You are on page 1of 13

DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 1-13

http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting

STUDI PERBANDINGAN MODEL REVENUE DAN MODEL


ACCRUAL DALAM MENDETEKSI MANAJEMEN LABA
(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2006-2010)

Mufida Nur’aini
Surya Raharja

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Diponegoro


Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang, Semarang 50239, Phone: +622476486851

ABSTRACT
Earning management is the choice by a manager to manipulating the financila
report by manage the company’s earnging figures to achieve some specific objective.
Earning management can decrease the credibility of financial report that be used as base
of decision making. The purpose of this research is to examine the efectiveness
conditional revenue model to detect earning management when compared by modified
Jones model.
This research is a replication of research has been done by Stubben (2010).
Sample in this study uses data from manufacture company that listed in the IDX
(Indonesia Stock Exchange) during period 2006-2010. Sampling method that use is
purposive sampling and the result are 98 firm as samples. Software SPSS version 17 is
used to test in this research.
This study is important because there was just a few research that can prove that
conditional revenue model can be use to detect earning management. The result from this
research finding evidance that conditional revenue model provide a better estimation to
detect earning management than modified Jones model. This finding is support the
research that has done by Stubben (2010) before. Therefore, these findings provide
support for using measure of conditional revenue model to detect earning management.

Keywords : earning management, discretionary accrual, conditional revenue, modified


jones.

PENDAHULUAN
Para pengguna laporan keuangan sering menilik tingkat laba perusahaan yang
kemudian dikaitkan dengan prestasi manajemen dan digunakan sebagai indikator dalam
pengukuran kinerja manajemen. Apabila manajemen hanya dinilai kinerjanya melalui
angka laba maka dikhawatirkan akan menjadikan angka laba sebagai satu-satunya target
kinerja yang harus dicapai. Angka laba menjadi krusial ketika laba tersebut terpengaruh
oleh komponen laba yang masih dapat tersentuh oleh diskresi atau kebijakan manajemen.
Jika pada suatu kondisi dimana pihak manajemen ternyata tidak berhasil mencapai target
laba yang ditentukan maka manajemen dapat memanfaatkan fleksibilitas yang
diperbolehkan oleh standar akuntansi dalam menyusun laporan keuangan untuk untuk

