You are on page 1of 17

IMPLIKASI AKSESI PROTOKOL MADRID BAGI INDONESIA

Novianti
Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI,
Komplek MPR/DPR/DPD Gedung Nusantara I Lantai 2,
Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta 10270,
E-mail: novi_dpr@yahoo.com

Naskah diterima: 30 Agustus 2016


Naskah direvisi: 30 Oktober 2016
Naskah diterbitkan: 28 November 2016

Abstract
Accession to the Madrid Protocol plan by the Government of Indonesia, on the one side, reap the pro and
contra of various opinions. The opinion that arise in the community caused by concerns over the negative
impact of the accession protocols of which were related to the role of a patent agent to be reduced because
the brand owner can easily register its brand directly to some countries belonging to the Madrid Protocol.
Problems in this paper that the implication of accession to the Madrid Protocol for Indonesia. As for the
purpose of this article is to determine the implications of accession to the Madrid Protocol for Indonesia.
The analize showed accession to the Madrid Protocol implications on some of the things that adjustments
Act in the field of brands through a revised Trademark Law and the readiness of human resources in the
field of brand. In addition, in acceding to the Madrid Protocol should also determine the advantages and
disadvantages as the implications of accession to the Protocol.
Keyword: Accession, The Madrid Protocol, Indonesia

Abstrak
Rencana aksesi Protokol Madrid oleh Pemerintah Indonesia, menuai berbagai sikap pro dan
kontra. Sikap yang timbul di masyarakat disebabkan oleh kekhawatiran dampak negatif atas
aksesi protokol, tersebut di antaranya terkait dengan peran konsultan HKI menjadi berkurang
karena pemilik merek dapat langsung dengan mudah mendaftarkan mereknya ke beberapa negara
yang tergolong dalam Protokol Madrid tersebut. Permasalahan dalam tulisan ini yakni mengenai
implikasi aksesi terhadap Protokol Madrid bagi Indonesia. Adapun yang menjadi tujuan dalam
tulisan ini adalah untuk mengetahui implikasi aksesi Protokol Madrid bagi Indonesia. Hasil
dari kajian ini menunjukkan aksesi terhadap Protokol Madrid berimplikasi terhadap beberapa
hal yakni penyesuaian Undang-Undang di bidang Merek melalui revisi UU Merek dan kesiapan
sumber daya manusia di bidang merek. Selain itu, dalam melakukan aksesi terhadap Protokol
Madrid juga harus mempertimbangkan keuntungan dan kerugian sebagai implikasi dari aksesi
Protokol tersebut.
Kata Kunci: Aksesi, Protokol Madrid, Indonesia

I. PENDAHULUAN perdagangan barang dan jasa, menuntut adanya


A. Latar Belakang perlindungan merek bagi produk nasional di
Merek sebagai bagian dari hak milik negara tujuan ekspor.
intelektual (intellectual property rights) Perdagangan barang dan jasa saat ini tidak
mempunyai peran yang sangat strategis dan dapat berlangsung dengan baik tanpa adanya
menentukan dalam memajukan penjualan perlindungan hukum atas merek, karena
suatu produk, baik barang maupun jasa. Oleh persoalan tentang merek seringkali melintasi
karena itu, semakin luasnya globalisasi di bidang tapal batas nasional. Merek dagang merupakan

NOVIANTI: Implikasi Aksesi Protokol Madrid bagi Indonesia 195


bagian dari Hukum Kekayaan Intelektual 1892, serta Protocol relating to the Madrid
(HKI) yang memiliki nilai penting ditinjau Agreement 1989 (Madrid Protocol) yang mulai
dari aspek ekonomi. Perjanjian internasional berlaku efektif tanggal 1 Januari 1996. Kedua
mengenai HKI yang berkaitan dengan merek di perjanjian internasionl ini Madrid System, yang
antaranya, Konvensi Paris, Perjanjian Madrid, menyediakan pendaftaran merek, pemeliharaan
perjanjian WIPO (World Intellectual Property merek dan pengaturan merek secara terpusat
Organization), Nice Agreement, Perjanjian melalui Biro Internasional (IB) pada the World
TRIPs (Trade Related Aspect of Intellectual Intellectual Property Organisation (WIPO)3.
Property Rights). Perjanjian TRIPs merupakan Protokol Madrid merupakan perjanjian
ketentuan yang memiliki peran yang paling tambahan untuk mengurangi kelemahan
penting, karena diikuti oleh banyak negara Madrid Agreement dengan memperkenalkan
peserta serta memiliki peran strategis dalam inovasi baru dalam sistem pendaftaran merek
pengaturan perdagangan internasional1. internasional. Adapun tujuan dari Protokol
Dengan arus globalisasi yang terjadi dalam Madrid adalah untuk mempermudah cara
bidang perdagangan tersebut, kebutuhan pendaftaran merek-merek di berbagai negara
perlindungan merek secara internasional secara sekaligus, yaitu di negara peserta Uni Paris;
semakin meningkat di setiap negara tempat menghindarkan pemberitahuan asal barang
produk dan jasa diperdagangkan. Perlindungan secara palsu (Madrid Agreement concerning
hukum terhadap merek menggunakan prinsip the repression of false indications of origin);
first to file (pendaftaran pertama kali) melalui pendafttaran internasional terhadap merek di
mekanisme pendaftaran per negara atau secara Biro internasional di Berne, dengan pengertian
internasional. Ketentuan pendaftaran per bahwa merek-merek tersebut terlebih dahulu
negara dirasakan kurang efisien, karena pemilik harus menjadi merek nasional di negara asal.
merek harus mendaftarkan mereknya di masing- Merek yang terdaftar pada Biro Internasional
masing negara dimana merek tersebut hendak dikenal sebagai merek internasional (Madrid
diperdagangkan. Oleh karena itu, pendaftaran Arrangement Concerning the International
merek secara internasional menjadi penting, Registration of Trademarks). Konsep dasar dari
karena memfasilitasi pemilik merek dari suatu Protokol Madrid adalah satu aplikasi merek
negara untuk mendapatkan perlindungan atas untuk mendapatkan perlindungan hukum di
mereknya di negara lain melalui pendaftaran banyak negara 4.
merek tersebut pada sekretariat yang ditunjuk Anggota peserta Protokol Madrid ini sudah
yang secara otomatis berarti pendaftaran di banyak, di antaranya dari negara ASEAN yakni
semua negara yang tergabung dalam sistem Singapura dan Vietnam. Namun, Indonesia
tersebut2. sampai saat ini belum kembali masuk sebagai
Mekanisme pendaftaran merek secara anggotanya. Hal ini karena sebenarnya Indonesia
internasional di antaranya diatur dalam 2 pada saat penjajahan Belanda sudah menjadi
(dua) perjanjian internasional, yakni The anggota Protokol Madrid yaitu dari tahun 1893
Madrid Agreement Concerning the International – 1936. Perkembangan terakhir Indonesia telah
Registration of Marks yang ditandatangani berencana untuk melakukan aksesi terhadap
tahun 1881 dan mulai berlaku efektif tahun Protokol Madrid yang implikasinya Indonesia
harus merevisi Undang-Undang Nomor 15
1
Dwi Rezki Sri Astarini, Penghapusan Merek Terdaftar,
Alumni, Bandung, 2009, hal. 6. 3
Protokol Madrid Dalam Pembahasan DPR, http://www.
2
Irna Nurhayati dan Agustina Merdekawati, Relevansi
dpr.go.id/dokakd/dokumen/PANSUS-33f795af72fc77183
Keikutsertaan Indonesia Dalam Registration Of Marks
a8438e1f1e4adadc.pdf, diakses Tanggal 2 Juli 2016.
Madrid System Melalui Ratifikasi Madrid Protocol Terhadap 4
Muhamad Djumhana dan Djubaedillah, Hak Milik
Peningkatan Daya Saing Bangsa Indonesia Di Bidang
Intelektual Sejarah, Teori, dan Praktiknya di Indonesia,
Perdagangan Internasional, Jurnal Mimbar Hukum Volume
Penerbit: Citra Aditya Bakti, Bandung 2014, hal. 215 –
20, No. 3, Oktober 2008, hal. 4.
216.

