You are on page 1of 23

KAS & SETARA KAS

BAB 12 Kas dan Setara Kas

1.1 Definisi Kas & Setara Kas


 Menurut (SAK 1994)
Alat pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan untuk
membiayai kegiatan umum perusahaan.
 Menurut PSAK No.2 hal. 2.2 dan 2.3 (IAI:2002)
 Kas terdiri dari Saldo Kas (Cash On Hand) dan Rekening Giro
 Setara Kas (Cash Equivalent) adalah à investasi yang sifatnya
sangat likuid, berjangka pendek dan yang dengan cepat dapat
dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko
perubahan nilai yang signifikan.

1.2 Sifat Kas


1) Harta lancar perusahaan yang sangat menarik dan mudah untuk
diselewengkan.
2) Banyak transaksi perusahaan yang menyangkut penerimaan dan
pengeluaran kas.

1.3 Macam – Macam Kas & Setara Kas


Macam- macam kas:
a) Kas kecil (Petty Cash)
b) Saldo Rekening Giro di Bank
c) Bon sementara (IOU)
d) Bon Kas Kecil yang belum diReimbursed
e) Check Tunai yang akan didepositokan
Macam-macam setara kas:
 Deposito Berjangka
 Sertifikat Deposito
 Sertifikat Bank Indonesia
 Comercial Paper
 Sekuritas Utang Pemerintah

Auditing II 1
KAS & SETARA KAS

1.4 Beberapa Hal yang Tidak Dapat digolongkan sebagai Kas&Setara


Kas
Yang bukan kas:
1) Deposito Berjangka (Time Deposit) yang jatuh tempo lebih dari 3 bulan
2) Check mundur dan check kosong
3) Dana yang disisihkan untuk tujuan tertentu (sinking fund)
4) Rekening giro yang tidak dapat segera digunakan baik didalam maupun
diluar negeri.
Yang bukan Setara Kas:
1) Investasi dalam bentuk saham (saham preferen yang dibeli dan akan
segera jatuh tempo serta tanggal penebusan/redemption date telah
ditentukan
2) Surat utang pemerintah yang dibeli 3thn lalu tidak dapat jadi setara kas
selama 3 bulan menjelang jatuh tempo
3) Marketable sekurities

1.5 Persyaratan Setara Kas

 Investasi harus segera dapat diubah menjadi kas dalam jumlah yang
telah diketahui (jatuh tempo dalam waktu ≤ 3 bulan dari tanggal
perolehan) tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan
 Cerukan (Bank Overdraft)
 Dapat dicairkan segera dengan bentuk kas
 Jatuh tempo pendek, kecil kemungkinan terjadi perubahan nilai akibat
perubahan suku bunga.

1.6 Jurnal Transaksi Kas


 Penjualan tunai
 Pembelian tunai
 Penerimaan
 pelunasan piutang
 Pengeluaran pelunasan hutang

Auditing II 2
KAS & SETARA KAS

 Pembayaran biaya tunai


 Pembelian aktiva tunai

1.7 Tujuan Audit Kas

Asersi Manajemen Pada Kas:


a) Keberadaan atau keterjadian kas (Existence or Occurrence)
b) Kelengkapan kas (Completeness)
c) Hak kepemilikan kas (Right)
d) Penilaian kas (Valuation)
e) Penyajian dan pengungkapan kas (Presentation and Disclosure)

FASE UTAMA AUDIT

Auditing II 3
KAS & SETARA KAS

Penjelasan Bagan di atas

Auditing II 4
KAS & SETARA KAS

Menerima / melanjutkan klien

Dalam penerimaan klien kantor akuntan public harus menyelidiki klien secara prospektif
sebelum menerima suatu perikatan.
Adapun prosedur untuk mengevaluasi calon klien yaitu :
1) Memperoleh dan mereview informasi keuangan yang tersedia laporan tahunan,
laporan keuangan tengah tahunan, surat pemberitahuan pajak dan lain-lain.
2) Melakukan tanya jawab dengan pihak ketiga mengenai informasi integritas
calon klien dan manajemen ( tanya jawab seperti itu harus ditunjukkan ke
banker dan pengacara calon klien, bagian kredit dan anggota lain komunitas
bisnis yang mungkin memiliki pengetahuan tentang klien )
3) Berkomunikasi dengan auditor pendahulu sebagaimana disyaratkan dalam
standar audit ( SA seksi 315 ) mengenai apakah terdapat ketidaksetujuan
akuntansi, prosedur audit, atau masalah serupa yang signifikan.
4) Mempertimbangkan apakah calon klien memiliki keadaan yang akan
membutuhkan perhatian khusus atau yang mewakili bisnis yang tidak biasa atau
resiko audit, seperti litigasi atau masalah kelangsungan usaha
5) Menentukan apakah kantor akuntan public adalah independen terhadap klien
terhadap jasa yang diinginkan
6) Menentukan apakah kantor akuntan public memiliki keahlian teknis yang
dibutuhkan dan pengetahuan mengenai industri untuk menyelesaikan perikatan
7) Menentukan apakah penerimaan klien akan melanggar persyaratan badan
pengatur yang berlaku atau kode perilaku professional (Code Of Profesional
Conduct).

Ketika calon klien telah di audit sebelumnya, standar audit (SA Seksi 315)
mensyaratkan bahwa auditor pengganti melakukan tanya jawab tertentu dengan
auditor terdahulu sebelum menerima perikatan. Auditor pengganti harus meminta
izin dari calon klien sebelum menghubungi auditor pendahulu. Karena Code Of
Professional Conduct tidak mengijinkan auditor untuk membuka informasi rahasia
klien tanpa persetujuan klien, calon klien harus mengotorisasi auditor pendahulu
untuk menanggapi permintaan auditor pengganti atas informasi yang diperlukan.
Tanya jawab dengan auditor pendahulu dapat membantu auditor pengganti
menentukan apakah akan menerima perikatan. Auditor pendahulu harus menanggapi
secara serius permintaan auditor pengganti kecuali terdapat kondisi yang tidak biasa
( seperti tuntutan hukum ). Jika auditor pendahulu memutuskan untuk tidak
memberikan jawaban yang lengkap, maka auditor pengganti harus diinformasikan
bahwa jawaban auditor terdahulu adalah terbatas.

