You are on page 1of 30

 

 
Diploma
  III Teknik Konstruksi Gedung

  BAB II

  2. TINJAUAN PUSTAKA

 
2.1 Dinding Penahan Tanah
 
Dinding penahan tanah adalah suatu konstruksi bangunan yang berfungsi
 
untuk menstabilkan kondisi tanah tertentu. Pada umumnya dipasang pada daerah
tebing
  yang tidak stabil. Tebing merupakan bagian terluar dari tepi sungai yang

secara
  terus menerus terkena erosi. Jenis konstruksinya dapat berupa pasangan batu

  dengan mortar, pasangan batu kosong, beton, batu dan sebagainya. Dinding
penahan tanah merupakan suatu struktur yang direncanakan untuk menahan
tekanan tanah lateral yang ditimbulkan oleh tanah asli yang tidak stabil, sehingga
dinding penahan tanah menjadi aman dari pergesaran, penggulingan dan
keruntuhan.
Dinding penahan tanah tebing sungai Cipamingkis sebelumnya adalah
Gravity Wall (material berupa pasangan batu). Gravity Wall adalah dinding
penahan tanah yang terbuat dari pasanan batu pecah dan adukan semen. Dinding
penahan tanah jenis ini menggunakan berat sendiri struktur untuk menahan
pergesaran dan gulingan akibat tekanan tanah di belakangnya.

Aditya Wisnu Bintang P, Serli Ardelia, Perhitungan Dinding Penahan …… 6


 
 

 
Diploma
  III Teknik Konstruksi Gedung

Gambar 2.1 Potongan DPT Cipamingkis


2.2 Tanah
(Hardiyanto, C.H. 2006) Tanah adalah sebuah material yang terdiri dari
campuran-campuran butiran dengan atau tanpa kandungan bahan organik. Butiran-
bitiran yang mudah dipisahkan dengan kocokan air. Tanah berasal dari pelapukan
batuan yang prosesnya dapat secara fisik atau kimia. Sifat-sifat teknis tanah kecuali
dipengaruhi oleh sifat dari induk bantuannya juga dipengaruhi oleh unsur-unsur
luar yang menjadi penyebab terjadinya pelapukan batuan tersebut.

1.2.1 Tekanan Tanah


1. Tekanan pada saat diam
Suatu elemen tanah yang terletak pada kedalaman H akan mendapatkan
tekanan ke arah vertikal σv dan horizontal σh, dimana σv dan σh merupakan
tekanan efektif dan takanan total tanah. Tanah akan berada dalam keadaan
keseimbangan elastis (elastic equilibrum) apabila dinding dalam keadaan diam.
Koefisien tekanan tanah dalam keadaan diam (coefficient of earth pressure at
rest) Ko yaitu tekanan arah horizontal dan vertikal, seperti pada Gambar 2.1.

Aditya Wisnu Bintang P, Serli Ardelia, Perhitungan Dinding Penahan …… 7


 
 

 
Diploma
  III Teknik Konstruksi Gedung

  H

Gambar 2.2 Tegangan tanah pada kondisi diam (at rest)


Sumber : http://eprints.uny.ac.id/1971/
Menurut Das, 1993
h
Ko  …………………………………………………………………(2-1)
v
Karena v    H , maka tekanan lateral horizontal saat diam adalah:
h  Ko    H ..………………………………………………………..(2-2)

nilai gaya total persatuan lebar diding (Po) sama dengan luas dari tekanan
tanah. Pada dinding setinggi H diagram tekanan tanah dapat digambarkan sebagai
berikut:

Aditya Wisnu Bintang P, Serli Ardelia, Perhitungan Dinding Penahan …… 8


 
 

 
Diploma
  III Teknik Konstruksi Gedung

Gambar 2.3 Distribusi tekanan tanah dalam keadaan diam (at rest) pada dinding.
Sumber : http://eprints.uny.ac.id/1971/

2. Tekanan tanah aktif


Terjadinya keruntuhan geser tanah dan tekanan tanah pada dinding
menjadi konstan pada tekanan minimum adalah akibat gerakan dinding. Akibat
menjauhnya dinding dari tanah yang berada di belakangnya diakibatkan oleh
tekanan tersebut, tekanan tersebut disebut tekanan tanah aktif.
Jika tegangan vertikal (σv) di titik tertentu di dalam tanah oleh persamaan
v    H , maka persamaan tekanan tanah lateral saat runtuh yaitu:
h  Ka  v  Ka    H ……………………………………………...(2-3)
Lingkaran B mewakili kedudukan keseimbangan limit aktif yang menyinggung
garis kegagalan OP.

