You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Skoliosis adalah deformitas tulang belakang berupa deviasi vertebra ke arah samping atau lateral
(Soetjaningsih, 2004). Menurut Rahayussalim Skoliosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang
belakang dimana terjadi pembengkokan tulang belakang ke arah samping kiri atau kanan. Kelainan
skoliosis ini sepintas terlihat sangat sederhana. Namun apabila diamati lebih jauh sesungguhnya
terjadi perubahan yang luarbiasa pada tulang belakang akibat perubahan bentuk tulang belakang
secara tiga dimensi, yaitu perubahan sturktur penyokong tulang belakang seperti jaringan lunak
sekitarnya dan struktur lainnya (Rahayussalim, 2007). Di Indonesia penderita scoliosis dalam
mendapatkan pelayanan medik khusus sangat terbatas misalnya penderita-penderita yang pernah
didiagnosa scoliosis oleh dokter, tetapi tidak semua dapat mengikuti program latihan. Peran fisioterapi
pada kasus skoliosis dapat menggunakan modalitas terapi. Salah satunya adalah menggunakan terapi
latihan dan infra red. Terapi Latihan untuk kasus skoliosis bertujuan untuk, memperbaiki atau
mengembalikan kearah sikap tubuh yang normal (corect posture), mengulur atau meregangkan otot
– otot yang tegang, untuk relaksasi otot.

Biasanya Pasien yang menderita scoliosis memiliki ciri, yaitu salah satu pinggul tampak lebih
menonjol, tubuh penderita skoliosis mungkin condong ke satu sisi, salah satu bahu lebih tinggi, salah
satu tulang belikat tampak lebih menonjol (sehinggal badan terlihat miring), dan scoliosis yang sudah
parah biasanya panjang kaki tidak seimbang menjadikan berdiri dan berjalan tidak seimbang
(pincang). Penderita skoliosis dewasa lebih sering mengalami nyeri punggung pada titik lengkungan,
dan nyeri ini dapat bertambah jika lengkungan tulang belakang semakin parah.
Karena keterbatasan tersebut penderita scoliosis biasanya dijadikan bahan bullyan atau ejekan
orang-orang, baik dari lingkungan maupun orang yang memang baru pertama kali melihat
langsung membicarakan penderita scoliosis tersebut. 12 Juli 2018 lalu saya bertemu dengan
Anya, dan Dinda. Mereka salah satu pasien scoliosis yang merupakan teman dekat saya sejak
tahun 2012 lalu. Kami menjadi dekat karena kami sama-sama menjadi pasien Dr Heri

Di RS. Santosa Bandung yang beralamat di

Kami juga mengikuti pengobatan Fisioterapi, oleh Kang Rendi di RSUD Lembang, karena
biayanya jauh lebih terjangkau di banding Fisioterpi di RS Santosa. Karena, pengalaman dan
cara komunikasi Kang Rendi pada kami membuat kami merasa tidak seperti orang “cacat”
ataupun “orang sakit”. Anya bercerita “Sabtu lalu aku control Dr. Hari, ada pasien seumur
kita yang ngajak kenalan namanya Astri. Penampilannya cukup sederhana, dia juga penderita
Scoliosis. Katanya, Dia Fisioterapi 1 minggu bisa 4x. Astri sering Fisioterapi di Rs. Santosa
katanya biar ga ribet. Dia pingin sering karena dia malu diejek teman-taman dan kakak
kelasnya. Dia di ejek dengan sebutan “dendek”(miring). Kita juga sering yah an di bilang
begitu dulu”. Mendengar cerita Anya kami tertawa.

Biasanya setelah Fisioterapi kami di aliri listrik dan sinar kami menyebutnya Tens dan US,dan
bila terlalu sering berbahaya karena ada radiasi. Dari obrolan Anya dapat disimpulkan bahwa
kami yang memiliki keterbatasan fisik mendapat bullyan atau ejekan, yang berdampak pada
pandangan hidup dan pola berpikir yang berbeda satu sama lain. Untuk kasus yang di alami
Astri, mungkin dia benar-benar tertekan sehingga tidak memikirkan keuangan yang akan
dikeluarkan, kesehatannya sendiri, hanya untuk karena omongan orang lain..