Mufida Nur’aini, Surya Raharja

1
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 2

modifikasi laba yang dilaporkan (Halim, et al., 2005). Hal inilah yang dapat
menyebabkan praktik manajemen laba yang dapat mengurangi relevansi dan keandalan
dari laporan keuangan.
Laba ekonomi merupakan selisih antara pendapatan dan beban (Ghozali dan
Chariri, 2007). Oleh sebab itu pendapatan dan beban dapat dijadikan sasaran dalam
mengelola atau mengendalikan laba misalnya dengan cara mengatur kebijakan pengakuan
pendapatan dan beban. Maka dari itu diperlukan proksi yang tepat untuk mendeteksi
manajemen laba.
Model pendeteksian manajemen laba merupakan teknik yang digunakan untuk mengukur
manajemen laba pada perusahaan. Jones model merupakan model pendeteksi manajemen
laba pertama yang juga diperkenalkan oleh Jones (1991) yang kemudian dikembangkan
oleh Dechow et al., (1995) yang dikenal dengan modified Jones model.
Seiring dengan perkembangan studi mengenai manajemen laba, banyak pula
studi empiris yang memperkenalkan model-model pendeteksi manajemen laba dan
mencoba mencari proksi yang tepat untuk model pendeteksian manajemen laba. Studi
empiris tersebut juga menguji apakah modified Jones model cukup efektif dalam
mendeteksi manajemen laba seperti seperti Gomez, et al., (2000) yang meneliti model
pendeteksi manajemen laba dengan model accounting process pada pasar saham di
Jepang. Islam, et al., (2011) yang meneliti model pendeteksian manajemen laba dengan
model extend modified Jones pada Dhaka Stock Exchange (DSE) di Bangladesh. Peasnell
(1999) yang meneliti model pendeteksian manajemen laba dengan margin model. Bahkan
Yoon et.al., (2006) dalam Islam, et.al., (2011) memperoleh bukti bahwa modified Jones
model tidak efektif dalam pengukuran discretionary accruals untuk perusahaan Korea.
Beberapa kelemahan dari model modified Jones model pun mulai diungkapkan
seperti estimasi cross-sectional yang secara tidak langsung mengasumsikan bahwa
perusahaan dalam industri yang sama menghasilkan proses akrual yang sama. Selain itu,
model akrual juga tidak menyediakan informasi untuk komponen mengelola laba
perusahaan dimana model akrual tidak membedakan peningkatan diskresionari pada laba
melalui pendapatan atau komponen beban (Stubben, 2010). Menurut Bernard dan Skinner
(1996) dalam Stubben (2010) model akrual telah dikritik karena memberikan bias dan
perkiraan yang mengganggu kebijakan, yang mempertanyakan kesimpulan dari penelitian
yang menggunakan model akrual.
Salah satu penelitian mengenai alternatif model pendeteksian manajemen laba
adalah Stubben (2010), yang mengandalkan perubahan piutang dan perubahan
pendapatan dalam mendeteksi manajemen laba. Menurut ACFE (2010) pendapatan
merupakan komponen yang paling sering digunakan untuk melakukan manajemen laba.
Sedangkan menurut Stubben piutang memiliki hubungan empiris langsung dan kuat
dengan pendapatan. Selain itu, piutang juga merupakan fungsi yang digunakan dalam
mengubah laporan pendapatan kredit daripada pendapatan tunai.
Stubben (2010) mengembangkan conditional revenue model sebagai pendeteksi
manajemen laba yang melibatkan perubahan piutang dan perubahan pendapatan sebagai
komponen yang memiliki hubungan empiris secara langsung. Sedangkan pada modified
Jones model (Dechow, et al., 1995) menggunakan dasar total akrual dan pendapatan riil
yang diperoleh melalui selisih antara perubahan pendapatan dan perubahan piutang.
Apakah conditional revenue model lebih efektif dalam mendeteksi manajemen laba pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia jika dibandingkan dengan
modified Jones model?
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui perbedaan penggunaan
conditional revenue model dan modified Jones model dalam mendeteksi manajemen laba;
(2) membandingkan keakuratan dua metode pendeteksian manajemen laba yaitu

2
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 3
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 2

conditional revenue dan modified Jones model. Penelitian mengenai model yang efektif
dalam mendeteksi manajemen laba belum banyak dilakukan di Indonesia sehingga
penelitian dalam mencari model yang efektif untuk mendeteksi manajemen laba masih
perlu dilakukan. Kegunaan dari penelitian ini adalah : (1) memberikan bukti empiris
mengenai metode yang lebih efektif dalam mendeteksi manajemen laba; serta (2)
menambah wawasan auditor dalam untuk alternatif model pendeteksian manajemen laba.

TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS


Dalam teori agensi dijelaskan hubungan keagenan apabila satu orang atau lebih
(prinsipal) mengikutsertakan/ melibatkan orang lain (agen) untuk melakukan beberapa
jasa untuk kepentingan mereka yang meliputi pendelegasian sebagian kewenangan
pengambilan keputusan untuk agen (Jesen and Mackling, 1976). Hubungan tersebut
menimbulkan tanggung jawab, kepentingan, dan risiko yang berbeda. Teori agensi juga
mengasumsikan bahwa agen yang mengelola perusahaan memiliki lebih banyak
informasi internal perusahaan daripada prinsipal. Kondisi seperti inilah yang dinamakan
asymetri information.
Manajemen laba merupakan cara yang digunakan manajer untuk mempengaruhi
angka laba secara sistematis dan sengaja dengan cara pemilihan kebijakan akuntansi dan
prosedur akuntansi tertentu oleh manajer dari standar akuntansi yang ada dan secara
ilmiah dapat memaksimumkan utilitas mereka dan atau nilai pasar perusahaan (Scott,
2000). Menurut Scott 2000 terdapat empat pola manajemen laba, yaitu : (1)taking a bath;
(2)income minimization; (3)income maximization; (4)income smoothing.
Dasar discretionary accrual merupakan dasar pendeteksian manajemen laba yang
umum digunakan dalam penelitian pendeteksian manajemen laba selama ini. Model Jones
(1991) merupakan model awal dalam mendeteksi manajemen laba .Kemudian Dechow, et
al., (1995) mencoba untuk memperbaiki kelemahan model Jones yang tidak mampu untuk
menangkap dampak dari manipulasi berbasis pendapatan karena perubahan dalam
pendapatan diasumsikan menimbulkan non-discretionary accrual (Peasnell dan Young,
1999). Modified Jones model menambahkan variabel perubahan piutang ke dalam model
pendeteksian manajemen laba. Perubahan pendapatan yang dikurangkan dengan
perubahan piutang menunjukkan asumsi perubahan penjualan kredit yang merupakan
peluang manajemen laba (Achmad, et al., 2007). Dari hasil pengujian perbandingan
kekuatan antara model Jones (1991) dan modified Jones model diperoleh bukti bahwa
modified Jones model secara signifikan lebih baik dalam mendeteksi manajemen laba
berbasis pendapatan (Peasnell dan Young, 1999). Formula yang digunakan dalam
modified Jones model adalah sebagai berikut :

ACit = α + β1 (ΔRit – ΔΑRit) + β2 PPEit +ε it

Keterangan :
AC = Annual current Accrual;
R = Annual revenues;
PPE = Aset tetap;
CFO = Kas dari aktifitas operasi.
Conditional revenue model diperkenalkan oleh Stubben (2010) atas dasar
ketidakpuasan terhadap model akrual yang umum digunakan saat ini. Pertama,
keterbatasan model akrual adalah bahwa estimasi cross-sectional secara tidak langsung
mengasumsikan bahwa perusahaan dalam industri yang sama menghasilkan proses akrual
yang sama. Kedua, model akrual juga tidak menyediakan informasi untuk komponen
mengelola laba perusahaan dimana model akrual tidak membedakan peningkatan

3
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 4
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 2

diskresionari pada laba melalui pendapatan atau komponen beban (Stubben, 2010).
Conditional revenue model ini, menitikberatkan pada pendapatan yang memiliki
hubungan secara langsung dengan piutang. Model conditional revenue dari Stubben
(2010) ini menggunakan piutang akrual daripada akrual agregat sebagai fungsi dari
perubahan pendapatan.
Dalam penelitiannya terdahulu, Stubben (2006) menemukan bukti bahwa
hubungan antara perubahan piutang dan perubahan pendapatan yang lebih besar daripada
hubungan antara current accrual dan perubahan piutang. Hal ini juga berhubungan
dengan kebijakan manajemen yang dapat menentukan atau mengambil keputusan dalam
pemberian kredit. Piutang yang tidak normal, tinggi atau rendah, mengindikasikan adanya
manajemen pendapatan. Discretionary revenue mengambil sejumlah bentuk. Beberapa
melibatkan manipulasi aktivitas riil seperti diskon penjualan, kelonggaran persyaratan
kredit, channel stuffing, dan bill and hold sales dan yang lainnya tidak, misalnya
pengakuan pendapatan menggunakan agresif atau aplikasi yang salah dari GAAP,
pendapatan fiktif, dan penangguhan pendapatan (Stubben, 2010).
Menurut Stubben (2010), pengakuan pendapatan lebih awal (premature revenue
recognition) adalah bentuk paling umum dari manajemen pendapatan. Dengan adanya
pengakuan pendapatan secara prematur yang dilakukan oleh perusahaan akan berdampak
pada pendapatan itu sendiri dan piutang. Manajemen dapat memilih kebijakan yang dapat
menaikkan pendapatan laba dengan mengakui pendapatan yang sebenarnya belum
terealisasi seperti channel stuffing dan bill and hold sales (Stubben, 2010). Dopuch et.al.,
(2005) dalam Stubben (2010), menunjukkan bahwa hubungan antara perubahan akrual
dan pendapatan bergantung pada faktor spesifik perusahaan seperti kebijakan kredit dan
perusahaan. Oleh karena itu Stubben (2010) membuat estimasi yang memberikan
koefisien pendapatan untuk kebijakan kredit perusahaan.
Berikut merupakan formula dari conditional revenue model :