Aditya Wisnu Bintang P, Serli Ardelia, Perhitungan Dinding Penahan …… 9


 
 

 
Diploma
  III Teknik Konstruksi Gedung

 
a
 

 
b

Gambar 2.4 Tekanan tanah lateral dan lingkaran Mohr yang mewakili kedudukan tegangan di
dalam tanah
(a) Tegangan-tegangan pada kedudukan Rankine
(b) Orientasi garis-garis keruntuhan teori Rankine
(Hardiyatmo, C.H. 2006)
Sumber : http://eprints.uny.ac.id/1971/

Dengan memperhatikan gambar diatas dapat disimpulkan bahwa rumus:


h(aktif )  3 1  sin  
Ka     tg 2 (45  ) ………………………...(2-4)
v 1 1  sin  2
(Hardiyatmo, C.H.2006) Tanah tertekan akibat dinding penahan tanah
mendorong tanah ketika terjadi tegangan lateral pada kondisi tekan, sehingga

Aditya Wisnu Bintang P, Serli Ardelia, Perhitungan Dinding Penahan …… 10


 
 

 
Diploma
  III Teknik Konstruksi Gedung

  gaya yang dibutuhkan untuk menyebabkan kontraksi tanah secara lateral sangat
lebih
  besar daripada besarnya tekanan tanah menekan kedinding. Besarnya gaya
ini bertambah dengan bertambahnya regangan dalam tanah seiring dengan
 
bergeraknya dinding, hingga sampai suatu regangan tertentu tanah mengalami
 
keruntuhan geser akibat desakan dinding penahan, saat gaya lateral konstan dan
 
pada nilai maksimumnya.
 
A. Tekanan Tanah Aktif (C=0)
 
Tekanan tanah aktif pada tanah berkohesi (C=0) menurut teori rankine
 
yaitu :
a. Permukaan tanah urug horizontal

Gambar 2.5 Diagram tekanan tanah aktif Rankine untuk permukaan tanah urug horisontal.
(Hardiyatmo, 2006)
Sumber : http://eprints.uny.ac.id/1971/
Gambar diatas menunjukan tekanan aktif tanah (Pa) pada kedalaman
H dari permukaan tanah. Menurut Hardiyatmo, (2006) Besarnya tekanan
tanah aktif (Pa) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
Pa  Ka  H   …………………………………………………………..(2-5)

b. Permukaan tanah urug miring

Aditya Wisnu Bintang P, Serli Ardelia, Perhitungan Dinding Penahan …… 11


 
 

 
Diploma
  III Teknik Konstruksi Gedung

 
Gambar 2.6 Diagram tekanan tanah aktif Rankine untuk permukaan tanah urug miring.
 
(Hardiyatmo, 2006)
Tekanan tanah pada dinding penahan tanah urug yang miring dapat
ditentukan dengan batuan lingkaran mohr atau dengan mempertimbangkan
keseimbangan tanah yang akan longsor. Untuk tanah yang tidak mempunyai
kohesi dengan tanah urug miring di belakang dinding penahan tanah yang
mempunyai permukaan licin, maka tegangan lateral pekerja pada bidang
vertikal dari elemen tanah akan sejajar dengan permukaan tanah urug.

B. Tekanan Tanah Aktif (C≠0)


Tekanan tanah aktif pada tanah berkohesi (C≠0) menurut teori rankine
yaitu :

Gambar 2.7 Diagram tekanan tanah aktif dengan (C≠0) untuk permukaan tanah horizontal

Aditya Wisnu Bintang P, Serli Ardelia, Perhitungan Dinding Penahan …… 12


 
 

 
Diploma
  III Teknik Konstruksi Gedung

  Gambar diatas menunjukan tekanan lateral aktif tanah (Pa) pada

  kedalaman H dari permukaan tanah yang di pengaruhi kohesi tanah sebesar

  2  c  Ka . Maka besarnya tekanan tanah aktif (Pa) dapat dihitung dengan


  menggunakan persamaan:
1 
 
Pa =   a  (2  c  Ka)   H  Hc ………………………….(2-6)
2 
 

 
3. Tekanan tanah pasif
 
Keadaan dimana dinding ditekan sehingga bergerak kebelakang. Dalam
hal ini tegangan tanah akan menjadi lebih besar dari h(aktif ) . Tegangan
terbesar akan terjadi apabila tanah telah mencapai keadaan keruntuhan.
Jika tegangan vertikal (σv) titik tertentu disalam tanah dinyatkan oleh
v    z , maka tekanan tanah lateral pada kondisi runtuh:
h  Kp  v  Kp    z ……………………………………………...(2-7)
Dari memperhatikan lingkaran mohr pada gambar … dapat di tentukan bahwa,
h( pasif )  1 1  sin  
Kp     tg 2 (45  ) ………………………..(2-8)
v  3 1  sin  2

Gambar 2.8 Tekanan tanah pasif pada dinding penahan tanah


(eprints.uny.ac.id/1971)

Aditya Wisnu Bintang P, Serli Ardelia, Perhitungan Dinding Penahan …… 13


 
 

 
Diploma
  III Teknik Konstruksi Gedung

  2.3 Pola Aliran Sungai

  (Howard, 1967 dan Zuidam, 1985) telah mengklasifikasikan pola aliran


sungai dalam beberapa kategori yang mencerminkan struktur dan proses yang
 
mengontrolnya.
 
