You are on page 1of 18

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Ambarawa yang berlokasi di kota

Ambarawa Kabupaten Semarang Jawa Tengah yang beralamat dijalan

R.A. Kartini No101 Lodoyong Ambarawa.

Pengambilan data dalam penelitian ini dimulai pada tanggal 9 April – 5

Mei 2018 di ruang Asoka, Dahlia, Teratai, Mawar, dan Anyelir. Sampel

yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 22 responden dan dibagi

menjadi 2 kelompok dengan masing-masing kelompok memiliki 11

responden. Penelitian ini tidak menggunakan kelompok kontrol untuk

membandingkan dari kelompok variabel yang akan di teliti.

2. Analisis Univariat

Analisis uninivariat ini peneliti menjelaskan atau mendiskripsikan

karakteristik responden dalam penelitian (usia, jenis kelamin, pekerjaan,

pendidikan, lama menderita diabetes mellitus (DM), dan nilai ankle

brachial index (ABI) sebelum dan sesudah diberikan intervensi senam

73
74

kaki dan nilai ABI sebelum dan sesudah diberikan intervensi buerger allen

exercise.

a. Usia responden

Usia responden dibagi menjadi tiga karakteristik yaitu usia dewasa

muda (20-25) tahun, usia dewasa penuh (26-65) tahun dan lanjut usia

(>65) tahun. Gambaran distribusi responden menurut usia dapat dilihat

pada tabel 4.1.

Tabel 4.1
Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia pada pasien diabetes
mellitus di RSUD Ambarawa bulan April – Mei 2018
(n=22)

Usia (tahun) Frekuensi Persentase (%)


Usia Dewasa Muda 0 0
(20-25)
Usia Dewasa Penuh 18 81,8
(26-65)
Lanjut Usia (>65) 4 18,2
Total 22 100,0

Berdasarkan 4.1 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi responden

terbanyak berdasarkan usia yaitu usia dewasa penuh (25-65 tahun)

sebanyak 18 responden (81, 8%) dan lanjut usia sebanyak 4 responden

(18,2%).

b. Jenis kelamin

Jenis kelamin dibagi menjadi dua karakteristik yaitu laki-laki dan

perempuan. Gambaran distribusi responden menurut jenis kelamin

dapat dilihat pada tabel 4.2


75

Tabel 4.2
Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelmin pada pasien
diabetes mellitus di RSUD Ambarawa bulan April – Mei 2018
(n=22)

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)


Laki-laki 6 27,3
perempuan 16 72,7
Total 22 100,0

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi

responden terbanyak berdasarkan jenis kelamin yaitu berjenis kelamin

perempuan sebanyak 16 responden (72,7%) sedangkan berjenis kelamin

laki-laki sebanyak 6 responden (27,3%).

c. Pekerjaan

Pekerjaan dibagi menjadi lima karakteristik yaitu PNS, Karyawan,

Wirausaha, Buruh, Pengangguran (Tidak Bekerja). Gambaran distribusi

responden menurut pekerjaan dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan pada pasien
diabetes mellitus di RSUD Ambarawa bulan April – Mei 2018
(n=22)

Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)


PNS 1 4,5
Karyawan 3 13,6
Wirausaha 2 9,1
Buruh 7 31,8
Pengangguran 10 45,5
Total 22 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi

responden berdasarkan pekerjaan sebagian besar responden tidak

bekerja sebanyak 10 responden (45,5%).


76

d. Pendidikan

Pendidikan dibagi menjadi lima karakteristik yaitu SD, SMP, SMA,

Perguruan Tinggi, Tidak sekolah. Gambaran distribusi responden

menurut pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan pada pasien
diabetes mellitus di RSUD Ambarawa bulan April – Mei 2018
(n=22)

Pendidikan Frekuensi Persentase (%)


SD 7 31,8
SMP 1 4,5
SMA 3 13,6
Pergururan Tinggi 1 4,5
Tidak Sekolah 10 45,5
Total 22 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi

responden berdasarkan tingkat pendidikan sebagian besar responden

tidak berseolah sebanyak 10 responden (45,5%).

e. Lama Menderita Diabetes Mellitus

Lama menderita diabetes mellitus dibagi menjadi tiga karakteristik

yaitu kurang dari 5 tahun, 5 sampai 10 tahun, dan lebih dari 10 tahun.

Gambaran distribusi responden menurut lama menderita diabetes

mellitus dapat di lihat pada tabel 4.5.