196 NEGARA HUKUM: Vol. 7, No. 2, November 2016


Tahun 2001 tentang Merek sebagai upaya Protokol Madrid guna mendukung Masyarakat
penyesuaian dengan Protokol Madrid tersebut5. Ekonomi Asean (MEA) 2015 yang tertuang dalam
Rencana Indonesia untuk melakukan cetak biru MEA 2014 – 2015 bahwa Protokol
aksesi terhadap Protokol Madrid tersebut Madrid akan mulai diberlakukan di negara-
menimbulkan pro kontra di masyarakat. Bagi negara ASEAN termasuk Indonesia di tahun
yang pro berpendapat, implikasi terhadap aksesi 2015. Selain itu, aksesi Protokol Madrid akan
Protokol Madrid akan memberi kemudahan berimplikasi langsung terhadap Undang-Undang
bagi pengusaha Indonesia untuk mendaftarkan Merek, sementara Undang-Undang Merek belum
merek ke luar negeri. Selain itu, Protokol Madrid mengatur mengenai pendaftaran merek secara
ini penting bagi Indonesia untuk meningkatkan internasional. Untuk itu dalam revisi Undang-
efisiensi pendaftaran merek produk Indonesia Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek,
di negara-negara lain. Disadari bahwa posisi urgensi revisi Undang-Undang tersebut tidak
Indonesia semakin lemah dalam mengupayakan hanya dilandasi keinginan untuk mempercepat
peningkatan daya saing internasional6. proses pendaftaran merek, namun juga berkaitan
Namun, bagi yang kontra yakni para HKI dengan rencana Indonesia mengaksesi Protokol
misalnya, berpandangan implikasi terhadap Madrid.
Protokol Madrid tersebut akan mengurangi porsi Perkembangan peraturan perundang-
pekerjaan mereka karena para pemohon merek undangan di bidang Merek mengalami
dari luar negeri tidak lagi wajib menggunakan banyak perubahan karena tidak sesuai dengan
jasa konsultan kekayaan intelektual di dalam kebutuhan dan perkembangan aturan-aturan
negeri dalam mengajukan permohonan yang terdapat dalam Persetujuan TRIPs
pendaftaran merek7. Selain itu, konsultan HKI maupun konvensi-konvensi internasional
asing bebas masuk dan pendaftaran merek luar di bidang HKI. Diawali dengan UU Merek
negeri menjadi berkurang. Merek asing cukup Kolonial Tahun 1912 yang berlaku pertama
didaftarkan ke kantor merek tertentu melalui kali di Indonesia pada masa Indonesia menjadi
World Intellectual Property Organization (WIPO). jajahan Belanda. Kemudian UU Merek Kolonial
Pemilik merek atau pengusaha dengan mudah Tahun 1912 diganti dengan UU No. 21 Tahun
mendaftarkan mereknya ke beberapa negara 1961 tentang Merek Perusahaan dan Merek
yang tergabung dalam Protokol Madrid dalam Perniagaan dan diperbaharui dengan UU No.
satu permohonan tanpa menggunakan jasa 19 Tahun 1992 tentang Merek; dan kemudian
konsultan HKI di negara yang dimohonkan.8 setelah Indonesia meratifikasi Persetujuan
Rencana pemerintah untuk TRIPs pada tahun 1994, maka UU No. 19
mengaksesi Protokol Madrid sudah menjadi Tahun 1992 tentang Merek disempurnakan
pembahasan antar Kementerian9. Selain itu, kembali, disesuaikan dengan aturan-aturan
di tingkat ASEAN, negara-negara anggota Persetujuan TRIPs menjadi UU No. 14
telah mencapai kesepakatan untuk mengaksesi Tahun 1997 tentang Perubahan atas UU No.
19 Tahun 1992 tentang Merek. Dengan
5
Ibid, hal. 216 – 217.
6
Syahmin, A.K, Hukum Dagang Internasional, PT. Raja pertimbangan dan memperhatikan pengalaman
Gravindo Persada, Jakarta, 2006, hal.121. dalam melaksanakan Undang-undang Merek
7
Kesiapan Indonesia Bergabung ke Madrid Protokol, yang berlaku saat itu dan agar sejalan dengan
http://www.kk-advocates.com/site/wipo-lihat-kesiapan-
konvensi-konvensi internasional yang telah
indonesia-gabung-ke-madrid-protokol/, diakses tanggal
10 Juli 2016. diratifikasi Indonesia, maka UU No. 19 Tahun

8
Konsultan HKI Lokal VS Asing Siapa Takut, http://www. 1992 tentang Merek sebagaimana telah diubah
hukumonline.com/berita/baca/lt5264f8224f1cf/konsultan- dengan UU No. 14 Tahun 1997 tentang
hki-lokal-ivs-i-asing--siapa-takut, diakses Tanggal 10 Juli 2016
Perubahan atas UU No. 19 Tahun 1992 tentang
9
Hasil Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Pansus
RUU Merek dengan Ferry Adamhar Direktur Jenderal Merek dan selanjutnya dilakukan penggantian
Hukum dan Perjanjian Internasional, Senin tanggal 14 dengan UU No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.
September 2015.

NOVIANTI: Implikasi Aksesi Protokol Madrid bagi Indonesia 197


Terkait dengan implikasi aksesi Protokol atau aksesi. Sebelum menjelaskan tentang
Madrid, dalam masukan yang disampaikan aksesi, maka perlu dijelaskan terlebih dahulu
oleh DPR terhadap pembahasan RUU tentang mengenai ratifikasi. Dalam Pasal 2 ayat 1 ( b)
Merek, terdapat sorotan mengenai Madrid ratifikasi diartikan sebagai:
Protocol (Pendaftaran Merek Internasional). “the international act so named/whereby a State
DPR menganggap bahwa di Indonesia masih establishes on the international plane its -onsent to
belum diperlukan adanya Madrid Protocol, DPR be bound by a treaty”11
menganggap bahwa ini akan menghambat
Ratifikasi adalah suatu pernyataan
perkembangan dari Merek-Merek lokal UMKM.
unilateral dari suatu negara untuk menyatakan
Pertimbangan lainnya yakni terkait dengan kesiapan
diri terikat pada suatu perjanjian internasinal!
dan kemandirian masyarakat Indonesia, khususnya
yang dilakukan dengan menggunakan
pelaku ekonomi kecil, menengah dan mikro dalam
instrumen ratifikasi suatu negara. Mahkamah
menghadapi beberapa kesepakatan-kesepakatan
Internasional atau International Court of Justice
global yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia
dalam kasus Ambatielos secara tidak langsung
dengan negara-negara lain, dalam hal ini misalnya
menjelaskan konsep ratifikasi sebagai berikut:
dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA10). 
“The ratification of a treaty which provides for
B. Permasalahan ratification, as does the Treaty of 1926, is an
Sebagaimana telah diuraikan di atas, indiscensable condition for bringing it into operation.
aksesi Protokol Madrid disamping memberikan It is not, therefore, a mere format act, but an act of
vital importance.”12
keuntungan bagi Indonesia, namun juga
terdapat beberapa kerugian terhadap aksesi Pada dasarnya Pasal 14 dari Konvensi Vienna
tersebut di antaranya terkait dengan peran tidak mengatur secara khusus mengenai bentuk
konsultan HKI dan terhadap perubahan instrumen dari suatu ratifikasi. Hal tersebut
Undang-Undang di bidang Merek. Mengacu diserahkan sepenuhnya pada hukum nasional
pada hal tersebut, yang menjadi permasalahan masing-masing negara. Sedangkan aksesi diatur
dalam tulisan ini adalah bagaimana implikasi dalam Pasal 15 Konvensi Wina 1969 mengatur
aksesi Protokol Madrid bagi Indonesia? tentang persetujuan terikat pada perjanjian
dengan cara aksesi (accession) yang berbunyi13:
C. Tujuan Penulisan “The consent of a State to be bound by a treaty is
Tujuan penulisan ini adalah untuk expressed by accession when: (a) the treaty provides
mengetahui implikasi aksesi Protokol Madrid that such consent may be expressed by that State by
bagi Indonesia. Kegunaan yang diharapkan means of accession; (b) it is otherwise established
dari tulisan ini adalah secara praktis dapat that the negotiating States were agreed that such
digunakan sebagai sumbangan pemikiran terkait consent may be expressed by that State by means of
dengan revisi Undang-Undang No. 15 Tahun accession; or (c) all the parties have subsequently
2001 tentang Merek dan secara akademis agreed that such consent may be expressed by that
dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi State by means of accession”.
perkembangan ilmu hukum, khususnya Hukum Berdasarkan Pasal tersebut, bahwa
Internasional terkait dengan Merek. suatu persetujuan terikat pada perjanjian

II. KERANGKA PEMIKIRAN


A. Aksesi dalam Hukum Perjanjian
11

Pasal 2 ayat 1(b) Vienna Convention on the Law of Treaties
1969.
Internasional 12
Putusan Mahkamah Internasional terkait Ambatielos
Persetujuan untuk terikat pada perjanjian Case (Greece v United Kingdom) ‘Preliminay Objections
internasional dapat dilakukan melalui ratifikasi 1952 (ICJ) Rep 28, 43.
13
Lihat Pasal 15 Konvensi Wina 1969 tentang Hukum
10
Ibid. Perjanjian.

