You are on page 1of 9

Pencoklatan umbi ubijalar – Kumalaningsih dkk

J. Tek. Pert Vol.5 No. 1: 11 - 19


PENCEGAHAN PENCOKLATAN UMBI UBI JALAR
(Ipomoea batatas (L). Lam.) UNTUK PEMBUATAN TEPUNG :
PENGARUH KOMBINASI KONSENTRASI ASAM ASKORBAT
DAN SODIUM ACID PYROPHOSPHATE
1)
Sri Kumalaningsih, 1) Harijono, 2) Y. F. Amir
1)
Dosen Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya
2)
Mahasiswa Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya

SUMMARY
The research was conducted to find out the best combination of ascorbic acid and SAPP
concentration to prevent browning reaction to improve the appearance of sweet potato flour.
A Completely Randomized Block Design with two factors was carried out. Ascorbic acid
concentration of 1.00;2.00; and 3.00% as the first factor and SAPP (sodium acid poly phosphate)
concentration ( 0.001; 0.01; and 0.1%) as the second factor. Both were dissolved in boiling water
containing 0.6g/L citric acid. The best result of the combination was used for making sweet potato
flour.
The results showed that increased concentration of either ascorbic acid or SAPP reduced the
browning reaction. But there was no interaction between treatment. The highest effectivity index (5.39)
was showed by the addition of 2.00% ascorbic acid and 0.1% SAPP which reduced the rate of
browning reaction with an R2 = 0.7997. Conversely, untreated sliced root showed a faster browning
reaction with the R2 = 0.8621 after delaying the sliced tuber for 12 hours.
There was a significant difference in flour lightness. The treated root has L = 79,67
and

untreated root has L = 77,46.


Ringkasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kombinasi terbaik dari asam askorbat dan
konsentrasi SAPP untuk mencegah reaksi browning (pencoklatan) dalam usaha perbaikan kenampakan
tepung ubi jalar.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok dengan
dua faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi asam askorbat (1,00; 2,00; dan 3,00 %) dan faktor kedua
adalah konsentrasi SAPP (sodium acid poly phosphate) (0,001; 0,01; dan 0,1 %). Keduanya dilarutkan
dalam air mendidih yang mengandung 0,6 g/L asam sitrat. Hasil kombinasi terbaik digunakan untuk
pembuatan tepung ubi jalar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi asam askorbat dan SAPP
menurunkan reaksi browning tetapi tidak ada interaksi antar perlakuan. Nilai efektifitas tertinggi (5,39)
ditunjukkan dengan penambahan 2,00% asam askorbat dan 0,1% SAPP yang menurunkan tingkat
reaksi browning dengan R2= 0,7997. Sebaliknya, potongan umbi yang tidak diberi perlakuan
menunjukkan reaksi browning yang lebih cepat dengan R2 = 0,8621 setelah dibiarkan selama 12 jam.
Terlihat adanya perbedaan yang signifikan pada kecerahan tepung. Umbi yang diberi
perlakuan memberikan nilai L = 79,67 dan tanpa perlakuan menunjukkan L = 77,46.

Di Indonesia, konsumsi ubi jalar


Pendahuluan dalam keadaan segar memiliki kelemahan
karena musim, daya simpan relative
Ubi jalar merupakan ubi-ubian singkat, akar mudah busuk, nilai ekonomis
yang terdapat di Asia dan kepulauan Pasifik rendah/kecil. Menurut Wirawan (1999),
karena potensi daya produksinya tinggi, konsumsi ubi jalar segar di Indonesia
daya adaptasi luas, budidaya sederhana, menurun dari 12.5 kg/kapita pada tahun
multifingsi, komposisi nutrisi yang tinggi 1990 menjadi 9.7 kg/kapita pada tahun
dan beragam serta cita rasa tinggi (Truong, 1993 yang disebabkan oleh kurangnya
1986). informasi pemanfaatan ke bentuk-bentuk
olahan, belum berkembangnya industri
yang menggunakan ubi jalar sebagai bahan

