan antisipatif dan preventif adalah
tindakan perawatan yang penting(Suzanne C. Smeltzer,dkk , Hal 573).
Setiap kondisi yang menghasilkan lendir atau obstruksi bronkial dan mengganggu draniase normal paru
menahun (PPOM) meningkat kerentanan pasien terhadap pneumonia. Tindakan preventif :tingkankan
batuk dan pengaluaran sekresi.
Pasien imunosupresif dan mereka dengan jumlah neutrofi rendah (neutropeni) adalah mereka yang
berisik. Tindakan preventif : lakukan tindak kewaspadaan khusus terhadap infeksi.
IndIvidu yang merokok berisik, kerena asap rokok mengganggu baik aktifitas mukosiliari dan makrofag.
Tindaka preventif : ajurkan individu untuk berhenti merokok.
Setiap pasien yang diperbolehakan berbaring secara pasif di tempat tidur dalam waktu yang lama yang
secara relatif imobil dan bernafas dangkal berisiko terhadap bronkopneumonia. Tinadakan preventif :
sering mengubah posisi.
Setiap individu yang mengalami depresi reflek batuk (karna medikasi, keadaan yang melemahkan atau
otot-otot pernafasan lemah), telah mengaspirasi benda asing ke dalam paru-paru selama periode tidak
sadar (cedera kepala,anestesia), atau mempunyai mekanisme menelan abnormal adalah mereka yang
hampir pasti mengalami bronkopneumonia. Tindakan preventif : penghisan trakeobronkial, sering
mengubah posisi, bijakan dalam memberikan obat-obat yang meningkatkan resiko aspirasi dan terafi fisik
dada.
Setiap pasien yang dirawat dengan regimen NPO (dipuasakan) atau mereka yang mendapat antibiotik
mengalami peningkatan kolonisasi organisme faring dan berisiko. Tindakan preventif : tingakan higiene
oral yang teratur.
Individu yang sering mengalami intoksikasi terutama rentan terhadap pneumonia, karna alkohol menekan
reflek-reflek tubuh, mobolisasi sel darah putih dan gerakan siliaris trakeaobronkial. Tindakan preventif :
bikan dorong kepada individu untuk mengurangi masukan alkohol.
Setiap individu yang menerima sedatif atau opioid dapat mengalami pernafasan, ynga mencetuskan
pengumpulan sekresi bronkial dan selanjutnya mengalami pneumonia. Tindakan preventif : observasi
fekuensi pernapasan dan ke dalam pernafasan sebelum memberikan. Jika tampak depresi pernapasan,
tunds pemberian obat dan laporkan masalah ini.
Pasien yang tidak sadar atau mempunyai reflek batuk dan menelan buruk adlah mereka yang berisiko
terhadap pneumonoia akibat penumpukan seksesi atau aspirasi. Tindakan preventif : sering melakukan .
Individu lansia terutama mereka yang rentan pneumonia karna refleksi batuk. Pneumonia paskaoperatif
seharusnyadapat diperkirakan terjadi pada lansia. Tndakan prepentif : sering mobolisasi, dan batuk efekif
dan latihan pernapasan
Setiap orang meneriama pengobatan terapi pernasapan dapat mengalami pneumonia jika peralatan
tersebit tidak dibersikan dengan tepat. Tindakan preventif : pastiakn bahwa peralatan pernapasan telah di
bersikan dengan tepat. (Suzanne C. Smeltzer,dkk , Hal 573)
2.2.1.1. Pengkajian
1. Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya, yang meliputi: nama, jenis kelamin,
suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, tanggal pengkajian.
2. Keluhan Utama
Sering menjadi alasaan klein untuk meminta pertolongan kesehatan adalah Sesak napas, batuk
berdahak, demam, sakit kepala, ny dan kelemahan
3. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Penderita pneumonia menampakkan gejala nyeri, sesak napas, batuk dengan dahak yang kental
dan sulit dikeluarkan, badan lemah, ujung jari terasa dingin.
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan pasien
pernah menderita penyakit sebelumnya seperti : asthma, alergi terhadap makanan, debu, TB dan riwayat
merokok.
Riwayat adanya penyakit pneumonia pada anggota keluarga yang lain seperti : TB, Asthma, ISPA
dan lain-lain.
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya /GJK kronis
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
c. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia
(malnutrisi), hiperaktif bunyi usus.
d. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perubahan mental (bingung, somnolen)
e. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia, nyeri dada substernal
(influenza).
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan).
f. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea
Takipnue, dispnenia progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal.
Tanda :
o Bunyi nafas menurun tidak ada lagi area yang terlibat, atau napas bronkial.
g. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun, misal SLE,AIDS, penggunaan steroid, kemoterapi, institusionalitasi,
ketidak mampuan umum, demam. Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan mungkin
ada pada kasus rubeola, atau varisela.
h. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis Pertimbangan DRG menunjukkan rerata lama
- lama dirawat 6 – 8 hari Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah.
Oksigen mungkin diperlukan, bila ada kondisi pencetus.
i. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga menyatakan abses)
luas /infiltrasi, empiema (stapilococcos), infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial), atau
penyebaran/perluasan infiltrasi nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada
mungkin bersih.
2. GDA/nadi oksimetris : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada.
3. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat diambil biosi jarum, aspirasi
transtrakea,bronkoskofi fiberobtik atau biosi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebeb.
Lebih dari satu organise ada : bekteri yang umum meliputi diplococcos pneumonia, stapilococcos, aures
A.-hemolik strepcoccos, hemophlus influenza : CMV. Catatan : keluar sekutum tak dapat di
identifikasikan semua organisme yang ada. Kultur darah dapat menunjukan bakteremia semtara
4. JDL : leokositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi
tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.
5. Pemeriksaan serologi: mis, titer virus atau legionella,aglutinin dingin. membantu dalam membedakan
diagnosis organisme khusus.
6. Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar); tekanan jalan nafas
mungkin meningkat dan komplain. Mungkin terjadi perembesan (hipoksemia)
9. Aspirasi perkutan / biopsi jaringan paru terbuka : dapat menyatakan jaringan intra nuklear tipikal dan
keterlibatan sitoplasmik (CMP ; kareteristik sel rekayasa (rubela) )
(Marlyn E. Dongoes, 1999, ASKEP, Hal 164-174)
j. Proritas Keperawatan
2. Mencegah komplikasi
1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial, pembentukan edema,
peningkatan produksi sputum.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa oksigen darah.
4. Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Identitas Klien:
Nama : An. E No Register : 08.110.900
Umur : 1 tahun
Suku/bangsa : Jawa
Status Perkawinan :-
Agama : Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Alamat : jl.Cimanuk
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Alamat : jl.Cimanuk
2. Riwayat Kesehatan/keperawatan
An E (59 th) datang ke RS dr. M. Yunus Bengkulu pada tanggal 25 Mei.2012, jam 10.20 wib
dengan keluhan batuk berdahak dan sesak napas.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS) :
o Faktor pencetus: Orang tua anak mengatakan sesak napas didahului oleh batuk pilek seminggu sebelum
masuk RS.
o Muncul keluhan ( ekaserbasi) : Orang tua anak mengatakan sesak napas sejak 6 hari sebelum masuk RS.
o Sifat keluhan : Orang tua anak mengatakan sesak napas timbul perlahan-lahan, sesak napas terus menerus
dan bertambah dengan aktivitas.
o Berat ringannya keluhan : Orang tua anak mengatakan sesak napas cenderung bertambah sejak 2 hari
sebelum masuk RS.
o Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi : Orang tua anak mengatakan upaya untuk mengatasi sesak
adalah dengan istirahat dan minum obat batuk ( OBH ).
o Keluhan lain saat pengkajian : Orang tuan anak juga mengatakan batuk dengan dahak yang kental dan sulit
untuk dikeluarkan, sehingga terasa lengket di tenggorokkan. Orang tua anak mengatakan kesulitan
bernapas. Orang tua anak mengutarakan kondisi badan anak nya terasa lemah dan ujung - ujung jarinya
terasa dingin.
o Orang tua anak mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, debu, dan lain-lain.
Orang tua anak mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit sesak napas
seperti yang dialaminya dan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan dan penyakit
menular lainnya seperti penyakit jantung, hipertensi, asma,TB dan lain-lain.
Penggunaan :
- Jumlah minimum/24 jam dan jenis (kehausan yang sangat): tidak ada
3. Pola Eliminasi
Buang air besar (BAB) :
Tidak ada
- Lain-lain
Kegiatan/aktivitas 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Berpakaian/berdandan √
Toileting √
Mobilisasi di tempat √
tidur
Berpindah √
Berjalan √
Menaiki tangga √
Berbelanja √
Memasak √
Pemeliharaan rumah √
555 555
- Lain-lain : -
- Vertigo : Ada
- Ketidak nyamanan/nyeri (akut/kronik) : Pasien mengalami nyeri akut pada daerah dada
- Perasaan klien tentang masalah kesehatan ini : Pasien merasa tidak nyaman
- Lain-lain : -
- Pekerjaan : -
- Kegiatan sosial :
Sejak menderita penyakit pneumonia pasien jarang bergaulo dengan teman sebaya nya.
- Lain-lain :
- Perhatian utama tentang perawatan di RS atau penyakit (financial, perawatan diri) : Pasien tidak
mengalami kesulitan mengeanai biaya perawatan rumah sakit.
- Hal yang dilakukan saat ada masalah (sumber koping) : pasien bersifat terbuka terhadap masalahnya
- lain-lain : -
- Pengaruh agama dalam kehidupan : Pasien beranggapan bahwa penyakit yang dideitanya adalah cobaan.
4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Klien tampak lemah, klien tampak kesulitan bernapas dan klien tampak gelisah.
- TB : 70 cm
TTV :
- TD : 130 / 90 mmHg
- ND : 120 x / i
- RR : 32 x / i
- S : 39 ºC
Sistem integumen (kulit) : turgor kulit buruk (tidak elastis) dan pucat
Kepala : Simestris dan rambut warna hitam, tidak ada ketmbe, bersih.
Telinga : DBN
Thorak /paru
- Inspek : RR : 32x/i, penggunaan otot bantu pernapasan (+), takipnea (+),dispnea (+),pernapasan dangkal,
dan rektrasi dinding dada tidak ada.
- Perkusi : redup
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil foto rontgen : menunjukkan infiltrasien lobaris (sebagianlobus pada kedua paru).
- Leokosit = 16.000/mm3
- Hb = 10,5 gr/dl
- Trombosit =265.000/mm3
- Hematokrit = 44%
No Data Etiologi
DO:
- TTV:
o N : 12X/i
o RR : 32x /i
- Takipnea (+)
- Dispnea (+)
- Pernafasan dangkal
- Penggunaan otot bantu pernafasan (+)
DO:
- TTV:
o TD : 130/90 mmhgs
o N : 120x/i
o RR : 32x /i
- Akral dingin
- Takipnea (+)
DO:
- Hb : 10 gr / dl
- Protein total : 5,86 gr / dl
- Albumin 3,00 gr / dl
- BB : 61 kg
- TTV:
o TD : 130/90 mmhgs
o N : 120 x/i
o RR : 32x /i
- Akral dingin
- Takipnea (+)
1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial, peningkatan produksi
sputum
2. Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin dan batuk
menetap.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, akibat toksin bakteri, bau
dan rasa sputum
3. Merangsan
mekanik
melakukan
penurunan
8. Mengeval
penyakit da
diperlukan.
7. Berikan cairan tambahan misalnya :
Intravena,oksigen humidifikasi, 9.
dan Kadang-k
ruang humidifikasi. perlengketa
purulen, me
8. Awasi sinar X dada, GDA, nadi
oksimetri.
