HGFVGKHJL

You might also like

You are on page 1of 28

PENGARUH KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA, PENERAPAN

SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH (SAKD), PEMANFAATAN


TEKNOLOGI INFORMASI, DAN SISTEM PENGENDALIA INTERN
TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAHAN DAERAH

(Studi Empiris pada SKPD Kabupaten Karawang)

THE INFLUENCE OF HUMAN RESOURCE COMPETENCY, APPLICATION


OF REGIONAL FINANCIAL ACCOUNTING SYSTEM (SAKD), UTILIZATION
OF INFORMATION TECHNOLOGY, AND INTERNAL CONTROL SYSTEM
TO QUALITY OF LOCAL GOVERNMENT FINANCIAL REPORT

JURNAL ILMIAH

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana
Ekonomi

Disusun Oleh :

NAMA : TRI SULASTRI


NO. MAHASISWA : 1414190223
N.I.R.M :
FAKULTAS : EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
PROGRAM : STRATA-1

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA

JAKARTA

2018
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LAPORAN
KEUANGAN PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN
KARAWANG

Tri Sulastri

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Persada Indonesia Y.A.I

ABSTRACT

The research was conducted in order to understand the factors that affect the quality of
local government financial statements. Factors that be researched is the Influence of
Human Resource Competence, Application of Financial Accounting System, Utilization of
Information Technology, and Internal Control System.

Data collection in the research by conducting a survey using questionnaires. The


questionnaire given to 102 employees of District Work Unit (SKPD) Kabupaten Karawang
who worked in the accounting / finance, as many as 102 the questionnaire ( 100 % ) to be
filled complete that the result of the questionnaire can be processed. The data collected,
then will be processed on the spss version 22.

Statistical methods used to test hypotheses is analytics linear regression multiple.

The result of hypothesis testing is Human Resource Competence, Application of Local


Financial Accounting System, Utilization of Information Technology and Internal Control
System have positive and significant influence to Quality of Local Government Financial
Report.

Keywords: Quality of Financial Statement, Human Resource Competence, Financial


Accounting System, Information Technology, Internal Control System.
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Organisasi sektor publik di Indonesia dalam praktiknya kini diwarnai dengan


munculnya fenomena menguatnya tuntutan akuntabilitas atas organisasi-organisasi
publik tersebut, baik di pusat maupun daerah. Akuntabilitas merupakan bentuk
kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi
organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya,
melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik
(Mardiasmo, 2006).
Pemerintah adalah entitas pelapor (reporting entity) yang harus membuat laporan
keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban keuangan, perlu dilakukan untuk
memastikan adanya prosedur penuntasan akuntabilitas (accountability discharge).
Entitas pelaporan mengacu pada konsep bahwa setiap konsep pertanggungjawaban
harus bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya sesuai dengan peraturan (Ihyaul
Ulum MD, 2004).
Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban dalam penyelenggaraan
pemerintah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah. Upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah adalah dengan
menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Laporan
keuangan pemerintah yang dihasilkan harus memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan
disusun dengan mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. Laporan keungan pemerintah kemudian
disampaikan kepada DPR/DPRD dan masyarakat umum setelah diaudit oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). Adapun komponen laporan keuangan yang disampaikan
tersebut meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan
atas Laporan Keuangan.
Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi dan merupakan informasi
histories. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, mengukur dan melaporkan
informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil keputusan yang tepat
bagi pemakai informasi tersebut (M. Sadeli, 2002:2).
Tujuan laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2011:1.5-1.6)
adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus
kas. Entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan
keuangan dalam pembuat keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukan
hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang
dipercayakan kepada mereka. Namun demikian laporan keuangan tidak semua
menyediakan informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam mengambil
keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dan
kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi.
Governmental Accounting Standard Board (1999) dalam Concepts Statement No. 1
tentang Objectives of Financial Reporting menyatakan bahwa akuntabilitas merupakan
dasar pelaporan keuangan di pemerintahan yang didasari oleh adanya hak masyarakat
untuk mengetahui dan menerima penjelasan atas pengumpulan sumber daya dan
penggunaannya. Pengelolaan keuangan pemerintah daerah harus dilakukan
berdasarkan tata kelola kepemerintahan yang baik (good government governance),
yaitu pengelolaan keuangan yang dilakukan secara transparan dan akuntabel, yang
memungkinkan para pemakai laporan keuangan untuk dapat mengakses informasi
tentang hasil yang dicapai dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Laporan keuangan yang dihasilkan oleh pemerintah daerah akan digunakan oleh
beberapa pihak yang berkepentingan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Oleh
karena itu, informasi yang terdapat di dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD) harus bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan para pemakai. Huang et al.
(1999) dalam Xu et al. (2003) menyatakan bahwa informasi akan bermanfaat apabila
informasi tersebut dapat mendukung pengambilan keputusan dan dapat dipahami oleh
para pemakai. Oleh karena itu, pemerintah daerah wajib memperhatikan informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan untuk keperluan perencanaan, pengendalian,
dan pengambilan keputusan. Informasi akuntansi yang terdapat di dalam laporan
keuangan pemerintah daerah harus memenuhi beberapa karakteristik kualitatif yang
sebagaimana disyaratkan dalam Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan, yakni:
1. Relevan
Informasi dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat
mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi
peristiwa masa lalu atau masa kini dan memprediksi masa depan, serta
mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Informasi yang relevan memiliki
unsur-unsur berikut:
a. Manfaat umpan balik (feedback value).
Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan alat mengoreksi
ekspektasi mereka di masa lalu.
b. Manfaat prediktif (predictive value).
Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan
datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.
c. Tepat waktu (timeliness).
Informasi yang disajikan secara tepat waktu dapat berpengaruh dan berguna
dalam pengambilan keputusan.
d. Lengkap
Informasi akuntansi dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Informasi
yang melatarbelakangi setiap butir informasi utama yang termuat dalam
laporan keuangan diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam
penggunaan informasi tersebut dapat dicegah.