77

Tabel 4.5
Distribusi frekuensi responden berdasarkan lama menderita diabetes
pada pasien diabetes mellitus di RSUD Ambarawa bulan April – Mei
2018
(n=22)

Lama menderita Frekuensi Persentase (%)


Diabetes Mellitus
< 5 tahun 15 68,2
5-10 tahun 6 27,3
> 10 tahun 1 4,5
Total 22 100,0

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi

responden berdasarkanlama menderita diabetes mellitus sebgaian besar

lama menderita diabetes mellitus < 5 tahun sebanyak 15 responden

(68,2%).

f. Nilai Ankle Brachial Index (ABI) Sebelum dan Sesudah pada

Kelompok Senam Kaki dan Buerger Allen Exercise

Hasil analisis nilai ABI sebelum dan sesudah pada kedua kelompok

perlakuan dengan senam kaki dan buerger allen exercise. Gambaran

distribusi responden menurut nilai ABI pada pasien diabetes mellitus

dapat di lihat pada tabel 4.6


78

Tabel 4.6
Distribusi frekuensi responden berdasarkan nilai ABI pasien diabetes
mellitus di RSUD Ambarawa bulan April – Mei 2018
(n=22)

Kelompok Nilai N Sebelum Sesudah


ABI F % F %
(mmHg)
Senam Kaki 1,3 11 0 0 0 0
0,9-1 3 27,3 10 90,9
0,8-0,89 7 63,6 1 9,1
0,5-0,79 1 9,1 0 0
<0,5 0 0 0 0
Buerger 1,3 11 0 0 0 0
Allen 0,9-1 3 27,3 9 81,8
Exercise 0,8-0,89 6 54,5 2 18,2
0,5-0,79 2 18,2 0 0
<0,5 0 0 0 0

Berdasarkan tabel didapatkan hasil distribusi frekuensi spada kelompok

senam kaki didapatkan hasil sebelum diberikan intervensi nilai ABI

responden terbanyak berada dalam rentang 0,8-0,89 yaitu sebanyak 7

responden (63,6%), sedangkan sesudah diberikan senam kaki nila ABI

terbanyak pada rentang 0,9-1 yaitu sebanyak 10 responden (90,9%).

Sedangkan pada kelompok buerger allen exercise didapatkan hasil

sebelum dilakukan intervensi nilai ABI terbanyak berada pada rentang

0,8-0,89 sebanyak 6 orang (54,5%), dan setelah diberikan intervensi

buerger allen exercise nilai ABI terbanyak berada dalam rentang 0,9-1

yaitu sebanyak 9 responden (81,8%).

3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas

senam kaki dan buerger allen exercise terhadap peningkatan ABI pada

penderita DM di RSUD Ambarawa.


79

a. Perbedaan nilai ABI sebelum dan sesudah diberikan senam kaki maka

mengunakan uji Wilcoxon test.

Tabel 4.7
Perbedaan nilai ABI sebelum dan sesudah diberikan senam kaki pada
pasien Diabetes Melitus di RSUD Ambarawa bulan April-Mei 2018
(n=22)

Intervensi sebelum sesudah Positif Negatif Ties p-value


Mean Mean ranks ranks
Senam 0,8391 0,9564 11 0 0 0,003
Kaki

Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan hasil sebelum dilakukan senam kaki

nilai mean sebesar 0,8391, sedangkan setelah diberikan senam kaki

didapatkan mean 0,9564. Positif rank di dapatkan hasil 11, hal ini

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai ABI sebanyak 11

responden atau dengan kata lain semua responden mengalami

peningkatan nilai ABI. Sedangkan negatif ranks didapatkan hasil 0 hal

ini menunjukkan bahwa tidak ada responden yang mengalami

penurunan nilai ABI. Berdasarkan hasil uji Wilcoxon didapatkan hasil

p-value sebesar 0,003 (<0.05) hal ini menunjukkan bahwa ada

perbedaan secara bermakna nilai ABI sebelum dan sesudah diberikan

senam kaki.

b. Perbedaan Nilai ABI sebelum dan Sesudah diberikan Intervensi

Buerger Allen Exercise

Perbedaan nilai ABI sebelum dan sesudah diberikan intervensi buerger

allen exercise maka mengunkan uji Paired t-test.