9. Bantu bronkostropi / toresentesis bila
diindikasikan.
sirkulasi menunjukk
o Gelisah tidak ada
toksin dan khususnya
menetap. ada
3. tindakan no
o Pucat dan sianosis tidak ada lembut dap
3. Berikan tindakan nyaman misalnya,
dan mempe
o TTV : DBN : pijatan punggung, perubahan posisi,
4.
musik tenang, relaksasi atau latihan Pernapasa
- TD : 120-130/80-90
napas. mengiritasi
mmhg
potensial ke
4. Tawarkan pembersihan mulut dengan
- N : 60-100 x/i
sering.
- RR : 16-24 x/i
5. Alat untu
o AGD : DBN :
5. Anjurkan dan bantu pasien dalam
- Ph : 7,35-7,45 teknik menekan dada selama episode
batuk.
- PCO2 : 35-45 mmhg 6. Obat ini d
produktif
- HCO3 : 22-28 mEq/L mukosa be
Kolaborasi : atau istirah
5. Tindakan
meskipun
5. Berikan makan dengan pori kecil dan kembali.
sring termasuk dengan makan kering
( roti panggang ) dan makanan yang
menarik untuk pasien.
Rabu , 261. Bersihan jalan nafas Jam : 09.00 Wib Jam : 13.30 Wib
Mei 2012 tak efektif
1. Mengkaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada. S:
berhubungan dengan
inflamasi trachea Dengan Hasil : RR = 32x/i, pernapasan cepat dan dangkal, - Klien me
bronchial, peningkatan fremitus menurun pada kedua paru. mengeluarkan da
produksi sputum.
2. Mengukur TTV - Klien mengataka
Dengan hasil :
o TD : 130/90 mmhg O:
o TD : 125/80 mmH
Dengan hasil : bunyi nafas bronkial, krekels, mengi, dan srtidor
ada. o N : 100x/i
- Awasi GDA
(Tanda tangan p
o RR : 32x /i - TTV:
A : Masalah teratasi
nyeri berkurang,
P : Intervensi dil
- Kaji terus karekt
- Ingatkan kemba
dan batuk efektif
- Lanjutkan pemb
(Tanda tangan p
3 . Perubahan nutrisi S:
kurang dari kebutuhan
1. Mengidentifikasikan faktor yang menimbulkan mual atau muntah - Klien mengataka
tubuh berhubungan
misalnya: sputum banyak, pengobatan aerosol, .dispenea berat,
dengan anoreksia, - Klien mengatak
nyeri.
akibat toksin bakteri ditenggorokkan
dan rasa sputum Dengan Hasil : Klien mual dan muntah disebabkan sputum
- Klien mengatak
banyak.
hanya mampu m
2. Memberikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering kali makan (pagi
mungkin.
- Klien mengataka
Dengan Hasil : Klien membuang dahaknya di wadah
Dengan Hasil: O:
abdomen. batuk
5. Memberikan makan dengan pori kecil dan sering termasuk- Klien tampak h
dengan makan kering ( roti panggang ) dan makanan yang makanan ½ pors
menarik untuk pasien.
Dengan Hasil: Klien mau makan dalam porsi kecil - Kulit klien tamp
6. Mengevaluasikan status nutrisi umum, ukuran berat badan dasar. - Turgor kulit buru
Dengan Hasil:BB : 61 Kg - Hb : 10 gr / dl
- Albumin 3,00 gr
- BB : 61 kg
- TTV:
o TD : 125/80 mmh
o N : 100 x/i
o RR : 27x /i
- Akral hangat
- Mukosa bibir ke
A : Masalah belu
P : Intervensi Ke
- Indentifikasi m
- Menjadwalkan
- Memberikan m
tapi sering
- Evaluasi terus s
(Tanda Tangan P
Kamis , 1. Bersihan jalan nafas Jam : 09.00 Wib Jam :13.30 Wib
27 Mei tak efektif
1. Mengkaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada. S:
2012 berhubungan dengan
inflamasi trachea Dengan Hasil : RR = 25x/i, - Klien me
bronchial, peningkatan mengeluarkan da
2. Mengukur TTV
produksi sputum.
- Klien mengataka
Dengan hasil :
o TD : 120/80mmhg
O:
o N : 80 x/i
- Klien dapat men
o RR : 26x /i
- Krekels dan stre
3. Mengauskultasi area paru, mencatat area penurunan/tak ada
aliran udara dan bunyi napas adventisius, mis, krekels, mengi- Dispnea tidak ad
stridor.
- TTV:
Dengan hasil : bunyi nafas bronkial, krekels, mengi, dan srtidor
o TD : 120/80 mmH
tidak ada.
o N : 80x/i
4. Membantu pasien latihan napas dan mengajarkan melakukan
batuk efektif, Dengan Hasil : Klien melaksanakan latihan nafas
o RR : 25x /i
sesuai yang dianjurkan dan dapat melakukan batuk efektif dan
mengeluarkan dahak.
Dengan Hasil : intake cairan 2000 ml dan pasien mau minum air
hangat. P : Intervensi dil
7. -
Memberikan obat sesuai indikasi: mukolitik, ekspektoran, Pantau terus TTV
bronkodolator, analgesik.
8. Mengawasi sinar X dada, GDA, - Auskultasi area
-
Dengan Hasil: Rontgen menunjukkan infiltrasi meyebar, dan Ingatkan kemba
GDA tidak normal. dan batuk efektif
- Lanjutkan pemb
- Awasi GDA
(Tanda tangan p
Dengan Hasil:TTV : O:
o N : 80 x/i - TTV:
A : Masalah teratasi s
nyeri tidak ada,
pasien segar,
P : Intervensi dil
- Ingatkan kemba
dan batuk efektif
- Lanjutkan pemb
(Tanda tangan p
3. Resiko tinggi terhadap1. Mengidentifikasikan faktor yang menimbulkan mual atau muntah S :
nutrisi kurang dari misalnya: sputum banyak, pengobatan aerosol, .dispenea berat,
- Klien mengataka
kebutuhan tubuh nyeri.
berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan Dengan Hasil : Klien dapat mengeluarkan sputum 2. - Klien mengataka
metabolik sekunder Memberikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering dan hanya mam
terhadap demam dan mungkin. setiap kali makan
proses infleksi.
