You are on page 1of 10

VISI (2010) 18 (2) 262-270

Economic Growth Analysis and Inequality between Mountainous


Regions in North Sumatera

Santi Raya Siahaan

ABSTRACT

This research in undergone in order to learn and to analysis the economic


growth development rate and its inequality which happened between mountainous
regions in North Sumatera for the period from 2000 – 2007. By using the index
analysis method from Williamson and economic growth typology analysis from
Klaassen which taken the secondary dates of Product Domestic Regional Brutto
excluded oil and gas and price based on the year 2000, we founded: The economic
growth in mountainous region of North Sumatera during the period 2000 – 2007
was not stabile or fluctuated. Index Williamson showed that mountainous area in
North Sumatera during those periods was very law. According to the typology
Klaassen. Toba-Samosir and Karo are known as advanced region, but low growth
rate in doing their potential, but Humbang and Pakpak Bharat belong to the
category under developing to increase their growth, whereas Dairi, North Tapanuli
and Samosir are still under developed. The inequality in development is laid on the
different natural resources, mobility of goods and services, insufficient
infrastructure, the transportation distance from its region in to the centre of
developing areas, and different allocation in distribution of development fund.
--------------
Keywords:

1. Pendahuluan
Provinsi Sumatera Utara berada dibagian Barat Indonesia yang terletak
pada garis 10 – 40 LU dan 980 BT. Berdasarkan letak dan kondisi alamnya
Sumatera Utara dibagi atas 3 kelompok wilayah yaitu: Wilayah Pantai Barat,
wilayah Pantai Timur dan wilayah pegunungan.
Pertumbuhan ekonomi setiap kabupaten atau kota dapat dilihat dari kontribusi
yang diberikan oleh masing-masing sektor ekonomi, baik sektor pertanian,
pertambangan, industri, jasa-jasa dan lain-lain. Pertumbuhan ekonomi setiap
kabupaten/kota harus diikuti dengan proses terjadinya perubahan sosial, ekonomi,
institusional untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Kestabilan politik,
kebijakan ekonomi pemerintah, kekayaan alam jumlah dan kemampuan tenaga
kerja, tersedianya usahawan dan kemampuan mengembangkan teknologi modern
adalah bebarapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Pertambahan penduduk juga dapat menjadi pendorong maupun penghambat
pertumbuhan ekonomi. Apabila penduduk bertambah akan memperbesar jumlah
produksi barang dan jasa. Pengusaha memegang peranan penting dalam
menentukan kegiatan ekonomi dimana pengusaha bersumber dari penduduk.
Pertumbuhan ekonomi juga ditentukan barang-barang modal, teknologi, luas
pasar, sistim sosial dan sikap masyarakat. Tetapi menurut ahli-ahli ekonomi,
6
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2010) 18 (2) 262-270

sistem sosial, setiap masyarakat dan adat istiadat yang tradisionil dapat
menghambat masyarakat untuk menggunakan teknologi dengan cara produksi
modern, sehingga pertumbuhan ekonomi terhambat.
Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan ini adalah dengan
pengembangan sarana dan prasarana sosial terutama bidang pendidikan,
kesehatan, penyediaan prasarana dan sarana fisik dan ekonomi, hal ini dapat
melalui pembangunan sistem perhubungan dan outlet-outlet pemasaran yang
efisien dalam rangka menghubungkan kawasan strategis dan cepat tumbuh dengan
daerah-daerah yang masih tertinggal.
Ketimpangan pembangunan antar kabupaten merupakan aspek yang
umum terjadi. Setiap kabupaten/kota yang berada di daerah pegunungan
mempunyai tingkat pembangunan yang berbeda, baik dari segi fisik maupun
materi. Ada beberapa faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya ketimpangan
pembangunan antara wilayah yaitu (1) Perbedaan kandungan sumber daya alam,
(2) perbedaan kondisi demografis, (3) kurang lancarnya mobilitas barang dan jasa,
(4) konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah, (5) alokasi dana pembangunan antar
wilayah.
Daerah pegunungan Sumatera Utara dipilih sebagai daerah atau objek
penelitian adalah karena ingin mengetahui seberapa besar perbedaan pertumbuhan
ekonomi dan tingkat ketimpangan yang terjadi di masing-masing kabupaten dan
dampak yang ditimbulkan bagi kesejahteraan masyarakat. Perbedaan
pembangunan akan membawa dampak perbedaan tingkat kesejahteraan antar
kabupaten yang pada akhirnya menyebabkan ketimpangan regional antar daerah
semakin besar. Ada dugaan bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan
pelaksanaan pembangunan yang tidak merata pada tiap-tiap kabupaten akan
menyebabkan ketimpangan.

2. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu
kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar
kerja serta panduan dalam verifikasi. Adapun hipotesis dalam penelitian ini
adalah:
a. Ketimpangan pembangunan antar kebupaten di daerah pegunungan
Sumatera Utara periode tahun 2000 – 2007 adalah sangat rendah atau merata.
b. Daerah pegunungan Sumatera Utara selama periode tahun 2000 – 2007
dikategorikan sebagai daerah relatif tertinggal.
c. Laju pertumbuhan ekonomi daerah pegunungan Sumatera Utara periode
2000 – 2007 mengalami pertumbuhan ekonomi yang tidak stabil tahun demi
tahun.

3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:

7
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2010) 18 (2) 262-270

a. Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat daerah pegunungan


Sumatera Utara.
b. Untuk mengetahui tingkat ketimpangan pembangunan antar kabupaten di
daerah pegunungan Sumatera Utara.
c. Untuk mengetahui perkembangan pertumbuhan ekonomi setiap kabupaten
di daerah pegunungan Sumatera Utara.

4. Sumber Data dan Analisis


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam
bentuk data urut waktu (time series) yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik
(BPS) Sumatera Utara, Medan pada tujuh kabupaten di daerah pegunungan. Data
yang dianalisis adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tanpa
minyak dan gas atas harga konstan tahun 2000 – 2007.
Selanjutnya alat analisis yang digunakan adalah Index Williamson,
analisis Tipologi Klaassen dan laju pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.

5. Menentukan Ketimpangan Pembangunan Antar Kabupaten, Tipologi


Daerah dan Pertumbuhan
Untuk mengetahui ketimpangan pembangunan antar kabupaten di daerah
pegunungan Sumatera Utara dan gambaran mengenai pola struktur pertumbuhan
ekonomi masing-masing daerah serta laju pertumbuhan ekonominya adalah hasil
analisis Index Williamson, tipologi Klaassen dan teori pertumbuhan ekonomi.
Index Williamson digunakan untuk mengetahui ketimpangan pembangunan antar
kabupaten. Index Williamson adalah suatu koefisien varian yang mengukur
perbedaan tingkat pendapatan per kapita suatu daerah relatif terhadap pendapatan
daerah referensi.
Rumus Index Williamson yang digunakan adalah:
n
fi
 (Yi  Y )
i n
2

n Vw = 0 < Vw < 1
Vw 
Y
dimana уi = PDRB per kapita daerah i ;  = PDRB per kapita rata-rata seluruh
daerah ; i = jumlah penduduk daerah i ; n = jumlah penduduk Sumatera Utara
(daerah referensi).
Apabila Vw mendekati satu, berarti pembangunan antar kabupaten sangat timpang
atau tidak merata dan jika Vw mendekati nol berarti ketimpangan pembangunan
antar kabupaten sangat rendah.
Selanjutnya analisis tipologi Klaassen digunakan untuk mengetahui gambaran
mengenai pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah.
Alat analisis tipologi daerah digunakan untuk mengetahui gambaran pola
struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Tipologi pertumbuhan
daerah dibagi empat yaitu:

