You are on page 1of 32

DEPARTEMEN KEPERAWATAN KOMUNITAS

AGREGAT LANSIA

“Posyandu Lansia RW VIII Kelurahan Merjosari Kota Malang”

OLEH:
KELOMPOK III

Ahmad Ardi P. Ummi Fadilah P. R.


Linda Astutik Hafidha Tsalats
Ukhti Nurhasanah H. Ahmad
Ahmad Mudhofir Oktiviani Nur Kharits
Vicky Rizal F. Nurul Azizah
Ade Isnaeni Umar Aisra Mira M.

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling berinteraksi
satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang sama (WHO).
Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan
dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal,
kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007).
Dalam rangka mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal maka dibutuhkan
perawatan kesehatan masyarakat, dimana perawatan kesehatan masyarakat itu sendiri adalah
bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara kesehatan masyarakat dan perawatan
yang didukung peran serta masyarakat dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif
secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara
menyeluruh, melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia
secara optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatan. Peningkatan peran serta masyarakat
bertujuan meningkatkan dukungan masyarakat dalam berbagai upaya kesehatan serta
mendorong kemandirian dalam memecahkan masalah kesehatan.
Dalam praktek keperawatan komunitas difokuskan kepada masalah keperawatan yang
timbul pada masyarakat yang dimungkinkan oleh karena masalah kesehatan secara umum.
Dengan keterbatasan waktu, sumber daya manusia dan jam praktek maka masalah dibatasi
dalam lingkup masalah keperawatan. Dalam praktek keperawatan komunitas kali ini
kelompok memfokuskan masalah di bidang kesehatan. Selain itu, selama proses belajar
praktek keperawatan komunitas, mahasiswa mengidentifikasi populasi dengan risiko dan
sumber yang tersedia untuk bekerjasama dengan komunitas dalam merancang, melaksanakan
dan mengevaluasi perubahan kemunitas dengan penerapan proses keperawatan komunitas
dan pengorganisasian komunitas. Dengan harapan, masyarakat akan mandiri dalam upaya
meningkatkan status kesehatannya.
Keperawatan komunitas merupakan salah satu bentuk kegiatan di bidang kesehatan
yang mencakup beberapa sub bidang, salah satunya adalah keperawatan komunitas lanjut
usia. Keperawatan komunitas lanjut usia merupakan bentuk pelayanan yang tepat dengan memberikan
pelayanan sesuai dengan kebutuhan para usia lanjut dalam ruang lingkup komunitas. Semua
bentuk pemenuhan kebutuhan usia lanjut dipengaruhi oleh beberapa karakteristik yang terjadi
dalam proses menua.
Pada observasi awal, diketahui bahwa posyandu di RW VIII Kelurahan Merjosari
kurang efektif berjalan karena hanya sedikit lansia yang datang tiap bulannya dan diketahui
kurangnya kunjungan disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat tentang
pentingnya mengontrol kesehatan, kurang efektifnya desiminasi jadwal posyandu dan
keadaan jalan yang cukup padat dan ramai. Dari permasalah ini, kelompok bersama dengan
pihak komunitas lansia RW VIII Kelurahan Merjosari mencari pemecahan bersama untuk
meningkatkan keefektifan posyandu lansia. Serta membantu meningkatkan kesehatan lansia
dari masalah-masalah kesehatan yang dialami.

1.2 TUJUAN PENULISAN


1.2.1 Tujuan Umum
Menerapkan konsep keperawatan komunitas untuk meningkatkan kemampuan lansia
untuk hidup sehat, sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal bagi Posyandu Lansia
RW VIII kelurahan Merjosari Kota Malang.

1.2.2 Tujuan Khusus


Setelah melaksanakan praktek keperawatan komunitas, diharapkan mahasiswa
keperawatan mampu:
a. Bekomunikasi dan BHSP dengan Komunitas Lansia RW VIII kelurahan Merjosari
Malang.
b. Mengidentifikasi masalah yang ada dengan mengumpulkan, mengolah dan menganalisa
pengkajian dari Lansia RW VIII Kelurahan Merjosari kota Malang.
c. Memotivasi komunitas lansia untuk mengenali dan mengatasi masalah kesehatan.
d. Mengenali dan memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat guna mengatasi
masalah kesehatan yang dihadapi.
e. Melaksanakan kegiatan bersama komunitas lansia dalam mengatasi masalah kesehatan
yang dihadapi.
f. Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan dan tindak lanjut dari tiap masalah keperawatan
yang telah ditemukan.
1.3 METODE
Kegiatan praktek komunitas ini menggunakan pendekatan asuhan keperawatan dengan
community of partner.
1.3.1 Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi dari praktek komunitas ini adalah Lansia RW VIII Kelurahan Merjosari kota
Malang. Dari data yang diperoleh, terdapat 18 lansia.

b. Sampel
Penentuan jumlah sampel lansia di Posyandu Lansia RW VIII Kelurahan Merjosari
Malang yang digunakan yaitu penentuan minimum sampel berdasarkan rumus berikut
(Notoatmodjo, 2010):
N
n = N(d)2 +1

n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi
d : nilai presisi (peran kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang dapat ditolerir/diinginkan, yaitu sebesar 10% atau 0,1).
𝑁
𝑛=
𝑁(𝑑)2 + 1
20
𝑛=
20(0,1)2 + 1
20
𝑛=
20(0,01) + 1
20
𝑛= 0,2 + 1
20
𝑛= 1,2
𝑛 = 16 𝐿𝑎𝑛𝑠𝑖𝑎

