Professional Documents
Culture Documents
net/publication/318405964
Efek kombinasi pupuk fosfat dan bakteri pelarut fosfat terhadap indeks
pertumbuhan fisiologi lima varietas ubi jalar [Ipomoea batatas (L.) Lam]
CITATIONS READS
0 198
4 authors, including:
Agung Karuniawan
Universitas Padjadjaran
23 PUBLICATIONS 7 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Early identification of genetic diversity and distance from Indonesia cassava potential as food, industrial and biofuel based on
morphological characters View project
All content following this page was uploaded by Budi Waluyo on 13 July 2017.
ABSTRAK
Indeks pertumbuhan merepresentasikan respons tanaman terhadap faktor-faktor lingkungan.
Pemberian pupuk fosfat (P2O5) dan bakteri pelarut fosfat (BPF) merupakan faktor lingkungan yang dapat
dikendalikan untuk pertumbuhan tanaman. Pengaruh pemberian P2O5 dan BPF terhadap indeks
pertumbuhan fisiologi tanaman ubi jalar telah diteliti di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas
Padjadjaran Jatinangor pada bulan Juni sampai dengan Oktober 2014. Percobaan menggunakan rancangan
acak kelompok yang disusun pada petak terbagi terdiri atas 2 faktor dan 2 ulangan dengan ukuran petak 3
x 4 m. Petak utama adalah varietas ubi jalar terdiri atas 5 taraf, yaitu: Varietas Awachy 1, Awachy 2, Awachy
4, Awachy 5, dan Kuningan Putih, sedangkan anak petak adalah kombinasi P2O5 dan BPF yang terdiri atas
4 taraf, yaitu : 36 kg/ha P2O5 + Tanpa BPF (BP0), 36 kg/ha P2O5 + BPF (BP1), 27 kg/ ha P2O5 + BPF (BP2)
dan 18 kg/ha P2O5 + BPF (BP3). Peubah yang diamati adalah pertumbuhan fisiologi tanaman ubi jalar yang
meliputi, berat kering tanaman (BKT), indeks luas daun (ILD), laju asimilasi bersih (LAB) dan laju tumbuh
tanaman (LTT). Pengamatan dilakukan pada 30, 40, 50, 60 dan 70 hari setelah tanam. Hasil percobaan
menunjukkan pemberian kombinasi pupuk fosfat dan bakteri pelarut fosfat 18 kg/ ha P2O5 + BPF (BP3)
meningkatkan berat kering tanaman ( BKT), Indeks Luas Daun (ILD), Laju Asimilasi Bersih (LAB), dan Laju
Pertumbuhan Tanaman (LTT) pada varietas ubi jalar.
kata kunci : ubi jalar, indeks pertumbuhan fisiologi, varietas, bakteri pelarut fosfat
ABSTRACT
Physiological growth index is the representation of plant response to environmental factors. The
application of phosphate fertilizers (P2O5) and phosphate solubilizing bacteria (PSB) are environmental
factors that can be controlled to optimize plant growth. The effect P2O5 and PSB to sweet potato physiological
growth indices has been investigated in the experimental field of the Faculty of Agriculture, Padjadjaran
University in June 2014 to October 2014.The trial was designed as 5 x 4 factorial experiments in the
randomized complete block and laid out in split-plots arrangements with two replications. The main plots
were five sweetpotato varieties (Awachy 1, Awachy 2, Awachy 4, Awachy 5, and Kuningan Putih), while four
combination P2O5 + PSB fertilizer levels (36 kg/ha P2O5 without PSB (BP0), 36 kg/ha P2O5 + PSB (BP1), 27
kg/ha P2O5 + PSB (BP2) dan 18 kg/ha P2O5 + PSB (BP3) constituted the sub-plots. The experimental results
showed there were variation in crop dry weight (CDW), leaf area index (LAI), net assimilation rate (NAR)
and crop growth rate (CGR) caused by a varieties factors. Variety Awachy 5 have the largest physiological
growth indices. The application of 18 kg/ha P2O5 + BPF (BP3) combination increase CDW, LAI, NAR and
CGR on sweet potato varieties.