Dalam kasus yang tidak biasa dimana calon klien menolak untuk memberi izin
auditor pendahulu untuk memberikan jawaban, auditor pengganti harus merasa curiga dalam
menerima klien tersebut. Situasi seperti ini harus menimbulkan pertanyaan serius mengenai
motivasi dan integritas manajemen.

Auditing II 5
KAS & SETARA KAS

Setelah menerima perikatan, auditor pengganti akan membutuhkan informasi


mengenai saldo awal dan penerapan yang konsisten dengan GAAP dalam rangka
mengeluarkan laporan wajar tanpa pengecualian. Auditor pengganti harus meminta klien
untuk mengotorisasi auditor penahulu untuk mengizinkan mereview kertas kerjanya.
Jika klien sebelumnya belum pernah diaudit kantor akuntan public harus
menyelesaikan prosedur yang ada seperti yang dicantumkan di atas, kecuali untuk komunikasi
dengan auditor pendahulu.
Setelah penyeleksian atau pemilihan klien maka kantor akuntan public selanjutnya
perlu mengevaluasi secara periodic apakah akan tetap melayani kliennya yang telah ada.
Evaluasi ini dapat berlangsung pada atau dekat saat penyelesaian audit atau ketika beberapa
peristiwa signifikan terjadi. Konflk atas isu audit dan akuntansi atau perselisihan atas biaya
audit dapat menyebabkan pemutusan hubungan oleh kantor akuntan.
Setelah penerimaan klien maka harus ditetapkan syarat-syarat perikatan. Auditor dan
klien harus setuju terhadap syarat-syarat penegasan / perikatan (engagemen), termasuk jenis,
lingkup, dan waktu perikatan. Syarat-syarat perikatan yang didokumentasikan di surat
perikatan harus memasukkan tujuan dari perikatan, tanggungjawab manajemen,
tanggungjawab auditor dan batasan perikatan. Dalam penetapan syarat-syarat perikatan, tiga
topik yang harus dibahas:

1. Surat perikatan ( engagemen letter )

Meresmikam perjanjian yang telah disepakati antara auditor dan


klien. Surat ini bertindak sebagai kontrak, memberikan garis besar tanggungjawab kedua
pihak dan mencegah kesalahpahaman antara kedua belah pihak. Walaupun surat perikatan
tidak disyaratkan oleh standar audit, praktik audit yang baik meminta kantor akunan
menggunakan surat tersebut dengan klien mereka untuk menghindari kesalahpahaman.

Surat perikatan biasanya berisi :


- Rencana termasuk penggunaan spesialis atau auditor internal.
- Pembatasan terhadap kewajiban auditor atau klien, seperti ganti rugi terhadap
auditor terhadap kewajiban yang timbul karena mengetahui penyajian yang salah kepada
auditor oleh manajemen ( perlu dicatat bahwa badan pengatur seperti SEC, bisa
membatasi atau melarang perjanjian yang membatasi kewajiban ).
- Jasa tambahan yang harus diberikan berkaitan dengan peraturan.
- Rencana yang berkaitan dengan jasa lain ( misalnya asuransi, pajak atau jasa
konsultasi ).

Auditing II 6
KAS & SETARA KAS

2. Auditor internal
Jika klien memiliki auditor internal ( internal auitor ), auditor bisa meminta bantuan
mereka untuk melakukan audit. Proses keputusan yang diikuti auditor digambarkan sebagai
berikut.
Isu besar untuk auditor independen adalah menentukan kompetensi dan objektifitas
auditor internal dan pengaruh pekerjaan mereka terhadap auditor.
Faktor-faktor dalam menentukan kompetensi dan objektifitas auditor internal :
Kompetensi
- Tingkat pendidikan dan pengalaman professional
- Sertifikasi professional dan pendidikan berkelanjutan
- Kebijakan, prosedur audit, dan data pemeriksaan ( check list )
- Praktek mengenai perikatan mereka
- Supervise dan review atas aktifitas audit mereka
- Kualitas dokumentasi kertas kerja, laporan, dan rekomendasi
- Evaluasi kinerja mereka

Objektivitas
- Status organissasi dari auditor internal yang bertanggungjawab atas fungsi audit
internal (misanya, auditor internal melaporkan pekerjaannya kepada seseorang
dengan status yang cukup tinggi untuk memastikan bahwa lingkup audit luas dan
auditor internal memiliki akses terhadap dewan komisaris atau kepada komite
audit).
- Kebijakan untuk menjaga objektivitas auditor internal mengenai area yang diaudit
(misalnya, auditor internal dilarang mengaudit area dimana mereka baru saja
ditugaskan atau akan ditugaskan setelah selesai menjalankan fungsi audit internal).

Pekerjaan auditor internal mungkin mempengaruhi sifat, saat, dan luas prosedur audit
yang dilakukan oleh auditor independen. Sebagai contoh, sebagai bagian dari pekerjaan
rutinnya, auditor internal dapat mereview, menentukan, dan memonitor pengendalian entitas
yang termasuk dalam sistem akuntansi. Serupa dengan itu, sebagian kerja mereka meliputi
konfirmasi piutang atau mengamati persediaan fisik tertentu. Jika auditor internal kompeten
dan objektif, auditor independen dapat menggunakan pekerjaan auditor internal dalam area ini
untuk mengurangi lingkup pekerjaan audit. Materialitas dari saldo akun atau kelas transaksi
dan resiko audit yang terkait dapat juga menentukan seberapa jauh auditor independen dapat
mengandalkan pekerjaan auditor internal. Ketika auditor internal memberikan bantuan
langsung, auditor harus mengawasi, mereview, dan menguji pekerjaan mereka.