Sampel yang digunakan dalam praktikum komunitas dengan rumus diatas didapatkan
sebanyak 16 lansia di RT 1,2,3,4,5,6,8,9 dengan menggunakan random sampling dan
dilakukan secara door to door.
1.3.2 Tempat
Kegiatan praktikum komunitas ini dilaksanakan di lingkungan komunitas Lansia RW
VIII Kelurahan Merjosari Malang.
1.3.3 Waktu
Persiapan kegiatan ini dilakukan sejak 25 Juni – 21 Juli 2018.

1.3.4 Bahan dan alat yang digunakan


Bahan Pengkajian :
- Lembar angket kuisioner
- Lembar wawancara
- Lembar observasi
- Lembar demografi

Prosedur pengumpulan data


Data didapatkan melalui pengkajian :
1. Observasi
2. Wawancara
3. Angket
4. Demografi
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 dan 75 tahun.
Jumlah kelompok usia ini meningkat drastis dan ahli demografi memperhitungkan
peningkatan populasi lansia sehat terus meningkat sampai abad selanjutnya (Potter & Perry,
2005).
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan
batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada
tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial.
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan
secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin
rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan
terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara
ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber
daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak
manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali
dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat (Ismayadi, 2004).
Menurut Constantinidies menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan
mempertahankan fungsi formalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut organisasi dunia (WHO) lanjut usia meliputi
usia pertengahan (middleage) adalah kelompok usia 45-59 tahun, usia lanjut (elderly) adalah
kelompok usia 60-74 tahun, Usia lanjut (old) adalah kelompok usia 75-90 tahun, dan usia
sangat tua (very old) adalah kelompok usia diatas 90 tahun.
Asuhan keperawatan lansia mengahadapi tantangan khusus karena perbedaan fisiologis,
kognitif, dan kesehatan psikososial. Lansia bervariasi pada. Tingkat kemampuan fungsional.
Mayoritas merupakan anggota komunitas yang aktif, terlibat, dan produktif. Hanya sedikit
yang telah kehilangan kemampuan untuk merawat diri sendiri, bingung atau merusak diri,
dan tidak mampu mebuat keputusan yang berkaitan dengan kebutuhan mereka.
a) Kebutuhan Hidup Orang Lanjut Usia
Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki kebutuhan
hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup orang lanjut usia antara lain
kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perumahan
yang sehat dan kondisi rumah yang tentram dan aman, kebutuhan-kebutuhan sosial seperti
bersosialisasi dengan semua orang dalam segala usia, sehingga mereka mempunyai banyak
teman yang dapat diajak berkomunikasi, membagi pengalaman, memberikan pengarahan
untuk kehidupan yang baik. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar dapat
mandiri. Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow menyatakan bahwa kebutuhan
manusia meliputi (1) Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau
biologis seperti pangan, sandang, papan, seks dan sebagainya. (2) Kebutuhan ketentraman
(safety needs) adalah kebutuhan akan rasa keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun
batiniah seperti kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya (3)
Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunikasi
dengan manusia lain melalui paguyuban, organisasi profesi, kesenian, olah raga, kesamaan
hobby dan sebagainya (4) Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga
diri untuk diakui akan keberadaannya, dan (5) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization
needs) adalah kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir
berdasar pengalamannya masing-masing, bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam
kehidupan. Sejak awal kehidupan sampai berusia lanjut setiap orang memiliki kebutuhan
psikologis dasar (Setiati,2000). Kebutuhan tersebut diantaranya orang lanjut usia
membutuhkan rasa nyaman bagi dirinya sendiri, serta rasa nyaman terhadap lingkungan yang
ada. Tingkat pemenuhan kebutuhan tersebut tergantung pada diri orang lanjut usia, keluarga
dan lingkungannya . Jika kebutuhankebutuhan tersebut tidak terpenuhi akan timbul masalah-
masalah dalam kehidupan orang lanjut usia yang akan menurunkan kemandiriannya
(Ismayadi, 2004).