198 NEGARA HUKUM: Vol. 7, No. 2, November 2016


dinyatakan dengan cara aksesi, apabila14: “Accession and ratification are two terms
Pertama, perjanjian itu sendiri di dalam salah differentiated in international law. Accession relates
satu pasalnya menyatakan bahwa persetujuan to the process of joining a certain international
itu dapat dinyatakan dengan cara aksesi; treaty, while ratification is an act performed by
Kedua, jika sebaliknya ditetapkan bahwa a state participating in an international treaty to
legalise such treaty”16.
negara-negara yang melakukan perundingan
menyepakati bahwa persetujuan untuk terikat Selanjutnya dalam memasukkan ketentuan
itu dapat dinyatakan dengan cara aksesi; Ketiga, perjanjian internasional secara tidak langsung
apabila semua pihak dalam perjanjian tersebut telah menganut sistem adopsi khusus, yakni
selanjutnya menyepakati bahwa persetujuan itu dimana harus ada persetujuan dahulu oleh
dapat dinyatakan dengan cara aksesi. parlemen untuk menyatakan keterikatan
Sedangkan persetujuan terikat pada terhadap perjanjian internasional tersebut.
perjanjian dengan cara ratifikasi (ratification) Apabila dipahami, teori ini sebenarnya
yang berbunyi: merupakan sebuah kompromi agar masuknya
The consent of a State to be bound by a treaty hukum internasional ke dalam hukum nasional
is expressed by ratification when: (a) The treaty ini dilakukan dengan menghormati kedaulatan
provides for such consent to be expressed by means negara masing-masing, karena kedaulatan setiap
of ratification; (b) It is otherwise established that negara sebenarnya merupakan suatu garansi dari
the negotiating States were agreed that ratification Perserikatan Bangsa-Bangsa. Terikat (binding)
should be required; (c) The representative of the atau tidaknya perjanjian internasional tersebut
State has signed the treaty subject to ratification; bukan karena perjanjian itu sendiri, melainkan
or (d) The intention of the State to sign the treaty karena adopsi khusus yang dilakukan oleh
subject to ratification appears from the full powers parlemen terhadap perjanjian internasional
of its representative or was expressed during the tersebut17.
negotiation. Dengan demikian pemerintah
Dengan demikian ratifikasi tidak sama Indonesia bukan tunduk pada perjanjian
dengan aksesi, namun setara dengan tanda internasionalnya melainkan tunduk kepada
tangan untuk ratifikasi. Aturan tentang perundang-undangan nasional yang memuat
penyerahan instrumen ratifikasi (atau perjanjian internasionalnya. Hal ini sesuai
penerimaan atau persetujuan) berlaku juga dengan peraturan yang terdapat pada Pasal
untuk instrumen aksesi, dan, kecuali perjanjian 3 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000
menyediakan sebaliknya, aksesi memiliki efek tentang Perjanjian Internasional bahwasanya
yang sama seperti ratifikasi. Seperti hak untuk Pemerintah Republik Indonesia mengikatkan
menandatangani, hak untuk mengaksesi dapat diri pada perjanjian internasional melalui cara-
dibatasi pada kategori tertentu atau kategori cara sebagai berikut; a) penandatanganan; b)
negara tertentu, dan dapat dibuat sesuai dengan pengesahan; c) pertukaran dokumen perjanjian/
kondisi atau persetujuan15. nota diplomatik; d) cara-cara lain sebagaimana
Ratifikasi merupakan pernyataan disepakati para pihak dalam perjanjian
persetujuan negara untuk mengikatkan diri internasional. Sedangkan pengesahan dalam
(consent to be bound) terhadap perjanjian hal ini dapat berbentuk ratifikasi, aksesi,
internasional yang telah disepakati bersama. penerimaan dan penyetujuan.
Seperti dikatakan Hikmahanto Juwana bahwa,
16
Hikmahanto Juwana, “The Obligation to Ensure the
14
I Wayan Parthiana, Hukum Perjanjian Internasional, Bagian Conformity of International Treaties with the Constitution”,
1, Penerbit: Mandar Maju, Bandung, 2002, hal.117. Jurnal Hukum Internasional, Vol. 8 No. 3 Tahun 2011,
15
Dian Utami Mas Bakar, Pengujian Konstitusional Undang- Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, hal. 439.
Undang Pengesahan Perjanjian Internasional, Jurnal 17
Afidatussolihat, Pengujian Undang-Undang Ratifikasi
Yuridika: Vol. 29 No. 3, September-Desember 2014., hal. Perjanjian ASEAN Charter Oleh Mahkamah Konstitusi,
284 Jurnal Cita Hukum, Vol. I No. 1 Juni 2014, hal. 152 – 153.

NOVIANTI: Implikasi Aksesi Protokol Madrid bagi Indonesia 199


B. Konvensi Internasional terkait Perlindungan “The owner of a registered trademark shall have
Merek the exclusive right to prevent all third parties not
1. Perjanjian TRIPS having his consent from using in the course or trade
Trade Related Aspects of Intellectual identical or similar signs for goods or services which
Property Rights (TRIPS) agreement merupakan are identical or similar to those in respect of which
trademark is registered where such use would result
perjanjian yang memiliki peran penting dalam
in a likelihood of confusion.”
perkembangan pengaturan HKI karena
perjanjian tersebut diikuti oleh Negara peserta Dengan demikiam Pasal 16 tersebut
paling banyak serta memiliki peran strategis menjelaskan bahwa pemilik merek terdaftar
dalam pengaturan perdagangan internasional memiliki hak eksklusif untuk melarang pihak
pada masa sekarang ini18. Tujuan dari TRIPS ketiga yang tanpa ijin dari pemilik merek yang
seperti yang tercantum dalam Pasal 17 perjanjian bersangkutan untuk memakai merek yang
TRIPS yaitu perlindungan dan penegakan sama atau serupa untuk barang-barang atau
hukum. Perjanjian TRIPS mengatur norma- jasa-jasa yang adalah sama atau menyerupai
norma standar yang berlaku secara internasional dengan barang-barang dan jasa-jasa untuk nana
tentang HKI dan obyek HKI secara luas19, yaitu: merek dagang bersangkutan telah didaftarkan.
1) Hak Cipta dan Hak Terkait (Copyright and Pemakaian atas merek bersangkutan tidak boleh
Related rights); menimbulkan kekacauan dalam masyarakat
2) Merek (Trademarks); mengenai asal usul suatu barang.
3) Indikasi Geografis (Geographical Indications); 2. The Paris Convention for The Protection
4) Desain Industri (Industrial Designs); of Industrial Property Right (1967)
5) Paten (Patents); The Paris Convention For The Protection
6) Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (Layout- of Industrial Property Right (Paris Convention)
Designs (Topographies) of Integrated Circuits; merupakan pembentukan Union untuk
7) Rahasia Dagang (Protection of Undisclosed perlindungan Hak Kekayaan Industri. Dalam
Information); dan Konvensi Paris, terminologi HKI meliputi:
8) Larangan Praktek Persaingan Curang patent, utility model, industrial design, trademarks,
dan Perjanjian Lisensi (Control of Anti- service marks, trade names, indications of source
Competitive Practices in Contractual Licenses). or appellation of origin, dan repression of unfair
HKI adalah istilah umum dari hak eksklusif competition20. Salah satu tujuan dari Konvensi
yang diberikan sebagai hasil yang diperoleh Paris adalah untuk mencapai unifikasi di
dari kegiatan intelektual manusia dan sebagai bidang perundang-undangan tentang merek,
tanda yang digunakan dalam kegiatan bisnis, dengan harapan agar tercipta satu macam
termasuk ke dalam hak berwujud yang memiliki hukum tentang merek atau cap dagang yang
nilai ekonomis. Penggunaan istilah hak eksklusif dapat mengatur soal-soal merek secara seragam
dalam UU No. 15 Tahun 2001 tentang Merek di seluruh dunia. Ketentuan-ketentuan yang
sejalan dengan makna Article 16 ayat (1) substantif dalam Konvensi Paris dapat dibagi
Perjanjian TRIPs, yaitu: ke dalam tiga kategori utama, yaitu national
treatment, right of priority, dan common rules
18
J.H Reichmann, “Universal Minimum Standart of Intelectual
Property Protection under the TRIPS Component of WTO
sebagaimana uraian berikut21:
Agreement”, International Law Journal, 1995. a. Di bawah ketentuan mengenai national,
19
Lihat Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual bahwa warga negara Konvensi Paris
Property Rights (TRIPs Agreement) (1994). This Agreement menentukan bahwa dalam rangka
constitutes Annex 1C of the Marrakesh Agreement
Establishing the World Trade Organization (hereinafter 20
Lihat Pasal 1 ayat (2) dari Konvensi Paris.
referred to as the “WTO Agreement”, which was concluded 21
Rahmi Jened, Hukum Merek (Trademark Law) Dalam Era
on April 15, 1994, and entered into force on January 1, 1995.
Global & Integrasi Ekonomi, Penerbit: Pranamedia Group,
The TRIPs Agreement binds all Members of the WTO (Lihat
Jakarta, 2015, hal.47.
Pasal II.2 Perjanjian WTO)

