You are on page 1of 5

َ‫هللا ُأ ْك َب ْر هللا ُأ ْك َب ْر هللا ُأ ْك َب ْر هللا ُأ ْك َب ْر هللا ُأ ْك َب ْر هللا ُأ ْك َب ْر هللا ُأ ْك َب ْر هللا ُأ ْك َب ْر هللا ُأ ْك َب ْر لَإلَه‬ Dzat Yang Maha Agung, yakni

Dzat Yang Maha Agung, yakni Allah SWT. Dzat yang


‫ّي َهدَانَا‬ ْ ‫صا ّل َحاتُ الَّذ‬ َّ ‫ّي ّبنّ ْع َمتّ ّه تَتّ ُّم ال‬ ْ ‫ ال َح ْمد ُ ّ ََّلِلّ الَّذ‬، ‫إلَّ هللا َُوهللا ُأ ْكبَ ْر هللا ُأ ْكبَ ْر َو ّ ََّلِلّ ْال َح ْمد‬ mengendalikan seluruh alam, yang tiada satu pun dari isi dunia
، ُ ‫أن َهدَانَا هللا‬ ْ َ‫ّي لَ ْول‬ َ ‫ّل َهذَا َو َما ُكنَّا ّل َن ْهتَد‬ yang dapat mengelak dari ketetepan-Nya.
‫ب أ ُ ْن ّز َل َوأ َ ْك َر َمنَا ّب َخي ّْر‬ ٍ ‫صنَا ّب َخي ّْر ّكتَا‬ َّ ‫ّي َخ‬ ْ ‫أن لَإلَهَ إلَّ هللا َُو ْحدَهُ لَش َّري َْك لَهُ الَّذ‬ ْ ُ ‫أ ْش َهد‬ Allah SWT berfirman:
‫ أليَ ْو َم أ ْك َم ْلتُ َل ُك ْم ّد ْي َن ُك ْم‬، ‫ش ْرعٍ ّد ْي ّن اْإل ْسالَ ّم‬ َ ‫ظ ّم ّدي ّْن‬ َ ‫ى أ ُ ْر ّس َل َوأَت َ َّم‬
َ ‫علَ ْينَا ال ٍنٍّ ْع َمةَ بّأ َ ْع‬ ٍّ ٍ ‫نَ ّب‬ َ ‫ط ْوعا َو َك ْرها َو ّظاللُ ُهم بّ ْالغُد ُ ٍّ ّو َواآل‬
‫صا ّل‬ ّ ‫ت َواأل َ ْر‬
َ ‫ض‬ ّ ‫س َم َاوا‬ َّ ‫َو ّ ٍَّلِلّ يَ ْس ُجد ُ َمن فّي ال‬
‫ّي‬ْ ‫س ْولُهُ الَّذ‬ ُ ‫ َو أ ْش َهد ُ أ َّن ُم َح َّمدا َع ْبدُهُ َو َر‬، ‫ضيْتُ لَ ُك ُم اْإل ْسلَ َم ّديْنا‬ ّ ‫ع َل ْي ُك ْم ّن ْع َم ّت ْي َو َر‬
َ ُ‫َوأتْ َم ْمت‬ ”Hanya kepada Allah-lah segala yang di langit dan di bumi
، ‫ارهَا‬ ّ ‫اء لَ ْيلُ َها َك َن َه‬
ّ ‫ض‬ َ ‫ى اْل َم َح َّج ّة اْلبَ ْي‬ َ ‫عل‬ َ ‫ص َح اْأل ُ َّمةَ َوت َ َر َكنَا‬ َ َ‫سالَةَ َون‬ ٍّ ّ ‫أَدَّى اْأل َ َمانَةَ َوبَلَّ َغ‬
َ ‫الر‬ bersujud, baik dengan keinginannya sendiri ataupun terpaksa
‫علَى آ ّل ّه‬ َ ‫ي اْل َك ّر ْي ّم َو‬ َ ‫علَى‬
ٍّّ ّ‫سيٍّّ ّدنَا ُم َح َّم ٍد النَّب‬ َ ‫ار ْك‬ ّ َ‫س ّلٍّ ْم َوب‬ َ ‫ أللَّ ُه َّم‬, ٌ‫لَيَ ّز ْي ُغ َع ْن َها إلَّ هَا ّلك‬