b) Teori – teori Proses Menua


Ada beberapa teori tentang proses penuaan, antara lain:
1) Teori Genetic Clock
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu. Setiap
spesies mempunyai di dalam nukleinya suatu jam genetik yang telah di putar menurut suatu
replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak
berputar. Jadi menurut konsep ini jika jam ini berhenti, kita akan mati meskipun tanpa
disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit terminal. Konsep “ genetic clock” didukung
oleh kenyatan bahwa ini cara menerangkan mengapa pada beberapa spesies terlihat adanya
perbedaan harapan hidup yang nyata.
2) Teori Mutasi Genetik (somatic mutatie theori )
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul –
molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
3) Teori “ pemakaian dan rusak “
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan se –sel tubuh lelah terbakar.
4) Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut “ teori akumulasi dari
produk sisa”.
5) Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.
6) Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.
7) Reaksi dari kekebaian sendiri ( auto immunne theori)
Didalam metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh
tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga tubuh menjadi lemah dan sakit.
8) “ Teori imonologi saw virus”
Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam
tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
9) Teori stres menua akibat terjadi hilangnya sel – sel yang bisa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kesetabilan lingkungan internal,
kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel –sel tubuh lelah terpakai.
10) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat dibentuk dialam bebas, tidak stabil radikal bebas ( kelompok atom )
mengakibatkan oksidasi oksigen bahan – bahan organik seperti karbohidrat dan protein.
Radikal ini menyebabkan sel –sel tidak dapat regenerasi.
11) Teori rantai silang
Sel – sel yang tua dan usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya
jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya
fungsi.
12) Theori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah yang membelah setelah sel- sel mati.
c. Perubahan – perubahan yang terjadi pada Lanjut Usia
Perubahan – perubahan fisik
1. Sel
a. Lebih sedikit jumlahnya
b. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan kurangnya cairan intramuskuler
c. Menurunnya porposi protein di otak, otot,ginjal, darah dan hati
d. Terganggunya mekanisme perbaikan sel
e. Otak menjadi atropis beratnya berkurang 5-10%
2. Sistem pernafasan
a. Cepat menurunnya persarafan
b. Lambannya dalam respon dan waktu untuk bereaksi khususnya dengan stres.
c. Mengecilnya saraf panca indra: berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran,
mengecilnya saraf penciuman dan rasa,. Lebih sensitif terhadap perubahan suhu
dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
d. Kurangnya sensitif pada sentuhan
3. Sistem Pendengaran
a. Prebiakusis ( gangguan dalam pendengaran ), hilangnya kemampuan atau daya
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi dan atau nada – nada tinggi,
suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata, 50% terjadi pada usia diatas 65 tahun.
b. Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis
c. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkanya kreatin
d. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa
atau stres
4. Sistem penglihatan
a. Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
b. Kornea lebih berbentuk sferis atau bola, lensa lebih suram atau kekeruhan pada lensa
menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan
c. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan menjadi
lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap
d. Hilangnya daya akomodasi, menurunya lapang pandang, menurunnya membedakan
warna biru atau hijau.
5. Sistem kardiovaskuler
a. Elastisitas dinding vaskuler menurun,katup jantung menebal dan menjadi kaku.
b. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun, menyebabkan kontraksi dan volumenya.
c. Kehilangan elestisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer
untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk, atau dari duduk ke berdiri bisa
menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing
mendadak).
d. Tekanan darah meningkat diakibatkan meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer, sistolik normal kurang lebih 170 mmHg, diastolik normal kurang lebih 90
mmHg
6. Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pada pengaturan tuhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai termostat, yaitu menetapkan
suhu teratur, kemunduran terjadi akibat berbagai faktor yang mempengaruhinya yang sering
ditemui antara lain:
a. Temperatur tubuh menurun atau hipotermi secara fisiologis kurang lebih 35 derajat
celcius ini akibat metabolisme menurun.
b. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas banyak sehingga
terjadi rendahnya aktifitas otot.
7. Sistem Respirasi
a. Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktifitas silia
b. Paru – paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih
berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman bernafas menurun.
c. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
d. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, karbodioksida pada arteri tidak
berganti
e. Kemampuan untuk batuk berkurang
f. Kemampuan pegas, dinding dada dan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring
dengan pertambahan usia.
8. Sistem gastrointestinal
a. Kehilangan gigi penyebab utama adanya periondontal disease
b. Indra pengecap menurun dan esofagus melebar
c. Lambung : rasa lapar menurun asam lambung menurun, waktu mengosongkan
menurun
d. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
e. Liver : makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran
darah
f. Menciutnya ovari dan uterus
g. Atropi payudara
h. Pada laki – laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya
penurunan secara berangsur – angsur.
i. Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun
j. Selaut lendir menurun
9. Sistem Genitourinaria
Ginjal: mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%
fungsi tubulus berkurang.
a. Vesika urinaria : otot – otot menjadi lemah, kapasitas menurun sampai 200ml, atau
dapat menyebabkan buang air kecil meningkat, vasikaurinaria susah dikosongkan
sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin.
b. Pembesaran prostat kurang lebih 75 % dialami oleh pria diatas 65 % tahun
c. Atrofi vulva
10. Sistem Endokrin
a. Produksi dari hampir semua hormon menurun.
b. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
c. Pitutari: pertumbuhan hormon ada terapi lebih rendah dan hanya didalam pembuluh
darah,berkurangnya produksi dari ACT,TSH,FSH dan LH.
d. Menurunnya aktifitas tiroid menurunnya BMR dan daya pertukaran zat
e. Menurunnya produksi aldosteron
f. Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron, estrogen dan testosteron
11. Sistem kulit
a. Kulit keriput atau mengkerut
b. Permukaan kulit kasar dan bersisik
c. Menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun.
d. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
e. Rambut dan hidung dan telinga menebal.
f. Berkurangnya elastisitas kulit akibat dari menurunnya cairan dan vaskularitas
g. Pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki
tumbuh secara berlebihan, kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.
h. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
12. Sistem muskoloskeletal
a. Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh
b. Kiposis, pinggang lutut dan jari –jari pergelangan terbatas geraknya.
c. Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek.
d. Persendian membesar dan kaku
e. Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
f. Atropi serabut otot, sehingga gerak menjadi lambat, otot kram dan tremor.