Cotton (1949), menyatakan bahwa letak, bentuk dan arah aliran sungai,
 
dipengaruhi antara lain oleh lereng dan ketinggian, perbedaan erosi, struktur jenis
batuan,
  patahan dan lipatan, merupakan faktor-faktor yang menyebabkan
perbedaan
  bentuk genetik dan pola sungai.
  Pola sungai adalah kumpulan dari sungai yang mempunyai bentuk yang
sama, yang dapat menggambarkan keadaan profil dan genetik sungainya (Lobeck,
1939; Katili (1950), dan Sandy, 1985). Lebih jauh dikemukakan bahwa ada empat
pola aliran sungai yaitu:
(1). Pola denditrik, bentuknya menyerupai garis-garis pada penampang daun,
terdapat di struktur batuan beku, pada pengunungan dewasa.
(2). Pola retangular, umumnya terdapat di struktur batuan beku, biasanya lurus
mengikuti struktur patahan, dimana sungainya saling tegak lurus
(3). Pola trellis, pola ini berbentuk kuat mengikuti lipatan batuan sedimen. Pada
pola ini terpadapt perpaduan sungai konsekwen dan subsekwen.
(4). Pola radial, pola ini berbentuk mengikuti suatu bentukan muka bumi yang
cembung, yang merupakan asal mula sungai konsekwen.

2.4 Debit Aliran sungai


Debit adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu
penampang yang melintang dalam satuan waktu. Dalam system satuan SI debit
biasanya dinyatakan dalam satuan m3/detik. Dalam laporan teknis, debit biasanya
ditunjukan dalam hidrograf aliran. Hidrograf adalah suatu prilaku debit sebagai
respon adanya karakteristik biogeofisik yang berlangsung dalam suatu DAS (oleh

Aditya Wisnu Bintang P, Serli Ardelia, Perhitungan Dinding Penahan …… 14


 
 

 
Diploma
  III Teknik Konstruksi Gedung

  adanya kegiatan pengelolaan DAS) dan atau adanya perubahan (fluktuasi musiman
atau  tahunan) iklim local (Asdak, 1995).
Dalam analisis data dilakukan dengan menempatkan debit sungai sebagai
 
varibel, kemudian dihitung dengan menggnakan rumus bernaulli (Asdak, 2007)
 
secara matematis dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
 
Q  A  V …………………………………………………………….…...(2-9)
 
Keterangan :
Q =  Debit aliran sungai (m3/detik)
  V = Kecepatan aliran sungai (m/detik)
A = Luas penampang basah aliran sungai

2.4.1 Aliran Saluran Terbuka


Dalam aliran saluran terbuka, distribusi kecepatan tergantung bentuk
saluran, kekerasan dinding, keberadaan permukaan bebas dan debit aliran.
Menurut koordinat kartesius kecepatan aliran mempunyai 3 komponen.
Namun, komponen arah lateral dan vertikal biasanya kecil dan dapat diabaikan.
Sehingga, hanya aliran yang searah dengan arah aliran diperhitungkan. Komponen
kecepatan ini bervariasi terhadap kedalam dari permukaan air seperti pada Gambar
2.9 dan Gambar 2.10.

Gambar 2.9 Distribusi kecepatan pada berbagai bentuk potongan melintang (Enung, 2015)

Aditya Wisnu Bintang P, Serli Ardelia, Perhitungan Dinding Penahan …… 15


 
 

 
Diploma
  III Teknik Konstruksi Gedung

 
Gambar 2.10 Pola Distribusi Kecepatan sebagai fungsi kedalaman ( Enung, 2015)
 

a. Hidro Dinamika
Menurut Nazri, 2012 Hidrodinamika adalah ilmu yang mengkaji
tentang zat cair yang bergerak. Persamaan Bernoulli merumuskan hubungan
antara tekanan, kecepatan dan tinggi tempat suatu arus yang bergerak
(mengalir) (Nazri, 2012) sbb:
1
P1  (  P  v 21 )  (   g  h1 )  P2 …………………………………..(2-10)
2
Karena kedua permukaan zat cair tersebut berhubungan dengan udara luar,
maka:
P1 = P2 = P3 = Tekanan udara luar
Dimana : h1 = Tinggi tekanan di titik 1 [m]
p = Kerapatan massa air, dinyatakan dengan satuan [kg/m3]
g = Gravitasi bumi, dinyatakan dengan satuan [m/detik2]
Jadi :
1 1
(  P  v 21 )  (   g  h1 )  (  P  v 2 2 )  (   g  h1 ) ………..…….(2-11)
2 2
v1 = kecepatan turunnya zat cair dalam bejana, dan harganya sangat kecil
sehingga dapat diabaikan maka v1 = 0. Dengan demikian diperoleh :
v2  2  g  H ……………………………………………………….(2-12)
dimana : g = Gravitasi bumi, dinyatakan dengan satuan [m/detik2]

Aditya Wisnu Bintang P, Serli Ardelia, Perhitungan Dinding Penahan …… 16


 
 

 
Diploma
  III Teknik Konstruksi Gedung

  H = Tinggi energi total [m]

 Debit air banyaknya air yang mengalir pada suatu pembuluh tertentu dengan
luas penampang A, yang dirumuskan pada persamaan (2-9).
 
