You are on page 1of 37

BAHAN AJAR

DINAMIKA KELOMPOK
05 April 2017

DIKLAT PIM IV
Oleh
Dra. KURNIASIH

BPSDMD PROVINSI BANTEN


Tahun 2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Keberhasilan pembangunan suatu masyarakat atau
bangsa banyak ditentukan oleh kualitas pribadi SDM nya.
Pribadi yang berkualitas adalah pribadi yang kuat, tangguh, ulet,
bijaksana, toleran, dapat bekerja secara mandiri maupun
kelompok serta mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan
baru.
Hal ini menunjukkan bahwa manusia sebagai makhluk
social yang sangat membutuhkan agar dirinya dapat diterima,
disenangi, dan dibutuhkan oleh kelompok atau lingkungannya,
individu di tuntut agar selalu dapat menyesuaikan dirinya
dengan tuntutan atau keinginan kelompoknya. Untuk dapat
memenuhi dan menyesuaikan keinginan kelompoknya itulah
diperlukan usaha untuk dapat mengenal diri sendiri sehingga
memahami potensi mana yang ada dalam dirinya yang dapat di
berdayakan dan dikembangkan.
Dan kelompok social yang baik, adalah kelompok yang
setiap anggotanya memiliki komitmen tinggi, saling
menghormati, saling menghargai, dan bekerja sama untuk
mencapai tujuan bersama. Kelompok social yang baik, diliputi
oleh suasana kebersamaan yang hangat dan keakraban yang
wajar antar anggotanya. Semua anggota kelompok belajar yang
memiliki komitmen tinggi bersedia untuk mengubah dirinya,
mengubah sikapnya, mengubah perilaku dan kebiasaannya demi
tercapainya tujuan pembelajaran dengan kualitas memuaskan.
Building Learning Commitment (BLC) adalah salah satu
teknik untuk mempercepat proses penyesuaian diri dengan
lingkungan baru dalam suatu training atau pendidikan dan
pelatihan/diklat. Dalam suatu diklat, BLC digunakan sebagai
suatu metode atau proses. Sebagai metode, BLC digunakan
untuk membuat para peserta lebih mengenal siapa dirinya dan
siapa temannya, berinteraksi dengan berbagai kelebihan dan
kekurangannya, agar setiap individu dapat bekerja sama dalam
kelompoknya dan membuat situasi pembelajaran yang kondusif.

1.2 Deskripsi Singkat


Mata diklat ini membahas tentang Building Learning
Commitment (BLC) yang meliputi Peran dan Fungsi BLC, Kerja
Sama dan Norma Kelompok, Daur Belajar melalui Pengalaman,
dan Komitmen Belajar.

1.3 Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah selesai mengikuti mata diklat ini, peserta
diharapkan mampu merumuskan komitmen pembelajaran
(Learning Commitment) yang disepakati dan dipatuhi bersama
selama diklat berlangsung.

1.4 Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan dapat:
1. Mengidentifikasikan peran dan fungsi BLC
2. Membangun kerjasama dan norma kelompok
3. Melakukan kegiatan daur belajar melalui pengalaman
4. Merumuskan komitmen belajar

1.5 Pokok Bahasan


Dalam mata diklat ini akan dibahas empat pokok bahasan
secara singkat yaitu;
1. Peran dan Fungsi Building Learning Commitment (BLC)
2. Kerjasama dan Norma Kelompok
3. Daur Belajar melalui Pengalaman
4. Komitmen Belajar
BAB II
PERAN DAN FUNGSI BLC

Peran Building Learning Commitment (BLC)


Building Learning Commitment atau Pembinaan Komitmen
Belajar berperan untuk mencairkan suasana yang kaku karena
antar peserta diklat belum saling mengenal, menyiapkan mereka
agar dapat berkomunikasi, dan bertukar pengalaman secara
terbuka, menciptakan suasana belajar yang menggembirakan
dan menyenangkan, menetapkan nilai belajar yang disepakati
bersama, membina kelompok yang berfungsi, efektif, sinergis,
dan bertekad untuk mensukseskan proses pembelajaran yang
berkualitas. Hal ini akan tercapai apabila antar peserta diklat
telah tumbuh perasaan saling mempercayai, adanya sikap
keterbukaan, bertanggung jawab, dan tumbuh rasa saling
ketergantungan antara yang satu dengan yang lainnya.
Dan Building Learning Commitment (BLC) juga merupakan
salah satu teknik membangun sekelompok atau sekumpulan
manusia dengan kecakapan yang saling melengkapi untuk
mencapai tujuan bersama dan kenerja bersama melalui
kesepakatan bersama sehingga mewujudkan tanggung jawab
bersama, dan sebagai tehnik berhubungan antar manusia yang
dapat digunakan dalam proses pembelajaran, untuk
meningkatkan kualitas hubungan individu dalam kelompok.
Sedangkan sebagai suatu proses, Building Learning
Commitment (BLC) dapat berfungsi sebagai usaha agar setiap
individu dalam kelas berpartisipasi aktif, karena dalam suatu
pembelajaran, Building Learning Commitment dapat
menciptakan kondisi kesediaan peserta untuk memulai
pembelajaran dengan kondisi sosio-emosional yang kondusif
dengan mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya dalam
belajar, menghindari dan mengurangi kebiasaan dan perilaku
yang kurang menguntungkan dalam belajar.
Jadi BLC pada dasarnya merupakan metode dan proses
yang bertujuan meningkatkan nilai kerjasama kelompok, dimana
antar anggotanya saling berinteraksi sehingga timbul pengaruh
tingkah laku secara timbal balik, baik antara individu yang satu
terhadap individu yang lain atau antara individu dengan
kelompok secara keseluruhan. Dan BLC juga dipandang sebagai
salah satu teknis berhubungan antara manusia dengan maksud
agar kualitas hubungan individu dalam kelompok tersebut dapat
mengarah kepada perubahan tingkah laku yang positif melalui
pendekatan andragogi di mana peserta yang lebih berpartisipasi
akan aktif dalam program pembelajaran.