Dengan Hasil : Klien membuang dahaknya di wadah O:
- TTV:
o TD : 120/80 mmh
o N : 80 x/i
o RR : 25x /i
- Akral hangat
A :Masalah teratasi se
pengeluaran sp
abdomen, dan sta
P : Intervensi Ke
o Indentifi
o Menjadw
o Member
kecil tap
o Evaluasi
(Tanda Tangan P
Jumát , 1. Bersihan jalan nafas Jam : 09.00 Wib Jam : 13.30 Wib
28 Mei tak efektif
1. Mengkaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada. S:
2012 berhubungan dengan
inflamasi trachea Dengan Hasil : RR = 24x/i. - Klien mengataka
bronchial, peningkatan
2. Mengukur TTV - Klien mengataka
produksi sputum.
Dengan hasil :
o TD : 120/80 mmhg O:
o N : 80x/i
Dengan hasil : Bunyi nafas bronkial, krekels, mengi, dan srtidor
tidak ada o RR : 24x /i
(Tanda
o N : 80 x/i
o RR : 25x /i O:
2. Menawarkan pembersihan mulut dengan sering. - Klien merasa ny
o N : 80 x/i
o RR : 24x /i
- Mukosa bibir no
- Dispnea (-)
- Akral hangat
- Kapilari refile ke
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi dih
Dengan Hasil: Klien menghabiskan makanan 1 porsi penuh - Kulit klien sudah
- Albumin 3,4gr /
- BB : 62 kg
- TTV:
o TD : 120/80 mmh
o N : 80 x/i
o RR : 24x /i
- Akral hangat
A : Masalah teratasi.
P : Intervensi Ke
(Tanda Tangan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agen
infeksius. Pneumonia dapat menjadi suatu infeksi yang serius dan mengancam nyawa. Ini adalah benar
terutama pada orang-orang tua, anak-anak, dan mereka yang mempunyai persolan-persoalan medis lain
yang serius, seperti COPD, penyakit jantung, diabetes, dan kanker-kanker tertentu. Untungnya, dengan
penemuan dari banyak antibiotik-antibiotik yang kuat, kebanyakan kasus-kasus dari pneumonia dapat
dirawat dengan sukses. Etiologi dari pneumonia paling umum ditemukan adalah disebabkan karena
bakteri streptococcus. Dan yang lebih banyak resiko terserang pneumonia adalah orang tua, karena
banyak sekali orang tua terdapat riwayat merokok.
B. Saran
Disarankan kepada penderita pneumonia untuk menghindari faktor pencetus dan resiko yang bisa
mengakibatkan penyakit bertambah parah. Penderita pneumonia disarankan untuk menghindari merokok,
tidak meminum minuman yang mengandung alkohol, dan menerapkan pola hidup sehat
DAFTAR PUSTAKA
Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Vol. 1, EGC, Jakarta.
Doenges, Marilynn, E. dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC, Jakarta
Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine. 2005. Patofisiologi Jilid 2, Edisi 4. EGC : Jakarta.
Soeparman, dkk. 1998. Ilmu Penyakit Dalam jilid II. FKUI : Jakarta
8 Votes
PENGERTIAN PNEUMONIA
1. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) merupakan padanan istilah : Acute Respiratory
Infections (ARI).
2. ISPA mengandung 3 unsur, yaitu :
1. Infeksi.
2. Saluran pernafasan.
3. Akut.
a. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan
berkembang biak, sehingga menimbulkan gejala penyakit.
b. Saluran pernafasan adalah organ yang mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ
adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura à ISPS à secara anatomis
mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan
paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan.
c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari (batas 14 hari diambil
untuk menunjukkan proses akut meskipun ISPA dapat lebih 14 hari).
Pneumonia :
1. Pneumonia pada anak seringkali bersamaan terjadinya proses infeksi akut pada bronchus
dan disebut bronchopneumonia.
2. Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi
akut pada bronchus (bronchopneumonia). Dalam pelaksanaan program P2 ISPA semua
bentuk pneumonia (baik pneumonia maupun bronchopneumonia) disebut Pneumonia.
Pneumonia adalah merupakan infeksi akut yang secara anatomi mengenai lobus paru.
1. Pneumonia bakteri.
2. Pneumonia virus.
3. Pneumonia Jamur.
4. Pneumonia aspirasi.
5. Pneumonia hipostatik.
1. Pneumonia lobaris à radang paru-paru yang mengenai sebagian besar/seluruh lobus paru-
paru.
2. Pneumonia lobularis (bronchopneumonia) à radang pada paru-paru yang mengenai
satu/beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrate.
3. Pneumonia interstitialis (bronkhiolitis) à radang pada dinding alveoli (interstitium) dan
peribronkhial dan jaringan interlobular.
Patofisiologi Bronkhopneumonia :
Etiologi :
1. Streptokokus.
2. Stapilokokus.
3. Pneumokokus.
4. Hemovirus Influenza.
5. Pseudomonas.
6. Fungus.
7. Basil colli.
Sehingga menimbulkan :
Gejala Klinis :
1. Biasanya didahului infeksi saluran pernafasan bagian atas. Suhu dapat naik secara
mendadak (38 – 40 ºC), dapat disertai kejang (karena demam tinggi).