Untuk menentukan volume air yang keluar dari lubang pembuluh/penumpang
 
dalam jangka waktu (t) tertentu, digunakan sebagai berikut:
 
V  Q  t ….…………………………………………………………(2-13)
 

 
2.5 Stabilitas Lereng
  Menurut Surendro, 2015 Stabilitas lereng sangat dipengaruhi oleh kekuatan
geser tanah untuk menentukan kemampuan tanah menahan tekanan tanpa
mengalami keruntuhan. Lereng dapat dikatakan stabil (aman) apabila angka
keamanan lereng lebih besar dari pada 1.

Gambar 2.11 Kelongsoran lereng (Das., 1991)


Untuk mengetahui keamanan suatu lereng harus dilakukan dengan cara
coba-coba untuk berbagai macam macam kelongsoran. Dari berbagai hasil
perhitungan angka keamanan (SF), angka keamanan terkecil merupakan angka
keamanan lereng yang paling dicari. Adapun cara perhitungan angka keamanan
pada lereng pada umumnya dipandang panjang lereng dilihat 1 meter tegak lurus
bidang gambar.

Aditya Wisnu Bintang P, Serli Ardelia, Perhitungan Dinding Penahan …… 17


 
 

 
Diploma
  III Teknik Konstruksi Gedung

 
Tabel 2.1 Angka Keamanan untuk lereng ( Surendro, 2015)
 
No Angka Keamanan Signifikansi
 
1 <1 Tidak Aman
 
2 1,00 – 1,20 Diragukan
 
1,30 – 1,40 Memuaskan untuk galian, timbunan,
3
  untuk bendungan masih diraguakan
4   1,50 – 1,75 Aman Untuk Bendungan

 
2.3.1 Jenis Longsor
Bidang longsor pada umumnya akan membentuk garis lengkung yang dapat
di anggap mendekati bentuk lingkaran. Bentuk bidang longsor yang terjadi di
sungai adalah sebagai berikut:

1. Pergerakan Blok
Pergerakan blok terjadi karena perpindahan batuan yang bergerak pada
bidang gelincir berbentuk rata. Longsor jenis ini disebut juga longsor translasi blok
batu.

Gambar 2.12 Longsor Blok (binamarga.pacitankab.go.id)

2. Runtuhan Batu

Aditya Wisnu Bintang P, Serli Ardelia, Perhitungan Dinding Penahan …… 18


 
 

 
Diploma
  III Teknik Konstruksi Gedung

  Runtuhan batu terjadi saat sejumlah besar batuan atau material lain
bergerak
  kebawah dengan cara jatuh bebas. Biasanya, longsor ini terjadi pada
lereng yang terjal sampai menggantung, terutama di daerah pantai. Runtuhan batu-
 
batu besar dapat menyebabkan kerusakan parah.
 

Gambar 2.13 Longsor Runtuhan Batu (binamarga.pacitankab.go.id)

2.3.2 Analisis Longsor dengan Metoda Elemen Hingga menggunakan Software


Plaxis
Metode elemen hingga merupakan salah satu solusi analisis struktur secara
numeric. Plaxis merupakan program yang bertujuan untuk menyediakan tool
praktis yang dapat digunakan dalam menganalisis permasalahan geoteknik.
(Alhadar; Asrida; Hardiyati; Prabandiyani, 2014) Factor keamanan dari
lereng dicarai dengan mencari bidang terlemah dari struktur lapisan tanahnya.
Factor keamanan didapatkan dengan cara memperkecil/mengurangi nialai kohesi (
c ) dan sudut geser dalam tanah (Ø ). Hal ini, dilakukan secara bertahap hingga
tanah mengalami keruntuhan.
Parameter yang dibutuhkan untuk menganalisis dengan menggunakan
plaxis adalah sebagai berikut:
1. Jenis Tanah
Tanah berdasarkan Braja M. Das adalah material yang terdiri dari
agregat (butiran) mineral-mineral padat yang terikat tersementasi (terikat secara

Aditya Wisnu Bintang P, Serli Ardelia, Perhitungan Dinding Penahan …… 19


 
 

 
Diploma
  III Teknik Konstruksi Gedung

  kimia) satu sama lain dengan bahan organik yang telah melapuk serta zat cair

 dan gas yang mengisi rung-ruang kosong di anatara partikel partikel padat
tersebut. Untuk mengetahui klasifikasi tanah dapat dilakukan dengan ASTHO
 
dan USCS metode, yaitu:
 