Mungkin masih banyak kasus yang lain yang mempengaruhi kehidupan seseorang karena
bullyan dan efek negative terbesar adalah mengakhiri hidupnya, karena kata-kata yang berupa
ejekan tersebut mejadi anak panah tertajam yang dapat membunuh seseorang tanpa harus
melukai fisiknya. Kalimat yang menjelaskan “mulut mu harimau mu”memang benar adanya.
Selain itu cara mengatasi bullyan yang menyebabkan terganggunya psikologis seseorang tidak
mudah. Untuk meyakinkan diri sendiri apa lagi orang lain untuk menjalankan hidup tanpa
mendengarkan hal negative dari orang lain memang hal yang sangat sulit. Keminderan seorang
individu terjadi pada saat individu tersebut menerima masukan dari individu lain yang
menyakiti hatinya, apalagi bila individu tersebut masih berpikiran labil, belum dewasa,
termasuk individu yang perasa atau sensitive.

Seperti kasus yang sudah-sudah di Indonesia sedang sensitive masalah BULLY,


sehingga membuat masyarakat lebih kritis dalam menanggapinya.

Banyak media membuat pemberitaan mengenai Bully dan mempunyai cara yang
berbeda dalam penyampaiannya. Pro/Kontra dalam menanggapi kasus Bullypun sangat
beragam, apalagi jika kasus bully tersebut berpengaruh pada sikap seseorang yang
mengakibatkan keminderan. Oleh karena itu penulis tertarik tentang Mengatasi Keminderan
Orang dengan Skoliosis karena kasus ini menyangkut pemikiran dan komunikasi seorang individu
kepada individu yang memiliki kekurangan fisik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian terkait latar belakang masalah di atas, maka Penulis merumuskan
pokok masalah yang akan diteliti sebagai berikut yang terbagi ke dalam rumusan masalah
makro (umum) serta rumusan masalah mikro (khusus).

1.2.1 Rumusan Masalah Makro


Adapun rumusan masalah makro
penelitian ini adalah:
Bagaimana “Bagaimana Komunikasi yang digunakan untuk mengatasi Keminderan
orang dengan Scoliosis (Kemiringan tulang belakang di RS. Santosa)”

1.2.2 Rumusan Masalah Mikro


Adapun rumusan masalah mikro terkait masalah yang akan diteliti adalah:
1. Bagaimana Bully dapat menjadi masalah yang serius?
2. Bagaimana Bully menjadi penyebab Keminderan
3. Bagaimana Keminderan dilihat dari menilai moral (make moral judgement)?
4. Bagaimana Cara menangani keminderan pada pasien scoliosis?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Rumusan yang melatar belakangi masalah yang telah dijelaskan, maka maksud dan
tujuan Penulis melakukan Penulisan ini adalah sebagai berikut:

1.3.1 Maksud Penulisan

Maksud dari Penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana Menangani


Keminderan Pasien Scoliosis yang di RS Santosa.
1.3.2 Tujuan Penulisan

Tujuan utama Penulis dalam Penulisan ini adalah untuk bisa menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang sudah ditentukan dalam rumusan masalah. Pertanyaan
tersebut untuk mengetahui hal di bawah ini :

1. Untuk mengetahui

pendefinisian masalah (define problem) keminderan pasien penderita scoliosis di RS


Santosa Bandung

2. Untuk memperkirakan

penyebab masalah (diagnose cause) Bullyan yang menjadi keminderan pada pasien
penderita scoliosis di RS Santosa Bandung

3. Untuk mengetahui nilai moral

(make moral judgement) mengatasi keminderan pada pasien penderita scoliosis di RS