Auditing II 7
KAS & SETARA KAS

3. Komite audit
Komite audit (audit committee) adalah sub komite dari dewan
komisaris yang bertanggungjawb atas proses pelaporan keuangan dan pengungkapan. Di
perusahaan privat, tidak ada persyaratan khusus mengenai komposisi komite audit.
Berdasarkan seksi 301 UU Sarbanes-Oxley komite audit perusahaan audit harus memenuhi
syarat sebagai berikut :
1. Tiap anggota komite audit harus merupakan anggota dewan komisaris dan harus
independen. “ Independen “ didefenisikan sebagai tidak menerima, selain dari jasa di
komite audit, biaya konsultasi, nasehat, atau kompensasi lainnya yang tidak memiliki
hubungan afiliasi dengan perusahaan.
2. Komite audit bertanggungjawab secara langsung atas penunjukan, kompensasi, dan
pengawasan terhadap pekerjaan kantor akuntan public yang disewa oleh perusahaan.
3. Komite audit harus menyetujui terlebih dahulu semua jasa auditor dan non audit yang
diberikan oleh auditornya,
4. Komite audit harus menetapkan prosedur untuk penerimaan, kelangsungan, dan
perlakuan atas keluhan yang diterima oleh perusahaan mengenai akuntansi, audit
internal dan audit.
5. Tiap anggota komite audit harus memiliki otorisasi untuk menugaskan penasehat
hukum independen atau penasehat lain, jika diperlukan untuk melakukan tugasnya.
6. Komite audit harus berinteraksi dengan fungsi audit internal. Susunan ideal untuk
menetapkan indepedensi fungsi audit internal adalah dari kepala audit internal untuk
melaporkan baik secara langsung atau tidak langsung kepada komite audit.

Praperencanaan
Umumnya terdapat dua aktifitas praperencanaan :
1) Menentukan perlunya tim pendekatan audit
Kantor akuntan public perlu memastikan bahwa perikatan mereka diselesaikan oleh
auditor yang memiliki tingkat pelatihan teknis dan kemampuan yang cukup sesuai dengan
keadaan klien. Faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan penetapan staf
termasuk besarnya perikatan dan kompleksitasnya, tingkat resiko, keahlian khusus,
ketersediaan staf, dan jadwal pekerjaan yang akan dilakukan. Serupa dengan itu, audit
melibatkan industri khusus (perbankan, asuransi, dan seterusnya) atau jika klien
menggunakan proses komputer tingkat tinggi, kantor akuntan harus memastikan bahwa

Auditing II 8
KAS & SETARA KAS

anggota tim audit memiliki keahlian yang dibutuhkan. Secara umum, anggaran waktu
disiapkan dalam rangka membantu dengan kebutuhan akan staf dan untuk menjadwalkan
pekerjaan lapangan.

2) Memastikan indepedensi tim audit dan kantor akuntan public.


Standar umum kedua mensyaratkan auditor untuk independen dari
klien dalam rangka menerbitkan suatu pendapat menurut pernyataan standar pengendalian
mutu, kantor akuntan public harus menetapkan kebijakan dan prosedur untuk memastikan
bahwa orang-orang diseluruh tingkat organisasi di dalam perusahaan menjaga indepedensi.
Kantor akuntan public harus mendokumentasikan kepatuhan terhadap kebijakan ini dengan
meminta semua karyawan melengkapi kuesioner atau laporan indepedensi tahunan. Kuesioner
tersebut meminta informasi mengenai hubungan keuangan atau bisnis auditor dengan klien
perusahaan. Hubungan keuangan atau bisnis anggota keluarga auditor berpengaruh bagi
auditor. Misalnya, jika auditor yang turut dalam perikatan merupakan penyelia akuntansi bagi
klien, indepedensi akan dianggap tercemar. Area pertimbangan yang berkaitan dengan
indepedensi adalah biaya audit yang belum dibayar. Jika piutang dari klien berbentuk
pinjaman. Maka indepedensi auditor mungkin tercemar. Banyak kantor akuntan public
mengadopsi suatu kebijkan untuk tidak menyelesaikan audit tahun berjalan sampai semua
biaya tahun sebelumnya telah dibayar. Kantor akuntan public harus mempertimbangkan jika
mereka juga memberikan jasa akuntansi bagi klien audit. Ketika kinerja jasa akuntansi tidak
mencemari indepedensi, tim audit harus tetap objektif ketika mengevalusi aktifitas klien yang
dikembangkan oleh konsultan dari kantor mereka.

Menetapkan materialitas dan menentukan resiko


Materialitas dan resiko merupakan konsep fundamental yang penting
dalam merencanakan audit dan merancang pendekatan audit. Materialitas digunakan sebagai
pertimbangan utama dalam penetapan laporan auditor yang layak. Adapun definisi
materialitas menurut pernyataan FASB no.2 sebagai “Jumlah atau besarnya kekeliruan atau
salah saji dalam informasi akuntansi yang dalam kaitannya dengan kondisi yang
bersangkutan, mungkin membuat pertimbangan pengambilan keputusan pihak yang
berkepentingan berubah atau terpengaruh oleh salah saji tersebut.” Tanggung jawab auditor
adalah menetapkan apakah suatu laporan keuangan salah saji dalam jumlah yang material.
Auditor membatasi resiko audit pada tingkat saldo akun dengan
segala cara sehingga pada akhir perikatan, dia dapat menyatakan pendapat atas laporan
keuangan, secara keseluruhan, pada tingkat resiko audit yang dapat diterima. Model resiko
audit bertindak sebagai kerangka kerja untuk proses ini. Auditor mendapatkan pemahaman

Auditing II 9
KAS & SETARA KAS

atas entitas dan lingkungannya. Berdasarkan pemahaman ini, auditor mengindentifikasi resiko
usaha yang dapat mengakibatkan salah saji material. Auditor mengevaluasi tanggapan klien
terhadap resiko usaha tersebut dan memastikan bahwa tanggapan tersebut telah
diimplementasikan secara layak. Berdasarkan informasi ini, auditor menentukan tingkat
resiko salah saji material atas asersi yang terkait dengan akun laporan keuangan. Resiko salah
saji material digunakan untuk menentukan tingkat yang dapat diterima dari resiko deteksi dan
untuk merencanakan prosedur audit yang akan dilakukan. Auditor mempertimbangkan
materialitas dari perspektif pengguna dan mengikuti proses tiga tahapan dalam menerapkan
materialitas dalam audit.