َ ‫ص ٍّّل َو‬ (dan bersujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan
، ُ‫ أ َّما َب ْعد‬. ‫ان إلَى َي ْو ّم ال ّدٍّي ّْن‬ ٍ ‫س‬ َ ‫إح‬ ْ ‫الطا ّه ّري ّْن َو َم ْن تَ ّب َع ُه ْم ّب‬ َّ ‫ص َحا َبتّ ّه‬ َ ‫َو‬ petang.” (QS. ar-Ra'd, 15:13)
‫فَيَا ّعبَادَ هللاّ ! اتَّقُوا هللاَ َح َّق تُقَاتّ ّه َولَ تَ ُم ْوت ُ َّن إلَّ َوأ َ ْنت ُ ْم ُم ْس ّل ُم ْونَ َوا ْفعَلُوا ْال َخي َْر لَعَلَّ ُك ْم‬ ‫هللا ُأ ْكبَ ْر هللا ُأ ْكبَ ْر هللا ُأ ْك َب ْر ْ َو ّ ََّلِلّ ْال َح ْمد‬
‫ َو ّلت ُ ْك ّملُ ْوا‬: ‫ع َّز َو َج َّل‬ َ ُ ‫ قَا َل هللا‬,‫ع ّظ ْي ٌم َو ّع ْيدٌ َك ّر ْي ٌم‬ َ ‫ َوا ْعلَ ُم ْوا أ َ َّن َي ْو َم ُك ْم َهذَا َي ْو ٌم‬, َ‫ت ُ ْف ّل ُح ْون‬ Hadirin Ikhwanil Muslimin Rahimakumullah
َ‫لى َما َهدَا ُك ْم َولَ َعلَّ ُك ْم ت َ ْش ُك ُر ْون‬ َ ‫ع‬َ َ‫ال ّعدَّة َ َو ّلت ُ َك ّب ٍُّروا هللا‬ Dalam kesatuan alam raya inilah, seluruh mahluk harus bekerja
sama dalam kebajikan. Sehingga daris inilah rasa aman dan
Hadirin Sidang Sholat Idul Fitri yang Dimuliakan Allah damai memeperoleh pijakan yang kuat. Kita sebagai manusia
Kalimat Takbir “Allahu Akbar” yang kita kumandangkan setiap yang beriman kepada Allah adalah khalifah di bumi. Sehingga
saat, merupakan pangkalan kita bertolak dan berlabuh. Kalimat kita harus mewujudkan kedamaian. nah, sebagai Khalifah Allah
takbir ini kita selalu kita kumandangkan, baik di masa-masa ini, tugas kita dimulai dari lingkup terkecil, bermula dari diri
damai tenteram dan kita kumandangkan pula ketika masa-masa sendiri, keluarga, lingkungan masyarakat, bangsa negara dan
kritis dan mencekam. seluruh bumi. Bahkan ke seluruh jagad raya yang berlanjut ke
Kalimat takbir ini melambangkan keagungan dan kebesaran negeri kekal di akhirat nanti.
