Professional Documents
Culture Documents
2016
iv Buku Petunjuk Praktikum Semester II
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumwr.wb.
Alhamdulillaahirobbil’alamin,
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya berkat nikmat dan inayahNya Buku
Petunjuk Praktikum ini berhasil tersusun.
Buku ini disusun untuk memudahkan mahasiswa dalam pelaksanaan praktikum biomedis di semester Genap
tahun I (blok 5, 6, 7 dan 8), sebagai dasar untuk mempelajari ilmu-ilmu kedokteran klinis.
Diharapkan mahasiswa dapat melaksanakan seluruh tugas dalam acara praktikum (persiapan, pretest, kegiatan
praktikum, post test, dan penyusunan laporan praktikum/tugas), sehingga dapat menambah kognitif yang sesuai
dengan kompetensi utama dalam bidang ilmu kedokteran dasar bahwa seorang dokter harus mampu mengintegrasikan
ilmu pengetahuan biomedik yang relevan sebagai sumber keilmuan dan berbagai data penunjuang untuk diagnosis
dan tindakan medic Kedokteran.
kami mengucapkan terimakasih kepada narasumber yang telah bersedia menyusun dan mengumpulkan bahan
penyusunan buku praktikum ini dan pihak-pahak yang membantu sehingga dapat tersusun buku petunjuk praktikum
dengan baik.
Kami sadar bahwa dalam penyusunan buku petunjuk praktikum ini masih banyak kekurangan dan kesalahan,
untuk itu kami mohon maaf,dan saran serta kritik kami harapkan untuk memperbaiki buku ini di waktu mendatang.
Akhirnya, ada pepatah yang indah bila didengar dan lebih indah lagi bila dilaksanakan “Seeing Once is Better than
Hearing Many Times, Doing Once is better than Seeing Many Times”. Semoga buku petunjuk praktikum ini dapat
dilaksanakan sesuai tujuan yang diharapkan.
Wassalam’alaikumwr.wb.
Tim Penyusun
Buku Petunjuk Praktikum Semester II iii
DAFTAR ISI
PRETEST
1. Mengikuti pretest adalah syarat mahasiswa mengikuti kegiatan praktikum.
2. Sebelum kegiatan belajar dimulai, dilaksanakan pretest.
3. Bagi mahasiswa yang terlambat namun pretest masih berlangsung, diperbolehkan mengikuti pretest tanpa
penambahan waktu. Bagi mahasiswa yang terlambat namun pretest sudah selesai, maka tidak
diperkenankan mengikuti acara praktikum dan harus mengikuti inhal praktikum.
4. Mahasiswa tidak diperkenankan mengikuti kegiatan praktikum bila nilai pretest < 50
5. Mahasiswa wajib mengerjakan pretest dengan jujur, bila melakukan kecurangan (mencontek teman,
bekerjasama, membuat dan menggunakan contekan, dll) ataupun tindakan mencurigakan yang lain (tengak-
tengok, lirak-lirik, berbisik/berbicara dengan teman, menggunakan HP, dll), maka asisten berhak memberikan
peringatan dan sanksi (pengurangan nilai, pembatalan pretest, dan/ atau mengeluarkan mahasiswa tsb). Tidak
diperkenankan mencoret jawaban, menggunakan tip x untuk mengganti jawaban atau menggunakan pensil
pada saat mengerjakan pretest.
KETENTUAN PAKAIAN
1. Mahasiswa yang mengikuti praktikum wajib menggunakan jas praktikum, dikancingkan rapi sesuai dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Jas panjang putih selutut. Jas praktikum bukan jas dokter.
b. Di bagian dada kanan terdapat badge nama mahasiswa tertulis lengkap dan PD-FKIK UMY sebagai
identitas diri pemilik jas laboratorium.
c. Di bagian dada kiri terdapat badge logo UMY sebagai identitas almamater pemilik jas
laboratorium.
d. Terdapat dua kantong di sisi kanan dan kiri bawah depan jas laboratorium.
2. Bagi mahasiswa yang tidak membawa jas praktikum sesuai ketentuan, tidak diperkenankan mengikuti
kegiatan belajar.
3. Mahasiswa yang mengikuti praktikum wajib berpenampilan sopan dan rapi serta berbusana sesuai
dengan ketentuan yang berlaku :
Laki -laki :
a. Menggunakan atasan kemeja kain / kaos yang berkerah, tidak berbahan jeans atau menyerupai jeans dan
dikancingkan rapi.
b. Menggunakan bawahan celana panjang kain, tidak berbahan jeans atau menyerupai jeans.
c. Rambut pendek tersisir rapi, tidak menutupi telinga dan mata serta tidak melebihi kerah baju.
d. Kumis dan jenggot dipotong pendek dan tertata rapi.
Buku Petunjuk Praktikum Semester II vii
e. Tidak diperkenankan menggunakan peci atau penutup kepala lainnya selama kegiatan belajar
berlangsung.
f. Menggunakan sepatu tertutup dengan kaos kaki.
g. Tidak diperkenankan mengenakan perhiasan.
Perempuan :
a. Mengenakan jilbab tidak transparan dan menutupi rambut, menutupi dada maksimal sampai lengan.
b. Mengenakan atasan atau baju terusan berbahan kain, tidak berbahan jeans atau yang menyerupai
jeans maupun kaos, tidak ketat maupun transparan serta menutupi pergelangan tangan.
c. Mengenakan bawahan berupa rok atau celana kain panjang longgar, menutupi mata kaki tidak berbahan
jeans atau menyerupai jeans maupun kaos, tidak ketat maupun transparan dengan atasan sepanjang
kurang lebih 5 cm di atas lutut,.
d. Menggunakan sepatu yang menutupi kaki, diperbolehkan menggunakan sepatu berhak tidak lebih dari 5
cm.
e. Kuku jari tangan dan kaki dipotong pendek rapi dan bersih
INHAL
1. Inhal bagi mahasiswa bila nilai pretest < 50
2. Inhal diperuntukkan bagi mahasiswa dengan alasan apapun tidak mengikuti praktikum dan untuk mahasiswa
yang inhal pretest.
3. Mahasiswa yang inhal lebih dari 4x untuk jumlah topik < 9 dan 8x untuk jumlah topik > 8 dari jumlah topik
praktikum /blok tidak diperkenankan mengikuti RESPONSI dan harus mengulang pada akhir semester
atau pada blok yang akan datang
4. Biaya inhal (tidakmengikutipraktikumataupuninhalpretest) sebesar Rp.40.000,-/topikdandibayarkan dengan
mengambil formulir pembayaran di FO Dekanan FKIK UMY dan dibayarkan di bank
5. Inhal dilaksanakan pada blok yang sedang berjalan , sebelum pelaksanaan responsi
viii Buku Petunjuk Praktikum Semester II
RESPONSI
1. Responsi dilaksanakan pada akhir blok bersangkutan, untuk mengevaluasi kemampuan kognitif maupun
attitude mahasiswa pasca kegiatan praktikum .
2. Mahasiswa diperkenankan mengikuti responsi jika telah menyelesaikan semua (100%) kegiatan praktikum
pada blok yang bersangkutan.
3. Mahasiswa dinyatakan lulus responsi dengan nilai ≥ 60.
4. Mahasiswa yang tidak lulus responsi wajib mengikuti remediasi (CBT) sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Demikian ketentuan tata tertib ini dibuat demi kelancaran dan kesuksesan kegiatan praktikum PSPD FKIK UMY. Hal-hal
lain yang belum tercantum dalam ketentuan ini akan diatur kemudian sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
Dr. Alfaina Wahyuni, Sp. OG., M.Kes Dr. Ardi Pramono, Sp. An., M. Kes
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 1
Blok 5
Indera & Integumentum
2 Blok 5 Indera & Integumentum
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 3
PRAKTIKUM
Anatomi
4 Blok 5 Indera & Integumentum
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 5
A. PENDAHULUAN
Anatomi sering diartikan sebagai ilmu urai tubuh oleh karena mempelajari bentuk dan susunan tubuh manusia
sampai pada bagian terkecil. Tubuh manusia merupakan kesatuan dari beberapa sistem antara lain :
- Sistem kulit ( Integumentum )
- Sistem otot dan tulang ( Systema musculosceletale )
- Sistem syaraf ( Systema nervosum )
- Sistem pencernaan ( Systema digestoria / gastrointestinale )
- Sistem peredaran darah ( Systema cardiovasculare )
- Sistem pernafasan ( Systema respiratoria )
- Sistem perkemihan ( Systema urinaria )
- Sistem reproduksi ( Systema genitalia )
Sistem-sistem tersebut diatas tersusun oleh organ-organ penyusunnya yang berkerja saling mempengaruhi satu dengan
lainnya.
Praktikum anatomi bertujuan untuk mengenal, mengidentifikasi bentuk dan susunan manusia secara terperinci.
Dengan pengetahuan ini praktikan (mahasiswa yang mengikuti praktikum) diharapkan dapat memahami susunan
tubuh secara keseluruhan sebagai satu kesatuan fungsional.
Praktikum anatomi bagi mahasiswa pendidikan dokter pada semester 2 ini meliputi :
I. Blok 5 dengan materi sebagai berikut :
1. Organon visus
2. Organon vestibulocochlear
Di laboratorium.
a. Memasuki ruang laboratorium sebelum waktu praktikum dimulai.
b. Mengikuti pretes dengan baik.
c. Siapkan Atlas, gambar-gambar, buku petunjuk dan kertas untuk catatan.
d. Ambilah preparat atau sarana praktikum yang ada.
6 Blok 5 Indera & Integumentum
e. Kenalilah bentuk, nama, jenis, hubungannya satu sama lain dan kalau mungkin fungsinya dengan
cara mencocokkan benda aslinya dengan gambarnya serta teori yang ada.
f. Tanyakan hal-hal yang meragukan/tidak diketahui kepada Assisten/Dosen yang membim- bing.
Selesai Praktikum.
a. Kembalikan dan rapikan preparat dengan tertib.
b. Buat catatan terhadap hal-hal yang penting.
c. Ikuti/ kerjakan Post test atau tugas-tugas yang diberikan.
d. Klarifikasikan pengetahuan yang masih meragukan dengan Asisten/ Dosen.
D. SISTEM PENILAIAN
Penilaian praktikum meliputi :
1. Tentamen (ujian praktikum) 50%
2. Pre-test 20%
3. Laporan 10%
4. Kegiatan 10%
(meliputi keaktifan, sikap dan perilaku, interaksi dalam kelompok selama praktikum )
5. Post-test 10%
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 7
1. ORGANON VISUS
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat :
1. Menjelaskan dan mengidentifikasi tulang-tulang penyusun cavum orbita.
2. Menjelaskan dan mengidentifikasi otot ekstraokuler, inervasi dan fungsinya.
3. Menjelaskan dan mengidentifikasi lapisan-lapisan dinding bulbus oculi.
4. Menjelaskan dan mengidentifikasi struktur anatomi dalam bulbus oculi.
5. Menjelaskan dan mengidentifikasi apparatus lacrimalis.
6. Menjelaskan inervasi dan vacularisasi organon visus.
Skenario
Antik, 12 tahun. Sepulang sekolah mengeluh mata kanannya terasa pedih, keluar air, banyak kotoran dan silau jika
melihat sinar. Oleh ibunya Antik dibawa ke Puskesmas. Dari pemeriksaan didapatkan mata kemerahan, sekret
banyak, tidak ada gangguan visus dan tidak ada gangguan pergerakan mata. Kata dokter Antik menderita infeksi
conjunctiva.
PERTANYAAN MINIMAL
1. Dimana letak conjunctiva? Jelaskan dengan gambar orbita potongan sagital dan jelaskan pula dinding
orbita yang lain!
2. Mengapa tidak ada gangguan visus pada kasus diatas? Jelaskan lintasan cahaya mulai dari tempat masuk
sampai bisa melihat!
3. Mengapa keluar airmata yang berlebihan? Jelaskan aliran airmata!
4. Pada pemeriksaan tidak didapatkan gangguan pergerakan bola mata. Menurut anda apa tujuan dari
pemeriksaan ini? jelaskan bangunan yang terlibat dalam pergerakan bola mata , fungsi dan inervasinya!
5. Mengapa mata Antik kemerahan?
6. Jelaskan vascularisasi dan inervasi orbita!
Petunjuk Identifikasi
Petunjuk : temu tunjukkan struktur anatomi yang tercetak miring dibawah ini!
2. Skeletal
Bangunan skeletal pada orbita :
- Cavum orbitae : berbentuk piramid dengan dinding 4 sisi, aditus orbita sebagai basis dan puncaknya foramen
opticum yang berada di sebelah posterior agak medial. Pelajari kembali bangunan- bangunan yang
membentuk cavum orbita (Anatomi I)!
5. Apparatus Lacrimalis
Merupakan bangunan-bangunan yang memproduksi, saluran dan tempat bermuaranya air mata.
Tempat produksi : glandula lacrimalis
Saluran yang dilalui berturut-turut : Ductus lacrimalis mulai di punctum lacrimalis superius dan
inferius - ampula lacrimalis - saccus lacrimalis - ductus nasolacrimalis
Ductus nasolacrimalis terdapat di dalam canalis nasolacrimalis dan bermuara di meatus nasalis
inferior.
6. Vascularisasi
Arteria opthalmica (cabang dari a. carotis interna, masuk cavum orbitae melalui foramen opticum)
Cabang-cabangnya adalah :
a. a. centralis retina
b. a. lacrimalis, menuju ke glandula lacrimalis
c. aa. ciliares posterior, terdiri dari :
- aa. ciliares posterior brevis, menembus sclera disekleiling n. optici, masuk ke dalam lamina
vasculosa dan lamina choriocapillaris. Di dalam scela membentuk circulus vasculosus n. optici
- aa. ciliares posteriores longus, berjalan di sebelah nasal dan temporal n. optici, dan ke iris
membentuk circulus arteriae iridis major di pangkal iris dan circulus arteriae iridis minor di tepi
iris yang berjalan meridional.
d. rr. musculares, untuk mm. recti bulbi, berlanjut sebagai aa. ciliares anterior
e. supraorbitalis, datang dari kranial m. levator palpebrae superior, meninggalkan orbita melalui
foramen supraorbitale
f. a. ethmoidalis posterior
g. a. ethmoidalis anterior
h. a. frontalis
i. aa. palpebralis medialis
j. a. dorsalis nasi setelah menembus septum orbita, di sebelah cranial dari lig. palpebrae medialis.
Arteri ini merupakan cabang akhir dari a. ophthalmica.
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 11
7. Inervasi
N. Opticus (N. cranialis II)
- Masuk cavum orbita melalui foramen opticum, untuk menembus bulbus oculi melalui discus
opticus.
N. Ophthalmicus
- Cabang dari N. V (N. Trigeminus), bersifat sensoris
- Masuk ke orbita melalui fissura orbitalis superior,
- Bercabang menjadi :
- n. frontalis : ke kulit palpebra superior, kening dan kepala
- n. lacrimalis : mengandung serabut sekretomotoris melalui serabut parasimpatis dari n. VII (n. facialis)
ganglion pterigopalatinum dan cabang-cabang n. mandibularis dan serabut simpatis
(antisekretoris) bagi glandula lacrimalis
- n. nasociliaris : mempercabangkan n. ciliaris longus dan n. ciliaris brevis
- n. ciliaris longus memasuki sclera pada separuh bagian anterior mata dan merupakan serabut sensoris
bagi refleks cornea, juga mengandung serabut simpatis yang menginervasi m. dilatator pupil dan mm.
constrictor vasorum mata.