2.2 Tugas Perkembangan Lansia


Peck mengonseptualisasikan tiga tugas yang berisi pengaruh dari hasil konflik antara
perbedaan integritas dan keputusasaan.
 Perbedaan ego versus preokupasi peran kerja. Tugas ini membutuhkan pergeseran
sistem nilai seseorang, yang memungkinkan lansia untuk mengevaluasi ulang
mendefinisikan kembali pekerjaan mereka. Penilaian ulang ini mengrahkan lansia untuk
mengganti peran yang sudah hilang dengan peran dan aktivitas baru. Selanjutnya, lansia
mampu menemukan cara-cara baru memandang diri mereka sendiri sebagai orangtua
dan okupasi.
 Body transcendence versus preokupasi tubuh. Sebagian besar lansia mengalami beberapa
penurunan fisik. Untuk beberapa orang, kesenangan dan kenyamanan berarti
kesejahteraan fisik. Orang-orang tersebut mungkin mengalami kesulitan terbesar dalam
mengabaiakan status fisik mereka. Orang lain memiliki kemampuan untuk terlibat
dalam kesenangan psikologi dan aktivitas sosial sekalipun mereka mengalami
perubahan dan ketidaknyamanan fisik. Peck mengemukakan bahwa dalam sistem nilai
mereka, ”sumber-sumber kesenangan sosial dan mental dan rasa menghormati diri
sendiri mengabaikan kenyamanan fisik semata.”
 Transendensi ego versus preokupasi ego. Peck mengemukakan bahwa cara paling
konstruktif untuk hidup di tahun-tahun terakhir dapat didefinisikan dengan : ”hidup
secara dermawan dan tidak egois yang merupakan prospek dari kematian personal-the
night of the ego, yang bisa disebut-paras dan perasaan kurang penting dibanding
pengetahuan yang telah diperoleh seseorang untuk masa depan yang lebih luas dan
lebih panjang daripada yang dapat dicakup oleh ego seseorang.” manusia
menyelesaikan hal ini melalui warisan mereka, anak-anak mereka, kontribusi mereka
pada masyarakat, dan persahabatan mereka. Mereka ”ingin membuat hidup lebih aman,
lebih bermakna, atau lebih bahagia bagi orang-orang yang meneruskan hidup setelah
kematian.” Untuk mengklarifikasi, ”individu yang panjang umur cenderung lebih
khawatir tentang apa yang mereka lakukan daripada tentang siapa mereka sebenarnya,
mereka hidup di luar diri mereka sendiri daripada kepribadian mereka sendiri secara
egosentris.
(Stanley & Beare, 2006).

2.3 Permasalahan yang timbul Pada Lansia


Berikut ini kita bicarakan masalah kesehatan lansia.
a. Permasalah Umum
1) Bersarnya jumlah penduduk lansia dan tingginya prosentase kenaikan lansia
memerlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan dan pembinaan kesehatan bagi
lanjut usia. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2000 akan meningkat menjadi
209.535.49. jiwa dan jumlah lansianya 15.262.199., berarti 7.28% (Anwar,1994 ).
Menurut Kinsilla dan Taeuber ( 1993) peningkatan penduduk lansia dalam waktu
1990-2000 sebesar 41% dan merupakan yang tertinggi didunia ( Darmojo, 1999:1).
b. Jumlah lansia miskin makin banyak
c. Nilai perkerabatan melemah, tatanan masyarakat makin individualistik
d. Rendahnya kualitas dan kuantitas tenaga profesional yang melayani lansia
e. Terbatasnya sarana dan fasilitas pelayanan bagi lansia
f. Adanya dampak pembangunan yang merugikan seperti urbanisasi dan popuilasi pada
kehidupan dan penghidupan lansia.
2) Permasalahan Khusus
a. Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia
Perubahan normal (alami) tidak dihindari cepat dan lambatnya perubahan dipengaruhi
oleh faktor kejiwaan, sosial, ekonomi dan medik. Perubahan akan terlihat pada jaringan
organ tubuh seperti: kulit menjadi kering dan keriput, rambut beruban dan rontok,
penglihatan menurun sebagian dan menyeluruh, pendengaran juga berkurang, daya
penciuman berkurang,tinggi badan menyusut karena proses ostoporosis yang berakibat
badan bungkuk, tulang keropos masanya berkurang, kekuatan berkurang dan mudah
patah, elastisitas jaringan paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi pengurangan
fungsi organ di dalam perut, dinding pembuluh darah menebal dan terjadi peningkatan
tekanan darah, otot bekerja tidak efisien, terjadi penurunan fungsi organ reproduksi
terutama ditemukan pada wanita, otak menyusut dan reaksi menjadi lambat terutama pada
pria dan sexsualitas tidak selalu menurun
b. Terjadi perubahan abnormal pada fisik lansia
Perubahan fisik pada lansia dapat diperbaiki dan dapat dihilangkan melalui nasehat
atau tindakan medik. Perubahan yang terjadi misalnya: katarak, kelainan sendi, kelainan
prostat dan inkotenensia.