11
Pencoklatan umbi ubijalar – Kumalaningsih dkk
J. Tek. Pert Vol.5 No. 1: 11 - 19

baku karena anggapan masyarakat terhadap bahan-bahan kimia lainnya yang digunakan
ubi jal∗ar sebagai menu orang miskin dalam prosedur analisa kimia.
(Truong, 1986). Alat yang digunakan yaitu pisau
Verifikasi pangan untuk kupas, timbangan analitik (AA-200 Denver
peningkatan pemanfaatan ubi jalar telah Gerate), kompor listrik, magnetic stirrer A-
dilakukan (Winarno, 1982;Data, Diamente, 06 serie H, mikroskop fluorosence Minolta,
and Forio, 1986; Truong, 1986; Truong and glassware, sawutan, oven blower, alat
Del Rosario, 1986;Tsou and Villareal, titrasi, ayakan tepung, spektrofotometer
1982; Walter and Hoover, 1986) antara lain Vis-UV merek Genesis, color recorder CR-
dengan diversifikasi produk dari ubi jalar 10 Minolta, Retronic hygroscopic DT, pH-
menjadi tepung ubi jalar, kemudian diolah meter CG 832 Schott Gerate, penggiling
menjadi aneka bentuk produk pangan (mi, merek Bimax buatan Switzerland.
biscuit, kue, roti tawar). Rancangan yang digunakan untuk
Dalam skala industri besar, mengetahui pengaruh kombinasi
pembuatan tepung mengalami masalah konsentrasi asam askorbat dan SAPP dalam
yaitu timbul getah yang menyebabkan mencegah reaksi pencoklatan umbi adalah
proses pencoklatan. Menurut Uritani Rancangan Acak Kelompok Faktorial
(1982), getah umbi banyak mengandung dengan dua faktor yaitu konsentrasi asam
senyawa-senyawa o-difenol yang berupa askorbat dengan tiga level yaitu 1,00%;
senyawa asam klorogenat, asam 2,00%; dan 3,00%, dan konsentrasi SAPP
isoklorogenat, asam kafeat dan turunannya. dengan tiga level yaitu 0,001%; 0,01%; dan
Oksid0asi senyawa-senyawa fenol tersebut 0,1% serta tanpa perlakuan senyawa
menghasilkan senyawa melanoidin yang tersebut sebagai pembanding. Ulangan
berwarna coklat. Peristiwa pencoklatan ini sebanyak tiga kali sedangkan penelitian
melibatkan aktivitas golongan enzim yang ditujukan untuk mengetahui
katekol oksidase atau o-diphenol oxygen karakteristik fisik dan kimia tepung ubi
oxidoreductase (EC.1.10.3.1)(Nollet, 1996) jalar yang dihasilkan dari kombinasi
dan kofaktor Cu2+. perlakuan terbaik menggunakan metode
Pencegahan pencoklatan secara deskripsi. Ulangan sebanyak tiga kali.
tradisional dapat dilakukan dengan
perendaman di air segera setelah umbi Diagram alir penelitian pengaruh
dikupas untuk menghindari peristiwa perlakuan kombinasi terhadap variabel
oksidasi. Namun, hal ini dapat menurunkan pencoklatan umbi
rendemen tepung karena pati yang larut dan
Ubi jalar 1,5 L air panas
merepotkan pekerja. Untuk mengefisienkan
proses pengolahan umbi ubi jalar, perlu Penambahan 0,6
Kotoran Pencucian
dicari perlakuan yang lebih efektif dalam g/L asam sitrat
pencegahan pencoklatan. Penelitian Penimbangan
mengenai pengaruh konsentrasi asam 1 kg umbi 1,00;2,00;3,00%
askorbat dan sodium acip pyrophosphate segar dengan asam askorbat
kulit 0,001;0,01;0,1%
diharapkan dapat mencegah proses SAPP
pencoklatan umbi ubi jalar. Perebusan 2 mnt
dalam panci tertutup
Bahan dan Metode
Pendinginan Iris melintang
Bahan utama yang digunakan
adalah ubi jalar varietas Cangkuang umur Pengupasan hingga
2 mm dari kulit Pengamatan mikroskopis
4-4.5 bulan setelah tanam, diperoleh dari terhadap perubahan
Balitkabi, Malang, asam askorbat (teknis), bentuk/ukuran granula
Inkubasi kupasan selama pati untuk menentukan
asam sitrat (teknis), SAPP (teknis) dan 1 jam pada kondisi ruang penetrasi panas/larutan
kamar

Analisa/pengamatan : penetrasi panas,granula


pati, total asam, total fosfor, pH, TSP, reaksi
pencoklatan, penentuan perlakuan terbaik