200 NEGARA HUKUM: Vol. 7, No. 2, November 2016


perlindungan Hak Milik Industri, setiap Biro HKI berdasarkan satu biaya dan tidak
negara peserta harus memberikan adanya penolakan dari setiap kantor HKI
perlindungan yang sama kepada warga nasional dalam waktu yang telah ditentukan.
negara dari negara-negara peserta lainnya Pendaftaran ini memiliki akibat hukum yang
sebagaimana perlindungan yang diberikan sama di seluruh negara anggota22.
kepada warga negaranya sendiri. Warga Konvensi tersebut dilengkapi dengan Protokol
negara dari negara bukan peserta Konvensi Madrid (Madrid Protocol) yang memungkinkan
Paris dapat memiliki hak atas national pendaftaran merek secara internasional dengan
treatment di bawah Konvensi Paris apabila dasar permohonan (application) sebagai ganti
berdomisili atau mempunyai pendirian dari pendaftaran (registration), perpanjangan
industri atau komersial yang sebenarnya jangka waktu untuk pemberitahuan penolakan,
dan efektif di suatu negara peserta. kesempatan bagi kantor HKI nasional untuk
b. Konvensi Paris mengatur mengenai right memungut pembayaran (fee) secara individual,
of priority yakni dalam hal paten, merek dan penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa
dan desain industri. Hal ini berarti bahwa resmi kedua untuk pengajuan permohonan.
berdasarkan pendaftaran yang pertama kali Sistem Madrid terdiri dari 2 (dua) traktat
diajukan oleh Negara peserta, pendaftar yang berbeda, yaitu the Madrid Agreement dan
dapat, dalam waktu tertentu (yaitu 12 Madrid Protocol. Berdasarkan Madrid Agreement,
bulan untuk paten; 6 bulan untuk desain warga negara dari negara penandatangan boleh
industri dan merek), mendaftar untuk mengamankan merek terdaftarnya dalam
perlindungan di Negara peserta lainnya salah satu negara asal (country of origin) ke
yang akan dianggap sebagai pendaftaran dalam semua negara peserta Madrid Agreement.
pada hari yang sama saat pendaftaran Adapun berdasarkan Madrid Protocol warga
pertama kali dilakukan. negara dari negara penandatanganan boleh
Paris Convention for the Protection of merasa mendapat perlindungan yang aman
Industrial Property memuat Persetujuan Trade di negara anggota berdasarkan permohonan
Related Aspects of Intellectual Property Rights pendaftaran yang ditunda dalam negara asal.
(Persetujuan TRIPs) yang mengatur norma- Baik Madrid Agreement maupun Madrid Protocol
norma standar yang berlaku secara internasional diadministrasikan oleh Biro Internasional WIPO
tentang Kekayaan Intelektual. Persetujuan yang berlokasi di Jenewa23. Adapun perbedaan
TRIPs memperjelas kedudukan perlindungan keduanya mencakup24:
Kekayaan Intelektual sebagai isu-isu yang Madrid Agreement Madrid Protocol
terkait di bidang perdagangan. Tujuannya Wajib melakukan Permohonan
adalah untuk memberi perlindungan Kekayaan pendaftaran domestik
Intelektual dan prosedur penegakan hak Pendaftaran internasional Pendaftaran internasional
dengan menerapkan tindakan yang menuju tergantung pada dapat ditransformasikan
perdagangan yang sehat. pendaftaran domestik menjadi pendaftaran
untuk waktu lima nasional dengan prioritas
3. The Madrid Agreement Concerning The tahun dengan resiko yang sama.
International Registration of Marks adanya serangan secara
Madrid ini diadakan pertama kali terpusat (central attack)
pada tahun 1891 yang mencerminkan artinya pendaftaran
persetujuan internasional yang bertujuan internasionalnya yang
memberikan sistem perlindungan secara global. langsung dimintakan
pembatalan
Perlindungan diberikan secara sederhana
bahwa pemilik merek terdaftar di suatu negara 22
Op.cit, Rahmi Jened, hal. 54 - 55.
anggota dapat mengajukan pendaftaran secara 23
Ibid.
internasional melalui Persatuan Internasional 24
Ibid, hal 55 – 56.

NOVIANTI: Implikasi Aksesi Protokol Madrid bagi Indonesia 201


Pemberitahuan penolakan Pemberitahuan penolakan persyaratan saksi, otentikasi, sertifikasi dan
harus diberikan dalam pendaftaran dalam jangka persyaratan legalisasi akan diringankan25.
jangka waktu 12 bulan waktu 18 bulan dengan
5. Nice Agreement concerning the
perpanjangan jangka
waktu dalam kasus adanya
International Classification of Goods and
keberatan. Services for the Purposes of the Registration
of Marks (Perjanjian Nice)
Ada biaya yang seragam Ada biaya yang bersifat
individual. Nice Agreement concerning the International
Classification of Goods and Services for the Purposes
Penggunaan bahasa Penggunaan bahasa
of the Registration of Marks atau Perjanjian Nice
Perancis sebagai bahasa Perancis, Inggris dan
resmi dan bahasa Inggris Spanyol. adalah traktat antara berbagai negara yang
sebagai bahasa resmi dikelola oleh WIPO yang mendasari Klasifikasi
kedua. Nice. Perjanjian Nice ditandatangani pada
tanggal 15 Juni 1957 dan berlaku efektif pada
4. Trademark Law Treaty ( TLT )
tanggal 8 April 1961. Perjanjian Nice kemudian
Trademark Law Treaty merupakan suatu
direvisi di Stokholm pada tanggal 14 Juli 1967
perjanjian yang memberi perlindungan
dan di Jenewa pada tanggal 13 Mei 1977 dan
terhadap merek dagang. Merek adalah tanda
diperbaharui pada tanggal 28 September
yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf,
1979. Klasifikasi Nice merupakan sistem
angka-angka, susunan warna, atau kombinasi
klasifikasi internasional yang digunakan untuk
dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya
menggolongkan barang dan jasa untuk tujuan
pembeda dan digunakan dalam kegiatan
pendaftaran merek. Kantor yang berkompeten
perdagangan barang atau jasa. Merek Dagang
pada negara peserta dari Perjanjian Nice
adalah tanda khas yang digunakan individu,
dipersyaratkan untuk memasukkan dokumen
organisasi bisnis atau badan hukum untuk
dan publikasi resmi terkait pendaftaran
mengindentifikasikan produk atau jasa kepada
merek atas nomor kelas dari merek barang
konsumen dan membedakan produk atau jasa
dan jasa terdaftar. Penggunaan Klasifikasi
dari orang-orang lainnya. Fungsi penting dari
Nice oleh kantor merek yang berkompeten
merek dagang yakni untuk secara eksklusif
memiliki keuntungan pengajuan pendaftaran
mengidentifikasi sumber komersial atau asal
merek berdasarkan sistem klasifikasi tunggal.
produk atau layanan, menunjukan sumber atau
Dengan demikian penyusunan permohonan
berfungsi sebagai lambang asal. Adapun yang
dipermudah karena merek dari barang dan jasa
mencakup dalam Trademark Law Treaty ialah:
tersebut akan digolongkan dengan cara yang
a. Jangka waktu pendaftaran awal dan hal
sama di semua negara yang telah mengadopsi
pembaharuan pendaftaran merek dagang
Klasifikasi Nice26.
adalah sepuluh tahun.
Klasifikasi Nice terdiri dari daftar kelas-
b. Layanan tanda diberi perlindungan yang
kelas serta penjelasannya dan daftar barang
sama sebagai merek dagang di bawah
dan jasa secara berurutan, yang terdiri dari
Konvensi Paris.
34 kelas barang dan 11 kelas jasa. Saat ini
c. Salah satu kuasa dapat diserahkan untuk
terdapat sekitar 150 kantor merek di seluruh
setiap Negara pemohon dan anggota tidak
dunia yang menerapkan Klasifikasi Nice.
mungkin meminta tanda tangan pada
Jumlah ini meliputi negara peserta maupun
kekuasaan akan disahkan atau dilegalisasi.
negara non-peserta Perjanjian Nice. Selain
d. Prosedur dokumentasi rumit, seperti
pengajuan kekuasaan beberapa pengacara, 25 Summary of the Trademark Law Treaty (TLT), http://
sertifikat pendirian atau status perusahaan, www.wipo.int/treaties/en/ip/tlt/summary_tlt.html, diakses
tanggal 20 Juli 2016.
kamar dagang sertifikat, sertifikat baik, 26 Lihat WIPO, Frequently Asked Questions, http://www.
wipo.int/classifications/nice/en/about_the_ncl/faq.html,
diakses tanggal 20 Juli 2016.