- n. ciliaris brevis menuju sclera pada separuh bagian posterior mata, mengandung serabut sensoris
dan serabut parasimpatik postganglioner dari ganglion ciliare yang juga menerima serabut dari N. III,
menuju kedua otot polos mata, yaitu m. constrictor pupil dan m. ciliaris.
- Akhir n. nasociliaris adalah n. infratrochlearis yang bersifat sensorik untuk saccus lacrimalis
dan mucosa sekitarnya
Ganglion ciliare
12 Blok 5 Indera & Integumentum
8. Aspek Klinis
Glaukoma (peningkatan tekanan intraokuler)
Gangguan perlekatan iris pada cornea atau lensa disebut synechia
Kekeruhan pada lensa disebut katarak
Strabismus
Ptosis (kelumpuhan m. levator palpebra superior)
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 13
2. ORGANON VESTIBULOcOcHLEARE
A. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan dapat :
1. Menjelaskan dan mengidentifikasi struktur anatomi pada auris externa.
2. Menjelaskan dan mengidentifikasi struktur anatomi auris media beserta fungsinya.
3. Menjelaskan dan mengidentifikasi struktur anatomi auris interna beserta fungsinya.
4. Menjelaskan inervasi dan vascularisasi organon vestibulocochlear.
B. Skenario
Sejak pagi Antok, 20 tahun, mengikuti kegiatan pengobatan massal di Kaliurang. Sore harinya dia pulang ke Yogyakarta
dengan mengendarai sepeda motor. Sampai di rumah dia mengeluh pendengarannya berkurang dengan tiba-
tiba. Sebelumnya Antok tidak influensa dan tidak pilek.
PERTANYAAN MINIMAL
1. Apa yang terjadi dengan pendengaran Antok? Mengapa bisa demikian?
2. Jelaskan proses mendengar dan struktur anatomi yang terlibat?
3. Apa fungsi tuba auditiva ? Jelaskan strukturnya!
4. Jelaskan vascularisasi dan inervasi organ pendengaran!
C. Petunjuk Identifikasi
Petunjuk : temu tunjukkan struktur anatomi yang tercetak miring dibawah ini!
1. Auris Externa
Pada auricula terdapat : cartilago auriculae - berlanjut menjadi cartilago meatus acusticus
externus.
Bangunan pada auricula dari sebelah lateral :
Helix : crus helicis, spina helicis, cauda helicis
Anthelix : crura anthelicis, fossa triangularis
Scapha
Incisura anterior (auris)
Tuberculum supratragicum
Tragus
Incisura intertragica
Antitragus
Sulcus auriculae posterior
Cymba conchae
Cavitas conchae
Lobulus auriculae
Meatus acusticus externus
- Merupakan liang berbentuk huruf S, terdiri atas pars ossea dan pars cartilaginea dan
dimulai dari porus acusticus externus (PAE) sampai membrana tympani yang menempel
pada sulcus tympanicus
14 Blok 5 Indera & Integumentum
- Terbagi menjadi pars externa (dari PAE ke arah mediofrontokranial), pars media (ke arah
mediooksipitocranial) dan pars interna (ke arah mediofrontokaudal)
Membrana tympani, terbagi menjadi :
- Pars tensa : bagian membrana tympani yang mempunyai limbus
- Pars flaccida : bagian membrana tympani yang melekat pada incisura tympanica
Bangunan lainnya pada membrana tympani :
- Limbus tympani (bagian tepi membana tympani)
- Umbo : tempat perlekatan ujung distal manubrium mallei pada pars tensa yang tertarik ke dalam
- Stria mallearis : tempat perlekatan manubrium mallei pada pars tensa
- Dari arah lateral membrana tympani terbagi menjadi 4 kuadran (kuadran superior posterior, kuadran
superior anterior, kuadran inferior posterior dan kuadran inferior anterior) oleh garis yang
berjalan sepanjang stria mallearis dan garis lain yang melalui umbo dan tegak lurus garis pertama.
2. Auris Media
Terdiri atas ossicula auditiva dan ruangan-ruangan (cavum tympani dan tuba auditiva)
a. Pada cavum tympani terdapat 2 lubang, yaitu :
Fenestra vestibuli : di sebelah kraniooksipitolateral promontorium, ditutupi oleh basis
stapedis
Fenestra cochleae : di sebelah kaudooksipitolateral promontorium, ditutupi oleh
membrana tympani secundaria
b. Tuba auditiva, terbagi menjadi :
Pars ossea, yaitu semicanalis tuba auditiva
Pars cartilaginea, terdapat di dalam sulcus tuba auditiva, di dalamnya terdapat glandula
mucosa
Pars membranacea, merupakan dinding kaudal pars cartilaginea
Bermuara ke dalam nasopharynx pada ostium pharyngeum tubae
Pada waktu menelan, pars cartilaginea tuba auditiva membuka akibat kontraksi m. tensor
veli palatini dan m. salpingopharyngeus
c. Ossicula auditiva, terdiri atas :
Malleus, bangunan :
- Caput mallei, collum mallei, manubrium mallei (melekat pada facies interna membrana
tympani), procesus anterior dan lateralis mallei
Incus, bangunan :
- Corpus incudis (terdapat facies articularis mallei yang membentuk articulatio
incudomallearis), cruris incus, processus lenticularis
Stapes, bangunan :
- Basis stapes yang menutupi fenestra vestibuli (tepi kedua bangunan ini dihubungkan oleh
lig. annulare stapedis)
- Caput stapedis, bersendi dengan procesus lenticularis cruris longi incudis dan
membentuk articulatio incudostapedis
- crus anterior dan posterior
d. Musculi ossicularum auditus :
m. tensor tympani
m. stapedius
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 15
3. Auris Interna
Terdiri atas labyrinthus membranaceus dan labyrinthus osseus.
Labyrynthus Membranaceus, yaitu kumpulan kandungan dan pipa-pipa yang berisi cairan
endolympha, terdiri atas :
a. Utriculus
Ke dalamnya bermuara ductus semicircularis
b. Sacculus
Kandungan bulat memanjang di sebelah kaudal utriculus
Dihubungkan dengan utriculus oleh ductus utriculosaccularis yang mempunyai cabang yang
berakhir buntu disebut ductus endolymphaticus
c. Ductus semicircularis superior
Saluran setengah lingkaran yang terdapat dalam bidang vertikal (kraniokaudal) dengan
lengkungnya menunjuk ke cranial, sehingga mempunyai 2 kaki (crus)
Crus ampullare, di sebelah frontal, ujungnya melebar disebut ampulla membranaceae
superior
Crus simplex, ujungnya tidak melebar, tetapi bersatu dengan ujung crus simplex ductus
semicircularis posterior dan membentuk crus commune
d. Ductus semicircularis posterior
Terdapat dalam bidang vertikal yang membentuk sudut 90 derajat dengan bidang ductus
semicircularis superior dengan lengkungnya menunjuk ke oksipitolateral
Mempunyai crus ampullare dengan ampulla membranaceae posterior dan crus simplex
yang ujungnya menjadi crus commune
e. Ductus semicircularis lateralis
Terdapat dalam bidang horisontal, yang lengkungnya menunjuk ke oksipitolateral
Mempunyai crus ampullare dengan ampulla membranaceae lateralis dan crus simplex
f. Ductus cochlearis
Merupakan suatu pipa melingkar sebanyak 2,5 kali, sebagai rumah siput yang lingkarannya tidak
merapat
Dimulai dengan suatu pelebaran yaitu cavum vestibuli dan berakhir sebagai caecum
cupulare
Pangkal ductus ini dihubungkan dengan sacculus oleh ductus reuniens
Pada penampang melintang, ductus cochlearis berbentuk segitiga yang dinding-dindingnya terdiri
dari :
- Membrana vestibuli, merupakan sisi segitiga yang menunjuk ke sumbu lingkaran
- Lamina basilaris, padanya terdapat organon spirale (merupakan alat indera
pendengaran) pada epitheliumnya
- Stria vascularis, merupakan sisi sebelah luar, dengan sel-sel epitheliumnya
memproduksi sekret berupa endolympha
g. Pada dinding utriculus, sacculus, ampulla membranaceae dan ductus cochlearis terdapat alat-
alat indera, yaitu :
Crista ampullaris, merupakan alat indera keseimbangan, terdapat pada ampulare
membranaceae
Macula utriculi, merupakan alat indera keseimbangan, terdapat pada dasar utriculus, dalam
bidang horisontal,
Macula sacculi,merupakan alatindera keseimbangan, terdapat pada dinding mediofrontal
sacculus, sehingga terletak pada bidang vertikal,
Organon spirale, merupakan indera pendengaran, terletak pada lamina basilaris pada
ductus cochlearis.
16 Blok 5 Indera & Integumentum
Labyrinthus Osseus, yaitu kumpulan saluran-saluran dan satu ruangan di dalam pars petrosa ossis
temporalis, yang terdiri atas :
a. Vestibulum
Ruangan berbentuk bulat memanjang yang berhubungan dengan cavum tympani melalui fenestra
vestibuli pada ujung frontolateral dan melalui canalis cochlearis, fenestra cochleae dan fossula
fenestrae cochleae
Di dalamnya terdapat utriculus pada recessus ellipticus, sacculus terdapat pada recessus
sphericus (macula cribrosa media) dan permulaan ductus cochlearis
Caecum vestibulare terdapat pada recessus cochlearis
Antara dinding utriculus, sacculus dan caecum vestibulare di satu pihak dan dinding
vestibulum (yang dilapisi periosteum) di lain pihak, terdapat perilymphe
Ductus endolymphaticus keluar dari vestibulum melalui AIAV (apertura interna aqueductus
vestibuli) dan menuju ke saccus endolymphaticus yang terletak pada AEAV (apertura
externa aqueductus vestibuli) pada cavum cranii
b. Canalis semicircularis superior, posterior dan lateralis
Di dalam masing-masing canalis terdapat ductus semicircularis
Canalis semicircularis superior dan posterior mempunyai crus ampullare, crus simplex
yang ujungnya bersatu membentuk crus commune
Canalis semicircularis lateralis mempunyai crus simplex dan crus ampullare
c. Ampula ossea superior, posterior dan lateralis
Masing-masing ampula berisi ampula membranaceae
Ruangan antara ampulla membranaceae dan periosteum ampulla ossea terdapat cairan
perilympha
d. Canalis spiralis ossea
Saluran yang bermuara di dasar vestibulum, yaitu pada fenestra vestibuli (ovalis),
Di dalamnya terdapat ductus cochlearis
Canalis ini beserta dindingnya membentuk bangunan semacam rumah siput, yang disebut
cochlea
Canalis ini terbagi menjadi 2 bagian oleh ductus cochlearis, yaitu :
- Scala vestibuli, yang berhubungan dengan vestibulum dan berisi perilymphe
- Scala tympani, berhubungan dengan cavum tympani melalui fenestra cochleae dan
berisi perilympha.
Helicotrema : merupakan penghubung antara scala vestibuli dan scala tympani pada
ujung canalis spiralis cochleae
Scala media : rongga dalam ductus cochlearis yang berisi endolympha
Dasar cochlea dihubungkan dengan facies inferior cranium oleh canaliculus cochleae
melalui AECC (aqueductus externus canaliculi cochlearis). Canaliculus ini dilalui oleh ductus
perilymphaticus yang menghubungkan scala tympani dengan cavum subarachnoidale.
4. Vasa Lymphatica
Vasa lymphatica yang berasal dari :
Auris media dan cellula mastoidea menuju ke lnn.retroauricularis,
Tuba auditiva menuju ke lnn. Cervicalis profundi,
Auris extrena menuju ke lnn. parotidei dan lnn. retroauricularis
Pada auris interna tidak ada vasa lymphatica.
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 17
5. Inervasi
Syaraf sensoris pada auris externa adalah : N. Auriculotemporalis
Syaraf motoris (pada otot-otot auricula) pada auris externa :
- N. Auricularis posterior n. Facialis
- R. Temporalis n. Facialis
Syaraf pada auris media berasal dari :
- Chorda tympani, cabang dari n. Facialis
- N. Tensor tympani, cabang dari N. Mandibularis
Pada auris interna terdapat serabut syaraf :
N. Cranialis VIII (Vestibulocochlearis), keluar dari cavum cranii melalui porus acusticus internus
dan di meatus acusticus internus bercabang menjadi n. Vestibularis yang menginervasi organ
keseimbangn dan n. Cochlearis yang menginervasi organ pendengaran.
6. Aspek Klinis
Pemeriksaan membrana tympani
Ketulian (gangguan pendengaran) :
Tuli hantaran : gangguan pendengaran akibat kerusakan alat pendengaran pada auris externa
dan auris media
Tuli saraf : gangguan pendengaran akibat kerusakan serabut saraf pendengaran
Otitis media : peradangan pada auris media
18 Blok 5 Indera & Integumentum
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 19
PRAKTIKUM
Fisiologi
20 Blok 5 Indera & Integumentum
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 21
1. LENSA DAN SIMULASI KOREKSI ANOMALI REFRAKSI
TUJUAN PeRCOBAAN:
Setelah praktikum, mahasiswa dapat:
1. menentukan jarak titik api lensa positif dan negatif serta kekuatan lensa (dioptri)
2. menjelaskan gejala-gejala optik lensa positif dan negatif
3. menjelaskan anomali refraksi lensa dan koreksinya
Dasar Teori
Lensa merupakan componen utama alat-alat optik seperti kaca mata, lup, mikroskop, dan teropong. Lensa juga
merupakan salah satu componen penting dari organ mata. Pemahaman fungsi alat-alat tersebut didasari oleh sifat-sifat
lensa.
Berdasarkan bentuknya, lensa dibedakan menjadi dua macam, yaitu lensa cembung dan lensa cekung.
Masing-masing bentuk memiliki sifat sendiri-sendiri.
Lensa Cembung
Jika seberkas cahaya dilewatkan lensa tipis cembung dan bias sinar yang diteruskan ditangkap oleh layar, maka
titik paling terang yang terbentuk pada layar dengan jarak tertentu disebut titik fokus lensa, sedangkan jarak titik fokus
sampai ke lensa disebut jarak fokus lensa. Titik fokus seperti tersebut diatas dikatakan bersifat nyata (sejati) oleh
karena itu jarak fokusnya diberi tanda positif. Titik fokus terbentuk oleh karena sinar datang sejajar dan dekat sumbu
utama (paraksial) lensa akan terkumpul (convergen) membentuk satu titik.
Sinar-sinar utama yang datang dan dibiaskan lensa akan membentuk bayangan. Sifat bayangan yang terbentuk
tergantung letak bendanya. Jarak benda dan bayangan berhubungan dengan jaraf fokus lensa. Jarak fokus lensa
dapat ditentukan dengan humus
1/f = 1/S + 1/S’ f
= jarak fokus, S = jarak benda, dan S’ = jarak bayangan.
Lensa cekung
Jika cahaya dilewatkan lensa cekung, maka bias cahaya yang ditangkap layar terlihat meluas. Hal ini berarti cahaya
yang melalui lensa cekung mengalami penyebaran (divergensi). Selanjutnya, sinar-sinar bias dari sinar sejajar sumbu
utama seolah berasal dari satu titik (titik fokus), sehingga jarak fokus lensa cekung diberi tanda negatif. Bayangan yang
terbentuk oleh lensa cekung ada di depan lensa, searah dengan arah cahaya datang, sehingga tidak dapat ditangkap
layar, disebut bayangan maya. Rumus penghitungan jarak titik fokus maupun perbesaran lensa cekung sama dengan
lensa cembung. Dalam penghitungan ini harus diperhatikan tanda positif dan negatif.
