You are on page 1of 11

TUGAS DEPARTEMEN GERONTIK

PROSES KEPERAWATAN GERONTIK PADA TINGKAT INDIVIDU

OLEH :
DINI RAHARDIANING DEWI (07.40.059)
DWI SEPTIANTORO (07.40.062)
KHOLIL AHMAD (07.40.0
SUCIATI LINDASARI (07.40.089)
TATIK WIDYAWATI (07.40.091)

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KEPANJEN


PROGRAM D III KEPERAWATAN
2009/2010
PROSES KEPERAWATAN GERONTIK PADA TINGKAT INDIVIDU

Pendahuluan
Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah
mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya
kemunduran sejalan dengan waktu. Proses alami yang disertai dengan adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial akan saling berinteraksi satu sama lain . Proses
menua yang terjadi pada lansia secara linier dapat digambarkan melalui tiga tahap yaitu,
kelemahan (impairment), keterbatasan fungsional (functional limitations),
ketidakmampuan (disability), dan keterhambatan (handicap) yang akan dialami
bersamaan dengan proses kemunduran.
Transisi demografi pada kelompok lansia terkait dengan status kesehatan lansia yang
lebih terjamin, sehingga usia harapan hidup lansia lebih tinggi dibanding masa-masa
sebelumnya . Pertambahan jumlah lansia di Indonesia dalam kurun waktu tahun 1990 –
2025, tergolong tercepat di dunia . Pada tahun 2002, jumlah lansia di Indonesia berjumlah
16 juta dan diproyeksikan akan bertambah menjadi 25,5 juta pada tahun 2020 atau
sebesar 11,37 % penduduk dan ini merupakan peringkat keempat dunia, dibawah Cina,
India dan Amerika Serikat . Sedangkan umur harapan hidup berdasarkan sensus BPS
tahun 1998 masing-masing untuk pria 63 tahun dan perempuan 67 tahun. Angka di atas
berbeda dengan kajian WHO (1999), dimana usia harapan hidup orang Indonesia rata-
rata adalah 59,7 tahun dan menempati urutan ke-103 dunia.
Data statistik tersebut mengisyaratkan pentingnya pengembangan keperawatan gerontik
di Indonesia. Walaupun secara historis, jauh sebelum keperawatan gerontik berkembang
menjadi sebuah spesialisasi pada dasarnya keperawatan memiliki peran yang besar
terhadap pemberian pelayanan keperawatan bagi lansia. Fokus asuhan keperawatan pada
lansia ditujukan pada dua kelompok lansia, yaitu (1) lansia yang sehat dan produktif, dan
(2) lansia yang memiliki kerentanan tubuh dengan ditandai kondisi fisik yang mulai
melemah, sakit-sakitan, dan daya pikir menurun . Pemberian asuhan keperawatan bagi
kedua kelompok tersebut bertujuan untuk memenuhi harapan-harapan yang diinginkan
oleh lansia yaitu memiliki kualitas hidup yang lebih baik dan produktif dalam tiga
dimensi, yaitu fisik, fungsional, dan kognitif. Berbagai penelitian melaporkan bahwa
peningkatan kualitas ketiga dimensi tersebut dapat meningkatkan harapan hidup lansia
yang lebihsehat.