 
 Klasifikasi tanah berdasarkan ASTHO
  Pada sistem ini tanaha dikalsifikasikan menjadi 8 kelompok A1 sampai A-
  7. Pengklasifikasian ini dilakukan dengan cara memproses dari kiri ke
  kanan pada bagan sampai menemukan kelompok yang penguiannya
memenuhi untuk tanah tersebut. Indeks kelompok didefinikan dengan
persamaan berikut ini.
Tabel 2.2 Klasifikasi tanah system ASTHO (Das. 1991)

Aditya Wisnu Bintang P, Serli Ardelia, Perhitungan Dinding Penahan …… 20


 
 

 
Diploma
  III Teknik Konstruksi Gedung

  Tabel 2.3 Klasifikasi tanah Sistem ASTHO (Das. 1991)

 Klasifikasi Berdasarkan tanah system Unified Soil Classification System


(USCS)
Pada tahun 1969 American Sosiety for testing and material telah
menjadikan system ini sebagai prosedur standar untuk mengkalasifikasikan
tanah dengan tujuan rekayasa. Sistem ini membagi tanah ke dalam 2
kelompok, yaitu tanah berbutir kasar (tanah yang lebih dari 50% bahanya
tertahan ayakan No. 200) dan tanah berbutir halus (tanah yang lebih dari
50% bahanya lolos ayakan No. 200).
Berikut adalah simbol-simbol yang digunakan dalam klasifkasi system ini:
W = Well graded ( tanah dengan ngradasi baik)
P = Poorly Graded (tanah dengan gradasi buruk)
L = Low Plastisity (Plastisitas rendah) (LL < 50)
H = High Plastisity (plastisitas rendah) (LL> 50)

Aditya Wisnu Bintang P, Serli Ardelia, Perhitungan Dinding Penahan …… 21


 
 

 
Diploma
  III Teknik Konstruksi Gedung

  Tabel 2.4 Klasifikasi berdasarkan USCS (Das, Braja M., 1991)

Aditya Wisnu Bintang P, Serli Ardelia, Perhitungan Dinding Penahan …… 22


 
 

 
Diploma
  III Teknik Konstruksi Gedung

  Tabel 2.5 Klasifikasi tanah bedasarkan USCS (Das. 1991)

2. Berat Isi (γ)


Berat isi adalah berat volume dari suatu material tanah dalam keadaan utuh
(undisturb) yang dinyatakan dalam satuan gr/cm3. Besarnya berat isi tanah
dapat dinyatakan sebgai berikut:
 Berat isi basah

Aditya Wisnu Bintang P, Serli Ardelia, Perhitungan Dinding Penahan …… 23


 
 

 
Diploma
  III Teknik Konstruksi Gedung

  W W2  W1
  …………………………………………....(2-14)
V 1
     d 2t
4
 

 
Dimana : W1 – W2 = Berat tanah basah (gr)
  W1 = Berat tanah dalam ring dan berat ring (gr)
  W2 = Berat ring (gr)

  d = Diameter dalam ring (cm)


t = Tinggi ring (cm)
 
V = Volume tanah (cm3)
 Berat isi kering tanah

d  …………………………………….…………………….(2-15)
1 
Dimana : d = Berat isi kering tanah (kg/cm3)
 = Berat isi basah tanah (kg/cm3)
 = Kadar air tanah (%)

3. Kohesi (c)
Kohesi adalah gaya tarik menarik antar partikel dari suatu material
tanah. Nilai kohesi berbanding lurus dengan nilai kuat gesernya. Semakin besar
nilai kohesi maka nilai kuat gesenya semakin besar. Kohesi bisa didapatkan
dari pegujian laboratorium seperti Uji Geser Langsung (direct shear strength
test) dan uji triaksial (triaxial test).

4. Sudut Geser dalam (Ø)


Sudut geser dalam adalah sudut yang terbentuk dari hubungan tegangan
normal dan tegangan geser dari suatu material tanah. Sudut geser ini bisa
didapatkan melalui pengujian laboratorium seperti uji geser langsung (direct
shear strength test) dan Uji triaksial (triaxial test). Sudut geser dalam juga bisa

Aditya Wisnu Bintang P, Serli Ardelia, Perhitungan Dinding Penahan …… 24


 
 

 
Diploma
  III Teknik Konstruksi Gedung

  di dapat dari jenis tanahnya seperti pada Tabel 2.6 atau dengan diagram seperti

 pada Gambar 2.14 dan Gambar 2.15.

  Tabel 2.6 Hubungan Jenis Tanah Dengan Sudut Geser Dalam (Das, jilid 2)
  Jenis Tanah Sudut Geser dalam
  Kerikil Kepasiran 35 – 40
  Kerikil Kerakal 35 – 40
Pasir padat 35 – 40
Pasir Lepas 30
Lempung Kelanauan 25 – 30
Lempung Kelanauan 20 - 25

Gambar 2.14 Zona Kuat Geser Tanah Clay Shale Berdasarkan (Alhadar, Syafiq., Asrida,
Luluh., Prabandiyani, Sri., Hardiyati, Siti. 2014)

Aditya Wisnu Bintang P, Serli Ardelia, Perhitungan Dinding Penahan …… 25


 
 

 
Diploma
  III Teknik Konstruksi Gedung

Gambar 2.15 Kuat Geser Tanah Clay Shale (Alhadar, Syafiq., Asrida, Luluh., Prabandiyani,
Sri., Hardiyati, Siti. 2014)

5. Poisson Ratio (μ)


Nilai poison ratio (μ) ditentukan sebagai kompresi tetrhadap regangan
pemuaian lateral. Nilai poison ratio dapat ditentukan berdasarkan jenis
tanahnya sepeti yang dapat dilihat pada Tabel 2.7.