Alat-alat yang digunakan :
1. Sumber cahaya
22 Blok 5 Indera & Integumentum
2. bangku optik
3. benda
4. lensa positif dan negatif
5. Tabir
6. alat ukur panjang (meteran)
Tatalaksana Percobaan:
Percobaan 1: Sifat-sifat lensa
1. Letakkan secara berurutan dalam garis lurus berturut-turut sumber cahaya, lensa positif, dan tabir.
2. Apakah cahaya yang dibiaskan terkumpul atau menyebar ?
3. Gantilah lensa positif dengan lensa negatif, apakah cahaya yang dibiaskan terkumpul atau menyebar?
4. Letakkan benda diantara sumber cahaya dengan lensa positif
5. Aturlah sehingga terbentuk bayangan terjelas, bagaimana sifat bayangannya?
6. Gantilah lensa positif dengan lensa negatif, dapatkah terbentuk bayangan nyata?
3. Geser tabir ke belakang, maka bayangan menjadi tidak jelas. Keadaan ini seperti kelainan miopi dimana
bayangan jelas jatuh di depan retina. Keadaan ini sering disebut rabón jauh.
4. Dekatkan benda, amatilah bayangan di tabir, apakah menjadi lebih jelas?
5. Buat keadaan miope seperti no.3, letakkan lensa negatif di depan lensa (seperti menggunakan kaca mata),
apakah pemberian lensa negatif dapat memperjelas bayangan yang terbentuk?
6. Atur kembali seperti no.2, sehingga terbentuk bayangan nyata terjelas. Mata normal dapat membentuk
bayangan jelas tepat diretina, disebut emetrop.
7. Geserlah tabir ke depan (mendekati lensa), maka bayangan akan menjadi tidak jelas. Keadaan ini seperti
kelainan mata hipermetropi, bayangan terjelas jatuh dibelakang retina. Keadaan ini sering disebut rabón
dekat.
8. Geserlah benda menjauhi lensa, apakah bayangan menjadi lebih jelas?
9. Kembalikan seperti no.7, letakkan lensa positif didepan lensa pertama, amatai apakah bayangan menjadi
lebih jelas?
10. Bahas dan buatlah kesimpulan.
Daftar Pustaka
1. Thoyib,M., 1997, Petunjuk Praktikum Kedokteran, UMY Jogjakarta.
2. Cameron, JR, 1978, Medical Physics, Florida
3. Guyton,A.C. 1994, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Alih Bahasa Ken Ariata Tengadi dkk EGC, Jakarta.
4. Gabriel, J.F., 1996, Fisika Kedoktwran, EGC, Jakarta
5. Sears, F.W.1950 , Mechanics, Head and Sound, Addison-Wesley Company, Inc
Reading, Massachusetts.
V. HASIL
2. Bayangan
Lensa negatif
No. Perlakuan sifat
1. Bias cahaya
2. Bayangan
24 Blok 5 Indera & Integumentum
2.
3.
Lensa negatif
No. Jarak benda (S) Jarak Bayangan (S’) Jarak fokus (meter) Kekuatan lensa (dioptri)
1.
2.
3.
VI. Pembahasan
VII. Kesimpulan
Yogyakarta,
Tanda Tangan Asisten Tanda Tangan Praktikan
( …………………………..) (…………………………)
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 25
2. MEDAN PENGLIHATAN
TUJUAN
1. Setelah praktikum, mahasiswa dapat menjelaskan mekanisme melihat
2. Setelah praktikum, mahasiswa dapat menyebutkan secara berututan jalur saraf yang dilalui sinyal optic
3. Setelah praktikum, mahasiswa dapat menjelaskan bentuk kelainan medan penglihatan akibat lesi pada jalur
saraf penglihatan
PENDAHULUAN
Pelajarilah mekanisme melihat dan jaras penglihatan. Bagaimana proses perjalanan cahaya dan
pembentukan bayangan, hingga penjalaran impuls pada jaras penglihatan.
Medan penglihatan atau kampus visi merupakan sebuah area ruang yang dapat dilihat dengan jelas oleh mata
ketika mata terfiksasi dan terfocus pada sebuah titik. Medan penglihatan yang berada disisi temporal disebut medan
penglihatan temporal, sedangkan medan penglihatan yang berada disisi nasal disebut medan penglihatan nasal. Dan
begitu juga yang berada di atas (dorsal) maupun sisi bawah (ventral) medan penglihatan.
Medan penglihatan dapat diukur dengan sederhana menggunakan uji konfrontasi. Uji konfrontasi
dilakukan dengan cara pasien menutup satu matanya dan menfokuskan satu mata lainnya kepada penguji (biasanya
dokter) dihadapannya. Penguji menutup satu sisi mata dan kemudian menggerakkan gumpalan kapas dari luar ke dalam
(dari perifer ke sentral) di berbagai meridian medan penglihatan. pengukuran medan penglihatan dilakukan
menggunakan sebuah perimeter. Ada berbagai macam perimeter seperti perimeter kinetic, perimeter statis,
perimeter parabola, dan juga perimeter yang diprogram dalam sebuah aplikasi pengujian yang dikomputerisasi.
Dalam eksperimen ini, pengukuran medan penglihatan menggunakan perimeter kinetic yang terdiri dari satu tangkai
lengkung parabola yang merupakan salah satu meridian perimeter. Selanjutnya dilakukan pemetaan terhadap hasil
pengukurannya dalam kampimeter. Proses ini disebut kampimetri atau perimetri.
Biasanya medan penglihatan sebuah mata dapat menjangkau 90o temporal, 60 o disisi nasal, dan 70 o dibagian
dorsal dan ventral. Perbedaan area penglihatan ini disebabkan oleh pelebaran retina kearah depan yang lebih
jelas di sisi nasal. Bangunan disekitar mata, yaitu hidung, pipi dan rima orbita menghalangi stimulus cahaya ke mata
dari sisi nasal, dorsal dan ventral. Sisi temporal tidak ada bangunan yang menghalangi cahaya menuju mata.
Defek medan penglihatan yang seperti bintik pulau disebut skotoma atau noda buta. Dalam kondisi
yang normal, skotoma dapat terbentuk oleh discus opticus (tempat masuknya n.optikus). Hal ini dikarenakan
kurangnya receptor yang berada di discus opticus (tidak terdapat sel kerucut dan sel bacillus retina di diskus optikus),
yang kemudian stimulus tidak dapat diproses menjadi impuls yang kemudian diteruskan ke cortex cerebri. Skotoma
yang terbentuk di discus opticus disebut macula densa atau macula seka. Discus opticus biasanya terletak di ± 15˚
meridian horizontal nasal, yang kemudian macula densa akan terbentuk ± 15˚ di temporal mata yang sama.
PENGUKURAN
- Untuk mengukur dan menentukan (membuat perimetri) medan penglihatan sebuah mata untuk
warna putih, merah, hijau, biru, dan juga kuning.
- Untuk mengukur dan menentukan medan penglihatan binocular
- Dan juga mengukur dan membuat blind spot perimetri
26 Blok 5 Indera & Integumentum
PERALATAN
1. Perimeter
2. Perimeter adalah busur derajat hitam yang bisa diputar, membentuk setengah lingkaran dengan radius ±35cm.
Skala putaran busur derajat dapat diidentifikasi, satu putaran (satu lingkar) dapat dibagi 24 meridian dengan
interval 15˚.
3. Kampimeter
4. Kampimeter adalah papan hitam dengan gambar melingkar yang merupakan proyeksi perimeter busur
derajat.
5. Tangkai dibagian atasnya terdapat bendera warna putih, merah, hijau, biru, dan kuning.
6. Penutup mata
PROSEDUR
A. Pengujian medan penglihatan
1. Probandus duduk didepan perimeter dengan cahaya lampu dibelakangnya, dan dagu diletakkan di
lengkungan kayu, pastikan agar orbita bawah sejajar dengan bagian center dari perimeter. Kemudian,
pastikan pengrlihatan paling jelas tertuju /terfokus pada center perimeter dengan demikian bayangan bintik
tengah perimeter berada pada fovea sentralis. Spot putih pada perimeter terhubung satu jajar dengan axis mata.
Bagian mata yang tidak diuji harus tertutup dengan baik. Bagian mata sebelah kanan adalah yang
pertama diuji, yang kemudian bagian kiri.
2. Busur derajat perimeter harus terletak secara horizontal. Pengujian dimulai dengan warna putih dengan
meridian 0˚. Tongkat putih digerakkan perlahan dari perifer ke center busur derajat perimeter. Apabila
probandus telah melihat warna putih, dia harus memberi tanda dan penguji berhenti menggerakkan
tongkat warna putih itu dan melihat berapa derajatkan letak busur perimeter itu. Apa yang harus dicatat
adalah rata-rata hasil dari tiga kali pengujian. Orang yang belum berpengalaman sering tidak sadar bahwa
mereka telah menggerakkan bolamata mereka (mengedipkan mata) yang berarti bahwa pengujian itu
dilakukan menggunakan fovea sentralis. Maka dari itu, probandus harus mempraktekkan untuk
melihat secara tidak langsung, tanpa menggerakkan bola matanya. Lakukan untuk warna-warna
lainnya
3. Putar busur derajat perimeter 15 . Ukur kembali ke meridian 30˚. Dan seterusnya hingga mencapai meridian
345˚.
4. Hasil pengukurannya kemudian dipetakan dalam kampimeter dan disetiap spot dalam neraca terhubung
dan medan penglihatan untuk warna putih dapat ditemukan. Lakukan hal yang sama untuk warna merah,
hijau, biru, dan kuning. Tambahkan hasil pengujian dan bandingkan area medan penglihatan diantara
semua warna.
5. Satukan medan penglihatan warna putih dari kedua mata, dan medan penglihatan binocular akan dapat
ditemukan.
B. Pengujian blind spot/macula densa
1. Posisikan postur probandus sama dengan pengujian medan penglihatan
2. Pengujian dilakukan dengan meridian horizontal yang berada disisi temporal mata
3. Gerakkan tangkai bendera dari sentral ke perifer secara perlahan dan catat posisi tangkai bendera hilang dan
terus gerakkan hingga kemudian muncul lagi. Catatlah ketika warna putih menghilang dan muncul.
4. Tempatkan objek putih diantara titik menghilangnya dan munculnya kembali ( objek putih tidak dapat terlihat).
Putar busur derajat keatas secara perlahan sampai warna putih terlihat, kemudian putar kembali busur dengan
arah yang berlawanan (bawah) hingga warna putih terlihat kembali. Catatlah derajat meridian dan ketika
warna putih terlihat.
5. buatlah bintik perubahan terlihat-tidak terlihat tersebut dalam kampimeter dan kemudian hubungkanlah
sehingga terbentuk peta macula densa
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 27
CATATAN
Pengujian medan penglihatan dan skotoma ini dilakukan untuk menemukan gangguan penglihatan karena
defisiensi retina dan defek jaras penglihatan. Contohnya, pelebaran skotoma blind spot yang dikarenakan oleh
cacat infeksi pada area discus opticus akan muncul pada perimetri. Central skotoma terbentuk jika terjadi kerusakan
retina pada macula lutea. Hilangnya bagian atau keseluruhan medan penglihatan dari sebuah mata dapat
ditentukan dari posisi penglihatan yang terganggu. Hilangnya setengah medan penglihatan vertical disebut
hemianopia, sedangkan hilangnya seperempat bagian media penglihatan disebuat quadranopia. Hemianopia
homonym menunjukkan bahwa lesi dibawah chiasma. Bagaimana bentuk proyeksi media penglihatan pada pasien
dengan lesi n.opticus, chiasma, opticus, tractor opticus, geniluco lateral, optic radiation, atau cortex cerebri pars
occipitalis? Diskusikan bersama dengan teman grup anda!
28 Blok 5 Indera & Integumentum
Group :
Praktisi :
No. Mahasiswa :
Jenis Kelamin :
Tgl. Pengujian :
Waktu :
Nama Probandus :
No. Mahasiswa :
Jenis Kelamin :
Umur :
Fakultas :
BLIND SPOT/SKOTOMA
90
105 75
120 60
135
45
150
30
165
15
180 0
195
345
210
330
225 315
240 300
255 285
Jumlah sudut penglihatan dari 24 meredian untuk warna putih = ………derajat Jumlah
sudut penglihatan dari 24 meredian untuk warna merah = ………derajat Jumlah sudut
penglihatan dari 24 meredian untuk warna biru = ………derajat Jumlah sudut penglihatan
90
105 75
120 60
135
45
150
30
165
15
180 0
195
345
210
330
225 315
240 300
255 285
Jumlah sudut penglihatan dari 24 meredian untuk warna merah = ………derajat Jumlah
90
105 75
120 60
135
45
150
30
165
15
180 0
195
345
210
330
225 315
240 300
255 285
3. WAKTU REAKSI SENSORI
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Setelah melakukan praktikum mahasiswa dapat melakukan observasi proses stimulus hingga terjadinya
respon pada sistema sensori
2. Setelah melakukan praktikum mahasiswa dapat menjelaskan mekanisme fisiologi system sensori dalam
proses stimulus – respon
3. Setelah melakukan praktikum mahasiswa dapat menjelaskan berbagai factor yang berpengaruh terhadap
waktu reaksi sessori
DASAR TEORI
Waktu reaksi adalah waktu jeda antara pemberian stimulus hingga timbulnnya respon. Terdapat 4 tahapan
proses yang terjadi dalam tubuh selama waktu reaksi, yaitu proses sensori (deteksi stimulus), memahami stimulus
(interpretasi), pemograman respon, dan pelaksanaan respon. Pada orang sehat, keterlambatan waktu reaksi
terutama karena lamanya membuat keputusan sebelum memualai tindakan. Berbagai gangguan pada system sensori,
fungsi otak, dan motoris akan memperpanjang waktu reaksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu reaksi sensori
berbeda tergantung system sensori, perbedaan usia, gender, latihan, dan kelelahan.
Waktu reaksi biasanya digunakan dalam penelitian fisiologi untuk mengukur kepekaan fungsi saraf (sensori dan
otak) terhadap stimulus yang diberikan. Reaksi sederhana tidak membutuhkan ketrampilan khusus dalam proses
motorik, sehingga dapat digunakan untuk menilai fungsi saraf sensoris. Reaksi rekognisi lebih banyak melibatkan
memori. Reaksi pilihan lebih banyak melibatkan fungsi saraf pusat dalam pemograman respon, sehingga semakin
komplek suatu pilihan akan semakin lama waktu reaksi yang dibutuhkan.
PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Waktu reaksi sederhana yaitu waktu reaksi untuk satu stimulus dan satu respon (missal jika melihat cahaya,
probandus segera tekan tombol waktu atau stop watch)
a. Penguji siap dengan alat rangsang dan stop watch
b. Probandus siap dengan stop watch
c. Penguji menghidupkankan cahaya/suara atau menyentuh probandus bersamaan dengan menekan
stop watch “on”
d. Probandus segera menekan stop watch “on” jika merasakan rangsang
e. Stop watch probandus dan penguji dimatikan (off) bersamaan oleh penguji. Selisih waktu yang tercatat dari
stop watch penguji dan probandus adalah waktu reaksi.
f. Lakukan minimal 3 kali untuk masing-masing rangsang
2. Waktu reaksi rekognisi (pengakuan) adalah waktu reaksi yang responnya telah tertentu khusus untuk
rangsang sesuai pulihan probandus. Misalnya angka umur probandus, jumlah saudara, no
34 Blok 5 Indera & Integumentum
mahasiswa, asal tempat tinggal, dan sebagainya. Probandus hanya merespon jika angka yang ditunjukkan
sesuai pilihan probandus . Tes waktu reaksi rekognisi terdiri dari rangsang beragam, tapi responnya 1 jenis
seperti reaksi sederhana.
a. Buat data probandus: warna kesukaan, umur, jumlah saudara, dsb
b. Penguji dan probandus telah siap dengan stop watch
c. Rangsang bisa dengan suara atau tulisan
d. Penguji hanya menekan stop watch “on” jika memberi rangsang sesuai data probandus
e. Probandus juga hanya menekan stop watch “on” jika rangsang yang diberikan sesuai data diri (pilihan
awal)
f. Matikan stop watch bersamaan, hitung waktu selisih yang merupakan waktu reaksi kognisi
3. Waktu reaksi pilihan. Tes waktu reaksi pilihan terdiri dari rangsang yang beragam dan respon juga beragam.
Misal berbagai warna, angka atau huruf.
a. Penguji dan probandus telah siap dengan deretan angka/huruf atau warna serta stop watch untuk
mencatat waktu
b. Penguji menunjukkan angka/huruf/warna tertentu sambil menekan stop watch “on”
c. Probandus memilih angka/huruf/warna sesuai disertai menekan stop watch “on”
d. Stop watch dimatikan bersama, hitung selisih waktu yang merupakan waktu reaksinya.
d. Probandus dipersilahkan mempelajari urutan letak angka/huruf/warna terlebih dahulu
e. Lakukan tes waktu reaksi lagi
f. Bandingkan hasil waktu reaksi sebelum dan setelah mempelajari urutan letak pilihan
4. Lakukan tiap kelompok 2 probandus (1 laki-laki dan 1 perempuan)
5. Diskusikan
a. Mengapa waktu reaksi rangsang cahaya, suara dan sentuk berbeda?
b. Jelaskan proses pembentukan sinyal dan neural pathway ketiga jenis rangsang tersebut
c. Mengapa waktu reaksi laki-laki dan perempuan berbeda?
d. Apa penyebab perbedaan waktu reaksi sebelum dan setelah belajar?
e. Jelaskan berbagai factor yang mempengaruhi waktu reaksi
DAFTAR PUSTAKA
Ganong, WF (2002), Review of Medical Physiology, ed XX, Lange Medical Publication, California.
Guyton, Arthur C., M.D.., 2001, Texbook of Medecine Physiology, ed X, W.B. Sounders Company,
Philadelphia.
Kosinski, RJ (2010). A Literature Review on Reaction Time. Diakses 10 mei 2012 dari http://biae.clemson.
edu/bpc/bp/Lab/110/reactin.htm#Arousal.
Shaikh, AR. (2007). Choice Reaction Time. Article. Diakses 10 Mei 1012 dari http://www.codeproject.com/
KB//scrapbook/Choice_Reaction_Time.aspx
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 35
Golongan :
Nama Praktikan :
Jenis Kelamin :
Tanggal :
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
Yogyakarta,
Tanda Tangan Asisten Tanda Tangan Praktikan
( ……………………………. ) ( ……………………………)
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 37
4. SENSORI KULIT DAN TUBUH
TUJUAN
1. Setelah praktikum, mahasiswa dapat menjelaskan berbagai macam reseptor yang terdapat dikulit
2. Setelah praktikum, mahasiswa dapat menjelaskan mekanisme sensori dan jalur sensori (ascenden) dari wajah,
tubuh bagian atas dan bawah
3. Setelah praktikum, mahasiswa dapat melalukan tes sensori dan dapat menganalisa kondisi jalur saraf
sensoris tubuh
PENDAHULUAN
Tubuh memiliki berbagai reseptor. Reseptor terdapat pada kulit, fascia, otot, tendo, sendi dan tulang. Kulit memiliki
berbagai reseptor. Reseptor-reseptor tersebut mempunyai kepekaan yang berbeda terhadap berbagai macam rangsang.
Rangsangan pada reseptor-reseptor itu akan memberikan berbagai macam kesan/perasaan. Agar rangsang bisa
dimengerti, rangsang haruslah adekuat (sesuai reseptor), mencapai ambang dan tidak terdapat lesi pada jalur sensori.
Stimulus diterima reseptor, sinyal menjalar pada serabut saraf aferen perifer masuk susunan saraf pusat. Jalur sensori
tubuh dibagi sesuai area yaitu wajah, tubuh/ ekstremitas atas dan tubuh/ekstremitas bawah. Saraf sensori perifer
dari wajah menuju batang otak dan berlanjut ke thalamus, sedangkan dari tubuh, saraf perifer masuk medulla spinalis,
bergerak ke atas (ascenden) menuju thalamus melalui 2 jalur sensori utama:
1. Jalur spinotalamikus (jalur antero lateral): Saraf ini mendeteksi rasa nyeri, suhu dan sentuhan kasar. Jalur
ini berjalan dari perifer masuk medula spinalis dan kemudian menyeberang ke sisi lain dari korda dalam satu
atau dua tingkat dari vertebra tempat masuk, kemudian berlanjut sampai sisi otak, mengakhiri di belahan
otak di sisi berlawanan dari tubuh dari mana deteksi sensori dimulai.
2. Jalur kolum dorsal (medial lemniskus) : Jalur ini mendeteksi posisi tubuh (propriosepsi), sensasi getaran dan
sentuhan ringan. Jalur saraf ini berjalan dari perifer, memasuki medula spinal dan kemudian bergerak
sampai ke dasar otak di sisi yang sama dari korda dimana saraf tersebut berasal. Setelah mencapai batang
otak jalur ini menyeberang ke sisi yang berlawanan, mengakhiri di belahan otak di sisi berlawanan dari tubuh
dari mana jalur ini dimulai.
CARA KERJA
A. Sensori Kulit
Salah satu anggota kelompok ditunjuk menjadi naracoba/probandus. Anggota kelompok yang lain bertindak
sebagai penguji dan pengamat. Lakukan pemeriksaan-pemeriksaan di bawah dan Catatlah data naracoba pada
lembar kerja.
1. Naracoba meletakkan tangan kirinya tengkurap di meja dan kedua matanya ditutup
2. Penguji membuat gambar bujur sangkar 4 cm2 (2 cm x 2 cm). bagilah petak bujur sangkar tersebut menjadi 144
bujur sangkar kecil (setiap 1 cm dibagi 3)
3. Pencatatan berbagai kesan rasa dilakukan langsung pada lembar kerja.
4. Dengan menggunakan jarum bundle penguji mencari titik-titik yang memberikan kesan tekanan. Cara
mencarinya yaitu dengan menekankan jarum bundle secara ringan, tegak lurus permukaan dan hanya
sebentar pada titik-titik persimpangan garis di punggung tangan. Penekanan dilakukan satu kali. Nara coba
mengatakan “ya” jika merasakan rangsangan itu sebagai tekanan. Penguji menandai titik-titik tersebut
sebagai titik tekanan.
38 Blok 5 Indera & Integumentum
5. Untuk mencari titik-titik yang member kesan panas dan dingin (titik panas dan titik dingin), penguji harus
menggunakan logam bertangkai yang telah direndam dalam air panas maksimal 70oC dan air es mencair. Pada
saat perangsangan, penguji meletakkan kepala logam bertangkai seara ringan, tegak lurus permukaan kulit
dan hanya sebentar. Seperti pada pencarian titik tekanan, setiap kali ada perangsangan yang menimbulkan
kesan panas atau dingin naracoba mengatakan “ya”.Penguji menandai titik-titik tersebut.
6. Dengan cara yang sama penguji mencari titik-titik sakit. Tekankan bagian runcing jarum bundle secara
ringan, tegak lurus permukaan kulit dan hanya sebentar. Jikalau perangsangan tersebut menimbulkan
kesan sakit, naracoba harus mengatakan “ya”. Penguji menandai titik-titik sakit tersebut.
Setelah pencarian selesai, hitunglah jumlah titik-titik tekanan, panas, dingin, dan sakit. Bahaslah dan buatlah
kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini.
2. Pegang kedua sisi kaki bawah tumit dan ibu jari. Gerakkan kaki pasien naik dan turun (dorsal- plantar).
Sampaikan pada pasien apa yang dilakukan dan pasien supaya mengatakan arah gerakan yang sedang
dilakukan.
3. Jika menemukan kelainan, lakukan pada anggota tubuh atas dengan gerakan pronasi-supinasi atau naik-
turun.
4. Jalur ini juga diuji dengan benda bergetar. Gunakan garpu tala yang digetarkan frekwensi 128 Hz yang
diletakkan di atas persendian interphalang. Letakkan jari penguji di bawah kaki untuk mengetahui garpu
tala sedang bergetar atau berhenti (lihat gambar)
5. Special tes untuk disfungsi jalur colum dorsal, dilakukan dengan kemampuan pasien menentukan dua titik
terpisah. Tes dilakukan dengan rangsangan pada telapak kaki pasien dengan sentuhan penjepit kertas yang
dibuka dan ditutup. Pasien diminta menentukan penjepit kertas yang disentuhkan sedang terbuka atau
tertutup
6. Bahaslah dan buatlah kesimpulan
40 Blok 5 Indera & Integumentum
DAFTAR PUSTAKA
Corolla R. Harly, J P., Noback, C R. 1990. Human Anatomy and Physiologi. Mc. Graw Hill Publising Company.
USA.
Chuseri, Abdulcholiq 1989. Perasaan kulit, dalam Suwono (Penyusun): Petunjuk Laboratorium Fisiologi
Manusia, halaman 100-4. PAU Bioteknologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Guyton, Arthur C., M.D.., 2001, Texbook of Medecine Physiology, ed X, W.B. Sounders Company,
Philadelphia.
Purves, D., Augustine, GJ., Fitzpatric, D., et al, 2004, Neuroscience 3th Ed, inauer associates, Inc. Publisher,
Sunderland, Massachusett U.S.A.
A Practical Guide to Clinical Medicine, A comprehensive physical examination and clinical education site for medical
students and other health care professionals, Web Site Design by Jan Thompson, Program Representative, UCSD
School of Medicine, Content and Photographs by Charlie Goldberg, M.D., UCSD School of Medicine and VA
Medical Center, San Diego, California 92093-0611. Send Comments to: Charlie Goldberg, M.D.
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 41
HASIL PRAKTIKUM
Golongan : .......................................................................................................................................
NamaPraktikan : .......................................................................................................................................
No. Mahasiswa : .......................................................................................................................................
JenisKelamin : .......................................................................................................................................
Tgl. Praktikum : .......................................................................................................................................
Fakultas : .......................................................................................................................................
Jam : .......................................................................................................................................
Kesimpulan:
Yogyakarta, ……………………………
TandatanganPengawas TandatanganPraktikan
(…………………………………..) (…………………………………..)
42 Blok 5 Indera & Integumentum
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 43
PRAKTIKUM
Histologi
44 Blok 5 Indera & Integumentum
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 45
1. HISTOLOGI MATA DAN TELINGA
HISTOLOGI MATA
Mata adalah salah satu alat indera manusia yang merupakan system penglihatan yang bertugas menangkap
bayangan benda (obyek) untuk diantar ke pusat penglihatan sehingga dapat diubah menjadi benda (obyek) atau
gejala yang dapat dilihat.
Sistem penglihatan disusun oleh 2 komponen, yaitu oculus dan organon oculi accessoria. Oculus terdiri atas Bulbus
oculi dan nevrus opticus. Sedangkan organon oculi accessoria terdiri dari musculi bulbi, fasciae orbitales, super cilium,
tunica conjunctiva, apparatus lacrimalis dan palpebrae.
OCULUS
A. BULBUS OCULI (= BOLA MATA)
Terdiri atas dinding tunica bulbi yang terdiri dari 3 lapisan, yaitu (urut dari luar ke dalam) : tunica fibrosa bulbi,
tunica vasculosa bulbi dan tunica sensorial. Serta isi bola mata berupa lensa dan cairan. Tunica fibrosa bulbi,
ada 2 jenis :
a. Sclera yang membungkus 5/6 bagian posterior mata. Bungkus tertebal ioni berlapis-lapis dari arah luar ke
dalam :
1) lamina eipiscleralis, merupakan jaringan fibro elastic
2) subtantia Propria, berisi anyaman padat serabut kolagen dan fibroblast
3) lamina fusca, merupakan daerah peralihan dengan choroidea yang banyak mengandung
melanocytus berisi pigmen melaninum.
b. Cornea
merupakan lanjutan sclera ke bagian muka bola mata, bersifat tipis, jernih, tembus cahaya. Lapisan-
lapisan penyusun cornea (dari muka ke belakang) adalah :
1) Epithelium anterius
Berupa epithel stratificatum squamosum noncornificatum. Mitosis sel-sel pada lapisan ini bermitosis
setiap 7 hari.
2) Lamina limitans anterior
Lembaran ini berperan sebagai membrane basalis epitel anterior. Banyak
mengandung serabut kolagen (tanpa serabut elastic)
3) Substansia propria
Merupakan 90% dari tebal keseluruhan kornea. Terdiri atas serabut kolagen berupa lamellae dan
fibroblastus. Terletak di antara lamellae
4) Lamina limitans posterior
Lembaran ini berperan sebagai membrane basalis bagi epithelium posterior. Memiliki protein elastin tetapi
bukan serabut elastic
5) Epithelium Posterior
Berupa epithel simplex dengan sel-sel rendah. Nutrisi beralngsung secara difusi karena cornea tidak
dilengkapi dengan pembuluh darah.
c. Limbus
Merupakan perbatasan antara cornea dengan sclera. Bersifat sangat vascular.
Berbeda dengan sel batang, sel kerucut, memiliki vesikel tanpa. membrana dan
mengandung pigmen iodopsin. Pigmen sangat peka terhadap cahaya merah. Sel kerucut hanya
peka terhadap cahaya, terang saja dan ketajaman penglihatannya lebih baik daripada sel
batang.
- stratum limitans externum: tertembus sel batang dan sel kerucut. Sebenarnya ini bukan membrana
melainkan terdiri atas zonula adherens yang menghubungkan segmentum internum sel batang
dan kerucut dengan neuronum. berikut.
- stratum nucleare externum merupakan lapisan tersusun oleh inti-inti sel batang dan kerucut
- stratum plexiformae externum-mengandung anyaman terbentuk oleh:
* ujung-ujung ramping sel batang dan kerucut.
* dendritum memiliki neurocyti yang terletak teratur sesudah sel batang dan kerucut.
- stratum nucleare internum tersusun oleh inti-inti neuronum :
* horizontale.
* bipolare.
* amacrinum, dan inti gliocytus.
Jenis-Jenis neuronum :
o horizontale, mengadakan hubungan antara berbagai fotoreseptor, mungkin untuk integrasi rangsang.
o bipolare, kutub yang satu berhubungan dengan fotoreseptor, sedang kutub yang lain dengan sel ganglion
multipolar yang terletak lebih ke arah rongga bola mata.
o amacrinum, berhubungan dengan berbagai sel ganglion multipolar.
o gliocytus berbentuk astrocytus dan microglia; juga disebut sel MULLER.