Penelitian dalam Praktek Keperawatan


Pengembangan dan pemanfaatan ilmu keperawatan merupakan bagian yang esensial
dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan termasuk pula keperawatan
gerontik. Peningkatan kualitas tersebut hendaknya sejalan dengan penerapan praktik
keperawatan yang didasarkan pada fakta (evidence-based practice for nursing). Menurut
Loiselle et. al (2004), praktik keperawatan berdasarkan fakta merupakan upaya
pemanfaatan hasil penelitian (fakta empiris) klinik keperawatan yang terbaik guna
menentukan sebuah keputusan dalam intervensi keperawatan . Praktik keperawatan
berdasarkan fakta memberikan kerangka kerja dan proses penggabungan hasil penelitian
dan preferensi klien yang sistematis dalam pengambilan keputusan klinik, baik di tingkat
individu maupun organisasi pelayanan kesehatan . Fakta empiris tersebut bersumber dari
temuan penelitian-penelitian keperawatan yang relevan. Fakta terbaiklah yang akan
digunakan sebagai pedoman dalam menentukan pendekatan terhadap klien, keputusan
klinik, dan tindakan keperawatan. Sedangkan fakta terbaik adalah rangkaian tindakan
yang paling efisien, efektif, dan aman bagi klien. Bila perawat telah memiliki budaya
kerja yang ilmiah, dimana ia selalu mencari pembenaran tindakan yang dilakukannya
melalui pemanfaatan hasil-hasil penelitian maka diharapkan akan didapatkan hasil
perawatan yang lebih baik. Karena dalam praktik keperawatan tidak ada ruang sedikit
pun yang diperkenankan bagi tindakan trial and error.
Menerapkan hasil penelitian dalam pelayanan kesehatan merupakan upaya signifikan
dalam memperbaiki pelayanan kesehatan yang berorientasi pada efektifitas biaya (cost
effectiveness). Meningkatkan penelitian keperawatan dan menerapkan hasilnya dalam
praktek keperawatan merupakan kebutuhan mendesak untuk membangun praktek
keperawatan yang efektif. Menurut studi terhadap berbagai laporan penelitian
keperawatan (meta-analysis) yang dilakukan oleh Heater, Beckker, dan Olson (1988),
menyatakan bahwa pasien yang mendapatkan intervensi keperawatan yang bersumber
dari penelitian memiliki out come yang lebih baik bila dibandingkan dengan pasien yang
hanya mendapatkan intervensi standar .
Terdapat banyak model proses penerapan hasil penelitian dalam lingkup pelayanan
keperawatan yang telah disusun oleh para ahli, misalnya model Rosswurm dan Larrabee ,
model Iowa , model Children’s Hospital of Philadelphia , model Aurora , model Stetler ,
model Diffusion of Innovation , model Research Nurse Intern Program , atau model
Process of Research Utilization
Prioritas Penelitian Bidang Keperawatan Gerontik
Keperawatan gerontik secara holistik menggabungkan aspek pengetahuan dan
ketrampilan dari berbagai macam disiplin ilmu dalam mempertahankan kondisi kesehatan
fisik, mental, sosial, dan spiritual lansia (Lihat Gambar 2). Hal ini diupayakan untuk
memfasilitasi lansia ke arah perkembangan kesehatan yang lebih optimum, dengan
pendekatan pada pemulihan kesehatan, memaksimalkan kualitas hidup lansia baik dalam
kondisi sehat, sakit maupun kelemahan serta memberikan rasa aman, nyaman, terutama
dalam menghadapi kematian.
Penelitian keperawatan gerontik diharapkan dapat memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya bagi pengembangan teknik maupun mutu pelayanan dengan berbagai
pendekatan di atas. Namun dalam menyusun prioritas penelitian, perlu diseimbangkan
antara kebutuhan untuk menambah ilmu dan wawasan baru dengan kebutuhan untuk
meningkatkan kualitas, efektifitas, efisiensi, dan kepatutan pelayanan.
Dalam mengembangkan penelitian tersebut, kita terlebih dahulu perlu mengetahui aspek-
aspek kritis yang ada dalam keperawatan gerontik. Tulisan ini mencoba untuk
merangkaikan usulan prioritas penelitian di bidang keperawatan gerontik. Ada enam
aspek utama yang perlu dikaji mengingat sampai saat ini penelitian-penelitian

PERAWATAN SEHARI HARI YANG HARUS DILAKUKAN

Klien lanjut usia terutama adalah yang berhubungan dengan kebersihan perorangan
(personal hyghiene),. Yakni antara lain..

KEBERSIHAN MULUT DAN GIGI

Kebersihan mulut dan gigi harus tetap dijaga dengan menyikat gigi dan kumur secaara
teratur.meskipun sudah ompong bagi yang masih aktif dan masih masih mempunyai gigi
agak lengkap dapat menyikat giginya sendiri sekurang kurangnya 2 kali dalam sehari,
pagi bangun tidur dan malam sebelum tidur.bagi lansia yang menggunakan gigi palsu
dapat dipelihara seperti berikut:

1. Gigi palsu dikeluarkan dari mulut mennggunakan kain bersih atau saputangan yang
bersih. Bila kesulitan bisa di bantu oleh keluarga atau perawat.