2. Gejala khas :
1. Sianosis pada mulut dan hidung.
2. Sesak nafas, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung.
3. Gelisah, cepat lelah.
3. Batuk à mula-mula kering à produktif.
4. Kadang-kadang muntah dan diare, anoreksia.
5. Pemeriksaan laboratorium = lekositosis.
6. Foto thorak = bercak infiltrate pada satu lobus/beberapa lobus.
Komplikasi :
1. Otitis media akut (OMA) à terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang berlebihan akan
masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga
tengah dan mengakibatkan hampa udara, kemudian gendang telinga akan tertarik ke
dalam dan timbul efusi.
2. Efusi pleura.
3. Emfisema.
4. Meningitis.
5. Abses otak.
6. Endokarditis.
7. Osteomielitis.
Penatalaksanaan :
1. Oksigen.
2. Cairan, kalori dan elektrolit à glukosa 10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1 ditambah larutan KCl 10
mEq/500 ml cairan infuse.
3. Obat-obatan :
1. Antibiotika à berdasarkan etiologi.
2. Kortikosteroid à bila banyak lender.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan :
3) Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas, seperti ; morbili, pertusis, malnutrisi,
imunosupresi.
5) Batuk produktif, pernafasan cuping hidung, pernafasan cepat dan dangkal, gelisah, sianosis.
2. Pemeriksaan Fisik :
4) Roentgen dada à abnormal (bercak konsolidasi yang tersebar pada kedua paru).
3. Faktor Psikososial/Perkembangan :
3) Koping.
4) Koping keluarga.
5) Tingkat kecemasan.
2. Diagnosa Keperawatan
1.
1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan peradangan, penumpukan secret.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler
alveolus.
3. Berkurangnya volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat,
demam, takipnea.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan menurunnya kadar oksigen darah.
5. Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan demam, dispnea, nyeri dada.
6. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi.
7. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang perawatan anak setelah pulang dari
rumah sakit.
8. Kecemasan berhubungan dengan dampak hospitalisasi.
1. Intervensi
a. Dx. : Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan peradangan, penumpukan secret.
Tujuan : Jalan nafas efektif, ventilasi paru adekuat dan tidak ada penumpukan secret.
Rencana tindakan :
1) Monitor status respiratori setiap 2 jam, kaji adanya peningkatan status pernafasan dan
bunyi nafas abnormal.
b. Dx. : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler alveolus.
Tujuan : Pasien memperlihatkan perbaikan ventilasi, pertukaran gas secara optimal dan
oksigenasi jaringan secara adekuat.
Rencana Tindakan :
c. Dx. : Berkurangnya volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, demam,
takipnea.
Rencana Tindakan :
1) Catat intake dan out put cairan. Anjurkan ibu untuk tetaap memberi cairan peroral à hindari
milk yang kental/minum yang dingin à merangsang batuk.
2) Monitor keseimbangan cairan à membrane mukosa, turgor kulit, nadi cepat, kesadaran
menurun, tanda-tyanda vital.
Rencana Tindakan :
3) Sediakan permainan yang sesuai usia pasien dengan aktivitas yang tidak mengeluarkan
energi banyak à sesuaikan aktifitas dengan kondisinya.
e. Dx. : Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan demam, dispnea, nyeri dada.
Tujuan : Pasien akan memperlihatkan sesak dan keluhan nyeri berkurang, dapat batuk efektif
dan suhu normal.
Rencana Tindakan :
1) Cek suhu setiap 4 jam, jika suhu naik beri kompres dingin.
Rencana Tindakan :
g. Dx. : Kurangnya pengetahuan orang tua tentang perawatan anak setelah pulang dari rumah
sakit.
Tujuan : Anak dapat beraktifitas secara normal dan orang tua tahu tahap-tahap yang harus
diambil bila infeksi terjadi lagi.
Rencana Tindakan :
2) Bantu orang tua untuk mengembangkan rencana asuhan di rumah ; keseimbangan diit,
istirahat dan aktifitas yang sesuai.
3) Tekankan perlunya melindungi anak kontak dengan anak lain sampai dengan status RR
kembali normal.
Rencana Tindakan :
2) Fasilitasi rasa aman dengan cara ibu berperan serta merawat anaknya.
3) Dorong ibu untuk selalu mensupport anaknya dengan cara ibu selalu berada di dekat
anaknya.
4) Jelaskan dengan bahasa sederhana tentang tindakan yang dilakukan à tujuan, manfaat,
bagaimana dia merasakannya.
1. Implementasi
Prinsip implementasi :
1. Observasi status pernafasan seperti bunyi nafas dan frekuensi setiap 2 jam, lakukan
fisioterapi dada setiap 4 – 6 jam dan lakukan pengeluaran secret melalui batuk atau
pengisapan, beri O2 sesuai program.
2. Observasi status hidrasi untuk mengetahui keseimbangan intake dan out put.
3. Monitor suhu tubuh.
4. Tingkatkan istirahat pasien dan aktifitas disesuaikan dengan kondisi pasien.
5. Perlu partisipasi orang tua dalam merawat anaknya di RS.
6. Beri pengetahuan pada orang tua tentang bagaimana merawat anaknya dengan
bronchopneumonia.
1. Evaluasi.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) merupakan padanan istilah : Acute Respiratory Infections (ARI).
1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak,
sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran pernafasan adalah organ yang mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya
seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura à ISPS à secara anatomis mencakup saluran
pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ
adneksa saluran pernafasan.
3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari (batas 14 hari diambil untuk
menunjukkan proses akut meskipun ISPA dapat lebih 14 hari).
Pneumonia adalah merupakan infeksi akut yang secara anatomi mengenai lobus paru.
Pneumonia adalah radang parenkim paru yang dapat disebabkan oleh mikroorganisme dan kadang non
infeksi.
Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh agent infeksi.
Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenchyma paru yang terjadi pada anak.
(Suriani, 2006).
Pneumonia pada anak seringkali bersamaan terjadinya proses infeksi akut pada bronchus dan disebut
bronchopneumonia.
Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut pada
bronchus (bronchopneumonia). Dalam pelaksanaan program P2 ISPA semua bentuk pneumonia (baik
pneumonia maupun bronchopneumonia) disebut Pneumonia.
Keadaan yang dapat menyebabkan bronchopneumonia adalah pertusis, morbili, penyakit lain yang
disertai dengan infeksi saluran pernafasan atas, gizi buruk, paska bedah atau kondisi terminal.
Dalam keperawatan pneumonia atau bronkhopneumonia pada anak(bayi) termasuk masalah yang serius
dan mengancam keselamatan jiwa. Karena sistem pernafasan pada bayi belum matur. Oleh karena itu,
perawat maupun tim kesehatan lain harus mampu mengidentifikasi dan mengatasi masalah yang ada
pada anak (bayi) yang menderita pnuemonia.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa memahami tentang konsep dasar asuahan keperawatan pada anak dengan
pneumonia
2. Tujuan Khusus
C. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN meliputi Latar Belakang, Tujuan Penulisan dan Sistematika Penulisan.
BAB II KONSEP DASAR MEDIS meliputi Definisi, Etiologi, Klasifikasi, Cara Penularan, Patofisiologi,
Mnifestasi Klinis, Pemeriksaan Penunjang, Komplikasi dan Penatalaksanaan.
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN meliputi Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Intervesi dan
Implementasi Dan Evaluasi.
BAB II
KONSEP DASAR MEDIS
A. DEFINISI
Pneumonia adalah merupakan infeksi akut yang secara anatomi mengenai lobus paru.
Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenchyma paru yang terjadi pada anak.
(Suriani, 2006)
Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri,
virus, jamur dan benda asing yang mengensi jaringan paru (alveoli). (DEPKES. 2006)
Pneumonia adalah radang parenkim paru yang dapat disebabkan oleh mikroorganisme dan kadang non
infeksi.
Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yang
umumnya disebabkan oleh agent infeksi.
Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya konsolidasi akibat
eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993).
Pneumonia adalah keradangan dari parenkim paru di mana asinus terisi dengan cairan radang dengan
atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam dinding alveoli dan rongga intestinum (Amin & Al
sagaff, 1989).
Pneumonia adalah Suatu radang paru-paru yang ditandai oleh adanya konsolidasi exudat yang mengisi
alveoli dan bronchiolus ( Axton ).
B. ETIOLOGI
1. Virus pernapasan yang paling sering lazim yaitu micoplasma pneumonia yang terjadi pada usia beberapa
tahun pertama dan anak sekolah dan anak yang lebih tua.
2. Bakteri Streptococcus pneumoniae, S.pyogenes, dan Staphylococcus aureus yang lazim terjadi pada
anak normal.
3. Haemophilus influenzae tipe b menyebabkan pneumonia bakteri pada anak muda, dan kondisi akan
jauh berkurang dengan penggunaan vaksin efek rutin.
4. Virus penyebab pneumonia yang paling lazim adalah virus sinsitial pernapasan, parainfluenzae,
influenzae dan adenovirus.
5. Virus non respirasik, bakteri enterik gram negatif, mikobakteria, coxiella, pneumocytis carinii dan
sejumlah jamur.
6. Aspirasi makanan, kerosen (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda asing.
C. KLASIFIKASI
1. Pneumonia lobaris à radang paru-paru yang mengenai sebagian besar/seluruh lobus paru-paru.
3. Pneumonia interstitialis (bronkhiolitis) à radang pada dinding alveoli (interstitium) dan peribronkhial
3. Mycoplasma pneumoniae
5. Aspirasi : makanan, kerosen (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda asing.
6. Pneumonia hipostatik.
7. Sindrom Loeffler
D. CARA PENULARAN
Pneumonia ditularkan melalui percikan air ludah. Air ludah bisa berasal dari anak atau orang dewasa
sehat yang membawa organisme penyebab pneumonia itu dalam saluran pernafasan mereka. Bisa juga
tertular dari lendir hidung atau tenggorokan orang yang sedang sakit. Penular biasanya lebih sering dari
dari orang serumah, teman sepermainan, atau teman di sekolah. Faktor risiko penularan makin besar
ketika bayi atau balita menderita kekurangan gizi dan tidak mendapatkan ASI. Disamping itu tidak
mendapatkan imunisasi, kurang vitamin A, bayi terpapar asap rokok, asap dapur dan polusi lingkungan
juga meningkatkan faktor risiko menderita pneumonia.
Bayi dan balita bisa dilindungi dari pneumonia lewat imunisasi DPT, campak dan pneumokokus.
E. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa mekanisma yang
pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau
terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat
mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan
mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki
antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan
organisme-organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami pneumonia
misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau kongenital, atau kelainan
neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau
epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat
mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling
sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar ke saluran
napas bagian bawah dan menyebabkan pneumonia virus.
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang normal dapat
menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah. Bakteri ini dapat merupakan
organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri yang
ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang
pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus
herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir atau
bakteremia/viremia generalisata.
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi eksudasi
cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag.
Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus,
mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur
submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti
yang terjadi pada bronkiolitis.
F. MANIFESTASI KLINIS
Biasanya didahului infeksi saluran pernafasan bagian atas. Suhu dapat naik secara mendadak (38 – 40
ºC), dapat disertai kejang (karena demam tinggi).
Penggunaan otot bantu pernafasan, retraksi interkosta, cuping hidung kadang-kadang terdapat nasal
discharge (ingus).
Frekuensi napas :
Nyeri dada yang ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk.
Kadang-kadang terasa nyeri kepala dan abdomen.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi semua organisme yang ada.
4. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat penyakit dan membantu
diagnosis keadaan.
H. KOMPLIKASI
Bila tidak ditangani secara tepat maka kemungkinan akan terjadi komplikasi sebagai berikut :
1. Otitis media akut (OMA) à terjadi bila tidak diobati, maka sputum yang berlebihan akan masuk ke dalam
tuba eustachius, sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga tengah dan mengakibatkan hampa
udara, kemudian gendang telinga akan tertarik ke dalam dan timbul efusi.
