You are on page 1of 4

OLAHRAGA SEBAGAI BAGIAN PENTING DARI MANAJEMEN

DIABETES MELITUS

Disusun untuk memenuhi mata kuliah KDK II

Dosen Pengampu: Ns. Alfeus Manuntung, S.Kep; M.Kep

DISUSUN OLEH :

YAYANG SAVITA
(PO.62.20.1.15.145)

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia


Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya
Jurusan Keperawatan Prodi DIV Keperawatan Reguler II
2018
OLAHRAGA SEBAGAI BAGIAN PENTING DARI MANAJEMEN

DIABETES MELITUS

Diabetes Melitus (DM) atau sering disebut sebagai penyakit kencing manis
merupakan penyakit kronis yang terjadi karena pankreas tidak dapat menghasilkan cukup
insulin atau karena tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan
oleh pankreas. Hiperglikemia atau meningkatnya kadar glukosa darah merupakan efek yang
sering terjadi pada pasien DM. Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol dari waktu ke
waktu dapat menyebabkan kerusakan serius pada banyak sistem tubuh, khususnya saraf dan
pembuluh darah (World Health Organization (WHO), 2013).
Penatalaksanaan DM terdapat 4 cara penanganan untuk menjaga kontrol kadar gula
darah. Cara menjaga kadar gula darah tersebut yaitu; terapi menggunakan obat atau
farmakologi, terapi gizi dan nutrisi, edukasi cara manajemen diabetes mandiri, dan aktifitas
fisik (American Diabetes Association (ADA), 2014). Aktifitas fisik merupakan elemen
penting dalam mencegah dan menejemen DM tipe 2. Hal ini dikarenakan adanya perbaikan
secara akut maupun kronis dari aksi dan kepekaan sel terhadap insulin (Colberg et al., 2010).
Aktivitas fisik merupakan salah satu pilar yang dalam penatalaksanaan DM untuk
meningkatkan kepekaan sel terhadap insulin dalam memproses glukosa menjadi energi
(Perkeni, 2011). Orang dewasa yang mengalami diabetes mellitus dianjurkan untuk
melakukan olahraga aerobik intensitas sedang selama total 150 menit dalam seminggu (ADA,
2014). Olahraga aerobik intensitas sedang ditandai dengan nafas yang mulai cepat, masih bisa
berbicara jelas ketika melakukan olahraga contohnya ketika melakukan jalan santai dan
bersepeda (NHS, 2013). Jalan kaki merupakan aktivitas fisik dan juga bisa merupakan
olahraga. Jalan kaki dikategorikan sebagai olahraga apabila dilakukan secara berkelanjutan
selama minimal 30 menit (Hasibuan, 2010).
Manfaat olah raga DM Tipe I adalah pengaturan kadar glukosa darah meskipun olah
raga pada DM Tipe I tidak begitu besar mempengaruhi glicemic control, tetapi DM Tipe I
didapatkan keuntungan lain seperti diketahui resiko penyakit jantung, gangguan pembuluh
darah perifer dan saraf DM Tipe I lebih tinggi. Olah raga pada DM Tipe I dengan insulin
berat, akan menyebabkan gangguan metabolic makin jelek (terjadi hiperglikemiadan ketosis
makin meningkat) olah raga pada Tipe I lebih baik dilakukan pada pagi hari. Manfaat olah
raga pada DM Tipe II selain sebagai glicemic control juga bermanfaat untuk menurunkan
berat badan. Khususnya untuk penderita DM Tipe II yang disarankan untuk memodifikasi
gaya hidup salah satunya dengan berolahraga sehingga dapat mengurangi penggunaan obat
yang dapat memberikan komplikasi jangka panjang.
Penelitian Ruderman dkk dan Saltin dkk menunjukkan bahwa olahraga yang teratur
secara konsisten, dapat menurunkan resistensi insulin yang terdapat pada penderita gangguan
toleransi glukosa maupun IDDM. Disamping efek menurunkan resistensi insulin, olahraga
dapat menghambat aterosklerosis, dan dengan demikian dapat memperbaiki risiko faktor
kardiovaskuler. Latihan fisik menyebabkan adaptasi lokal dalam otot-otot terutama