12
Pencoklatan umbi ubijalar – Kumalaningsih dkk
J. Tek. Pert Vol.5 No. 1: 11 - 19

+ 2,7861 memberikan makna bahwa tiap


perubahan satuan SAPP akan menurunkan
tingkat absorbansi sebesar 3,4582 secara
logaritma, sedangkan dengan persamaan y
Diagram alir penelitian karakteristik = -0,3035 (x) + 3,8411 berarti tiap
fisik dan kimia tepung perubahan satu satuan asam askorbat akan
menurunkan tingkat absorbansi sebesar
Ubi jalar 1,5 L air panas 3,5376 secara linier.
Semakin tinggi konsentrasi kedua
Kotoran Pencucian senyawa tersebut, semakin rendah reaksi
Penambahan 0,6 pencoklatan. Hal ini disebabkan
g/L asam sitrat
Penimbangan penggunaan konsentrasi SAPP dan asam
1 kg umbi askorbat yang tinggi masing-masing dapat
segar dengan Kombinasi
kulit konsentrasi terbalik berperan efektif sebagai pengikat logam
dari tahap I dan antioksidan. Pendapat di atas didukung
Perebusan 2 oleh hasil penelitian Sapers and Miller
mnt dalam (1995) tentang penundaan pencoklatan pada
panci tertutup
kentang yang menunjukkan bahwa
Pendinginan penundaan pencoklatan pada kentang
selama 14 hari pada suhu 4°C dapat
Pengupasan dilakukan dengan kombinasi 4% asam
askorbat, 1% asam sitrat dan 1% SAPP
Penyawutan yang dipanaskan pada suhu 45-55°C selama
15-20 menit. Hal ini juga diperkuat oleh
Pengeringan dengan Djauhari (1998) yang menyatakan bahwa
oven blower, suhu penggunaan 0,3% asam askorbat dapat
50±40C,10 jam
menghambat reaksi pencoklatan pada irisan
Penepungan ubi jalar untuk tujuan tepung terfermentasi.
Penetrasi larutan ke dalam jaringan
umbi setelah perlakuan berkisar 1,03 – 1,77
Analisa sifat fisik-kimia tepung : pH, densitas mm dari bawah kulit, sedangkan untuk
kamba, higroskopisitas, rendemen, kadar air,
Aw, total fosfor, total asam, kadar pati,
kontrol 2 mm. Tidak ada interaksi antara
Lightness asam askorbat-SAPP, namun secara
Hasil dan Pembahasan individu ada pengaruh konsentrasi SAPP
yang sangat nyata (α = 0,05) terhadap
Hasil penelitian menunjukkan penetrasi larutan.
bahwa rerata reaksi pencoklatan ubi jalar Hasil analisa regresi menunjukkan
pembanding 1,50 sedangkan setelah adanya hubungan linier antara peningkatan
perlakuan kombinasi berkisar 0,91 – 1,25 konsentrasi SAPP dan penurunan jarak
pada A420 nm. Pembanding dan perlakuan penetrasi panas, dengan nilai R² = 0,989.
kombinasi konsentrasi berbeda sangat nyata Semakin tinggi konsentrasi SAPP, semakin
(α = 0,01), tidak ada interaksi asam dekat penetrasi larutan dari bawah kulit
askorbat-SAPP dan tidak ada pengaruh umbi.
nyata semua kombinasi terhadap reaksi Diduga, konsentrasi SAPP
pencoklatan. Semakin tinggi konsentrasi membentuk ikatan silang pada fraksi pati
kombinasi asam askorbat-SAPP (3,00% yang memperkuat ikatan hidrogen
asam askorbat dan 0,1% SAPP) maka intragranula pati. Keadaan ini menyebabkan
semakin rendah absorbansi yaitu 1.25. granula pati tidak pecah sekalipun
Hasil analisa regresi menunjukkan mengembang. Pati yang mengembang dan
hubungan linier antara penambahan membesar menekan dinding sel sehingga
konsentrasi asam askorbat dan SAPP secara memperkecil poros antar sel dan
individu terhadap penurunan reaksi menyebabkan ketegaran sel meningkat. Hal
pencoklatan. Persamaan y = -0,0973 Ln (x) ini didukung oleh pernyataan Wirawan