Sel-sel meluas dari bagian dalam retina sampai stratum limitans externum. Sel
bertugas menyokong dan memberi makanan.
- stratum plexiforme internum tersusun oleh lanjutan:
* neurocytus amacrinus
* neurocytus bipolaris
* neurocytus ganglionaris
- stratum ganglionare dihuni oleh selapis neurocytus multipolaris; sela-sela antara sel diisi gliocytus.
- stratum neurofibrarum tersusun oleh:
o lanjutan neurocytus multipolaris yang tidak bermyelinum. Axon-axon akan bergabung menjadi nervus
opticus,
o pembuluh darah retina.
o astrocytus protoplasmaticus, berupa sel MULLER.
- stratum limitans internum-tersusun oleh kelompok lanjutan sel MULLER dan membatasi retina dari
corpus vitreum.
b. ora serrata merupakan akhir retina di ujung muka.
c. pars ciliaris retinae merupakan lanjutan retina pada corpus ciliare
d. pars iridica retinae merupakan lanjutan retina pada iris (lihat IRIS).
Catatan: Macula adalah suatu daerah terletak pada sumbu bola mata, di kutub, belakang. Pusat daerah ini
cekung : fovea centralis yang dilengkapi dengan lapisan retina tipis. Pada tempat ini :
- neurocytus bipolaris dan neurocytus multipolaris hanya menempati daerah tepi fovea centralis saja.
- pusat fovea centralis hanya ditempati sel kerucut saja, sehingga di bagian ini dimungkinkan tercapai
ketajaman penglihatan yang tepat sekali.
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 49
B. NERVUS OPTICUS
sesuai lokasinya, syaraf ini terbagi atas :
1. pars intracranialis, di rongga cranium.
2. pars orbitalis, di rongga orbita, di luar bulbus oculi.
3. Pars intraocularis yang masuk ke dalam dinding bola mata. Dari
belakang ke muka dijumpai :
a. pars Postlaminaris:
- berselubung myelinum.
- tanpa neurilemma
b. pars intralaminaris.
c. pars Prelaminaris, tanpa myelinum, dikitari gliocyti.
Nervus opticus terbungkus oleh ketiga-tiga meninges (duramater, arachnoidea, pialuater). Pada waktu memasuki
bulbus oculi, serabut-serabut syaraf menembus retina pada discus nervi optici. Tempat ini tersembul ke arah rongga
bola mata, dinamakan excavatio disci atau noda buta, sebab disini tidak ada sel fotoreseptor sama sekali.
HISTOLOGI TELINGA
Telinga adalah suatu system organ yang berfungsi untuk pendengaran dan juga keseimbangan (or- ganon
vestibulocochleare). Terdiri dari 2 komponen, yaitu :
- organum vestibulare
alat yang mampu membantu tubuh menanggapi perubahan dan penyesuaian keseimbangan tubuh
- organum cochleare
alat yang mampu mengubah gelombang suara menjadi suara yang dapat terdengar. Fungsi alat-alat tersebut
bekerja-sama.
Telinga terdiri atas 3 bagian yaitu Telinga luar (auris externa), tengah (auris media) dan dalam (auris interna).
Gelombang suara yang diterima oleh telinga luar di ubah menjadi getaran mekanis oleh membran timpani. Getaran ini
kemudian di perkuat oleh tulang-tulang padat di ruang telinga tengah (tympanic cavity) dan diteruskan ke telinga dalam.
Telinga dalam merupakan ruangan labirin tulang yang diisi oleh cairan perilimf yang berakhir pada rumah siput / koklea
(cochlea). Di dalam labirin tulang terdapat labirin membran tempat terjadinya mekanisme vestibular yang
bertanggung jawab untuk pendengaran dan pemeliharaan keseimbangan. Rangsang sensorik yang masuk ke dalam
seluruh alat-alat vestibular diteruskan ke dalam otak oleh saraf akustik (N.VIII).
50 Blok 5 Indera & Integumentum
AURIS eXTeRNA
Terdiri atas 3 komponen utama :
auriculum, meatus acusticus externum dan membrana tympani
A. AURICULUM (Pinna atau daun telinga) Terdiri atas kartilago elastica terletak di antara 2 lapisan
integumentum.
B. MEATUS ACUSTICUS EXTERNUS (Liang Telinga Luar)
Struktur liang telinga luar ini tersusun atas :
1. pars cartilaginea, terdiri atas :
a. cartilago elastica
b. integumentum, lanjutan integumentum pada auriculum, dilengkapi dengan :
- pili
- glandula sebacea
- glandula ceruminosa sebagai modifikasi glandula sudorifera yang bersifat apokrin. Sel- selnya
mengandung pigmen cokelat. Sel mengelupas (desquamatio), dilepaskan dalam meatus bersama
sekret membentuk substansi disebut cerumen.
Sekret kelenjar ini bercampur dengan sekret glandula sebacea.
2. pars ossea, integumentum yang sangat tipis. Glandula dan pili hanya terdapat di dinding sebelah atas saja.
C. MEMBRANA TYMPANI
Terdiri atas 4 lapisan, dari luar ke dalam :
1. lanjutan integumentum. pada meatus acusticus externa.
2. fibrae fibrosae yang berjalan radial.
3. fibrae fibrosae yang berjalan melingkar.
4. membrana mucosa yang membatasi cavum tympani.
Membrana ini memiliki : sel-sel kuboid pendek pars flaccida: daerah di bagian atas, segitiga tanpa fibrae.
AURIS MEDIA.
Terdapatdalam suatu rongga di dalam os temporalis yaitu:
CAVITAS TYMPANICA
Dalam ruang ini dijumpai 3 ossicula auditus. (tulang pendengaran) : maleus, incus dan stapes
Ossicula auditus berperan menghantar getaran dari membrana tympani ke cairan di dalam auris interna.
Dinding media yang berbatasan dengan labyrinthus osseus dilengkapi dengan 2 lubang, tertutup membrana
- fenestra vestibuli : oval, di sebelah atas tempat stapes menempel.
- fenestra cochleare : bulat, di sebelah bawah.
Membrana mucosa dilengkapi epithelium simplex cuboideum. Tuba auditiva :
- pipa penghubung cavitas tympanica dengan nasopharynx.
- terdiri atas pars ossea dan pars cartilaginea.
- tunica mucosa dilengkapi dengan glandulae tubariae.
AURIS INTERNA
Rongga ini berbentuk serupa dengan organ vestibulo-cochleare yang ada di dalamnya. Karena tersusun berbelit-belit
dan rumit, rongga tersebut disebut labyrinthus. Ada 2 jenis labyrinthus, yaitu :
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 51
A. LABYRINTHUS OSSEUS
Terdiri atas 2 bagian yang saling berhubungan : vestibulum dan cochlea, Berdinding tulang, melindungi dan
menyangga labyrinthus membranacea. Rongga antara labyrinthus membranacea dan osseus berisi cairan
Perilympha.
B. LABYRINTHUS MEMBRANACEA
Berdinding membrana, berisi endolympha.
Sesuai dengan alat keseimbangan dan alat pendengaran yang menyusunnya maka labyrinthus ini juga dibagi
menjadi :
1. Labyrinthus vestibularis, mengandung alat keseimbangan Ini terdiri atas :
a. sacculus.
b. utriculus yang berhubungan dengan sacculus.
Pada utriculus ada 3 buah pipa setengah lingkaran disebut ductus semicircularis.
c. bangunan yang berfungsi sebagai indera keseimbangan
- Macula: dilengkapi 2 jenis sel ; bentuk sel kolumner.
<> epitheliocytus sustentans, sel penunjang, pada membrana basalis.
<> cellula sensoria pilosa, sensoris tidak mencapai membrana basalis.
Permukaan macula ditutupi membrana gelatinosa disebut membrana statoconiorum, di atas
membrana ini terdapat hablur kecil-kecil terdiri atas Ca-karbonat dan protein, disebut batu
keseimbangan atau statoconium.
Sesuai dengan tempatnya maka dikenal
<> macula utriculi : berbentuk lonjong, dalam utriculus.
<> macula sacculi : berbentuk seperti jantung, dalam sacculus.
- Crista ampullaris : bangunan yang terdapat dalam ampula.
Ampula merupakan pelebaran salah satu pangkal ductus semicircularis pada utriculus. Susunan
crista ampullaris serupa susunan macula dengan perbedaan :
o statoconia tidak dijumpai.
o membrana gelatinosa yang menutupi crista ampullaris dinamakan cupula.
2. Labyrinthus cochlearis mengandung indera pendengaran. Alat utama berupa cochlea.
Labyrinthus cochlearis terdiri atas 2 jenis rongga :
a. spatium nerilymphaticus berisi perilympha, terdiri atas 2 rongga :
- Scala vestibuli
- Scala tympani.
b. spatium endolymphaticum berisi endolympha. Rongga ini dulu terkenal dengan nama Scala media,
sekarang dinamakan ductus cochlearis.
Dindingnya :
- paries internus, di sini pada tempat pertemuan lamina basilaris dan membrana vestibularis ada
penebalan : limbus laminea giralis; di atas limbus ini berpangkal membrana tectoria
(gelatinosa).paries externus, dinding ini disebut stria vascularis, yang meluas dari ujung membrana
vestibularis ke crista suiralis.
- paries tympanicus, atau lamina spiralis yang memisahkan ductus cochlearis atau scala media dari
Scala tympani. Pada dinding ini ada membrana basilaris, tempat bersandar organon spiralis
(Corti)
PETUNJUK PRAKTIKUM
ORGANON SPIRALE
Sediaan: OV-4; H E
Perhatikan dengan perbesaran lemah:
Labyrintus cochlearis yang terdiri atas dua rongga pokok:
a. spatium perilymphaticum yang tersusun lagi atas dua rongga :
- scala vestibuli
- scala tympani
b. spatium endolymphaticum atau ductus cochlearis dengan dinding-dinding pembatas :
- paries internus dengan limbus laminae spiralis, tempat membrana tectoria berpangkal paries externus
atau stria vascularis
- paries tymphanicus atau membrana spiralia; dinding terpenting ini memisahkan ductus cochlearis dari scala
tympani.
Pada dinding ini perhatikanlah : lamina basilaris yang ditempati oleh organum spirale. Coba temukan pada organa
spirale 3 jenis terowongan :
- cuniculus internus
- cuniculus medius
- cuniculus externus
2. HISTOLOGI PENGHIDU DAN PENGEcAP
HISTOLOGI PENGHIDU
Organ penghidu atau indera pembau terdapat di dalam hidung. Rongga hidung (cavitas nasi) terdiri dari
vestibulum nasi, regio respiratoria dan regio olfactoria
Vestibulum nasi tersusun oleh epithelium stratificatum squamosum non cornificatum, lamina propria yang
dilengkapi dengan glandula yang bersifat mucous, rambut-rambut serta glandula yang merupakan perintang pertama
bagi partikel yang masuk bersama udara pernafasan.
Organon olafcatorius berfungsi utama sebagi organ pembau (penghidu). Organ ini terdapat pada permukaan
bagian atas concha superior pada cavitas nasi. Organ ini dilengkapi dengan reseptor rangsang bau. Organ ini memiliki
3 macam sel yaitu
a. Sel penyokong :
Sel ini berbentuk langsing, di dalam sitoplasmanya tampak adanya berkas-berkas tonofibril dan jelas tampak
terminal bar. Pada permukaannya tampak banyak mikrovili yang panjang yang terpendam dalam lapisan lender.
Kompleks Golgi yang kecil terdapat pada bagian puncak sel. Di dalam sel ini juga terdapat pigmen coklat yang
memberi warna pada epitel olfacyory tersebut.
b. Sel basal :
Sel ini berbentuk kerucut rendah dengan tonjolan tersusun selapis dan berinti gelap.
c. Sel olfactory :
Sel ini terdapat di antara sel-sel penyokong sebagai sel saraf yang berbentuk bipolar. Bagian puncak sel olfactory
membulat dan menonjol merupakan dendrit yang meluas sebagai tonjolan silindris pada permukaan epitel. Bagian
basal sel ini mengecil menjadi lanjutan sel halus yangtidak berselubung myelin.
Bagian yang membulat di bagian permukaan disebut vesicular olfactorius, dari bagian yang menonjol ini timbul
tonjolan yang berpangkal pada corpusculum basale sebagai cilia olfactory yang tidak dapat bergerak. Ujung
cilia inilah yang merupakan komponen indra penghidu dan dapat menerima rangsang.
Dalam lamina propria terdapat sel-sel pigmen dan sel limfosit. Selain itu, juga terdapat banyak sekali anyaman
pembuluh darah. Di dalam lamina propria area olfactory terdapat pula kelenjar tubulo- alveolar sebagai
glnadula olfactorius Bowmani. Kelenjar ini berfungsi menghasilkan sekret yang menjaga kelembaban dan
kebersihan epitel olfactory.
HISTOLOGI PENGECAP
Lingua atau lidah adalah salah satu organ yang termasuk ke dalam sistem digestoria. Lingua juga merupakan
salah satu organ indera manusia yang bertugas khusus untuk menghadirkan sensasi rasa pada setiap makan kita
sebelum ditelan.
Struktur histologi lingua sangat khas, yaitu terdapatnya papila-papila pada superficialnya. Secara histology, lingua terdiri
dari bagian membrana mucosa dan tunica mucosa.
a. Membrana mucosa :
Meliputi 2/3 area depan lidah.Membrana ini melipat-lipat, terdiri atas epithelium dan lamina propria.
Lipatan-lipatan tersebut membentuk papila-papila dengan berbagai bentuknya. Berdasarkan bentuknya, papilla
lingualis dapat dibedakan menjadi :
1) Papilla Filiformis, berbentuk seperti jari, tanpa indera pengecap. Papila ini terdapat di hamper seluruh
permukaan lingua
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 55
2) Papilla Fungiformis, berbentuk menyerupai jamur, memiliki indera pengecap (gemma gustatoria)
3) Papilla vallata,berukuran besar menyembul sebagai vallum papillae, memiliki banyak indera penegcap
(gemma gustatoria). Papilla dikelilingi oleh sulcus papilla yang terisi oleh cairan secret sehingga zat kimia di
dalamnya dapat dikecap oleh indera pengecap. Gemma gustatoria banyak terdapat pada dinding lateral
papilla.
4) Papilla foliata, berbentuk menyerupai daun, terdapat di sepanjang tepi lateral belakang lingua. Papilla ini
terdiri dari folium papillae dan sulcus papillae. Papilla ini memiliki banyak indera pengecap.
b. Tunica muscularis : otot lidah bersifat seran lintang, menempati lidah antara mucosa bawah dan atas
56 Blok 5 Indera & Integumentum
PETUNJUK PRAKTIKUM
3. HISTOLOGI KULIT (INTEGUMENTUM)
Integumentum merupakan sistem yang menutupi dan melindungi tubuh terhadap lingkungan luar tubuh. Pelindung
tersebut terdiri atas kulit (Cutis) dan bangunan derivatnya yaitu rambut, kuku dan macam- macam kelenjar.