2. Andal
Keandalan informasi sangat bergantung pada kemampuan suatu informasi
dalam menyajikan secara wajar keadaan atau peristiwa yang disajikan dengan
keadaan yang sebenarnya terjadi. Keandalan suatu informasi akan berbeda,
tergantung pada level pemakai, tingkat pemahaman pada aturan dan standar yang
digunakan untuk menyajikan informasi tersebut. Suatu informasi dikatakan andal
apabila:
a. Dapat diuji kebenarannya (verifiable)
Kemampuan informasi untuk diuji kebenarannya oleh orang yang berbeda,
tetapi dengan menggunakan metode yang sama, akan menghasilkan hasil
akhir yang sama.
b. Netral
Tidak ada unsur bias dalam penyajian laporan atau informasi keuangan.
informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada
kebutuhan pihak tertentu.
c. Penyajian secara wajar/ jujur (representational faithfulness)
Menggambarkan keadaan secara wajar dan lengkap menunjukkan hubungan
antara data akuntansi dan peristiwa-peristiwa yang sebenarnya digambarkan
oleh data tersebut. Informasi yang disajikan harus bebas dari unsur bias.
3. Dapat dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat
dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan
keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya.
4. Dapat dipahami
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna
dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas
pemahaman para pengguna.
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESA

1. Agency Theory (Teori Keagenan)


Mardiasmo (2004) menjelaskan bahwa pengertian akuntabilitas publik
sebagai kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan
pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala
aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi
amanah (principal) yang memiliki hak untuk meminta pertanggungjawaban
tersebut. Akuntabilitas publik terdiri dari dua macam, yaitu:
a. pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi
(akuntabilitas vertikal).
b. pertanggungjawaban kepada masyarakat luas (akuntabilitas horizontal).
Berkaitan dengan masalah keagenan, praktek pelaporan keuangan dalam organisasi sektor
publik merupakan suatu konsep yang didasari oleh teori keagenan. Dalam pelaporan
keuangan, pemerintah yang bertindak sebagai agen mempunyai kewajiban menyajikan
informasi yang bermanfaat bagi para pengguna informasi keuangan pemerintah yang
bertindak sebagai principal

dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial,
maupun politik serta baik secara langsung atau tidak langsung melalui wakil-wakilnya.
Dalam suatu pemerintahan demokrasi, hubungan antara pemerintah dan para pengguna
informasi keuangan pemerintah dapat digambarkan sebagai suatu hubungan keagenan
(faristina, 2011).

a. Pemerintah Daerah

Berdasarkan PP 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan


Daerah, pemerintah daerah adalah penyelenggara pemerintahan daerah
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-
luasnya dalam Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
UUD 1945.
sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pemerintah daerah adalah
Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.

