Professional Documents
Culture Documents
Diploma
III Teknik Konstruksi Gedung
BAB II
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dinding Penahan Tanah
Dinding penahan tanah adalah suatu konstruksi bangunan yang berfungsi
untuk menstabilkan kondisi tanah tertentu. Pada umumnya dipasang pada daerah
tebing
yang tidak stabil. Tebing merupakan bagian terluar dari tepi sungai yang
secara
terus menerus terkena erosi. Jenis konstruksinya dapat berupa pasangan batu
dengan mortar, pasangan batu kosong, beton, batu dan sebagainya. Dinding
penahan tanah merupakan suatu struktur yang direncanakan untuk menahan
tekanan tanah lateral yang ditimbulkan oleh tanah asli yang tidak stabil, sehingga
dinding penahan tanah menjadi aman dari pergesaran, penggulingan dan
keruntuhan.
Dinding penahan tanah tebing sungai Cipamingkis sebelumnya adalah
Gravity Wall (material berupa pasangan batu). Gravity Wall adalah dinding
penahan tanah yang terbuat dari pasanan batu pecah dan adukan semen. Dinding
penahan tanah jenis ini menggunakan berat sendiri struktur untuk menahan
pergesaran dan gulingan akibat tekanan tanah di belakangnya.
Diploma
III Teknik Konstruksi Gedung
Diploma
III Teknik Konstruksi Gedung
H
nilai gaya total persatuan lebar diding (Po) sama dengan luas dari tekanan
tanah. Pada dinding setinggi H diagram tekanan tanah dapat digambarkan sebagai
berikut:
Diploma
III Teknik Konstruksi Gedung
Gambar 2.3 Distribusi tekanan tanah dalam keadaan diam (at rest) pada dinding.
Sumber : http://eprints.uny.ac.id/1971/
Diploma
III Teknik Konstruksi Gedung
a
b
Gambar 2.4 Tekanan tanah lateral dan lingkaran Mohr yang mewakili kedudukan tegangan di
dalam tanah
(a) Tegangan-tegangan pada kedudukan Rankine
(b) Orientasi garis-garis keruntuhan teori Rankine
(Hardiyatmo, C.H. 2006)
Sumber : http://eprints.uny.ac.id/1971/
Diploma
III Teknik Konstruksi Gedung
gaya yang dibutuhkan untuk menyebabkan kontraksi tanah secara lateral sangat
lebih
besar daripada besarnya tekanan tanah menekan kedinding. Besarnya gaya
ini bertambah dengan bertambahnya regangan dalam tanah seiring dengan
bergeraknya dinding, hingga sampai suatu regangan tertentu tanah mengalami
keruntuhan geser akibat desakan dinding penahan, saat gaya lateral konstan dan
pada nilai maksimumnya.
A. Tekanan Tanah Aktif (C=0)
Tekanan tanah aktif pada tanah berkohesi (C=0) menurut teori rankine
yaitu :
a. Permukaan tanah urug horizontal
Gambar 2.5 Diagram tekanan tanah aktif Rankine untuk permukaan tanah urug horisontal.
(Hardiyatmo, 2006)
Sumber : http://eprints.uny.ac.id/1971/
Gambar diatas menunjukan tekanan aktif tanah (Pa) pada kedalaman
H dari permukaan tanah. Menurut Hardiyatmo, (2006) Besarnya tekanan
tanah aktif (Pa) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
Pa Ka H …………………………………………………………..(2-5)
Diploma
III Teknik Konstruksi Gedung
Gambar 2.6 Diagram tekanan tanah aktif Rankine untuk permukaan tanah urug miring.
(Hardiyatmo, 2006)
Tekanan tanah pada dinding penahan tanah urug yang miring dapat
ditentukan dengan batuan lingkaran mohr atau dengan mempertimbangkan
keseimbangan tanah yang akan longsor. Untuk tanah yang tidak mempunyai
kohesi dengan tanah urug miring di belakang dinding penahan tanah yang
mempunyai permukaan licin, maka tegangan lateral pekerja pada bidang
vertikal dari elemen tanah akan sejajar dengan permukaan tanah urug.