Adapun tahap-tahap yang diperlukan dalam menerapkan materialitas:


1. Menentukan pertimbangan awal mengenai materialitas
Dalam tahap ini direncanakan luasnya pengujian. Idealnya, Auditor menentukan pada
awal audit jumlah gabungan dari salah saji dalam laporan keuangan yang akan di pandang
material. Tujuan penerapan materialitas ini adalah untuk membantu auditor
merencanakanpengumpulan bahan bukti.
Faktor-faktor yag mempengaruhi pertimbangan awal jumlah materialitas:
a) Materialitas sebagai konsep yang relatif dan bukan absolut salah saji dalam jumlah.
b) Beberapa dasar yang dibutuhkan untuk menetapkan materialitas.
c) Faktor-faktor kualitatif yang mempengaruhi materialitas.

2. Mengalokasikan pertimbanganawal mengenai ,materialitas pada segmensegmen


Pada tahap ini masih merencanakan luasnya pengujian. Mengalokasikan
pertimbangan awal mengenai materialitas pada segmen-segmen diperlukan karena bahan
bukti dikumpulkan berdasarkan segmen-segmen dari laporan keuangan secara keseluruhan.
Penetapan materialitas untuk tiap-tiap segmen akan membantu auditor dalam memutuskan
jumlah bahan bukti yang perlu dikumpulkan pada segmen tersebut.
3. Mengestimasi total salah saji dalam segmen
4. Mengestimasi salah saji gabungan
5. Membandingkan estimasi gabungan dengan pertimbangan awal mengenai materialitas
Ketiga tahap di atas (tahap 3, 4, 5) berhubungan dengan pelaksanaan
pengujian audit untuk mengevaluasi hasil. Saat auditor melaksanakan prosedur audit untuk
tiap segmen, kertas kerja digunakan untuk menentukan tiap salah saji yang ditemukan.
Resiko dalam audit berarti bahwa auditor menerima suatu ketidak
pastian tertentu dalam pelaksanaan audit. Misalnya ada ketidak pastian mengenai kompetensi
bahan baku, Efektifitas struktur pengendalian intern klien, dan ketidak pastian apakah laporan

Auditing II 10
KAS & SETARA KAS

keuangan memang telah disajikan secara wajar setelah audit selesai. Cara-cara auditor
menangani masalah resiko dalam tahap perencanaan pengumpulan bahan bukti:
a) Model resiko audit
Model ini digunakan terutama untuk tahap perencanaan dalam menentukan berapa
besar bahan bukti dikumpulkan dalam tiap siklus. Penelaahan seksama dari model ini
diperlukan untuk mengerjakan audit secara efektif dan untuk pembahasan selanjutnya.
b) Resiko penemuan yang direncanakan
Resiko penemuan yang direncanakan adalah resiko bahwa bahan bukti yang
dikumpulkan dalam segmen gagal menentuka salah saji yang melewati jumlah yang
dapat ditoleransi.
c) Resiko bawaan
Penetapan auditor akan kemungkinan salah saji dalam segmen audit yang melewati
batas toleransi, sebelum memperhatikan efektifitas pengendalian intern. Resiko bawaan
adalah factor kerentanan laporan keuangan terhadap salah saji yang material, dengan
asumsi tidak ada pengendalian intern.
d) Resiko pengendalian
Resiko pengendalian adalah ukuran penetapan auditor akan kemungkinan adanya
kekeliruan (salah saji) dalam segmen audit yang melewati batas toleransi, yang tak
terdeteksi atau tercegah oleh struktur pengendalian internklien.
e) Resiko audit yang dapatditerima
Resiko audit yang dapatditerima adalah ukuran ketersediaan auditor untuk menerima
bahwa laporan keuangan salah saji secara material walaupun audit telah selesai dan
pendapat wajar tanpa pengecualian telah diberikan.

Merencanakan Audit
Tujuan dari rencana audit adalah untuk melaksanakan audit yang efektif dan
efisien. Pada dasarnya, hal ini berarti bahwa audit harus dilakukan sesuai dengan standar
audit dan bahwa resiko salah saji material dikurangi sampai ke tingkat terendah yang
dapat diterima. Rencana audit juga harus mempertimbangkan bagaimana melaksanakan
perikatan dengan cara menghemat biaya.
Ketika menyiapkan rencana audit, auditor harus dipandu oleh hasil prosedur
penentuan resiko yang dilakukan untuk memperoleh pemahaman entitas. Tahap tambahan
yang harus dilaksanakan yaitu termasuk :
1. Menentukan tingkat resiko pengendalian awal menurut akun dan asersi