2.4 Sikap perawat terhadap lansia


Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari dan memberikan
pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi di berbagai tatanan dan membantu
orang lanjut usia tersebut untuk mencapai dan mempertahankan fungsi yang optimal. Perawat
gerontologi mengaplikasikan dan ahli dalam memberikan pelayanan kesehatan utama pada
lanjut usia dank keluarganya dalam berbagai tatanan pelayanan. Peran lanjut perawat tersebut
independen dan kolaburasi dengan tenaga kesehatan profesional.
Lingkup praktek keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan keperawatan,
malaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan kemampuan atau kemandirian
lanjuy usia, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan, mencegah dan meminimalkan
kecacatan dan menunjang proses kematian yang bermartabat. Perawat gerontologi dalam
prakteknya menggunakan managemen kasus, pendidikan, konsultasi , penelitian dan
administrasi.
Penting bagi perawat untuk mengkaji sikapnya pada penuaan karena sikap tersebut
mempengaruhi asuhan keperawatan. Untuk memberi asuhan yang efektif, perawat harus
menciptakan sikap positif terhadap lansia. Sikap negatif dapat mengakibatkan penurunan rasa
nyaman, adekuat, dan kesejahteraan klien. Lebih jauh lagi, sikap tersebut dapat menyebabkan
penurunan kualitas asuhan. Klien dalam fasilitas perawatan jangka panjang memberi
tantangan khusus bagi perawat. Klien ini sering kali memandang diri sendiri sebagai
pecundang, dan mungkin masyarakat juga memandang mereka seperti itu. Perawat dapat
meningkatkan kemandirian dan harga diri klien yang merasa bahwa hidup tidak lagi
berharga.
Perawat harus menjelaskan sikap pribadi dan nilai tentang lansia untuk memberikan
perawatan paling efektif. Usia, pendidikan, pengalaman kerja, dan lembaga pekerjaan
seorang perawat mempengaruhi stereotip. Pengalaman pribadi dengan lansia sebagai anggota
keluarga dapat juga mempengaruhi sikap. Karena lansia menjadi lebih lazim dalam pelayanan
kesehatan, maka penting sekali bagi perawat untuk mengembangkan pendekatan asuhan yang
positif bagi klien lansia.
 Pendekatan perawatan lanjut usia
a. Pendekatan fisik
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia ada 2 bagian yaitu :
- Klien lanjut usia yang masih aktif, yang masih mampu bergerak tanpa bantuan orang
lain.
- Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun yang mengalami kelumpuhan
atau sakit.
b. Pendekatan psikis
Perawatan mempunyai peranan yang panjang untuk mengadakan pendekatan edukatif
pada klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap
segala sesuatu yang asing, sebagai penampung rahasia pribadi dan sebagai sahabat yang
akrab.
c. Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan upaya perawatan dalam
pendekatan sosial. Memberi kesempatan berkumpul bersama dengan sesama klien lanjut
usia untuk menciptakan sosialisasi mereka
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 PENGKAJIAN CORE/ INTI


A. Riwayat Komunitas
Posyandu Lansia RW VIII terletak di Kelurahan Merjosari, Kota Malang. RW VIII
Kelurahan Merjosari terdiri dari 8 RT, dan saat ini posyandu lansia berada dilingkungan RT
06. Menurut hasil wawancana dengan kader posyandu lansia RW VIII, diketahui bahwa
didapatkan hanya beberapa lansia yang mengikuti aktif di posyandu lansia. Dari data yang
diambil secara acak terdapat 22 lansia dengan usia > 55 tahun dan hanya 10 lansia ang
mengikuti posyandu lansia.
Kurangnya kesadaran akan posyandu lansia membuat lansia kurang menyadari
pentingnya posyandu lansia. Untuk penyakit yang sering terjadi pada lansia di RW VIII
kelurahan Merjosari yaitu Hipertensi dan Jantung, ada beberapa data yang didapatkan dari
kader kesehatan dan wawancara langsung dengan lansia RW VIII merjosari asam urat dan
kolesterol juga menyerang lansia. Beberapa lansia juga mengalami nyeri otot sehingga susah
untuk tidur.

B. Demografi
Distribusi lansia di RW VIII Kelurahan Merjosari tahun 2018 berdasarkan usia:
Tabel 3.1 Jumlah Lansia di RW VIII Kelurahan Merjosari berdasarkan usia bulan Juli 2018
>55 tahun
Laki-laki Perempuan
14 8
22
∑ Lansia laki-laki = 14
∑ Lansia perempuan = 8
∑ Keseluruhan lansia = 22
C. Tipe Rumah Tangga
Menurut hasil pengumpulan data melalui angket pada sampel lansia didapatkan :

Tipe Keluarga
Nuclear Family Extended Family

31%

69%

Gambar 3.1 Tipe Keluarga Lansia RW VIII kelurahan Merjosari, Malang 2018

Interprestasi :
Hasil survey angket dari 16 sampel didapatkan: 31% lansia tinggal dikeluarga inti bersama
suami/istri dan anaknya dan 69% lansia tinggal di keluarga besar dengan suami/istri dan anak
cucunya.

D. Status Pernikahan
Menurut hasil pemngumpulan data, didapatkan bahwa :

Status Pernikahan
Menikah Janda Duda

12%

19%

69%

Gambar 3.2 Status Pernikahan Lansia Di RW VIII kelurahan Merjosari, Malang 2018
Interprestasi :
Hasil survey angket dari 16 sampel didapatkan: 69% lansia dengan status menikah, 19%
lansia janda, 12% lansia dengan status duda.