Di dalam Undang-Undang yang mengatur Keuangan Negara, terdapat


penegasan di bidang pengelolaan keuangan, yaitu bahwa kekuasaan
pengelolaan keuangan negara adalah sebagai bagian dari kekuasaan
pemerintahan; dan kekuasaan pengelolaan keuangan negara dari presiden
sebagian diserahkan kepada gubernur/ bupati/ walikota selaku kepala
pemerintah daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili
pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.
b. Laporan Keuangan
Pengertian laporan keuangan menurut Munawir (2010:5) adalah dua
daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan.
Sedangkan menurut Kasmir (2013:7) laporan keuangan adalah laporan yang
menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu
periode tertentu. Laporan keuangan menurut Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) nomor 1 terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut:
1. Neraca
2. Laporan laba rugi
3. Laporan perubahan ekuitas
4. Laporan arus kas
5. Catatan atas laporan keuangan

Laporan keuangan harus menerapkan PSAK secara benar disertai


pengungkapan yang diharuskan PSAK dalam catatan atas laporan keuangan.
Informasi lain tetap diungkap untuk menghasilkan penyajian yang wajar
walaupun pengungkapan tersebut tidak diharuskan oleh standar akuntansi.
Laporan keuangan merupakan media informasi yang digunakan oleh
manajemen kepada pihak luar perusahaan. Kualitas informasi yang dicapai
akan tergantung dengan kualitas laporan keuangan. Untuk mendukung
tercapainya kualitas laporan keuangan yang baik, maka diperlukan adanya
aturan (regulasi) yang dibuat oleh Dewan Standar Akuntansi Ikatan Akuntansi
Indonesia (DSAK-IAI) dan pemerintah. Tujuan laporan keuangan adalah
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta
perubahan arus kas suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

c. Kompetensi Sumber Daya Manusia


Kompetensi sumber daya manusia adalah kompetensi yang berhubungan
dengan pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan karakteristik kepribadian
yang mempengaruhi secara langsung terhadap kinerjanya.
Kompetensi sumber daya manusia menurut hasil kajian perrin (dalam
Mangkunegara, 2012: 40) yaitu :
1) Memiliki kemampuan komputer (Eksekutif Lini).
2) Memiliki pengetahuan yang luas tentang visi.
3) Memiliki kemampuan mengantisipasi pengaruh perubahan.
4) Memiliki kemampuan memberikan pendidikan tentang sumber daya
manusia.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kompetensi sumber daya manusia
adalah kemampuan yang dimiliki seseorang yang berhubungan dengan
pengetahuan, keterampilan dan karakteristik kepribadian yang mempengaruhi
secara langsung terhadap kinerjanya yang dapat mencapai tujuan yang
diinginkan.
d. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Menurut Erlina Rasdianto (2013:6) mengatakan bahwa Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah adalah system akuntansi yang meliputi proses
pencatatan, penggolongan, penafsiran, peringkasan transaksi atau kejadian
keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka pelaksanaan anggaran
pendapatan belanja daerah (APBD).

Dalam struktur pemerintah daerah, satuan kerja merupakan entitas


akuntansi yang wajib melakukan pencatatan atas transaksi-transaksi yang
terjadi di lingkungan satuan kerja. Kegiatan akuntansi pada satuan kerja
meliputi pencatatan atas pendapatan, belanja, asset, dan selain kas. Proses
tersebut dilaksanakan oleh Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK)
berdasarkan dokumen-dokumen sumber yang diserahkan oleh bendahara.
Laporan keuangan yang harus dibuat oleh SKPD adalah:

1) Neraca
2) Laporan Realisasi Anggaran dan
3) Catatan atas Laporan Keuangan
e. Teknologi Informasi
Menurut Sutabri (2014:3) Teknologi informasi adalah suatu
teknologi yang digunakan untuk mengelola data, termasuk memproses,
mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara
untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan,
akurat dan tepat waktu, yang digunakan keperluan pribadi, bisnis, dan
pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan
keputusan.
Teknologi informasi adalah mencakup computer (baik perangkat
keras dan perangkat lunak), berbagai peralatan kantor elektronik,
perlengkapan pabrik dan telekomunikasi Mulyadi (2014:21).
2. Sistem Pengendalian Interen Pemerintah (SPIP)
3. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah merupakan suatu sistem yang
dirancang sedemikian rupa, baik pada pemerintahan pusat maupun
pemerintahan daerah untuk menciptakan keandalan laporan keuangan,
meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pemerintahan, pengamanan aset
negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Pengendalian
internal dibangun dari lima komponen diantaranya: (1) lingkungan
pengendalian; (2) penilaian risiko; (3) aktivitas pengendalian; (4) informasi
dan komunikasi; serta (5) monitoring (PP Nomor 60 tahun 2008; Bodnar dan
Hoopwod, 2010; Aren et al, 2012:298). Komponen pengendalian intern
dirancang dan diimplementasikan oleh manajemen untuk memastikan bahwa
tujuan pengendalian internal akan tercapai (Arens et al, 2012:320). Gubernur,
Bupati dan Walikota selaku kepala daerah wajib melakukan pengendalian atas
penyelenggaraan kegiatan pemerintah (PP 60 tahun 2008) serta menyampaikan
LKPD yang disusun dengan mengikuti SAP yang telah diterima secara umum
(Kawedar, 2010) sehingga pengelolaan keuangan yang efektif, efisien,
transparan, dan akuntabel dapat dicapai (Susilawati dan Riana, 2013; Indriasih,
2014).
4. Kerangka Pemikiran