Gambar 2.7 Diagram tekanan tanah aktif dengan (C≠0) untuk permukaan tanah horizontal
Diploma
III Teknik Konstruksi Gedung
3. Tekanan tanah pasif
Keadaan dimana dinding ditekan sehingga bergerak kebelakang. Dalam
hal ini tegangan tanah akan menjadi lebih besar dari h(aktif ) . Tegangan
terbesar akan terjadi apabila tanah telah mencapai keadaan keruntuhan.
Jika tegangan vertikal (σv) titik tertentu disalam tanah dinyatkan oleh
v z , maka tekanan tanah lateral pada kondisi runtuh:
h Kp v Kp z ……………………………………………...(2-7)
Dari memperhatikan lingkaran mohr pada gambar … dapat di tentukan bahwa,
h( pasif ) 1 1 sin
Kp tg 2 (45 ) ………………………..(2-8)
v 3 1 sin 2
Diploma
III Teknik Konstruksi Gedung
Diploma
III Teknik Konstruksi Gedung
adanya kegiatan pengelolaan DAS) dan atau adanya perubahan (fluktuasi musiman
atau tahunan) iklim local (Asdak, 1995).
Dalam analisis data dilakukan dengan menempatkan debit sungai sebagai
varibel, kemudian dihitung dengan menggnakan rumus bernaulli (Asdak, 2007)
secara matematis dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
Q A V …………………………………………………………….…...(2-9)
Keterangan :
Q = Debit aliran sungai (m3/detik)
V = Kecepatan aliran sungai (m/detik)
A = Luas penampang basah aliran sungai
Gambar 2.9 Distribusi kecepatan pada berbagai bentuk potongan melintang (Enung, 2015)
Diploma
III Teknik Konstruksi Gedung
Gambar 2.10 Pola Distribusi Kecepatan sebagai fungsi kedalaman ( Enung, 2015)
a. Hidro Dinamika
Menurut Nazri, 2012 Hidrodinamika adalah ilmu yang mengkaji
tentang zat cair yang bergerak. Persamaan Bernoulli merumuskan hubungan
antara tekanan, kecepatan dan tinggi tempat suatu arus yang bergerak
(mengalir) (Nazri, 2012) sbb:
1
P1 ( P v 21 ) ( g h1 ) P2 …………………………………..(2-10)
2
Karena kedua permukaan zat cair tersebut berhubungan dengan udara luar,
maka:
P1 = P2 = P3 = Tekanan udara luar
Dimana : h1 = Tinggi tekanan di titik 1 [m]
p = Kerapatan massa air, dinyatakan dengan satuan [kg/m3]
g = Gravitasi bumi, dinyatakan dengan satuan [m/detik2]
Jadi :
1 1
( P v 21 ) ( g h1 ) ( P v 2 2 ) ( g h1 ) ………..…….(2-11)
2 2
v1 = kecepatan turunnya zat cair dalam bejana, dan harganya sangat kecil
sehingga dapat diabaikan maka v1 = 0. Dengan demikian diperoleh :
v2 2 g H ……………………………………………………….(2-12)
dimana : g = Gravitasi bumi, dinyatakan dengan satuan [m/detik2]
Diploma
III Teknik Konstruksi Gedung
Debit air banyaknya air yang mengalir pada suatu pembuluh tertentu dengan
luas penampang A, yang dirumuskan pada persamaan (2-9).
Untuk menentukan volume air yang keluar dari lubang pembuluh/penumpang
dalam jangka waktu (t) tertentu, digunakan sebagai berikut:
V Q t ….…………………………………………………………(2-13)
2.5 Stabilitas Lereng
Menurut Surendro, 2015 Stabilitas lereng sangat dipengaruhi oleh kekuatan
geser tanah untuk menentukan kemampuan tanah menahan tekanan tanpa
mengalami keruntuhan. Lereng dapat dikatakan stabil (aman) apabila angka
keamanan lereng lebih besar dari pada 1.