E. Statistik Vital
Menurut hasil wawancara dengan Ny. M kader posyandu lansia RW VIII kelurahan
merjosari, penyakit yang paling sering terjadi dilingkungan komunitas lansia RW VIII adalah
penyakit jantung dan hipertensi. Menurut hasil survey didapatkan data penyakit yang sering
dikeluhkan, tentang riwayat penyakit dan hasil pengukuran kesehatan yang abnormal, dapat
dilihat pada tabel dan grafik dibawah ini.
Keluhan dan riwayat penyakit lansia

Keluhan dan Riwayat Penyakit Lansia


Jantung Hipertensi Hipotensi Saraf
Asam Urat Kolesterol Stroke Rematik

3% 3%

16% 28%

19%
25%

3% 3%

Gambar 3.3 Keluhan dan Riwayat Penyakit Lansia RW VIII, Malang 2018
Interprestasi :
Hasil survey angket dari 16 sampel didapatkan keluhan terbanyak adalah Jantung yaitu
sebanyak 28% lansia, 25% lansia dengan riwayat hipertensi, 19% orang lansia mengeluh
Asam urat, dan 16% lansia terkena kolesterol.
Frekuensi Lansia Mengalami
Gangguan Tidur
Tidak terganggu Gangguan Tidur

22%

78%

Gambar 3.4 Frekuensi lansia yang Mengalami Gangguan Tidur

Interpretasi:
Dari data kuesioner 16 responden didapatkan 22% lansia mengalami sulit tidur, ada
yang dengan alasan kepikiran, sering kencing, dan sebagian lagi tidak menjelaskan alasannya
kenapa sulit tidur.

Frekuensi Lansia mengalami


gangguan makanan
Gangguan Makan Tidak ada gangguan

16%

84%

Gambar 3.5 Frekuensi Lansia yang Mengalami Gangguan Makan


Interpretasi:
Dari hasil kuesioner 16% lansia mengalami gangguan makan, 1% orang dengan alasan mual,
3% lansia dengan alasan tidak memiliki gigi, sehingga sulit mengunyah, 12% lainnya tidak
menjelaskan alasan mengalami gangguan makan.

Frekuensi Mandi lansia


3x/hari 2x/hari 1x/hari

6%
15%

79%

Gambar 3.6 Frekuensi Mandi Lansia

Interpretasi:
Frekuensi mandi lansia dari 16 responden 79% lansia mengatakan mandi 2x sehari, 6%
orang lansia mengatakan mandi 3 x sehari, 15% lansia mandi 1 x sehari.

Frekuensi Gosok gigi lansia


3x/hari 2x/hari 1x/hari Tidak gosok gigi

3%
10% 6%

81%

Gambar 3.6 Frekuensi Gosok Gigi Lansia


Interpretasi:
Frekuensi menggosok gigi dari 16 responden, 81% lansia menggosok gigi 2x sehari,
10% lansia mengatakan tidak menggosok gigi, karena gigi sudah tidakada lagi, 6% lansia
menggosok gigi 3x sehari, 3% lansia menggosok gigi 1x sehari.

F. Nilai Kepercayaan
Nilai dan norma yang ada di komunitas ini masih mengenal nilai kesopanan, gotong
royong dan kerukunan. Hal ini dapat dilihat dari adanya kegiatan-kegiatan. Seperti: kerja
bakti, jarang adanya pertengkaran antar warga. Untuk masalah kesehatan khususnya
mengenai posyandu, beberapa lansia belum mengetahui fungsi dari kunjungan posyandu
yaitu selain sebagai layanan pengobatan juga digunakan sebagai layanan untuk mengontrol
kesehatan dan konsultasi. Dari survey dapat dilihat motivasi lansia untuk pergi keposyandu
seperti tabel dibawah ini.

Motivasi Lansia ke Posyandu


Periksa Rutin tidak periksa rutin

44%

56%

Gambar 3.7 Motivasi lansia ke Posyandu Lansia RW VIII kelurahan Merjosari, Malang 2018

Interprestasi :
Hasil survey angket dari 16 sampel didapatkan: 44% lansia periksa rutin, 56% lansia tidak
periksa rutin ke posyandu lansia.
2.2 PENGKAJIAN SUBSISTEM
A. Lingkungan Fisik
Menurut hasil data demografi terdapat 16 lansia yang berada di lingkungan RW VIII
kelurahan Merjosari. Dari wawancara dengan salah satu kader, penggunaan KMS lansia RW
VIII sudah tidak aktif di jalankan, sehingga para lansia yang datang ke posyandu tidak
menggunakan KMS lansia. Dari hasil observasi pada saat posyandu KMS lansia hanya d
tuliskan dalam buku kecil berwarna biru yang isinya pengukuran BB, TB, lingkar perut,
lingkar lengan, dan hasil pengukuran tekanan darah.
Beberapa lansia mengatakan, bila sakit biasanya pergi ke posyandu atau pergi ke
puskesmas untuk memeriksakan kesehatannya. Puskesmas yang lebih sering didatangi adalah
puskesmas dinoyo ketimbang ke puskesmas pembantu dikarenakan jarak yang tidak begitu
jauh juga dari rumah ke puskesmas. Dari hasil wawancara didapatkan bahwa penyebab lansia
sedikit mengikuti kegiatan posyandu dikarenakan jadwal posyandu yang tidak diketahui. Dan
dibawah ini dapat dilihat tabel kehadiran lansia dalam 3 bulan tarakhir.