13
Pencoklatan umbi ubijalar – Kumalaningsih dkk
J. Tek. Pert Vol.5 No. 1: 11 - 19

(1999) bahwa penghambatan gelatinisasi umbi ubi jalar diduga karena SAPP
granula pati dapat dilakukan dengan termasuk asam lemah yang terdiri dari sisa
menambah sejumlah kecil (1/1000 bagian asam dari asam fosfat dan logam Na+
pati) senyawa garam fosfat. Selanjutnya, sehingga SAPP adalah garam yang
Whistler, BeMiller dan Eugene (1984) mengandung ion H+ lebih dari sisa asam
menyatakan bahwa fosfat akan membentuk fosfat. Asam fosfat cenderung merupakan
ikatan silang (cross-linkage) pada ikatan asam lemah. Atau karena konsentrasi di
hidrogen granula pati yang memperkuat dalam larutan yang masih rendah untuk
granula dari keadaan membengkak tanpa memberikan efek peningkatan total asam.
mengalami pecah sehingga menghindari Hasil analisa regresi menunjukkan
disintegrasi lanjut. Semakin banyak ikatan hubungan linier positif pemberian asam
silang pati, semakin menurunkan askorbat terhadap peningkatan kadar total
kehilangan integritas granula. Lebih jauh asam jaringan umbi dengan korelasi R² =
lagi, Firdaus (2000) menyatakan bahwa 0,966.
pengembangan granula yang optimal Grafik di atas menunjukkan bahwa
menyebabkan rongga yang terbentuk makin terjadi penetrasi asam askorbat ke jaringan
sedikit (ruang antar sel makin rapat) dan umbi sekalipun kadarnya tidak memberikan
menghasilkan tekstur yang tegar. Sehingga pengaruh terhadap pH jaringan. Penetrasi
difusifitas dan kehilangan bahan terlarut ini disebabkan pengaruh larutan panas yang
semakin berkurang dengan meningkatnya menyebabkan perenggangan porositas
kerapatan antara sel. dinding sel sehingga memudahkan ion-ion
H+ dari ionisasi asam askorbat di dalam
Hasil pengamatan terhadap rerata larutan berdifusi ke jaringan umbi.
pH larutan setelah perlakuan menunjukkan Konsentrasi asam askorbat di dalam larutan
pH 2,94. Larutan asam (ion H+ yang tinggi) lebih pekat daripada di dalam jaringan dan
mempengaruhi ketegaran dinding sel. pH ion-ion H+ menjadi lebih cepat karena ion
rendah (4,0 –5,0) dapat meningkatkan tersebut menangkap energi yang timbul dari
ketegaran jaringan parenkim dan larutan yang panas sehingga pergerakan ion
menghambat aktifitas enzim amilolitik tersebut menjadi lebih cepat. Hal ini sesuai
dalam hidrolisa pati. Namun, jika pH dengan pernyataan Rahardjo dan Sastri
jaringan kembali normal (misal pH 6,0) (1995) bahwa perenggangan jaringan
maka ketegaran jaringan akan hilang kentang yang terjadi dalam pemanasan
(Walter, Fleming, and McFeeters, 1992; disebabkan oleh penyerapan air oleh
1993). polisakarida dinding sel. Penyerapan air ini
Kadar total asam pada ubi jalar menyebabkan dinding sel bertambah tebal
pembanding rata-rata 0,38 mg/100 g dan disertai dengan penurunan viskositas
sedangkan setelah perlakuan berkisar antara cairan sel.
0,02 - 0,03 mg/100 g, tidak ada interaksi Kadar total fosfor pada ubi jalar
antar asam askorbat-SAPP, namun secara pembanding rata-rata 33,84 mg/100 g
individu ada pengaruh konsentrasi asam sedangkan setelah perlakuan berkisar antara
askorbat yang nyata (α = 0,05) terhadap 34,35 – 35,28 mg/100 g, tidak ada interaksi
kadar total asam. antara asam askorbat-SAPP namun secara
Kadar total asam ini lebih rendah individu terdapat pengaruh sangat nyata (α
bila dibandingkan dengan kadar asam = 0,01) SAPP terhadap peningkatan kadar
askorbat varietas Cangkuang segar 22,31 total fosfor.
mg/100 g, kemungkinan disebabkan banyak Hasil analisa regresi menunjukkan
asam-asam organik yang tergolong mudah korelasi yang tinggi antara penambahan
rusak, larut dalam air dan menguap seperti konsentrasi SAPP terhadap peningkatan
asam malat, asam sitrat, asam askorbat, kadar total fosfor yaitu R² = 0.9987.
asam nikotinat, asam klorogenat selama Semakin tinggi konsentrasi SAPP
perlakuan blansing dan penghancuran. di dalam larutan, semakin tinggi kadar total
Tidak ada pengaruh SAPP di dalam fosfor. Ini berarti terjadi penetrasi SAPP ke
meningkatkan kadar total asam jaringan jaringan umbi sekalipun kadarnya tidak