2. Gigi palsu kemudian disikat perlahan lahan dibawah air mengalir sampai bersih. Bila
perlu dapat digunakan pasta gigi.

3. Pada waktu tidur, gigi palsu tidak perlu dipakai dan direndam di dalam air bersih
memiliki gigi lagi dan tidak meakai gigi palsu lagi setiap kali sehabis makan harus
melakukan kumur kumur untuk mengeluarkan sisa sisa makanan dalam mulut.

Bagi yang masih memiliki gigi tetapi karena kondisinya lemah atau lumpuh, usaha
membersihkan gigi atau mulut perlu mendapat bantuan dari keluarga atau jika tinggal di
panti bisa dibantu oleh petugas atau perawatnya. Yang perlu disediakan dalam usaha
membersihkan gigi antara lain:

4. Pasta gigi, sikat gigi(oleskan pasta gigi di atas sikat gigi secukupnya)

5. Air bersih dalam gelas untuk kumur secukupnya.

6. Kom plastic sedang untuk membuang air kumur

7. Handuk untuk alas didada agar tidak basah,dan untuk lap mulut setelah sikat gigi
selesai.

Caranya:

8. Alat alat seperti kom, sikat gigi, pasta gigi dan handuk diletakkan diatas meja kecil
atau kursi di dekat tempat tidur.

9. Usahakan klien duduk dengan posisi yang enak, bila tidak dapat duduk usahakan agar
dapat duduk setengah miring dengan cara meninggikan bantal untuk menahan
punggungnya.

10. Handuk direntangkan melebar sehingga menutup dada, gunanya menjagga agar tidak
basah.

11. Sikatlah gigi secara perlahan lahan mulai daerah luar , lalu kedalam dan kebelakang
gigi.

12. Berikan air bersih untuk kumur kumur sampai bersih


13. Sisa air kumur di tamping dalam kom plastic

14. Bersihkan daerah mulut dengan handuk hingga bersih dan kering.

KEBERSIHAN KULITDAN BADAN

Guna kulit

15. Melindungi bagian tubuh/ jaringan di bawahnya terhadap pukulan untuk


mencegah masuknya kuman-kuman penyakit, kedinginan dan lain-lain.

16. Sebagai panca indera peraba dan perasa.

17. Mengatur suhu badan

18. Mengeluarkan ampas-ampas berupa zat-zat yang tak terpakai, misalnya keringat

19. Tempat memasukkan obat injeksi

Pentingnya pemeliharaan kulit

Kulit menerima berbagai rangsangan (stimulus) dari luar. Kulit merupakan pintu masuk
kedalam tubuh. Kebersihan kulit mencerminkan kesadaran seseorang akan pentingnya
arti kebersihan. Kebersihan kulit dan kerapihan dalam berpakaian pada klienlanjut usia
perlu tetap diperhatikan agar penampilan mereka tetap segar . usaha membersihkan kulit
dapat dilakukan dengan mandi tiap hari secara teratur, paling sedikit dua kali sehari.
Guna mandi ialah: menghilangkan bau, menghilangkan kotoran, merangsang peredaran
darah dan memberikan kesadaran pada tubuh.

Pengawasan yang perlu dilakukan adalah:

20. Ada tidaknya lecet

21. Mengoleskan minyak pelembab kulit setip selesai mandi

22. Mempergunakan air hangat untuk mandi


23. Menggunakan sabun yang halus dan lembut

Bantuan perawatan bagi yang keadaan fisiknya memerlukan bantuan orang lain.
Persiapannya adalah:

24. Sediakan air hangat–hangat kuku dalam dua buah Waskom

25. Sediakan waslap dua buah

26. Sabun mandi

27. Bedak talk

28. Body lotion

29. Pakaian bersih

Penatalaksanaanya

30. Jaga privacy

31. Inform consent

32. Buka pakaian bagian atas bentangkan handuk pada dada dan mulai menyeka
bagian muka

33. Dibilas dengan waslap hingga bersih kering

34. Kemudian berturut-turut hingga tanggan dan lengan. Mulailah dengan tangan
yang jauh dari penolong. Selanjutnya bagian dada di seka lalu diberi talk