8
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2010) 18 (2) 262-270

a. Daerah maju dan bertumbuh cepat, yaitu apabila PDRB per kapita dan laju
pertumbuhan PDRB daerah tersebut masing-masing lebih besar dibandingkan
dengan daeah referensi.
b. Daerah maju tetapi tertekan, yaitu apabila PDRB per kapitanya lebih
tinggi dibandingkan dengan daerah referensi akan tetapi laju pertumbuhan
PDRB-nya dibawah laju pertumbuhan PDRB daerah referensi.
c. Daerah sedang bertumbuh, yaitu PDRB per kapitanya lebih kecil
dibandingkan daerah referensi akan tetapi laju pertumbuhan PDRB-nya diatas
laju pertumbuhan PDRB daerah referensi.
d. Daerah relatif tertinggal, yaitu apabila PDRB per kapitanya dan laju
pertumbuhan PDRB-nya masing-masing dibawah daerah referensi.
Selanjutnya tingkat pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingkat
pertambahan barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu daerah. Pertumbuhan
ekonomi menunjukkan sejauh mana kinerja atau aktifitas dari berbagai sektor
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi diukur melalui indikator perkembangan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) dari tahun ke tahun.
Laju pertumbuhan ekonomi dapat dihitung dengan rumus sederhana:

g PDRB  PDRB 1 0
x 100%
PDRB 0
Bila pertumbuhan ekonomi (g) adalah negatip berarti Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB1) tahun pengamatan tertentu lebih kecil dari Produk Domestik
Regional Bruto tahun sebelumnya (PDRB 0), sebaliknya bila pertumbuhan
ekonomi (g) adalah positip berarti Produk Domestik Regional Bruto (PDRB 1)
tahun pengamatan tertentu lebih besar dari Produk Domestik Regional Bruto tahun
sebelumnya (PDRB0).
Intinya, pendapatan regional tidak selalu meningkat setiap tahun. Pertumbuhan
yang positip menunjukkan adanya perbaikan kondisi perekonomian yang terjadi,
sebaliknya apabila pertumbuhan negatip berarti terjadi penurunan kinerja dan
aktivitas perekonomian.

6. Hasil dan Pembahasan


6.1. Ketimpangan Pertumbuhan antara Kabupaten Pegunungan
Sumatera Utara
Analisis tingkat ketimpangan pembangunan dilakukan dengan melihat
perkembangan PDRB, PDRB per kapita dan jumlah penduduk tiap-tiap kabupaten
dengan mengabaikan faktor-faktor lain khususnya faktor non ekonomi yang dapat
menghambat dan mendorong tingkat pembangunan suatu daerah.
Tabel 1. Index Williamson Setiap Kabupaten di Daerah Pegunungan Sumatera
Utara Tahun 2000 – 2007 Atas Dasar Harga Konstan 2000

9
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2010) 18 (2) 262-270

Kabupaten
Tahun Tapanuli Toba Humbang Pakpak
Karo Dairi Samosir
Utara Samosir Hasundutan Bharat
2000 0,0679 0,0394 0,0366 0,0378 - - -
2001 0,0648 0,0298 0,0310 0,0361 - - -
2002 0,0638 0,0246 0,0287 0,0340 - - -
2003 0,0492 0,0336 0,0293 0,0197 0,0363 0,0270 -
2004 0,0481 0,0225 0,0252 0,0188 0,0348 0,0269 0,0092
2005 0,0469 0,0222 0,0252 0,0178 0,0334 0,0264 0,0106
2006 0,0446 0,0161 0,0130 0,0200 0,0312 0,0259 0,0101
2007 0,0470 0,0164 0,0083 0,0207 0,0311 0,0298 0,0110
Rata-rata 0,0540 0,0255 0,0246 0,0256 0,0333 0,0272 0,0104
Sumber: Badan Pusat Statistik, PDRB Sumatera Utara Menurut Kabupaten/Kota
2000 – 2003, dan 2004 – 2007 (Data diolah)
Hasil analisis ketimpangan Index Williamson Kabupaten Tapanuli Utara
mulai tahun 2000 – 2007 yang ditunjukkan dalam Tabel 1 adalah mendekati nol.
Ini menunjukkan bahwa ketimpangan pembangunan yang terjadi adalah sangat
rendah atau pembangunan sangat merata. Pada awal tahun 2000 Index Williamson
sebesar 0,0679 dan tahun selanjutnya menurun terus hingga pada akhir periode
tahun 2007 sebesar 0,0470.
Pada Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Karo, Kabupaten Dairi dan
Kabupaten Humbang Hasundutan mulai tahun 2000 – 2007 Index Williamson
mendekati nol, dimana tahun 2000 menurun terus sampai tahun 2007. Berarti
ketimpangan pembangunan sangat rendah.
Pada Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Samosir Index Williamson
juga mendekati nol, dimana tahun 2000 s.d. 2006 turun terus, tetapi pada tahun
2007 naik sedikit, walaupun tetap mendekati nol. Secara keseluruhan index
ketimpangan setiap kabupaten daerah pegunungan adalah mendekati nol. Berarti
ketimpangan pembangunan di daerah pegunungan Sumatera Utara sangat rendah.

