Professional Documents
Culture Documents
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS SEHAT
1. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja Petugas Loket di Loket pendaftaran dalam pelayanan KTPK
dan Kartu Rawat Jalan bagi pasien Umum / Askes / Masyarakat Miskin.
2. SASARAN :
Petugas Loket dalam mencatat pasien Umum, Askes dan Masyarakat Miskin,
membuat KTPK dan Kartu Rawat Jalan bagi Keluarga baru serta mencarikan Kartu
Rawat Jalan yang tersimpan dalam Famili Folder bagi Keluarga dengan kunjungan
ulang.
3. URAIAN UMUM :
Pencatatan Register No. Index :
Untuk pasien yang belum / tidak membawa KTPK dicatat nomor index ( dalam
wilayah kerja : 00.--- dan diluar wilayah kerja : 90.--- ), Nama KK, Umur &
Alamat KK ) pada Register nomor index.
Pembuatan KTPK :
Mencatat Identitas ( Nama, umur, jenis kelamin, pasien umum / Askes, alamat
& nomor index sesuai dengan register nomor index ).
Pencatatan pasien :
Pasien dicatat pada register rawat jalan.
4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
a. Pasien datang mendaftarkan diri di loket pendaftaran.
b. Petugas mendaftarkan pasien :
Pasien baru :
Untuk pasien yang belum punya / tidak membawa KTPK dicatat nomor
index ( dalam wilayah kerja : 00.--- dan luar wilayah kerja 90.--- ), nama
KK, nama pasien, alamat pada register nomor index.
Petugas membuatkan KTPK.
Petugas membuatkan Kartu Rawat Jalan.
Pasien yang sudah memiliki KTPK :
Petugas mencarikan Kartu Rawat Jalan sesuai nomor index KTPK untuk
pasien yang sudah pernah berobat / berkunjung.
Petugas membuatkan Kartu Rawat Jalan sesuai dengan identitas pasien
untuk pasien yang belum pernah berobat / berkunjung.
c. Petugas menarik retribusi dari pasien umum sesuai dengan Perda yang berlaku,
dan menyerahkan Kartu rawat jalan kepada pasien untuk dibawa ke tempat
tujuan pelayanan yang diinginkan.
d. Pasien membawa Kartu rawan jalan ke tempat tujuan pelayanan yang diinginkan
dan petugas di ruang pelayanan yang dituju menerima pasien dan melaksanakan
pelayanan sesuai dengan protap / standar pelayanan yang berlaku.
f. Petugas Loket menyimpan kembali Kartu Rawat Jalan ke Rak Arsip sesuai
dengan nomor index.
PASIEN DATANG
LOKET PENDAFTARAN
REGISTER NOMOR
INDEX MENUNJUKKAN
KIP
Tanggal, No. Index, Nama
KK, Umur, Jenis Kelamin,
Alamat
BUATKAN
KIP
KARTU RAWAT
DIBUATKAN KARTU JALAN DI CARI
RAWAT JALAN. SESUAI NO.INDEX
RUANG PELAYANAN
DICATAT KE :
» REGISTER RAWAT
KARTU RAWAT
JALAN KARTU RAWAT JALAN JALAN.
DIMASUKKAN KE » SENSUS HARIAN
FAMILY FOLDER DIKEMBALIKAN KE PENYAKIT
DALAM RAK ARSIP LOKET
1. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja Petugas KIA dalam pelaksanaan pelayanan pemeriksaan Ibu
hamil ( ANC ).
2. SASARAN :
Petugas KIA dalam mempersiapkan alat / sarana untuk memberikan pelayanan
pemeriksaan Ibu hamil.
3. URAIAN UMUM :
a. Persiapan ruangan dan alat lengkap, alat pemeriksaan ( timbangan, ukuran
panggul, tensi dan alat suntik ).
b. Persiapan Vaksin TT dalam cold chain, tablet Fe dan Vitamin.
c. Pelaksanaan pemeriksaan dan tindakan.
d. Penyuluhan.
e. Pencatatan / rujukan.
4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
i. Petugas menerima kunjungan ibu hamil di Ruang KIA setelah mendaftar
di loket pendaftaran.
ii. Petugas melakukan Anamnesa :
» Menanyakan Identitas.
» Menanyakan riwayat kehamilan yang sekarang dan yang lalu.
» Menanyakan riwayat menstruasi.
» Menanyakan riwayat persalinan yang lalu dan pemakaian alat kontrasepsi.
» Menanyakan riwayat penyakit yang diderita dan riwayat penyakit keluarga.
» Menanyakan keluhan pasien.
» Mempersilahkan Ibu hamil ke Laboratorium untuk periksa Hb dan golongan
darah ( untuk Bumil dengan K1 ), pemeriksaan Hb diulang pada umur
kehamilan trimester III, serta pemeriksaan laboratorium lainnya ( seperti
protein urin, reduksi urin ) atas indikasi.
vi. Petugas mencatat hasil pemeriksaan pada status ibu, Buku KIA, Kohort
Hamil.
viii. Petugas mendeteksi resiko tinggi kehamilan bila ada dan rujuk ke RSU /
dokter spesialis serta melakukan kunjungan rumah pasien ( perkesmas ).
LOKET ANAMNESA
PENDAFTARAN MASUK RUANG KIA Hamil ini
Hamil yg lalu
Penyakit yang diderita.
Penyakit keluarga.
PEMERIKSAAN :
Tensi
Tinggi Fundus Uteri
Auskultasi DJJ (bila ada
LABORATORIUM : indikasi)
Semua Bumil : Indikasi Pemeriksaan lainnya
Gol. Darah penyakit (bila ada indikasi )
Hb. DM / TINDAKAN :
Bila ada indikasi penyakit : Hypertensi Pemberian TT
Urine Reduksi Pemerian Tablet Fe
Urine Protein Pemberian Vit & Lactas
Calcicus
Penyuluhan
Pesan untuk control.
Ada keluhan
penyakit beresiko Sehat / Normal
/ Tdk beresiko
RUJUK RSU
1. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja Petugas KIA dalam pelaksanaan pelayanan PNC.
2. SASARAN :
Petugas KIA dalam memberikan pelayanan Ibu Nifas ( PNC ).
3. URAIAN UMUM :
a. Penerimaan pasien setelah pendaftaran di loket pendaftaran.
b. Pengkajian data pasien untuk pengisian status pasien.
c. Pemeriksaan fisik pasien..
d. Penyuluhan kepada pasien tentang hal-hal penting dalam masa nifas.
e. Pencatatan.
4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
i. Petugas menerima kunjungan ibu nifas di Ruang KIA setelah mendaftar di
loket pendaftaran.
ii. Petugas melakukan Anamnesa :
» Menanyakan Identitas.
» Menanykan status imunisasi ibu.
» Menanyakan riwayat kehamilan.
» Menanyakan riwayat persalinan dan keadaan bayi yang baru lahir.
» Menanyakan keluhan ibu dalam masa nifas.
iii. Petugas melakukan pemeriksaan :
» Tinggi Badan, Berat Badan.
» Mengukur vital sign.
» Melakukan pemeriksaan khusus :
o Payudara : Bengkak ?, Produksi ASI ?
o TFU : Penurunan TFU, kontraksi uterus.
o Genetalia : Pengeluaran lochea, jahitan perineum bila ada,
kondisi vulva
iv. Petugas menentukan diagnosa kebidanan.
v. Petugas memberikan resep obat tablet Fe untuk diambil di apotik.
vi. Petugas memberikan penyluhan tentang personal hygiene terutama vulva
hygiene, makanan bergizi, pemberian ASI eksklusif, perawatan payudara, cara
menyusui yang benar dan motivasi penggunaan alat kontrasepsi.
vii. Petugas melakukan rujukan bila ada indikasi.
viii. Petugas mencatat hasil kunjungan ibu ke dalam kohort ibu.
SEHAT, 1 April 2010.
Kepala Puskesmas SEHAT
LOKET ANAMNESA
PENDAFTARAN MASUK RUANG KIA Riwayat persalinan.
Adanya keluhan.
PENGISIAN STATUS
PEMERIKSAAN :
Berat Badan
Tekanan darah.
Pemeriksaan :
o Payudara.
o TFU.
o Genetalia.
o Jahitan perineum.
o Pengeluaran lochea.
PEMBERIAN TABLET
BUFAS ADA KELUHAN Fe DAN VIT.A
BP. UMUM
SEHAT
PENYULUHAN
Kebersihan diri.