80

Tabel 4.8
Perbedaan nilai ABI sebelum dan sesudah diberikan buerger allen
exercise pada pasien Diabetes Melitus di RSUD Ambarawa bulan
April-Mei 2018
(n=22)

Intervensi Sebelum Sesudah P-value


Mean ± SD Mean ± SD
Buerger Allen 0,8318 0,06113 0,9200 0,6050 0,000
Exercise

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukan bahwa pada kelompok buerger allen

exercise, didapatkan nilai mean 0,8318 dan standar deviasi 0,06113,

sedangkan setelah dilakukan intervensi didpatkan nilai mean 0,9200

dan standar deviasi 0,6050. Berdasarkan hasil uji uji Paired t-test yaitu

p-value 0,000 (<0,05), maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat

perbedaan nilai ABI sebelu dan sesudah diberikan buerger allen

exercise.

c. Perbedaan Efektifitas Senam Kaki dan Buerger Allen Exercise

Terhadap Peningkatan Nilai ABI

Analisis efektivitas senam kaki dan buerger allen exercise terhadap

peningkatan nilai ABI pasien DM menggunakan uji Mann Whitney test.

Tabel 4.9
Perbedaan selisih nilai ABI sebelum dan sesudah diberikan senam kaki
dan buerger allen exercise pada pasien Diabetes Melitus di RSUD
Ambarawa bulan April-Mei 2018
(n=22)

Intervensi N Mean ± SD P-value


Senam Kaki 11 0,1236 0,03828
Buerger Allen 11 0,0882 0,01537 0,028
Exercise
81

Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa responden yag diberikan

intervensi senam kaki diabetik didapatkan mean dan standar deviasi

sebesar 0,1236 dan 0,03828, sedangkan pada responden yang diberikan

intervensi buerger allen exercise didapatkan mean dan standar deviasi

sebesar 0,0882 dan 0,01537. Sehingga dari hasil yang didapatkan dapat

disimpulkan bahwa selisih mean pada kelompok yang diberi senam

kaki lebih tinggi dibandingkan kelompok yang diberikan intervensi

buerger allen exercise. Hasil uji statistik pada kedua kelompok

mengunakan uji Mann Whitney test didapatkan p-value sebesar 0,028

(<0,05) dengan demikian menunjukkan adanya perbedaan antara senam

kaki dan buerger allen exercise. Dengan demikian perlakuan senam

kaki lebih efektih daripada pemberian buerger allen exercise terhadap

peningkatan nilai ABI pasien DM di RSUD Ambarawa.

B. Pembahasan

1. Analisis Univariat

Hasil penelitian menunjukkan pada 11 responden intervensi senam

menujukkan bahwa nilai ABI sebelum diberikan senam kaki berada dalam

rentang 0,80-0,89 yaitu adanya sedikit penurunan sirkulasi yaitu sebanyak

responden 7 responden (63,6%), sedangkan nilai ABI sesudah diberikan

senam kaki sebagaian besar responden berada pada rentang normal dengan

nilai ABI 0,90-1 yaitu sebanyak 10 responden (90,9%). Sedangkan pada

kelompok yang diberikan intervensi buerger allen exercise menujukkan

bahwa sebelum diberikan buerger allen exercise nilai ABI berada pada
82

rentang 0,80-0,89 mengalami sedikit penurunan sebanyak 6 orang (54,5%)

dan setelah diberikan intervensi nilai ABI berada pada rentang normal

0,90-1 sebanyak 9 responden (81,8%). Hal ini menujukkan bahwa setalah

diberikan senam kaki dan buerger allen exercise mengalami peningkatan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat simpulkan bahwa sebelum diberikannya

intervensi senam kaki maupun buerger allen exercise nilai ABI berada

pada rentang 0,80-0,89 yaitu terjadinya penurunan pada sirkulasi arteri

perifer. Hal ini disebabkan karena pada pasien DM terjadi gangguan pada

jalur poliol (pemecahan glukosa menjadi sorbitol dan fruktosa) karena

akibat kekurangan insulin. Perubahan biokimia dalam jaringan saraf akan

menganggu kegiatan metabolik sel-sel Schwann dan menyebabkan

hilangnya akson. Sehingga kecepatan konduksi motorik akan berkurang

pada tahap dini sehingga terjadi ganguan tranduksi sinyal pada saraf.