∆ARit = α + β1 ΔRit + β2 ΔRit×SIZEit + β3 ΔRit×AGE it + β4 ΔRit×AGE_SQ it + β5


ΔRit×GRR_Pit + β6 ΔRit×GRR_Nit + β7 ΔRit×GRMit + β8
ΔRit×GRM_SQit +ε it

Keterangan : AR = piutang akrual; R = annual revenue; SIZE = natural log dari total
aset saat akhir tahun; AGE = natural log umur perusahaan; GRR_P = industry median
adjusted revenue growth (= 0 if negative); GRR_N = industry median adjusted revenue
growth (= 0 if positif); GRM = industry median adjusted gross margin at end of fiscal
year; _SQ = square of variable; = annual change
Ukuran perusahaan (firm size) merupakan proksi dari kekuatan finansial. Ukuran
dan umur perusahaan merupakan proksi untuk tahap perusahaan dalam business cycle.
Sebagai proksi dari kinerja operasional dari perbandingan perusahaan dengan perusahaan
kompetitor, digunakan industry-median-adjusted growth rate in revenue dan industry-
median-adjusted gross margin (Stubben,2010).
Pendapatan adalah arus kas masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas
normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan
ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal (PSAK No.23 paragraf 6).
Secara umum, ada dua kriteria yang dapat dijadikan dasar untuk mengakui pendapatan
menurut FASB dalam (Ghozali dan Chariri, 2007), yaitu: (1) telah terealisasi dan (2) telah
terbentuk. Pendapatan merupakan peluang manajer dalam mengelola laba perusahaan
dimana pendapatan merupakan komponen terbesar dalam manajemen laba. Pengakuan
pendapatan dini merupakan bentuk paling umum dalam mengelola pendapatan atau
manajemen pendapatan.

4
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 5
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 2

Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat efektifitas model pengukuran


manajemen laba antara conditional revenue model dan modified Jones model. Pendapatan
merupakan sasaran empuk dalam mendeteksi manajemen laba. Ada dua pilihan dalam
memanipulasi pendapatan. Manajemen dapat mempercepat periode pengakuan
pendapatan sehingga laba perusahaan menjadi lebih tinggi atau memperlambat periode
pengakuan pendapatan sehingga laba perusahaan lebih rendah.
Oleh kerena laba merupakan hasil selisih antara pendapatan dan beban, beban
yang juga akan mempengaruhi laba perusahaan sering menjadi sasaran manipulasi.
Seperti halnya pendapatan, beban juga dapat dimapulasi dengan menaikkan mengatur
kebijakan pada beban diskresioner (Roychowdhury, 2006).
Penelitian yang dilakukan oleh Stubben (2010) mengenai model revenue dan
model akrual dalam mendeteksi manajemen laba dari pendapatan dan beban yang
dimanipulasi menunjukkan hasil bahwa model revenue lebih efektif, lebih kuat, dan tidak
bias dalam mendeteksi adanya manajemen laba yang di manipulasi.

H₁ : Conditional revenue model lebih efektif daripada modified Jones model untuk
mendeteksi manajemen laba.

Gambar 1
Kerangka Pemikiran
Manajemen Laba

Model Conditional Model Accrual

Revenue (Dechow- Dhicev)

METODE PENELITIAN
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode pengamatan penelitian ini adalah tahun 2006
sampai dengan 2010. Sedangkan untuk pemilihan sampel, menggunakan purposive
sampling dengan kriteria sebagai berikut :
1. Perusahaan dalam satu sektor industri yaitu manufaktur, hal ini dilakukan untuk
menghindari bias yang mungkin terjadi bila menggunakan banyak sektor,
2. Perusahaan manufaktur tersebut menerbitkan laporan keuangan tahunan dengan
periode yang berakhir 31 Desember 2006 sampai dengan 31 Desember 2010.