14
Pencoklatan umbi ubijalar – Kumalaningsih dkk
J. Tek. Pert Vol.5 No. 1: 11 - 19

memberikan pengaruh terhadap pH askorbat yang tinggi, karena asam askorbat


jaringan. Penetrasi disebabkan pengaruh pada konsentrasi tinggi lebih banyak
larutan panas dari blansing yang teroksidasi sebelum fenol sehingga laju
menyebabkan perenggangan porositas pencoklatan awal lebih lama. Karena asam
dinding sel sehingga memudahkan ion-ion askorbat tersebut mencegah oksidasi fenol
fosfor yang lebih pekat di larutan daripada maka semakin tinggi asam askorbat
di jaringan umbi berdifusi ke jaringan umbi. semakin tinggi kadar fenol yang berarti
lebih banyak fenol yang tidak teroksidasi.
pH jaringan ubi jalar pembanding Senyawa pengkelat bekerja dengan
adalah 5,80 sedangkan dengan perlakuan cara mengikat logam yang ada di dalam
berkisar 4,82 – 5,89. Berdasarkan hasil umbi sehingga logam tersebut terjerat
sidik ragam ternyata tidak ada pengaruh padanya membentuk logam yang tidak
semua perlakuan kombinasi maupun dapat terionisasi dan tidak dapat berperan
individu terhadap kondisi pH jaringan. aktif dalam reaksi dengan substrat fenol
Kisaran pH tersebut belum menginaktifkan sehingga senyawa ini mencegah
PPO secara total. Namun, kisaran pH yang pembentukan warna gelap (Mazza and Qi,
dapat menginaktifkan PPO secara total 1991; Macheix, Saphis, and Flueriel, 1991).
adalah pH 2 – 4 dan pH optimumnya 6-7 Ion Cu2+ dan Fe3+ terbukti mengaktifkan
(Siddiq et al., 1992). PPO (Leoni and Palmieri, 1990).
Pengaruh pH dalam aktifitas enzim
PPO adalah merubah stabilitas dan aktifitas Uji efektifitas menunjukkan bahwa
katalitik enzim serta merubah ionisasi perlakuan 2,00% asam askorbat dan 0,1%
enzim / substrat atau kompleks keduanya. SAPP memiliki nilai efektifitas tertinggi
Enzim membutuhkan struktur ruang 3D yaitu 5,39 dan yang terendah yaitu
untuk mengkatalisa subtrat pada sisi konsentrasi 1,00% asam askorbat dan
aktifnya. Tetapi dengan perubahan pH 0,001% SAPP yaitu 1,81. Nilai efektifitas
ekstrim dimana merusak ikatan kovalen untuk tiap parameter pada setiap perlakuan
protein maka bentuk struktur ruang 3D tidak menunjukkan linier bila perlakuan
berubah (Kallson, 1973). kombinasi semakin tinggi.

Rerata kadar TFT pembanding 3,57 Pembandingan pembacaan


m/100 g dan setelah perlakuan kombinasi Lightness (“L”) irisan umbi tanpa perlakuan
berkisar 2,50 – 2,78 m/100 g. Hasil analisa dan perlakuan terbaik berdasarkan uji t
regresi menunjukkan korelasi yang erat menunjukkan perbedaan yang nyata
antara penambahan konsentrasi SAPP (α=0,05/2).
dengan peningkatan kadar TFT dimana Hasil analisa regresi
semakin tinggi kadar SAPP semakin tinggi memperlihatkankan pengaruh konsentrasi
kadar TFT. Diduga karena senyawa SAPP kombinasi dalam menghambat reaksi
mengikat kofaktor enzim sehingga enzim pencoklatan irisan umbi.
pencoklatan tidak aktif. Hal ini Semakin lama irisan umbi
menyebabkan substrat fenol tidak dibiarkan, semakin turun pembacaan warna
teroksidasi dan kadarnya lebih mendekati untuk kedua perlakuan. Pada tanpa
pada kadar ubi jalar segar (pembanding). perlakuan, korelasi pencoklatan dengan
Jumlah penetrasi asam askorbat dan waktu pengamatan lebih tinggi (R² =
SAPP ke lapisan latisifer mempengaruhi 0,8621) dan penurunan pembacaan warna
jumlah fenol teroksidasi. Konsentrasi asam lebih cepat daripada perlakuan terbaik (R² =
askorbat yang rendah memiliki kecepatan 0,7997).
laju pencoklatan awal yang lebih tinggi Konsentrasi asam askorbat 0,1;
sebab bila jumlah asam askorbat yang 0,25; 0,5; dan 1% dapat menghasilkan
rendah tersebut telah teroksidasi total maka persen hambatan aktifitas PPO pada kulit
proses oksidasi selanjutnya terjadi pada langsap masing-masing sebesar 40 – 43; 53
substrat PPO yaitu fenol sehingga kadar – 54; 59 – 61,7; dan 89 – 90% (Hartati,
fenol turun. Hal ini berbeda dengan asam dkk., 2000). Pada konsentrasi 0,7% asam