Selain itu gangguan biokimia yang terjadi akibat oleh insufiensi insulin

dapat menjadi penyebab terjadinya makroangiopati yang mengakibatkan

arterosklerosis pada pembuluh darah. Jika mengenai arteri-arteri perifer

akan mengakibatkan insufisiensi vascular perifer. Akibat terjadinya

gangguan vaskular perifer ini menyebabkan gangguan aliran darah pada

bagian ekstremitas bawah dan mengakibatkan hasil pengukuran ABI

berada di bawah rentang normal (Prince & Wilson, 2014, hlm.1269).

Selain itu hasil penelitian pada kedua kelompok menunjukkan bahwa

responden yang menderita DM tipe 2 dengan jumlah paling banyak usia 25

sampai 65 tahun yaitu sebnayak 18 orang (81,8%). Hal ini sesuai dengan
83

pendapat yang disampaikan oleh Sudoyo (2007, hlm.1915-1916)

menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya DM

adalah faktor usia. Seseorang yang berusia lebih dari 30 tahun akan

mengalami perubahan anatomi, fisiologi dan biokimiawi dan memiliki

risiko peningkatan kadar glukosa darah, sehingga semakin bertambahnya

usia maka prevalensi gangguan toleransi glukosa dan prevalensi DM akan

meningkat. Hal tersebut dikarenakan adanya resistensi insulin dan

toleransi glukosa oleh karena faktor degeneratif yaitu menurunnya fungsi

tubuh untuk melakukan metabolisme glukosa darah.

Semakin usia seseorang bertambah dapat menyebabkan terjadinya

resistensi insulin yang disebakan oleh empat faktor antara lain terjadinya

penurunan jumlah masa otot yang mengakibatkan menurunnya jumlah

serta sensivitas reseptor insulin, turunnya aktivitas fisik yang

mengakibatkan turunnya jumlah reseptor insulin yang siap berikatan

dengan insulin, tejadinya perubahan pola makan pada usia lanjut yang

disebabkan karena oleh karena berkurangnya gigi geligi sehingga

prosentase bahan makanan karbohidrat akan meningkat, serta perubahan

neuro-hormonal yang akan mengakibatkan penurunan ambilan glukosa

karena menurunnya sensivitas reseptor insulin serta menurunnya aksi

insulin (Setiati, et.al., 2015, hlm.2424).

Bertambahnya usia mengakibatkan risiko terjadinya gangguan pembuluh

darah perifer meningkat. Bertambahnya usia seseorang menyebabkan

terjadinya perubahan dalam proliferasi sel, proses apoptosis dan kerusakan


84

DNA. Seiring bertambahnya usia menyebabkan jumlah nitric oxide (NO)

menurun (Wang & Bennett, 2012, hlm.245-252). Penurunan NO berakibat

vasodilatasi berkurang dan menyebabkan aliran darah pada pembuluh

darah berkurang, sehingga mengakibatkan perubahan nilai ABI (Setiati,

et.al., 2015, hlm.2398).

Sedangkan setelah diberikan intervensi senam kaki dan buerger allen

exercise nilai ABI berada pada rentang 0,9-1 yaitu berada pada rentang

normal. Terjadinya DM tipe 2 akibat penurunan sensitivitas terhadap

insulin, sehingga mengakibatkan terjadinya peningkatan glukosa dalam

darah dan tidak dapat masuk kedalam sel (Smeltzer & Bare, 2013,

hlm.1220). Intervensi yang diberikan dapat meningkatkan pergerkkan pada

otot kaki yang memiliki efek langsung pada metabolisme karbohidrat.

Hormon yang berperan penting dalam pengaturan metabolisme

karbohidrat selain insulin, IGF-I, IGF-II, glucagon dan somatostatin, yaitu

hormon epinefrin yang dapat membantu membebaskan Free Fatty Acid

(FFA) ke daam aliran darah dan dapat menurunkan glukosa di jaringan

perifer sehingga menyebabkan sirkulasi pada ekstremitas menjadi lancar,

dan mengakibatkan trtjadinya perubahan nilai ABI (Ganong, 2013,

hlm.366).

Hal diatas didukung oleh penelitian yang dilakukan Magiwa pada tahun

2016 menunjukkan bahwa sebelum melakukan senam kaki rata-rata nilai

ABI responden terbanyak berada pada rentang 0,80-0,89 sebanyak 15

responden (50%), sedangnkan setelah diberikan senam kaki rata-rata nilai


85

ABI berada pada rentang 0,90- 0,1 yaitu14 sebanyak 29 responden

(96,7%).