Dalam penelitian ini menggunakan modified Jones model dan conditonal revenue
model dengan definisi operasional sebagai berikut :
Modified Jones Model
ACit = α + β1 (ΔRit – ΔΑRit) + β2 PPEit +ε it
1. Pendapatan Kas
(∆ R ∆AR)
Rata-rata total aset

5
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 6
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 2

2. Property, Plant, and Equipment


PPE = Gross property, plant, and equipment
Rata-rata total aset
Pendapatan kas pada modified jones model diperoleh melalui selisih antara perubahan
pendapatan dan perubahan piutang dibagi dengan rata-rata total aset atau (∆ R
∆AR)/rata-rata total aset. Untuk PPE diperole melalui gross property, plant, and
equipment dibagi rata-rata total aset.
Conditional Revenue Model
∆ARit = α + β1 ΔRit + β2 ΔRit×SIZEit + β3 ΔRit×AGE it + β4 ΔRit×AGE_SQ it +
β5 ΔRit×GRR_Pit + β6 ΔRit×GRR_Nit + β7 ΔRit×GRMit + β8
ΔRit×GRM_SQit +ε it

1. Perubahan piutang
∆R = piutang tahun t – perubahan tahun t-1
piutang tahun t
2. Perubahan Pendapatan
Model kedua sebagai proksi dari manajemen laba adalah model revenue dari
Stubben (2010). Perubahan pendapatan (∆R) diperoleh dari :
(pendapatan tahun t pendapatan tahun t-1)
Rata-rata total aset
3. Size
Size merupakan ukuran perusahaan yang diperoleh melalui natural log dari total
asset.
4. Age
Age adalah umur perusahaan. Ukuran age ini diperoleh dengan me-natural log-
kan umur perusahaan. Dan kemudian untuk age square dengan mengkuadratkan hasil dari
natural log umur perusahaan.
5. Growth Rate in Revenue (GRR)
Pendapatan tahun t – pendapatan tahun t-1
Pendapatan tahun t-1
GRR terdiri dari GRR_P dan GRR_N. Untuk GRR_P, jika GRR bernilai negatif
maka GRR_P sama dengan 0 sedangkan untuk GRR_N, jika GRR bernilai positif maka
GRR_N sama dengan 0.
6. Gross Margin (GRM)
Pendapatan – Harga pokok penjualan
Pendapatan
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan:
1. Statistik Deskriptif
Melalui pengujian statistik deskriptif, akan diberikan gambaran atau deskripsi
suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi , varian, maksimum,
minimum, sum, dan range. (Ghozali, 2011).
2. Uji Normalitas
Uji normalitas data merupakan langkah awal yang dilakukan terhadap residual
data dengan tujuan untuk menguji variabel atau residual memiliki distribusi normal. Uji
normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Dasar
pengambilan keputusan untuk uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S) adalah pada nilai
signifikansinya. Jika nilai signifkansi K-S ≤ 0.05 maka data residual tidak terdistribusi
normal. Sebaliknya, jika nilai signifikansi K-S ≥ 0.05 maka data residual terdistribusi
normal.
3. Uji Beda t-test

6
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 7
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 2

Setelah data berdistribusi normal, selanjutnya akan dilakukan uji beda t-test
dengan sampel berhubungan. Uji beda t-test ini bertujuan untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan dari conditional revenue model dan modified Jones model. Kriteria
dalam pengambilan keputusan adalah jika probabilitas > 0.05 maka H₀ tudak dapat
ditolak yang berarti variance sama. Sebaliknya jika probabilitas < 0.05 maka H₀ ditolak
jadi variance berbeda (Ghozali, 2011).
4. Untuk menguji model yang lebih efektif dalam mendeteksi manajemen laba akan
dilihat melalui nilai adjusted R square. Seperti yang telah dilakukan oleh Siregar dan
Utama (2005) untuk menentukan model pengukuran yang akan digunakan dalam
penelitiannya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1. HASIL PENGUMPULAN DATA
Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2010. Diperoleh 98 perusahaan sampel.