202 NEGARA HUKUM: Vol. 7, No. 2, November 2016


itu, terdapat empat organisasi regional yang lain. Indonesia belum meratifikasi Perjanjian
juga menggunakan Klasifikasi Nice, yaitu Nice namun dikelompokkan sebagai negara
the African Intellectual Property Organization pengguna Klasifikasi Nice. Adapun yang
(OAPI), the African Regional Intellectual Property menjadi dasar penggunaan klasifikasi Nice
Organization (ARIPO), the Benelux Organisation dalam proses pendaftaran merek di Indonesia
for Intellectual Property (BOIP) dan the European adalah Keppres Nomor 17 Tahun 1997 tentang
Union Office for Harmonization in the Internal Pengesahan Trademark Law Treaty, yang
Market (Trade Marks and Designs) (OHIM). mengatur harmonisasi dalam proses pendaftaran
Biro Internasional WIPO juga menerapkan merek bagi negara-negara anggotanya, salah
Klasifikasi Nice dalam kerangka Sistem Madrid satunya dalam Pasal 9 ayat (1) Trademark Law
untuk pendaftaran merek secara internasional. Treaty menyebutkan:
Berdasarkan data yang dikeluarkan WIPO, “Each registration and any publication effected
hingga tanggal 15 Januari 2011, terdapat 83 by an Office which concerns an application or
negara peserta Perjanjian Nice, Indonesia tidak registration and which indicates goods and/or
termasuk ke dalam negara peserta Perjanjian services shall indicate the goods and/or services
Nice27. by their names, grouped according to the classes
of the Nice Classification, and each group shall
III. PEMBAHASAN be preceded by the number of the class of that
A. Implikasi Aksesi Protokol Madrid Classification to which that group of goods or
Sebagai negara yang terlibat dalam services belongs and shall be presented in the order
perdagangan dunia, Indonesia mulai of the classes of the said Classification.”
mempertimbangkan untuk melakukan aksesi Pengesahkan Trademark Law Treaty
terhadap Protokol Madrid. Adapun konsep tersebut sebagai hasil persidangan dan diterima
dasar Protokol Madrid adalah satu aplikasi oleh negara-negara Anggota World Intellectual
merek untuk mendapatkan perlindungan Property Organization di Jenewa, Swiss pada
hukum di banyak negara. Dalam bukunya tanggal 28 Oktober 1995.
Intellectual Property fo Business Serries Number Selain itu, komitmen Indonesia di bidang
1, WIPO menguraikan implikasi penggunaan HKI khususnya terhadap berbagai perjanjian
sistem Madrid, yaitu pemilik merek dapat internasional dalam skala bilateral maupun
mendaftarkan mereknya di semua negara yang regional dilakukan dalam rangka mendukung
merupakan anggota dari sistem Madrid tersebut program Pemerintah dalam membangun
dengan cara melakukan pendaftaran tunggal merek global atas produk lokal Indonesia,
internasional, pendaftaran dalam satu bahasa, khususnya dalam mengembangkan Usaha
dan pemenuhan sejumlah biaya dan batas Kecil dan Menengah agar mampu bersaing di
waktu yang telah ditentukan28. pasar global, diperlukan sistem pendaftaran
Keikutsertaan Indonesia sebagai anggota merek secara internasional yang efektif dan
WIPO (World Intellectual Property Organization) efisien. Komitmen Indonesia untuk mengaksesi
mengharuskan Indonesia menyesuaikan segala Protokol Madrid didasarkan pada: - Asean
peraturan perundangan di bidang HKI dengan Framework Agreement on Intellectual Property
beberapa konvensi internasional terkait Cooperation (Bangkok, 15 Desember 1995) yang
perlindungan merek seperti, Konvensi Paris, kemudian menghasilkan Rencana Aksi HKI
Perjanjian TRIPS, Nice Agreement dan lain- ASEAN 2004-2010 (Vientiane), dan Rencana
Aksi HKI ASEAN 2011-2015.
27
Ibid.
28
Worls Intellectual Property Organization, Intellectual Kedua Rencana Aksi tersebut menyepakati
Property for Business Series Number 1 Membuat Sebuah beberapa hal, diantaranya untuk mengaksesi
Merek Pengantar Merek Untuk Usaha Kecil dan Menengah, Protokol Madrid. Melalui kesepakatan yang telah
diterbitkan dan diterjemahkan oleh Kamar Dagang dan
dilakukan Indonesia dengan Japan Economic
Industri Indonesia, Tahun 2008, hal. 14.

NOVIANTI: Implikasi Aksesi Protokol Madrid bagi Indonesia 203


Partnership Agreement yang ditandatangani pada Selanjutnya dalam memasukkan ketentuan
tanggal 20 Agustus 2007 menyepakati bahwa perjanjian internasional atau Protokol Madrid
kedua belah pihak sepakat untuk melakukan ke dalam hukum nasional sesuai dengan
langkah-langkah bagi aksesi beberapa traktat/ sistem adopsi khusus, yakni dimana harus
perjanjian internasional di bidang HKI, di ada persetujuan dahulu oleh parlemen untuk
antaranya untuk mengaksesi Protokol Madrid. menyatakan keterikatan terhadap perjanjian
Selain itu, kesepakatan ASEAN dengan Australia internasional tersebut. Oleh karena itu
New Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA) implikasi terhadap aksesi Protokol Madrid
yang ditandatangani pada 27 Februari 2009 di harus dilakukan dengan merevisi UU Merek.
Thailand dan berlaku sejak 1 Januari 2010 juga Terkait dengan implikasi aksesi Protokol
telah menetapkan komitmen dan kewajiban kedua Madrid, terdapat beberapa ketentuan dalam
belah pihak dalam berbagai bidang perdagangan, UU tentang Merek yang harus dilakukan revisi
termasuk untuk mengaksesi Protokol Madrid. diantaranya adalah sebagai berikut:
Terkait dengan sistem pendaftaran merek 1. Perlunya Revisi Undang-Undang (UU)
internasional, The Nice Agreement Concerning tentang Merek
The International Classification of Good and Implikasi aksesi Protokol Madrid di
Services for The Purposes of The Registrastion of antaranya adalah perlunya revisi Undang-
Marks, lebih dikenal sebagai Nice Agreement Undang (UU) tentang Merek yakni sebagai
telah mengatur tentang persyaratan prosedural berikut:
dan substantif untuk menyusun sebuah kerangka a. Permohonan Pendaftaran Merek
sistem pendaftaran merek internasional yang Internasional
berdasarkan klasifikasi barang dan jasa secara Sehubungan dengan rencana pemerintah
internasional. Dengan dasar Nice Agreement Indonesia untuk melakukan aksesi terhadap
ini dibangun sebuah system pendaftaran merek Protokol Madrid, maka permohonan
sebagai jantung dari perlindungan merek pendaftaran Merek di Indonesia juga sebaiknya
konvensional di seluruh dunia. Nice Agreement dapat diantisipasi dimana pemohon merek
ini telah menjadi pedoman bagi perlindungan dapat mengajukan permohonan pendaftaran
merek di Indonesia. Walaupun Indonesia tidak merek ke negara-negara lain peserta Protokol
meratifikasi Perjanjian Nice, namun Indonesia Madrid sehingga revisi terhadap UU No. 15
turut mengadopsi ketentuan mengenai Tahun 2001 harus mencakup ketentuan-
klasifikasi barang dan jasa yang terdapat dalam ketentuan mengenai permohonan pendaftaran
Perjanjian Nice atau Klasifikasi Nice. Dalam Merek internasional menggunakan Protokol
menentukan kualifikasi barang dan/atau jasa Madrid. Dalam RUU Merek perlu ditambahkan
sejenis, Indonesia melakukan penundukan ketentuan mengenai ”Permohonan Pendaftaran
secara diam-diam terhadap Perjanjian Nice Merek Internasional”, yaitu mengenai: 1) jenis
dan menerapkan ketentuan-ketentuan yang permohonan yang terdiri dari permohonan
diatur dalam perjanjian tersebut. Penggunaan yang berasal dari Indonesia ditujukan ke Biro
perjanjian tersebut bukan hanya dalam Internasional melalui Menteri dan permohonan
menentukan klasifikasi barang atau jasa pada yang ditujukan ke Indonesia sebagai salah satu
administrasi pendaftaran saja, tetapi juga dalam Negara tujuan yang diterima oleh Menteri
menentukan kualifikasi barang atau jasa sejenis. dari Biro Internasional. Selain itu juga perlu
Secara administratif, ketentuan Perjanjian pengaturan terkait dengan persyaratan
Nice juga digunakan dalam proses pedaftaran permohonan.
merek pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan b. Ketentuan mengenai Pendaftaran Merek
Intelektual. Hal ini dapat dilihat dari klasifikasi Internasional
barang dan jasa yang digunakan dalam sistem Undang-Undang yang berlaku sekarang
pendaftaran merek. yaitu Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001