Mengenal Diri Sendiri dan Orang Lain


1. Mengenal Diri Sendiri
Pengenalan diri sendiri adalah suatu langkah awal
untuk dapat menjadi individu yang berhasil dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Individu yang berhasil
dalam berinteraksi dengan lingkungannya adalah individu
yang di butuhkan, diharapkan disenangi oleh lingkungan
karena dapat memberi manfaat dan arti positif bagi kualitas
kehidupan alam semesta dan kualitas pribadinya.
Dalam pengenalan diri sendiri ini, banyak
dikembangkan beberapa instrument yang dapat membantu
seseorang mengenali diri sendiri, dari berbagai aspek potensi.
Disamping dengan usaha pengisian kuisioner, usaha
pengenalan diri juga dapat dilakukan melalui kegiatan
perenungan atau intropeksi atau bisa juga melalui
masukan/pendapat dari orang lain yang dianggap cukup
mengenal dirinya.
Usaha ini akan berhasil apabila dilakukan dengan
menggunakan akal sehat, melalui penggunaan akal sehatnya
setiap individu manusia dapat melakukan usaha pengenalan
diri sendiri, sehingga keberadaannya akan diterima dengan
baik oleh lingkungan socialnya. Diterima oleh lingkungan itu
merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selaku
makhluk social.

2. Mengenal Orang Lain


Sebagaimana pengenalan diri sendiri, pengenalan
orang lainpun diperlukan, agar individu dapat menyesuaikan
diri dengan orang lain sehingga dapat meningkatkan kualitas
individu dan kelompok. Dalam kegiatan BLC pengenalan
orang lain dapat dilakukan melalui kegiatan diskusi kelompok
atau kesempatan memperkenalkan diri pada setiap peserta
dalam kelompok tersebut.
Apabila dalam usaha pengenalan diri sendiri lebih
banyak mencari tahu kelemahan yang ada pada diri sendiri,
maka dalam proses pengenalan orang lain lebih banyak
berusaha untuk mengenali sisi positifnya agar dapat
memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya sehingga kita
dapat menyusaikan diri. Dalam hal ini bukan berarti bahwa
diri ini akan memandang negatif dirinya dan diri orang lain
itu baik karena pada dasarnya setiap manusia memiliki sisi
kelemahan dan sisi kebaikan.
Dengan demikian, dalam usaha mengembangkan diri,
tentu dimulai dari sisi lemah agar dapat melihat kekurangan
yang ada pada diri sendiri dan berusaha untuk
memperbaikinya. Sedangkan interaksi dari orang-orang yang
memberdayakan potensi positifnya orang lain akan membawa
dampak pada peningkatan kualitas hubungan antar pribadi
dan kualitas kelompok
Usaha untuk mengenal orang lain dapat dilakukan
dengan memperhatikan perilakunya, gayanya, gerak-
geriknya, penampilan dari setiap aktifitasnya, apa saja yang
biasa dilakukannya, siapa saja temannya, dan apa hobbi atau
kesenangannya, atau dengan cara mencari informasi tentang
orang tersebut dari orang-orang terdekatnya misalnya
keluarganya, tetangganya, dan teman dekatnya, atau
langsung dari yang bersangkutan kalau dirinya cukup
terbuka.
Maka antar individu akan terjadi rekatan (komitmen)
apabila setiap orang dapat mengenal dirinya sendiri dan
mengenal orang lain (teman satu kelasnya) dengan baik,
sehingga akan mempercepat proses penyesuaian diri dan
karenanya akan menjadi kelompok kelas yang kondusif
dalam kelancaran proses pencapaian tujuan bersama dalam
diklat. Salah satu alat yang biasa dipakai adalah dengan
menggunakan simulasi coat of arms. Dengan saling mengenal
kekuatan dan kelemahan diri setiap orang akan bisa
berkomunikasi dengan baik dan proposional, dan akan
mampu bekerjasama dengan tim yang solid.
Jadi Peran dan Fungsi Building Learning Commitment
(BLC) dalam Diklat adalah untuk mencairkan suasana,
mengenal kekuatan dan kelemahan pribadi, mengenal
kekuatan dan kelemahan orang lain, berkomunikasi secara
efektif, menciptakan suasana belajar yang kondusif dan
menyenangkan, menetapkan norma dalam belajar, membina
kelompok yang efektif, dan mensukseskan seluruh kegiatan
belajar selama diklat berlangsung.
BAB III
KERJASAMA DAN NORMA KELOMPOK