CUTIS
Struktur cutis tersusun dari luar ke dalam oleh berbagai lapisan, yaitu : Epidermis, dermis
dan tela subcutanea(hypodermis)
BANGUNAN TAMBAHAN
A. PILUS atau RAMBUT
Rambut sendiri dari dalam ke luar terdiri atas lapisan:
a. medulla, oleh sel-sel yang lunak:
Epitheliocytus polyhedralis berisi granulum trichohyalini, granulum melanin, tonofibrilla. dan
tonofilamenta.
b. cortex :
Sel menanduk, kering, dengan granulum melanini.
c. cuticula :
Dengan epitheliocytus cuticularis.
Rambut terdapat dalam kantong rambut folliculus Dili, terdiri atas :
* fundus,
* cervix, dan
* canalis.
Dinding foliculus pili :
1. vagina epithelialis radicularis, yang terdiri atas :
a. vagina epithelialis radicularis interna, dinding ini berlapis-lapis :
- cuticula vaginalis dengan epitheliocytus cuticularis. stratum epitheliale internum (granu- liferum),
berisi butir-butir.
- stratum epitheliale externum (vallidum): pucat
b. vagina epithelialis radicularis externa.
2. membrana basalis (vitrea) tampak jernih.
Di daerah akar rambut, dinding kantong rambut berupa : stratum circulare internum, dan stratum longitudinale
externum. Di pangkal rambut ini dermis membentuk papilla Dili. Musculus arrector Dili: merupakan berkas sel
otot polos yang membentang dari jaringan ikat (papilla corii) ke kantong rambut, yang dapat menegakkan
rambut.
C. GLANDULA CUTIS
1. glandula sebacea (kelenjar minyak)
Tempat : Di seluruh kulit, kecuali pada telapak tangan dan kaki bagian sisi kaki (bagian kulit yang tidak
berambut). Struktur : Portio terminalis terletak dalam dermis. dilengkapi dengan sel = exo- crinocytus sebaceus
atau sebocytus. Sel yang makin ke arah dalam makin besar ini menghasilkan sebum, berisi lemak. Sel
polihedral. Pada sekresi inti sel mengerut, menghilang, sel hancur, menjadi serpihan lemak dan akhirnya
menjadi sebum.
Ductus glandularis :
- pada glandula sebacea Dili bermuara ke dalam kantong rambut.
- pada glandula sebacea libera bermuara di permukaan kulit tubuh. Ductus
glandularis dilapisi oleh epithelium stratificatum squamosum :
- pada glandula sebacea vili, lanjut ke vagina epithelialis radicularis externa.
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 59
- pada glandula sebacea libera, lanjut ke stratum spinosum kulit. Kelenjar ini termasuk kelenjar holokrin.
2. glandula sudorifera atau kelenjar keringat (peluh)
Tempat : Tersebar dekat permukaan kulit, kecuali pada bibir, glans penis, bagian kulit di bawah kuku.
Struktur: Dikenal 2 jenis glandula sudorifera :
a. glandula sudorifera apokrina, portio terminalis berbentuk alveolus, dilengkapi dengan :
- exocrinocytus sebagai penghasil peluh.
- myoepitheliocytus fusiformis.
b. glandula sudorifera merocrina (eccrina), portio terminalis berbentuk alveolus atau acinus dilengkapi
dengan:
- exocrinocytus lucidus, cerah.
- exocrinocytus densus, gelap, padat.
- myoepitheliocytus fusiformis.
Ductus glandularis atau ductus sudorifera bermuara keluar pada permukaan kulit tubuh, lubang muara
dinamakan porus glandularis.
Kulit selain berfungsi sebagai pelindung dan pertahanan terluar juga berperan sebagai salah satu indera, yaitu
peraba. Untuk fungsi tersebut, kulit dilengkapi dengan reseptor saraf pada beberapa area/stratum kulit.
Reseptor-reseptor pada kulit termasuk ke dalam sistem saraf perifer, terdiri dari reseptor untuk sensasi
superficial dan dalam. Reseptor-reseptor pada kulit antara laian :
a. Ujunq syaraf bebas.
Merupakan dendrit perifer neuron sensorik bercabang dalam jumlah banyak dan terdistribusi secara luas,
dan badan sel syarafnya terletak di ganglia kraniospinal. Reseptor ini tidak berkapsul dan umumnya
merupakan cabang serabut syaraf tak bermyelin atau bermyelin tipis yang terdapat di dalam berkas di
bawah epitel.
b. Corpusculum Merkeli.
Merupakan reseptor tanpa kapsul untuk sentuhan, terdapat di bagian epidermis. Terdapat dalam jumlah
banyak pada kulit tebal, misalnya telapak tangan dan kaki. Struktur disusun oleh 2 komponen utama ialah
sel Merkel dan diskus Merkel.
c. Corpusculum Meissneri.
Reseptor ini merupakan reseptor mekanoreseptor (untuk sentuhan dan tekanan superfisial), berkapsul
tipis dan mengandung banyak sekali tumpukan lamela sel Schwann dan fibroblast. Umumnya terdapat
pada stratum papilare dermis (kulit) dan paling banyak terdapat di ujung jari, telapak tangan dan kaki,
puting susu.
d. Corpusculum Pacini.
Merupakan reseptor yang sensitif terhadap tekanan, yang terdapat pada dermis bagian dalam,
hipodermis, periosteum, kapsul persendian dan mesenterium. Berkapsul lengkap yang terdiri atas
lamellamel sel pipih serupa fibroblast yang dipisahkan oleh ruang-ruang sempit berisi cairan. Ukuran
lebih besar dibanding Corpusculum Meissner. Syarafnya masuk kapsul, kehilangan selubung myelinnya,
menembus pusat reseptor terselubungi oleh beberapa lapis sel Schwann, berterminasi di dekat kutub
yang berhadapan dengan waktu syaraf masuk reseptor.
e. Corpusculum Ruffini.
Merupakan mekanoreseptor yang kerjanya lambat dan umumnya terdapat pada dermis, hipodermis
dan kapsul persendian.
60 Blok 5 Indera & Integumentum
PETUNJUK PRAKTIKUM
FOLLICULUS PILI.
Sediaan: IN-2; H E.
Potongan tegak lurus pada permukaan kulit
Perhatikan pada kantong rambut ini :
- glandula sebacea
- musculus arrector pili dengan :
- origo dalam corium
- insertio, pada akar rambut
- bagian kantong rambut :
- fundus folliculi : dasar
- cervix folliculi : lebar
- canalis folliculi. Epithelium merupakan selubung :
* vagina radicularis interna
* vagina radicularis externa
- pilus atau rambut. Perhatikan : medulla dan cortex
2. Kulit kepala
Sediaan: IN-3,- H E
Perhatikan :
- susunan lengkap kantong rambut dan rambutnya sendiri
- jaringan ikat padat, kurang teratur, dilengkapi :
* berkas kolagen
* serabut elastis, lebih tebal, berjalan sendiri-sendiri.
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 61
Blok 6
GASTROINTESTINAL
& NUTRISI
64 Blok 6 Gastrointestinal & Nutrisi
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 65
PRAKTIKUM ANATOMI
66 Blok 6 Gastrointestinal & Nutrisi
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 67
1. ANATOMI DINDING ABDOMEN DAN
VASA INERVASI DINDING ABDOMEN
A. Tujuan Umum : Setelah mengikuti materi praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu memahami anatomi
dinding abdomen dan vasa inervasinya
B. Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. mengidentifikasi struktur anatomi di dinding abdomen
2. memahami vascularisasi dan inervasi dinding abdomen.
C. Skenario :
Rio, umur 4 tahun, bersama ibunya datang ke Rumah Sakit. Kata ibunya pada lipat paha anaknya sering timbul
benjolan yang makin membesar pada saat batuk atau menangis tetapi mengecil kembali pada saat tidur. Pada
pemeriksaan fisik di srotum , ketika Rio disuruh batuk timbul benjolan disebelah lateral denyutan arteri di atas lipat
paha. Menurut dokter Rio menderita hernia inguinalis indirect yaitu masuknya usus ke canalis inguinalis
melalui anulus inguinalis profundus.
Pertanyaan:
1. Dimanakah letak canalis inguinalis dan anulus inguinalis profundus?
2. Denyutan yang teraba di di medial benjolan adalah denyutan dari arteri apa?
3. Mengapa benjolan timbul pada saat menangis atau batuk?
4. Jelaskan mekanisme terjadinya hernia inguinalis!
5. Apa fungsi canalis inguinalis?
D. Petunjuk Identifikasi
b. 2 bidang sagital :
- bidang sagital yang melalui linea medioclaviculare kanan dan kiri
d. Regio umbilicalis
e. Regio lumbalis dextra
f. Regio lumbalis sinistra
g. Regio hypogastrica
h. Regio inguinalis dextra
i. Regio inguinalis sinistra.
4. Vascularisasi
Sistema arteri :
Arteri yang mendarahi dinding anterior abdomen sebelah cranial:
a. a. epigastrica superior, cabang dari a. mammaria interna. Di daerah umbilicus beranastomose dengan a.
epigastrica inferior.
b. a. musculophrenica, cabang dari a. mammaria interna.
Arteri yang mendarahi dinding anterior sebelah kaudal :
a. a. epigastrica inferior, cabang a. iliaca externa. Mempercabangkan a. cremasterica yang masuk ke canalis
inguinalis. Didaerah pubis beranastomose dengan a. obturatoria, anastomose ini pada operasi hernia
femoralis sering terpotong sehingga disebut corona mortis.
b. A. circumflexa illium profunda, cabang dari a. iliaca externa yang menuju SIAS untuk
mempercabangkan a. epigastrica lateralis.
c. A. epigastrica superficialis, cabang a. femoralis dan berjalan ke kranial.
d. A. Circumflexa illium superficialis, cabang a. femoralis yang menuju ke SIAS.
Sistema vena :
Vena di dinding abdomen :
- Vena cutanea abdominis, di kranial umbilicus bermuara ke v. thoracoepigastrica selanjutnya ke v. axillaris.
Di kaudal umbilicus bermuara ke v. epigastrica superficialis selanjutnya ke v. femoralis
- Vena cutan di sekitar umbilicus beranastomose dengan v. porta melalui v. parumbilicalis.
- Vena yang lain mengikuti kembali arterinya dan namanya sama dengan arterinya.
Systema lymphatica :
Aliran vasa lymphatica :
- Di kranial umbilicus ke nnll. pectorales, nnll. subscapularis, nnll. parasternalis.
- Di kaudal umbilicus ke nnll. circumflexa illium profunda, nnll. epigastrica inferior ke nnll. iliaci externi.
- Di sepanjang v. circumflexa illium superficialis dan v. epigastrica superficialis ke nnll. inguinalis
superficialis.
5. Inervasi
Saraf kulit :
Nn. intercostalis VII - XII dan r. anterior N.Lumbalis I (sebagai n. iliohypogastricus dan n. ilioinguinalis). Distribusinya
dengan konsep dermatoom sebagai berikut :
70 Blok 6 Gastrointestinal & Nutrisi
• Diaphragma :
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 71
Diaphragma merupakan jaringan fibromusculair dengan arah serabut radier yang membatasi cavum
abdomen dan cavum thoracis.
- Diaphragma terdiri dari 3 bagian :
a. Pars sternalis
b. Pars costalis
c. Pars lumbalis
- Bangunan – bangunan di diaphragma:
a. Hiatus aorticus, setinggi VT XII, dilalui oleh aorta, v. azygos dan ductus thoracicus.
b. Hiatus oesophagus, disebelah ventral hiatus aorticus dilalui oleh oesophagus, N. vagus
dextra dan N. vagus sinistra.
c. Foramen venae cavae, terletak di centrum tendineum sebelah lateroventral hiatus
oesophagus. Dilalui oleh v. cava inferior dan cabang n. phrenicus dextra.
d. Crus dexter, disini terdapat lubang kecil yang dilalui n. splanchnicus major dextra dan
n. splanchnicus minor dextra.
e. Crus sinister, terdapat lubang yang dilalui n. splanchnicus major sinistra dan n.
splanchnicus minor sinistra serta v. hemiazygos
f. Lig. Arcuatum mediale, disebelah posteriornya dilalui oleh n. symphaticus dan n.
splanchnicus imus.
g. Lig. Arcuatum laterale
h. Trigonum lumbocostale diaphragmatis (trigonum bochdalek) daerah tanpa otot diantara
pars lumbalis dan pars costalis diaphragma. Merupakan locus minoris resistensi
hernia diaphragmatica.
ASPEK KLINIS
1. Hernia :
a. Hernia inguinalis indirect, yaitu masuknya viscera abdomen (usus halus) ke canalis inguinalis melalui
anulus inguinalis profundus. Bisa meluas sampai scrotum.
b. Hernia inguinalis direct, yaitu masuknya usus halus ke canalis inguinalis melalui dinding posterior
canalis inguinalis. Biasanya hanya berupa penonjolan dengan leher lebar.
c. Hernia femoralis, yaitu masuknya usus halus ke canalis femoralis, klinis berupa penonjolan pada bagian
atas paha di kaudolateral tuberculum pubicum, sedangkan pada hernia inguinalis penonjolan di
kraniomedial tuberculum pubicum.
d. Hernia umbilicalis, yaitu penonjolan usus halus melalui umbilicus.
e. Hernia diaphragmatica
2. SISTEMA DIGESTORIA DAN
VASA INERVASI ORGANA DIGESTORIA
A. TUJUAN UMUM:
Mahasiswa dapat mengetahui susunan bangunan yang membentuk systema digestoria beserta vasa inervasinya
B. TUJUAN KHUSUS:
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. Memahami dan mengidentifikasi bangunan yang terdapat pada ventriculus, intestinum tenue, intestinum
crassum, hepar, lien, dan pancreas
2. Memahami topographi organa digestoria
3. Memahami letak organ terhadap peritoneum.
4. Memahami vasa dan inervasi organa digestoria
1. Skenario
Seorang mahasiswi FK UMY, 22 tahun, saat bangun tidur merasakan mual dan nyeri kejang perut yang disertai
demam. Nyeri perut makin lama makin terlokalisir di sekitar umbilicus. Menjelang sore, lokasi nyeri berpindah ke
kuadran kanan bawah abdomen, terutama di titik Mc. Burney. Rasa nyeri menghebat kalau dia melakukan gerakan
hiperekstensi paha. Dia mencurigai dirinya menderita appendixitis akut (peradangan pada appendix).
Pertanyaan:
1. Di mana posisi anatomi appendix?
2. Dapatkah anda menunjukkan titik Mc. Burney?
3. Diskusikan mengenai referal pain/nyeri rujukan pada appendix!
4. Mengapa nyeri terasa pada kuadran kanan bawah abdomen? Mengapa gerakan hiperekstensi paha
dapat memperhebat nyeri?
2. Petunjuk Identifikasi
Systema digestoria yang akan dipelajari terdiri atas :
1. Tractus digestorius : oesophagus, ventriculus, intestinum tenue dan intestinum crassum
2. Glandula digestoria : hepar, lien, pancreas
A. TRACTUS DIGESTORIUS
1. OESOPHAGUS
Oesophagus adalah pipa muskular dengan panjang 23-25 cm, yang menembus diafragma pada hiatus
oesophagus, di sebelah kiri linea mediana.