204 NEGARA HUKUM: Vol. 7, No. 2, November 2016


tentang Merek (UU Merek) belum mengatur adanya rencana Indonesia untuk melakukan
mengenai pendaftaran merek internasional aksesi terhadap Protokol Madrid dapat
melalui sistem Protokol Madrid. Dalam sistemberimplikasi dalam memberikan kemudahan
Protokol Madrid perlu diketahui mengenai pelayanan bagi publik baik bagi pemilik merek
jangka waktu proses pengajuan permohonan maupun pengusaha untuk mendaftarkan
dimana diatur mengenai batas waktu Merek di Indonesia maupun ke luar negeri
pemberitahuan penolakan kepada Internationalatau sebaliknya; dan juga diharapkan makin
Bureau WIPO adalah sekitar 12 bulan sampai meningkatkan pendaftaran Merek dari luar
dengan 18 bulan (dapat dilihat pada Guide tonegeri yang berarti akan meningkatkan
the International Registration of Marks Published
pemasukan negara dan semakin tingginya
by WIPO page No B.III.22). Revisi terhadap reputasi negara dalam pergaulan internasional.
UU No. 15 Tahun 2001 harus mengantisipasi Pencantuman mengenai ketentuan
pengaturan pendaftaran secara internasional pendaftaran merek secara internasional penting
melalui ratifikasi terhadap Protokol Madrid.diatur di dalam undang undang merek mengingat
Pendaftaran internasional ini juga diharapkan
pengaturan tersebut akan memberikan jaminan
makin meningkatkan pendaftaran Merek dari serta kepastian hukum bagi para pemilik merek.
luar negeri yang berarti akan meningkatkan Untuk itu, revisi UU No. 15 Tahun 2001
pemasukan negara dan makin tingginya tentang Merek perlu segera dilakukan dengan
reputasi negara dalam pergaulan internasional
memasukkan ketentuan mengenai pendaftaran
sesuai dengan tujuan Protokol Madrid adalah merek secara internasional. Harmonisasi
membantu pemohon yang akan mendaftarkan hukum nasional dengan hukum internasional
mereknya di beberapa negara anggota secara dalam bidang HKI, khususnya merek seperti
lebih mudah, lebih murah dan lebih cepat Konvensi Paris, Nice Agreement dan Protokol
karena cukup hanya dengan satu permohonan Madrid merupakan suatu keharusan.
saja. Dengan demikian, untuk menyesuaikan
Berikut ini adalah data statistik dari Ditjen
dengan ketentuan ini, maka prosedur
Hak Kekayaan Intelektual berdasarkan asal pendaftaran merek yang sekarang berlaku harus
permohonan sebagai berikut: diperbaiki mengingat sistem pendaftaran merek
Asal Tahun Tahun Tahun
dalam UU Merek adalah setelah permohonan
Permohonan 2009 2010 2011 masuk dan dilakukan pemeriksaan kelengkapan
persyaratan pendaftaran merek (Pasal 13 UU
Asing 5018 4525 2543
Merek) selanjutnya dalam waktu 30 hari akan
Domestik 37759 43269 50633
dilakukan pemeriksaan substantif yang dalam
Sumber: www.dgip.go.id waktu paling lama 9 bulan (Pasal 18 UU
Tabel di atas menunjukkan asal Merek) untuk kemudian hasil pemeriksaan
permohonan merek baik dari pemohon asing tersebut diumumkan dalam berita resmi merek
maupun domestik. Permohonan asal domestik (3 bulan). Jika dilihat dari ketentuan UU
mengalami peningkatan dari tahun 2009 tersebut, dalam jangka waktu kurang dari 12
sampai tahun 2011; Tahun 2009 permohonan bulan seharusnya pemilik merek sudah dapat
asal domestik hanya 37759 permohonan dan mengetahui apakah mereknya dapat didaftar
mengalami peningkatan pada tahun 2010 atau ditolak. Namun kenyataannya pemilik
yakni 43269 permohonan dan pada tahun 2011 merek rata-rata baru dapat mengetahui apakah
sebanyak 50633. Sedangkan asal permohonan mereknya dapat didaftar atau ditolak setelah
dari pihak asing mengalami penurunan yakni lebih dari 12 bulan. Oleh karena itu, pada
pada tahun 2009 sebanyak 5018 permohonan Rancangan Undang-Undang tentang Merek
dan pada tahun 2011 mengalami penurunan (RUU Merek) yang ada diusulkan perubahan
yakni hanya 2543 permohonan. Dengan jangka waktu terhadap permohonan masuk

NOVIANTI: Implikasi Aksesi Protokol Madrid bagi Indonesia 205


(setelah dilakukan pemeriksaan kelengkapan pemilik merek hendak mendaftarkan merek di
persyaratan pendaftaran merek) akan negara lain harus mendaftarkan langsung ke
dilakukan Pengumuman dalam Berita Resmi negara yang dituju tersebut. Hal ini tentunya
Merek (Pengumuman berlangsung selama 5 akan merepotkan dan mengeluarkan biaya yang
bulan) baru kemudian setelah itu dilakukan tidak sedikit. Oleh karena itu, dengan sistem
pemeriksaan substantif merek dalam waktu Protokol Madrid pendaftaran yang berliku
paling lama 6 bulan dan mahal tersebut dibuat lebih sederhana.
c. Unsur atau Jenis Merek Baru Pemilik merek yang hendak mendaftarkan
(Nontraditional Marks) merek miliknya, cukup menunjuk negara
UU Merek belum mengakomodasi unsur tujuan lain dimana merek tersebut hendak
atau jenis merek baru atau yang disebut dengan didaftarkan (designated country) dan selanjutnya
nontraditional marks (dalam Pasal 1 angka (1) mengajukan permohonan pendaftaran merek
UU Merek hanya dikenal merek yang berupa internasional ke International Bureau-nya
gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, WIPO melalui Kantor HKI di negara asalnya
susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur (Country of Origin). Permohonan dengan sistem
tersebut). Beberapa negara telah mengenal Protokol Madrid akan menggunakan 3 (tiga)
perlindungan terhadap nontraditional marks pilihan bahasa yaitu Inggris, Perancis atau
tersebut. Nontraditional marks meliputi merek- Spanyol. Oleh karena itu, kemampuan bahasa
merek selain yang telah dikenal sebelumnya, asing (terutama ketiga bahasa yang digunakan
yaitu Appearance (Penampilan/kemasan), dalam pendaftaran dengan sistem protokol
Motion (termasuk gambar bergerak, hologram madrid) bagi sumberdaya manusia yang akan
dan gerakan), Shape (termasuk gambar 3 berhubungan langsung juga harus dipersiapkan.
dimensi), Sound (suara seperti jingle atau
potongan musik atau jenis lainnya), Scent (bau- B. Keuntungan dan Kerugian Aksesi
bauan), Taste (rasa) dan Touch (sentuhan). Dari terhadap Protokol Madrid
beberapa jenis nontraditional marks tersebut, Indonesia selaku negara yang terlibat dalam
beberapa perlu segera dimasukkan dalam revisi perdagangan dunia mulai mempertimbangkan
UU Merek (mengingat bentuk atau unsur untuk melakukan aksesi terhadap Protokol
merek tersebut sudah mulai dikenal secara Madrid. Hal ini tampak pada maraknya
luas sebagai bagian dari merek) yaitu gambar pembahasan mengenai Protokol Madrid
3 dimensi, hologram, kemasan atau packaging melalui seminar-seminar atau pembahasan
suatu produk, jingle atau potongan musik. yang dilakukan di lingkungan Direktorat
Hak Kekayaan Intelektual. Pembahasan-
2. Peningkatan Kemampuan SDM pembahasan yang cukup serius ini ternyata
Selain ketentuan-ketentuan dalam RUU membuahkan hasil, yakni dipersiapkannya
Merek ada juga beberapa hal yang perlu Revisi Undang-Undang Merek yang dapat
mendapat perhatian dan harus dilakukan mengakomodasi seandainya Indonesia
adalah peningkatan kemampuan sumberdaya melakukan aksesi terhadap Protokol tersebut.
manusia terutama yang berkenaan langsung Konsep dasar yang ditawarkan oleh Protokol
dengan pendaftaran internasional melalui Madrid adalah satu aplikasi merek untuk
sistem Protokol Madrid. Beberapa catatan yang mendapatkan perlindungan hukum di banyak
perlu diketahui dalam pendaftaran internasional negara. Sekedar ilustrasi seorang pemilik merek
dengan sistem Protokol Madrid ini adalah bahwa dagang di Indonesia apabila ingin mendaftarkan
sistem ini bertujuan untuk menyederhanakan mereknya di banyak negara maka cukup
pendaftaran merek bagi para pemohon yang mengajukan permohonan ke Direktorat Merek
hendak mendaftarkan merek miliknya ke Ditjen Hak Kekayaan Intelektual Kementerian
beberapa negara lain hanya dengan satu aplikasi, Hukum dan HAM tidak perlu datang ke masing
satu bahasa dan satu mata uang. Sebelumnya,