keywords : sweet potato, physiological growth indices, varieties, phosphate solubilizing bacteria
Efek Kombinasi Pupuk Fosfat dan Bakteri Pelarut Fosfat Terhadap Indeks Pertumbuhan Fisiologi Lima Varietas Ubi Jalar [ Ipomoea batatas (L.) 201
Lam]
Miftah Dieni Sukmasari, Jajang Sauman Hamdani, Budi Waluyo, Agung Karuniawan
I. PENDAHULUAN
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
U bi jalar merupakan salah satu penghasil
karbohidrat (sebagai sumber energi) setelah
padi, jagung, dan ubi kayu yang potensial dan
mikroba tertentu memiliki kemampuan
mendorong proses pelarutan fosfat dalam
dapat digunakan sebagai sumber pangan senyawa yang relatif sukar larut, seperti
alternatif, sehingga merupakan komoditas batuan fosfat (Ivanova, dkk., 2006; Taiwo
penting dalam usaha diversifikasi pangan. Selain & Ogundiya, 2008). Penelitian Tamad, dkk.,
sebagai sumber karbohidrat, ubi jalar juga (2013) menunjukkan bahwa inokulasi BPF
memiliki kandungan nutrisi yang tinggi seperti meningkatkan P terlarut dari 30 menjadi antara
vitamin, dan mineral (kalium dan fosfor) 150 dan 195 ppm P, menurunkan P-terserap dari
(Anggraeni dan Yuwono, 2014). 95 menjadi antara 36 dan 13 persen dan
Untuk tanaman ubi jalar varietas Awachy meningkatkan serapan P jagung antara 70 dan
memainkan peran penting dalam peningkatan 75 mg P/tanaman. Mekanisme pelarutan fosfat
hasil. Banyak penelitian dan pengembangan yaitu dengan mensekresikan sejumlah asam
tentang ubi jalar memiliki tujuan utama untuk organik berbobot molekul rendah seperti oksalat,
mengembangkan varietas ubi jalar pada lokasi suksinat, fumarat, malat (Valverde, dkk., 2006).
tertentu (Nedunchezhiyan, dkk., 2012). Asam organik ini akan bereaksi dengan bahan
Trisnawari, dkk. (2006) menyatakan bahwa pengikat fosfat seperti Al3+, Fe3+, Ca2+, atau Mg2+
hasil ubi jalar sangat ditentukan oleh faktor membentuk khelat organik yang stabil sehingga
lingkungan tumbuh dan kemampuan adaptasi mampu membebaskan ion fosfat terikat, dan
varietas terhadap lingkungan. Varietas yang oleh karena itu dapat diserap oleh tanaman hidup
unggul akan mampu beradaptasi terhadap (Setiawati dan Miharja, 2008). Penelitian
lingkungan tumbuhnya sehingga ia akan mampu Sandeep, dkk., (2011) menunjukkan bahwa
tumbuh dengan baik pada kondisi lingkungan bakteri pelarut fosfat dapat meningkatkan hasil
apapun yang dioptimalkan dan berdampak pada ubi jalar yang sebanding dengan perlakuan
hasil tanaman. Bavec, dkk., (2007) menyatakan pupuk superfosfat. Penelitian Saraswati, dkk.,
bahwa penurunan intersepsi cahaya dan laju (2006) juga mengindikasikan bahwa aplikasi
asimilasi bersih tergantung pada morfologi bakteri pelarut fosfat tanpa dikombinasikan
tanaman itu sendiri. Daun yang memiliki tipe pupuk P memberikan bobot kering biji padi
lebar akan mengabsorpsi intensitas cahaya lebih sebesar 5,1 persen. sedangkan percobaan
besar dibandingkan tipe daun yang lebih sempit. dengan aplikasi bakteri pelarut fosfat dengan
Hal ini akan berdampak pada luasan daun serta kombinasi pupuk P ¼ atau ½ anjuran (18 atau 28
proses fisiologi pada tanaman tersebut. kg/ha P2O5) meningkatkan bobot kering biji padi
Selain varietas, pemupukan juga merupakan sebesar 33,6 persen dan 52,2 persen. Hal ini
faktor yang sangat penting dalam usaha menunjukkan bahwa bakteri pelarut fosfat dapat
meningkatkan produksi ubi jalar. Pupuk P sangat meningkatkan efisiensi pemupukan fosfat
dibutuhkan dalam produksi tanaman, namun dengan biaya yang relatif murah dan ramah
hanya sebagian kecil P yang mampu diserap lingkungan serta merupakan sumber daya alam
oleh tanaman (Hossain, dkk., 2008). Upaya yang dengan mudah dapat diperbaharui.