BUFAS ADA Makanan bergizi.
KOMPLIKASI ASI dini dan Eksklusif.
Perawatan Payudara.
Cara menyusui yang
benar.
Motivasi diri.
RUJUK RSU
PULANG
1. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja Petugas Imunisasi dalam memberikan Imunisasi pada bayi.
2. SASARAN :
Petugas Imunisasi dalam mempersiapkan alat / sarana, vaksin serta kesiapan petugas
dalam pemberian Imunisasi kepada bayi ( penyuntikan ).
3. URAIAN UMUM :
a. Persiapan alat : Spuit lengkap, alat sterilisator, kapas air hangat.
b. Persiapan Vaksin : Vaksin yang sesuai dengan
sasaran dimasukkan dalam termos es ( vaksin carier ).
c. Persiapan sasaran : Pemberitahuan kepada
orang tua bayi ( sasaran ) tempat penyuntikan dan
efek sampingnya.
d. Pemberian Imunisasi : Pengambilan vaksin sesuai dengan dosisnya.
Desinfeksi pada tempat yang akan disuntik.
Pemberian Imunisasi sesuai dengan jenis vaksin sbb :
» BCG : Intra cutan, dosis 0,05 cc.
» Polio : Tetes mulut, dosis 2 tetes.
» DPT, HB, Campak : Subcutan, dosis 0,5 cc.
e. Pemberian obat antipiretik untuk imunisasi DPT, dijelaskan cara dan dosis
pemberian.
f. Memberikan Informasi kepada orang tua bayi mengenai jadwal imunisasi
berikutnya.
g. Pencatatan / pelaporan : Imunisasi yang diberikan dicatat dalam buku catatan
imunisasi dan Buku KIA / KMS.
4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
i. Petugas Imunisasi menerima kunjungan bayi sasaran Imunisasi yang
telah membawa Buku KIA / KMS di Ruang Imunisasi setelah mendaftar di
loket pendaftaran.
ii. Petugas memriksa status Imunisasi dalam buku KIA / KMS dan
menentukan jenis imunisasi yang akan diberikan.
iii. Petugas menanyakan keadaan bayi kepada orang tuanya ( keadaan bayi
yang memungkinkan untuk diberikan imunisasi atau bila tidak akan dirujuk ke
Ruang Pengobatan ).
iv. Petugas menyiapkan alat ( menyeteril alat suntik dan kapas air hangat ).
v. Petugas menyiapkan vaksin ( vaksin dimasukkan ke dalam termos es ).
vi. Petugas menyiapkan sasaran ( memberitahukan kepada orang bayi
tentang tempat penyuntikan.
vii. Petugas memberikan Imunisasi ( memasukkan vaksin ke dalam alat
suntik, desinfeksi tempat suntikan dengan kapas air hangat, memberikan
suntikan vaksin / meneteskan vaksin sesuai dengan jadwal imunisasi yang akan
diberikan.
viii. Petugas melakukan KIE tentang efek samping pasca imunisasi kepada
orang tua bayi sasaran imunisasi.
ix. Petugas memberikan obat antipiretik untuk imunisasi DPT, dijelaskan
cara dan dosis pemberian.
x. Petugas memberitahukan kepada orang tua bayi mengenai jadwal
imunisasi berikutnya.
xi. Petugas mencatat hasil imunisasi dalam Buku KIA / KMS dan Buku
Catatan Imunisasi serta rekapitulasi setiap akhir bulannya.
BAYI SEHAT
TIMBANG BB ANAMNESA
» Kelengkapan KMS / Buku KIA.
» Keadaan Umum.
» Riwayat Imunisasi
PEMERIKSAAN
KEADAAN UMUM BAYI
PEMBERIAN IMUNISASI
» Penyiapan alat dan vaksin.
» Vaksin dihisap ke dalam spuit sesuai
ketentuan dosis.
» Desifeksi tempat penyuntikan dengan kapas
air hangat.
» Vaksin disuntikkan sesuai jenisnya ( vaksin
Polio diteteskan peoral )
» Pemberian Antipiretik.
PENYULUHAN
» Efek samping Imunisasi.
» Kembali bila ada keluhan.
» Jadwa imunisasi berikutnya.
Pelayanan : MTBS
Prosedur : Pelaksanaan MTBS.
1. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja bagi Petugas / Paramedis dalam pelayanan / pemeriksaan
Balita sakit.
2. SASARAN :
Petugas / Paramedis dalam melaksanakan MTBS.
3. URAIAN UMUM :
a. Anamnesa :
Wawancara terhadap orang tua bayi dan balita mengenai keluhan utama,
keluhan tambahan, lamanya sakit, pengobatan yang telah diberikan, riwayat
penyakit lainnya.
b. Pemeriksaan :
i. Untuk bayi muda umur 1 hari s/d 2 bulan :
» Periksa kemungkinan kejang.
» Periksa gangguan nafas.
» Ukur suhu tubuh.
» Periksa kemungkinan adanya infeksi bakteri.
» Periksa kemungkinan adanya icterus.
» Periksa kemungkinan gangguan pencernaan dan diare.
» Ukur berat badan.
» Periksa status imunisasi.
» Dan seterusnya lihat formulir MTBS.
4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
i. Pasien bayi / balita dari loket pendaftaran menuju ruang KIA / Gizi
untuk ditimbang berat badannya, lanjut menuju ruang pelayanan MTBS.
ii. Petugas menulis identitas pasien pada kartu rawat jalan.
iii. Petugas melaksanakan anamnesa :
b. Keluhan Utama.
c. Keluhan tambahan.
d. Lamanya sakit.
e. Pengobatan yang telah diberikan.
f. Riwayat penyakit lainnya.
BALITA
SAKIT
LOKET MASUK RUANG RUANG MTBS
PENDAFTARAN KIA / GIZI
Tatalaksana Balita Sakit
sesuai formulir / Buku
TIMBANG BB Pedoman MTBS
KONSULTASI DOKTER
DI R. PENGOBATAN
RUJUK RSU.
APOTIK
1. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja bagi petugas dalam mengelola dan mendistribusikan obat ke
unit pelayanan ( apotik Puskesmas / Pustu ).
2. SASARAN :
Petugas Gudang Obat dalam pengelolaan dan distribusi obat ke unit pelayanan.
3. URAIAN UMUM :
a. Pencatatan Obat dari Gudang Farmasi Kabupaten :
Obat yang datang dari gudang Farmasi Kabupaten diperiksa sesuai dengan slip
penerimaan.
b. Pencatatan Kartu Stock :
Obat yang baru diterima dari gudang Farmasi Kabupaten dicatat dalam Kartu
Stock untuk setiap jenis obat.
d. Pencatatan Register harian :
Obat yang dikeluarkan / didistribusikan ke unit pelayanan dicatat dalam buku
register harian.
e. Pembuatan LPLPO :
Pencatatan penerimaan dan pemakaian obat setiap bulan.
4. LANGKAH-LANGKAH :
a. Petugas menerima obat dari Gudang Farmasi Kabupaten
sesuai amfrahan / slip penerimaan obat.
b. Petugas menyimpan obat sesuai dengan bentuk sediaan,
abjad nama obat dengan memperhatikan waktu daluwarsa ( bila ada ).
c. Petugas mencatat per jenis obat dalam Kartu stock obat.
d. Petugas mendistribusikan obat ke unit pelayanan sesuai
dengan permintaan.
e. Petugas mencatat obat yang didistribusikan ke unit
pelayanan ke dalam buku register harian.
f. Petugas membuat LPLPO setiap akhir bulan.
5. DOKUMEN TERKAIT :
a. Kartu Stock Obat.
b. Buku Register Harian.
c. LPLPO. SEHAT, 01 April 2010
Kepala Puskesmas SEHAT
APOTIK PUSKESMAS
PUSKESMAS PEMBANTU
R. PENGOBATAN
R. KIA / KB PUSLING
R. KGM
Keterangan :
: Pengiriman Obat.
: Pengiriman Laporan.
1. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja petugas di apotik dalam pemberian obat kepada pasien
2. SASARAN :
Petugas apotik dalam meracik obat, pemberian etiket, menerangkan cara pemakaian obat dan
pencatatan / pelaporan obat di apotik
3. URAIAN UMUM :
a. Peracikan Obat
Pengambilan dan Pembuatan ( Puyer ) jenis obat sesuai dengan resep.
b. Pemberian etiket
Pemberian label pada masing-masing obat meliputi :
Nama
Alamat
Dosis
Cara penggunaan
c. Menerangkan cara pemakaian obat
Menerangkan pada pasien tentang aturan minum, waktu pemakaian dan cara penggunaan
obat.
d. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan hasil jumlah penggunaan obat dalam sebulan dengan buku Bantu register
pengeluaran obat
4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
a. Petugas menerima resep dari Ruang Pengobatan Umum,
Ruang Pengobatan Gilut, Ruang KIA / KB di apotik.
b. Petugas membaca dan meneliti resep yang di terima.
c. Petugas menanyakan kembali kepada penulis resep apabila
resep yang di terima kurang jelas atau obat yang di minta tidak tersedia.
d. Petugas meracik obat dan membuat etiket apabila resep telah
jelas
e. Petugas menaruh obat dalam kemasan kemudian di berikan
kepada pasien
f. Petugas menerangkan kepada pasien mengenai pemakaian
obat, aturan minum, dan cara penggunaan sesuai dengan anjuran yang tertera di resep.
g. Petugas menghitung jumlah obat yang di keluarkan setiap
harinya.
h. Petugas mencatat jumlah obat yang telah di hitung kedalam
buku pengeluaran harian
i. Petugas merekapitulasi jumlah obat yang keluar setiap bulan
ke dalam LPLPO pada setiap akhir bulan.
PASIEN BAWA
RESEP OBAT
PASIEN
Petugas menyelesaikan
administrasi pengeluaran
obat.
PULANG
Keterangan :
: Arah penyerahan resep / obat
Pelayanan : Pengobatan.
Prosedur : Pemeriksaan Pasien.
1. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja bagi petugas medis / paramedis dalam melakukan
pemeriksaan di ruang Pengobatan.
2. SASARAN :
Tenaga Medis / Paramedis dalam melakukan pemeriksaan pasien di ruang
Pengobatan.
3. URAIAN UMUM :
» Anamnesa :
Wawancara terhadap pasien atau keluarganya mengenai :
Keluhan Utama.
Keluhan tambahan.
Riwayat penyakit terdahulu.
Riwayat penyakit keluarga.
Lamanya sakit.
Pengobatan yang sudah dilakukan.
Riwayat alergi obat.
» Pemeriksaan Fisik :
Inspeksi : Keadaan umum pasien.
Palpasi : Perabaan kemungkinan adanya benjolan, konsistensi
hepar / lien.
Perkusi : Untuk menentukan batas jantung, keadaan paru, hepar,
kemungkinan adanya ascites.
Auskultasi : Untuk mengetahui keadaan jantung, paru dan peristaltik
usus.
» Pelayanan Rujukan :
Untuk pasien yang tidak mampu ditangani di Puskasmas diberikan surat rujukan
ke RSU dengan menggunakan blangko surat rujukan yang tersedia sesuai jenis
pasien ( pasien umum, ASKES, JPK-MM ).
4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
a. Pasien dari loket pendaftaran menuju Ruang Pengobatan untuk menyerahkan
kartu rawat jalan yang diterimanya di loket, kemudian menunggu di ruang tunggu
sesuai antrean.
b. Petugas di R. Pengobatan memanggil pasien untuk masuk ke Ruang periksa sesuai
nomor urut.
c. Petugas mencocokkan identitas pasien dengan kartu rawat jalan.
d. Petugas / dokter melakukan anamnesa terhadap pasien sbb :
Keluhan Utama.
Keluhan tambahan.
Riwayat penyakit terdahulu.
Riwayat penyakit keluarga.
Lamanya sakit.
Pengobatan yang sudah dilakukan.
Riwayat alergi obat.
1) ISPA.
Untuk ISPA dan PNEUMONI pada bayi dan balita penatalaksanaannya harus
sesuai dengan protap MTBS. Pada penderita dewasa kasus ISPA yang kami
cantumkan adalah faringitis akut dan rhinitis.
a) FARINGITIS AKUT
Faringitis akut biasanya merupakan bagian dari infeksi akut orofaring
yaitu tonsilofaringitis akut, atau bagian dari influenza (rinofaringitis).
Penyebabnya biasanya virus yang menyerang jaringan limfoid faring.
Iritasi makanan yang merangsang sering merupakan factor pencetus atau
yang memperberat. Infeksi sekunder dapat terjadi oleh sebagian kuman
seperti golongan streptokokus, haemophilus influenza, dan kuman
anaerob.
Perjalanan penyakit tergantung pada adanya infeksi sekunder dan virulensi
kumannya serta daya tahan tubuh penderita, tetapi biasanya faringitis
sembuh sendiri dalam 3-5 hari.
Gambaran Klinis
Keluhan yang menonjol adalah nyeri tenggorokan dan sakit menelan
yang mungkin didahului oleh pilek atau gejala influenza lainnya. Nyeri
ini kadang sampai ke telinga (otalgia) karena adanya nyeri alih
(referred pain) oleh N IX.
Heperemia pada jaringan limfoid didingding belakang faring yang
kadang disertai folikel bereksudat menandakan adanya infeksi
sekunder . pada permukaannya mungkin terlihat alur-alur secret
mukopurulen.
Penatalaksanaan
Perawatan dan pengobatan tidak berbeda dengan influenza.
Untuk anak tidak ada anjuran obat khusus.
Penggunaan antiseptic local dan antibiotic isap tidak dianjurkan,
sedangkan dekongestan dan antihistamin belum terbukti khasiatnya.
Infeksi sekunder jarang sekali terjadi, tetapi bila ada, diberikan
antibiotik, dan yang terpilih adalah eriromisin 4x250 mg, amoksisillin
3x500mg atau penicillin V 3x500 mg
b) RINITIS
Rinitis tergolong infeksi saluran napas yang dapat muncul akut atau
kronik. Rinitis akut biasanya disebabkan oleh virus yaitu pada selesma
atau menyertai campak, tetapi dapat juga menyertai infeksi bakteri seperti
pertusi. Rinitis disebut kronik bila radang berlangsung lebih dari 1 bulan.
Rinitis alergi, rhinitis vasomotor, dan rhinitis medikamentosa digolongkan
dalam rhinitis kronik. Rinitis kronik dapat berlanjut menjadi sinusitis.
Salah satu bentuk rhinitis kronis adalah rhinitis atropi yang diduga
disebabkan oleh kuman. Kliebsiella ozaena atau akibat sinusits kronis,
difisiensi vitamin A.
Gambaran Klinis
Ingus kental umumnya nenunjukkan telah ada infeksi sekunder oleh
bakteri.
Rinitis alergi maupun rhinitis vasomotor mudah dibedakan dari rhinitis
infeksi karena ingus yang putih dan encer yang hanya keluar saat
serangan saja.
Pada rhinitis atropi ingus kental diserta krusta berwarna hijau. Pada
pemeriksaan hidung tampak rongga hidung yang lapang karena konka
mengalami atropi.
Penatalaksanaan
Rinitis akut yang menyertai influenza dapat diobati dengan
dekongestan sistemik seperti influenza
Kebiasan menggunakan kongestan tetes hidung pada rhinitis kronis
sering menyebabkan terjadinya rhinitis medikamentosa yang secara
klinis menyerupai rhinitis vasomotor.
Pada rhinitis atropi hidung dicuci dengan air garam. Dekongestan akan
memperburuk keadaan.
Pengobatan rhinitis alergi atau rhinitis vasomotor dapat ditambah
dengan CTM 1-2mg/kali
Penyebab
a. Obat-obatan (Penissilin)
b. Makanan(telur,ikan , kacang)
c. Gigitan serangga
d. Fotosensitizer(Fenothiasin)
e. Zat terisap (debu ,polutan)
f. Zat pajan(cat rambut)
g. Trauma fisik
h. Infeksi (gigitan)
i. Investasi parasit (cacing)
j. Factor psikis
k. Factor genetic
l. Penyakit sistemik (kolagen, keganasan)
Gambaran Klinis
Kelainan kulit berupa udema yang gatal(urtika), panas sampai nyeri.
Udemmya beragam dari yang kecil (bentuk milier sampai yang luas
berbentuk plakat.