Tabel 2.7 Hubungan antara jenis tanah dan Poisson’s Ratio (Das, Jilid 1)

Aditya Wisnu Bintang P, Serli Ardelia, Perhitungan Dinding Penahan …… 26


 
 

 
Diploma
  III Teknik Konstruksi Gedung

  No Jenis Tanah Poisson Ratio


Sumber :
 
1. Lempung jenuh 0,4 – 0,5
2. Lempung tak jenuh 0,1 – 0,3
 
3. Lempung berpasir 0,2 – 0,3
 
4. Lanau 0,3 – 0,35
 
5. Pasir padat 0,2 – 0,4
  6. Pasir kasar 0,15
  7. Pasir halus 0,25
  8. Batu 0,1 – 0,4
9. Loses 0,1 – 0,3
http://eprints.undip.ac.id/34026/5/1897_CHAPTER_II

6. Modulus Elastisitas (Es)


Nilai modulus elastisitas (Es) dapat di tentukan secara empiris dapat
ditentukan dari jenis tanahnya seperti yang terlihat pada Tabel 2.8.
Tabel 2.8 Nilai perkiraan Modulus Elastisitas tanah (Bowles, 1977)

No Jenis Tanah Es (kg/cm2)


Lempung
1 Sangat lunak 3 – 30
2 Lunak 20 – 40
3 Sedang 45 – 90
4 Keras 70 – 200
5 Berpasir 300 – 425
Pasir
1 Berlanau 50 – 200
2 Tidak padat 100 – 250
3 Padat 500 – 1000
Pasir dan kerikil

Aditya Wisnu Bintang P, Serli Ardelia, Perhitungan Dinding Penahan …… 27


 
 

 
Diploma
  III Teknik Konstruksi Gedung

  1 Padat 800 – 2000

  2 Tidak padat 500 – 1400

 
3 Lanau 20 – 200
Loses 150 – 600
 
Cadas 1400 – 14000
 
Sumber : http://eprints.undip.ac.id/34026/5/1897_CHAPTER_II
 

7.  Koefisien Tekanan Tanah

  Koefisien tekanan tanah dalam keadaan diam (coefficient of earth


pressure at rest) Ko yaitu tekanan arah horizontal dan vertikal. Koefisien
tekanan tanah diagi menjadi 2 macam yaitu tekanan tanah aktif (Ka) dan
tekanan tanah pasif (Kp).

2.6 Penanggulangan Longsor


Arsyad (1989) mengemukakan bahwa longsor terjadi sebagai akibat
meluncurnya suatu volume di atas suatu lapisan agak kedap air yang jenuh air.
Dalam hal ini lapisan terdiri dari tanah liat atau mengandung kadar tanah liat tinggi
dan juga dapat berupa lapidan batuan seperti napal liat (clay shale) setelah jenuh
air akan bertindak sebagai peluncur.
Longsor dapat ditanggulangi dengan cara sebagai berikut:
1. Pekerjaan Pengendalian
Pekerjaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi resiko terjadinya
longsor dengan cara megubah kondidi alam atau topografi, seperti:
 Pengendalian air permukaan (surface water drainage) dengan cara
perenanaan tata saluran permukaan , penanaman vegetasi, Perbaikan
permukaan lereng.
 Pengendalian air rembesan (ground water drainage) dengan saluran
terbuka, pengalir tegak (vertical drain), pengalir datar (horizontal
drain), pengalir parit pencegat (interceptor drain).

Aditya Wisnu Bintang P, Serli Ardelia, Perhitungan Dinding Penahan …… 28


 
 

 
Diploma
  III Teknik Konstruksi Gedung

   Pekerjaan peningkatan counter weight


 
2.   Pekerjaan Penambatan
Pekerjaan ini dilakuan dengan membangun sebuah konstruksi yang mampu
 
menjaga kestabilan masa tanah/batuan, seperti:
 
 Penambatan tanah dengan membangun dinding penahan tanah
 
(retaining wall), bronjong, bored pile.
   Penambatan batuan dengan tumpuan beton, batu batuan (rock bolt),
  jangkar kabel (rock anchor), dan beton semprot (shotcrete).