Kompetensi H1
SDM (X1)
H2
Penerapan KUALITAS LAPORAN
SKAD (X2)
H3 KEUANGAN (Y)
PEMANFAATAN
TEKONOLOGI
INFORMASI
(X3) H4

SISTEM
PENGENDALIAN
INTERN (X4)
H5

5. HIPOTESIS
Menurut Sugiyono (2012:84) “Dalam penelitian, hipotesis diartikan sebagai
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian”. Berdasarkan Kerangka
pemikiran diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
H1 : Terdapat pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia terhadap Kualitas
Laporan Keuangan.
H2 : Terdapat pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
terhadap Kualitas Laporan Keuangan.
H3 : Terdapat pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi terhadap Kualitas
Laporan Keuangan
H4 : Terdapat pengaruh Sistem Pengendalian Intern terhadap Kualitas Laporan
Keuangan
H5 : Terdapat pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia, Penerapan Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah, Pemanfaatan Teknologi Informasi, dan Sistem
Pengendalian Intern secara bersama-sama terhadap Kualitas Laporan
Keuangan
METODE PENELITIAN

a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek
yang akan menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono,
2002). Populasi dalam penelitian ini adalah pengelola unit kerja atau pejabat
struktural pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Karawang. Jumlah
SKPD di Kabupaten Karawang sebanyak 63 SKPD (Satuan Kerja Perangkat
Daerah) yang terdiri dari 21 Dinas, 5 Badan, 1 Kantor, RSUD, Sekertariat
DPRD, Sekertarian Daerah Kabupaten Karawang, 1 KPUD, Inspektorat, 1
Satuan Polisi Pamong Praja, dan 30 Kecamatan.
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang
diteliti). Pengambilan sampel atas responden dilakukan secara purposive
sampling. Purposive sampling digunakan karena informasi yang akan diambil
berasal dari sumber yang sengaja dipilih berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan peneliti (Sekaran, 2003). Sampel dipilih berdasarkan kriteria tertentu
sehingga dapat mendukung penelitian ini. Kriteria sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Pejabat struktural dan aparat yang melaksanakan fungsi Akuntansi,
Bendahara, dan Tata Usaha Keuangan di masing-masing Dinas pada Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
2. Memiliki masa kerja minimal satu tahun dalam periode penyusunan laporan
keuangan.
1. Uji Normalitas Data
Uji Normalitas data dilakukan dengan One-Sample Kolmogorov-
Smirnov Test. Data dikatakan normal jika Asymp.Sig. (2-tailed) memiliki
nilai >0.05.
Tabel 1

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardize
d Residual

N 102

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation 3.40915430

Most Extreme Absolute .075


Differences
Positive .061

Negative -.075

Test Statistic .075

Asymp. Sig. (2-tailed) .178c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

Sumber : data diolah peneliti dengan SPSS 22 (2018)

Table 4.14 menunjukkan nilai Asymp.Sig. (2-tailed) sebesar 0.178 > 0.05
yang berarti bahwa data variable terdistribusi secara normal.

2. Uji Asumsi Klasik


a. Uji Normalitas Regresi
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variable terikat dan variable bebas memiliki distribusi normal. Model regresi
yang baik adalah jika model regresi memiliki distribusi normal atau mendekati
normal. Pengujian normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara
yaitu analisis grafik dan uji statistik. Analisis grafik yang digunakan adalah
analisis grafik normal probability plot. Normalitas dapat dideteksi dengan
melihat penyebaran data (titik-titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Apabila
data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka
model regresi tersebut memenuhi asumsi normalitas.
Berikut ini adalah grafik dari hasil output SPSS Versi 22 dalam pengujian
normalitas regresi :
Gambar 1
Normal P-Plot

Grafik normal p-plot pada Tabel 4.1 menunjukan grafik dengan


pola normal dengan menyebar titik-titik disekitar garis diagonal dan
menunjukan arah garis diagonal yang mengindikasikan model regresi
telah memenuhi asumsi normalitas.
Gambar 2
Grafik Histogram

Sumber : Data diolah peneliti dengan SPSS 22 (2018)