Udem disaluran napas menyebabkan sumbatan jalan napas
Penatalaksanaan
Faktor penyebab harus dihilangkan
Bentuk yang akut dengan sumbatan jalan napas memerlukan injeksi
adrenalin o,3 ml disusul dengan kortikosteroid : deksametason iv. 5 mg
yang dapat diulang sesuai dengan kebutuhan. Sementara itu usahakan
untuk membebaskan jalan napas, kemudian cepat rujuk penderita kerumah
sakit.
Antipruritus topical misalnya bedan mengandung mentol atau kamfor
hanya bersipat simtomatik, tetapi dapt memperberat keadaan.
3) REMATIK/ARTRITIS
Artritis dapat berupa osteoatritis (OA) atau arthritis rheumatoid (AR), tetapi
yang paling banyak , dijumpai adalah asteotritis. Pada AO factor penyebab
utama adalah trauma/ pengausan sendi sedangkan pada AR factor imunologi
yang berperan.
Gejala arthritis bervariasi tergantung sendi mana yang terlibat. AO lebih
sering menyerang sendi penyokong berat badan. Oleh karena itu obesitas
harus dihindari. Sementara itu , AR mulanya lebih sering menyerang sendi-
sendi kecil misalnya sendi pergelangan tangan atau kaki, tetapi dalam tingkat
lanjut dapat menyerang juga sendi-sendi besar seperti sendi bahu dan pinggul.
Keluhan lain yang mirip dengan Artritis adalah rheumatism yang sebenarnya
berasal dari jaringan lunak diluar sendi. Yang dikenal awal sebagai encok
sebagian besar adalah rheumatism.
Gambaran Klinis
Sendi yang terserang biasanya bengkak, merah, dan nyeri
Serangan AR biasanya dimuali dengan gejala prodromal berupa badan
lemah, hilang napsu makan, nyeri dan kaku seluruh badan. Gejala pada
sendi biasanya timbul bertahap setelah beberapa minggu atau bulan.
Nyeri sendi pada AR bersipat hilang timbul, ada masa remisi, bersipat
simetris bilateral, dan berhubungan dengan udara dingin.
Serangan OA biasanya sesisi. Gejala utamanya adalah nyeri sendi yang
berhubungan dengan gerak. Penderita juga merasakan kaku pada sendi
yang terserang.
Pada pemeriksaan radiologi OA biasanya memperlihatkan pelebaran
sendi pada tahap awal, osteofit, sclerosis tulang, dan penyempitan
rongga antar sendi pada tahap lanjut.
Deformitas dapat terjadi pada OA maupun AR setelah terjadi destruksi
sendi.
Penatalaksanaan
Keluhan pada sendi/jaringan lunak disekitarnya dapat diatasi dengan
analgesik biasa atau dengan anti inflamasi non steroid yang sebaiknya
diberikan sesudah makan
aspirin 3x1 gr/hari
indometasin 3x25mg/hari
fenilbutason 3x200 mg/ hari
ibuprofen 3x 400 mg/hari
Mengistirahatkan sendi diperlukan dalam keadaan akut.
Selanjutnya pada OA, mungkin penderita perlu diperbaiki sikap tubuh,
mengurangi berat badan, atau melakukan fisioterapi.
Gambaran Klinis
Penderita biasanya mengeluh perih dan tidak enak uluhati.
Gastritis erosive akibat obat sering disertai pendarahan.
Nyeri epigastrium, perut kembung, mual, muntah tidak selalu ada.
Penatalaksanaan
Penderita gastritis akut memerlukan tirah baring. Selanjutnya ia harus
membiasakan diri makan teratur dan menghindarkan makan yang
merangsang.
Keluhan akan segera hilang dengan antasida (Al Hdroksida, Mg
Hidroksida) yang diberikan menjelang tidur, pagi hari, dan diantara
waktu makan
Bila muntah sampai mengganggu dapat diberikan tablet Proklorperazin 3
mg, satu jam sebelum makan (1-3 hari saja)
Penderita dengan tanda pendarahan seperti hematemesis atau melena
perlu segera dirujuk ke rumah sakit karena kemungkinan terjadi
pendarahan pada tukak lambung yang dapat melanjut menjadi perforasi.
Diare non spesifik adalah diarre yang bukan di sebabkan oleh kuman khusus
maupun parasit. Penyebabnya adalah Virus, makanan yang merangsang atau
yang tercemar toksin, gangguan pencernaan dsb.
WHO telah nenetapkan empat unsure utama dalam penanggulangan diarre
akut yaitu :
a. Pemberian cairan, berupa upaya rehidrasi oral ( URO ) untuk mencegah
maupun mengobati dehidrasi.
b. Melanjutkan Pemberian makanan seperti biasa, terutama Asi, selama
diarre dalam masa penyembuhan.
c. Tidak menggunakan anti diarre, sementara anti biotik maupun anti
mikroba hanya untuk tersangka kolera, disentri, atau terbukti giardiasis
atau amubiasis.
d. Pemberian petunjuk yang efektive bagi ibu dan anak serta keluarga
tentang upaya rehidrasi oral di rumah, tanda-tanda untuk merujuk, dan
cara mencegah diarre di masa yang akan datang.
Gambaran klinis
Demam yang sering menyertai penyakit ini memperberat dehidrasi.
Gejala dehidrasi tidak akan terlihat sampai kehilangan cairan mencapai
4-5 % berat badan.
Gejala dan tanda dehidrasi antara lain :
o Rasa haus
o Menurunnya turgor kulit
o Mata cekung
o Air mata tidak ada
o Ubun – ubun besar cekung pada bayi
o Oligouria,kemudian anuria
o Hypotensi
o Tachi kardi
o Menurunnya kesadaran
Bila kekurangan cairan mencapai 10 % atau lebih penderita jatuh ke
dalam dehidrasi berat dan bila berlanjut dapat terjadi syok dan
kematian.
Penatalaksanaan
Dasar pengobatan Diarre akut adalah rehidrasi dan memperbaiki
keseimbangan cairan dan elektrolit. Oleh karena itu langkah pertama
adalah menentukan derajat dehidrasi.
Kemudian lakukan upaya rehidrasi seperti yang dilakukan terhadap
dehidrasi karena kolera.
6) HYPERTENSI
Tekanan darah yang di anggap Normal pada orang dewasa adalah Sistolik 140
mmHg dan diastolic 90 mmHg. Orang yang tekanan darah sistoliknya
mencapai 160 mmHg atau tekanan darah diastolic 95 mmHg tergolong dalam
Hipertensi Borderline. Peningkatan tekanan sistolik erat hubungannya dengan
berkurangnnya elastisitas pembuluh darah. Sekitar 80 % penderita hipertensi
tergolong Hipertensi Essensial.
Gambaran Klinis
Umumnya hipertensi primer tidak memberikan keluhan dan tanda klinis
khusus tetapi mungkin terdapat pusing, sakit kepala, rasa lelah.
Epistaksis, gelisah, muka merah, dan sebagainya bukanlah gejala
spesifik.
Komplikasi yang menimbulkan gejala antara lain insufisiensi sirkulasi
otak dan jantung, perdarahan pada retina, gagal jantung kiri.
Diagnosis Hipertensi di tegakkan apabila kenaikan tekanan darah ini
bersifat menetap pada pemeriksaan ulang dalam jarak waktu 1 – 2
minggu.
Penatalaksanaan
Pengobatan farmakologi langsung di mulai pada hipertensi sedang berat.
Hipertensi ringan sedang dicoba dulu diatasi dengan terapi non obat
selama 2-4 minggu.
Tujuan Pengobatan hipertensi adalah mengendalikan tekanan darah
untuk mencegah komplikasi ( kardiovaskular, pembuluh darah otak, dan
ginjal).
Terapi nonfarmakologik meliputi pengendalian berat badan,diet rendah
garam (kecuali bila penderita mendapat HCT), mwngurangi makan
lemak, menghentikan kebiasaan merokok dan minum alcohol.
Terapi obat pada hipertensi ringan sedang dimulai dengan salah satu obat
berikut ini :
o Hidroklorotiazid (HCT) 12,5 - 25 mg / hari dosis tunggal pada pagi
hari
o Reserpin 0,1 - 0,25 sehari sebagai dosis tunggal
o Propranolol 2 x 20 - 40 mg sehari
o Kaptopril 2 x 12,5 - 25 mg sehari
» Sebaiknya dosis dimulai dengan yang terndah dengan evaluasi
berkala dinaikkan sampai tercapai respons yang diinginkan.