35. Setelah selesai dada ditutup dengan selimut kemudian diberi lotion atau talk

36. Bagian akhir adalah membersihkan daerah bagian bawah

37. Yang terakhir membersihkan daerah kemaluan

38. Ganti pakaian yang bersih, tempat tidur dibersihkan


KEBERSIHAN KEPALA RAMBUT DAN KUKU

Rambut seperti juga kuku tumbuh diluar epidermis. Perrtumbuhan ini terjadi karena
rambut mendapat makanan dari pembuluh-pembuluh darah di sekitar rambut

Tujuan membersihkan kepala untuk menghilangkan debu-debu dan kotoran-kotoran


yang melekat di rambut dak kulit kepala, klien lanjut usia yang masih aktif dapat
mencuci rambutnya sendiri.

Cara mencuci rambut:

39. Sediakan air hangat di Waskom.

40. Bilas rambut dengan air tersebut lalu beri sampo sedikit demi sedikit.

41. Usapkan dan gosokkan sampo itu di kepala.

42. Kenudian bilaslah sampai bersih lau keringkan dengan handuk.

Cara pemeliharaan kuku:

Kuku yang panjang mudah menyebabkan berkumpulnya kotoran dan bahkan kuman
penyakit.oleh karena itu harus selalu disarankan lanjut usia secara teratur memotong
kuku.bagi yang tidak mampu melakukan sendiri, hendaklah perawat atau keluarga
memotongnya.

KEBERSIHAN TEMPAT TIDUR DAN POSISI TIDUR

Tempat tidur yang bersih dapat memberikan kenikmatan atau perasaan nyaman pada
waktu tidur.oleh karena itu kebersihan tempat tidur perlu sekali di perhatikan.namun
perlu di ingat dan di sadari bahwa kondisi fisik untuk lanjut usia perlu mendapat bantuan
orang lain oleh karena itu bagi klien lanjut usia yang masih aktif di berikan pengarahan
cara membersihkan tempat tidur.

Bantuan kepada klien lanjut usia yang masih aktif, misalnya :

43. Bila keadaan kasir cekung ditengah, hendaknya dibalik tiap kali membersihkan
tempat tidur.

44. Alas kasur ditarik kencang dan ujung-ujungnya dilipat dan di serongkan kebawah
kasur sehingga tidak mudah menimbulkan lipatan-lipatan yang mungkin
menyebabkan lecet-lecet.

45. Alat kasur/ sprei diganti tiap tiga hari sekali, kecuali kalau kotor.

46. Bagi klien lanjut usia yang mengalami inkotinensia urine, alas kasur diganti tiap
kali basah.

Bantuan pertolonganbagi yang positif

Bagi usia yang lanjut usia yang terus menerus beristirahat ditempat tidur harus selalu
diusahakan dapat beristirahat atau tidur dalam keadaan atau posisi yang menyenangkan
atau nyaman.Usahakan pula bantal jangan terlalu lembek atau terlalu keras.Letak atau
posisi harus diatur sedemikian rupa sehingga klien merasa enak, dan harus sering di buat
selang seling agar tidak timbul luka lecet-lecet atau dekibitus akibat penekanan yang
terus menerus.

Letak atau posisi tidur dapat diatur, antara lain:

47. Letak guling dibawah kedua lututnya usahakan agar kakinya tidak tergilincir jatuh
ke samping dan tidak dalam posisi drop foot.

48. Untuk mencegah luka lecet (dekubitus) tumit dan bokong diberi bantal angin
(windring).

49. Agar dapat tidur terlentang dengan punggung dan bokong lurus hendaknya diberi
papan dibawah kasurnya, jika tempat tidur tersebut terdiri dari kawat-kawat
(springbet).

50. Pada letak atau posisi setengah duduk di bagian kepala tempat diberi sandaran
kursi papan.

Catatan:
51. Bagi klien yang mengalami inkontinensia urin sebaiknya diberi alas perlak karet/
plasatik untuk melindungi kasur.