Allah. Kalimat ini pulalah yang mempersatukan seluruh umat
Islam di muka bumi. Dalam kandungan takbir terpancar aneka Kedamaian bermula dari jiwa manusia. Tidak akan ada
kesatuan, seperti kesatuan alam semesta, kesatuan dunia dan kedamaian jika terdapat cekcok dan perselisihan, bahkan dengan
akhirat, kesatuan natural dan supranatural, kesatuan ilmu dan diri sendiri sekali pun. Karenanya setiap individu Mukmin
kesatuan umat. haruslah tunduk dan patuh kepada satu penguasa, satu pengendali
Dengan kesatuan alam semesta, maka segala wujud di alam raya yang menciptakan keselarasan di muka bumi, yakni Allah SWT.
ini, dari yang terkecil sampai yang terbesar, benda-benda Janganlah pernah berani membuat perselisihan dengan Allah
bernyawa atau tidak, baik yang terdeteksi indera maupun tidak, melalui cara-cara mempersekutukan-Nya. Jangalah pernah
seluruhnya berada dalam satu kendali, diciptakan dan diatur oleh
mencari perlindungan selain daripada perlindungan Allah SWT. hari raya Idul Fitri ini.
Allah SWY berfirman: Bagaimanapun kondisi kita, apakah kita sedang sedih, berduka
ّ َ‫سلَما ّلٍّ َر ُج ٍل َه ْل يَ ْستَ ّوي‬
‫ان َمثَال‬ ُ ‫ش َر َكاء ُمتَشَا ّك‬
َ ‫سونَ َو َر ُجال‬ ُ ‫َّللاُ َمثَال َّر ُجال ّفي ّه‬ َّ ‫ب‬ َ ‫ض َر‬ َ ataupun sedang bersiuka ria, atau sedang terancam bahaya
َ‫ْال َح ْمد ُ ّ ََّلِلّ َب ْل أ ْكث َ ُر ُه ْم َل َي ْعلَ ُمون‬
َ misalnya. Dengan kalimat takbir kita akan selalu merasakan diri
” Allah membuat perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) sebagai pribadi yang utuh yang hanya menyembah dan berpasrah
yang dimiliki oleh beberapa orang yang berserikat yang dalam kepada satu Dzat Yang maha Agung.
perselisihan dan seorang budak yang menjadi milik penuh dari Bila takbir telah terpatri dalam dada, maka segala perbuatan dan
seorang laki-laki (saja); Adakah kedua budak itu sama halnya? ucapan kita akan menyatu dalam keteguhan dan keyakinan serta
Segala puji bagi Allah tetapi kebanyakan mereka tidak pengabdian kepada Allah SWT. Orang-orang yang telah menyatu
mengetahui.” (QS. az-Zumar, 39:29) dengan kalimat Takbir dalam kesehariannya, akan menjadi
Ayat ini menggambarkan kepada kita bahwa, seorang budak yang pribadi yang membawa manfaan dalam kehidupan diri dan
harus tunduk kepada beberapa majikan yang memilikinya, namun lingkungan sekitarnya.
majikan ini saling berselisih dan bersengketa. Tentu budak Bila beruntung dia akan bersyukur, bila diuji dia akan bersabar,
semacam ini akan merasa risau dan gelisah, pada akhirnya ia jika ditegur ia menyesal dan bila bersalah akan beristighfar dan
menjadi pengidap kepribadian ganda atau munafik. meminta maaf serta berani bertanggungjawab.
Bandingkan dengan keadaan budak yang hanya dimiliki oleh Demikian Agungnya kalimat Takbir, jika dihayati makna dan
seorang majikan saja. Ia pasti tidak akan bingung, apalagi jika pesan-pesannya. Sehingga, Takbir ini diperintahkan oleh Allah
sang majikan berperilaku terpuji. untuk dikumandangkan, begitu selesai bilangan bulan teragung,
Maka ayat ini pun merupakan penggambaran dari seseorang yang bilangan puasa Ramadhan.