206 NEGARA HUKUM: Vol. 7, No. 2, November 2016


masing negara yang dituju. Namun, apabila perubahan (mutasi) terhadap merek internasional
Indonesia tidak meratifikasi Protokol Madrid terdaftar. Selain itu, pendaftaran merek
maka pemilik merek dari dalam negeri mau tidak internasional melalui sistem Protokol Madrid
mau harus mendaftarkan mereknya di setiap sangat menghemat waktu, proses sederhana dan
negara. Hal inilah yang dirasakan sangat sulit bagi jauh lebih murah dibandingkan jika pemohon/
sebagian besar kalangan terutama pemilik merek pemilik merek mengajukan permohonan
karena cara ini tentunya akan merepotkan, tidak pendaftaran merek secara langsung ke masing-
efisien serta dapat menimbulkan biaya yang masing negara tujuan. Sebaliknya, pendaftaran
cukup mahal. merek melalui jalur nasional pemilik merek dapat
Berikut tabel International Registration of melindungi mereknya di luar negeri dengan
Marks per Negara dan Secara Internasiona29: melakukan pedaftaran langsung di kantor merek
JALUR NASIONAL JALUR PROTOKOL
pada setiap negara yang dituju. Dalam hal ini
MADRID pemilik merek harus menyiapkan dokumen dan
administrasi yang terpisah untuk masing-masing
Permohonan dilakukan Permohonan dilakukan
pada banyak Kantor melalui hanya satu negara tujuan.
Merek di setiap negara Kantor Merek Terkait dengan aksesi terhadap Protokol
tujuan Madrid, sebelum melakukan aksesi, negara
Banyak formulir Satu formulir perlu memperhatikan dan mempertimbangkan
permohonan permohonan beberapa hal yang penting terkait dengan
Menggunakan banyak Satu bahasa (Inggris,
kedaulatan negara yakni materi yang akan
bahasa (yang berlaku Perancis, atau Spanyol) diatur dalam perjanjian tersebut harus berkaitan
pada negara tujuan) dengan kepentingan nasional negara tersebut
Menggunakan banyak Satu mata uang (CHF/ dan konsekuensi hukum yang terlahir dari
mata uang Swiss Frank) perjanjian tersebut harus sudah mampu untuk
dilaksanakan oleh negara tersebut. Sampai
Memerlukan banyak Satu pendaftaran
pendaftaran internasional saat ini Indonesia belum melakukan aksesi
terhadap Protokol Madrid dan baru pada tahap
Memerlukan banyak Satu proses perpanjangan,
proses dalam mengajukan atau satu proses
mempertimbangkan untuk melakukan aksesi
perpanjangan dan pencatatan mutasi untuk terhadap protokol tersebut. Kondisi yang sama
pencatatan mutasi semua negara tujuan juga terjadi pada beberapa negara berkembang
Memerlukan konsultan Konsultan merek asing lainnya yang memiliki karakteristik yang sama
merek asing untuk diperlukan dalam kasus dengan Indonesia, seperti Malaysia, Philipina,
pendaftaran tertentu misalnya: Thailand dan Pakistan. Ini berbeda dengan
penolakan reaksi negara maju yang segera meratifikasi
Protokol Madrid karena dapat dipastikan
Dengan demikian, implikasi dari sistem
keuntungan atas ratifikasi protokol tersebut
pendaftaran merek internasional melalui jalur
lebih besar. Sebelum menjelaskan keuntungan
Protokol Madrid sebagaimana terdapat dalam
dan kerugian aksesi terhadap Protokol tersebut,
tabel diatas yakni memberikan fasilitas kemudahan
perlu melihat pada negara-negara lain yang
dengan cara: satu permohonan untuk beberapa
telah maupun belum meratifikasi Protokol ini.
negara tujuan sekaligus, satu pilihan bahasa
Sebagaimana yang dilakukan oleh Malaysia
(misalnya bahasa Inggris), satu mata uang untuk
yang hingga saat ini masih dalam status ‘wait
pembayaran (CHF - Swiss Franc), dan prosedur
and see’. seperti yang dikatakan oleh Malaysia
tunggal untuk melakukan perpanjangan dan
dalam pertemuan APAA 200430:
29
Hasil FGD dengan pejabat Direktorat Jenderal Hak “Malaysia is not a member of the Madrid Protocol
Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak
and does not have any plans to adopt the Madrid
Azazi Manusia, di Pusat Penelitian, Badan Keahlian
Dewan, tanggal 14 Maret 2015. 30
Lihat APAA News No.31, July, 2004, hal.67.

NOVIANTI: Implikasi Aksesi Protokol Madrid bagi Indonesia 207


Protocol in the near future. Local companies will foreign trademark applications in the US. The foreign
not able to file a US trademark application through applicants in member countries of Madrid Protocol
the Madrid Protocol unless they can establish had filed about 58% of trademark application from
that they have a real and effective industrial or all foreign countries in Korea and the US applicants
commercial establishment or are domiciled or are filed about 32% of them. Therefore, after Korea’s
a national of any of the member countries. In any accession to the Madrid Protocol a large number
event, we do not foresee any significant changes of applications from both of domestic and foreign
following the US accession to the Madrid Protocol sides were expected to be considerably decreased.
as the US is not a major country where products of However, approximately only 10% has decreased
Malaysian origin and bearing Malaysian owners’ until now. Nevertheless, after November 2, 2003,
trade marks are exported. Receiving new cases we expect a greater applications decrease.
from US clients or trade marks agents will not be
Dengan demikian harmonisasi sistem
available to Malaysian trade mark agents via the
pendaftaran merek memiliki dampak atau
Madrid International Filing system as Malaysia is
not a member of the Protocol.” implikasi terhadap negara-negara anggotanya
seperti Jepang. Amerika, dan Korea, dimana salah
Begitu juga di Pakistan dimana para praktisi satu implikasinya jumlah penerima permohonan
HKI berani menentang pengratifikasian Madrid merek dagang melalui rute nasional dari negara-
Protocol: negara anggota Protokol Madrid lainnya menurun
“…Government of Pakistan has still not decided drastis. Adapun bagi Indonesia keuntungan dan
signing the said Protocol, as there is certain kind kerugian apabila melakukan aksesi Protokol
of pressure domestically as the practitioners Madrid yakni sebagai berikut:
community firmly believes that this would greatly Keuntungan aksesi Protokol Madrid bagi
effect the economic and revenue activities of the Indonesia, pertama: Madrid System menganut
local attorneys…” prinsip first to file, sehingga semakin cepat
Lihat juga New Zealand: “…The ministry of melakukan aksesi akan semakin baik. Karena
Economic Development is conducting preliminary akan memberikan peluang lebih besar
research into the benefits of New Zealand acceding sebagai pendaftar pertama, sehingga semakin
to the Protocol.” besar kemungkinan untuk mendapatkan
Selain itu, harmonisasi sistem pendaftaran perlindungan dan keuntungan ekonomi dari
merek tentunya memiliki efek maupun dampak merek. Penundaan lebih lama keikutsertaan
bagi negara-negara anggotanya, seperti Jepang dalam sistem ini berpotensi kehilangan
yang telah menjadi anggota Protokol Madrid kesempatan sebagai pendaftar pertama, karena
pada tanggal 14 Maret 2000, Amerika, dan kemungkinan sudah didaftarkan oleh pemilik
Korea. Sebagaimana digambarkan di bawah merek dari negara lain.
ini31: Kedua: Aksesi terhadap Protokol Madrid
merupakan bentuk dukungan Indonesia
Jepang: “Japan became a member of the Madrid
Protocol on March 14, 2000. Since then, the number terhadap perdagangan internasional yakni
of receiving trademark application through the dengan cara memberikan fasilitas berupa
national route from other Madrid Protocol member jaminan perlindungan terhadap pemegang
countries has drastically  decreased.” Amerika: hak merek dari berbagai negara pihak dalam
“The same phenomena will occur regarding the Madrid System dalam melaksanakan haknya
number of receiving trademark applications through di wilayah Indonesia. Jaminan tersebut akan
the national route from the United States when the menghilangkan kekhawatiran para pemegang
Protocol has been implemented there.” Korea: “The merek terhadap pembajakan dan penyebar
domestic applicants in Korea had filed about 58% luasan secara bebas atas mereknya, sehingga
of foreign trademark applications in the member para pemegang merek dari Indonesia maupun
countries of Madrid Protocol and about 15% of negara lain tidak akan ragu untuk melakukan
31
Ibid perdagangan di Indonesia.