meningkatkan efektivitas serapan hara perlu II. METODOLOGI
memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi ketersediaan dan kemampuan 2.1. Bahan
tanaman menyerap hara, antara lain bahan Penelitian dilaksanakan di Kebun
organik tanah, kelembaban tanah, keberadaan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas
mikroba tanah, dan faktor lingkungan lainnya Padjadjaran, Ciparanje - Jatinangor. Penelitian
(Trisilawati dan Yusron, 2008). Diantara populasi dilakukan pada bulan Juni sampai dengan
mikroba tanah, bakteri pelarut fosfat (BPF) Oktober 2014. Bahan-bahan yang digunakan
merupakan salah satu mikroba yang potensial adalah ubi jalar varietas Awachy 1, Awachy 2,
dalam melarutkan P yaitu sekitar 1 - 50 persen, Awachy 4, Awachy 5 yang merupakan hasil
sementara jamur pelarut fosfat memiliki potensi pemuliaan tanaman UNPAD dan Kuningan
hanya sekitar 0,1 – 0,5 persen (Chen, dkk., 2006). Putih, SP-36, 50 kg BPF (Bakteri Pelarut Fosfat)
(di dalam bahan pembawa) yang berasal dari
Efek Kombinasi Pupuk Fosfat dan Bakteri Pelarut Fosfat Terhadap Indeks Pertumbuhan Fisiologi Lima Varietas Ubi Jalar [ Ipomoea batatas (L.) 203
Lam]
Miftah Dieni Sukmasari, Jajang Sauman Hamdani, Budi Waluyo, Agung Karuniawan
Hasil pengamatan ditunjukkan oleh design grafik fosfat (MPF) adalah dengan pelepasan asam
menggunakan Microsoft Excel 2007. organik dan anorganik, dan ekskresi proton yang
menyertai asimilasi NH4+. Selain itu, juga
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
terdapat mekanisme pelepasan enzim fosfatase
3.1. Hasil Analisis Tanah dan Serapan P yang memineralisasi P organik (Vega, 2007). Hal
Dalam Tanah ini juga menunjukkan bahwa tingginya serapan
fosfor tidak dipengaruhi oleh dosis pemupukan
Data analisis tanah menunjukkan bahwa P.
lahan tempat percobaan memiliki kandungan P
yang sedang (30,46 mg/100 ) sehingga 3.1. Pengaruh Varietas Terhadap Berat Kering
pemberian bakteri pelarut fosfat akan Tanaman, Indeks Luas Daun, Laju
memaksimalkan penyerapan P oleh tanaman Asimilasi Bersih, Laju Tumbuh Tanaman,
serta mengefisiensikan pemupukan fosfat (Tabel dan Hasil Ubi Jalar
1). Sedangkan hasil analisis terhadap serapan P
menunjukkan bahwa varietas tidak berpengaruh Berdasarkan hasil analisis ragam
nyata terhadap serapan P tanaman ubi jalar. menunjukkan bahwa varietas tidak menunjukan
Perlakuan bakteri pelarut fosfat berpengaruh pengaruh terhadap pertumbuhan fisiologi
nyata terhadap serapan P tanaman tetapi tidak tanaman dan hasil ubi jalar (Tabel 3 dan Tabel 4).