2. Efusi pleura.
3. Emfisema.
4. Meningitis.
5. Abses otak.
6. Endokarditis.
7. Osteomielitis.
I. PENATALAKSANAAN
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal
itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya :
Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup.
BAB III
1. Identitas
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Sesak napas.
Didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas selama beberapa hari, kemudian mendadak timbul
panas tinggi, sakit kepala / dada ( anak besar ) kadang-kadang pada anak kecil dan bayi dapat timbul
kejang, distensi addomen dan kaku kuduk. Timbul batuk, sesak, nafsu makan menurun.
Anak biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas, cyanosis atau batuk-batuk disertai dengan
demam tinggi. Kesadaran kadang sudah menurun apabila anak masuk dengan disertai riwayat kejang
demam (seizure).
Predileksi penyakit saluran pernafasan lain seperti ISPA, influenza sering terjadi dalam rentang waktu 3-
14 hari sebelum diketahui adanya penyakit Pneumonia.
Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan dapat memperberat klinis klien.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
3. Pemeriksaan Fisik :
a. Data Fokus
Inspeksi :
Palpasi :
b. Body System
Sistem Pulmonal
Obyektif : Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk (produktif/ nonproduktif), sputum banyak,
penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan diafragma dan perut meningkat, Laju pernafasan
meningkat, terdengar stridor, ronchii pada lapang paru,
Sistem Cardiovaskuler
Subyektif : sakit kepala
Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas darah menurun
Sistem Neurosensori
Sistem genitourinaria
Subyektif : -
Sistem digestif
Sistem Musculoskeletal
Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan penggunaan otot aksesoris
pernafasan.
Sistem Integumen
Subyektif : -
Obyektif : kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder), banyak keringat, suhu kulit
meningkat, kemerahan
Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Sirkulasi
Makanan/cairan
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia (malnutrisi)
Neurosensori
Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan).
Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda :
Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan steroid, demam.
Penyuluhan/pembelajaran
4. Faktor Psikososial/Perkembangan
Koping.
Koping keluarga.
Tingkat kecemasan.
6. Pemeriksaan Penunjang
Studi Laboratorik :
Hb : menurun/normal
Analisa Gas Darah : acidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen darah, kadar karbon darah
meningkat/normal
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. Berkurangnya volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, demam, takipnea.
7. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang perawatan anak setelah pulang dari rumah sakit.
C. INTERVENSI
Tujuan : Jalan nafas efektif, ventilasi paru adekuat dan tidak ada penumpukan secret.
Rencana tindakan :
1) Monitor status respiratori setiap 2 jam, kaji adanya peningkatan status pernafasan dan bunyi nafas
abnormal.
Tujuan : Pasien memperlihatkan perbaikan ventilasi, pertukaran gas secara optimal dan oksigenasi
jaringan secara adekuat.
Rencana Tindakan :
3. Berkurangnya volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, demam, takipnea.
Rencana Tindakan :
1) Catat intake dan out put cairan. Anjurkan ibu untuk tetaap memberi cairan peroral serta hindari susu
yang kental/minum yang dingin agar merangsang batuk.
2) Monitor keseimbangan cairan à membrane mukosa, turgor kulit, nadi cepat, kesadaran menurun, tanda-
tyanda vital.
3) Sediakan permainan yang sesuai usia pasien dengan aktivitas yang tidak mengeluarkan energi banyak
agar sesuai aktifitas dengan kondisinya.
Tujuan : Pasien akan memperlihatkan sesak dan keluhan nyeri berkurang, dapat batuk efektif dan suhu
normal.
Rencana Tindakan :
1) Cek suhu setiap 4 jam, jika suhu naik beri kompres dingin.
Rencana Tindakan :
7. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang perawatan anak setelah pulang dari rumah sakit.
Tujuan : Anak dapat beraktifitas secara normal dan orang tua tahu tahap-tahap yang harus diambil bila
infeksi terjadi lagi.
Rencana Tindakan :
2) Bantu orang tua untuk mengembangkan rencana asuhan di rumah ; keseimbangan diit, istirahat dan
aktifitas yang sesuai.
3) Tekankan perlunya melindungi anak kontak dengan anak lain sampai dengan status RR kembali normal.
Rencana Tindakan :
2) Fasilitasi rasa aman dengan cara ibu berperan serta merawat anaknya.
3) Dorong ibu untuk selalu mensupport anaknya dengan cara ibu selalu berada di dekat anaknya.
4) Jelaskan dengan bahasa sederhana tentang tindakan yang dilakukan à tujuan, manfaat, bagaimana dia
merasakannya.
1. Prinsip Implementasi
Observasi status pernafasan seperti bunyi nafas dan frekuensi setiap 2 jam, lakukan fisioterapi dada
setiap 4 – 6 jam dan lakukan pengeluaran secret melalui batuk atau pengisapan, beri O2 sesuai program
Observasi status hidrasi untuk mengetahui keseimbangan intake dan out put
Beri pengetahuan pada orang tua tentang bagaimana merawat anaknya dengan bronchopneumonia.
2. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Widya Harwina. 2010. Asuhan Keperawatan Anak dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta:
TIM
Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 1, EGC, Jakarta.
Doengoes Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman Untuk Perencanaan Dan
Pendokumentasian Perawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta.
http://ardyanpradanaoo7.blogspot.com/2011/02/laporan-pendahuluan-asuhan-keperawatan.html
http://stikmuh-ptk.medecinsmaroc.com/t3-askep-anak-dengan-pneumonia
http://wildanprasetya.blog.com/2009/04/18/askep-pneumonia/
http://wwwensufhy.blogspot.com/2011/04/asuhan-keperawatan-anak-pneumonia.html
Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine, Patofisiologi, buku-2, Edisi 4, EGC, Jakarta.