Santosa Bandung

4. Untuk mengetahui penekanan

penyelesaian masalah (treatment reccommendation) mengatasi bullyan yang


menyebabkan keminderan pada pasien penderita scoliosis di RS Santosa Bandung

1.4 Kegunaan Penulisan

Kegunaan atau manfaat dalam Penulisan ini baik Penulis maupun pembaca dapat
mengetahui bagaimana cara komunikasi untuk meengatasi keminderan pada pasien penderita
scoliosis di RS Santosa Bandung. Adapun kegunaan lain yang diharapkan oleh Penulis dari
Penulisan ini adalah sebagai berikut :

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu

komunikasi. Penelitian ini pun diharapkan dapat berguna bagi penelitian-

penelitian relevan selanjutnya, yakni sebagai studi perbandingan, dan penerapan


teori-teori yang berkaitan mengenai Komunikasi Pasien Scoliosis di RS Santosa

Bandung dalam Mengatasi Keminderan (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai

Cara Komunikasi dan Mengatasi Keminderan Orang dengan Scoliosis

(kemiringan tulang belakang) di RS Santosa Bandung).

1.4.2 Kegunaan Praktis

a. Kegunaan untuk Peneliti

Kegunaan penelitian ini yaitu sebagai pengaplikasian ilmu yang selama ini

diterima oleh peneliti baik teori maupun praktik, serta guna menambah

wawasan dan pengetahuan bagi peneliti dalam kajian kehumasan terutama

mengenai Komunikasi Pasien Scoliosis di RS Santosa Bandung dalam

Mengatasi Keminderan (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Cara

Komunikasi dan Mengatasi Keminderan Orang dengan Scoliosis

(kemiringan tulang belakang) di RS Santosa Bandung).

b. Kegunaan untuk Akademik / Program Studi

Kegunaan penelitian ini yaitu bagi mahasiswa UNIKOM secara umum, ilmu

komunikasi konsentrasi Humas secara khusus mengenai tinjauan

komunikasi Pasien Scoliosis di RS Santosa Bandung dalam Mengatasi

Keminderan

c. Kegunaan untuk Masyarakat

Kegunaan penelitian ini yaitu untuk menjadi referensi masyrakat terutama

konsumsi public untuk meningkat kesadaran terhadap Komunikasi Pasien

Scoliosis di RS Santosa Bandung dalam Mengatasi Keminderan (Studi

Deskriptif Kualitatif Mengenai Cara Komunikasi dan Mengatasi

Keminderan Orang dengan Scoliosis (kemiringan tulang belakang) di RS

Santosa Bandung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu


Dalam tinjauan pustaka, peneliti mengawali dengan menelaah penelitian
terdahulu yang berkaitan serta relevansi dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti. Dengan demikian, peneliti mendapat rujukan
pendukung, pelengkap, serta pembanding dalam menyusun skripsi ini
hingga lebih memadai. Selain itu, telaah pada penelitian terdahulu berguna
untuk memberikan gambaran awal mengenai kajian terkait dengan masalah
dalam penelitian ini.
Penelitian ini merupakan penelitian mengenai Komunikasi Pasien

Scoliosis di RS Santosa Bandung dalam Mengatasi Keminderan (Studi

Deskriptif Kualitatif Mengenai Cara Komunikasi dan Mengatasi

Keminderan Orang dengan Scoliosis (kemiringan tulang belakang) di RS

Santosa Bandung). Untuk pengembangan pengetahuan, peneliti melakukan

tinjauan terhadap penelitian terdahulu mengenai daya tarik dan citra.