terjadi interaksi antar keduanya. Rata-rata Hasil uji ANOVA dengan taraf kepercayaan 95
kandungan P tanaman akibat pemberian pupuk persen pada penelitian ini menunjukkan bahwa
fosfat disajikan pada Tabel 2. varietas tidak memberikan pengaruh terhadap
Tabel 2. Efek Lima Varietas Ubi Jalar dan Kombinasi P2O5+bakteri Pelarut Fosfat terhadap
Serapan Hara P
Perlakuan Serapan Hara P (%)
Awachy 1 1,07a
Awachy 2 0,87a
Kuput 0,91a
Awachy 4 0,95a
Awachy 5 0,97a
Tanpa BPF+36 kg/ha P2O5 0,82a
50 kg BPF+36 kg/ha P2O5 1,05b
50 kg BPF+27 kg/ha P2O5 0,95ab
50 kg BPF+18 kg/ha P2O5 1,04b
Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada = 5 persen
Perlakuan bakteri pelarut fosfat+36 kg/ha berat kering tanaman, indeks luas daun, laju
P2O5 memberikan serapan P terbesar (1,05 persen) asimilasi bersih, laju tumbuh tanaman, jumlah,
tetapi tidak berbeda nyata terhadap perlakuan dan bobot ubi petak-1. Hal ini sejalan dengan
lainnya kecuali terhadap kontrol (Tabel 2), hal ini hasil penelitian Purnomo dan Bahrum (2015),
diduga akibat kandungan P ditanah yang sudah bahwa pemberian tiga macam kultivar tidak
menunjukkan kriteria sedang (Tabel 1). memberikan pengaruh terhadap berat kering
Pemberian bakteri pelarut fosfat yang berperan tanaman dan indeks luas daun. Walaupun tidak
membebaskan ikatan P dengan koloid-koloid menunjukan perbedaan yang nyata, varietas
tanah semakin memaksimalkan kandungan P di Awachy 5 memberikan hasil paling baik dalam
dalam tanah yang berdampak pada serapan P meningkatkan berat kering tanaman (Gambar 1),
yang maksimal dalam tanaman. Beberapa indeks luas daun (Gambar 2), laju asimilasi
mekanisme pelarutan P oleh mikroba pelarut bersih (Gambar 3), dan laju tumbuh tanaman
Gambar 2. Variasi Indeks Luas Daun pada Gambar 4. Variasi Laju Tumbuh Tanaman
Lima Varietas Ubi Jalar pada Lima Varietas Ubi jalar
Tabel 3. Efek Lima Varietas Ubi Jalar terhadap Berat Kering Tanaman, Indeks Luas Daun, Laju
Asimilasi Bersih, dan Laju Tumbuh Tanaman
Berat Kering Indeks Laju Asimilasi Laju Tumbuh
Perlakuan
Tanaman (g) Luas Daun Bersih (g) Tanaman (g)
Awachy 1 43,93a 2,94a 4,63a 0,21a
Awachy 2 41,76a 3,29a 3,94a 0,15a
Kuput 48,05a 3,33a 4,90a 0,20a
Awachy 4 43,75a 2,72a 4,65a 0,22a
Awachy 5 49,36a 2,92a 4,63a 0,21a
Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang
tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada = 5 persen
(Gambar 4), dibandingkan varietas lainnya. tanaman mampu memberikan nilai yang tertinggi
Sedangkan hasil paling rendah ditunjukkan oleh dalam laju fotosintesisnya karena faktor genetik
perlakuan varietas Awachy 4. Awachy 5 dari tanaman tersebut dan faktor lingkungan
memberikan hasil lebih baik dibandingkan yaitu cahaya matahari. Selain itu, menurut
varietas lainnya untuk semua peubah Watanabe dan Kodama (1965), kemampuan
pengamatan, hal ini diduga bahwa varietas tanaman dalam beradaptasi dengan lingkungan
Awachy 5 memiliki kemampuan adaptasi yang yang baik dapat meningkatkan aktivitas
lebih baik sehingga mampu menghasilkan berat pembelahan dan pembesaran sel. Varietas
kering, ILD, LAB dan LTT yang lebih tinggi. Awachy 4 memiliki hasil rendah diduga karena
Varietas Awachy 5 juga memiliki tipe daun yang mempunyai tipe daun yang sifatnya menjari,
lebar dengan luasan daun yang rata, sehingga sehingga penyerapan sinar matahari untuk
distribusi sinar matahari lebih merata. Varietas proses fotosintesis tidak maksimal yang
dengan karakter yang menunjang pertumbuhan berdampak pada hasil tanaman yang rendah.