3.1 Kerjasama Kelompok


Manusia sebagai mahluk social pasti mempunyai banyak
kebutuhan yang ingin dapat terpenuhi, seperti kebutuhan
fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan social, kebutuhan
untuk dihargai dan kebutuhan aktualitas diri. Setiap manusia
tidak dapat memenuhi semua kebutuhannya sendirian, maka
untuk memenuhi kebutuhannya tersebut setiap individu
memerlukan bantuan orang lain, manusia hidup saling
membutuhkan atau saling tergantung. Hingga individu-individu
yang mempunyai keinginan, kebutuhan, kepentingan, atau
tujuan yang sama akan bergabung dalam suatu kelompok.
Kelompok adalah suatu unit yang merupakan sekelompok
atau sekumpulan dua orang atau lebih yang satu sama lain
berinteraksi dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan
secara bersama-sama dalam suatu wadah tertentu. Dan juga
dikatakan bahwa” Kelompok merupakan sekumpulan individu
yang mempunyai hubungan tertentu, yang membuat mereka
saling tergantung dalam ukuran-ukuran yang bermakna”
(Brodbeck dan Lewin, 1958). Serta dikatakan juga bahwa
“Kelompok merupakan sekumpulan orang-orang yang saling
berinteraksi satu sama lain secara tertentu selama jangka waktu
tertentu, dan mereka saling tergantung satu sama lain,
sehubungan dengan upaya mencapai tujuan umum tertentu”
(winardi, 1992)
Mengapa perlu kerja dalam kelompok? Karena bekerja
dalam kelompok, apabila terjadi suatu masalah resiko akan
ditanggung bersama, sumber lebih banyak dan terjadi proses
pembelajaran dari kelompok lain, kelemahan individu teratasi
oleh kelompoknya, kemampuan memecahkan masalah dan
mengambil keputusan lebih cepat. Dan perilaku individu dalam
kelompok, akan berorientasi pada tugas, mengambil inisiatif,
mencari informasi, mengumpulkan pendapat, memberikan
informasi, mencari pendapat, mengolah informasi,
mengkordinasikan dan menyimpulkan.
Belajar atau bekerjasama dalam kelompok dapat
menyediakan ruang setrategis dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang lebih mendasar (rendement paidagogik) dan
efek pengiring (nurturant effects), seperti kemauan dan
kemampuan bekerjasama, saling menghargai, toleransi, sikap
memperhatikan orang lain, rasa simpati dan sebagainya. Untuk
itu perlu dibangun komitmen pembelajaran (building learning
commitment).

3.2 Norma Kelompok


Norma kelompok adalah sutau cara melihat atau
memandang sesuatu yang dimiliki oleh suatu kelompok, berupa
sikap, nilai ataupun aturan permainan bersama (adam T.
Indrawijaya, 1986). Norma yang telah disetujui bersama atau
kelompok tersebut selanjutnya berkembang secara bertahap
dalam rangka mengatur perilaku positif para anggotanya. Norma
kelompok diperlukan agar dapat memberikan arah dan isi
tentang bagaimana anggota kelompok berinteraksi dan
berprilaku. Norma kelompok tercipta karena adanya tujuan
kelompok.
Norma kelompok dapat dirumuskan atau dinyatakan
dalam berbagai bentuk. Pada kelompok yang relative tidak
terlalu formal, mungkin norma kelompok dinyatakan dalam
bentuk consensus tak tertulis. Dalam kelompok formal dapat
berupa peraturan, pedoman pelaksanaan, anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga, dsb. Norma kelompok selalu ada
apapun bentuknya, karena norma kelompok dimaksudkan agar
dapat mempengaruhi perilaku anggotanya. Perilaku anggota
kelompok yang mengacu pada norma kelompok, dikenal sebagai
perilaku normative. Tetapi, dalam kenyataan, tidak semua
anggota kelompok berperilaku normative.
Hasil penelitian para ahli menunjukkan tentang kaitan
antara norma kelompok dengan penyesuaian perilaku, sebagai
berikut : “penyesuaian perilaku atau konformitas, adalah suatu
modifikasi perilaku anggota sejalan dengan norma kelompok.
Modifikasi perilaku ini dapat saja terjadi secara lahiriah saja
(kompliansi) atau terjadi karena diterima dengan separuh,
artinya baik lahiriah maupun batiniah (akseptasi)”
Selanjutnya Stanley E Seashore mengemukakan bahwa
tingkat keeratan hubungan dalam suatu kelompok menentukan
norma kelompok mengenai tingkat prestasi seseorang atau
kelompok. Hasil Penelitian seashore sampai kepada kesimpulan
bahwa terdapat korelasi antara tingkat keeratan hubungan
dengan tingkat-tingkat kepuasan anggota kelompok.
Dari penugasan kelompok kepada para peserta diklat,
aktivitas dapat dilanjutkan dengan kompetisi antar kelompok.
Kompetisi ini tentu ada aturannya dan kelompok pada akhirnya
diminta menggali pengalaman berkompetinsi tersebut.
Jadi norma adalah nilai-nilai yang menjadi dasar perilaku
kelompok agar kehidupan kelompok berlangsung dengan
harmonis. Norma kelompok ini dapat dipandang sebagai
komitmen kelompok walau tidak selalu tertulis. Norma kelompok
ini penting untuk dipahami bersama bila tidak ingin terjadi
“perilaku menyimpang” dalam kelompok. Norma kelompok
diperlukan dalam rangka memelihara keharmonisan interaksi
dalam kelas. Dengan adanya norma kelompok, berarti ada
norma yang mengatur tentang perilaku manusia yang diterima
atau ditolak berdasarkan kesepakan atau kepentingan
bersama/kelompok.
BAB IV
DAUR BELAJAR MELALUI PENGALAMAN