2.7 Soldier pile


Soldier pile atau yang dikenal dengan sebutan retaining wall beruntun
adalah salah satu jenis dinding penahan tanah yang dipasang berdempetan dan
saling bersinggungan untuk menahan gaya lateral aktif tanah.
Dinding penahan tanah jenis ini, memiliki 2 jenis pile yang memiliki
karakteristik yang berbeda karena fungsinya yang tidak sama. Salah satu pile yang
disebut secondary pile menggunakan tulangan yang berfungsi sebagai elemen
structural yang memberikan kasitas lentur dan geser. Kemudian, pile yang satunya
(primary pile) tidak menggunakan tulangan karena fungsinya hanya sebagai
penutup galian dan pengendap.
Selain itu, untuk memperkokoh dan memperkuat dinding penahan tanah
jenis Soldier pile ini dapat dilakukan pengangkuran agar tanah dan material tidak
longsor atau runtuh.
Pada dasarnya dinding penahan tanah jenis Soldier pile ini menggunakan
bored pile. Menurut Girsang,2009 Bored pile adalah pondasi tiang yang dipasang
ke dalam tanah dengan cara mengebor tanah terlebih dahulu, baru kemudian diisi
tulangan dan dicor beton. Pondasi tiang ini, biasanya dipakai pada tanah yang stabil
dan kaku, sehingga memungkinkan untuk membentuk lubang yang stabil dengan

Aditya Wisnu Bintang P, Serli Ardelia, Perhitungan Dinding Penahan …… 29


 
 

 
Diploma
  III Teknik Konstruksi Gedung

  alat bor. Jika tanah mengandung air, casing dibutuhkan untuk menahan dinding
lubang
  dan kemudian pipa ini ditarik keatas pada waktu pengecoran beton.
Konsep perhitungan pada diding kantilever jenis ini sama seperti turap.
 
Turap adalah dinding vertikal yang relatif tipis yang berfungsi untuk menahan
 
tanah dan untuk menahan masuknya air kedalam lubang galian.
 
Prinsip umum pada perancangan turap kantilever yaitu bekerjanya tanah
pada  dinding turap yang kaku sempurna dapat diterangkan pada Gambar 2.16
Akibat
  pengaruh tekanan tanah yang terjadi dibelakang turap. Turap berputar pda
  titik B. Tekanan yang terjadi pada bagian belakang BC dan depan BD berupa
tekanan tanah pasif. Pada titik rotasi B, karena tanah tidak bergerak maka titik ini
akan mengalami tekanan yang samadari depan dan belakang. Jadi tekanan lateral
pada titik B tersebut akan sama dengan nol.

(a). Aksi Tekanan Tanah (b). Distribusi tekanan (c). Penyederhanaan distribusi
tanah ke turap Tekanan tanah
Gambar 2.16 Distribusi Tekanan pada Turap

2.7.1 Turap Kantilever pada tanah Granuler


Pada Gambar 2.17 memperlihatkan distribusi tekanan pada tanah granuler
yang homogen.

Aditya Wisnu Bintang P, Serli Ardelia, Perhitungan Dinding Penahan …… 30


 
 

 
Diploma
  III Teknik Konstruksi Gedung

Gambar 2.17 Distribusi tekanan Tuap Kantilever pada Tanah Glanuler

Tahapan perhitungan yang harus dilakukan yaitu menghitung tekanan tanah


aktif dan tekannan tanah pasif seperti pada Persamaan (2-4) dan Persamaan (2-
8). Setelah itu menghiung gaya yang bekerja sperti pada persamaan (2-5).
Kemudian mencari letak gaya horizontal maksimum ( z ) dengan menghitung
besarnya momen dibgi dengan besar gaya Horizontal total (Pa). Setelah itu, akan
didapatkan momen masimal dengan persamaan sebagai berikut:
1  1
M max  P( z  z ' )     ' z '2 ( Kp  Ka)   z ' …………………...(2-22)
2  3

2.7.2 Turap Kantilever pada Tanah Lempung


Pada Gambar 2.18 memperlihatkan distribusi tekanan pada tanah lempung
(kohesif).

Aditya Wisnu Bintang P, Serli Ardelia, Perhitungan Dinding Penahan …… 31


 
 

 
Diploma
  III Teknik Konstruksi Gedung

Gambar 2.18 Distribusi tekanan Tuap Kantilever pada Tanah Lempung

Pada tahapan perhitungan pada dasarnya sama dengan tanah non kohesif.
Perbedaanya pada letak titik putarnya serta perhitungan Kedalaman turap (D)
dengan menggunakan persamaan :

 Pa  ((12  c  y )  Pa) 
( D 2  (( 4  c)  q' ))  (2  D  Pa)     0 ……..(2-23)
 (2  c)  q' 

Dan menghitung momen maksimal,

P6 z '2
M max  P( z ' z1 )  ……………………………………………….(2-24)
2

2.8 Stabilitas Dinding Penahan Tanah


2.8.1 Keamanan terhadap Geser
Gaya perlawanan yang terjadi berupalekatan antara dasar pondasi dinding
penahan tanah dengan tanah didasarnya. Faktor keamanan untuk geser dapat
dinyatakan dalam persamaan :