6.2. Klasifikasi Pertumbuhan Ekonomi


Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang sangat
penting untuk mengevaluasi hasil pembangunan. Pertumbuhan yang positip
menunjukkan adanya peningkatan perekonomian dan pertumbuhan negatip
menunjukkan terjadinya penurunan kinerja perekonomian dibandingkan dengan
periode sebelumnya.
Tabel 2. Laju Pertumbuhan PDRB Daerah Pegunungan Sumatera Utara Tahun
2000 – 2007 Berdasarkan Harga Konstan tahun 2000 (Persen)
Kabupaten
Tahun Tapanuli Toba Humbang Pakpak
Karo Dairi Samosir
Utara Samosir Hasundutan Bharat
2001 4,47 3,47 5,35 1,09 - - -
10
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2010) 18 (2) 262-270

2002 4,44 7,17 2,98 5,43 - - -


2003 (-34,35) 49,86 5,30 1,66 - - -
2004 4,74 (-43,92) 3,30 5,82 5,70 6,66 -
2005 5,03 4,94 4,70 5,34 5,64 5,92 3,41
2006 5,44 5,22 4,96 4,28 5,45 5,66 3,63
2007 5,03 5,70 5,13 5,02 6,04 5,79 4,59
Rata-rata -0,6 4,63 4,53 4,09 5,78 6,00 3,83
Sumber: PDRB setiap kabupaten di daerah pegunungan (data diolah)
Berdasarkan Tabel 2 di atas pertumbuhan ekonomi daerah pegunungan
berfluktuasi, dimana terjadi proses naik turun tingkat kegiatan ekonomi. Pada
tahun 2001 laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara sebesar 4,47%
kemudian mengalami penurunan sampai tahun 2003 dimana penurunannya
sangat signifikan yaitu sebesar (-34,35)%. Penurunan ini mungkin adalah akibat
pemisahan beberapa kecamatan di daerah Humbang memisahkan diri dari
Kabupaten Tapanuli Utara menjadi Kabupaten Humbang Hasundutan pada tahun
2003. Pada tahun 2004 keadaan perekonomian semakin membaik sehingga terjadi
kenaikan yang sangat besar sekitar 39,9% dan pada tahun berikutnya naik terus
sampai tahun 2007 sebesar 5,03%.
Laju pertumbuhan Kabupaten Toba Samosir juga sangat berfluktuasi.
Peningkatan yang paling besar adalah ke tahun 2003 naik sebesar 42,69% dari
tahun 2002 menjadi 49,86%, tetapi pada tahun 2004 menurun sangat tajam
menjadi (-43,92)% dimana penurunannya sebesar 93,78%. Hal ini kemungkinan
terjadi karena terpisahnya Samosir dari Toba Samosir, dimana Samosir menjadi
Kabupaten Samosir. Pada tahun 2005 kembali naik sebesar 48,86% kemudian
tahun-tahun berikutnya meningkat, tetapi sangat kecil. Jadi rata-rata pertumbuhan
Toba Samosir selama 7 tahun adalah 4,63%.
Laju pertumbuhan Kabupaten Dairi yang terendah selama tujuh tahun
adalah pada periode 2001 dan juga tertinggi pada tahun 2004. Secara keseluruhan,
laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Dairi selema tujuh tahun adalah sebesar
4,09%.
Keadaan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Humbang Hasundutan selama
periode 2004 – 2007 relatip stabil. Tingkat pertumbuhan ekonominya diatas 5%
dengan rata-rata 5,78%.
Tingkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Samosir dalam kurun waktu
tiga tahun mulai tahun 2005 – 2007 stabil dimana rata-rata pertumbuhannya
adalah sebesar 3,83%.