4.1 Belajar Melalui Pengalaman


Belajar terbaik bagi orang dewasa adalah belajar melalui
pengalaman (Exsperiencing). Belajar melalui pengalaman berarti
belajar berhadapan langsung dengan masalah praktis, masalah
social yang nyata, dan berupaya untuk memecahkannya. Cara
belajar berdasarkan pengalaman akan memberikan makna bagi
peserta. Tentu saja pembelajar harus berperan aktif dalam
situasi pembelajaran yang disiapkan oleh pengelola atau
Widyaiswara yang bertindak sebagai fasilisator. Pembelajar
didorong untuk berprakarsa, mengajukan usul, menemukan
cara terbaik untuk mempelajari suatu bahan.
Oleh karena itu, dalam pelaksanakan BLC pada suatu
diklat, lebih banyak memberi kesempatan kepada peserta untuk
mengalami / melakukan kegiatan, setelah itu baru diproses,
sesuai dengan siklus belajar melalui pengalaman. Proses ini
dilakukan berdasarkan asumsi bahwa dengan
melakukan/mengalami maka “Pelajaran” akan
tercapai/terkesan lebih lama dan mendalam pada diri peserta.
BLC sebagai proses dalam diklat biasanya orientasinya lebih
kepada pengembangan ranah rasa (afektif).
Fasilitator hendaknya berupaya untuk menciptakan iklim
pembelajaran yang kondusif agar setiap orang dapat
mengembangkan kemampuannya sebaik mungkin. Tujuan
Pembelajaran umum dan khusus dari setiap mata pelajaran
perlu diketahui dan ditangkap dengan jelas oleh setiap peserta
didik. Agar tujuan pembelajaran tercapai, sumber pembelajaran
perlu diorganisasikan sebaik-baiknya, agar memberikan manfaat
optimal bagi proses dan hasil pembelajaran.
Jadi kegiatan Building Learning Commitment (BLC)
memang berlatar belakang bahwa peserta akan belajar melalui
pengalaman dimana peserta akan dapat belajar memahami betul
makna dari setiap kegiatan BLC karena mereka mengalami
sendiri, bukan hanya mendengar atau melihat.

4.2 Tahapan Daur Belajar


Belajar melalui pengalaman akan efektif apabila dilakukan
melalui lima tahapan yang merupakan sebuah daur (Cycle) dan
disebut daur belajar melalui pengalaman. Tahapan daur belajar
melalui pengalaman tertuang dalam gambar di bawah ini.

Mengalami

Menerapkan
Mengungkapkan

Menggeneralisasikan
Mengolah/menganalisa

Gambar. Daur Belajar Melalui Pengalaman


Daur belajar melalui pengalaman (Experience learning
cycle) dilakukan dalam situasi yang dibuat atau dipolakan
(Structured Experience). Pola daur belajar melalui pengalaman
dilakukan karena peserta diklat adalah orang dewasa yang telah
memiliki berbagai pengalaman yang berbeda dan beragam.
Peserta deberi kesempatan untuk bertukar pengalaman (sharing
experiences). Dan semua peserta diperlakukan sebagai
narasumber, tugas widyaiswara sebagai fasilisator. Daur belajar
melalui pengalaman mengikuti urutan dari mengalami
(experiencing), mengungkapkan pengalaman, pikiran dan
perasaan (Publishing), mengolah dan menganalisis pengafaman
(analyzing), menggeneralisasikan pengalaman kedalam prinsip
umum (generalizing), dan mengaplikasi prinsip umum kepada
situasi baru (application the new principles to new situation).

4.3 Mengenal Gaya Belajar


Setiap manusia mempunyai gaya belajar yang berlainan
dalam menerima, memproses, dan meneruskan informasi. Para
peneliti menemukan ada satu indera kita yang dominan
digunakan sebagai gaya belajarnya yaitu: Visual, audotorial,
tactile dan kinestetik.
Tipe Kinestetic
Siapa Dia ??
1. Prof DR Howard Gardner (Multi Intelligent)
2. Boby De Porter ( Quantum Learning)
3. How to learn anything Quickly _Ricki Linksman)

1. Kecenderungan Pemanfaatan Sisi Otak


1) Otak Kiri
(1) Mengendalikan gerakan tubuh bagian kanan
(2) Menerima sensor dan input sentuhan dari bagian
tubuh kanan
(3) Memproses bahasa simbolik
(4) Komunikasi verbal
(5) Linier dan berurutan
2) Otak Kanan
(1) Kontrol Gerakan pada sisi kiri
(2) Menerima sensor dan input sentuhan dari sisi kiri
(3) Lemah dalam visual 3 dimensi
(4) Memproses pengalaman sensorik yang nyata saja :
pandangan, suara atau kesan tanpa kata-kata.
(5) Komunikasi non verbal
(6) Memandang segala sesuatu secara global dan
berpandangan luas