Aditya Wisnu Bintang P, Serli Ardelia, Perhitungan Dinding Penahan …… 32


 
 

 
Diploma
  III Teknik Konstruksi Gedung

  𝛴 𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐻𝑜𝑟𝑖𝑧𝑜𝑛𝑡𝑎𝑙


SF = …………………….……………..(2-25)
𝛴 𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑜𝑟𝑜𝑛𝑔 𝐻𝑜𝑟𝑖𝑛𝑧𝑜𝑛𝑡𝑎𝑙
 
Keterangan ;
 
SF ≥ 1,5 untuk tanah urug berbutir kasar
  SF ≥ 2 untuk tanah urug berbutir halus
  2.8.2 Keamanan terhadap Guling
  Faktor keamanan terhadap guling adalah perbandingan antara momen
penahan (MP) dengan momen dorong (MD). Faktor keamanan terhadap guling
 
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
 
𝛴 𝑀𝑃
SF = …………………………………………………………..........(2-26)
𝛴 𝑀𝐷
Keterangan ;
SF ≥ 1,5 untuk tanah urug berbutir kasar
SF ≥ 2 untuk tanah urug berbutir halus

2.8.3 Keamanan terhadap keruntuhan kapasitas dukung tanah


Keamanan terhadap keruntuhan kapasitas dukung tanah perlu
diperhitungkan untuk menghindari penurunan secara berlebih pada kaki dinding
penahan tanah. Menurut persamaan terzaghi daya dukung dapat dirumuskan
sebagai berikut:
 Pondasi Menerus (beban garis):
qult = c Nc + q Nq + 0,5 γ B Nγ ………………………………………(2-27)
 Pondasi setempat (segi empat):
qult = 1,3 c Nc + q Nq + 0,4 γ B Nγ ………………………………….(2-28)
 Pondasi setempat (lingkaran):
qult = 1,3 c Nc + q Nq + 0,3 γ B Nγ …………………………………..(2-29)
Keterangan ;
qult = Teganagan batas
γ = Berat jenis tanah

Aditya Wisnu Bintang P, Serli Ardelia, Perhitungan Dinding Penahan …… 33


 
 

 
Diploma
  III Teknik Konstruksi Gedung

  c = Kohesi tanah
B  = Lebar pondasi
Nc, Nq, Nγ adalah Bearing capacity factor
 
Faktor Keamanan terhadap keruntuhan kapasitas dukung tanah dapat
 
dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
  𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑑𝑢𝑘𝑢𝑛𝑔
SF = = ≥ 3 …………………………………( 2-30)
  𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑀𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚

 
2.9 Penelitian Terdahulu
 
Menurut (Krisnandi, 2016) pada penelitian sebelumnya bahwa Sungai
Cipamingkis memiliki kecepatan aliran yang tinggi yang dapat membawa material
terbawa ke hulu sungai.
Pada struktur lapisan tanah di Sungai Cipamingkis didominasi oleh lapisan
tanah oleh batu lempung lanau. Penduduk setempat menyebutnya dengan batu
cadas. Batu tersebut mempunyai sifat yang mudah teroksidasi dengan udara,
sedangkan akan mudah melunak jika terkena air seperti pada Gambar 2.19
Perubahan tersebut berpengaruh pada joint-joint batuan sehingga membuat
robohan yang akan menimpa dinding penehan tanah.

(a) (b)

Gambar 2.19 Perubahan batuan Clay Shale setelah direndam dengan air (a) Kondisi setelah
perendaman 11 menit (b) Kondisi perendaman 1jam 20 menit (Krisnandi, 2016)

Aditya Wisnu Bintang P, Serli Ardelia, Perhitungan Dinding Penahan …… 34


 
 

 
Diploma
  III Teknik Konstruksi Gedung

  Selain itu, dari hasil analisis yang telah dilakukan oleh (Krisnandi, 2016)
yang
  dilakukan dengan memeriksa 3 kondisi dinding dinyatakan bahwa diding
penahan tanah tersebut masih dapat menahan tekanan aktif tanah. Namun, ketika
 
muka air turun kondisi dinding menjadi terguling.
 
Tergeser serta terguling dinding penahan tanah juga dipengaruhi oleh
 
aliran debris yang sangat besar yang menyebabkan membawa material batuan
sehingga
  menghantam dinding penahan tanah yang mengakibatkan dinding
tersebut
  berkurang dengan perlahan.
  Robohnya dinding penahan tanah kerana muka air banjir sudah melebihi
tinggi dinding penahan tanah. Muka air banjir saat rencana adalah +109.01 m
dengan debit 303.44 m3/detik. Sedangkan muka air banjir saat pelaksanaan
+116.04 m dengan debit 502,684 m3//detik. Elevasi muka banjir rencana adalah
11,27 m, sedangkan elevasi muka banjir saat pelaksanaan adalah 18.30 m.

Aditya Wisnu Bintang P, Serli Ardelia, Perhitungan Dinding Penahan …… 35


 

You might also like