Tabel 1
Sampel Penelitian
Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahu 132
2006-2010
Jumlah data perusahaan manufaktur yang data laporan keuangannya tidak lengkap (34)
Jumlah data perusahaan yang digunakan sebagai sampel 98
Total sampel penelitian selama tahun 2006-2010 (98 x 5) 490

2. STATISTIK DESKRIPTIF
Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh nilai mean dari perubahan piutang (∆AR) adalah
0.0209816 yang menunjukkan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia cenderung menaikkan piutang atau kebijakan penjualan kreditnya. Berbeda
dengan current accrual (AC) yang memilki nilai mean -0.0186473 yang menunjukkan
perusahaan cenderung untuk menurunkan laba perusahaan.

Tabel 2
Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Delta_AR 490 -.25888 2.71455 .0209816 .16084225
AC 490 -1.11252 .42585 -.0186473 .10497773
Delta_R 490 -.96014 1.19535 .0924171 .26288142
PPE 490 .00017 9.66120 .4192148 1.12866087
Valid N (listwise) 490

3. PENGUJIAN KORELASI
Pada tabel di atas menunjukkan angka tingkat korelasi antar variabel penelitian.
Perubahan piutang (∆AR) berhubungan secara positif dengan akrual (AC) sebesar 0.104.
Sedangkan untuk perubahan piutang (∆AR) dengan perubahan pendapatan (∆R) memiliki
hubungan secara positif lebih besar yaitu sebesar 0.140 daripada hubungan akrual (AC)
dengan perubahan pendapatan (∆R) yang memiliki hubungan negatif sebesar -0.059. Hal
ini menunjukkan bahwa hubungan antar variabel pembentuk conditional revenue model
lebih kuat daripada hubungan antar veriabel pembentuk modified jones model.

7
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 8
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 2

Tabel 3
Uji Korelasi Pearson
Correlations
∆AR AC ∆R PPE
∆AR 1 .104* .140** .327**
AC .104* 1 -.059 -.454**
∆R .140** -.059 1 .365**
PPE .327** -.454** .365** 1
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

4. UJI NORMALITAS
Hasil uji one sample K-S menunjukkan nilai Kolmogrov-Smirnov Z masing-
masing 6.895 dan signifikan pada 0.000 untuk conditional revenue model sedangkan
5.408 dan signifikan pada 0.000 untuk modified jones model. Hal ini menunjukkan bahwa
distribusi data residual kedua model tidak terdistribusi normal.

Tabel 4
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual Unstandardized Residual
Conditional Revenue Modified Jones
Kolmogorov-Smirnov Z 6.895 5.408
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Untuk memenuhi syarat normalitas untuk uji beda t-test, maka akan dilakukan
transformasi data dengan mengubah data ke dalam bentu LG10. Setelah dilakukan
transformasi data untuk conditional revenue dan modified Jones model, maka diperoleh
hasil uji one sample K-S sebagai berikut.

Tabel 5
Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Setelah Transformasi Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual Unstandardized Residual
Conditional Revenue Modified Jones
Kolmogorov-Smirnov Z 1.205 .832
Asymp. Sig. (2-tailed) .109 .493
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Besarnya nilai Kolmogrorov-Smirnov untuk conditional revenue model dan


modified jones model masing-masing 1.205 signifikan pada 0.109 dan 1.347 signifikan
pada 0.053. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi data residual kedua model telah
terdistribusi normal.
5. PENGUJIAN MODEL PENDETEKSI MANAJEMEN LABA
Dari hasil regresi diperoleh nilai adjusted R² sebesar 0.193 yang berarti 19.3%
variabel perubahan piutang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel pembetuk model.
Sedangkan sisanya 80.7% dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

8
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 9
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 2

Tabel 6
Adjusted R Square Conditional Revenue Model
Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the


Square Estimate
1 .453a .205 .193 .14444620

Untuk hasil regresi dari modified Jones model diperoleh nilai adjusted R² sebesar
0.093 yang artinya 9.3% variabel AC (current accrual) dapat dijelaskan oleh variabel
pendapatan kas dan PPE. Sedangkan sisanya 90.7% dijelaskan oleh variabel lain di luar
model.