Diploma
III Teknik Konstruksi Gedung
Tabel 2.1 Angka Keamanan untuk lereng ( Surendro, 2015)
No Angka Keamanan Signifikansi
1 <1 Tidak Aman
2 1,00 – 1,20 Diragukan
1,30 – 1,40 Memuaskan untuk galian, timbunan,
3
untuk bendungan masih diraguakan
4 1,50 – 1,75 Aman Untuk Bendungan
2.3.1 Jenis Longsor
Bidang longsor pada umumnya akan membentuk garis lengkung yang dapat
di anggap mendekati bentuk lingkaran. Bentuk bidang longsor yang terjadi di
sungai adalah sebagai berikut:
1. Pergerakan Blok
Pergerakan blok terjadi karena perpindahan batuan yang bergerak pada
bidang gelincir berbentuk rata. Longsor jenis ini disebut juga longsor translasi blok
batu.
2. Runtuhan Batu
Diploma
III Teknik Konstruksi Gedung
Runtuhan batu terjadi saat sejumlah besar batuan atau material lain
bergerak
kebawah dengan cara jatuh bebas. Biasanya, longsor ini terjadi pada
lereng yang terjal sampai menggantung, terutama di daerah pantai. Runtuhan batu-
batu besar dapat menyebabkan kerusakan parah.
Diploma
III Teknik Konstruksi Gedung
kimia) satu sama lain dengan bahan organik yang telah melapuk serta zat cair
dan gas yang mengisi rung-ruang kosong di anatara partikel partikel padat
tersebut. Untuk mengetahui klasifikasi tanah dapat dilakukan dengan ASTHO
dan USCS metode, yaitu:
Klasifikasi tanah berdasarkan ASTHO
Pada sistem ini tanaha dikalsifikasikan menjadi 8 kelompok A1 sampai A-
7. Pengklasifikasian ini dilakukan dengan cara memproses dari kiri ke
kanan pada bagan sampai menemukan kelompok yang penguiannya
memenuhi untuk tanah tersebut. Indeks kelompok didefinikan dengan
persamaan berikut ini.
Tabel 2.2 Klasifikasi tanah system ASTHO (Das. 1991)
Diploma
III Teknik Konstruksi Gedung
Diploma
III Teknik Konstruksi Gedung
Diploma
III Teknik Konstruksi Gedung
Diploma
III Teknik Konstruksi Gedung
W W2 W1
…………………………………………....(2-14)
V 1
d 2t
4
Dimana : W1 – W2 = Berat tanah basah (gr)
W1 = Berat tanah dalam ring dan berat ring (gr)
W2 = Berat ring (gr)
3. Kohesi (c)
Kohesi adalah gaya tarik menarik antar partikel dari suatu material
tanah. Nilai kohesi berbanding lurus dengan nilai kuat gesernya. Semakin besar
nilai kohesi maka nilai kuat gesenya semakin besar. Kohesi bisa didapatkan
dari pegujian laboratorium seperti Uji Geser Langsung (direct shear strength
test) dan uji triaksial (triaxial test).
Diploma
III Teknik Konstruksi Gedung
di dapat dari jenis tanahnya seperti pada Tabel 2.6 atau dengan diagram seperti
Tabel 2.6 Hubungan Jenis Tanah Dengan Sudut Geser Dalam (Das, jilid 2)
Jenis Tanah Sudut Geser dalam
Kerikil Kepasiran 35 – 40
Kerikil Kerakal 35 – 40
Pasir padat 35 – 40
Pasir Lepas 30
Lempung Kelanauan 25 – 30
Lempung Kelanauan 20 - 25
Gambar 2.14 Zona Kuat Geser Tanah Clay Shale Berdasarkan (Alhadar, Syafiq., Asrida,
Luluh., Prabandiyani, Sri., Hardiyati, Siti. 2014)
Diploma
III Teknik Konstruksi Gedung
Gambar 2.15 Kuat Geser Tanah Clay Shale (Alhadar, Syafiq., Asrida, Luluh., Prabandiyani,
Sri., Hardiyati, Siti. 2014)
Tabel 2.7 Hubungan antara jenis tanah dan Poisson’s Ratio (Das, Jilid 1)
Diploma
III Teknik Konstruksi Gedung
Diploma
III Teknik Konstruksi Gedung
3 Lanau 20 – 200
Loses 150 – 600
Cadas 1400 – 14000
Sumber : http://eprints.undip.ac.id/34026/5/1897_CHAPTER_II
Diploma
III Teknik Konstruksi Gedung
Diploma
III Teknik Konstruksi Gedung
alat bor. Jika tanah mengandung air, casing dibutuhkan untuk menahan dinding
lubang
dan kemudian pipa ini ditarik keatas pada waktu pengecoran beton.