mempersekutukan Tuhan dan percaya bahwa ada Tuhan-tuhan َ‫علَى َما َهدَا ُك ْم ولَعَلَّ ُك ْم ت َ ْش ُك ُر ْون‬ َ َ‫َو ّلت ُ ْك ّملُوااْل ّعدَّة َ َو ّلت ُ َكبّ ٍُّرهللا‬
pengatur dan pengendali selain Allah. Maka bandingkanlah ”Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah
keadaannya, keadaan jiwanya, dengan seorang pribadi Mukmin kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
yang hanya percaya dan patuh kepda Allah sebagai satu-satunya kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. al-Baqoroh, 2:185)
penguasa dan pengendali seluruh alam raya. Tanpa mengumandangkan takbir, kita tidak akan dapat dinamai
Hadirin Jamaah Idul Fitri yang ‫هللا ُأ ْكبَ ْر هللا ُأ ْكبَ ْر هللا ُأ ْك َب ْر ْ َو ّ ََّلِلّ ْال َح ْمد‬ bersyukur, padahal tanpa bersyukur, maka siksa Allah telah
Berbahagia menanti kita.
‫هللا ُأ ْكبَ ْر هللا ُأ ْكبَ ْر هللا ُأ ْك َب ْر ْ َو ّ ََّلِلّ ْال َح ْمد‬
Demikian pula kita akan menemukan keutuhan kepribadian dan Dengan berakhirnya Ramadhan, tentu kita berharap, kiranya telah
kesatuan di balik kalimat Takbir yang sedang berkumandang di dapat mencapai ketakwaan kepada Allah SWT. Ketakwaan yang
hanya dapat tercapai bila kita memiliki keimanan. Artinya . Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada
ketakwaan dan keimanan adalah simbol kesatuan dalam mereka dikatakan): "Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman?
ketauhidan. Iman membuahkan persatuan dan kesatuan. Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu". (QS.
Sedangkn kufur mengantarkan kepada perselisihan dan Ali Imron, 3:106)
perpecahan.
Pada Masa hidup Rasulullah SAW, ketika sekelompok kaum ‫هللا ُأ ْك َب ْر هللا ُأ ْك َب ْر هللا ُأ ْك َب ْر ْ َو ّ ََّلِلّ ْال َح ْمد‬
muslimin hampir terpengaruh oleh bisikan apra pemecah belah, Saudara-saudara sekalian yang dimulyakan Allah
turunlah peringatan Allah SWT yang menamai keimanan dengan Idul Fitri yang berarti kembali kepada kesucian, mengantarkan
persatuan dan perpecahan dengan kekufuran. kita kepada persatuan dan kesatuan umat. JIka kita memahami
Allah memperingatkan mereka yang nyaris terpecah belah arti persatuan dan kesatuan, tentu di sana kita menemukan dua
dengan firmannya: kata yang akan mengantarkan kita kepada makna Fitri (kesucian)
yang sebenarnya.
ٌ‫ض ُو ُجوهٌ َوتَس َْودُّ ُو ُجوه‬
ُّ ‫يَ ْو َم تَ ْب َي‬
Kata kunci pertama dalam persatuan dan kesatuan adalah
"Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan keharmonisan. Seseorang yang beragama harus selalu merasa
ada pula muka yang hitam muram.” (QS. Ali Imran, 3:106). bersama dengan orang lain. Dapat menghargai kehadiran orang
lain dan menjaga perasaan orang-orang di sekelilingnya. Keadaan
Dalam kehidupan duniawi, mereka yang bersatu dan bekerja saling menyadari dan menjaga perasaan orang-orang
sama untuk kemaslahatan bangsa dan masyarakatnya akan disekelilingnya inilah yang disebut sebagai keharmonisan.
memiliki wajah yang berseri-seri. Keceriaan nampak jelas di masyarakat yang bersatu dalam keimanan kepada Allah SWT
wajah ketika mereka memetik hasil dari persatuan dan kerjasama akan saling menjaga agar tidak saling berbantah-bantahan dan
dalam kebajikan. bersengketa di antara sesama anggota masyarakatnya.