Hal tersebut penting dilakukan untuk mengetahui teori dan indikator


yang dilakukan peneliti terdahulu, sehingga menjadi rujukan bagi peneliti
dalam melakukan penelitian.
Setelah peneliti melakukan peninjauan terhadap penelitian terdahulu,
peneliti mendapatkan beberapa penelitian mengenai komunikasi beda
agama dan manajemen konflik yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu,
yaitu:

No. Judul Peneliti Metode Penelitian Universitas Tahun

1 Pola Komunikasi Evfrianti Lira Kualitatif Studi Universitas 2014


Pasien Scoliosis di Insani Fenomenologi Komputer
RS Santosa Bandung Indonesia
dalam Mengatasi
Keminderan (Studi
Deskriptif Kualitatif
Mengenai Cara
Komunikasi dan
Mengatasi
Keminderan Orang
dengan Scoliosis
(kemiringan tulang
belakang) di RS
Santosa Bandung).
Pendidikan di Kota
Bandung
2 Pola Komunikasi Wisnu Kualitatif Studi Universitas 2014
Pasien Scoliosis di Widjanarko Fenomenologi Padjadjaran
RS Santosa Bandung Bandung
dalam Mengatasi
Keminderan (Studi
Deskriptif Kualitatif
Mengenai Cara
Komunikasi dan
Mengatasi
Keminderan Orang
dengan Scoliosis
(kemiringan tulang
belakang) di RS
Santosa Bandung).
3 Pasien Scoliosis di Wiwiek Kualitatif Studi Universitas 2014
RS Santosa Bandung Silviyati Kasus Komunikasi Hasanuddin
Upaya Mengatasi Antar Pribadi Indonesia
Keminderan (Studi
Kasus Komunikasi
Antar Pribadi)
2.2. Tinjauan Tentang Ilmu Komunikasi
2.2.1. Definisi Ilmu Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari kata Latin
communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya
adalah satu makna. Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi maka komunikasi akan
terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dikomunikasikan,
yakni baik si penerima maupun si pengirim sepaham dari suatu pesan tertentu (Effendy,
2005:42).

Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar atau yang salah.
Seperti juga model atau teori, definisi harus dilihat dari kemamfaatan untuk menjelaskan
fenomena yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Beberapa definisi mungkin terlalu sempit,
misalnya “Komunikasi adalah penyampaian pesan melalui media elektronik”, atau terlalu luas,
misalnya “Komunikasi adalah interaksi antara dua pihak atau lebih sehingga peserta
komunikasi memahami pesan yang disampaikannya.

Banyak definisi komunikasi diungkapkan oleh para ahli dan pakar komunikasi seperti
yang di ungkapkan oleh Carl. I. Hovland yang dikutip oleh Effendy dalam buku “Ilmu
Komunikasi Teori dan Peraktek” ilmu komunikasi adalah: Upaya yang sistematis untuk
merumuskan secara tegar asas-asas penyampain informasi serta pembentukan pendapat dan
sikap.(Effendy, 2001:10)

Hovland juga menungkapkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan
hanya penyampain informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum (public opinion)
dan sikap publik (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik
memainkan peranan yang amat penting. Tetapi dalam pengertian khusus komunikasi, Hovland
mengatakan Komunikasi adalah proses mengubah prilaku orang lain (communication is the
process to modify the behafavior of other individuals).

Jadi dalam berkomunikasi bukan sekedar memberitahu, tetapi juga berupaya


mempengaruhi agar seseorang atau sejumlah orang melakukan kegiatan atau tindakan yang
diinginkan oleh komunikator, akan tetapi seseorang akan dapat mengubah sikap pendapat atau
perilaku orang lain, hal itu bisaterjadi apabila komunikasi yang disampaikanya bersifat
komunikatif yaitu komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan harus benar-benar di
mengerti dan dipahami oleh komunikan untuk mencapai tujuan komunikasi yang komunikatif.
Menurut Wilbur Schramm, seorang ahli komunikasi kenamaan, dalam karyanya
“Communication Research In The United States”. Menyatakan bahwa komunikasi akan
berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikastor cocok dengan kerangka acuan
(frame of reference), yakni panduan pengalaman dan pengertian (collection of expreiences and
meanings) yang pernah di peroleh komunikan.