Efek Kombinasi Pupuk Fosfat dan Bakteri Pelarut Fosfat Terhadap Indeks Pertumbuhan Fisiologi Lima Varietas Ubi Jalar [ Ipomoea batatas (L.) 205
Lam]
Miftah Dieni Sukmasari, Jajang Sauman Hamdani, Budi Waluyo, Agung Karuniawan
Tabel 4. Efek Lima Varietas Ubi Jalar terhadap Jumlah Ubi dan Bobot Ubi Petak-1
Perlakuan Jumlah Ubi/Petak Bobot Ubi/Petak (Kg)
Gambar 7. Efek Kombinasi Pupuk Fosfat dan Gambar 8. Efek Kombinasi Pupuk Fosfat dan
Bakteri Pelarut Fosfat terhadap Bakteri Pelarut Fosfat terhadap
Laju Asimilasi Bersih Ubi Jalar Laju Tumbuh Tanaman
(2015) juga melaporkan bahwa pemberian rendah karena meskipun lahan sawah tempat
bakteri pelarut fosfat mampu meningkatkan percobaan memiliki kandungan P yang sedang,
berat kering, panjang batang utama dan jumlah akan tetapi ketersediaannya bagi tanaman
daun ubi jalar dibandingkan kontrol di lahan masih rendah karena sifat P yang terikat oleh
sawah. Sastrahidayat (2011) mengemukakan kloid tanah, sehingga tanpa kombinasi BPF
bahwa jika tanaman dapat tumbuh dengan tidak adanya bakteri yang mampu menguraikan
optimal melakukan penyerapan P maka ATP P terikat menjadi tersedia bagi tanaman. Hal
yang dihasilkan juga mencukupi untuk proses ini sesuai literatur Fitriatin, dkk., (2009) yang
metabolisme yang nantinya akan menghasilkan menyatakan mikroba pelarut fosfat dapat
hormon pertumbuhan yang penting untuk mensubstitusi sebagian atau keseluruhan
perkembangan tanaman. Hasil analisis tanah kebutuhan tanaman akan pupuk P.
sebelum percobaan bahwa kandungan P Bakteri pelarut fosfat, selain berfungsi
di dalam tanah menunjukkan kandungan menguraikan ikatan fosfat dalam tanah juga
sedang yaitu 30,46 mg/100 gr (Tabel 1), memiliki fungsi dalam perbaikan akar tanaman
sehingga pemberian pupuk P yang sedikit sehingga akan mengalami perluasan dalam
sudah memberikan hasil yang baik terhadap menyerap unsur hara, sehingga unsur hara
pertumbuhan tanaman. Penelitian ini juga yang diserap akan lebih banyak dan berdampak
sejalan dengan penelitian Puspitawati, dkk., pada penambahan berat kering tanaman.