Hal ini dikarenakan, masyarakat yang bersatu akan senantiasa
Sedangkan mereka yang berpecah-belah dan saling bersengketa, berusaha menjaga agar tidak terjadi keadaan sebagaimana yang
pun telah diperingatkan dan diancam oleh Allah dalam firman- difirmankan oleh Allah SWT,
Nya, ٍّ ‫ص ّب ُرواْ ّإ َّن‬
‫َّللاَ َم َع‬ َ ‫شلُواْ َوت َ ْذ َه‬
ْ ‫ب ّري ُح ُك ْم َوا‬ َ ‫عواْ فَت َ ْف‬
ُ َ‫سولَهُ َولَ تَنَاز‬ َ ٍّ ْ‫َوأ َ ّطيعُوا‬
ُ ‫َّللا َو َر‬
َ‫صا ّب ّرين‬
َّ ‫ال‬
َ َ‫َّت ُو ُجو ُه ُه ْم أ َ ْكفَ ْرتُم بَ ْعدَ إّي َمانّ ُك ْم َفذ ُوقُواْ ْالعَذ‬
َ‫اب ّب َما ُك ْنت ُ ْم تَ ْكفُ ُرون‬ ْ ‫فَأ َ َّما الَّذّينَ اس َْود‬ ”Dan ta'atlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu
berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar
dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah ٌ ُ ‫غف‬
‫ور َّر ّحي ٌم‬ َ ُ‫َّللا‬ ْ ‫َو ْل َي ْعفُوا َو ْل َي‬
َّ ‫صفَ ُحوا أ َ َل ت ُ ّحبُّونَ أَن َي ْغ ّف َر‬
َّ ‫َّللاُ َل ُك ْم َو‬
beserta orang-orang yang sabar.” (QS. al-Anfaal, 8:46)
Dalam masyarakat yang harmonis, egoisme seorang muskim ”Dan hendaklah mereka mema'afkan dan berlapang dada.
menjadi lebur dalam kesetaraan dan kesederajatan manusia Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan
sebagai hamba Allah yang bertauhid. Masyarakat yang harmonis Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. an-
adalah membangun hubungan atasa dasara kesatuan visi dan misi Nuur, 24:22)
dalam ketakwaan, keimanan dan kebajikan.
Mereka saling-berlomba-lomba dalam kebajikan sembari tetap Maka marilah di hari yang Fitri ini kita kembali kepada inti
menjaga keharmonisan. Masyarakat yang harmonis dalam ajaran tauhid, yakni persatuan dan kesatuan umat. marilah
persatuan dan ketaqwaan akan saling terlibat dalam keseharian menciptakan dan menjaga keharmonisan di antara sesama umat
sebagaimana yang digambarkan oleh Rasulullah SAW dalam Muslim, sesama anggota masyarakat dan sesama bangsa.
sabdanya : Marilah kita saling memaafkan dengan mengibarkan bendera
َ ‫س َه ّر َواْل ُح‬
ُ‫مى ّم ْنه‬ َّ ‫سا ّئ ُر األعْضا َ ّء بّال‬ َ َ‫عض ٌْو تَد‬
َ ‫اعى‬ ّ ‫س ّد اْ َلو‬
َ َ ‫ إذَا ا ْشت‬، ‫اح ّد‬
ُ ُ‫كى ّم ْنه‬ َ ‫َكال َج‬ perdamaian (as-Salam) sembari berdoa:
”Bagaikan satu jasad, bila salah satu organnya merasakan
penderitaan, maka seluruh tubuh akan merasa demam dan tidak َ‫سالَ ّم َوأد ّْخ ْلنَا اْل َجنَّة‬ َّ ‫سالَ ْم فَ َحيٍّّنَا َربَّنَا بّال‬ َّ ‫سالَ ْم َوإليَ ْك َيَعُ ْود ُ ال‬
َّ ‫سالَ ْم َو ّم ْن َك ال‬ َّ ‫ت ال‬ َ ‫ََالَّل ُه َّم أ ْن‬
dapat tidur.” ‫ت َربُّنَا ذُ ْوال َجالَ ّل َواإل ْكرا َ ّم‬ َ ‫سالَ ّم أ ٍّ ْن‬
َّ ‫ار ال‬ َ َ‫د‬
‫ََا‬
‫هللا ُأ ْكبَ ْر هللا ُأ ْكبَ ْر هللا ُأ ْك َب ْر ْ َو ّ ََّلِلّ ْال َح ْمد‬ "Ya Allah, Engkaulah Yang Maha Damai. Dari-Mu bersumber
Hadirin Sidang Idul Fitri Rahimakumullah kedamaian, Kepada-Mu Kembali Kedamaian. Tuhan kami,
Kata kunci dalam persatuan dan kesatuan umat yang kedua Hidupkanlah kami dengan penuh kedamaian dan masukkanlah
adalah saling memaafkan. Pada zaman pra Islam, orang-orang kelak kami ke surga, negeri yang penuh kedamaian. Engkau
akan sangat merasa terginggung, memendam amarah dan pemelihara kami, lagi pemilik keagungan dan kemuliaan."