Auditing II 11
KAS & SETARA KAS

Resiko pengendalian adalah resiko bahwa salah saji material tidak akan dicegah
atau dideteksi oleh pengendalian internal. Auditor mengevaluasi efektivitas pengendalian
internal untuk mencegah salah saji material dalam laporan keuangan dan mempersiapkan
penentuan awal atas resiko pengendalian. Penentuan awal atas resiko pengendalian
diperlukan auditor untuk merencanakan sifat, saat, dan luas pengujian.
Dari persfektif auditor,resiko bawaan dan resiko pengendalian berbeda dari resiko
deteksi karena resiko bawaan dan resiko pengendalian ada secara independen terlepas
dari audit. Dengan kata lain tingkat pengendalian dari entitas dan lingkungannya. Auditor
memiliki pengendalian yang sedikit atas resiko ini. Kadang-kadang resiko bawaan dan
resiko pengendalian disebut sebagai resiko audit.
Model resiko audit menggambarkan hubungan umum antara resiko audit dan
komponen dari model tersebut. Penentuan auditor atas resiko audit dan komponen
resikonya (IR, CR, dan DR) adalah masalah pertimbangan profesioal. Pada tahap
penyelesaian auit tingkat resiko audit actual tidak akan diketahui secara pasti oleh auditor.
Jika aditor menentukan bahwa resiko audit yang dicapai kurang atau sama dengan tingkat
resiko yang direncanakan maka laporan wajar tanpa pengecualian bisa diterbitkan. Jika
penentuan atas resiko audit yang dicapai lebih besar dari tingkat yang direncanakan,
auditor harus melaksanakan audit tambahan maupun memberi pengecualian terhadap
laporan audit.
Pertimbangan utama dalam perencanaan audit adalah lingkup di mana teknologi
informasi digunakan dalam memproses informasi akuntansi. Dalam mengevaluasi akibat
teknologi informasi bagi system informasi klien, auditor memerlukan informasi mengenai
:
- lingkup sampai mana teknologi informsi (TI) digunakan setiap system
akuntansi signifikan atau proses bisnis
- kompleksitas operasi komputer klien
- struktur organisasi dari aktifitas TI
- ketersediaan data
- kebutuhan atas CAAT untuk mengumpulkan data dan melaksanakan prosedur
audit

2. Menentukan kemungkinan terjadinya tindakan pelanggaran hukum.


Istilah tindakan pelanggaran hukum (illegal act) mengacu pada pelanggaran
terhadap hukum atau perundang-undangan. Dalam beberapa contoh kecurangan juga
dapat terdiri atas tindakan pelanggaran hukum seperti halnya penyalahgunaan aktiva
dalam skala besar dalam program pinjaman karyawan kunci (Key Employe Loan).

Auditing II 12
KAS & SETARA KAS

Program ini memungkinan eksekutif tertentu untuk meminjam uang untuk tujuan
selain dari pembayaran pajak jatuh tempo dari pemberian saham terbatas, atau
meminjam kelebihan dari jumlah maksimum yang diperbolehkan program ini. Pada
akhir tahun 2001, Kozlowski melebihi $ 250.000.000. kira-kira 90% dari pinjaman
Kozlowski adalah pinjaman non progam, yang dia gunakan untuk mendanai gaya
hidup pribadinya termasuk berspekulasi di real estat, pembelian barang antik dan
mendanai propertinya serta pembelian dan pemeliharaan kapal layarnya. Standar
audit seksi 317 membedakan antara tindakan melanggar hukum yang memiliki akibat
langsung dan material pada laporan keuangan dan tindakan melanggar hukum yang
memiliki akibat material tetapi tidak langsung. Auditor harus mempertimbangkan
hukum dan peraturan yang secara umum diakui memiliki akibat langsung dan
material pada penentuan jumlah laporan keuangan. Contoh di atas Kozlowski
merupakan contoh pelanggaran hukum yang berkaitan dengan hukum pajak serta
hukum dan peraturan yang bisa mempengaruhi jumlah pendapatan yang diakui
kontrak pemerintah masuk dalam kategori ini. Standar audit menyatakan bahwa
tanggungjawab auditor untuk medeteksi dan melaporkan salah saji sebagai akibat
adanya unsur tindakan pelanggaran hukum yang berdampak langsung dan material
terhadap penentuan jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan adalah
sama dengan tanggungjawab untuk mendeteksi salah saji yang disebabkan kekeliruan
atau kecurangan.
Auditor harus waspada bahwa tindakan melanggar hukum seperti itu mungkin
telah terjadi. Jika informasi spesifik menarik perhatian auditor yang memberikan
bukti yang berhubungan dengan keberadaan tindakan melanggar hukum yang
material tetapi tidak langsung, auditor harus menerapkan prosedur audit yang secara
spesifik diarahkan pada penentuan apakah tindakan melanggar hukum telah terjadi.
Tetapi, audit yang dilakukan sesuai dengan stadar audit tidak memberi kepastian
bahwa tindakan pelanggaran hukum akan terdeteksi atau bahwa kewajiban kontijensi
mungkin timbul dan akan diungkapkan. Auditor juga harus mengakui bahwa kondisi
yang dinyatakan adanya pelanggaran hukum, dia bisa memiliki tugas untuk memberi
tahu pihak luar klien.

3. Mengidentifikasikan pihak yang memiliki hubungan istimewa


Dalam FASB no. 57 “ penjelasan pihak yang memiliki hubungan istimewa “
(FAS 57), mengidentifikasikan pihak yang memiliki hubungan istimewa sebagai
afiliasi dari perusahaan; entitas yang investasinya diperhitungkan oleh perusahaan;
dana perwalian untuk kepentingan karyawan, seperti pensiun dan perwalian berbagi

Auditing II 13
KAS & SETARA KAS

keuntungan yang dikelola oleh atau dibawah perwalian manajemen; pemilik utama
perusahaan; manajemen perusahaan; anggota keluarga terdekat dari pemilik utama
perusahaan dan manajemennya; dan pihak lain dengan mana perusahaan bisa
bertransaksi jika satu pihak mengendalikan atau dapat mempengaruhi secara
signifikan manajemen atau kebijakan operasi dari yang lain sampai pada lingkup
bahwa salah satu dari pihak yang bertransaksi dapat dicegah dari mengusahakan
secara penuh kepentingannya sendiri yang terpisah.
Penting bahwa auditor berusaha untuk mengidentifikasi semua pihak yang
memiliki hubungan istmewa selama fase perencanaan audit karena transaksi antara
entitas dan pihak yag memiliki hubungan istinewa mungkin tidak sepanjang tangan.
Sebagai contoh, klien mungkin menyewa property dari entitas yang dimiliki oleh
presiden direktur pada tarif yang melebihi harga pasar yang berlaku. Auditor dapat
mengidentifikasi pihak yang memiliki hubungan istimewa dengan mengevaluasi
prosedur klien untuk pengidentifikasian dan pencatatan memadai atas transaksi antar
pihak yang memiliki hubungan istimewa, meminta keterangan dari pejabat
manajemen yang berwenang tentang nama pihak-pihak yang memiliki hubungan
istimewa dan mereview dokumen yang dilaporkan klien kepada Bapepam atau
instansi pemerintah yang lain.