Tabel 7
Adjusted R Square Modified Jones Model
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the
Square Estimate
1 .311a .097 .093 .08324232

6. PENGUJIAN HIPOTESIS
Uji hipotesis ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan antara
conditional revenue model dan modified Jones model. Hasil pengujian diperoleh
sebagai berikut:

Tabel 8
Uji Beda error conditional revenue model dan modified Jones model
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig.
Mean Std. Std. Error 95% Confidence Interval (2-
Deviation Mean of the Difference taile
Lower Upper d)

Pair LGConditiona .12289114 .65306506 .04353767 .03709533 .20868695 2.823 224 .005
1 l Revenue -
LGModified
Jones

Dari tabel di atas, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.005 yang artinya model
H₀ ditolak jadi variance berbeda. Sehingga antara conditional revenue model dan
modified Jones model terdapat perbedaan. Perbedaan ini juga terlihat dari nilai t = 2.823
dengan tingkat signifikansi sebesar 0.005. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0.05
tersebut maka berarti bahwa pada taraf kepercayaan 95% diperoleh adanya perbedaan
yang signifikan antara conditional revenue model dengan modified Jones model.

KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN


Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis perbandingan dua model
pendeteksian manajemen laba yaitu conditional revenue model dan modified Jones model.
Berdasarkan hasil pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, dan interpretasi data
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

9
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 10
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 2

1. Model estimasi pendeteksian manajemen laba dengan menggunakan conditional


revenue model mampu memberikan estimasi yang lebih akurat dibandingkan
dengan modified Jones model dalam mendeteksi manajemen laba.
2. Berdasarkan conditional revenue model pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2010 diperoleh ukuran kemampuan
prediksi conditional revenue model 19.3% sedangkan modified Jones model
hanya 9.3%. Hal tersebut berarti bahwa ketepatan estimasi pendeteksian
manajemen laba dengan mengunakan conditional revenue model sebesar 19.3%,
sedangkan sisanya sebesar 80.7% dijelaskan oleh variabel lain di luar formulasi.
Untuk modified Jones model, ketepatan estimasi pendeteksian manajemen laba
sebesar 9.3%, sisanya sebesar 90.7% dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
3. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan untuk menggunakan
conditional revenue model sebagai model pendeteksi manajemen laba untuk
penelitian ke depan.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain :


1. Penelitian ini belum menggunakan sampel pada perusahaan yang secara riil
terlibat dalam manipulasi keuangan karena Badan Pengawas Pasar Modal
(Bapepam) tidak mempublikasikan data tersebut.

Adapun saran untuk untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut :


1. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat mengambil sektor industri selain
manufaktur.
2. Jika data tersedia, diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat menggunakan
sampel perusahaan yang telah terindikasi melakukan manipulasi keuangan.
3. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat membandingkan model
pendeteksian manajemen laba dengan menggunakan uji Mann-Whitney.

10
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 11
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 2

REFERENSI

Achmad, K., I. Subekti, dan S. Atmini. 2007. "Investigasi Motivasi dan Strategi
Manajemen Laba pada Perusahaan Publik Indonesia". Simposium Nasional
Akuntansi X, Makassar, 26-28 Juli 2007.

Andayani, T.D. 2010. "Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris Independen


Terhadap Manajemen Laba. Tesis, Tidak Dipublikasikan. Universitas
Diponegoro.

Dechow, P.M., R.G. Sloan, A.P. Sweeney. 1995. "Detecting Earning


Management". The Accounting Review, Vol 70, No. 2, pp.193-225.