Lebih tua usia penderita penggunaan obat harus lebih hati-hati
» Hipertensi sedang berat dapat diobati dengan kombinasi HCT +
propranolol, atau HCT + Kaptopril, bila obat tunggal tidak
efektif.
» Pada hipertensi berat yang tidak sembuh dengan kombinasi
diatas, ditambahkan metildopa 2 x 125 - 250 mg atau reserpin 0,1
- 0,25 mg/ hari
» Penderita asma bronchial tidak boleh diberikan beta bloker.
Nyeri pinggang bawah atau Low Back Pain merupakan keluhan yang umum
dan hampir semua orang pernah mengalami namun jarang berakibat berat atau
fatal. Nyeri pinggang bawah adalah suatu gejala yang berupa rasa nyeri
didaerah lumbosakral dan sakroiliaka yang dapat ditimbulkan oleh berbagai
sebab dan pernah dialami oleh sebagian besar (±80 % ) penduduk pada suatu
ketika dalam hidupnya, atau paling sedikit satu kali dalam hidupnya.
Kadang disertai juga dengan penjalaran nyeri kearah tungkai dan kaki. Sering
kali diagnosis yang pasti tisak dapat dibuat dengan mudah karena kurangnya
pendekatan diagnostic dan penyebab nyeri pinggang bawah yang bermacam-
macam serta melibatkan banyak disiplin ilmu.
Nyeri pinggang bawah dapat berasal dari nyeri setempat, yaitu berasal dari
fasia, otot-otot paraspinal, korpus vertebra,ligamen, dan artikulasi ; nyeri
radikuler, yaitu neri karena iritasi radiks, baik yang bersipat penekanan,
sentuhan, peregangan, tarikan, atau jepitan; nyeri rujukan (referred pain)
misalnya karena gangguan alat-alat intraabdominal, retroperitoneal, ,atau alat-
alat di pelvis; nyeri iskemik seperti misalnya pada klaudikasio intermittens
akibat penyumbatan pada percabangan aorta atau pada arteri iliaka komunis;
dan nyeri akibat spasmus otot-otot,misalnya akibat sikap duduk, tidur berjalan
atau berdiri yang salah atau karena kecemasan kronik/depresi (nyeri
psikogenik)
8) EPILEPSI
Gambaran Klinis
Serangan grand mall sering diawali dengan aura berupa rasa terbenam atau
melayang. Kemudian terjadi kejang tonik seluruh tubuh selama 20-30
detik diikuti kejang klonik pada otot anggota, otot punggung, dan otot
leher yang berlangsung 2-3 menit. Kejang tampak bilateral, napas
nmendengkur, mulut berbusa, dan dapat terjadi inkontinensia. Setelah
kejang hilang penderita terbaring lemas atau tertidur 3-4 jam, kemudian
kesadaran berangsur pulih. Setelah seangan sering pasien berada dalam
keadaan bingung.
Serangan Petit mall disebut juga serangan lena diawali dengan hilangnya
kesadaran selama 10-30 detik. Selama fase lena (absence) kegiatan
motorik terhenti dan pasien dian tak beraksi. Kadang tampak seperti tak
ada serangan tetapi ada kalanya timbul gerakan klonik pada mulut atau
kelopak mata.
Serangan mioklonik merupakan kontraksi singkat suatu otot atau
kelompok otot.
Serangan parsial sederhana motorik dapat bersipat kejang yang dimulai
disalah satu tangan dan menjalar sesisi sedangkan serangan parsial
sensorik dapat berupa serangan rasa baal atau kesemutan unilateral
Penatalaksanaan
1. Prinsip umum Terapi epilepsi idiopatik adalah mengurangi atau mencegah
serangan, sedangkan terapi epilepsy organic ditujukan terhadap penyebab.
2. Faktor pencetus serangan, misalnya kelelahan, emosi, atau putusnya
makan obat harus dihindarkan.
3. Bila terjadi serangan kejang, upayakan menghindarkan cedera akibat
kejang, misalnya tergigitnya lidah atau luka dan cedera lain
4. Prinsip pengobatan antikejang:
a. Sedapat mungkin gunakan obat tunggal, dan mulai dengan dosis
rendah
b. Bila obat tunggal dosis maksimal tidak efektif gunakan dua jenis obat
dengan dosis terendah
c. Bila serangan tak teratasi pikirkan kemungkinan ketidakpatuhan
penderita, penyebab organik, pilihan dan dosis obat yang kurang tepat.
d. Bila selama 2-3 tahun tidak timbul lagi serangan, obat dapat dihentikan
bertahap
5. Pilihan antiepilepsi
a. Fokal/parsial Fenobarbital atau fenitoin
b. Umum Fenobarbital atau fenitoin
c. Tonik klonik Fenobarbital atau fenitoin
d. Mioklonik Klonazepam atau diazepam
Serangan lena Klonazepam atau diazepam
6. Dosis antiepilepsi untuk serangan kejang diberikan diazepam 0,05-0,15
mg/kgbb/hari i.v. dengan titrasi dosis sampai kejang hilang atau 0,4-0,6
mg/kgbb /hari perrektal.
7. Untuk maintenance:
a. Fenobarbital 1-5 mg/kgbb/ hari 1x/hari
b. Fenitoin 4-20 mg/ kgbb/hari 2-3x/hari
c. Klonazepam 3-8mg/hari
d. Sodium valproat 600 mg/ hari
9) ASMA BRONKIALE
Serangan asma bronkiale sering dicetuskan oleh ISPA, tekanan emosi, kerja
fisik atau rangsang sesuatu yang bersipat allergen. Menjauhkan penderita dari
sumber rangsang sangat penting, misalnya dari asap rokok, insektisida, debu,
dan hewan piaraan.
Gambaran klinis
Sesak napas pada asma khas disertai suara mencici ( mengi) akibat
kesulitan ekspirasi.
Pada auskultasi terdengar wheezing dan ekspirasi memanjang.
Keadaan sesak berat yang ditandai dengan giatnya otot-otot Bantu
pernapasan dan sianosis dikenal sebagai status asmatikus yang dapat
berakibat fatal.
Penatalaksanaan
Faktor pencetus serangan sedapat mungkin dihilangkan
Pada serangan ringan dapat diberikan suntikan adrenalin 1:1000 0,2-0,3 ml
subkutan yang dapat diulangi beberapa kali dengan interval 10-15 menit.
Dosis anak 0,01 mg/kgbb yang dapat diulang
Bronkodilator terpilih adalah teofillin 3x100-150 mg pada orang dewasa
dan 10-15 mg/kgbb/hari untuk anak
Pilihan lain : salbutamol 3x2-4 mg untuk dewasa
Efedrin 3x10-15 mg dapat dipakai untuk menambah khasiat teofillin.
Prednison hanya dibutuhkan bila obat-obat diatas tidak menolong dan
diberikan beberapa hari saja untuk mencegah status asmatikus. Namun
pemberiannya tidak boleh terlambat.
Penderita status asmatikus memerlukan oksigen, terapi parenteral dan
perawatan intensif sehingga harus dirujuk dengan tindakan awal sebagai
berikut :
10) SKIZOFRENIA
Gambaran Klinis
Penderita psikosis akut mungkin dating dengan tingkah laku gaduh dan
mengacau atau mungkin didahului oleh gejala awal (prodromal) berupa
penarikan diri dari hubungan social, gangguan nyata dalam fungsi peran
misalnya sebagai pencari nafkah , bertingkah laku aneh gangguan nyata
dalam hygiene diri dan berpakaian, afek yang tumpul, mendatar atau tak
serasi, bicara ngelantur, menunjukkan ide (gagasan) yang aneh atau
pikiran magis seperti takhyu, gagasan mirip waham yang menyangkut
diri sendiri, adanya ilusi dan lain sebagainya.
Untuk menegagkkan diagnostic gangguan skizofrenia maka harus
dipenuhi kriretia diagnostic dibawah ini :
o Sedikitnya terdapat satu dari beberapa tanda ini selama suatu fase
penyakit : waham yang aneh , halusinasi, hilangnya asosiasi pikiran
(inkoherensi), tingkah laku kacau (Disorganized).
o Penurunan fungsi penyesuaian dalam bidang pekerjaan, hubungan
social, dan perawatan dirinya.
o Gejala berlangsung terus menerus selama paling sedikit 6 bulan yang
mencakup fase aktif dengan atau tanpa fase prodromal maupun fase
residual yaitu masa setelah fase aktif yang menunjukkan sedikitnya 2
gejala prodromal.
o Tidak ada kelainan organic.