Tabel 3.3 Absensi kunjungan lansia


No Bulan Jumlah
1. Januari 18 orang
Total : 18 orang

Interprestasi :
Hasil survey angket didapatkan bahwa kunjungan lansia pada bulan januari terdapat 18
orang.
Kunjungan Posyandu Lansia
Iya Tidak

37%

63%

Gambar 3.8 Kunjungan Posyandu Lansia RW VIII kelurahan Merjosari, Malang 2018

Interprestasi :
Hasil survey angket dari 16 sampel didapatkan: 37% lansia rutin mengikuti posyandu lansia,
63% mengatakan tidak pernah mengikuti posyandu lansia.

B. Layanan Kesehatan dan Sosial


Layanan Kesehatan
Dari data observasi, dan wawancara, di lingkungan sekitar RW VIII kelurahan Merjosari
layanan kesehatan selain posyandu lansia juga terdapat posyandu balita.
Layanan Sosial
Dari data wawancara, diketahui bahwa lingkungan tidak terdapat layanan sosial.
C. Ekonomi
Karateristik Finansial Keluarga

Jenis Pekerjaan
Dosen Wiraswasta Bangunan Tani Tidak Bekerja

6%
0%
10%
3%

81%

Gambar 3.10 Jenis Pekerjaan Lansia RW VIII Merjosari, Malang 2018

Interprestasi:
Hasil survey angket dari 16 sampel didapatkan: 81% lansia sudah tidak bekerja dan
19% lansia masih bekerja. Diataranya ada yang berkerja sebagai Dosen, Wiraswasta, dan
Tani.
D. Tarnsportasi dan Keselamatan
Dari hasil observasi dan wawancara dengan salah satu kader posyandu lansia, lingkungan
di RW VIII kelurahan Merjosari dari survey angket didapatkan data mengenai transportasi
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan diantaranya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
.

Alat Transportasi yang digunakan


Roda dua Roda empat Angkutan umum 50%
39%
3%

41%
56%

Gambar 3.12 Transportasi yang digunakan Lansia RW VIII kelurahan Merjosari, Malang 2018

Interprestasi :
Berdasarkan hasil angket dari 16 sampel diketahui 56% lansia menggunakan kendaraan roda
dua, 41% lansia menggunakan roda empat, dan 3% lansia angkutan umum.

E. Komunikasi
Berdasarkan data angket dari 16 sampel, semua lansia menggunakan bahasa jawa untuk
berkomunikasi sehari-hari. Untuk alat komunikasi jarak jauh yang digunakan semua lansia
sudah menggunakan telepon dan tidak ada yang menggunakan surat. Sebagian besar lansia
mendapatkan informasi melalui televise dan Koran. Untuk informasi jadwal posyandu sendiri
biasanya disebarkan melalui kader-kader posyandu dari mulut ke mulut.
Menurut hasil wawancara, cara lansia mendapatkan informasi dari pihak puskesmas
untuk jadwal posyandu malaui kader lansia. Awal jadwal posyandu oleh puskesmas akan
diberitahukan ke pada kader. Selanjutnya kader melakukkan penyebaran informasi pada
setiap perwakilan RT. Selanjutnya para kader dari tiap RT diminta untuk menyebarkan
informasi. Metode penyebaran informasi ada bermacam-macam. Dengan memberitahuakan
melaui datang kerumah lansia langsung untuk memberi tahu, memberi tahu beberapa lansia
dan meminta tolong menyampaikan pada lansia lain.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Analisa Data Komunitas


Tabel. 4.1 Analisa Data Komunitas
NO. DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH

1. DS : Kurangnya Kurangnya
 Lansia mengatakan tidak partisipasi dan pengetahuan
mengikuti posyandu lansia dan antusias dari lansia lansia terhadap
belum mempunyai KMS lansia untuk mengikuti pentingnya
 Hasil wawancara dengan kader posyandu menjaga dan
lansia mengatakan bahwa memelihara
penyebaran informasi tentang kesehatan secara
posyandu disebarkan melalui optimal
pengumuman di masjid dan lewat
mulut ke mulut.
 Saat wawancara, lansia
mengatakan bahwa alasan mereka
tidak ikut posyandu karena tidak
tahu jadwal posyandu¸ malas,
sedang bekerja, dan merasa
dirinya sudah sehat.
 Lansia mengatakan mengalami
gangguan tidur karena pusing,
sering terbangun untuk kencing,
dan kepikiran.

