You are on page 1of 4

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian
Berdasarkan data rekam medis pemeriksaan ANC di Puskesmas Batoh,
dilakukan penelitian pada periode Mei 2018, diperoleh jumlah populasi sebanyak
109 pasien dan jumlah sampel sebanyak 6 pasien.

4.1.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden


Karakteristik sampel penelitian berupa distribusi subjek penelitian
berdasarkan umur, usia kehamilan, dan status kehamilan dalam tabel 3.1.
Tabel 3.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Subjek Penelitian
Karakteristik responden Frekuensi (n=6) Presentase (%)
Usia
17-25 3 50
26-35 3 50
36-40 0 0
> 40 0 0
Usia Kehamilan
Trimester 1 (1-13 minggu) 1 15
Trimester 2 (14-26 minggu) 3 50
Trimester 3 (27-40 minggu) 2 35
Status Kehamilan
Nuliparitas 3 50
Multiparitas 3 50

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat pada penelitian ini didapatkan hasil
bahwa pada kelompok usia remaja akhir (17-25 tahun) terdapat 3 orang (50%),
dan kelompok usia dewasa awal (26-35 tahun) terdapat 3 orang (50%). Pada
kelompok usia dewasa akhir (36-40 tahun) dan kelompok usia > 40 tahun tidak
ditemukan kejadian preeklamsia. Berdasarkan usia kehamilan, terdapat 1 orang
(15%) terjadi pada trimester 1 (1-13 minggu), 3 orang (50%) pada trimester 2 (14-
26 minggu), dan 2 orang (35%) pada trimester 3 (27-40 minggu).
Pada penelitian ini berdasarkan status kehamilan, sebanyak 3 orang pasien
merupakan nuliparitas (kehamilan pertama) (50%) dan 3 orang (50%) pasien
merupakan multiparitas yang telah memiliki anak > 1.
4.1.2 Kejadian Preeklamsia di Puskesmas Batoh
Berdasarkan penelitian terhadap 109 pasien yang melakukan ANC di
Puskesmas Batoh tahun 2017 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dapat
dilihat angka kejadian preeklamsia seperti yang ditampilkan pada tabel 3.2.
Tabel 3.2. Angka Kejadian Preeklamsia
Bulan Jumlah Penderita Preeklamsia Presentase (%)
(n=6)
Januari 0 0
Februari 0 0
Maret 0 0
April 1 16,6
Mei 1 16,6
Juni 2 33,4
Juli 1 16,6
Agustus 0 0
September 0 0
Oktober 0 0
November 1 16,6
Desember 0 0

Berdasarkan data pada tabel di atas, dapat dilihat jumlah penderita


preeklamsia adalah 6 orang dari total 109 pasien. Dan ditemukan angka kejadian
preklamsia di Puskesmas Batoh tahun 2017 sebesar 5,5%.

4.2 Pembahasan
Berdasarkan jumlah anak pasien, mayoritas memiliki 1-2 orang anak.
Semakin sering seorang wanita melahirkan, maka semakin tinggi pula resiko
terjadinya kanker serviks karena memiliki riwayat infeksi di daerah kelamin. Hal
tersebut diperkuat dalam penelitian yang dilakukan Setyarini dalam
Wahyuningsih & Mulyani wanita dengan paritas tinggi yaitu lebih dari 3 kali
beresiko 5,5 kali untuk terkena kanker serviks. Apabila seseorang terlalu sering
melahirkan maka akan menyebabkan jalan lahir menjadi longgar dan robekan
selaput serviks menyebabkan terbukanya jaringan, sehingga dapat mempunyai
kesempatan untuk terkontaminasi oleh virus yang dapat menyebabkan infeksi .8,9
Berdasarkan pendidikan pasien, sebagian besar adalah SMA (35,2%),
yang mana pendidikan akan mempengaruhi proses belajar seseorang. Semakin
tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah seseorang menerima informasi
sehingga pengetahuan yang dimilikinya semakin banyak. Seseorang yang
memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan mempunyai pola pikir yang
berkembang dan lebih logis. Tingkat pendidikan juga sangat berpengaruh
terhadap pengetahuan ibu dalam pembentukan perilaku seseorang. Penelitian yang
dilakukan olehRahma dan Prabandari (2012) menunjukkan bahwa semakin tinggi
pendidikan seseorang, maka minat melakukan pemeriksaan IVA Test semakin
tinggi sedangkan semakin rendah pendidikan seseorang, maka akan berpengaruh
terhadap minat untuk melakukan pemeriksaan IVA Test.
Hal tersebut disebabkan karena pendidikan yang tinggi berpengaruh
terhadap kesadaran untuk melakukan pemeriksaan IVA Test dan didukung dengan
teori Notoatmodjo (2012) yang menyatakan bahwa perilaku yang didasari dengan
pengetahuan akan lebih langgeng atau dapat berjalan dengan baik dibandingkan
dengan yang tidak didasari dengan pengetahuan.10,11
Berdasarkan data diatas, didapatkan jumlah usia responden 26 – 35 tahun
sebanyak 18 responden (48,6%). Pemeriksaan IVA sebaiknya dilakukan secara
rutin pada wanita yang telah melakukan hubungan seksual, pemeriksaan IVA
adalah cara paling mudah dan murah untuk mendeteksi secara dini kanker serviks.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan kapan saja bahkan dalam siklus menstruasi, pada
masa kehamilan, saat nifas atau paska keguguran. Pemeriksaan IVA juga dapat
dilakukan pada wanita yang dicurigai atau telah diketahui IMS atau HIV / AIDS.
Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Arifah, 2013, menyatakan bahwa semakin
muda wanita melakukan hubungan seksual, maka semakin besar kemungkinan
mendapatkan kanker serviks. 12
BAB V
KESIMPULAN

IVA test merupakan tes sederhana dan mudah untuk mendeteksi kanker
serviks di tingkat layanan primer. Tes ini memiliki beberapa keuntungan seperti
biaya pemeriksaan yang jauh lebih murah dan hasil yang lebih cepat. Tes ini dapat
dilakukan sebagai skrinning untuk semua wanita terutama yang berpotensi
menderita kanker serviks. Oleh sebab itu pendektesian sejak awal sangat
membantu untuk pencegahan progresifitas dari penyakit kanker serviks
IVA test di puskesmas Lampulo paling banyak dilakukan oleh wanita
berusia 26-35 tahun, dengan alasan pemeriksaan terbanyak adalah keputihan.
Selain karena adanya keputihan alasan lain yang membuat wanita di kawasan
tersebut untuk melakukan IVA test adalah sebagai skrinning.

You might also like