Berdasarkan grafik histogram diatas menunjukan kurva tidak


condong ke kiri dan ke kanan, maka disimpulkan bahwa berdistribusi
normal.

b. Uji Multikolonieritas
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model
regresi, yang dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor
(VIF). Jika tolerence > 0.10, atau sama dengan nilai VIF < 0.10 maka model
terbebas dari multikolonieritas.
Tabel 2
Hasil Uji Multikolonieritas

Coefficientsa

Collinearity Statistics

Model Tolerance VIF

1 Kompetensi Sumber Daya


.770 1.299
Manusia

Penerapan Sistem Akuntansi


.665 1.504
Keuangan Daerah

Penerapan Teknologi
.672 1.489
Informasi

Sistem Pengendalian Intern .607 1.647

a. Dependent Variable: Kualitas Laporan Keuangan

Sumber : Data diolah peneliti dengan SPSS 22 (2018)

Tabel 4.15 menggambarkan bahwa model regresi terbebas dari


multikolonieritas. Hal ini dapat dilihat dari nilai tolerance > 0.10 dari
nilai VIF < 10. Pada variabel Sumber Daya Manusia nilai tolerance
sebesar 0.770 > 0.10 dan nilai VIF sebesar 1.299 < 10.
Variabel Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah nilai tolerance
sebesar 0.665 > 0.10 dan nilai VIF 1.504 < 10. Variabel Pemanfaatan
Teknologi Informasi nilai tolerance sebesar 0.672 > 0.10 dan nilai VIF
sebesar 1.489 < 10. Variabel Sistem Pengendalian Intern nilai tolerance
sebesar 0.607 > 0.10 dan nilai VIF sebesar 1.647 < 10.
c. Uji Heteroskedastisitas
Dalam menganalisis uji heteroskedastisitas dapat menggunakan grafik plot
yang menggambarkan penyebaran titik-titik yang tersebar secara terpola atau
secara acak.
Dasar pengambilan keputusan untuk uji heteroskedastisitas yaitu:
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu teratur
(bergelombang, melebur kemudian menyempit), maka mengindikasikan
telah terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Berikut ini adalah tampilan grafik plot dalam pengujian heteroskedastisitas.
Gambar 3
Scatterplot

Sumber : Data diolah peneliti dengan SPSS 22 (2018)


Dari grafik Scatterplot pada gambar 4.3 menunjukkan bahwa titik-titik
menyebar secara acak (random) serta tersebar baik diatas maupun dibawah
angka 0 yang berada pada sumbu Y. Maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi.
3. Uji Hipotesis
a. Uji Koefisien Korelasi Berganda (R)
Analisis korelasi digunakan untuk mengatur kekuatan hubungan
linier antara variabel Independen yaitu Pengaruh Kompetensi Sumber
Daya Manusia, Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah,
Pemanfataan Teknologi Informasi, Sistem Pengendalian Intern terhadap
variabel dependen yaitu kualitas laporan keuangan.
Hasil uji koefisien korelasi berganda pada penelitian ini dapat dilihat pada
tabel 4.16 berikut:
Tabel 3
Hasil Uji Korelasi Berganda

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
1 .756a .571 .554 3.479
a. Predictors: (Constant), Sistem Pengendalian Intrn,
Kompetensi Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan Teknologi
Informasi, Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
b. Dependent Variable: Kualitas Laporan Keuangan

Berdasarkan tabel 4.16, diketahui bahwa nilai koefisien korelasi R sebesar


0.756. Angka tersebut menunjukan bahwa secara bersama-sama Pengaruh
Kompetensi Symber Daya Manusia, Penerapan Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah, Pemanfaatan Teknologi Informasi, dan Sistem
Pengendalian Intern memiliki hubungan dengan Kualitas Laporan
Keuangan. Koefisien korelasi sebesar 0.756 menunjukkan hubungan yang
positif dan sangat kuat.
b. Uji Koefisien Regresi Linear Berganda
Analisis ini digunakan untuk memenuhi sejauh mana besarnya
pengaruh antara variabel independen dan variabel dependen. Dalam penelitian
ini penulis menggunakan uji analisis linier berganda yang dilakukan untuk
melihat pengaruh dari empat variabel independen (Kompetensi Sumber Daya
Manusia, Penerapan Sistem Akuntansi Daerah, Pemanfaatan Teknologi
Informasi, dan Sistem Pengendalian Intern) terhadap variabel dependennya
(Kualitas Laporan Keuangan).
Hasil uji dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 2.278 2.589 .880 .381
Kompetensi Sumber
.226 .078 .220 2.910 .004
Daya Manusia
Penerapan Sistem
Akuntansi Keuangan .208 .060 .281 3.448 .001
Daerah
Pemanfaatan Teknologi
.247 .071 .282 3.479 .001
Informasi
Sistem Pengendalian
.400 .162 .210 2.467 .015
Intrn
a. Dependent Variable: Kualitas Laporan Keuangan