Penatalaksanaan
Bila pasien sangat gaduh sehingga mengganggu lingkungan atau
membahayakan orang lain maupun dirinya sendiri maka penderita harus
dirawat.
Berikan klorpromazin 3x 100 mg yang dapat dinaikkan ( setelah 1
minggu) menjadi 3x200 mg bila belum tampak perbaikan. Bila telah ada
respon maka dosis dipertahankan selama 4 minggu sampai pasien tenang
dan kembali dapat mengurus dirinya sendiri
Selanjutnya setiap minggu dosis diturunkan secara bertahap dan dosis
rumat ( Biasanya 3x50-100 mg) dipertahankan selam 3 bulan
Obat pilihan lain adalah tioridazin 3x 100 mg, triffluoperazin 3x5mg,
haloperidol 3x1-5 mg
Untuk pasien yang sukar untuk ditemui, dianjurkan pemberian injeksi
flufenazin dekanoat sekali sebulan.
Gunakanlah dosis efektif terkecil untuk mengurangi efek samping
Penderita harus dijauhkan dari benda-benda yang dapat membahayakan
dirinya atau orang disekitarnya dan kebersihan diri serta kebutuhan
hidupnya sehari-hari harus tetap diperhatikan
j. Petugas / dokter memberikan resep obat kepada pasien untuk pengambilan obat di
apotik Puskesmas.
k. Petugas mengisi Register rawat jalan berdasarkan catatan pada kartu rawat jalan
dan membuat sensus harian penyakit.
PASIEN
KONFIRMASI ANAMNESA :
IDENTITAS » Keluhan Utama
» Keluhan tambahan
» Riwayat penyakit
terdahulu.
» Riwayat penyakit
PEMERIKSAAN keluarga
FISIK : » Lamanya sakit
» Inspeksi » Pengobatan yang
DIAGNOSA » Palpasi telah dilakukan
» Perkusi » Riwayat alergi obat.
» Auskultasi
K/P. RUJUK :
RUJUK » Lab.
KE RSU » Gilut
» KIA/KB
Pelayanan : Pengobatan.
Prosedur : Tindakan Hecting ( Jahit Luka )
1. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja bagi petugas medis / paramedis dalam melakukan pelayanan
tindakan Hecting ( Jahit luka ) di ruang Pengobatan.
2. SASARAN :
Tenaga Medis / Paramedis dalam melakukan pelayanan tindakan Hecting ( Jahit luka )
di ruang Pengobatan.
.
3. URAIAN UMUM :
» Sterilisasi alat :
Tindakan mensterilisasi alat-alat hecting dengan alat sterilisator.
» Perawatan Luka :
Menutup luka dengan kasa steril dan menganjurkan untuk kontrol kembali 2
hari lagi.
Pemberian Antibiotika dan Analgetik.
» Pemberian ATS :
Penyuntikan. ATS disesuaikan dengan :
» Sifat luka
» Kondisi luka
» Status Imunisasi.
4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
a. Pasien luka dibawa ke Ruang Tindakan ( R. Pengobatan ).
b. Petugas menyiapkan anestesi lokal dan alat hecting steril.
c. Petugas mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan steril.
d. Petugas melakukan antiseptis pada daerah luka dan menutupnya dengan kain
steril.
f. Petugas melakukan anestesi dengan lidocain pada sekitar tepi luka.
e. Petugas membersihkan luka dengan betadin pada luka yang bersih dan dengan
H2O2, cairan steril serta betadin pada luka yang kotor..
l. Petugas menjahit luka dengan alat hecting yang telah disterilkan.
m. Petugas merapikan jahitan dengan pinset cirurgis.
n. Petugas membersihkan jahitan dengan betatin.
o. Petugas menutup luka dengan kasa steril dan drekatkan dengan plester.
p. Petugas memberikan ATS bila diperlukan tergantung dari sifat luka, kondisi luka
dan status imunisasi sebelumnya.
q. Petugas menganjurkan kepada pasien agar kontrol kembali setelah 2 hari lagi.
r. Petugas memberikan resep antibiotika dan analgetik untuk diambil di apotik
Puskesmas.
PASIEN LUKA
BERSIHKAN LUKA
HECTING LUKA
BETADIN
1. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja bagi petugas medis / paramedis dalam melakukan pelayanan
tindakan Injeksi di ruang Pelayanan.
2. SASARAN :
Tenaga Medis / Paramedis dalam melakukan pelayanan / tindakan Injeksi ( SC, IM,
IV. ) dan Penatalaksanaan Syok Anafilaktik di Ruang Pelayanan.
.
3. URAIAN UMUM :
» Injeksi SC :
Tindakan penyuntikan dimana ujung jarum suntik ditusukkan hanya sampai
menembus di bawah kulit ( subcutan ) tanpa menembus jaringan otot di
bawahnya..
» Injeksi IM :
Tindakan penyuntikan dimana ujung jarum suntik disuntikkan sampai
menembus dalam jaringan otot ( intramuskuler ).
» Injeksi IV :
Tindakan penyuntikan dimana ujung jarum suntik ditusukkan ke dalam
pembuluh darah vena ( intravena ).
4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
a. Petugas membaca resep obat suntik / injeksi yang dintruksikan dokter.
b. Petugas menyiapkan alat dan obat suntik sesuai dengan resep.
c. Petugas melakukan aspirasi obat suntik ke dalam spuit injeksi sesuai dosis dalam
resep.
d. Sebelum penyuntikan obat petugas melakukan skin test untuk obat suntik tertentu
untuk memastikan obat tersebut tdak akan menimbulkan reaksi alergi setelah obat
disuntikkan.
e. Petugas melakukan aseptik / antiseptik pada lokasi penyuntikan.
f. Petugas menusukkan jarum suntik dari spuit yang telah diisi obat sebelumnya
pada lokasi yang telah diaseptik ( SC / IM / IV sesuai petunjuk ).
g. Petugas melakukan aspirasi dengan ketentuan ::
Injeksi SC / IM tidak boleh ada darah masuk ke dalam spuit, bila ada darah
maka suntikan agar diperdalam / dipindahkan sampai tidak ada darah masuk
setelah diaspirasi kembali.
Injeksi IV harus ada darah masuk ke dalam spuit untuk memastikan bahwa
jarum suntik sudah masuk ke dalam pembuluh darah vena, bila tidak ada darah
masuk ke dalam spuit maka ujung jarum diupaya agar menembus pembuluh
darah vena atau lokasi penyuntikan dipindahkan sampai dapat menembus ke
dalam pembuluh darah vena.
PENUSUKAN JARUM
ASEPTIK LOKASI INJEKSI
ASPIRASI
PENYUNTIKAN
PENYEMPROTAN OBAT
PASIEN MENUJU
SERAHKAN RESEP KPD PASIEN APOTIK
PASIEN
BUANG ALAT SUNTIK BEKAS KE PULANG
TEMPAT KHUSUS SAMPAH MEDIS
1. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja bagi petugas dalam melaksanakan pelayanan pemeriksaan dan
perawatan kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas.
2. SASARAN :
Petugas ( Dokter Gigi / Perawat Gigi ) dalam melaksanakan pemeriksaan dan perawatan
kesehatan Gigi dan Mulut penderita.
3. URAIAN UMUM :
a. Persiapan Ruangan dan Alat :
Meja, kursi dan dental unit.
Alat-alat Gigi.
Bahan-bahan / obat-obatan untuk gigi
Kompresor.
Bor gigi.
b. Persiapan Petugas :
Perlindungan diri.
c. Pemeriksaan Pasien :
Anamnesa.
Pemeriksaan Gigi ( oral ).
Pemeriksaan ekstra oral.
d. Persiapan Tindakan :
Catat rencana tindakan.
Konseling.
Sterilisasi instrumen.
e. Melakukan Tindakan :
Konservatif.
Pencabutan.
f. Pemeliharaan Ruangan dan Alat.
4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
a. Petugas menyiapkan Ruangan dan Alat, membersihkan meja, kursi dan dental unit,
menyiapkan alat-alat gigi, bahan-bahan / obat-obatan untuk gigi, menghidupkan
kompresor, memeriksa apakah bor dapat berfungsi dengan baik.
b. Petugas memakai alat perlindungan diri seperlunya.misalnya : Lab Jas, masker dan
sarung tangan.
c. Petugas melakukan pemeriksaan pasien, meliputi :
Anamnesa tentang keluhan utama, keluhan tambahan, berapa lama,
lokasinya dimana, apakah mengganggu tidur, tanyakan juga riwayat
penyakit yang lain ( Jantung, Kencing manis, Tekanan darah tinggi,
kehamilan pada wanita, alergi, asthma, tbc ).
