Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
2018
PANDUAN MOBILISASI DINI POST OPERASI LAPARATOMI
A. Pengetian Mobilisasi
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan
teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan
untuk meningkatkan kesehatan, memperbaiki sirkulasi, serta menstimulasi kembali fungsi
gastrointestinal. Mobilisasi dini merupakan suatu upaya mempertahankan kemandirian
sedini mungkin dengan cara membimbing pasien sedini mungkin bergerak untuk
mempertahankan fungsi fisiologis dan mencegah terjadinya komplikasi. Mobilisasi ini
meliputi latihan rentang gerak ringan diatas tepat tidur seperti latihan bernafas, latihan
batuk efektif, menggerakkan tungkai sampai dengan latihan berjalan (Ibrahim, 2013).
B. Tujuan mobilisasi dini
Tujuan dari mobilisasi dini adalah mempertahankan fungsi tubuh, memperlancar
peredaran darah sehingga mempercepat proses penyembuhan luka, membantu pernafasan
lebih baik, mempertahankan tonus otot, dan memperlancar eliminasi urin (Nursalam,
2011). Menurut Samuel (2011), mobilisasi dini dapat menurunkan emboli paru,
komplikasi trombosis vena, serta dapat mengurangi hari rawat pasien. Selain itu
mobilisasi dini dapat mengurangi rasa nyeri pada pasien post pembedahan dengan cara
mengalihkan konsentrasi pada lokasi nyeri dan mengurangi proses peradangan (Nugroho,
2010).
C. Faktor yang mempengaruhi mobilisasi
Jenis dari mobilisasi dibagi menjadi dua yaitu mobilisasi sebagian temporer dan
mobilisasi sebagian permanen. Mobilitas temporer adalah kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara, biasanya disebabkan trauma
muskuloskletal, sedangkan mobilitas permanen yaitu kemampuan untuk bergerak dengan
batasan yang sifatnya permanen (hemiplegia/stroke). Mobilisasi dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain :
a. Energi
Tingkat energi setiap orang bervariasi mulai dari miring kanan kiri, duduk dan
berjalan. Energi seseorang akan di dapakatkan dari makanan yang dikonsumsi.
b. Tingkat kecemasan
Kecemasan seseorang akan mempengaruhi mobilisasi dini post operasi karena
kecemasan akan berpengaruh pada saat melakukan gerakkan mobilisasi.
c. Tingkat pengetahuan
Setiap orang akan memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda beda yang tentu saja akan
mempengaruhi proses penangkapan informasi. Informasi yang digunakan haruslah
menggunakan bahasa yang umum dan mudah untuk dipahami setiap orang.
d. Umur
Umur merupakan faktor pendukung dalam mobilisasi dini karena ketika umur masih
muda akan lebih cepat dalam mobilisasi dikarenakan tenaga masih kuat.
e. Berat badan
Berat badan mempengaruhi orang mobilisasi karena ketika orang tersebut kurus akan
lebih cepat untuk mobilisasa dikarenakan badannya lebih ringan.
D. Tahapan - Tahapan Mobilisasi
Pelaksanaan mobilisasi dini harus dilakukan seecara bertahap. Menurut Clark et al
(2013), mobilisasi dini dibagi menjadi 4 tahapan yaitu:
1. Tahap 1: post pembedahan pada 6-24 jam pertama, pasien dianjurkan untuk
melakukan tekhnik napas dalam, batuk efektif, latihan ROM, latihan miring kanan kiri
serta meninggikan tempat tidur dari posisi 150 sampai 900.
a. Relaksasi pernafasan: dilakukan setelah pasien sadar dan kooperatif
Ambil posisi yang nyaman dan rileks
Tarik nafas sedalam-dalamnya melalui hidung secara perlahan kemudian tahan
selama 3 detik
keluarkan nafas melalui mulut secara perlahan
Ulangi sebanyak 3-6 kali.
c. Setelah operasi 6 jam pertama, pasien harus tirah baring dulu. Mobilisasi dini yang
dilakukan adalah menggerakan lengan tangan, ujung kaki, dan memutar pergelangan
kaki.
d. Setelah 6-10 jam, pasien diharuskan untuk miring kiri dan kanan agar tidak terjadi
tromobis dan tromoemboli. Mobilisasi dengan miring kanan apabila luka operasi
berada disebelah kiri, begitu pula sebaliknya. Pertama pasien memegang side rile
sebelum miring kanan atau kiri. Apabila miring kanan, maka kaki kiri ditekuk terlebih
dahulu. Setelah itu pasien mendorong badan miring kanan/ kiri sambil pegangan side
rile. Kemudia bagian punggung pasien diberi bantal.
2. Tahap 2: Setelah 24 jam kedua pasien dianjurkan untuk belajar duduk. Mobilisasi
duduk dilakukan setelah miring kanan/ kiri apabila posisi luka post pembedahan
secara vertical. Apabila posisi luka post pembedahan secara horizontal maka
mobilisasi langsung dilakukan duduk tanpa miring kanan/ kiri. Mobilisasi duduk
dimulai dengan latihan berbaring posisi semifowler dengan meninggikan tempat
tidur. Setelah pasien mampu tidur posisi semifowler maka pasien latihan duduk
secara mandiri dengan menggunakan satu tangan sebagai tumpuan dan tangan
yang lain memegang side rile. Kemudian mencoba untuk duduk 450 secara
perlahan.
3. Tahap 3: pada tahap 24 jam ketiga, pasien dianjurkan untuk latihan berdiri di
samping tempat tidur dan latihan berjalan disekitar tempat tidur. Belajar berjalan
dilakukan setelah pasien mampu duduk dan tidak pusing.
4. Tahap 4: Setelah belajar jalan pasien diharapkan dapat berjalan secara mandiri.
Nursalam, 2011. Sikap Manusia teori dan pengukurannya. Pustaka Pelajar Yogya Offset.
Yogyakarta
Potter dan Perry. 2006. Buku ajar fundamental keperawatan, konsep, proses dan praktik
Edisi 5. ECG : Jakarta
Samuel S. Wellman. 2011. Implementation of an Accelerated Mobilization Protocol
Following Primary Total Hip Arthroplasty: Impact on Length of Stay and
Disposition.
Zanni, J. M., & Needham, D. M. 2010. Promoting Early Mobility and Rehabilitation in
The Intensif Care Unit. Ptmmotion, 32-38.