52. Kebersihan mutlak diperhatikan untuk mencegah adanya semua atau binatang-
binatang kecil lainnya.

53. Jika tidak dalam keadaan tidur sebaiknya diberikan suatu akfitifas untuk melatih
pergerakan ototnya supaya tidak kaku ataupun merasa gelisah.

54. Kesabaran serta ketekunan kelurga yang merawat klien lanjut usia mutlak perlu
ditunjukkan agar klien lanjut usia tetap merasa diperhatikan. jarang
dipublikasikan.

AREA PRIORITAS
1. Pelayanan, evaluasi dan efektivitas intervensi terhadap individu maupun kelompok
atau metode baru dalam pelayanan keperawatan. Sub area prioritas: Ventilasi dan
sirkulasi, Nutrisi, Ekskresi, Aktifitas dan istirahat, Stimulasi mental, Tidur, Masalah
kardiovaskuler, Masalah penyakit vaskulerisasi perifer, Masalah respiratori, Masalah
gastrointestinal, Masalah diabetes, Masalah muskuloskeletal, Masalah genitourinary,
Masalah neurology, Masalah menurunnya fungsi sensorik
Masalah dermatology, Masalah kesehatan mental, Tindakan operatif & dampaknya,
Paliative care, Manajemen nyeri, Rehabilitasi, Perawatan diri dan higienitas, Pengawasan
menelan obat
2. Parameter & hasil (outcome) intervensi klinis yang spesifik. Sub area prioritas:
Diagnosis keperawatan yang spesifik, Pengembangan alat ukur geriatrik (contoh Iowa
Index of Geriatric Assessment Tools dapat diakses di http://www.uiowa.edu)
3. Faktor-faktor organisasi yang berdampak pada sistem pelayanan dan kinerja, Sub area
prioritas: Peran kolaborasi, Model perawatan di rumah (home care), Model perawatan di
rumah sakit (hospital care), Model perawatan di panti jompo (institutional care), Model
perawatan jangka panjang (long-term care), Nursing agency, Team work
4. Faktor-faktor sosial yang berdampak pada tingkat kesehatan lansia. Sub area prioritas:
Aspek legal : kebijakan & regulasi, Kelenturan kesehatan yang berbasis budaya &
kepercayaan, Sosial ekonomi, Konsep-konsep gerontologi (aspek kesehatan, aspek
spiritual, aspek etika dan moral, aspek nutrisi, aspek psikologis, aspek fisiologis, & aspek
sosial)
5. Kualitas hidup (quality of life) dan intervensi kesehatan psikososial. Sub area prioritas:
Penilaian status fungsional, Psikologis, Senile dementia
,Olah raga, Rekreasi, Upaya preventif terhadap risiko kecelakaan, Interaksi sosial,
Spiritual, Manajemen Stress, Sakaratul maut, Support keluarga, Aktifitas dan disfungsi
seksual
6. Promosi kesehatan. Sub area prioritas: Pesan, Teknologi

Penutup
Mengingat proyeksi penduduk lansia pada tahun 2020 akan meningkat menjadi 11,37 %
penduduk Indonesia, maka keperawatan gerontik memiliki potensi kerja yang cukup
besar di masa mendatang. Perawat perlu membudayakan kegiatan penelitian dan
pemanfaatan hasil-hasilnya dalam praktik klinik keperawatan untuk mempersiapkan
pelayanan yang prima. Praktik yang bersifat evidence-based harus dibuat sebagai bagian
integral dari kebijakan organisatoris pelayanan kesehatan pada semua tingkatan agar
langkah-langkah tersebut dapat diaplikasikan untuk meningkatkan kinerja pelayanan
kesehatan tersebut . Budaya ilmiah juga dapat dimanfaatkan sebagai strategi akuntabilitas
publik, justifikasi tindakan keperawatan, dan bahan pengambilan keputusan. Kesadaran
menejer keperawatan terhadap nilai penelitian yang potensial akan memberikan dampak
yang menguntungkan bagi organisasi, misalnya kinerja keperawatan yang meningkat dan
out come klien yang optimal.

You might also like