15
Pencoklatan umbi ubijalar – Kumalaningsih dkk
J. Tek. Pert Vol.5 No. 1: 11 - 19

dapat mencegah pencoklatan selama 8 jam tepung tanpa perlakuan (4,66 mg/100 g)
pertama pada irisan apel “Red Delicious” memberikan sumbangan ion H+ yang lebih
(Lozano-De-Gonzales et,al., 1993). banyak sehingga pH lebih rendah jika
Semakin tinggi kandungan asam dibandingkan tepung dengan perlakuan
askorbat semakin rendah aktifitas PPO terbaik memiliki kadar total asam lebih
(Langdon, 1987; Amiot et.al., 1992 in rendah (4,52 mg/100 g) sehingga pH tepung
Goupy et.al., 1995). Peningkatan suhu lebih tinggi.
pemanasan berpengaruh terhadap Blansing dengan air mendidih
penurunan aktifitas PPO. Perlakuan menyebabkan banyak asam-asam organik
blansing mendidi ktivitas PPO. Perlakuan dan senyawa-senyawa yang peka terhadap
blansing mendidih dapat menginaktifkan water blanching akan larut. Hal tersebut
ezim PPO. Sebab di atas suhu 70°C secara tampak dari kadar total P yang lebih rendah
total dapat menginaktifkan PPO sehingga pada tepung dengan perlakuan terbaik
perubahan warna dapat dicegah (Siddiq, et (132,53 mg/100 g) daripada kadar total P
al., 1992). Namun suhu daging umbi hanya pada tepung dari tanpa perlakuan (125,57
58°C, sehingga suhu tersebut belum mg/100 g). Hasil uji t menunjukkan tidak
menginaktifkan enzim secara total. ada perbedaan yang nyata antara kedua
Blansing dapat mempengaruhi perlakuan tersebut.
pembacaan warna (pencoklatan) pada
rajangan ubi jalar. Ma et.al. (1992) Kadar air tepung tanpa perlakuan
menyimpulkan bahwa semakin tinggi suhu menunjukkan nilai yang lebih rendah (6%)
dan semakin lama waktu blansing dapat daripada tepung dengan perlakuan terbaik
menurunkan tingkat pencoklatan. Hal ini (6,2%). Hal ini ada kaitannya dengan
ada kaitannya dengan aktifitas PPO yang higroskopisitas tepung tanpa perlakuan
semakin turun akibat perlakuan panas. yang lebih rendah (7,65%) daripada tepung
Pada uji sifat fisik dan kimia ubi dengan perlakuan terbaik (8,88%). Semakin
jalar, diketahui adanya perbedaan warna tinggi higroskopisitas tepung menunjukkan
tepung yang sangat nyata (α = 0,05/2) semakin banyak kemampuannya mengikat
antara tanpa perlakuan dengan perlakuan air di udara sehingga kadar air semakin
terbaik. Namun tidak ada perbedaan antar meningkat. Hasil uji t menunjukkan tidak
kedua perlakuan tersebut untuk parameter ada perbedaan yang nyata antara kedua
yang lain. perlakuan tersebut terhadap parameter
Pembacaan warna menunjukkan bahwa kadar air dan higroskopisitas tepung.
rerata “Lightness” tepung tanpa perlakuan Kelembaban udara di sekitar bahan
77,46, dengan perlakuan terbaik 79,67. akan mempengaruhi kadar airnya. Produk
Perbedaan yang nyata antara tanpa dengan kadar air yang rendah dan
perlakuan dengan perlakuan terbaik kandungan amilosa tinggi, bila disimpan
kemungkinan disebabkan konsentrasi asam pada lingkungan lembab akan menyerap air
askorbat dan SAPP dapat menghambat laju dari udara sekitarnya sehingga kadar air
awal pencoklatan enzimatis sebelum meningkat lagi. Seperti pada pengamatan
pengolahan tepung terutama saat dibiarkan. tepung ubi jalar yang disimpan selama 70
Sedangkan dalam waktu pengamatan yang hari pada RH 80% tampak terbentuk
sama, tanpa perlakuan tidak dapat gumpalan-gumpalan butir tepung yang
mencegah oksidasi fenol oleh enzim diduga akibat meningkatnya kadar air. Hal
membentuk pigmen coklat (melanoidin). serupa bisa terjadi jika disimpan pada suhu
Warna awal sebelum pengolahan sangat rendah akibat kondensasi uap air di
menentukan penampilan warna tepung. permukaan tepung (Antarlina, 1991).