Sumber : Data diolah peneliti dengan SPSS 22 (2018)


Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Dari tabel dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut :

Y=2.278 + 0.226X1 + 0.208X2 + 0.247X3 + 0.400X4 + e

Analisi :
1. Dari hasil perhitungan statistik tersebut didapat nilai konstanta (a) sebesar
2.278. Artinya apabila nilai variabel independen 0, maka besarnya nilai
variabel dependen adalah 2.278.
2. Nilai koefisien regresi (X1) sebesar 0.226 yang berarti bahwa jika variabel X1
(Kompetensi Sumber Daya Manusia) mengalami kenaikan sebesar 1% maka
variabel Y (Kualitas Laporan Keuangan) mengalami peningkatan sebesar
0.226 begitu pula sebaliknya jika variabel X1 (Kompetensi Sumber Daya
Manusia) mengalami penurunan sebesar 1% maka variabel Y (Kualitas
Laporan Keuangan) mengalami penurunan sebesar 0.226.
3. Nilai koefisien regresi (X2) sebesar 0.208 yang berarti bahwa jika variabel X2
(Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah) mengalami kenaikan sebesar
1% maka variabel Y (Kualitas Laporan Keuangan) mengalami peningkatan
sebesar 0.208 begitu pula sebaliknya jika variabel X2 (Penerapan Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah) mengalami penurunan sebesar 1% maka
variabel Y (Kualitas Laporan Keuangan) mengalami penurunan sebesar 0.208.
4. Nilai koefisien regresi (X3) sebesar 0.247 yang berarti bahwa jika variabel X3
(Pemanfaatan Teknologi Informasi) mengalami kenaikan sebesar 1% maka
variabel Y (Kualitas Laporan Keuangan) mengalami peningkatan sebesar
0.247 begitu pula sebaliknya jika variabel X3 (Pemanfaatan Teknologi
Informasi) mengalami penurunan sebesar 1% maka variabel Y (Kualitas
Laporan Keuangan) mengalami penurunan sebesar 0.247.
5. Nilai koefisien regresi (X4) sebesar 0.400 yang berarti bahwa jika variabel X4
(Sistem Pengendalian Intern) mengalami kenaikan sebesar 1% maka variabel
Y (Kualitas Laporan Keuangan) mengalami peningkatan sebesar 0.400 begitu
pula sebaliknya jika variabel X4 (Sistem Pengendalian Intern) mengalami
penurunan sebesar 1% maka variabel Y (Kualitas Laporan Keuangan)
mengalami penurunan sebesar 0.400.
c. Uji Statistik t (parsial)
Uji statistik t (parsial) digunakan untuk mengukur sejauh mana
pengaruh variabel independen secara parsial dalam menjelaskan variabel
dependen.
Dasar pengambilan keputusan dengan cara membandingkan nilai thitung dan ttabel
dengan tingkat signifikan 0.05. Apabila thitung > ttabel maka Ha diterima dan
apabila thitung < ttabel maka Ha ditolak.
df =n–k
df = 102 – 5 = 97 maka diperoleh ttabel yaitu 1.985
Tabel 5
Hasil Uji Statistik t (parsial)

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 2.278 2.589 .880 .381
Kompetensi Sumber
.226 .078 .220 2.910 .004
Daya Manusia
Penerapan Sistem
Akuntansi Keuangan .208 .060 .281 3.448 .001
Daerah
Pemanfaatan Teknologi
.247 .071 .282 3.479 .001
Informasi
Sistem Pengendalian
.400 .162 .210 2.467 .015
Intrn
a. Dependent Variable: Kualitas Laporan Keuangan
Sumber : Data diolah peneliti dengan SPSS 22 (2018)

Adapun uji individual yang dilakukan antara lain :

1. Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia terhadap Kualitas Laporan