Oesophagus pada waktu penuh mengalami 4 penyempitan, yaitu :
1. angustia oesophagei superior, : pada pangkalnya di leher
2. angustia esophagei medialis, di tempat persilangannya dengan arcus aortae dan tempat
persilangannya dengan bronchus primarius sinister
3. angustia esophagei inferior, di tempat ia menembus diafragma
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 73
Bagian-bagian oesophagus :
1. Pars thoracalis oesophagi
2. Pars abdominalis oesophagi : panjangnya hanya 1,5-2,5 cm, berbentuk kerucut. Bagian distalnya
berhubungan dengan gaster pada junctio oesophagogastrica, padanya terdapat spincter oesophagus
2. VENTRICULUS
Ventriculus yang kosong berbentuk huruf J, terletak intraperitoneal pada kuadran kiri atas abdomen dan di regio
hypochondriaca, umbilicalis dan epigastrica.
Penghubung ventriculus dengan organ-organ abdomen lainnya adalah :
1. Omentum minus
- menghubungkan curvatura minor ventriculi (lig. Hepatogastricum) dan 2 cm bagian pertama duodenum
dengan hepar (lig. Hepatoduodenale)
- diantara kedua lapisan ini berjalan v. portae, a. hepatica dan ductus biliferus
2. Omentum majus
- lapisan ganda berupa apron vaskular berlemak yang menggelantung dari curvatura major ventriculi ke
inferior dan melekat pada dinding posterior abdomen
- terbagi menjadi 3 bagian :
lig. Gastrocolicum : melekat pada colon transversum
lig. Gastrilienale : menghubungkan lien dengan curvatura major lig.
Gastrophrenicum : melekat pada diafragma
3. INTESTINUM TENUE
A. DUODENUM
- merupakan bagian pertama dari intestinum tenue, yang letaknya retroperitoneal
- berbentuk huruf U dengan cekungnya menghadap ke superior dan sinister
4. INTESTINUM CRASSUM
- panjangnya sampai 1,5 m
- bangunan khas : taenia coli, haustrae, appendices epiploicae
a. CeCUM (CAeCUM)
- yaitu kantong buntu yang bersambung dengan colon ascendens
- muara ileum dan appendix pada dinding posteromedial pada orificium ileocecalis
- labium superius, labium inferius, valva ileocecalis, frenulum valvae ileocecalis
APPENDIX VERMIFORMIS
- pipa buntu, seperti cacing, panjang 8 cm dan terletak retrocecal,
- bermuara pada cecum pada 2-3 cm di inferior junctio ileocecalis
- mempunyai mesoappendix yang menghubungkan appendix dengan mesenterium ileum
b. COLON ASCeNDeNS
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 75
- panjangnya 12-20 cm, dari valva ileocecalis sampai flexura coli dextra
- letaknya retroperitoneal pada sulcus para vertebralis kanan
c. COLON TRANSVERSUM
- panjangnya 40-50 cm, paling besar dan mobil
- dari flexura coli dextra sampai flexura coli sinistra yang dilekatkan pada diafragma
- bagian posterionya digantung oleg mesocolon transversum yang menyatu dengan permukaan posterior
omentum majus dan berhubungan dengan tepi inferior pancreas
d. COLON DESCENDENS
- dari flexura coli sinistra ke apertura pelvis ke apertura perlvis superior pada fossa colica sinistra
- terletak retroperitoneal
e. COLON SIGMOIDEUM
- berbentuk huruf S, panjang 15-80 cm, bentuk dan posisinya tergantung pada jumlah isinya yaitu feces
- dari colon descendens sampai os sacrum segmen ke-3, berlanjut ke rectum
- digantung pada dinding pelvis oleh mesocolon sigmoideum dengan bentuk huruf V terbalik
- appendix epiploicanya panjang
f. RECTUM DAN CANALIS ANALIS
- mulai dari batas colon sigmoideum pada VL 3, panjang 12 cm
- tidak mempunyai mesenterium,
- peritoneum menutupi dinding anterior dan lateral pada 2/3 proximal dan dinding anterior pada 1/3
bagian distal
- canalis analis adalah bagian akhir tractus digestivus dan berakhir sebagai anus pada perineum
- flexura sacralis, junction anorctalis, flexura perineal, ampulla rectalis
Vasa darah :
- a. rectalis superior (membentuk anastomose pada valvula analis)
- a. rectalis media
- a. rectalis inferior (spinchter ani internus dan externus, bagian distal valvula analis dan kulit perineum)
- a. sacralis media (dinding posterior anorectal)
Aliran venanya :
- v. rectalis superior, v. rectalis media, v. rectalis inferior, v. sacralis media
B. GLANDULA DIGESTORIA
1. HEPAR
- terletak pada regio hypochondria dextra dan epigastrium
- intraperitoneal dengan bagian superior ditutupi peritoneum kecuali pada area nuda
- porta hepatis: kelompok fissura dan sulci yang berbentuh huruf H dengan batang melintang;
dengan fissura transversalnya berisi v. portae, a. hepatica propria, plexus n. hepatis, ductus
hepaticus, dan vasa lymphatica; kaki kiri berisi lig. teres hepatis dan lig. venosum; kaki kanan
berupa fossa vesica fellea dan sulcus vena cava inferior
- ductus hepaticus dexter dan sinister ductus hepaticus communis + ductus cysticus ductus
choledochus (ductus biliferus communis) bermuara pada papilla duodeni major pada duodenum
76 Blok 6 Gastrointestinal & Nutrisi
2. VeSICAe FeLLeA
- kantong berbentuk buah pir, terletak di sepanjang tepi kanan lobus quadratus
- fungsinya memekatkan empedu dengan daya tampung 30-60 ml
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 77
3. LIeN (SPLeN)
- merupakan organ limfatik vaskular yang terletak di kuadran kiri atas pada regio hypochondrium kiri
- terdapat diantara lapisan mesogastricum dorsale (intraperitoneal)
- ukurannya 7x12 cm sesuai dengan cekungan tangan seseorang
Penggantung lien adalah :
1. lig. gastrolienale, menghubungkan lien dengan paries posterior ventriculi
2. lig. mesogastricum, menghubungkan lien dengan ventriculus dan dinding posterior abdomen
3. lig. lienorenale, menghubungkan lien dengan hilum renalis sinister
4. lig. phrenicolienale, menghubungkan lien dengan diafragma
4. PANCREAS
- panjang 12-15 cm dan terletak di regio epigastrica dan hypochondriaca kiri
- terdiri atas glandula eksokrin yang mengekskresi cairan pancreas ke duodenum melalui ductus pancreaticus
dan glandula endokrin yang mensekresi glukagon dan insulin ke dalam darah.
PERITONEUM
a. Peritoneum
Peritoneum ada 2 yaitu peritoneum parietale dan perotoneum viscerale. Peritoneum parietale merupakan
membran serosa yang melapisi permukaan dalam cavum abdominalis dan cavum pelvis. Sedangkan pertoneum
viscerale merupakan peritoneum parietale yang mengalami pembalikan (refleksi) dari dinding abdomen ke
organ, vasa, saraf maupun saluran limfe abdomen.
b. Cavum peritonei yaitu ruangan diantara peritoneum parietale dan viscerale yang berisi cairan serosa. Cavum
peritonei terbagi 2 yaitu :
- saccus peritonei mayor
- saccus peritonei minor (bursa omentalis) terdapat di dorsal gaster. Kedua
ruangan ini dihubungkan oleh foramen epiploicum winslow.
APLIKASI KLINIS
a. Pemeriksaan fisik abdomen :
- Organ abdomen
- Titik Mc. Burney
- Scala Schufner
b. Ascites : tertimbunnya cairan dadalam cavum peritonei secara berlebihan.
c. Reflux empedu ke pancreas pancreatitis
d. Splenomegali
e. Atresia ani
f. Diverticulosis
g. Cholelithiasis
h. Appendisitis
i. Hernia hiatalis
TABeL VASCULARISASI DAN INeRVASI VISCeRA ABDOMeN (ORGANA DIGeSTORIA)
JEJENUM & ILEUM rr. jejunales & rr. Ilealis a. V. mesenterica superior -Nnll. Mesenterica Parasimpatis: pars coeliaca truncus vagalis posterior
mesenterica superior membentuk superior Simaptis : n. splanhnicus
arterial arcades & - bag. Distal ileum : ke
vasa recta nnll. ilicolici
CAECUM & A. iliocolica v. iliocolica ke v. Nnll. Iliocolica anterior, Parasimpatis: n. vagus
APPENDIX mesenterica superior Nnll. Iliocolica posterior Simpatis : ganglion coeliacus & ganglion mesenterica
VERMIFORMIS Nnll. Iliocolica inferior superior
COLON A. iliocolica v. iliocolica Nnll. Paracolici Idem
ASCENDENS a. colica dextra v. colica dextra Nnll. epiploici
COLON 2/3 dextra: a. colica dextra & a. V. mesenterica superior Nnll. Mesenterica 2/3 bag dextra idem caecum
TRANSVERSUM colica media superior 1/3 bag sinistra idem colon descendens
1/3 sinisitra : a. colica sinistra
COLON a. colica sinistra v. mesenterica inferior Nnll. Mesenterica inferior Nnll Simpatis : ganglion lumbale & plexus
DESCENDENS a. sigmoidea superior mesenterica superior hypogastricus superior
Parasimpatis : nn. Pelvici splanchnici (nn.
Erigentes)
COLON aa. sigmoidales ( cabang a. V. mesenterica inferior Nnll. Mesenterica inferior idem
SIGMOIDEUM rectalis superior, a. rectalis
media & a. mesenterica inferior)
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 81
PRAKTIKUM BIOKIMIA
82 Blok 6 Gastrointestinal & Nutrisi
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 83
1. PEMERIKSAAN PROFIL LIPID
(ANALISA KUANTITATIF KOLESTEROL,
TRIGLISERID, LDL DAN HDL)
TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melakukan praktikum tersebut mahasiswa dapat :
1. Memahami metode pemeriksaan profil lipid
2. Dapat menjelaskan tentang profil lipid
3. Dapat menjelaskan kelainan-kelainan berkaitan dengan profil lipid
PENDAHULUAN
Profil lipid adalah gambaran lipid- lipid didalam darah. Profil lipid biasanya memeriksa kadar kolesterol total,
trigliserida, HDL dan LDL di dalam darah.
Di dalam plasma, terdapat beberapa jenis lipid yang utama yaitu kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan asam lemak
bebas. Lipid- lipid tersebut tidak larut dalam plasma. Agar lipid dapat diangkut dalam sirkulasi, maka susunan molekul lipid
harus dimodifikasi, yaitu dalam bentuk lipoprotein yang bersifat larut dalam air. Lipoprotein terdiri dari kolesterol ester
dan trigliserida yang mengisi inti dan dikelilingi oleh fosfolipid, kolesterol non ester dan apolipoprotein. Lipoprotein ini
bertugas mengangkut lipid dari tempat sintesisnya ke tempat penggunaannya.
Lipoprotein dapat dibagi ke dalam lima kategori utama, tergantung pada komposisinya. Pengelompokan dimulai dari
ukuran yang paling besar dengan densitas yang kecil hingga ke ukuran yang terkecil dengan densitas yang besar yaitu
kilomikron, Very Low Density Lipoprotein (VLDL), Intermediate-Density Lipoprotein (IDL) , Low-Density
Lipoprotein (LDL), dan High Density Lipoprotein (HDL).
Partikel yang lebih besar dan lebih ringan terutama memiliki inti kaya trigliserida, sedangkan partikel yang lebih
kecil dan lebih padat memiliki inti kolesterol ester.
Kadar kolesterol total, kolesterol HDL dan trigliserida diukur menggunakan metode CHOD-PAP, Direct dan GPO-
PAP dengan 2 kali frekuensi pengumpulan. Sampel yang digunakan adalah plasma subyek se- dangkan reagen yang
digunakan merupakan reagen merek Human®berupa cholesterol complete test kit.
Alat :
- Sentrifus - Spektrofotometer
- Vorteks - Tabung ependof 1,5 ml
- Tabung reaksi1x12 cm - Yellow tip dan blue tip
- Rak tabung reaksi - Mikropipet
- Pipet - Kuvet
Bahan
- Serum dari darah segar 5 ml - Reagen kolesterol HD
- Reagen kolesterol dan Reagen standar - Reagen kolesterol LDL
- Reagen trigliserida - Aqua bidestilata
84 Blok 6 Gastrointestinal & Nutrisi
• Reagen:
- Buffer (pH 6,7) 50mmol/L
- Fenol 5mmol/L
- 4-aminoantipirin 0,3mmol/L
- Cholesterol esterase (CHE) ≥ 200U/L
- Cholesterol oxidase (CHO) ≥ 50U/L
- Peroksidase (POD) ≥ 3 kU/L
- Standar 200mg/dl (5,2mmol/L)
• Cara Kerja:
1) Siapkan tiga buah tabung dan isi masing-masing tabung dengan komponen seperti pada tabel di bawah
ini:
Komponen Blanko Sampel Standar
Sampel/standar - 10µL 10µL
Aquabides 10µL - -
Reagen 1000µL 1000µL 1000µL
2) Vortex selama 10 detik
3) Inkubasi selama 20 menit pada suhu 20-250C
4) Baca absorbansi dalam waktu 60 menit dan bandingkan dengan blanko
PERHITUNGAN
Kadar Trigliserid
Δ Sampel
Trigliserida (mg/dL) = x Konstanta Standar (mg/dL)
Δ Standar
adar Kolesterol HDL
Untuk mengkoreksi kadar gliserol bebas:
Kadar gliserol bebas = kadar Trigliserida – 10 mg/dL (0,11 mmol/L)
Faktor konversi:
Trigliserida (mg/dL) x 0,01126 = Trigliserida (mmol/L)
Kadar normal profil lipid dapat ditunjukkan dalam tabel berikut ini:
2. BIOKIMIA KARBOHIDRAT, LIPID, PROTEIN
TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melakukan praktikum tersebut mahasiswa dapat :
1. Memahami metode pemeriksaan biokimia karbohidrat, lipid dan protein
2. Dapat menjelaskan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein
3. Dapat menjelaskan kelainan-kelainan metabolism karbohidrat, lipid dan protein
KARBOHIDRAT
Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hidrogen dan oksigen yang terdapat dalam alam. Banyak karbohidrat
mempunyai rumus empiris CH2O, misalnya glukosa adalah (CH2O)6. Karbohidrat adalah polihidroksi aldehid
(aldosa) atau polihidroksi keton (ketosa).
Pembagian Karbohidrat
1. Monosakarida
Monosakarida adalah karbohidrat yang paling sederhana. Monosakarida tidak dapat dihidrolisis menjadi
molekul karbohidrat yang lebih kecil.
Contoh: glukosa, fruktosa, galaktosa, ribosa.
2. Disakarida
Disakarida adalah karbohidrat yang dapat dihidrolisis menjadi 2 molekul monosakarida. Contoh:
Sukrosa glukosa + fruktosa
Maltosa glukosa + glukosa
Laktosa glukosa + galaktosa
3. Oligosakarida
Oligosakarida adalah karbohidrat yang tersusun atas 2-8 monosakarida.
4. Polisakarida
Polisakarida adalah karbohidrat yang tersususn atas lebih dari 8 monosakarida. Polisakarida merupakan polimer
monosakarida dan mempunyai berat molekul tinggi. Polisakarida dengan satuan dasar pentosa disebut pentosan
(contoh: gom arab yang merupakan polimer arabinosa). Polisakarida dengan satuan dasar heksosa disebut
heksosan (contoh: amilum yang merupakan polimer glukosa). Contoh lain polisakarida yaitu pati, selulosa.
PRAKTIKUM KARBOHIDRAT
- Ulangi langkah no.3 setiap 3 menit sampai proses hidrolisis selesai. Amati perubahan warna yang terjadi
akibat reaksi tersebut!