2. Analisis Bivariat

Efektivitas senam kaki dan buerger allen exercise terhadap peningkatan

nilai ankle brachial index (ABI) pada pasien diabetes mellitus di RSUD

Ambarawa.

Hasil penelitian pada kedua kelompok perlakuan (senam kaki dan buerger

allen exercise) menunjukan nilai ABI pada kelompok senam kaki

didapatkan nilai selisih mean yaitu 0,1236, sedangkan pada kelompok

buerger allen exercise nilai selisih mean yaitu 0,0882. Berdasarkan hasil

uji Mann- Whitney Test didapatkan hasil p-value 0,028 (<0,05) pada kedua

kelompok yang berati Ho ditolak dan Ha diterima yang berati ada

perbedaan efektivitas antara senam kaki dan buerger allen exercise.

Karena hasil nilai selisih mean senam kaki lebih besar dari buerger allen

exercise dapat ditarik kesimpulan bahwa senam kaki lebih efektif

dibandingkan buerger allen exercise dalam meningkatkan nilai ABI pada

pasien DM tipe 2.

Senam kaki merupakan salah satu bentuk dari perawatan kaki yang dapat

dilakukan pada pasien DM yang berupaya untuk mencegah timbulnya

komplikasi kaki diabetik. Manfaat dari senam kaki yaitu membantu

memperbaiki sirkulasi darah dan memperkuat otot-otot kecil kaki (Atun,

2010, hlm.93). Saat melakukan gerakan gerakan senam kaki, otot kaki
86

diperkirakan mengalami peningkatan aliran darah tiga kali lipat dari otot

yang beristirahat. Senam kaki yang dilakukan secara rutin akan

memberikan efek mekanis langsung terjadi dari otot atau jaringan yang

dapat menstimulasi sirkulasi darah. Aliran darah yang meningkatkan pada

bagian kaki sehingga menyebabkan terjadinya perubahan nilai ABI (Atun,

2010, hlm.94).

Hal diatas didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Harefa pada

tahun 2011 bahwa setalah dilakukan senam kaki didapatkan rata-rata

sirkulasi darah 1,16 yang berate sirkulasi darah normal karena senam kaki

dapat memperbaiki peredaran darah yang terganggu dan memperkuat otot-

otot kecil kaki pada pasien DM. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh

Trianto tahun 2015 bahwa terdapat perubahan nilai ABI setelah dilakukan

senam kaki dengan rerata perubahan nilai 0,05211. Dilihat dari hasil uji

statistik mengunakan Paired t-test didapatkan hasil p value 0,000 atau <

0,05 yang berati bahwa ada pengaruh senam kaki terhadap ABI.

Berdasarkan hasil penelitian menujukan bahwa pasien DM yang diberikan

buerger allen exercise dapat meningkatkan nilai ABI. Hal ini sesuai

pendapat yang disampaikan oleh Smeltzer & Bare (2013, hlm.881) bahwa

latihan yang dilakukan melalui peletakan posisi yang bertujuan untuk agar

tidak adanya penumpukan darah pada ekstremitas bawah sehingga aliran

darah balik ke jantung tetap terpelihara dengan baik dan tekanan darah

tetap stabil pada saat melakukan latihan. Selain itu saat melakukan latihan

buerger allen exercise terjadinya peningkatan aliran darah ke otot


87

ekstremitas bawah. Saat otot berkontraksi akan menimbulkan efek

sirkulasi yaitu sebagian anteriol di sirkulasi perifer berkontraksi dengan

kuat dalam otot yang aktif sehingga jantung dirangsang untuk

meningkatkan aliran darah yang dibutuhkan oleh otot. Sehingga sesudah

diberikannya latihan dapat menyebabkan terjadinya peningkatan aliran

darah menuju otot yang aktih sehingga menyebabkan perubahan nilai ABI

(Guyton & Hall, 2014, hlm.260).

Penelitian yang dengan pendapat diata didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh Aruna pada tahun 2015, menunukkan hasil p < 0,05 yang

berati ada peningkatan signifikan skor ABI dalam mencegah arteri perifer

pada penderita DM. Selain itu penelitian lain yang dilakukan oleh John

pada tahun 2015, didapatkan hasil p< 0,05 yang dapat disimpulkan bahwa

latihan buerger allen exercise efektih untuk memperbaiki perfusi

extremitas bawah diantara pasien DM.