6.3. Klasifikasi Pertumbuhan Tipologi Klassen


Selama tujuh tahun periode pengamatan (2000 – 2007) ternyata PDRB per
kapita Sumatera Utara tidak selalu berada diatas PDRB setiap kabupaten daerah
pegunungan. Kabupaten Karo dengan PDRB per kapita sebesar Rp 7.804.229,-.
Sedang PDRB per kapita Sumatera Utara adalah sebesar Rp 6.782.047,- (menurut
Badan Pusat Statistik). PDRB Kabupaten Tapanuli Utara (Rp 4.505.495,-),
11
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2010) 18 (2) 262-270

Kabupaten Humbang Hasundutan (Rp 5.013.325,-), Kabupaten Samosir (Rp


6.681.575,-), Kabupaten Dairi (Rp 5.625.477,-) dan Kabupaten Pakpak Bharat (Rp
3.492.224,-) mempunyai PDRB per kapita yang lebih rendah dibandingkan dengan
PDRB per kapita Sumatera Utara.
Jika dilihat dari rata-rata laju pertumbuhan PDRB per kapita setiap
kabupaten di daerah pegunungan dan Sumatera Utara serta laju pertumbuhan
ekonominya selama kurun waktu tujuh tahun periode 2001 – 2007, maka diperoleh
hasil sebagai berikut:
Tabel 3. Tipologi Pertumbuhan Ekonomi Daerah Pegunungan Tahun
2000 – 2007 Menurut Nilai Rata-rata.
PDRB per kapita (Y)
Yi  Y Yi  Y
Laju pertumbuhan (r)
Daerah maju dan Daerah sedang bertumbuh.
bertumbuh cepat - Humbang
ri  r Hasundutan
- Pakpak
Bharat
Daerah maju tetapi Daerah relatip tertinggal:
tertekan: - Dairi
ri  r - Toba - Tapanuli
Samosir - Samosir
- Karo
Sumber: BPS, PDRB Laju Pertumbuhan PDRB daerah pegunungan Sumatera Utara.
Keterangan:
Y = PDRB per kapita Provinsi Sumatera Utara.
Yi = PDRB per kapita daerah Kabupaten.
r = Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara.
ri = Pertumbuhan Ekonomi kabupaten di daerah pegunungan
Dari Tabel 3 di atas dapat dikemukakan bahwa tujuh kabupaten yang
berada di daerah pegunungan Sumatera Utara dikategorikan sebagai berikut:
1. Tidak ada kabupaten yang masuk dalam kategori daerah maju dan
bertumbuh cepat.
2. Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Karo masuk dalam kategori maju
tetapi tertekan.
3. Kabupaten Humbang Hasundutan dan Pakpak Bharat masuk kategori
daerah sedang bertumbuh.
4. Kabupaten Dairi, Tapanuli Utara dan Kabupaten Samosir masuk dalam
kategori daerah relatip tertinggal.

7. Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
12
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2010) 18 (2) 262-270

1. Berdasarkan hasil analisis Index Williamson dapat disimpulkan bahwa


daerah pegunungan Sumatera Utara pada periode 2000 – 2007 mempunyai
tingkat ketimpangan yang sangat rendah.
2. Berdasarkan laju pertumbuhan rata-ratanya, Kabupaten Tapanuli Utara
mempunyai pertumbuhan negatip yaitu -0,6 persen, dimana merupakan
pertumbuhan terendah. Pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah Kabupaten
Pakpak Bharat yakni 6,00 persen.
3. Dari hasil analisis tipologi daerah, dapat disimpulkan bahwa tidak ada
kabupaten yang masuk dalam kategori daerah maju dan bertumbuh cepat.
4. Ada dua kabupaten masuk dalam kategori daerah maju tetapi tertekan
yaitu kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Karo, ada dua kabupaten
masuk dalam kategori daerah sedang bertumbuh yaitu Kabupaten
Humbang Hasundutan dan Pakpak Bharat. Kabupaten yang masuk dalam
kategori daerah relatip tertinggal adalah Kabupaten Dairi, Tapanuli Utara,
dan Kabupaten Samosir.

Saran
1. Kabupaten yang relatip tertinggal yaitu Kabupaten Tapanuli Utara, Dairi,
dan Toba Samosir harus diperhatikan secara serius oleh pemerintah dan
dukungan oleh masyarakat.
2. Untuk mencapai daerah yang maju dan bertumbuh cepat, pemerintah
diharapkan mampu menyediakan sarana dan prasarana seperti
perhubungan, jalan raya, kesehatan, pendidikan, penyuluhan dan
pelatihan.
3. Menciptakan lapangan kerja di daerah pegunungan dengan cara
mendirikan atau memindahkan perusahaan yang mempunyai bahan baku
yang berasal dari pegunungan, sehingga tenaga kerja yang lebih muda dan
yang mempunyai semangat yang tinggi tinggal bekerja di daerah
pegunungan tersebut.
4. Pemerintah harus bersifat pro aktip, memperbaiki birokrasi pemerintah
dan jauh dari penyalahgunaan kekayaan daerah.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik, Publikasi Data Sumatera Utara Dalam Angka 2008,
Medan: Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik, PDRB Sumatera Utara Dalam Angka 2000 – 2003 Menurut
Kabupaten/Kota, Medan: Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik, PDRB Sumatera Utara Dalam Angka 2004 – 2007 Menurut
Kabupaten/Kota Medan: Badan Pusat Statistik.

13
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2010) 18 (2) 262-270

Nugroho Iwan, Dahuri Rochmin, Pembangunan Wilayah Prospektif Ekonomi,


Sosial dan Lingkungan, Cetakan Pertama, Bogor: LP3ES, 2003.
Siahaan, Santi R dan Purba, Elvis P, Pengantar Ekonomi Pembangunan, Edisi
Kedua, Medan: Universitas HKBP Nommensen, 2002.
Suryana, Ekonomi Pembangunan Problematika Dan Pendekatan, Edisi Pertama,
Jakarta: Salemba, 2000.
Sukirno, Sadono, Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah dan Dasar
Kebijaksanaan, Edisi Kedua, Cetakan Kedua, Jakarta: Kencana, 2007.
Sjafrizal, Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi, Cetakan Pertama, Padang:
Baduose Media, 2008.
Tarigan, Robinson, Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi, Edisi revisi, Medan:
Bumi Aksara, 2005.

14
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2010) 18 (2) 262-270

RIWAYAT HIDUP

Siahaan, Santi Raya, lahir di Balige, 3 Oktober 1946, Sarjana Ekonomi (S1)
jurusan Ekonomi Inti dari Fakultas Ekonomi Universitas HKBP
Nommensen pada tahun 1975.

Pada tahun 1991 Magister Sains (S2) dari Fakultas Pasca Sarjana, Program
Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah Pedesaan, IPB Bogor.

Sejak tahun 1980 menjadi Dosen Kopertis Wilayah I Medan, yang


dipekerjakan pada Universitas HKBP Nommensen, Fakultas Ekonomi
Jurusan Ekonomi Pembangunan.

15
_____________
ISSN 0853-0203

You might also like