Beberapa tambahan prosedur audit yang dapat mengidentifikasi dengan pihak yang
memiliki hubungan isrimewa yaitu sebagai berikut :
 Mereview notulen rapat dewan komisaris dan eksekutif atau komite operasi bagi
informasi mengenai transaksi material yang diotorisasi atau dibahas selama rapat
tersebut.
 Mereview pernyataan konflik kepentingan yang didapat oleh perusahan dari
klien.
 Mereview luas dan sifat bisnis yang dilakukan dengan pelanggan besar, pemasok,
peminjam, dan pemberi pinjaman untuk indikasi atas hubungan sebelumnya yang
belum dijelaskan.
 Mereview catatan akuntansi untuk transaksi atau saldo yang besar tidak biasa
atau tidak berulang, memberi perhatian khusus pada transaksi yang diakui pada
atau dekat akhir periode pelaporan.
 Mereview konfirmasi atas piutang untuk indikasi jaminan. Jika jaminan
teridentifikasi, tentukan sifatnya dan hubungan pemberi jaminan dengan entitas.

4. Melakukan prosedur analitis awal

Auditing II 14
KAS & SETARA KAS

Prosedur analisis didefensikan sebagai evaluasi terhadap informasi keuangan yang


dibuat dengan mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan yang satu
dengan data keuangan lainnya, atau antara data keuangan dengan data non keuangan. Standar
audit mensyaratkan bahwa auditor menerapkan prosedur analitis pada fase perencanaan untuk
semua audit termasuk akun piutang. Tujuan utama prosedur analitis awal pada titik ini adalah:
- untuk memahami bisnis dan transaksi klien
- mengidentifikasi akun laporan keuangan yang mungkin berisi kekeliruan (error).

5. Mengembangkan strategi audit secara keseluruhan dan menyiapkan program audit


Sekali tahap perencanan ini telah diselesaikan, auditor mengembangkan suatu strategi
audit secara keseluruhan. Hal ini melibatkan keputusan mengenai sifat, saat, dan luas
pengujian audit. Pada tahap ini, auditor menggabungkan pengetahuannya mengenai sasaran,
strategi, dan resiko usaha klien serta audit yang terkait. Auditor mencatat bagaimana klien
mengelola resikonya (yaitu, melalui proses pengendalian internal) dan kemudian
mendokumentasikan akibat resiko dan pengendalian pada prosedur audit yang direncanakan.
Auditor memastikan mereka telah mengantisipasi resiko yang mereka identifikasikan dalam
proses pemahaman-penentuan resiko dengan mendokumentasikan hubungan dari sasaran dan
strategi usaha klien terhadap rencana audit. Bentuk dokumentasi antara KAP yang satu
dengan KAP yang lain bervariasi.

1.8 Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Kas/Setara Kas

1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas kas
dan setara kas dan transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan Bank,
dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a) Pemisahan tugas dan tanggung jawab
b) Rekonsiliasi bank dibuat rutin dan harus ditelaah (direview)
c) Digunakan imprest fund system untuk mengelola kas kecil
d) Penerimaan kas, check dan giro, disetor ke Bank
e) Uang kas harus disimpan ditempat yang aman dan dikelola dengan
baik
f) Blangko check dan giro disimpan ditempat yang aman
g) Check dan Giro ditulis atas nama dan ditandatangani oleh 2 orang
h) Kasir diasuransikan atau diminta uang jaminan
i) Gunakan kwitansi yang bernomor urut cetak (prenumbered)
Auditing II 15
KAS & SETARA KAS

j) Pengeluaran kas yang sudah dibayar harus distempel lunas


Luas pemeriksaan dalam melakukan substantive test dapat
dipersempit, apabila :
 Yakinkan bahwa internal control atas kas/setara kas serta transaksi
penerimaan dan pengeluaran kas dan bank berjalan efektif

2. Memeriksa apakah saldo kas dan setara kas yang ada di neraca per tanggal
neraca benar-benar ada dan dimiliki perusahaan (Existence)
 Yakinkan bahwa kas/setara kas dimiliki perusahaan (cash on hand
dan cash in bank), betul-betul ada dan milik perusahaan, bukan milik
direksi atau pemegang saham.

3. Untuk memeriksa apakah ada pembatasan untuk penggunaan saldo kas dan
setara kas
 Jika dana yang dimiliki perusahan disisihkan untuk keperluan
pelunasan obligasi berikut bunganya (sinking fund), atau jika perusahaan
tersangkut hukum sehingga saldo rekening giro dibekukan, dana tersebut
tidak dapat dilaporkan sebagai kas di harta lancar

4. Untuk memeriksa, seandainya ada saldo kas dan setara kas dalam valuta
asing, apakah saldo tersebut dikonversikan kedalam rupiah dengan
menggunakan kurs tengah BI pada tanggal neraca dan apakah selisih kurs
yang terjadi sudah dibebankan atau dikreditkan ke Laba Rugi tahun
berjalan.
Saldo kas/setara kas dalam valuta asing.
 konversikan dalam rupiah dengan kurs tengah BI pada tanggal
neraca dan selisih kurs yang ada dibebankan atau dikreditkan ke laba rugi
tahun berjalan

5. Untuk memeriksa apakah penyajian di Neraca sesuai dengan prinsip


akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (Presentation dan Disclosure)
 Menurut SAK :

Auditing II 16
KAS & SETARA KAS

 Kas dan setara kas disajikan di neraca sebagai harta lancar (current
asset)
 Kas dan setara yang penggunaannya dibatasi dapat dimasukkann
dalam aktiva lancar hanya jika pembatasan tersebut dilakukan
untuk menyisihkan dana untuk melunasi kewajiban jangka pendek
atau jika pembatasan tersebut hanya berlaku selama satu tahun
 Saldo kredit pada perkiraan bank disajikan pada kelompok
kewajiban sebagai kewajiban jangka pendek dan saldo kredit dan
debit rekening giro pada bank yang sama dapat digabung dan
disajikan pada neraca sebagai satu kesatuan.