2. Kecenderungan Pemanfaatan Otak


1) Memperhatikan urutan waktu
2) Menganalisis dengan mengartikan setiap bagian informasi
3) Lebih senang mendengarkan kata daripada emosi
4) Senang musik
5) Kreatif dg materi nyata
6) Non-temporal
7) Menyimpulkan segala sesuatu secara menyeluruh
8) Memiliki kemampuan visual ruang yang bagus
9) Lebih senang merasakan emosi
10) Mengapresiasi musik
11) Kreatif dan imajinatif
12) Menyerap informasi secara visual dan menerjemahkannya
dalam bentuk simbol dan bahasa.
13) Lebih memperhatikan materi-materi yang tercetak.
14) Berpikir secara bertahap dan menyimpan data secara
sistimatis.
15) Dapat mengatur materi data secara sistimatis.
16) Senang membuat bagan dan grafik
17) Senang mengumpulkan semua informasi
18) Jika sedang berpikir melihat ke arah langit-langit,
pandangan mata ke kanan dan ke kiri
19) Bila bicara menatap lurus ke arah lawan bicara
20) Membutuhkan seseorang yang bisa diajak bicara
21) Tidak senang apabila lawan bicara tidak menatapnya
22) Menyerap informasi dengan mata dan sangat tertarik dg
gambar, simbol, grafik, warna, bentuk, design, ukuran,
dan hubungan antara ruang
23) Memproses stimuli secara simultan
24) Cukup sekali pandang dapat menangkap detail
25) Perhatian pada bentuk benda dan mudah terusik oleh
gangguan visual
26) Senang membayangkan sesuatu
27) Cenderung melihat ke arah langit-langit
28) Tidak terlalu peka terhadap waktu
29) Dapat memahami bacaan dengan lebih cepat

3. Tipe Auditori Otak Kiri


1) Mampu mendengarkan setiap penjelasan baik berupa
kalimat maupun angka
2) Senang berdiskusi
3) Dapat bekerja dengan baik bila disertai dengan data yang
akurat,fakta,figur,atau contoh yang statistik
4) Sangat sensitif pada penjelasan yang diberikan pada orang
lain bila ada kesalahan
5) Pembicara yang sangat hebat dan dapat menikmati
pembicaraan orang lain

4. Tipe Auditori Otak Kiri


1) Mampu menghidupkan suasana
2) Memiliki keterampilan bahasa Verbal yang sangat baik
3) Mampu mengkaitkan materi pembicaraan dengan
pembicaraan tokoh-tokoh terkenal
4) Membutuhkan Stimuli auditori terus menerus
5) Tidak betah dengan kesunyian

5. Tipe Auditori Otak Kanan


1) Sangat peka terhadap musik,suara-suara, irama, nada
suara dan memiliki sensor kata yang sangat kuat
2) Peka terhadap suara
3) Merasa terganggu dengan suara nyaring
4) Suka Travelling dan menjauhi dari kebisingan kota
5) Sangat menyukai suara alam
6) Memiliki selera musik yang bagus
7) Tidak akan merasa nyaman jika tidak ada Stimuli Auditori
6. Tipe Auditori Otak Kanan
1) Tidak suka membuat kontak mata dengan pembicara
2) Paham dengan komunikasi non Verbal dan ada suara
3) Dapat membaca pikiran negatif pada diri seseorang
4) Mampu membaca pikiran dan perasaan orang lain
5) Peka, tidak banyak bicara, tetapi memahami semua yang
terjadi di sekelilingnya
6) Memiliki kepribadian terbuka
7) Cepat mencari topik pembicaraan baru

7. Tipe Tactile Otak Kiri


1) Belajar setahap demi setahap dengan menggunakan
simbol, huruf, angka, dan kata
2) Belajar dengan menggunakan tangan dan jari, memakai
indra peraba dan emosi
3) Jika berpikir suka memegang pulpen atau pensil untuk
membantu mereka berpikir
4) Sangat sensitif pada bahasa Non Verbal
5) Memahami pesan yang ingin disampaikan pada orang lain

8. Tipe Tactile Otak Kiri


1) Sensitif pada perasaan orang lain dan mudah terluka
2) Berpikir dengan hati dan mengekspresikan pemikirannya
secara Verbal atau tertulis
3) Belajar dengan melibatkan fisik emosi
4) Banyak menghabiskan waktu bersama teman, keluarga
5) Mendapatkan ide baru melalui intuisi dan menguraikan
dengan pendekatan bertahap
6) Bersemangat dengan ide-ide

9. Tipe Tactile Otak Kanan


1) Cenderung sensitif dan berpikir global
2) Belajar dengan menggunakan tangan dan jari-jemari,
indra peraba dan juga emosi
3) Suka menggunakan intuisi, bahasa yang mengungkapkan
perasaan
4) Pandai membaca dan mengekpresikan bahasa Non Verbal
5) Sangat sensitif pada perasaan orang lain
6) Mudah larut atau tersentuh oleh film dan buku-buku

10. Tipe Tactile Otak Kanan


1) Ingin merasa senang
2) Banyak menghabiskan waktu untuk berkomunikasi
3) Mempertahankan kontak mata agar bisa membaca ekpresi
orang lain
4) Berpikir dengan hati, mendapatkan ide-ide dan informasi
baru secara intuitif
5) Bekerja dengan cara orisinil dan imajinatif