2.2.2. Unsur-unsur Komunikasi


a. Komunikator (pengirim pesan)

Pengirim pesan yang dimaksud disini adalah manusia yang mengambil inisiatif dalam
berkomunikasi. Pesan disampaikan komunikator untuk mewujukan motif komunikasi.

b. Komunikan

Komunikan disebut juga penerima. Dalam konteks komunikasi massa, komunikan


disebut khalayak, tujuan, pemirsa, pendengar, pembaca, target sasaran.

c. Pesan

Pesan pada dasarnya bersipat abstrak. Untuk membuatnya kongkret agar dapat dikirim
dan diterima oleh komunikan, manusia dengan akal budinya menciptakan sejumlah
lambing komunikasi berupa suara, mimic, gerak-gerik, bahasa lisan, dan bahasa tulisan.

d. Saluran komunikasi dan media komunikasi

Saluran komunikasi adalah jalan yang dilalui pesan komunikator untuk sampai kepada
komunikannya, yaitu tanpa media (nonmediated communication yang berlangsung
face-to-face, tatap muka) atau dengan media. Media yang dimaksud disini adalah media
komunikasi. Media komunikasi dilihat dari jumlah target komunikannya dapat
dibedakan atas media massa dan media nonmedia massa.

e. Umpan balik

Umpan balik dapat diartikan sebagai jawaban komunikan atas pesan komunikatoryang
disampaikan kepadanya. Dalam komunikasi yang dinamis, komunikator dan
komunikan terus-menerus saling bertukar peran. Karenanya, umpan balik pada
dasarnya pesan juga, yakni ketika komunikan berperan sebagai komunikator.
2.2.3. Fungsi Komunikasi
a. Fungsi Informasi (information function)
Komunikasi memungkinkan penyampaian informasi, petunjuk, dan pedoman yang
disampaikan seseorang dalam suatu organisasi untuk menjalankan pekerjaannya.
b. Fungsi perintah dan intruksi (Comand and instructive function)
Fungsi ini merupakan fungsi komunikasi antara atasan dan bawahan
c. Fungsi pengaruh dan persuasi atau motivasi (influence and persuasion function)
Komunikasi dapat menumbuhkan motivasi karyawan dan dapat mempengaruhi
perilaku karyawan.
d. Fungsi integrasi (Integrative function)
Komunikasi memungkinkan terciptanya kerjasama yang harmonis antara atasan-
bawahan dan antara rekan kerja
e. Fungsi pengungkapan emosi (Emotional exspresion)
Komunikasi yang mengungkapkan perasaan seseorang, misalnya sedih, senang, riang,
marah, dan lain sebaginya.
f. Fungsi Evaluative (Evaluation function)
Adalah komunikasi yang berfungsi untuk memberikan laporan, dari bawahan kepada
atasan

2.3. Tinjauan Tentang Komunikasi Interpersonal


2.3.1. Definisi Komunikasi Interpersonal
Berikut adalah beberapa pengertian komunikasi interpersonal menurut para ahli,
diantaranya adalah sebagai berikut :

 G.R Miller dan M. Steinberg (1975): Komunikasi interpersonal dapat dipandang


sebagai komunikasi yang terjadi dalam suatu hubungan interpersonal.
 Judy C. Pearson, dkk (2011) : Komunikasi interpersonal sebagai proses yang
menggunakan pesan-pesan untuk mencapai kesamaan makna antara-paling tidak-antara
dua orang dalam sebuah situasi yang memungkinkan adanya kesempatan yang sama
bagi pembicara dan pendengar.
 Joseph A. DeVito (2013) : Komunikasi interpersonal adalah interaksi verbal dan
nonverbal antara dua (atau kadang-kadang lebih dari dua) orang yang saling tergantung
satu sama lain.
 Ronald B. Adler, dkk (2009) : Komunikasi interpersonal adalah semua komunikasi
antara dua orang atau secara kontekstual komunikasi interpersonal.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal


adalah komunikasi yang dilakukan dalam suatu hubungan interpersonal antara dua orang atau
lebih, baik secara verbal maupun nonverbal, dengan tujuan untuk mencapai kesamaan makna.