Eisenhardt, K.M. 1989. "Agency Theory : An Assessment and Review". Academy


of Management Review, Vol 14, No. 1, pp. 57-74.

Fanani, Z. 2006. "Manajemen Laba : Bukti dari Set Kesempatan Investasi, Utang,
Kos Politis, dan Konsentrasi Pasar pada Pasar yang Sedang
Berkembang". Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang, 23-28 Agustus
2006.

Ghozali, Imam. 2011. "Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19". Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, I. dan A. Chariri. 2007. "Teori Akuntansi". Semarang : Universitas


Diponegoro.

Gomez, X.G., M. Okumura, dan M. Kunimura. 2000. "Discretionary Accrual


Models and the Accounting Process". Kobe Economic and Business Review.
Vol 45, pp. 103-135.

Halim, J., C. Meiden, dan R. L. Tobing. 2005. "Pengaruh Manajemen Laba pada
Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur
yang Termasuk dalam Indeks LQ-45". Simposium Nasional Akuntansi VIII,
Solo, 15-16 September 2005.

Hill, C.W.L. dan T.M. Jones. 2002. "Stakeholder-Agency Theory". Journal of


Management Studies,(29)2, pp. 131-154.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan . Jakarta :


Salemba Empat.

11
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 12
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 2

Indraswari, R. 2005. "Pengaruh Status Internasional, Diversifikasi Operasi dan


Legal Origin Terhadap Manajemen Laba (Studi Perusahaan Asia yang
Terdaftar di NYSE)". Simposium Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto, 13-
14 Oktober 2010.

Islam, M.A., R. Ali, dan Z. Ahmad. 2011. "Is Modified Jones Model Effective in
Detecting Earning Management? Evidence from A Developing Economy".
Malaysia : International Journal of Economics and Finance, Vol. III, No. 2.

Jensen, M. C. dan W.H. Meckling. 1976. "Theory of the Firm : Manajerial


Behavior, Agency Costs, and Ownership Structure". Journal of Financial
Economics, Vol. 3, pp. 305-360.

Jeter, D.C. dan L. Shivakumar. 1999. "Cross-Sectional Estimationof Abnormal


Accruals Using Quarterly And Annual Data : Effectiveness In Detecting In
Event-Specificearning Management". Accounting and Bisiness Research,
Vol. 29, No, 4.

Kothari, S.P., A.J. Leone, dan C.E. Wasley. 2004. "Performance Matched
Discretionary Accrual Measures". Journal of Accounting & Economic, Vol.
39, pp. 163-197.

Riduwan, A. 2009. "Etika dan Perilaku Korupif dalam Praktik Manajemen Laba".
Makalah Simposium Nasional Akuntansi XII, Palembang, 4-6 November
2009.

Roychowdhury, S. 2006. "Earnings Management through Real Activities


Manipulation". Journal of Accounting and Economics, Vol. 42, No. 3,
pp.335-370.

Scott, W. R. 2000. "Financial Accounting Theory". Second Edition. Canada :


Prentice Hall.

Siregar, S.V.N.P., dan S. Utama. 2005. "Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran


Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance terhadap Pengelolaan
Laba". Simposium Nasional Akuntansi, Solo, 15-16 September 2005.

Stubben, S.R. 2010. "Discretionary Revenue as a Measure of Earnings


Management". The Accounting Review, Vol. 85, No. 2, pp. 695–717.

Subroto, B. 2007. "Regulasi Akuntansi Untuk Mengurangi Asimetri Informasi".


Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol. 5, No. 3.

12
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 133
Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 2

Sulistyanto, H.S. 2008. "Manajemen Laba : Teori da Model Empiris". Jakarta :


Grasindo.

Yasa, G.W. 2010. "Pemeringkat Obligasi Perdana Sebagai Pemicu Manajemen


Laba : Bukti Empiris dari Pasar Modal Indonesia". Simposium Nasional
Akuntansi XIII, Purwokerto, 13-14 Oktober 2010.

13

You might also like