(2013) bahwa aplikasi mikroba pelarut P dapat Disamping itu, bakteri pelarut fosfat juga mampu
mengurangi dosis pupuk P anorganik sampai mestimulus hormon-hormon pertumbuhan
50 persen dan meningkatkan hasil gabah dan tanaman seperti sitokinin, IAA dan auksin
serapan hara P jerami dan gabah padi. (Indriani, dkk., 2011). Hal ini sejalan dengan
Perlakuan pupuk P tanpa kombinasi BPF lebih hasil penelitian Fitriatin, dkk., (2014) bahwa
Efek Kombinasi Pupuk Fosfat dan Bakteri Pelarut Fosfat Terhadap Indeks Pertumbuhan Fisiologi Lima Varietas Ubi Jalar [ Ipomoea batatas (L.) 207
Lam]
Miftah Dieni Sukmasari, Jajang Sauman Hamdani, Budi Waluyo, Agung Karuniawan
Tabel 6. Efek Kombinasi P2O5 + Bakteri Pelarut Fosfat terhadap Jumlah Ubi dan Bobot Ubi/Petak
Perlakuan Jumlah Ubi/Petak Bobot Ubi/Petak
(Kg)
Tanpa BPF+36 kg/ha P2O5 82,20a 18,30a
50 kg BPF+36 kg/ha P2O5 92,40ab 23,88b
50 kg BPF+27 kg/ha P2O5 102,60bc 27,12b
50 kg BPF+18 kg/ha P2O5 103,80c 27,15b
Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang
tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada = 5 persen
kombinasi BPF dan JPF mampu meningkatkan karena pada masa itu tanaman sudah berada
IAA sampai 122 ppm. Musfal (2010) menyatakan pada akhir masa vegetatif maksimum, sehingga
bahwa dengan adanya penambahan inokulan tanaman sudah tidak mengalami pertumbuhan.
mikroba, maka kehadiran unsur hara di dalam Sarwadana dan Gunadi (2007) menyatakan
tanah dapat meningkat sehingga mampu bahwa turunnya nilai LAB dan LTT pada periode
memacu pertumbuhan tanaman. Kastono, umur 7 – 9 MST menjelaskan bahwa telah terjadi
dkk., (2005) menyatakan bahwa unsur hara penutupan antar daun, serta persaingan antara
yang telah diserap akar memberi kontribusi bagian tanaman semakin meningkat dengan
terhadap pertambahan berat kering tanaman, bertambahnya umur tanaman. Selain akibat
sehingga pemberian BPF dan 18 kg/ha sudah dari saling menutupnya daun, juga diakibatkan
memberikan hasil yang baik terhadap bobot kering karena masa-masa itu tanaman sudah berada
tanaman. Hal ini sejalan dengan penelitian pada akhir masa vegetatif maksimum, sehingga
Hameda,dkk., (2011) bahwa pemberian 15 – 40 pertumbuhannya mengalami penurunan yang
kg/ha P2O5 nyata meningkatkan bobot kering kemudian akan diikuti oleh masa generatif. Hal
tanaman. Beberapa peneliti juga menunjukkan itu berarti bahwa partisi fotosintat ke bagian
bahwa penambahan zat humat pada tanaman generatif relatif lebih besar dibandingkan dengan
dapat meningkatkan parameter pertumbuhan untuk pembentukan daun dan batang.