1.9 Prosedur Pemeriksaan Kas dan Setara Kas

a) Pahami dan evaluasi IC atas kas/setara kas serta transaksi penerimaan dan
pengeluaran kas dan bank.
b) Buat Top Schedule kas/setara kas per tanggal neraca
c) Lakukan cash count per tanggal neraca, jika tidak melakukan kas opname
dapatkan pernyataan saldo dari kasir
d) Kirim konfirmasi untuk seluruh rekening bank yang dimiliki perusahaan
dan minta rekonsiliasi bank.
e) Review jawaban konfirmasi dari bank, notulen rapat dan perjanjian kredit
f) Periksa inter bank transfer
g) Periksa transaksi kas sesudah tanggal neraca (subsequent payment dan
subsequent collection) sampai mendekati tanggal selesainya pemeriksaan
lapangan
h) Periksa apakah saldo kas/setara kas dalam mata uang asing per tanggal
neraca sudah dikonversikan ke dalam rupiah dengan kurs tengah BI pada
tanggal neraca, dan selisih kurs dibebankan atau dikreditkan pada laba rugi
tahun berjalan
i) Periksa apakah penyajian kas/setara kas di neraca sesuai dengan PABU di
Indonesia (PSAK).
j) Setelah menjalankan seluruh prosedur audit diatas, buat kesimpulan di Top
Schedule Kas/Setara Kas, atau di memo tersendiri

Auditing II 17
KAS & SETARA KAS

1.10 Prosedur Analitik Kas

 Perhitungan rasio rasio keuangan yg berkaitan dengan kas


 Rasio-rasio membantu auditor dalam mengungkapkan :
 Peristiwa atau transaski yang tidak biasa

 Perubahan akuntansi

 Perubahan usaha

 Fluktusi acak

 Salah saji

1.11 Konfirmasi Bank

 Permintaan penegasan ke bank tentang simpanan dan pinjaman klien


 Dibuat oleh klien atas permintaan dari auditor, & jawaban langsung
dikirim oleh bank kepada auditor

Isi Konfirmasi Bank:


 Saldo tiap jenis rekening

Auditing II 18
KAS & SETARA KAS

 Saldo tiap jenis hutang


 Aktiva yang dijadikan jaminan hutang
 Batasan terhadap rekening klien di bank

KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan di Bab II kami dapat menyimpulkan bahwa audit kas merupakan
audit yang menggunakan procedure subtantif yang terdiri dari procedure analitis substantif
dan pengujian terinci atas kelompok Transaksi, Saldo Akun dan Pengungkapan. Selain itu
asersi manajemen dalam audit yaitu: kelengkapan, pisah batas, keberadaan, hak dan
kewajiban, dan penilaian dan alokasi.

Soal kasus
Saudara sebagai staff akuntan pada kantor akuntan “ Prof. DR. Indra
Firmansyah SE. Ak. MM & Rekan “ sedang melakukan pemeriksaan terhadap
perkiraan Kas dan Bank PT. Gobang Gocir dalam rangka pemeriksaan umum
(general Audit), atas ikhtisar keuangan untuk tahun buku yang berakhir tanggal
31 Desember 2002
Saldo kas dan Bank menurut Neraca Saldo per 31 Desember 2002
menunjukan keadaan sebagai berikut :
 Kas Rp. 758.427,-
 Bank Dagang Negara Rp. 8.324.255.-
 Bank Niaga Rp. 6.156.672.-
 Bank Bumi Daya Rp. 1.500.000,-
Total Rp. 16.739354,-

( Jumlah ini sesuai dengan Buku Besar dan subsidiarynya)


Selanjutnya hasil kas opname yang saudara lakukan pada tgl 05 januari 2003 dari jam
08.00 – 08.30 dengan disaksikan oleh kasir yang bernama Cut Memey adalah Sbb :

Komponen Kas Nilai Banyaknya


Uang Kertas Rp.10.000 18 Lembar
Rp. 5.000 14 Lembar
Auditing II 19
KAS & SETARA KAS

Rp. 1.000 13 Lembar


Rp. 500 49 Lembar
Uang Logam Rp. 100 94 Keping
Rp. 50 81 Keping
Rp. 25 15 Keping
Rp. 10 13 Keping
Rp. 5 8 Keping
Bon Sementara

Atas Nama Tanggal Jumlah Keterangan


Ucup 20/12/20 Rp. 25.000 Pinjaman
00 Pegawai
Bajury 25/12/20 Rp. 50.000 Pinjaman
00 Pegawai
Ema 27/12/20 Rp. Pinjaman
00 100.000 Pegawai
Oneng 27/12/20 Rp. 50.000 Pinjaman
00 Pegawai
Mpo 03/01/20 Rp. 20.000 Pinjaman
Hindun 01 Pegawai
Said 04/01/20 Rp. 30.000 Pinjaman
01 Pegawai
Mpo Mina 04/01/20 Rp. 50.000 Pinjaman
01 Pegawai