DO :
 Terdapat 37% dari total lansia
yang datang ke posyandu lansia.
 Terdapat 28% lansia dengan
riwayat penyakit jantung.
 Terdapat 25% lansia dengan
riwayat hipertensi.
 Terdapat 19% lansia dengan
riwayat asam urat.
 Dari hasil kuesioner 22% lansia
mengalami gangguan tidur
Diagnosa :
Kurangnya pengetahuan lansia terhadap pentingnya menjaga dan memelihara kesehatan
secara optimal berhubungan dengan kurang partisipasi dan antusias dari lansia untuk
mengikuti posyandu
2. DS : Keterampilan dan Belum
 Ketua kader lansia mengatakan motivasi SDM maksimalnya
bahwa di posyandu lansia sudah (Kader Posyandu penanganan dan
tidak menggunakan KMS lansia, Lansia) masih belum pengelolaan
karena kurang efektif dalam maksimal Posyandu Lansia
penggunaannya. RW VIII
 Hasil wawancara dengan kader kelurahan
lansia mengatakan bahwa Merjosari
penyebaran informasi tentang
posyandu disebarkan melalui
pengumuman masjid dan lewat
mulut ke mulut.
 Saat wawancara, lansia
mengatakan bahwa mereka tidak
ikut posyandu karena tidak tahu
jadwal posyandu tersebut.

DO :
 Kader lansia mengatakan bahwa
hanya 1 orang dari 7 orang kader
lansia yang bisa menggunakan
tensimeter
 Dari hasil data observasi di
posyandu, lansia tidak
menggunakan KMS lansia, hanya
menggunakan buku register
berwarna biru yang berisi hasil
pengukuran berat badan, tinggi
badan, tekanan darah, dan lingkar
pinggang.

Diagnosa :
Belum maksimalnya penanganan dan pengelolaan Posyandu Lansia RW VIII kelurahan
Merjosari berhubungan dengan Keterampilan dan motivasi SDM (Kader Posyandu
Lansia) masih belum maksimal

DIAGNOSA

1. Kurangnya pengetahuan lansia terhadap pentingnya menjaga dan memelihara


kesehatan secara optimal berhubungan dengan kurang partisipasi dan antusias dari
lansia untuk mengikuti posyandu.
2. Belum maksimalnya penanganan dan pengelolaan Posyandu Lansia RW VIII
kelurahan Merjosari berhubungan dengan Keterampilan dan motivasi SDM (Kader
Posyandu Lansia) masih belum maksimal
PLAN OF ACTION ( POA ) ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

No. Masalah Rencana Tanggal Tempat Alat dan Bahan Materi PJ


Kegiatan Pelaksanaan
1. Kurangnya Memberikan - SAP Penyuluhan tentang Mahasiswa
pengetahuan lansia penyuluhan - Leaflet posyandu lansia Profesi Ners
terhadap pentingnya tentang - Kamera UMM
menjaga dan pentingnya - Kabel Roll
memelihara posyandu lansia - Wireless
kesehatan secara - Meja kursi
optimal berhubungan - Daftar Hadir
dengan kurang - Modul
partisipasi dan
antusias dari lansia
untuk mengikuti
posyandu.

3. Belum maksimalnya Memberikan - Kamera 1. Penyuluhan tentang Mahasiswa


penanganan dan penyuluhan - Meja kursi konsep posyandu lansia Profesi Ners
pengelolaan tentang - Daftar Hadir 2. Penyuluhan tentang cara UMM
Posyandu Lansia RW posyandu dan - Alat pengisian KMS lansia
VIII kelurahan pengisian KMS pemeriksaan 3. Pelatihan pengukuran
Merjosari lansia kesehatan tekanan darah
berhubungan dengan Pelatihan meliputi:
Keterampilan dan pengukuran Tensimeter,
motivasi SDM tekanan darah timbangan,
(Kader Posyandu mikrotoar.
Lansia) masih belum - KMS lansia
maksimal.
INTERVENSI

No Diagnosa Tujuan Strategi Rencana Kriteria dan Sumber Tempat Penanggung jawab
Intervensi Kegiatan Standart
1. Kurangnya Tujuan umum : Penyuluhan  Penyuluhan Kriteria : Mahasiswa Ketua RW VIII
pengetahuan Mendapat tentang posyandu Meningkatnya profesi ners kelurahan Merjosari
lansia terhadap informasi tentang posyandu lansia. pengetahuan UMM dan Mahasiswa
pentingnya posyandu lansia lansia tentang profesi ners UMM
menjaga dan Tujuan khusus : posyandu
memelihara  Masyarakat lansia.
kesehatan memahami
secara optimal tentang Standart :
berhubungan posyandu Frekuensi
dengan kurang lansia kunjungan di
partisipasi dan posyandu
antusias dari lansia
lansia untuk meningkat
mengikuti menjadi 70%.
posyandu.

3. Belum Tujuan umum : Penyuluhan Pelatihan Kriteria : Mahasiswa Ketua RW VIII


maksimalnya KADER dapat dan pelatihan KADER Keterampilan profesi ners kelurahan Merjosari
penanganan melakukan KADER. tentang KADER UMM dan
dan pengelolaan pengukuran meningkat Mahasiswa profesi
pengelolaan posyandu secara tentang 100 % ners UMM
Posyandu mandiri. tekanan darah Standart :
Lansia RW Tujuan khusus: dan KADER dapat
VIII kelurahan  KADER dapat pengukuran melakukan
Merjosari melakukan IMT pengelolaan
berhubungan pengukuran dan
dengan tekanan darah. manajemen
Keterampilan  KADER dapat posyandu
dan motivasi menentukan lansia secara
SDM (Kader lansia kurus, mandiri.
Posyandu normal, gemuk
Lansia) masih
belum
maksimal

You might also like