Hasil penelitian menunujkan bahwa kedua intervensi yang diberikan baik

senam kaki maupun buerger allen exercise memiliki manfaat yang sama

yaitu melancarkan sirkulasi darah pada ektremitas bawah. Akan tetapi

terdapat perbedaan dari keduanya, dimana buerger allen exercise hannya

memperbaiki sirkluasi darah perifer saja, sedangkan pada senam kaki

dapat membantu memperlancar dan memperbaiki sirkulasi darah serta

dapat meningktkan sensivitas insulin.


88

Hal diatas sesuai dengan pendapat Soegondo (2011, dalam Dewi, Sumarni,

& Sundari, 2012, ¶6). Bahwa gerakan-gerakan pada senam kaki berpusat

pada daerah kaki yang memenuhi kriteria continous, rhythmicall, interval

dan edurace, sehingga setiap tahapan gerakan harus dilakukan. Senam

yang dianjurkan pada penderita DM bersifat aerobik artinya membutuhkan

oksigen dan dapat membantu memperlancar sirkulasi darah, memperkuat

otot dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki yang meningkatkan

potensi terjadinya ulkus, selain itu melakukan senam kaki secara rutin

dapat meningkatkan produksi insulin yang di pakai dalam transport

glukosa ke sel sehingga membantu menurunkan glukosa dalam darah.

Sesuai pendapat yang disampakan Ernawati (2013, hlm.49-50) yang

menyatakan pada otot yang aktif walaupun terjadi peningkatan kebutuhan

glukosa, tetapi tidak disertai dengan peningkatan kadar insulin. Hal ini

disebabkan karena meningkatnya kepekaan reseptor insulin di otot dan

bertambahnya jumlah reseptor insulin yang aktif pada saat latihan senam

kaki. Kepekaan reseptor insulin pada otot ini akan berlangsung menetap

meskipun setelah latihan senam kaki sudah berakhir. Selain itu pada saat

melakukan senam kaki terjadi peningkatan aliran darah yang menyebabkan

jala-jala kapiler terbuka sehingga lebih banyak reseptor insulin yang

tersedia dan aktif, sehingga hal ini membantu terjadinya peningkatan

transfer glukosa ke sel sehingga kadar glukosa dalam darah menurun.

Selama melakukan latihan senam kaki terjadinya kontraksi yang dapat

memicu penyisipan GLUT 4 ke membran plasma sel otot yang aktih,

sehingga menyebabkan aliran darah meningkat pada ekstremitas bawah


89

dan tekanan darah mengalami sedikit perubahan dan nilai ABI mengalami

peningkatan.

Penelitian terkait sesuai dengan pendapat diatas yaitu penelitian yang

dilakukan oleh Priyanto, Sahar dan Widyatuti tahun 2015 bahwa setalah

dilakukan senam kaki terdapat rerata perubahan kadar glukosa dan

sensivitas kaki dengan rerata perubahan nilai 243,73 (SD= 60,53) dan

24,23 (sd= 49,73) yang beratI ada perbedaan rata-rata kadar glukosa darah

dan sensivitas kaki pada agregat lansia yang mengalami DM setalah

dilakukan senam kaki. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Zaqiyah

pada tahun 2017 didapatkan hasil rata-rata nilai ABI pada kelopok yang

diberikan senam kaki yaitu 0,96 (SD= 0,061) sedangkan pada kelompok

kontrol rata-rata nilai ABI 0,91 (SD= 0,02) yang dapat disimpulkan bahwa

senam kaki efektiv terhadap perubahan nilai ABI pada penederita DM.

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Zukhri (2015) bahwa terdapat

perubahan nilai ABI setelah dilakukan senam kaki dengan rata-rata

perubahan nilai 1,005. Dilihat dari hasil uji bivariat didapatkan hasil p

value 0,012 (p<0,05) yang menunjukan bahwa terdapat perbedaan antara

sirkulasi darah pada kaki setelah diberikan senam kaki.

C. Keterbatasan Penelitian

1. Pencataan hasil kadar gula darah sampel seharusnya dilakukan sebelum

diberikan intervensi pada kedua kelompok meskipun sudah ada dari pihak

rumah sakit.
90

2. Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu dimana peneliti tidak

mengendalikan faktor-faktor perancu yang memperngaruhi hasil

pengukuran nilai ABI seperti hipertensi dan obesitas.

3. Peneliti dalam membedakan kedua kelompok intervensi berdasarkan jam

masuk perruangan dirasa kurang efektiv, karena tidak menentunya pasien

DM pada setiap ruangan.

You might also like