Informasi Selanjutnya yaitu bahwa berdasarkan manual /pedoman


prosedur Internal control yang digariskan perusahaan menetapkan bahwa
semua pengeluaran kas dan Bank (termasuk bon sementara ) harus disetujui
terlebih dahulu oleh kepala bagian keuangan .
Pemeriksaan sodara mengungkapkan juga, bahwa bon sementara untuk
pinjaman pegawai ternyata hanya ditandatangani oleh pegawai yang
meminjamkan . namun demikian dari prosedur pemeriksaan yang saudara
lakukan diperoleh keyakinan akan kebenaran pinjaman tersebut.
Saldo buku kas tanggal 5 januari 2003 (Sebelum Kas Opname) tercatat
sebesar Rp. 685.278,- kemudian dari buku kas diketahui bahwa jumlah

Auditing II 20
KAS & SETARA KAS

penerimaan kas antara tgl 1 januari 2003 s/d 5 januari 2003 berjumlah
Rp.300.000,- dan pengeluaran berjumlah Rp. 327.519,- .
Selanjutnya dalam pemeriksaan atas saldo Bank, saudara ketahui
bahwa setiap bulannya perusahaan selalu membuat rekonsiliasi Bank, yg
dibuat oleh Cut Memey kasir perusahaan. Untuk saldo Bank per 31 Desember
2003, Cut Memey menyerahkan Rekonsiliasi Bank yg dibuatnya kepada
saudara ( terlampir). Saldo Bank Statement per 31 Desember 2003 telah sesuai
dengan jawaban konfirmasinya.
Dari keterangan keterangan tsb diatas , saudara diminta untuk :
a. Menyiapkan berkas kertas kerja pemeriksaan Kas & Bank yang
lengkap (termasuk jurnal jurnal koreksi yg diperlukan) , bila perlu nyatakan
dalam kertas kerja pemerikasaan saudara.
b. Kelemahan kelemahan Internal control yang saudara temukan dlm
pemeriksaan.

Lampiran

PT. Gobang Gocir Co


Rekonsiliasi Bank
31 Desember 2003

Keterangan BDN Bank BBD


Niaga
Saldo per Bank Statement 31.12.2003 Rp. Rp. Rp.
8.013.005 7.019.022 1.500.000
Tambah : Deposit intransit Rp. Rp.2.40 -
1.700.500 0.000
Rp. Rp. Rp.1.50
9.713.505 9.419.022 0.000
Kurang : Outstanding Cheques
Tgl Nomor Penerima jumlah

Auditing II 21
KAS & SETARA KAS

BDN
25/12/02 0012 PT. X Rp 700.500
29/12/02 0024 CV.T Rp 425.750
29/12/02 0116 PT.B Rp 263.000
Total Rp.
(1.398.250)
Bank Niaga
08/07/02 4525 T.Co Rp 354.000
21/12/02 4512 PT .Z Rp.
1.014.700
28/12/02 4524 CV.K Rp. 625.000
30/12/02 4522 PY. M Rp.
1.268.650.
Total Rp(3.2
62.350)

Saldo Per Buku Bank 31/12/02 Rp. Rp. Rp


8.324.255 6165.672 1.500.000

Soal pilihan ganda :


1. Bukti dokumenter yang paling kompeten adalah :
a. Bukti dokumenter yang dibuat oleh klien dan disimpan dalam arsip klien
b. Bukti dokumenter yang berasal dari luar yang disimpan dalam arsip klien
c. Bukti dokumenter yang dihasilkan dari prosedur konfirmasi
d. Bukti dokumenter yang tidak mudah dipalsukan oleh klien
e. Tidak ada jawaban yang benar
2. Jika akuntan publik tidak setuju terhadap penyajian informasi tertentu yang
dilakukan oleh klien di dalam laporan keuangannya, maka :
a. Akuntan langsung mengadakan koreksi terhadap catatan akuntansi kliennya :
b. Akuntan mengusulkan adjustment kepada kliennya
c. Akuntan memberikan pendapat tidak wajar di dalam laporan
pemeriksaannya
d. Akuntan menolak untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan yang
diperiksanya.
e. Tidak ada jawaban yang benar
3. Bukti berupa perbandingan dan ratio dikumpulkan oleh akuntan pemeriksa :
a. Untuk membuktikan kebenaran elemen tertentu dalam laporan keuangan
b. Dalam melaksanakan analytical test

Auditing II 22
KAS & SETARA KAS

c. Dengan prosedur pemeriksaan observasi


d. Jika laporan keuangan yang diperiksa meliputi jangka waktu dua periode
akuntansi yang berurutan
e. Tidak ada jawaban yang benar
4. Program pemeriksaan adalah :
a. Pedoman umum bagi akuntan publik dalam melaksanakan pemeriksaan
terhadap laporan keuangan kliennya
b. Kumpulan prosedur pemeriksaan untuk mengumpulkan bukti pemeriksaan
terhadap elemen tertentu yang tercantum dalam laporan keuangan.
c. Instruksi terinci untuk mengumpulkan bukti pemeriksaan
d. Daftar pernyataan standar untuk mengumpulkan informasi mengenai sistem
pengawasan akuntansi yang berlaku dalam perusahaan klien
e. Tidak ada jawaban yang benar
5. Prosedur pemeriksaan adalah :
a. Sama artinya dengan generally accepted auditing standards
b. Sama artinya dengan norma pemeriksaan akuntan
c. Kumpulan prosedur pemeriksaan untuk pengumpulan bukti pemeriksaan
terhadap elemen tertentu yang tercantum dalam laporan keuangan
d. Sama artinya dengan audit test
e. Tidak ada jawaban yang benar
6. Manakah di antara pernyataan mengenai vouching berikut ini yang BENAR ?
a. Pemeriksaan terhadap bukti-bukti dokumenter yang mendukung pencatatan
suatu transaksi
b. Pemeriksaan terhadap bukti dokumenter untuk menentukan asli tidaknya
dokumen tersebut
c. Merupakan penelaahan (review) secara cepat terhadap dokumen, catatan,
dan daftar untuk mendeteksi elemen-elemen yang nampak tidak biasa, yang
memerlukan penyelidikan lebih mendalam
d. Pemeriksaan bukti pengeluaran kas (voucher)
e. Tidak ada jawaban yang benar

Auditing II 23

You might also like