11. Tipe Kinestetik Otak Kiri


1) Berpikir dengan cara yang terorganisir,sistematis dan
disertai gerakan otot-otot tubuh
2) Dapat melakukan aktivitas Verbal dengan cara sistimatis
dan terstruktur
3) Suka banyak bergerak dan tidak bisa duduk diam di suatu
tempat
4) Berkonsentrasi dengan menggerak-gerakkan tubuhnya
5) Membutuhkan ruang gerak dan tempat yang nyaman
untuk rileks
6) Tidak nyaman bila tidak ada yang dikerjakan
7) Sangat bangga dengan prestasi,kemenangan dan
tantangan serta penemuan baru
8) Senang bekerja dalam kelompok
9) Senang berinteraksi dengan orang yang berbeda-beda
10) Suka membaca dan sekaligus memperhatikan

12. Tipe Kinestetik Otak Kanan


1) Belajar dengan menggerakkan otot-otot motorik secara
imajinatif, kreatif, tapi tidak terstruktur
2) Tidak berpikir dalam uraian kata-kata tapi mengumpulkan
informasi secara intuitif
3) Resah dan tertekan bila harus duduk dalam waktu lama
4) Terlihat seperti Hyperaktif
5) Tipe ini dapat memikirkan beberapa masalah sekaligus
6) Bekerja secara implusif,cepat dan ingin segera melihat
hasilnya.
7) Suka berpindah aktivitas, dan kurang memperhatikan
kesempurnaan pekerjaan
8) Suka melihat sesuatu sebagai gambaran yang luas
9) Suka mengusulkan ide dan mengerjakan sambil lalu
10) Membutuhkan tipe lain untuk melaksanakan idenya
11) Berorientasi pada tujuan dan nenangani banyak proyek
sekaligus
12) Bekerja dengan kreatifitas dan imajinasi
13. Learning Disabilities
1) I am My Position ( Saya adalah Posisi Saya)
2) The Enemy is Out There (Musuh penyebab masalah berada
di luar sana)
3) The Illusion of Taking Charge (Ilusi tanggungjawab)
4) The Fixation on event (Terpaku pada peristiwa-peristiwa)
5) The Delutions of Learning from experience (kesalah
pahaman dalam mengambil pelajaran dari pengalaman)
6) Mitos tim-manajemen (the myth of the management team)
7) The Parable of boiled frog (Ceritera perumpamaan kodok
rebus)
BAB V
KOMITMEN BELAJAR

5.1 Konsep Membangun Komitmen Belajar


Belajar adalah Proses aktif yang menghasilkan perubahan
perilaku, baik berupa pengetahuan, keterampilan maupun sikap
perilaku ( Cyles O Houle ). Dalam proses pembelajaran, belajar
dilakukan oleh individu maupun kelompok. Oleh karena itu
diperlukan suatu komitment agar mencapai hasil yang
maksimal.
Komitmen merupakan kekuatan yang bersifat relatif dan
individu dalam mengidentifikasikan keterlibatan dirinya kedalam
bagian organisasi, penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan
organisasi, kesiapan dan kesediaan untuk berusaha sungguh-
sungguh atas nama organisasi, dan keinginan untuk
mempertahankan keanggotaan di dalam organisasi atau menjadi
bagian dari organisasi (Porter Mowday, dkk, 1982, 27)
Apa yang kita artikan dengan komitmen (commitment)?
komitmen atau keikatan adalah janji atau kesanggupan yang
pasti untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.
Kelas dalam suatu diklat dapat dianggap sebagai kelompok
social yang memiliki batasan atau aturan yang perlu ditaati oleh
semua anggota yang tergabung didalamnya, agar tujuan
pembelajaran, yang merupakan kepentingan bersama tercapai
dengan sebaik-baiknya dan berkualitas. Didalamnya ada norma
yang mengandung nilai, norma merupakan aturan main yang
perlu di taati, dan semua anggota kelompok harus komit
terhadap norma yang disepakati bersama. Sesuatu yang dilarang
norma berarti mengandung nilai buruk bagi kelompok, dan
sesuatu yang di haruskan dan dituntut untuk ditaati dan
dilaksanakan, mengandung nilai baik.
Setiap kelompok atau tim terdiri atas dua orang atau lebih
yang bekerjasama atas dasar saling mempercayai, saling
menghargai, saling membantu, saling belajar, dan saling
pengertian dalam suasana yang menyenangkan dan
menyelesaikan suatu tugas atau suatu masalah tertentu.
Didalam tim perlu dipupuk rasa kebersamaan, keakraban, tukar
menukar pengetahuan, dan tukar menukar pengalaman. Dalam
operasionalisasinya terlibat unsur kepemimpinan, komunikasi,
peran dan fungsi, serta pemecahan masalah dan pengambil
keputusan.
Terbinanya suatu tim yang kompak dimulai dari tahapan
pembentukan tim (forming), pennggugahan (storming),
penetapan norma (norming), pelaksanaan kegiatan (performing),
dan mentransformasikan generalisasi prinsip kesituasi baru
(transforming), Sebagai perekat tim adalah TORI yaitu saling
mempercayai (mutual trust), keterbukaan jiwa (open
Mindedness) bertanggung jawab (responsibility) dan saling
ketergantungan antar anggota yang satu dengan anggota yang
lainnya dalam tim pembelajaran (interdependency).