208 NEGARA HUKUM: Vol. 7, No. 2, November 2016


Ketiga, Ketentuan yang ada dalam Protokol tanggal efektif dari pendaftaran internasional,
Madrid dapat memberikan kemudahan bagi keberlakuan dan cakupan dari pendaftaran di
investor asing karena dengan Madrid System, negara lain akan tergantung pada nasib dari
prosedur pendaftaran merek bagi investor permohonan atau pendaftaran di negara asal.
akan lebih mudah, selain dari segi biaya akan misalnya saja ada pembatasan, penolakan
lebih murah. Sebab dalam sistem ini, pendaftar final atau abandonment di negara asal, atau
merek asing akan mendaftarkan mereknya ke pembatalan, pencabutan pada negara asal
suatu negara melalui World Intellectual Property dalam jangka waktu 5 tahun, maka akan
Organization (WIPO), yang kemudian akan memiliki efek yang sama pada pendaftaran
meneruskan pendaftaran kepada lembaga internasional dan pada pendaftaran di negara-
pendaftaran merek di masing-masing negara negara anggota Protokol Madrid, termasuk
tujuan. juga untuk abandonment, pembatalan atau
Sedangkan kerugian terhadap aksesi Protokol semacamnya pada pendaftaran nasional
Madrid, pertama: Ketidaksiapan Indonesia dalam yang terjadi sesudah masa 5 tahun dimana
persaingan akan berdampak pada perekonomian proses terjadi selama periode 5 tahun. Konsep
negara. Karena berbagai konsekuensi yang harus ketergantungan ini sering menjadi central attack
dihadapi atas keikutsertaan dalam Madrid System (dimana muncul peran dari pihak ketiga).
yakni baik dari masyarakat, pihak pemilik merek Pendaftaran baru bebas dari masalah ini apabila
maupun dari pemerintah. Selain itu, registrasinya telah melewati masa 5 tahun. Namun diberikan
bukan “pendaftaran” sejati, melainkan cuma kesempatan untuk melakukan transformasi
kumpulan permohonan yang baru diakui di masing- dimana diizinkan untuk mentransformasi
masing kantor Merek negara yang dituju. Apabila pendaftaran internasional menjadi pengajuan
ada penolakan kantor Merek di beberapa negara, permohonan individual yang harus diajukan
maka penanganannya harus simultan, sehingga dalam jangka waktu 3 bulan dari pembatalan
perlu biaya besar. Pendaftaran elektronik juga atas pendaftaran internasional. Tentunya
belum merata di semua negara, sehingga terdapat dengan sistem ketergantungan ini maka akan
keterbatasan waktu untuk memberikan tanggapan merugikan pemilik merek, apabila pendaftaran
di setiap negara. merek di negara asal mengalami hambatan
Kedua: dengan aksesi Protokol Madrid, karena berdampak pada negara-negara lainnya.
maka ketentuan dalam Undang-Undang
Merek yang menyatakan bahwa semua IV. PENUTUP
pendaftaran HKI harus melalui Konsultan A. Kesimpulan
HKI akan dikesampingkan. Pendaftaran Keikutsertaan Indonesia dalam registration
melalui Protokol Madrid dilakukan langsung of marks Madrid System melalui aksesi Protokol
ke Kantor Merek melalui International Beureu Madrid berimplikasi terhadap beberapa hal
(IB), sehingga Konsultan HKI akan kehilangan yakni penyesuaian peraturan di bidang merek
pendapatan melalui pendaftaran. Permohonan yang dilakukan melalui revisi Undang-Undang
pendaftaran merek ke beberapa negara tujuan Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek khususnya
hanya melalui satu pintu yakni negara asal dan terkait pendaftaran merek internasional. Selain
otoritas merek di negara asal akan meneruskan itu, juga berimplikasi terhadap peningkatan
aplikasi pendaftaran ke negara-negara tujuan. kemampuan sumberdaya manusia terutama
Pemohon tidak perlu lagi berhubungan dengan yang berkenaan langsung dengan pendaftaran
beberapa konsultan atau agen yang mengurus internasional melalui sistem Protokol Madrid,
permohonan di negara lain. seperti penguasaan bahasa, dan lain-lain.
Ketiga: Protokol Madrid memiliki prinsip Pendaftaran merek secara internasional
ketergantungan pada pendaftaran di negara melalui Protokol Madrid memiliki keuntungan
asal. Untuk 5 tahun pertama mengikuti pada dan kerugian. Untuk itu pemerintah diharapkan

NOVIANTI: Implikasi Aksesi Protokol Madrid bagi Indonesia 209


bijak dalam mengambil keputusan untuk Jened Rahmi, Hukum Merek (Trade Mark Law)
mengaksesi atau tidak mengaksesi Protokol Dalam Era Global & Integrasi Ekonomi,
Madrid. Pertimbangan berbagai kepentingan Penerbit: Pranamedia Group, 2015.
bangsa mesti berada di atas segala-galanya Juwana, Hikmahanto, “The Obligation to Ensure
sehingga aksesi tersebut akan memberikan the Conformity of International Treaties
keuntungan yang besar bagi bangsa Indonesia with the Constitution”, Jurnal Hukum
ke depan. Aksesi terhadap Protokol Madrid Internasional, Vol. 8 No. 3 Tahun 2011,
hendaknya dapat menjamin para pemilik merek/ Jakarta: Fakultas Hukum Universitas
pengusaha domestik untuk perlindungan merek Indonesia.
produk mereka di pasar global.
Syafrinaldi, Perlindungan Merek Terkenal di
B. Saran Indonesia di Era Globalisasi, Jurnal Hukum
Pemerintah perlu melibatkan partisipasi Bisnis, Vol. 28 No.2, Tahun 2009.
publik melalu diskusi, seminar dan pertemuan- Parthiana, I. Wayan, Hukum Perjanjian
pertemuan dalam hal memberlakukan Protokol Internasional, Bagian I, Penerbit: Mandar
Madrid. Selain itu, banyak hal baik dari aspek Maju, Bandung, 2002.
ekonomi, politik, maupun sosial budaya harus
Utami Mas Bakar, Dian, Pengujian Konstitusional
dipersiapkan secara matang dalam rangka
Undang-Undang Pengesahan Perjanjian
aksesi Protokol Madrid tersebut.
Internasional, Jurnal Yuridika: Vol. 29 No.
3, September-Desember 2014., hal. 284.
DAFTAR PUSTAKA Rezki Sri Astarini, Dwi, Penghapusan Merek
Terdaftar, Alumni, Bandung, 2009.
Reichmann, JH, “Universal Minimum Standart
Buku of Intelectual Property Protection under the
A.K, Syahmin, Hukum Dagang Internasional, TRIPS Component of WTO Agreement”,
PT. Raja Gravindo Persada, Jakarta, 2006. International Law Journal, 1995.
Afidatussolihat, Pengujian Undang-Undang World Intellectual Property Organization,
Ratifikasi Perjanjian ASEAN Charter Oleh Intellectual Property for Business Series
Mahkamah Konstitusi, Jurnal Cita Hukum, Number 1 Membuat Sebuah Merek Pengantar
Vol. I No. 1 Juni 2014. Merek Untuk Usaha Kecil dan Menengah,
Dorr Kirsten Shamelenbach, Oliver,“Vienna diterbitkan dan diterjemahkan oleh Kamar
Convention on the Law of Treaties: A Dagang dan Industri Indonesia, Tahun
Commentary” Jerman Springer, 2012. 2008.
Djumhana, Muhamad dan Djubaedillah,
Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori, dan Peraturan Perundang-Undangan
Praktiknya di Indonesia, Penerbit: Citra Indonesia, Undang-Undang Nomor 15 Tahun
Aditya Bakti, Bandung 2014. 2001 tentang Merek, Lembaran Negara
No. 110, Tambahan Lembaran Negara No.
Irna Nurhayati, Irna dan Agustina Merdekawati,
4131.
Relevansi Keikutsertaan Indonesia Dalam
Registration Of Marks Madrid System Melalui __________, Undang-Undang Nomor
Ratifikasi Madrid Protocol Terhadap Peningkatan 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian
Daya Saing Bangsa Indonesia Di Bidang Internasional Lembaran Negara No. 185,
Perdagangan Internasional, Jurnal Mimbar Tambahan Lembaran Negara No. 4012.
Hukum Volume 20, No. 3, Oktober 2008. Keputusan Presiden No. 17 Tahun 1997 tentang
Pengesahan Trademark Law Treaty.

210 NEGARA HUKUM: Vol. 7, No. 2, November 2016


Internet WIPO, Frequently Asked Questions, http://www.
Protokol Madrid Dalam Pembahasan DPR, wipo.int/classifications/nice/en/about_the_ncl/
http://www.dpr.go.id/dokakd/dokumen/ faq.html, diakses tanggal 20 Juli 2016.
PANSUS-32 3f795af72fc77183a8438e1f1e Summary of the Trademark Law Treaty (TLT),
4adadc.pdf, diakses tanggal 2 Juli 2016. http://www.wipo.int/treaties/en/ip/tlt/
Kesiapan Indonesia Bergabung ke Madrid summary_tlt.html, diakses tanggal 20 Juli
Protokol, http://www.kk-advocates.com/ 2016.
site/wipo-lihat-kesiapan-indonesia-gabung-
ke-madrid-protokol/, diakses tanggal 10
Juli 2016.
Konsultan HKI Lokal VS Asing Siapa Takut,
http://www.hukumonline.com/berita/baca/
lt5264f8224f1cf/konsultan-hki-lokal-ivs-i-
asing--siapa-takut, diakses tanggal 10 Juli
2016.

NOVIANTI: Implikasi Aksesi Protokol Madrid bagi Indonesia 211

You might also like