You are on page 1of 4

Why do you want to participate in the training/kenapa Anda ingin

ikut pelatihan ini?

Currently active in volunteering or community work activity/Saat ini


aktif sebagai relawan atau pekerja untuk masyarakat
Saya tergabung dalam member The Local Enabler (TLE) . IG: The
Local Enablers yang merupakan komunitas yang mempunyai visi
menjadi akserator penumbuhan kewirausahaan terdepan di
Indonesia melalui inovasi sosial yang memberikan dampak bagi
penumbuhan inovasi kewirausahaan berbasis teknologi.
Komunitas yang dalam pengembangannya diarahkan untuk
membawa manfaat bagi visi sosial dengan mengusung nilai-nilai
lokal, berbasis komoditas lokal, konten lokal, serta kearifan lokal.
Nilai-nilai lokal diangkat sebagai proses pembentukan nilai ( Value
creation) sehingga memiliki daya saing yang tinggi. Dikomunitas ini
saya juga mempelajari cara membangun wirausaha sosial yang
didukung oleh inovasi teknologi untuk menjaga keberlanjutannya.

Have you ever had any business before/Apakah pernah


mempunyai bisnis sebelumnya

Sekarang saya sedang menjalankan usaha yang diberi nama Abah-Ambu


dan TARAWANGSA COFFEE. Dua usaha yang sekarang masih terintegrasi.
(IG:@waroeng_abah);
1. Abah-Ambu
Usaha ini merupakan “etalase” yang menyediakan makanan tradisional
sekaligus mengangkat budaya Indonesia, diawali dengan budaya Sunda.
Kami hadir karena ingin memberikan alternatif makanan sehat dengan
suasana Sunda yang melekat, dan ingin mengangkat kembali makanan
tradisional yang premium dengan pelayanan prima, sekaligus dalam jangka
panjang ingin menjadi tempat pelestarian budaya dan kearifan lokal Sunda
yang representative
Usaha ini ingin turut melestarikan makanan tradisional melalui “ slow food
movement” yang merupakan inisiasi yang ingin mempertahankan makanan
tradisional daerah dengan menghargai local resource yang memiliki
kekhasan dan cita rasa tersendiri. Slow food ini bukan hanya inisiatif
makanan saja sebenarnya. Nilai paling penting dari inisiatif ini adalah
mempertahankan dan memperkenalkan kembali nilai budaya dan kearifan
lokal terkait berkaitan dengan masakan daerah yang menjadi salah satu
ekspresi dalam hidup manusia. Gerakan “Slow food’ tentu punya sasaran
utama yaitu menjadi alternatif pilihan life style baru selain “fast food” yang
kini semakin berkembang dan cenderung memberikan efek negatif bagi
kesehatan dalam jangka panjang. Selain itu usaha ini ingin dikembangkan
menjadi bisnis sosial atau Social Enterprise di sekitar lokasi usaha
(Sumedang) yang akan melibatkan indigenous people (masyarakat sekitar)
dengan konsep yang digunakan untuk memberdayakan masyarakat
dengan memanfaatkan potensi (indigenous resource) di lingkungan sekitar.
Misalnya pengerajin oncom pasir rengit, pengerajin peuyeum, Opak, dan
petani kopi lokal di kawasan Sumedang Jawa Barat. Abah-Ambu juga akan
dikembangkan menjadi destinasi wisata yang representatif Sunda di
Sumedang yang merupakan pusat budaya Sunda. “ Sumedang “Puseur
Budaya Sunda” yang artinya Sumedang pusat budaya Sunda.
Pengembangan kuliner ini akan dilakukan melalui diversivikasi produk yang
didasarkan pada konsep The Local Enablers (Purnomo, 2014) yang
meliputi 1) local culture: pengembangan potensi dan sumberdaya wilayah
yang ada disesuaikan dengan budaya lokal 2) local commodities: komoditas
yang dikembangkan sesuai dengan potensi dan sumber wilayah, 3) Local
content :pengembangan berdasarkan konten lokal, 4) local value:
didasarkan pada nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat setempat. dan 5)
local wisdom, yang meperhatikan kebijakasanaan dalam pengembangan
pangan lokal tersebut. Konsep ini diharapkan dapat menghasilkan local
genius yang selalu memperhatikan tradisi lokal setempat dalam setiap
aktivitas sehingga dapat bermanfaat untuk masyarakat. Konsep tersebut
dipadukan dengan penggunaan teknologi yang telah ada namun dapat
menghasilkan produk yang baru dan memberikan nilai tambah terhadap
produk
Tujuan :
Tujuan dari pembuatan usaha ini adalah
1. Menghasilkan dan memproduksi premium tradisional product
2. Melestarikan dan memperkenalkan kembali makanan-makanan tradisional
dan menjadikannya sebagai life style baru
3. Menghasilkan produk yang berorientasi pada kesehatan.
4. Membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal melalui
pemberdayaan
5. Memanfaatkan teknologi untuk menghasilkan produk yang bernilai tambah

2. Produk spesifik lain yang sekarang sedang dikembangkan yaitu kopi lokal
Sumedang dengan BRAND Tarawangsa Coffee yang ingin dikembangkan
menjadi socio-technobusniss. Sumedang salah satu daerah di Jawa Barat yang
dijuluki Het Paradijs Van Java (Surga dari Jawa) karena memiliki warisan budaya,
nilai luhur tradisional dan potensi Sumber Daya Alam yang unggul, komoditas kopi
adalah salah satu yang potensial daerah yang dapat diunggulkan di Indonesia.
Sumedang memiliki area perkebunan kopi seluas 2,421 Ha dengan jumlah petani
lokal mencapai 9.583 kepala keluarga. Selain itu Kabupaten sumedang memiliki
potensi besar sebagai daerah wisata, menurut Herman Suryatman budayawan putra
daerah Sumedang menyatakan bahwa “sumedang memiliki visi menjadi destinasi
wisata kelas dunia tahun 2025” hal ini tertuang dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJDP) yang dijabarkan dalam RIPPDA (rencana induk
Pengembangan Pariwisata Daerah). Dalam beragam potensi unggul tersebut,
terdapat major challenge yang dihadapi masyarakatnya dan tergambar dari nilai
indeks pembangunan manusia (IPM) yang masih rendah yaitu 69.45 pada tahun
2016 dan terjebak dalam kemiskinan yang melekat bertahun-tahun. Potensi
Sumedang khususnya kopi sangat berpotensi untuk dapat dikembangkan dan
dioptimalkan dan menjadi lokomotif kemajuan dan kemandirian masyarakat. Hal
ini akan kami sampaikan melalui integrated bisnis yang mengkolaborasikan locals
resource dengan brand “Tarawangsa”. Bisnis ini mempunyai visi menjadi
akselelator terwujudnya Agribisnis pekebunan kopi lokal Sumedang berkelanjutan
berbasis teknologi dan pemberdayaan petani lokal dan coffee-eco-culture-turism
kelas dunia yang mempunyai nilai tambah dan memiliki dampak baik bagi
lingkungan pada tahun 2025. Bisnis ini dirancang berbasis The Fruters model yang
akan mengait-ngaitkan stakeholders dari hulu ke hilir melalui pendekatan
kolaboratif pentahellix yaitu akademisi,pemerintah, bisnis, masyarakat dan media

You might also like