vegetatif, yaitu panjang tanaman, jumlah Tabel 6 menunjukkan bahwa kombinasi
batang utama/tanaman, dedaunan segar, dan BPF dan pupuk fosfor memberikan pengaruh
berat kering/tanaman ubi jalar (Awad dan EL- terhadap hasil ubi jalar. Hasil terbaik ditunjukkan
Ghamry, 2007; Verlinden, dkk., 2009). Laju oleh kombinasi BPF dan pupuk P dibandingkan
asimilasi bersih menggambarkan produksi tanpa kombinasi BPF (kontrol). Jumlah dan
bahan kering atau merupakan produksi bahan bobot ubi tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan
kering per satuan luas daun dengan asumsi 18 kg pupuk P2O5/ha dan 50 kg BPF masing-
bahan kering tersusun sebagian besar dari CO2 masing yaitu 103,80 dan 27,15 kg/petak. Hasil
(Kastono, dkk., 2005). Peningkatan indeks luas fotosintesis tanaman (asimilat) diukur secara
daun dan berat kering tanaman berdampak tidak langsung dengan mengukur produksi bahan
pada laju asimilasi bersih serta laju tumbuh keringnya. Produksi bahan kering merupakan
tanaman. Dengan meningkatnya luas daun dasar dari produksi tanaman. Sumardi, dkk.,
yang berdampak pada indeks luas daun, maka (2007) menyebutkan bahwa pertumbuhan
laju fotosintesis tanaman juga akan meningkat dan lamanya daun hijau suatu tanaman
sehingga akan berdampak pada pertumbuhan menentukan persentase radiasi matahari yang
tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan dapat ditangkap tajuk sehingga mempengaruhi
Suwardjono (2003) yang mengemukakan fotosintesis, translokasi asimilat dan hasil akhir
bila terjadi peningkatan total luas daun, tanaman. Hasil ubi jalar yang tinggi merupakan
maka penerimaan cahaya matahari sebagai representasi dari output proses fotosintesis
sumber utama dalam proses fotosintesis, yang optimal. Produksi bahan kering yang tinggi
akan meningkat sehingga berdampak pada (Gambar 5) pada kombinasi 18 kg pupuk P2O5
penambahan berat kering tanaman. Penurunan /ha dan 50 kg BPF sejalan dengan jumlah dan
LAB dan LTT pada umur 7 - 9 MST diduga bobot ubi jalar yang tinggi pula (Tabel 6).
Efek Kombinasi Pupuk Fosfat dan Bakteri Pelarut Fosfat Terhadap Indeks Pertumbuhan Fisiologi Lima Varietas Ubi Jalar [ Ipomoea batatas (L.) 209
Lam]
Miftah Dieni Sukmasari, Jajang Sauman Hamdani, Budi Waluyo, Agung Karuniawan
Pemanfaatan mikrob pelarut fosfat untuk Trisnawati, W., M.R., Yasa, Nyoman Adijaya. 2006.
mengurangi dosis pupuk p anorganik pada padi Adaptasi tiga varietas ubi jalar (Ipomea batatas
sawah. J. Agron. Indonesia 41 (3) : 188 – 195.NR L.) keragaan komposisi kimia dan referensi
Rahmawaty Rahman, M. Anshar., Bahrudin. 2015. panelis. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Aplikasi bakteri pelarut fosfat, bakteri penambat Bali. 4 Hal. P
nitrogen dan mikoriza terhadap pertumbuhan Trisilawati, O.,M. Yusron. 2008. Pengaruh
tanaman cabai (Capsicum annum L.). J. pemupukan P terhadap produksi dan serapan
Agrotekbis Vol. 3 (3) : 316 – 328. P tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.).
Sandeep, C., S.N. Rashmi, V. Sharmila, R. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik.
Surekha, R. Tejaswini, C.K Suresh. 2011. Bul. Littro. 29(1):39 – 46. NR
Growth response of Amaranthus gangeticus to Valverde, A., A. Burgos, T. Fiscella, R. Rivas, E.
Azotobacter chroococcum isolated from different Velazquez, C. Rodriguez-Barrueco,
agroclimatic zones of Karnataka. Journal of E.Cervantes, M. Chamber, J.M. Igual. 2006.
Phytology 3(7):29-34.NR Differential effects of co inoculations with
Saraswati, R., Simanungkalit, R. D. M., D. A. Pseudomonas jessenii PS06 (a phosphate
Suriandikarta, D. Setyorini dan W. Hartatik. 2006. solubilizing bacterium) and Mesorhizobium ciceri
Pupuk Organik dan Anorganik. Balai Litbang c-2/2 strains on the growth and seed yield of
Sumber Daya Lahan pertanian, Badan Penelitian chickpea under greenhouse and field conditions.
dan Pengembangan Pertanian Bogor.P Plant Soil 287:43-50.NR
Sarwadana, S.M., I.G.A. Gunadi. 2007. Potensi Vega, N. W. O. 2007. A review on beneficial effects of
pengembangan bawang putih (Allium sativum rhizosphere bacteria on soil nutrient availability
L.) dataran rendah varietas lokal Sanur. Agritrop. and plant nutrient uptake. Revista Facultad
26(1):19–23.NR Nacional de Agronomía - Medellín 60 (1): 3621-
Sitompul, S.M dan Guritno. 1995. Analisis 3643.