Suriadi, SKp, MSN. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Sagung Seto.
Tim Penyusun. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3. Volume II, 2001, FKUI.
A. Pengertian
Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat (Misnadiarly, 2008).
Pneumonia adalah infeksi akut pada jaringan paru-paru (alveoli) (Devi Indriasari, 2009). Pneumonia
adalah peradangan pada paru dimana asinus paru terisi cairan radang dengan atau tanpa disertai
infiltrasi dari sel radang ke dinding alveoli dan rongga interstisium.
B. Etiologi
Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme akan tetapi dapat juga oleh bahan-bahan
lain
2. Chemical pneumonia : inhalasi bahan-bahan organic atau uap kimia seperti birilium
3. Extrinsik Allergik Alveolitis : inhalasi bahan-bahan debu yang mengandung allergen, seperti debu pabrik
–pabrik gula yang mengandung spora dare actynomicetes thermofilik
6. Mikroorganisme
Streptococcus piogenes
Stafilococcus aureus
Klebsiella pneumonia
Eserikia koli
Yersinia Pestis
Mukormikosis
Koksiella Burnetty
Pneumosistis karini
Protzoa Pneumonia pneumistis
C. Patofisiologi
1. Tahap Prepatogenesis
2. Tahap Inkubasi
Virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan
daya tahan tubuh sebelumnya rendah
Dimulai munculnya gejala penyakit, timbul gejala demam dan batuk. Tahap lanjut penyakit, dibagi
menjadi 4 yaitu sembuh sempurna, sembuh dengan atelektasis, menjadi kronis dan meninggal akibat
pneumonia
D. Gejala
Gejala pneumonia biasanya diawali dengan infeksi saluran pernapasan atas akut selama beberapa hari.
Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat hingga 40 derajat celcius , sesak napas,
nyeri dada dan batuk dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada
sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan dan sakit kepala
(Misnadiarly, 2008).
E. Tanda
5. Demam, berkeringat
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
G. Fokus Pengkajian
1. Riwayat Penyakit
Demam, batuk, pilek, anoreksia, badan lemah/ tidak bergairah, riwayat penyakit pernapasan,
pengobatan yang dilakukan dirumah dan penyakit yang menyertai.
2. Tanda fisik
Demam, dyspneu, tachipneu, menggunakan otot pernapasan tambahan, faring hiperemis, pembesaran
tonsil, sakit menelan.
3. Faktor Perkembangan
4. Pengetahuan pasien/keluarga
Pengalaman terkena penyakit pernapasan, pengetahuan tentang penyakit pernapasan dan tindakan
yang dilakukan
H. Diangnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif kemungkinan b.d inflamasi trakeabranchial, pembentukan edema,
peningkatan produksi sputum
4. Resiko infeksi kemungkinan b.d. ketidak adekuatan pertahanan utama (penurunan kerja silia,
perlengketan secret pernapasan), tidak adekuatnya pertahanan sekunder, penyakit kronis
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh kemungkinan b.d. peningkatan kebutuhan
metabolic sekunder terhadap demam dan proses infeksi
6. Resiko kekurangan volume cairan kemungkinan b.d intake cairan oral tidak adekuat, kehilangan cairan
aktif
7. Intoleransi aktifitas kemungkinan b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,
kelemahan umum
I. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa 1
Bersihan jalan napas tidak efektif kemungkinan b.d inflamasi trakeabranchial, pembentukan edema,
peningkatan produksi sputum
Definisi : ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk
mempertahankan jalan napas.
BK : Suara napas tambahan, perubahan frekuensi napas, perubahan irama napas, sianosis, kesulitan
berbicara, penurunan bunyi napas, dispneu, sputum dalam jumlah yang berlebihan, batuk tidak efektif
dan gelisah
NOC/ Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam diharapkan bersihan jalan napas bersih,
dengan criteria hasil
b. Sesak (-)
d. Batuk (-)
NIC/ Intervensi
Mandiri
a. Monitor dan auskultasi area paru, catat area penurunan / tak ada aliran udara dan bunyi napas,
misalnya : krekels, mengi
Rasional : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan, bunyi napas bronchial
(normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada area konsolidasi. Krekels dan ronchi dan mengi terdengar
pada inspirasi dan ekspirasi pada respon terhadap pengumpulan cairan, secret kental dan spasme jalan
napas/ obstruksi.
b. Bantu pasien napas dalam. Tujukkan/ bantu pasien melakukan batuk efektif, misal menekan dada dan
batuk efektif sementara posisi duduk tinggi.
Rasional : Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru /jalan napas lebih kecil. Batuk
adalah mekanisme pembersihan jalan napas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan napas
paten
c. Anjurkan pada keluarga untuk memberi pasien cairan hangat sedikitnya 2500 ml/hari
Kolaborasi
d. Pengisapan sesuai indikasi
Rasional : Merangsang batuk atau pembersihan napas secara mekanik pada pasien tak mamu
melakuakan karena batuk tak efektif atau tidak sadarkan diri.
Rasional : Alat untuk menurunkan spasme bronchus dengan mobilisasi secret. Analgesik memperbaiki
batuk dengan menurunkan ketidaknyamanan tapi harus digunakan secara hati-hati karena dapat
menekan pernapasan.
DAFTAR PUSTAKA
Indriasari, Devi. 2009. 100% Sembuh Tanpa Dokter A-Z Deteksi, Obati dan Cegah Penyakit. Yogyakarta :
Pustaka Grhatama
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak, Balita, Orang Dewasa, Usia Lanjut.
Pustaka Obor Populer : Jakarta
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi NANDA NIC NOC. Yogyakarta : Media Action Publishing
Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
https://html2-f.scribdassets.com/17xyqlc9kw60z2sj/images/29-041ae36636.jpghttps://html2-
f.scribdassets.com/17xyqlc9kw60z2sj/images/29-041ae36636.jpg