Konsep perhitungan pada diding kantilever jenis ini sama seperti turap.
Turap adalah dinding vertikal yang relatif tipis yang berfungsi untuk menahan
tanah dan untuk menahan masuknya air kedalam lubang galian.
Prinsip umum pada perancangan turap kantilever yaitu bekerjanya tanah
pada dinding turap yang kaku sempurna dapat diterangkan pada Gambar 2.16
Akibat
pengaruh tekanan tanah yang terjadi dibelakang turap. Turap berputar pda
titik B. Tekanan yang terjadi pada bagian belakang BC dan depan BD berupa
tekanan tanah pasif. Pada titik rotasi B, karena tanah tidak bergerak maka titik ini
akan mengalami tekanan yang samadari depan dan belakang. Jadi tekanan lateral
pada titik B tersebut akan sama dengan nol.
(a). Aksi Tekanan Tanah (b). Distribusi tekanan (c). Penyederhanaan distribusi
tanah ke turap Tekanan tanah
Gambar 2.16 Distribusi Tekanan pada Turap
Diploma
III Teknik Konstruksi Gedung
Diploma
III Teknik Konstruksi Gedung
Pada tahapan perhitungan pada dasarnya sama dengan tanah non kohesif.
Perbedaanya pada letak titik putarnya serta perhitungan Kedalaman turap (D)
dengan menggunakan persamaan :
Pa ((12 c y ) Pa)
( D 2 (( 4 c) q' )) (2 D Pa) 0 ……..(2-23)
(2 c) q'
P6 z '2
M max P( z ' z1 ) ……………………………………………….(2-24)
2
Diploma
III Teknik Konstruksi Gedung
Diploma
III Teknik Konstruksi Gedung
c = Kohesi tanah
B = Lebar pondasi
Nc, Nq, Nγ adalah Bearing capacity factor
Faktor Keamanan terhadap keruntuhan kapasitas dukung tanah dapat
dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑑𝑢𝑘𝑢𝑛𝑔
SF = = ≥ 3 …………………………………( 2-30)
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑀𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
2.9 Penelitian Terdahulu
Menurut (Krisnandi, 2016) pada penelitian sebelumnya bahwa Sungai
Cipamingkis memiliki kecepatan aliran yang tinggi yang dapat membawa material
terbawa ke hulu sungai.
Pada struktur lapisan tanah di Sungai Cipamingkis didominasi oleh lapisan
tanah oleh batu lempung lanau. Penduduk setempat menyebutnya dengan batu
cadas. Batu tersebut mempunyai sifat yang mudah teroksidasi dengan udara,
sedangkan akan mudah melunak jika terkena air seperti pada Gambar 2.19
Perubahan tersebut berpengaruh pada joint-joint batuan sehingga membuat
robohan yang akan menimpa dinding penehan tanah.
(a) (b)
Gambar 2.19 Perubahan batuan Clay Shale setelah direndam dengan air (a) Kondisi setelah
perendaman 11 menit (b) Kondisi perendaman 1jam 20 menit (Krisnandi, 2016)
Diploma
III Teknik Konstruksi Gedung
Selain itu, dari hasil analisis yang telah dilakukan oleh (Krisnandi, 2016)
yang
dilakukan dengan memeriksa 3 kondisi dinding dinyatakan bahwa diding
penahan tanah tersebut masih dapat menahan tekanan aktif tanah. Namun, ketika
muka air turun kondisi dinding menjadi terguling.
Tergeser serta terguling dinding penahan tanah juga dipengaruhi oleh
aliran debris yang sangat besar yang menyebabkan membawa material batuan
sehingga
menghantam dinding penahan tanah yang mengakibatkan dinding
tersebut
berkurang dengan perlahan.
Robohnya dinding penahan tanah kerana muka air banjir sudah melebihi
tinggi dinding penahan tanah. Muka air banjir saat rencana adalah +109.01 m
dengan debit 303.44 m3/detik. Sedangkan muka air banjir saat pelaksanaan
+116.04 m dengan debit 502,684 m3//detik. Elevasi muka banjir rencana adalah
11,27 m, sedangkan elevasi muka banjir saat pelaksanaan adalah 18.30 m.