menunggu untuk memwaktu balas dendam jika disakiti. ‫هوى فَ ّا َّن‬ َ َ‫ع ّن اْل‬ َ ‫س‬ َ ‫ي النَّ ْف‬ َ ‫َاف َمقَا َم ربٍّّ ّه ونَ َه‬ َ ‫ َوا َ َّما َم ْن خ‬.‫الر ّجي ّْم‬ َّ ‫ان‬ ّ ‫ط‬ َّ ‫ع ْوذ ُ بّاهللّ ّمنَ ال‬
َ ‫ش ْي‬ ُ َ‫ا‬
Kemudian datanglah Rasulullah SAW dengan ajaran baru, yakni ‫ َج َعلَنَا هللاُ َواّيَّا ُك ْم ّمنَ اْل َعائّ ّديْنَ َواْلفَائّ ّز ْينَ َواْل َم ْقب ُْو ّليْنَ َوا َ ْد َخ َلنَا َواّيَّا ُك ْم‬.‫ي اْل َمأ ْ َوى‬ َ ‫ْال َجنَّةَ ّه‬
ajaran untuk memaafkan. ‫سائّ ّر‬َ ‫ي َو ّل‬ َّ َ‫صا ّل ّحيْنَ َواَقُ ْو ُل قَ ْو ّلى َهذَا َوا ْستَ ْغ ّف ُر ّلى َولَ ُك ْم َو ّل َوا ّلد‬ َّ ‫فّى ُز ْم َرةّ ّعبَا ّد ّه ال‬
َّ ‫ت فَا ْست َ ْغ ّف ْرهُ اّنَّهُ ُه َواْلغَفُ ْو ُر‬
‫الر ّح ْي ُم‬ ّ ‫اْل ُم ْس ّل ّميْنَ َواْل ُم ْس ّل َما‬
Ketika pada zaman Nabi, orang-orang enggan memaafkan, maka
Allah SWT menegur mereka dalam firman-Nya :
KHUTBAH KEDUA
‫ان هللا بُك َْرةً َو‬ ‫هللاُ ا َ ْكبَ ْر (‪ )×3‬هللاُ ا َ ْكبَ ْر (‪ )×4‬هللاُ ا َ ْكبَ ْر كبيرا َواْل َح ْم ُد هللِ َكثِ ْي ًرا َو ُ‬
‫س ْب َح َ‬
‫شك ُْر لَهُ‬
‫سانِ ِه َوال ُّ‬ ‫َلى اِحْ َ‬‫ص ْيالً الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َوهللاُ ا َ ْكبَ ْر‪ ،‬هللاُ ا َ ْكبَ ْر َوهللِ اْل َح ْمدُ‪ .‬اْل َح ْم ُد هللِ ع َ‬ ‫أَ ْ‬
‫ش َه ُد ا َ ْن الَ اِلَ َه اِالَّ هللاُ َوهللاُ َوحْ َدهُ الَ ش َِر ْيكَ لَهُ َلهُ ت َ ْع ِظ ْي ًما ِلشَأْنِ ِه‬
‫َلى ت َ ْوفِ ْي ِق ِه َوا ِْم ِتنَانِ ِه‪َ .‬واَ ْ‬
‫ع َ‬
‫لى ِر ْ‬
‫ض َوا ِن ِه‬ ‫س ْولُهُ الدَّا ِعى اِ َ‬ ‫ع ْب ُدهُ َو َر ُ‬‫س ِيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َ‬