5.2 Merumuskan Komitmen Belajar


Dalam merumuskan komitmen belajar dilakukan beberapa
kegiatan dengan beberapa instrumen seperti: game/bermain,
simulasi, mengisi angket, diskusi kelompok dan lain-lain.
Misalnya sebagai langkah awal peserta saling mengenalkan diri
masing-masing dan juga mengenalkan karakternya dengan
proses sebagaimana berikut ini:
1. Coba saudara perhatikan gambar Coat of arms yang ada
dihadapan saudara, Pada kotak persegi empat yang ada
ditengah-tengah, tuliskan nama panggilan yang paling
disenangi, dan paling mudah diingat-ingat oleh teman-teman,
Tulislah nama anda tersebut dengan huruf balok dan cukup
besar agar mudah dibaca
2. Pada kotak No. 1 tuliskan dua kebiasaan baik dalam belajar
yang saudara miliki, yang mendorong kearah kesuksesan
dalam belajar.
3. Pada kotak No 2 tuliskan dua kebiasaan buruk anda dalam
belajar yang sering kali menghambat hasil belajar
4. Tulislah dua prinsip yang saudara tanamkan kepada anak,
adik atau yang lainnya dirumah, pada kolom No.3
5. Tulislah pada kolom No 4, dua prinsip yang saudara
tanamkan kepada bawahan atau teman di kantor tempat
anda bekerja.
6. Pada kolom No 5 tuliskanlah dua mata pelajaran yang paling
anda sukai pada saat saudara belajar di sekolah (SD s.d.
SLTA)
7. Pada kolom No. 6 tulislah dua mata diklat yang paling
saudara sukai selama saudara mengikuti diklat (diklat apa
saja dan kapan saja)
COAT OF ARMS

KEBIASAAN BAIK KEBIASAAN BURUK

1 2

PRINSIP PRINSIP
YANG DITANAMKAN YANG DITANAMKAN
KEPADA BAWAHAN/
TEMAN
3 4

MATA PELAJARAN MATA DIKLAT


YANG PALING YANG PALING
ANDA SUKAI ANDA SUKAI

5 6

Setelah itu mendiskusikannya, setiap peserta hendaknya


mengerti dan memahami karakter masing-masing peserta
lainnya sehingga hafal dengan ciri-ciri masing-masing peserta
atau anggota kelompoknya untuk dapat saling menghargai,
memaklumi dan dapat menyesuaikan diri agar dapat diterima
dalam kelompoknya. Dan sebagai fasilitator mencoba memproses
pendapat-pendapat yang dikemukakan peserta, serta memimpin
pemilihan ketua kelas yang disepakati.
Kemudian pada tahap berikutnya peserta berdiskusi
untuk merumuskan komitmen belajar yang disepakati bersama
melalui proses berikut ini:
1. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok diskusi;
2. Setiap kelompok diminta mengidentifikasikan nilai-nilai
kebaikan yang akan dipedomani selama proses pembelajaran
yang berlangsung;
3. Setiap kelompok diminta mengidentifikasikan nilai-nilai
keburukan yang diyakini akan menggagalkan tujuan
pembelajaran yang berlangsung;
4. Setiap kelompok diminta mempresentasikan hasil
kelompoknya;
5. Kemudian diminta satu orang bertindak sebagai moderator
untuk menggabungkan dan menyimpulkan hasil ahir yang
utuh nilai-nilai mana yang disepakati dan yang tidak
disepakati selama proses pembelajaran berlangsung.
Hingga pada akhir kegiatan ini, peserta diminta untuk:
Menyepakati dan komit terhadap beberapa prinsip belajar, misal
peserta harus berprilaku :
1. Berdisiplin dalam mengikuti diklat
2. Bertanggung jawab
3. Tekun dalam belajar
4. Bertanya bila belum jelas
5. Memanfaatkan sumber belajar optimal
6. Saling membantu
7. Serius, Santai dan Selesai
Dan peserta tidak berprilaku
1. Malas
2. Acuh tak Acuh
3. sombong
4. Egois, dll
Nilai-nilai yang disepakati itulah yang merupakan hasil
final dari “Building Learning Commitment” dan ditempelkan
diruang belajar.
Peran dan fungsi anggota tim
1. Perilaku individu yang berorientasi pada tugas, yaitu :
1) Pengambil inisiatif
2) Pencari informasi
3) Pengumpul pendapat
4) Pemberi informasi
5) Pencari pendapat
6) Pengolah dan elaborator (pemerinci)
7) Pengkoordinasi
8) Pengumpul atau penyimpul pendapat
2. Perilaku individu yang berorientasi pada pemeliharaan
kelompok
1) Pendorong
2) Penjaga Pintu
3) Pembuat norma kerja
4) Pengikut
5) Pengekspresi perasaan kelompok
3. Perilaku individu yang berorientasi pada diri sendiri, yaitu :
1) Penentang dan pengkritik
2) Penghalang
3) Pendominasi
4) Penyaring
5) Pencari Simpati
6) Penyokong tertentu
7) Pengganggu
8) Pencari nama
9) Acuh tak acuh terhadap kegiatan kelompok yang sedang
berlangsung
Komitmen bersama ini disepakati dan dipatuhi dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran, bila ada peserta melanggar
peserta lain akan mengingatkannya. Juga Building Learning
Commitment (BLC) sangat bermanfaat untuk menciptakan
pembelajaran yang kondusif, aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan.
BAB VI
KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan
Building Learning Commitment (BLC) merupakan salah
satu teknik berhubungan antar manusia yang dapat digunakan
dalam proses pengajaran, untuk meningkatkan kualitas
hubungan individu dalam kelompok atau kelas, dengan
pendekatan androgogi. Karena itu, agar peserta berpartisipasi
aktif, dalam prosesnya menggunakan siklus belajar orang
dewasa.
Dengan demikian, banyak dilakukan kegiatan-kegiatan
dan instrumen-instrumen yang dapat memberi pengalaman
belajar seperti kegiatan bermain, simulasi, diskusi kelompok dan
semacamnya, kegiatan-kegiatan BLC ini dalam rangka
terciptanya suasana pembelajaran yang kondusif dan
terbentuknya kelompok/kelas yang sinergis. Setiap kegiatan,
selalu diawali dengan tahap persiapan, baru dilakukan tahap
pelaksanaan dan diakhiri dengan tahap evaluasi/refleksi.