Rerata pH tepung tanpa perlakuan Pada pengujian rendemen dan pati,


6,43 dan dengan perlakuan terbaik 6,74. blansing dengan air mendidih mnyebabkan
Tinggi rendahnya pH tepung sangat banyak asam-asam organik dan senyawa-
ditentukan oleh kadar total asam umbi. senyawa yang peka terhadap water
Kadar total asam yang lebih tinggi pada blanching akan larut termasuk pati terlarut.

16
Pencoklatan umbi ubijalar – Kumalaningsih dkk
J. Tek. Pert Vol.5 No. 1: 11 - 19

Hal tersebut tampak dari rendemen tepung Fermentasi. Tesis. PTP, Univ.
yang lebih rendah pada tepung dengan Brawijaya. Malang.
perlakuan terbaik (24%) daripada rendemen Firdaus, M. (2000) Penyerapan Minyak
pada tepung dari tanpa perlakuan (26%). pada French Fries Kentang. Tesis.
Salah satu faktor yang mempengaruhi Univ. Brawijaya. Malang.
tinggi rendahnya rendemen adalah kadar Goupy, P., AMrot M.J., Richard-Forget F.,
pati. Karena pati tepung dari perlakuan Duprat F., Aubert S. and Nicholas J.
terbaik lebih rendah (55,14%) akibat larut (1995) Enzymatic Browning of
saat diblansing daripada tepung tanpa Model Solutions and Apples Phenolic
perlakuan (55,69%) maka rendemen tepung Contents by Apple PPO. J. of Food
yang diperlakukan lebih rendah daripada Sci. 60 (3), 497-450.
tepung tanpa perlakuan. Hasil uji t Kallson, I. (1973) Introduction to Modern
menunjukkan tidak ada perbedaan yang Biochemistry. Academic Press, New
nyata antara kedua perlakuan tersebut York.
terhadap kadar pati dan rendemen tepung. Langdon, T. (1987) Preventing of
Browning in Fresh Prepared Potatoes
Kesimpulan Without The Use of Sulfiting Agents.
 Tidak ada interaksi antara perlakuan Food tech. 41 (5), 64-67.
konsentrasi asam askorbat dan SAPP Leoni, O. Palmieri, S. (1990) PPO from
terhadap tingkat pencoklatan umbi. Artichoke (Cynara scolymus L.)
 Perlakuan SAPP berpengaruh terhadap Food Chem. 38(1), 27-39.
reaksi pencoklatan, jarak penetrasi Lozano-De-Gonzales, P.G., Barret, D.M.,
larutan / panas, kadar total P dan kadar Wrolstad, R.E., and Durst, R.W.
total fenol terlarut. (1993) Enzymatic Browning
 Perlakuan konsentrasi asam askorbat Inhibited in Fresh and Dried Rings by
berpengaruh terhadap kadar total asam. Pineapple Juice. J.of Food Sci.58(3).
 Perlakuan konsentrasi 2,00% asam Ma, S., Silva, J.L., Hearnsberger, J.D., and
askorbat dan 0,1% SAPP mempunyai Garner, J.O.Jr. (1992) Prevention of
nilai efektifitas tertinggi yaitu 5,39. Enzymatic Darkening in Frozen
 Perlakuan konsentrasi 2,00% asam Sweet Potato by Water Blanching.
askorbat dan 0,1% SAPP berpengaruh Relationship Among Darkening,
terhadap kenampakan warna tepung ubi Phenol and PPO activities. J. Agric.
jalar. Food Chem. 40 (5), 864-867.
Macheix, J.J., Sapis, J.C.,Fleuriet, A.
Daftar Pustaka (1991) Phenolic Compounds and
PPO in relation to Browning in
Grapes and Wines. Crit. Rev. Food
Antarlina, S.S. (1991) Pengaruh Umur Sci. Nutr. 30(4), 441-486.
Panen dan Klon Terhadap Sifat Mazza, G., and Qi, H. (1991) Control of
Sensoris, Fisik, dan Kimiawi Tepung After Cooking Darkening in Potatoes
Ubi Jalar. Tesis. UGM-Unibraw with Edible Film-forming Products
Data, E.S., Diamente, J.C., and Forio, E.E. and CaCl2. J. Agric. Food Chem.
(1986) Soy Sauce Production 39(12), 2163-2166.
Utilizing Root Crop Fluor as Nollet, L.M.L. (1996) Handbook of Food
Substitute for Wheat Fluor. Ann. Analysis.Vol. 1. Marcel Dekker, Inc.
Trop. Res. 8, 42-50. NY, Basel.
Djauhari, A.B. (1998) Ubi Jalar (I. batatas) Rahardjo, B. and Sastry, S.K. (1995)
Sebagai Bahan Baku Tepung Kinetika Pelunakan Jaringan Kentang
Terfermentasi, Kajian dari Pengeruh Selama dalam Pemanasan. Agritech.
Lama Fermentasi pada Beberapa 15(1,2,3), 1-9.
Klon dan Pengaruh Konsentrasi Sapers, G.M. and Miller R.L. (1995)
Asam Askorbat terhadap Lama Heated Ascorbic/Citric Acid Solution
as Browning Inhibitor for Pre-peeled