‫ش َه ُد ا َ َّن َ‬ ‫َوا َ ْ‬

‫س ِل ْي ًما كَث ْي ًرا‪ .‬اَ َّما بَ ْع ُد فَيا َ‬‫س ِلِّ ْم ت َ ْ‬ ‫علَى ا َ ِل ِه َوا َ ْ‬
‫ص َحابِ ِه َو َ‬ ‫علَى َ‬
‫سيِِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو ِِ َ‬ ‫ص ِ ِّل َ‬‫الل ُه َّم َ‬
‫‪.‬وا ْعلَ ُم ْوا ا َ َّن هللاِّ اَ َم َر ُك ْم ِبا َ ْم ٍر بَ َدأ َ‬ ‫ع َّما نَ َهى َو َز َج َر َ‬‫اس اِتَّقُوهللاَ فِ ْي َما اَ َم َر َوا ْنت َ ُه ْوا َ‬
‫اَيُّ َها النَّ ُ‬
‫س ِه‬‫س ِه َوثَـنَى ِب َمآل ئِ َكتِ ِه ِبقُ ْد ِ‬ ‫فِ ْي ِه ِبنَ ْف ِ‬

‫علَ ْي ِه‬ ‫صلُّ ْوا َ‬‫َلى النَّ ِبى يآ اَيُّ َها الَّ ِذ ْي َن آ َمنُ ْوا َ‬ ‫صلُّ ْو َن ع َ‬ ‫هللا َو َمآل ئِ َكتَهُ يُ َ‬ ‫َوقَا َل تَعاَلَى ا َِّن َ‬
‫ع َلى ا َ ْنبِيآئِكَ‬ ‫علَى آ ِل َ‬
‫سيِِّدِنا َ ُم َح َّم ٍد َو َ‬ ‫علَى َ‬
‫سيِِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َ‬ ‫ص ِ ِّل َ‬ ‫س ِل ْي ًما‪ .‬الل ُه َّم َ‬ ‫س ِلِّ ُم ْوا تَ ْ‬‫َو َ‬
‫عثْ َمان‬ ‫رو ُ‬ ‫ع َم َ‬ ‫ش ِد ْي َن ا َ ِبى بَك ٍْر َو ُ‬
‫اء ال َّرا ِ‬ ‫ض الل ُه َّم ع َِن اْل ُخ َلفَ ِ‬ ‫ار َ‬ ‫س ِلكَ َو َمآلئِ َك ِة اْل ُمقَ َّر ِب ْي َن َو ْ‬ ‫َو ُر ُ‬
‫ان اِلَى يَ ْو ِم ال ِ ِّد ْي ِن‬ ‫س ٍ‬ ‫ص َحا َب ِة َوالتَّا ِب ِع ْي َن َوتَا ِب ِعي التَّا ِب ِع ْي َن لَ ُه ْم ِب ِاحْ َ‬ ‫ع ِلى َوع َْن بَ ِقيَّ ِة ال َّ‬ ‫َو َ‬
‫اح ِم ْي َن ‪.‬‬ ‫عنَّا َم َع ُه ْم ِب َرحْ َم ِتكَ َيا ا َ ْر َح َم َّ‬
‫الر ِ‬ ‫ض َ‬ ‫ار َ‬ ‫َو ْ‬
‫يآء ِم ْن ُه ْم َواْالَ ْم َوا ِ‬
‫ت‬ ‫ت ا َ ْالَحْ ِ‬ ‫س ِل َما ِ‬‫س ِل ِم ْي َن َواْل ُم ْ‬ ‫ت َواْل ُم ْ‬ ‫الل ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِل ْل ُم ْؤ ِمنِ ْي َن َواْل ُم ْؤ ِمنَا ِ‬