peningkatan dalam aktifitas beberapa enzim oksidatif.
Perubahan dari tingkat aktifitas enzim bersamaan dengan peningkatan kapilarisasi
dari otot yang aktif. Kapilarisasi yang meningkat dan waktu difusi yang pendek dihubungkan
dengan peningkatan dalamsensitifitas insulin. Latihan harus dengan intensitas dan waktu
yang cukup, untuk menyebabkan perubahan dalam sirkulasi dan otot
Mekanisme olahraga sangat penting bagi penyandang diabetes terutama untuk
mengatur kadar gula dalam darah dapat diuraikan sebagai berikut : saat istirahat ambilan
glukosa oleh jaringan otot pad keadaan istirahat membutuhkan insulin, karena itu disebut
sebagai insulin-dependent. Sedangkan otot yang aktif, kebutuhan otot terhadap glukosa
meningkat, tetapi tidak disertai peningkatan kadar insulin. Hal ini mungkin disebbkan oleh
meningkatnya kepekaan reseptor insulin di otot dan bertambahnya jumlah reseptor insulin
yang aktif saat berolahraga. Oleh karena itu otot yang aktif disebut sebagai jaringan non-
insulin dependent. Peningkatan kepekaan ini berakhir hingga cukup lama setelah maasa
latihan berakhir. Selain itu, peningkatan sensitivitas insulin pada saat berolahraga juga
diakibatkan oleh peningkatan bood flow (BF) yang menyebabkan lebih banyak jala-jala
kapiler terbuka sehingga lebih banyak reseptor insulin yang tersedia dan aktif.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum “menulis resep” olahraga
ialah: jenis dan intensitas olahraga, derajat kebugaran fisik, status gizi sebagai penentu
cadangan glikogen, jadwal makan dan jenis DM, obat yang digunakan serta derajat
keterkendalian kadar glukosa.
Olahraga aerobik lebih berfaedah pada penderita diabetes. Olahraga aerobik
dilakukan sekurangnya 3-5 hari seminggu, selama 20-60 menit pada 55%-90% detak
jantung maksimal. Sebelum olahraga diprogramkan pada penderita DM perlu
dilakukan penilaian uji gradasi pra-olahraga. Penderita DM tidak boleh berolahraga
apabila gula darahnya tidak terkendali ( > 250 mg/dl atau < 100 mg/dl). Apabila tetap
dipaksakan untuk berolahraga akan terjadi peningkatan sekresi kadar glukagon,
hormon pertumbuhan, dan katekolamin, semuanya ini akan memicu glukoneogenesis
hati sehingga terjadi lonjakan gula darah. Olahraga dianjurkan dilakukan 60-90 menit
setelah makan untuk menghindari kemungkinan terjadinya hipoglisemia dan mencegah
hiperglisemia postprandial . Menjelang pelaksanaan kegiatan, penderita diabetes
sebaiknya membawa sumber glukosa yang gampang diserap dan cepat beredar dalam
aliran darah serta karbohidrat kompleks guna mengantisipasi kemungkinan terjadinya
hipoglisemia (Arisman, 2010). Adapun petunjuk olahraga untuk penderita DM
menurut Santoso (2008) adalah sebagai berikut:
1. Program latihan
Program latihan yang dianjurkan bagi penderita DM untuk meningkatkan
kesegaran jasmani adalah CRIPE, karena program ini dianggap memenuhi kebutuhan.
CRIPE adalah kepanjangan dari: .Continuous, Rhytmical, Interval, Progresif dan
Endurance
2. Porsi Latihan
Porsi latihan harus ditentukan supaya maksud dan tujuan latihan oleh penderita
DM memberikan manfaat yang baik. Latihan yang berlebihan akan merugikan
kesehatan, sedangkan latihan yang terlalu sedikit tidak begitu bermanfaat. Penentuan porsi
latihan harus memperhatikan intensitas latihan, lama latihan, dan frekuensi
latihan.

DAFTAR PUSTAKA
Soegondo,S.2007. Penatalaksanaan Diabetes Terpadu. Fakultas kedokteran Univrsitas
Indonesia.Jakarta.
Mardi Santoso. (2008). Senam Diabetes Indonesia Seri 4 Persatuan Diabetes Indonesia.
Jakarta: Yayasan Diabetes Indonesia

You might also like