17
Pencoklatan umbi ubijalar – Kumalaningsih dkk
J. Tek. Pert Vol.5 No. 1: 11 - 19

potatoes. J.of Food Sci. 60(4), 762- Potato. In : Sweet potato Proc. of The
767. First International Symp. Villareal
Siddiq, M., Sinha, N.K., and Cash, J.N. and Griggs (Eds), 373-384. AVRDC,
(1992) Characterization of PPO from Shanhua, Tainan, Taiwan, China.
Stanley Plums. J. of Food Sci. 57(5), _______________ (1982) Penanganan
1117-1179. SIngkong dan Ubi Jalar. Kumpulan
Truong Van Den (1986) New Gagasan Terteulis, Pusat Penelitian
Developments in Processing Sweet dan Pengembangan Tek. Pangan.
Potato for Food In Sweet Potato IPB, Bogor.
Research and Development for Small Wirawan, N.N. (1999) Pengaruh
Farmers. Mackay, K.T., M.K. Konsentrasi NaCl dan Na2HPO4 pada
Palomar, and R.T. Sanico (Eds), 213- Crosslinking Starch terhadap Sifat-sifat
226. Tepung Ubi Jalar Termodifikasi. Skripsi.
Truong Van Den and Del Rosario, E.J. Univ. Brawijaya, Malang.
(1986) Processing Sweet Potato for
Food and Industrial Uses. In
Phillipine Council for Agriculture
and Resources Research and
Development. State-of-the art of
Sweet Potato Research. Los Banos,
Laguna, Phillipine. 38-47.
Tsou, S.C.S. and Villareal, R.L. (1982)
Resistance to Eating Sweet Potato. In
Sweet Potato : Proc. of The First
International Symposium. Villareal,
R.L. and T.D. Griggs (Eds.), 37-44.
AVRDC, Shanhua, Tainan, Taiwan,
China.
Uritani, I. (1982) Postharvest Physiology
and Pathology of Sweet Potato from
The Biochemical View Point. In
Sweet Potato : Proc. of The First
International Simposium. Villareal,
R.L. and T.D. Griggs (Eds.), 421-
428. AVRDC, Shanhua, Tainan,
Taiwan, China.
Walter, W. M. Jr., and Hoover, M.W.
(1986) Preparation, Evaluation, and
Analysis of French-fry-type Product
from Sweet Potato. J. of Food Sci.
51, 969-970.
_________________, Fleming, H.P. and
McFeeters. (1992) Firmness Control
of Sweet Potato French fry-type
Product by Tissue Acidification. J.of
Food Sci. 57(10, 138-141.
Whistler, R.L., BeMiller, J.N. and Eugene,
F.P. (1984) Starch chemistry and
Technology. 2nded. Academic Press.
London.
Winarno, F.G. (1982) Sweet Potato
Processing and By-Product
Utilization in The Tropics Sweet

18
Pencoklatan umbi ubijalar – Kumalaningsih dkk
J. Tek. Pert Vol.5 No. 1: 11 - 19

Deskripsi sifat fisik dan kimia tepung ubi jalar tanpa perlakuan dan setelah perlakuan
terbaik dari varietas Cangkuang.
Nilai
Deksirpsi mutu Tanpa perlakuan Perlakuan terbaik
Pembacaan warna “Lightness” 77,46** 79,67**
PH 6,43 6,74
Total asam (mg/100 g) 4,66 1,52
Total fosfor (mg/100 g) 132,52 125,57
Aw 0,30 0,30
Kadar air (%) 6,00 6,20
Densitas kamba (cm3/g) 0,18 0,18
Higoskopisitas (%) 7,65 8,88
Rendemen (%) 26,00 26,00
Pati (%) 52,69 55,14
**) Perbedaan yang sangat nyata α = 0,05 / 2 dengan uji t

19

You might also like