2.3.2. Sifat Komunikasi Interpersonal


Menurut Joseph A. DeVito (2013), komunikasi interpersonal memiliki beberapa sifat,
yaitu :

 Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang melibatkan dua individu atau


lebih yang masing-masing saling bergantung.

Pada umumnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara dua orang atau
biasa disebut juga dengan komunikasi diadik. Misalnya komunikasi antara seorang anak dan
ayah dan lain-lain. Meskipun begitu, komunikasi interpersonal juga merujuk pada komunikasi
dalam kelompok kecil seperti misalnya keluarga. Walau dalam keluarga, komunikasi
berlangsung dalam bentuk komunikasi diadik seperti ibu kepada anak.

 Komunikasi interpersonal adalah secara inheren bersifat relasional.

Karena sifatnya yang saling bergantung, komunikasi interpersonal tidak dapat dihindari
dan bersifat sangat penting. Komunikasi interpersonal berperan dalam sebuah hubungan yang
berdampak pada hubungan dan mengartikan hubungan itu sendiri. Komunikasi yang
berlangsung dalam sebuah hubungan adalah bagian dari fungsi hubungan itu sendiri. Oleh
karena itu, cara kita berkomunikasi sebagian besar ditentukan oleh jenis hubungan yang ada
antara kita dan orang lain. Perlu dipahami pula bahwa cara kita berkomunikasi, cara kita
berinteraksi, akan mempengaruhi jenis hubungan yang dibangun.

 Komunikasi interpersonal berada pada sebuah rangkaian kesatuan.

Komunikasi interpersonal berada dalam sebuah rangkaian kesatuan yang panjang yang
membentang dari impersonal ke personal yang lebih tinggi. Pada titik impersonal, kita
berkomunikasi secara sederhana antara orang-orang yang tidak saling mengenal, misalnya
pembeli dan penjual. Sedangkan pada titik personal yang lebih tinggi, komunikasi berlangsung
antara orang-orang yang secara akrab terhubung satu sama lain, misalnya ayah dan anak.

 Komunikasi interpersonal melibatkan pesan verbal maupun pesan nonverbal.

Komunikasi interpersonal melibatkan pertukaran pesan baik pesan verbal maupun


pesan nonverbal. Kata-kata yang kita gunakan dalam komunikasi tatap muka dengan orang lain
biasanya disertai dengan petunjuk nonverbal seperti ekspresi wajah, kontak mata, dan gerak
tubuh atau bahasa tubuh. Kita menerima pesan interpersonal melalui panca indera yang kita
miliki seperti mendengar, melihat, mencium, dan menyenuh. Kita bersikap diam pun
sebernarnya mengirimkan suatu pesan interpersonal. Pesan-pesan yang disampaikan sebagian
besar bergantung pada faktor-faktor lain yang terlibat dalam interaksi.

 Komunikasi interpersonal berlangsung dalam berbagai bentuk.

Komunikasi interpersonal pada umumnya berlangsung secara tatap muka, misalnya ketika
kita berbicara dengan ibu atau ayah kita. Di era kemajuan teknologi komunikasi seperti
sekarang, komunikasi interpersonal berlangsung melalui jaringan komputer.
Kehadiran internet sebagai media komunikasi serta media komunikasi modern lainnya
menjadikan komunikasi interpersonal dapat dilakukan melalui surat eletronik atau media
sosial. Beberapa bentuk komunikasi interpersonal masa kini bersifat real time, dalam artian
pesan yang dikirim dan diterima pada satu waktu sebagaimana dalam komunikasi tatap muka.
Pesan yang dikirimkan dan diterima melalui berbagai media sosial dalam konteks komunikasi
interpersonal jelas memiliki pengaruh media sosial serta efek media sosial bagi hubungan
interpersonal yang dibangun.

 Komunikasi interpersonal melibatkan berbagai pilihan.