‫ص ْر ِعبَادَكَ اْل ُم َو ِ ِّح ِديَّةَ‬ ‫ش ِّْركَ َواْل ُمش ِْر ِك ْي َن َوا ْن ُ‬ ‫س ِل ِم ْي َن َوأ َ ِذ َّل ال ِ‬‫سالَ َم َواْل ُم ْ‬ ‫الل ُه َّم ا َ ِع َّز اْ ِال ْ‬
‫س ِل ِم ْي َن َو د ِ َِّم ْر ا َ ْعدَا َءال ِ ِّد ْي ِن َوا ْع ِل َك ِل َماتِكَ‬ ‫اخذُ ْل َم ْن َخذَ َل اْل ُم ْ‬ ‫ص َر ال ِ ِّد ْي َن َو ْ‬ ‫ص ْر َم ْن نَ َ‬ ‫َوا ْن ُ‬
‫اِلَى يَ ْو َم ال ِ ِّد ْي ِن‪.‬‬

‫ظ َه َر ِم ْن َها‬‫لم َح َن َما َ‬ ‫س ْو َء اْل ِفتْنَ ِة َواْ ِ‬ ‫الزالَ ِز َل َواْل ِم َح َن َو ُ‬ ‫عنَّا اْلبَالَ َء َواْ َ‬
‫لوبَا َء َو َّ‬ ‫الل ُه َّم ا ْدفَ ْع َ‬
‫ب اْلعَالَ ِم ْي َن‪.‬‬ ‫س ِل ِم ْي َن عآ َّمةً يَا َر َّ‬ ‫ان اْل ُم ْ‬‫سائِ ِر اْلبُ ْل َد ِ‬ ‫صةً َو َ‬ ‫سيَّا خآ َّ‬ ‫ط َن ع َْن َبلَ ِدنَا اِ ْندُو ِن ْي ِ‬‫َو َما بَ َ‬
‫سنَا َوا ِْن‬ ‫اب النَّ ِار‪َ .‬ربَّنَا َ‬
‫ظلَ ْم َنا ا َ ْنفُ َ‬ ‫عذ َ َ‬ ‫سنَةً َوقِنَا َ‬ ‫آلخ َر ِة َح َ‬ ‫س َنةً َوفِى اْ ِ‬ ‫َربَّنَا آتِنا َ فِى ال ُّد ْنيَا َح َ‬
‫ان‬
‫س ِ‬ ‫س ِر ْي َن‪ِ .‬عبَا َدهللاِ ! ا َِّن هللاَ يَأ ْ ُم ُرنَا ِباْلعَ ْد ِل َواْ ِالحْ َ‬ ‫لَ ْم ت َ ْغ ِف ْر َلنَا َوت َ ْر َح ْمنَا َلنَك ُْونَ َّن ِم َن اْل َخا ِ‬
‫ظ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَذَك َُّر ْو َن‬
‫شآء َواْل ُم ْنك َِر َواْل َب ْغي َي ِع ُ‬ ‫بى َو َي ْن َهى ع َِن اْلفَحْ ِ‬ ‫تآء ذِى اْلقُ ْر َ‬ ‫َو ِإ ْي ِ‬
‫َلى نِ َع ِم ِه َي ِز ْد ُك ْم َولَ ِذك ُْر هللاِ ا َ ْكبَ ْر‬
‫شك ُُر ْوهُ ع َ‬ ‫َوا ْذك ُُروهللاَ اْلعَ ِظ ْي َم يَ ْذك ُْر ُك ْم َوا ْ‬
‫والسالم عليكم ‪. . . . . . .‬‬

You might also like