6.2 Saran
Dengan adanya kegiatan mengajar yang sering
widyaiswara dapat dituntut untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas. Amin.

DAFTAR PUSTAKA

De Poter & Mike Hernacki, 1999. ”Quantum Learning,


Membiasakan Belajar Nyaman Dan Menyenangkan”,
Terjemahan Alawiyah Abdurrahman, Jakarta, KAIFA.

Elis, Steven K, 1998. “How to Strive Training Assigment, Reading


Massachussetts; Addison Wesley Publishing
Company, Inc.

Poni, Tonny, 1991. “Developing Effective Training Skills”,


London : Mac Graw Hill Book Company.

Ramli, Haris. Dr., MSc, 2005. ”Dinamika Kelompok”, Jakarta :


Pusdiklat Departemen Agama.

H. Ramli, Haris. Dr., MSc, H. M. Azam Romly, Drs., 2006. “Building


Learning Commitment (BLC), Jakarta: Pusdiklat
Departemen Agama.

Sri Martini, Dra., MPA, Sumarno, Drs., 2002. “Dinamika


Kelompok”, Jakarta, Lembaga administrasi Negara RI.
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam bagi junjungan kita
Nabi Muhammad SAW, keluarganya dan para pengikutnya hingga
hari kiamat.
Dengan rasa syukur kehadirat Allah Ta’ala atas segala
limpahan rahmat, taufik hidayah dan inayahNya semata, modul
dengan judul “Building Learning Commitment (BLC)” ini dapat
terselesaikan, modul tersebut sebagai bahan ajar dalam Diklat
Penyuluh Agama Islam yang diselenggarakan Balai Diklat Keagamaan
Jakarta Departemen Agama RI.
Kami sadari, modul ini masih banyak kekurangan dan
kesalahannya karena keterbatasan penulis, maka agar dapat
memenuhi kebutuhan pembaca, penulis mohon tanggapan, saran
dan kritiknya untuk perbaikan modul ini. Semoga modul ini dapat
menjadi hazanah ilmiyah dan bermanfaat.
Terima kasih.

Jakarta, 6 Maret 2007

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................... i


DAFTAR ISI .............................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah................................................. 1
Deskripsi Singkat............................................................ 2
Tujuan Pembelajaran Umum.......................................... 2
Tujuan Pembelajaran Khusus......................................... 2
Pokok Bahasan............................................................... 3

BAB II PERAN DAN FUNGSI (BLC)


2.1 Peran Building Learning Commitment (BLC).............. 4
2.2 Mengenal Diri Sendiri dan Orang Lain....................... 5
2.2.1 Mengenal Diri Sendiri .................................... 5
2.2.2 Mengenal Orang Lain..................................... 6

BAB III KERJASAMA DAN NORMA KELOMPOK ........................


Kerjasama Kelompok...................................................... 9
Norma Kelompok............................................................. 10

BAB IV DAUR BELAJAR MELALUI PENGALAMAN


Belajar Melalui Pengalaman............................................ 13
Tahapan Daur Belajar .................................................... 14
Mengenal Gaya Belajar................................................... 15

BAB V KOMITMEN BELAJAR


5.1 Konsep Membangun Komitmen Belajar...................... 23
5.2 Merumuskan Komitmen Belajar............................... 24
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan................................................................ 30
6.2 Saran......................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 31


BUILDING LEARNING COMMITMENT

(BLC)

DI SUSUN OLEH;
UCU MACHASIN

DEPARTEMEN AGAMA
BALAI DIKLAT KEAGAMAAN JAKARTA
TAHUN 2007

BUILDING LEARNING COMMITMENT

(BLC)

Mengetahui, Jakarta, 06 Pebruari 2007


Kepala Balai Diklat Keagamaan Jakarta Widyaiswara,

Ir. Hj. SUNARINI, M.Kom UCU MACHASIN


NIP. 150 239 506 NIP. 150 324 1296 Pebruari 2007
Jakarta,
Widyaiswara,

UCU MACHASIN
NIP. 150 324 129

DEPARTEMEN AGAMA
BALAI DIKLAT KEAGAMAAN JAKARTA
TAHUN 2007

You might also like