Pesan-pesan interpersonal yang kita komunikasikan kepada orang lain adalah hasil dari
berbagai pilihan yang telah kita buat. Dalam kehidupan interpersonal kita dan interaksi kita
dengan orang lain, kita disajikan dengan berbagai pilihan. Maksudnya adalah momen ketika
kita harus membuat pilihan kepada siapa kita berkomunikasi, apa yang akan kita katakan, apa
yang tidak boleh kita katakan, apakah pilihan frasa yang ingin kita katakan, dan lain
sebagainya. Pilihan-pilihan komunikasi interpersonal beserta alasannya, dalam beberapa
situasi, berbagai pilihan yang dipilih dapat bekerja dengan baik dibanding yang lainnya
2.3.3. Prinsip Komunikasi Interpersonal
Menurut Joseph A. DeVito (2013), prinsip-prinsip komunikasi interspersonal adalah
sebagai berikut :

1. Komunikasi interpersonal adalah suatu proses transaksional. Komunikasi


interpersonal adalah sebuah proses, atau kejadian yang berkelanjutan, dimana masing-
masing elemen saling bergantung satu sama lain. Komunikasi interpersonal secara
konstan terus terjadi dan mengalami perubahan. Agar dapat memahami gambaran
komunikasi interpersonal sebagai proses transaksional maka model
komunikasi transaksional dapat menjadi jawabannya.
2. Komunikasi interpersonal memiliki tujuan. Komunikasi interpersonal memiliki 5
(lima) tujuan, yaitu untuk :
o belajar – komunikasi interpersonal membuat kita dapat belajar memahami orang lain
dan dunia secara lebih baik.
o membina hubungan – komunikasi interpersonal membantu kita untuk berhubungan
dengan orang lain.
o mempengaruhi – melalui komunikasi interpersonal kita dapat mempengaruhi sikap
dan perilaku orang lain.
o bermain – komunikasi interpersonal dapat berfungsi sebagai kegiatan bermain.
o membantu – melalui komunikasi interpersonal seorang terapis menggunakan teknik
penyebuhan jiwa yang dikenal dengan metode komunikasi terapeutik dalam
keperawatan.
3. Komunikasi interpersonal adalah ambigu. Semua pesan-pesan berpotensi ambigu,
masing-masing orang akan memberikan makna yang berbeda terhadap pesan yang sama.
Terdapat ambiguitas dalam semua hubungan.
4. Hubungan interpersonal dapat berbentuk simetris atau komplementer. Interaksi
interpersonal dapat merangsang pola perilaku yang sama atau berbeda.
5. Komunikasi interpersonal merujuk pada isi dan hubungan diantara para
partisipan. Dalam sistem komunikasi interpersonal, hubungan interpersonal memegang
peranan yang sangat penting karena hubungan interpersonal yang baik merupakan
penanda bagi komunikasi yang efektif.
6. Komunikasi interpersonal adalah dapat diberi tanda atau ditandai karenanya setiap orang
memisahkan bagian-bagian komunikasi ke dalam stimuli atau rangsangan dan respon
terhadap perspektif dasar yang dimiliki oleh masing-masing partisipan.
7. Komunikasi interpersonal tidak dapat dihindari, tidak dapat diulang, dan tidak dapat
diubah. Ketika berada dalam sebuah situasi interpersonal, kita tidak dapat tidak
berkomunikasi, dan kita tidak dapat mengulang secara tepat sebuah pesan secara spesifik.
(baca: Konvergensi Media)

Sementara itu, menurut Paul Watzlawick, Janet Beavin, dan Don Jackson, terdapat 5
(lima) prinsip-prinsip komunikasi atau aksioma komunikasi yang dapat membantu kita
memahami interaksi komunikasi interpersonal secara lebih utuh, yaitu :

1. Kita tidak dapat tidak berkomunikasi.


2. Setiap interaksi memiliki dimensi isi dan dimensi hubungan.
3. Setiap interaksi dimaknai dengan bagaimana interaksi tersebut diberi tanda.
4. Pesan berupa simbol-simbol verbal dan petunjuk nonverbal. Pertukaran pesan bersifat
simetris atau komplementer.

You might also like