Pemeriksaan Gigi ( oral ) :
» Gigi ( karies, warna, posisi, bentuk ).
» Lidah ( warna, kelainan yang ada, bentuk, ukuran ).
» Mukosa pipi ( ulkus, lesi, radang ).
» Langit-langit keras ( apakah ada kista, tumor, celah langit-
langit ).
» Dasar mulut ( apakah bengkak, kista, penyumbatan kelenjar
ludah ).
Pemeriksaan ekstra oral ( pipi, bibir, kelenjar limfe ).
d. Petugas menentukan Diagnosa dan melakukan persipan tindakan ( buat rencana
tindakan, konseling kepada pasien tentang rencana tindakan dan hal-hal yang
penting diketahui oleh pasien ) serta melaksanakan sterilisasi instrumen.
e. Petugas melakukan Tindakan sesuai dengan diagnosa dan jenis tindakan yang
diperlukan :
1) Konservatif :
a) Penambalan Tetap :
» Iritasi pulpa dan karies media :
Pembuangan jaringan karies.
Preparasi cavitas.
Sterilisasi cavitas.
Zinc phosphat cement.
Tambalan tetap ( amalgam, art, luxilut, silikat, fuji, dll ).
Instruksi.
» Hiperaemi pulpa :
Pembuangan jaringan karies.
Preparasi cavitas.
Sterilisasi cavitas.
Eugenol kapas.
Fletcer.
Pasien diintruksikan kembali 1 ( satu ) minggu lagi. Sesudah
pasien kembali tambalan sementara dibongkar diganti dengan :
Zinc phosphat cement.
Tambalan tetap.
Instruksi.
» Hp. Profunda :
Pembuangan jaringan karies.
Preparasi cavitas.
Sterilisasi cavitas.
Perlindungan pulpa dengan Dycal atau calxyl.
Zinc phosphat cement.
Pasien diinstruksikan untuk kembali 3 – 7 hari lagi. Sesudah
pasien kembali tambalan sementara dibongkar diganti dengan :
Zinc phosphat cement.
Tambalan tetap.
Instruksi.
b) Penambalan Sementara :
» Pulpitis :
Pembuangan jaringan karies.
Sterilisasi cavitas.
Pemberian obat gigi untuk menghilangkan rasa sakit dan obat
untuk mematikan saraf gigi ( devitalisasi pulpa ).
Tambalan sementara dengan Fletcer atau cavit.
Pemberian analgetik peroral.
Pasien disuruh kembali 3 ( tiga ) hari lagi. Setelah pasien
kembali dilakukan :
Bongkar tambalan sementara.
Pembukaan atap pulpa.
Sterilisasi cavitas.
Pemberian obat untuk sterisasi pulpa ( salah satu, TKF, CHKM,
chresophene atau rockle, ditaruh di kapas dan diletakkan di
ruang pulpa ).
Fletcer atau cavit.
Pasien disuruh kembali antara 4 – 7 hari lagi. Ketika pasien
kembali obatnya diganti. Penggantian obat dilakukan minimal 2
kali. Kalau gigi masih sakit bila diperkusi penggantian obat
dilakukan lagi berulang-ulang sampai pasien tidak merasa sakit
lagi ketika gigi diperkusi maka gigi dianggap sudah steril.
Selanjut di lakukan :
Bongkar tambalan sementara.
Sterilisasi cavitas.
Pemberian obat mumifikasi ( putrex atau iodoform pasta ).
Zinc phosphat cement.
Pasien diinstruksikan kembali 1 minggu lagi. Sesudah pasien
kembali dilakukan :
Pembuangan sebagian sebagian dari Zinc phosphat cement.
Preparasi cavitas.
Tambalan tetap ( amalgam atau silikat ) tergantung keperluan,
fungís dan estetik.
Instruksi.
» Gangren pulpa :
Pembuangan jaringan karies.
Pembukaan atap pulpa.
Sterilisasi cavitas.
Pemberian obat untuk jaringan pulpa ( TKF, CHKM,
chresophene atau rockle ).
Fletcer atau cavit.
Pasien disuruh kembali antara 4 – 7 hari lagi.
Prosedur ini dilakukan minimal 2 kali sehari dengan mengganti
obat dalam pulpa. Kalau masih ada bau ganggren atau rasa
sakit kalau gigi diperkusi, penggantian obat dilakukan lagi
berulang-ulang sampai tidak ada rasa sakit lagi ketika gigi
diperkusi. Sesudah pulpa steril proses selanjutnya sama dengan
perawatan pulpitis di atas.
» GP dengan PD ( Gangren pulpa dengan Periodontitis ) :
Pembuangan jaringan karies.
Pembukaan atap pulpa.
Sterilisasi cavitas.
Tutupdengan kapas (longgar).
Pemberian antibiotik dan analgesik per oral
Intruksikan pasien kembali 3 hari lagi.
Sesudah pasien kembali dan gigi tidak sakit ketika diperkusi,
perawatan selanjutnya sama dengan perawatan gangren pulpa.
Catatan : Prosedur ini dilaksanakan kalau gigi masih
memungkinkan untuk dilakukan penambalan tetap.
2) Pencabutan :
a) Pencabutan gigi tetap :
» Oleskan betadin pada gigi yang akan dicabut.
» Penyuntikan dengan obat anestesi ( lidocain atau pehacain ).
» Setelah terasa parasthesi lakukan pemisahan gigi dari gusi dengan
bein.
» Pencabutan gigi.
» Pemberian tampon.
» Pemberian antibiotik, analgetik, anti imflamasi ( kalau perlu ) per
oral.
b) Pencabutan gigi susu :
» Topikal anestesi.
» Pencabutan.
» Pemberian tampon.
» Instruksi.
c) Abses :
» Abses pada akar gigi ( lokal ) :
Bersihkan daerah sekitar gigi.
Oleskan betadin.
Berikan antibiotik, analgetik dan anti imflamasi per oral.
Instruksikan kepada pasien agar kembali setelah obat habis.
Kalau pasien sudah sembuh lakukan pencabutan gigi.
» Abses sub mukosa ( dengan gigi gangren ) :
Buka atap pulpa.
Bersihkan cavitas.
Tutup dengan kapas ( longgar ).
Berikan antibiotik, analgetik dan anti imflamasi per oral.
Instruksikan pasien kembali setelah obat habis, kalau masih
bengkak tambah obat lagi untuk dilanjutkan, kalau sudah
sembuh dapat dilakukan pencabutan gigi.
» Abses sub cutan ( dengan gigi gangren ) :
Oleskan betadin.
Pemberian topikal anestesi.
Insisi abses.
Drainage.
Bersihkan.
Kalau ekstra oral dan tersedia rubberdam, beri rubberdam
untuk drainage.
Berikan antibiotik, analgetik dan anti imflamasi per oral.
Bila gigi dengan pulpa tertutup lakukan pembukaan atap pulpa
bila memungkinkan.
RUANG KIA
RUJUK THERAPI /
RSU TINDAKAN
PASIEN
KARTU RAWAT JALAN DIKEMBALIKAN KE LOKET PULANG
1. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja bagi Analis / petugas laboratorium dalam pelayanan
pemeriksaan Laboratorium.
2. SASARAN :
Analis / petugas laboratorium terlatih dalam mencatat data penderita, melakukan
persiapan penderita, serta peralatan dan reagensia, melakukan tindakan, melaksanakan
prosedur pemeriksaan, membuat pencatatan dan pelaporan.
3. URAIAN UMUM :
Persiapan alat dan reagen : Menggunakan peralatan dan reagensia yang sudah
dikalibrasi.