Pertumbuhan Tanaman. GMU Press. Verlinden G., B. Pycke, J. Mertens, F. Debersaques,
Yogyakarta. K. Verheyen, G. Baert, J. Brifs, G. Haesaert.
412 p (2009). Application of humic substances results
Setiawati T.C., P.A. Mihardja. 2008. Identifikasi dan in consistent increases in crop yield and nutrient
Kuantifikasi Metabolit Bakteri Pelarut Fosfat dan uptake. J. Plant Nutri. 32: 1407-1426.P
Pengaruhnya terhadap Aktivitas Rhizoctonia Watanabe, K., and T. Kodama. 1965. Studies on the
solani pada Tanaman Kedelai. J. Tanah Trop.13 effects of soil physical conditions on the growth
(3): 233-240.NR and yield of crops plants 3 effects of the capacity
Sukmasari, M.D., J. Sauman, B. Waluyo, A. and composition of soil air on the growth and
Karuniawan. 2015. Pengaruh pemberian yields of sweetpotato plants. Proc Crop. Sci.
kombinasi pupuk fosfat dan bakteri pelarut Soc. Japan. 33. No. 4. NR
fosfat terhadap pertumbuhan dan hasil ubi
jalar (ipomea batatas (L.). Disampaikan dalam BIODATA PENULIS :
Seminar Nasional dan Focus Group Discussion Miftah Dieni Sukmasari dilahirkan di Majalengka,
Agroteknologi UNPAD Jatinangor. 12 Juni 1989. Menyelesaikan pendidikan S1
Sumardi, K., M. Kasim, Auzar Syarif dan Nazres Akhir. Agroteknologi tahun 2012, dan S2 Agronomi
2007. Respon padi sawah pada teknik tahun 2015.
budidaya secara aerobic dan pemberian bahan Jajang Sauman Hamdani, dilahirkan dilahirkan
organic. Jurnal Akta Agrosia 10: 65-71.NR di Bandung tgl 30 Oktober 1962. Menyelesaikan
Suwardjono. 2003. Pengaruh beberapa jenis pupuk pendidikan S1 Agronomi tahun 1982, S2 Ilmu
kandang terhadap pertumbuhan dan produksi Tanaman tahun 1992 dan S3 Ilmu Pertanian tahun
kacang tanah. Jurnal Matematika, Sain 1997.
Teknologi. 2(2):11-18.NR Budi Waluyo dilahirkan di Tasikmalaya tgl 25 Mei
Taiwo, L. B., M. Ogundiya. 2008. Microbial 1974. Menyelesaikan pendidikan S1 Pemuliaan
Solubilization of Ogun Rock Phosphate in Tanaman tahun 1998, S2 Pemuliaan Tanaman
Thelaboratory and in Soil. African Journal of tahun 2005 dan S3 Pemuliaan Tanaman tahun
Microbiology Research Vol.(2) pp. 308-312. P 2015.
Tamad., Azwar Ma’as, Bostang Radjagukguk, Eko Agung Kurniawan, dilahirkan di Sidoarjo tgl 1
Hanudin, Jaka Widada. 2013. Ketersediaan September 1966. Menyelesaikan pendidikan S1
fosfor pada tanah andisol untuk jagung (Zea Pemuliaan Tanaman tahun 1990, S2 Plant
mays L.) oleh inokulum bakteri pelarut fosfat. J. Breeding tahun 1997 dan S3 Plant Breeding tahun
Agron. Indonesia 41 (2) : 112 – 117.NR 2004.