Keuangan
H01 : Kompetensi Sumber Daya Manusia tidak berpengaruh signifikan terhadap
Kualitas Laporan Keuangan.
HA1 : Kompetensi Sumber Daya Manusia berpengaruh signifikan terhadap Kualitas
Laporan Keuangan.
Berdasarkan Tabel 4.18, nilai signifikansi variabel Kompetensi Sumber Daya
Manusia sebesar 0.004 atau mempunyai nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 dan
thitung sebesar 2.910 yang mempunyai nilai lebih besar dibanding t tabel yaitu 1.985
maka dapat disimpulkan hipotesis H01 ditolak dan Ha1 diterima yang artinya
Kompetensi Sumber Daya Manusia berpengaruh secara signifikan terhadap
Kualitas Laporan Keuangan.
2. Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap
Kualitas Laporan Keuangan
H02 : Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah tidak berpengaruh
signifikan terhadap Kualitas Laporan Keuangan.
HA2 : Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah berpengaruh signifikan
terhadap Kualitas Laporan Keuangan.
Berdasarkan Tabel 4.18, nilai signifikansi variabel Penerapan Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah sebesar 0.001 atau mempunyai nilai signifikansi lebih kecil dari
0.05 dan thitung sebesar 3.448 yang mempunyai nilai lebih besar dibanding ttabel 1.985
maka dapat disimpulkan hipotesis H02 ditolak dan HA2 diterima yang artinya
Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah berpengaruh secara signifikan
terhadap Kualitas Laporan Keuangan.
3. Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi terhadap Kualitas Laporan
Keuangan
H03 : Pemanfaatan Teknologi Informasi tidak berpengaruh signifikan terhadap
Kualitas Laporan Keuangan.
HA3 : Pemanfaatan Teknologi Informasi berpengaruh signifikan terhadap
Kualitas Laporan Keuangan.
Berdasarkan Tabel 4.18, nilai signifikansi variabel Pemanfaatan Teknologi
Informasi sebesar 0.001 atau mempunyai nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05
dan thitung sebesar 3.479 yang mempunyai nilai lebih besar dibanding ttabel yaitu
1.985 maka dapat disimpulkan hipotesis H03 ditolak dan HA3 diterima yang
artinya Pemanfaatan Teknologi Informasi berpengaruh secara signifikan
terhadap Kualitas Laporan Keuangan.
4. Pengaruh Sistem Pengendalian Intern terhadap Kualitas Laporan
Keuangan
H04 : Sistem Pengendalian Intern tidak berpengaruh signifikan terhadap
Kualitas Laporan Keuangan.
HA4 : Sistem Pengendalian Intern berpengaruh signifikan terhadap Kualitas
Laporan Keuangan.
Berdasarkan Tabel 4.18, nilai signifikansi variabel Sistem Pengendalian Intern
sebesar 0.015 atau mempunyai nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 dan thitung
sebesar 2.467 yang mempunyai nilai lebih besar dibanding ttabel yaitu 1.985
maka dapat disimpulkan hipotesis H04 ditolak dan HA4 diterima yang artinya
Sistem Pengendalian Intern berpengaruh secara signifikan terhadap Kualitas
Laporan Keuangan.
d. Uji Simultan (Uji F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel independen
yang dimasukkan ke dalam model mempunyai pengaruh bersama-sama
terhadap variabel dependen. Hasil uji regresi secara simultan (uji statistik F)
ditunjukkan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 6
Hasil Uji Signifikasi Simultan

ANOVAa
Sum of
Model Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 1565.017 4 391.254 32.331 .000b
Residual 1173.856 97 12.102
Total 2738.873 101
a. Dependent Variable: Kualitas Laporan Keuangan
b. Predictors: (Constant), Sistem Pengendalian Intrn, Kompetensi Sumber Daya
Manusia, Pemanfaatan Teknologi Informasi, Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan
Daerah

Sumber : Data diolah peneliti dengan SPSS 22 (2018)

Hipotesis penelitian untuk uji F dapat dirumuskan sebagai berikut :

H05 : Kompetensi Sumber Daya Manusia, Penerapan Sistem Akuntansi


Keuangan Daerah, Pemanfaatan Teknologi Informasi, dan Sistem
Pengendalian Intern secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap
Kualitas Laporan Keuangan.

HA5 : Kompetensi Sumber Daya Manusia, Penerapan Sistem Akuntansi


Keuangan Daerah, Pemanfaatan Teknologi Informasi, dan Sistem
Pengendalian Intern secara bersama-sama berpengaruh terhadap Kualitas
Laporan Keuangan.