4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
a. Petugas menerima formulir permohonan pemeriksaan laboratorium yang dibawa
pasien dari Ruang Pengobatan/Dokter, Ruang KIA/KB, Bidan Praktek Swasta.
b. Petugas mencatat identitas pasien ( nama, umur, alamat, tanggal pemeriksaan, jenis
pemeriksaan ).
c. Petugas melaksanakan pengambilan specimen yang belum tersedia :
i. Spesimen Urine : Petugas memberikan pot / wadah untuk menampung
urine sewaktu dan menjelaskan kepada pasien
tentang cara pengumpulan spesimen yang benar.
ii. Spesimen darah : Petugas melakukan pengambilan darah dengan cara
anti septik pada lokasi pengambilan darah vena,
tusukkan jarum spuit steril ( disposible ) yang sesuai
masuk ke dalam pembuluh darah vena, aspirasi
hingga darah masuk ke dalam spuit sejumlah
kebutuhan, jarum spuit dicabut dan luka bekas
tusukan jarum dianti septik dengan kapas alkohol.
d. Petugas menerima spesimen yang sudah tersedia / dibawa oleh pasien atau yang
diantar oleh petugas ( spesimen tinja, sputum, slide darah malaria ).
e. Petugas memberi nomor urut / kode pada specimen sesuai buku bantu /register
laboratorium.
f. Petugas menerangkan kepada pasien mengenai kapan hasil pemeriksaan akan
selesai dan bisa diambil.
g. Petugas melakukan pemeriksaan specimen sesuai dengan pedoman pemeriksaan
yang berlaku untuk setiap jenis specimen.
h. Petugas melakukan rujukan ke sarana laboratorium yang lebih mampu terhadap
specimen yang tidak mampu dikerjakan di tempat.
i. Petugas mencatat hasil pemeriksaan pada buku register laboratorium dan formulir
hasil pemeriksaan.
j. Formulir hasil pemeriksaan yang telah diisi dimasukkan ke dalam amplop tertutup
dan menyerahkannya kepada pasien untuk diteruskan kepada pengirim.
k. Pasien menyelesaikan biaya pemeriksaan dan administrasi, lanjut kembali ke unit
pengirim.
1. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja bagi petugas dalam memberikan pelayanan pemasangan IUD di
Klinik KB Puskesmas SEHAT.
2. SASARAN :
Petugas klinik KB dalam memberikan pelayanan pemasangan IUD.
3. URAIAN UMUM :
a. Penerimaan Pasien dari loket pendaftaran.
b. Pengkajian data pasien dan pengisian Kartu KB.
c. Pemeriksaan fisik akseptor IUD.
d. Konseling / penyuluhan kepada akseptor tentang efek samping dan jadwal kunjungan
kembali.
e. Persiapan alat dan pelaksanaan pemasangan IUD.
f. Pencatatan dan pelaporan.
4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
a. Petugas menerima akseptor dari loket pendaftaran.
1. TUJUAN :
Sebagai Pedoman kerja bagi petugas dalam memberikan pelayanan KB. Suntik di Klinik
KB Puskesmas SEHAT.
2. SASARAN :
Petugas klinik KB dalam memberikan pelayanan KB. Suntik.
3. URAIAN UMUM :
a. Penerimaan Pasien dari loket pendaftaran.
b. Pengkajian data pasien dan pengisian Kartu KB.
c. Pemeriksaan fisik akseptor KB. Suntik.
d. Konseling / penyuluhan kepada akseptor tentang efek samping dan jadwal
kunjungan kembali.
e. Persiapan alat dan pelaksanaan penyuntikan.
f. Pencatatan dan pelaporan.
4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
a. Petugas menerima akseptor dari loket pendaftaran.
b. Petugas melakukan anmnesa kepada akseptor tentang :
» Identitas akseptor.
» Jumlah anak.
» Menstruasi terakhir.
» Riwayat penyakit ( tumor, jantung, DM, dll ).
g. Petugas melakukan aspirasi obat suntik KB ke dalam spuit disposible yang sesuai.
h. Petugas melakukan anti septik dengan kapas alkohol pada lokasi yang akan disuntik.
i. Petugas melakukan penyuntikan secara intra muskuler, kemudian aspirasi untuk
memastikan ujung jarum spuit tidak masuk ke pempuluh darah, lanjut menyemprotkan
obat suntik KB sesuai dosis dan mencabut jarum spuit dari tempat suntikan.
j. Petugas melakukan anti septik kembali pada luka bekas suntikan.
k. Petugas membuang spuit bekas ke tempat sampah medis yang tersedia.
l. Petugas menyerahkan Kartu KB yang telah diisi kepada akseptor.
AKSEPTOR
PEMERIKSAAN
» Berat Badan.
» Tekanan darah
» Pemeriksaan khusus :
LABORATORIUM
Mata.
( Urine – PP.Test )
Payudara.
Perut.
Ekstremitas.
KONSELING/PENYULUHAN
RUANG
PENGOBATAN PENYAKIT BERESIKO PELAYANAN KB :
IUD
SUNTIK
PIL
APOTIK :
KONDOM
OBAT EFEK
SAMPING.
PIL / KONDOM.
PASIEN
RUJUK PULANG
RSU
2. SASARAN :
Petugas Klinik Sanitasi dalam memberikan pelayanan Klinik Sanitasi.
3. URAIAN UMUM :
a. Penerimaan Pasien dari loket pendaftaran / Ruang Pengobatan.
b. Wawancara terhadap pasien ( Identitas pribadi dan anggota keluarga, masalah yang sedang
dihadapi / yang mau dikonsulkan, keadaan lingkungan dan rumah tempat tinggal ).
c. Konseling / penyuluhan.
d. Pencatatan dan pelaporan.
4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
a. Petugas menerima pasien dari loket pendaftaran / Ruang Pengobatan.
PASIEN /
UMUM
WAWANCARA
» Identitas pasien/keluarga
LOKET KLINIK » Lingkungan sekitar
PENDAFTARAN SANITASI tempat tinggal.
» Keadaan rumah,
» Jumlah anggt.keluarga.
» Masalah yang dihadapi..
RUANG
PENGOBATAN
PENGISIAN FORMULIR
ANALISA MASALAH,
KONSELING,
PENYULUHAN,
ALTERNATIF
PEMECAHAN MASALAH
PETUGAS BERSEDIA
PENCATATAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH
PELAYANAN BILA DIPERLUKAN
3. URAIAN UMUM :
4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
B. Penanganan Tambahan :
1. Pemberian Antihistamin :
Difenhidramin injeksi 50 mg, dapat diberikan bila timbul urtikaria.
2. Pemberian Kortikosteroid :
Hydrokortison inj 7 – 10 mg / kg BB, dilanjutkan 5 mg / kg BB setiap 6 jam
atau deksametason 2-6 mg/kgbb. untuk mencegah reaksi berulang.
Antihistamin dan Kortikosteroid tidak untuk mengatasi syok anafilaktik.
3. Pemberian Aminofilin IV, 4-7 mg/kgbb selama 10-20 menit bila terjadi tanda –
tanda bronkospasme, dapat diikuti dengan infuse 0,6 mg /kgbb/jam, atau
brokodilatator aerosol (terbutalin, salbutamo ).
C. Penanganan penunjang :
2. SASARAN :
Petugas Gizi dalam memberikan pelayanan Gizi. Kepada Bayi, Anak Balita, Bumil, Bufas, WUS
dan Kelurga rumah tangga.
3. URAIAN UMUM :
a. Penerimaan Kunjungan Pasien / sasaran yang datang ke Puskesmas dari loket pendaftaran /
Ruang Pengobatan.
b. Pemantauan lapangan terhadap sasaran Program Gizi.
c. Wawancara terhadap pasien / sasaran ( Identitas pribadi dan anggota keluarga, masalah gizi
yang sedang dihadapi / yang mau dikonsulkan, riwayat penyakit yang sering diderita,
keadaan pola konsumsi makanan termasuk pemberian ASI kepada bayi ).
d. Konseling / penyuluhan.
e. Pencatatan dan pelaporan.
4. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
PASIEN /
UMUM
WAWANCARA
» Identitas pasien/keluarga
LOKET RUANG » Masalah gizi yang
PENDAFTARAN GIZI dihadapi.
» Riwayat penyakit.
» Pola konsumsi..
» Pemberian ASI kpd bayi
RUANG
PENGOBATAN
PENGUKURAN BB
PENGUKURAN LILA
PASIEN/UMUM KONSELING,
PULANG PENYULUHAN,
PENENTUAN MASALAH
DAN PRIORITAS
MASALAH
ALTERNATIF
PEMECAHAN MASALAH
PETUGAS MEMBUAT
RUK DAN RPK
PENCATANAN DAN
PELAPORAN SESUAI KEGIATAN LAPANGAN
KEBUTUHAN