Dari Uji ANOVA atau uji F didapat nilai F hitung sebesar 32.331 yang
mempunyai nilai lebih besar dibanding F tabel yaitu 2.47. dan nilai signifikasi
0.000 yang mempunyai jauh lebih kecil dari 0.05, maka model regresi dapat
digunakan untuk Kualitas Laporan Keuangan atau dapat dikatakan H05 ditolak
dan HA5 diterima yaitu Kompetensi Sumber Daya Manusia, Penerapan Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah, Pemanfaatan Teknologi Informasi, dan Sistem
Pengendalian Intern secara bersama-sama berpengaruh terhadap Kualitas
Laporan Keuangan.

e. Uji Koefisien Derterminasi (R2)


Koefisien derterminasi (R2) pada intinya mengukur seberapa kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hasil uji koefisien determinasi
antara Budgetary Participation, Budget Emphasis, dan Job Relevant Information
terhadap Budgetary Slack dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 7
Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
1 .756a .571 .554 3.479
a. Predictors: (Constant), Sistem Pengendalian Intrn,
Kompetensi Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan Teknologi
Informasi, Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
b. Dependent Variable: Kualitas Laporan Keuangan

Berdasarkan hasil output tabel 4.20 menunjukan nilai R Square sebesar 0.571.
Hal ini menandakan bahwa variabel Kompetensi Sumber Daya Manusia,
Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Pemanfaatan Teknologi
Informasi, dan Sistem Pengendalian Intern hanya dapat menjelaskan 56,5%
variasi variabel Kualitas Laporan Keuangan. Sedangkan sisanya, yaitu 43,5%
(100%-56,5%) dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model yang tidak diikut
sertakan dalam model penelitian ini.
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Kompetensi Sumber
Daya Manusia, Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Derah, Pemanfaatan
Teknologi Informasi, dan Sistem Pengendalian Intern terhadap Kualitas Laporan
Keuangan.
Berdasarkan analisis yang telah diuraikan pada Bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan :
1. Pernyataan hipotesis pertama (H1) dapat diterima, maka variabel Kompetensi
Sumber Daya Manusia berpengaruh positif signifikan terhadap Kualitas
Laporan Keuangan Daerah dengan koefisien variabel Sumber Daya Manusia
bernilai 0,226 dengan tingkat signifikansi 0,004. Hasil penelitian ini
menunjukan semakin tinggi Kompetensi Sumber Daya Manusia, maka
semakin tinggi juga pengaruhnya terhadap Kualitas Laporan Keuangan.
2. Pernyataan hipotesis kedua (H2) dapat diterima, maka variabel Penerapan
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah berpengaruh positif signifiksn terhadap
Kualitas Laporan Keuangan Daerah dengan koefisien variabel Sistem
Akuntansi Keuangan yang bernilai 0,208 dengan tingkat signifikansi 0,001.
Hasil penelitian ini menunjukan semakin tinggi Penerapan Sistem Akintansi
Keuangan Daerah, maka semakin tinggi juga pengaruhnya terhadap Kualitas
Laporan Keuangan.
3. Pernyataan hipotesis ketiga (H3) dapat diterima, maka variabel Pemanfaatan
Teknologi Informasi berpengaruh positif signifikan terhadap Kualitas Laporan
Keuangan Daerah dengan koefisen variabel Teknologi Informasi yang bernilai
0,247 dengan tingkat signifikansi 0,001. Hasil penelitian ini menunjukan
semakin tinggi Pemanfaatan Teknologi Informasi, maka semakin tinggi juga
pengaruhnya terhadap Kualitas Laporan Keuangan.
4. Pernyataan hipotesis keempat (H4) dapat diterima, maka variabel Sistem
Pengendalian Intern berpengaruh positif signifikan terhadap Kualitas Laporan
Keuangan Daerah dengan koefisien variabel Sistem Pengendalian Intern yang
bernilai 0,400 dengan tingkat signifikansi 0,015. Hasil penelitian ini
menunjukan semakin tinggi Penerapan Sistem Pengendalian Intern, maka
semakin tinggi juga pengaruhnya terhadap Kualitas Laporan Keuangan.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh Kompetensi Sumber Daya
Manusia, Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Pemanfaatan Teknologi
Informasi, dan Sistem Pengendalian Intern terhadap Kualitas Laporan Keuangan yang
dilakukan di dinas-dinas Pemerintah Kabupaten Karawang, penulis memberikan saran
sebagai berikut :
1. Peneliti sebaiknya juga menggunakan metode interview selain dengan kuesioner
untuk mendapatkan data yang lebih kredibel.
2. Peneliti selanjutnya mungkin dapat meneliti implementasi pengelolaan laporan
keuangan pemerintah daerah agar dapat memberikan kontribusi yang lebih berarti
dalam bidang anggaran organisasi sektor publik.
3. Peneliti selanjutnya mungkin dapat memperluas lingkup penelitian agar dapat
memberikan kontribusi yang lebih berarti dalam bidang organisasi sektor publik.
4. Peneliti berikutnya diharapkan dapat menambah obyek penelitian lain yang lebih
luas untuk memperkuat hasil peneliti.
5. Peneliti agar memperluas variabel independen yang akan diteliti.

You might also like