- Setelah proses hidrolisis selesai, sebagian larutan di ambil dan di masukkan ke dalam tabung reaksi baru
kemudian masukkan sepotong kertras lakmus kedalam tabung tersebut.
- Larutan Na2CO3 ditambahkan ke tabung tersebut hingga lakmus berubah warna dari merah menjadi
biru.
- Lakukan uji Benedict dengan menambahkan 3 mL reagen Benedict ke dalam tabung tersebut.
Pertanyaan:
a. Apakah yang menandai bahwa semua amilum sudah habis terhidrolisis?
b. Apabila reaksi Benedict positif, kesimpulan apa yang dapat diambil?
2. Reaksi Molisch
- Siapkan 4 tabung reaksi pada rak
- Beri label pada masing-masing tabung dengan nomor I, II, III, IV
- Tabung I: 2 mL larutan glukosa
- Tabung II: 2 mL fruktosa
- Tabung III: 2 mL arabinosa
- Tabung IV: 2 mL larutan amilum encer
- Kedalam semua tabung ditambahkan 5 tetes alfa naftol 5%, campur
- Alirkan 2 mL H2SO4 pekat ke dalam tabung melalui dinding tabung reaksi secara perlahan-lahan
- Adanya cincin ungu pada bidang batas menunjukkan adanya karbohidrat
3. Reaksi Benedict
- Siapkan 3 tabung reaksi pada rak
- Beri label pada masing-masing tabung dengan nomor I, II, III
- Masukkan 5 mL reagen Benedict ke dalam masing-masing tabung reaksi
- Tabung I: tambahkan 0,5 mL glukosa
- Tabung II: tambahkan 0,5 mL arabinosa
- Tabung III: tambahkan 0,5 mL sukrosa
- Panaskan ketiga tabung tersebut diatas api kecil hingga mendidih
- Reaksi positif jika terbentuk endapan berwarna hijau, merah, orange atau merah bata.
- Tabung yang berisi apa yang menunjukkan tes negatif?
4. Reaksi Selliwanoff
- Siapkan 3 tabung reaksi pada rak
- Beri label pada masing-masing tabung dengan nomor I, II, III
- Dimasukkan 3 mL reagen Selliwanoff ke dalam masing-masing tabung
- Tabung I: tambahkan 1 mL larutan fruktosa
- Tabung II: tambahkan 1 mL arabinosa
- Tabung III: tambahkan 1 mL glukosa
- Panaskan diatas api kecil hingga mendidih selama 30 detik
- Reaksi positif jika terjadi warna merah
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 91
LIPID
Lipid adalah senyawa biomolekul organik yang tidak larut dalam air. Dapat diekstrak dari sel dan jaringan
menggunakan pelarut tertentu, misalnya khloroform, eter, benzena dan heksana.
Lipid adalah zat yang menyerupai lemak dan penting karena merupakan simpanan tenaga yang besar dan sebagai
pelarut vitamin-vitamin A, D, E, dan K dan juga mengandung asam-asam lemak esensial.
1. Lipid sederhana
Lipid sederhana adalah ester antara asam lemak dengan alkohol.
a. Lemak adalah ester antara asam lemak dengan gliserol. Minyak adalah lemak yang pada suhu kamar
berbentuk cair.
b. Lilin (malam, wax) adalah ester antara asam lemak dengan alkohol monohidris dengan B.M tinggi
(rantai C panjang) selain gliserol.
2. Lipid majemuk
Lipid majemuk : ester asam lemak yang mengandung gugus lain yang terikat pada alkoholnya.
a. Fosfolipid yaitu suatu ester asam lemak dengan gliserol dan juga mengandung asam fosfat, basa nitrogen
atau zat lainnya.
b. Serebrosid (glikolipid) yaitu senyawa yang terdiri dari asam lemak dengan karbohidrat,
mengandung basa nitrogen tetapi tidak mengandung asam fosfat.
c. Senyawa lipid lainnya misalnya sulfolipid dan amino lipid. Lipo protein juga dimasukkan dalam katagori ini.
3. Derivat Lipid
Derivat lipid adalah zat-zat diatas bila dihidrolisis misalnya asam lemak, alkohol, gliserol, steroid,
lemak,aldehid, juga benda-benda keton, vitamin A, D, E, K.Gliserida (asil gliserol), kolesterol dan kolesteril ester karena
tidak bermuatan disebut lipid netral.
Asam lemak
Asam lemak berasal dari hidrolisis lemak. Yang berasal dari alam biasanya mengandung atom C genap dan biasanya
rantainya lurus. Rantai ini bisa jenuh atau tidak jenuh.
a. Asam asetat (CH3COOH) didapat dari fermentasi karbohidrat oleh ragi anggur.
b. Asam profionat (C2H5COOH) didapat dari fermentasi karbohidrat oleh ragi anggur.
c. Asam butirat (C3H7COOH) terdapat pada beberapa lemak, misalnya mentega.
d. Asam laurat (C11H23COOH) terdapat pada spermaseti, minyak palem, dan minyak kelapa.
e. Asam mirisat (C13H27COOH) terdapat pada minyak palem, dan minyak kelapa.
f. Asam palmitat (C15H31COOH) banyak terdapat pada minyak hewan dan tumbuh-tumbuhan.
g. Asam stearat (C17H35COOH) banyak terdapat pada lemak hewan dan tumbuh-tumbuhan.
h. Asam arkhidat (C19H39COOH) banyak terdapat pada kacang tanah.
i. Asam lignoserat banyak terdapat pada serebrosid dan minyak ikan.
92 Blok 6 Gastrointestinal & Nutrisi
Lipid sederhana
Triasil gliserol atau trigliserida adalah ester yang berasal dari gliserol dan asam lemak dan merupakan lemak
netral.
a. Triasil gliserol sederhana yaitu apabila ketiga asam lemak yang membentuk ester tersebut asam lemaknya
sama.
Contoh :
O
H2C O C
C17H35
O TRI STEARIN
H2C O C
C17H35
O
H2C O C
C17H35
O
H2C O C
C15H31
O TRI PALMETIN
H2C O C
C15H31
O
H2C O C
C15H31
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 93
b. Yang disebut triasil gliserol majemuk bila asam lemak yang membentuk ester salah satu atau ketiga- tiganya
berbeda.
Contoh : 1,3 DI STEAROPALMITEIN
Lipid majemuk
1. Fosfolipid
Termasuk fosfolipid antara lain :
a. Asam fosfatidat, terdiri dari gliserol, 2 molekul asam lemak dan asam fosfat.
b. Fosfatidil gliserol, terdiri dari gliserol, 2 molekul asam lemak dan asam fosfat,fosfatnya mengikat gliserol.
c. Fosfatidil kholin (lechitin)
Pada lechitin gugus fosfat mengikat kholin. Dipalmetil lechitin adalah suatu surface agent yang mencegah
perekatan permukaan dalam diri paru-paru.
d. Fosfatidil etanol amin (cepalin)
Cepalin seperti lechitin, tetapi basa kholin diganti etanolamine.
e. Fosfatidil inositol
Disini gugus fosfat mengikat inositol. Fosfatidil inositol terdapat pada bakteri tahan asam, ja- ringan otak,
dan kedelai.
2. Serebrosida
Serebrosida mengandung galaktosa, asam lemak dengan rantai atom C panjang dan spingosin Tergantung asam
lemaknya ada bermacam-macam serebrosida. Diantaranya adalah :
1. Kerasin asam lemaknya adalah asam lignoserat.
2. Serebron asam lemaknya adalah asam serebronat.
3. Nevron asam lemaknya adalah asam nervonat.
Untuk mengenal sifat-sifat lemak, lihat pada latihan praktikum.
PRAKTIKUM LIPID
2. Reaksi Salkowski
Kedalam tabung reaksi masukkan 2 mL larutan kholesterol dalam khloroform. Tambahkan 2 mL asam sulfat
pekat, campurlah hati-hati. Lapisan asam sulfat menjadi kuning dengan flourensi hijau atau ungu. Selain dengan
reaksi ini, kholesterol dapat di tunjukkan reaksi Liberman-Buchard.
94 Blok 6 Gastrointestinal & Nutrisi
3. Pembentukan Akrolein
Siapkan 2 tabung reaksi kering, tabung kesatu diisi dengan 3 tetes gliserol dan tabung kedua dengan 3
tetes minyak (salah satu minyak). Masing-masing tabung ditambah kristal KHSO4 setebal 1 cm. Panaskan dengan
hati-hati. Tabung mana yang berbau merangsang? Tulis rumus akrolein dan apa guna KHSO4 di sini?
PROTEIN
1. Asam amino
Asam mino mempunyai gugus asam (-COOH) dan gugus amino (-NH2), sehingga dapat bersifat asam maupun
basa. Hidrolisis protein akan menghasilkan kira-kira 20 macam asam amino. Kecuali glisin, setiap asam amino
paling sedikit mempunyai satu atom C asimetris sehingga asam mino bersifat optis aktif.
R CH COOH
NH2
Asam amino essensial adalah asam amino yang diperlukan oleh tubuh tetapi tidak dapat disintesIis dalam tubuh.
Ada 8 asam amino essensial : valin, leusin, isoleusin, treonim, fenil alanim, triptofan, dan meteonim.
COOH COOH
H C NH2 H2N C H
R R
Bentuk D Bentuk L
Molekul asam amino tidak berbentuk bidang datar. Masing-masing ikatan membentuk sudut kurang dari 180o dan
lebih dari 90o. Yang berbentuk L adalah yang paling banyak dijumpai di alam. Pada pH sekitar 7 (pH titik isoelektris)
asam amino merupakan ion berkutub ganda yang dinamakan zwitter ion.
COOH-
H C NH3+
R
96 Blok 6 Gastrointestinal & Nutrisi
2. Protein
Bila dua asam amino atau lebih bergabung maka akan terbentuk dipeptida, tripeptida, dan seterusnya menjadi
polipeptida. Dipeptida, tripeptida dalam struktur liniernya selalu mempunyai dua terminal, yaitu: terminal karboksil
dan terminal amino. Struktur tersebut dikenal sebagai struktur primer protein. Yang dimaksud dengan polipeptida
yang dibentuk oleh kurang dari 100 asam amino. Bila lebih dari 100 asam amino disebut protein. Untuk menunjukkan
adanya ikatan peptida digunakan reaksi biuret. Jadi reaksi biuret adalah reaksi umum untuk protein. Warnanya
tergantung dari banyaknya ikatan peptida. Makin banyak ikatan peptidanya makin ungu warnanya.
1. Reaksi pengendapan
a. Pengendapan dengan ammonium sulfat jenuh dan alkohol pekat.
Protein mengandung gugus-gugus yang dapat mengikat air seperti gugus –NH2 ; NH ; -OH dan CO.
Ammonium sulfat jenuh dan alkohol pekat adalah zat higroskopis yang dapat menarik air yang diikat oleh
protein. Ini mangakibatkan daya larut protein menurun dan kemudian mengendap.
2. Reaksi warna
a. Reaksi biuret
Reaksi biuret adalah reaksi umum untuk menunjukan adanya ikatan peptida dan protein. Reaksi ini
disebut demikian karena positif terhadap senyawa biuret (kondensasi 2 mol urea yang dipanaskan). Reaksi
positif dengan terjadinya warna ungu karena adanya senyawa kompleks yang terjadi antara Cu++ dengan N
dari molekul ikatan peptida dan O dari H O. 2
NH2 CONH2
t
2C = O NH
NH2 CONH2
BIURET
Reaksi biuret juga positif terhadap senyawa organik yang mempunyai gugus-gugus :
O S NH
C C C CH2 NH2
Reaksi biuret terganggu degan adanya garam ammonium yang berlebihan karena NH 3 akan
bereaksi dengan Cu(OH) 2 membentuk warna biru tua.
c. Reaksi Millon-Nasse
Reaksi Millon-Nasse positif karena adanya pengikatan Hg dengan gugus hidroksifenil. Jadi reaksi ini dipakai
untuk menunjukkan adanya protein yang mengandung tirosin, tetapi tidak spesifik karena fenol juga
memberikan reaksi positif.
d. Reaksi Hopkins-Cole
98 Blok 6 Gastrointestinal & Nutrisi
Reaksi Hopkins-Cole positif ditandai dengan terbentuknya cincin ungu pada bidang batas karena terjadinya
kondensasi 2 inti endol dari triptofan dengan aldehid. Reaksi positif untuk protein yang mengandung triptofan.
PRAKTIKUM PROTEIN
1. Reaksi pengendapan
Pengendapan dengan ion logam berat
Masukkan kedalam tabung reaksi 2 mL larutan protein encer dan 1 atau 2 tetes larutan ZnSO4 encer.
Terjadi endapan putih. Ambil sebagian dari endapan tersebut. Tambah larutan ZnSO4 berlebihan.
Endapan akan larut. Ulangi percobaan ini dengan larutan Pb asetat.
2. Reaksi warna
a. Reaksi biuret
Masukkan kedalam tabung reaksi 3 ml larutan protein dan 1 ml NaOH 40%. Kemudian
tambahkan 1 tetes CuSO4 1%. Terjadi warna merah muda atau ungu.
b. Reaksi Millon-Nasse
Masukkan kedalam tabung reaksi 2 ml larutan protein dan 1 ml reagen merkuri sulfat (HgSO4 1% dalam
H2SO4 10% ). Panaskan, mungkin terjadi endapan kuning.
Dinginkan dibawah air leding, tambahkan setetes larutan NaNO2 1% . Panaskan lagi. Terjadinya
endapan atau larutan berwarna merah menunjukkan adanya terosin dalam protein.
c. Reaksi Hopkins-Cole
Masukkan kedalam tabung reaksi 1 ml larutan protein dan 1 tetes larutan formaldehid encer, kemudian
tambahkan 1 tetes reagen merkuri sulfat. Campurlah dan tambahkan perlahan-lahan 2 ml asam sulfat pekat
melalui dinding tabung sehingga terjadi dua lapisan. Terjadinya cincin ungu dibidang batas
menunjukkan adanya triptofan dalam protein.
d. Reaksi Ksanto protein
Masukkan dalam tabung reaksi 3 ml larutan protein dan 1 ml HNO3 pekat. Panaskan dalam penangas
air mendidih. Larutan menjadi berwarna kuning.Dinginkan dibawah air leding. Ambil sebagian dari larutan
tersebut dan tambahkan ammonia maka warnanya akan menjadi lebih kuning atau orange. Reaksi ini
untuk menunjukkan adanya inti benzen dalam asam amino.
e. Uji sulfur
Masukkan kedalam tabung reaksi 1 ml serum dan 1 ml larutan NaOH 40%. Masaklah selama 1 menit
untuk mengubah S organik menjadi senyawa S anorganik (Na2S). Tambahkan 1 tetes larutan Pb asetat
akan terjadi endapan coklat atau hitam dari PbS. Reaksi ini untuk menunjukkan adanya S dalam protein.
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 99
3. PENcERNAAN SEcARA BIOKIMIAWI
TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melakukan praktikum tersebut mahasiswa dapat :
1. Memahami metode pencernaan secara biokimiawi
2. Dapat menjelaskan proses pencernaan makanan secara biokimiawi
PENGANTAR
Proses pencernaan terjadi pada saluran pencernaan dimulai dari mulut sampai tempat pelepasan. Bahan
makanan yang terdapat di saluran pencernaan itu masih terletak diluar tubuh. Bahan yang telah dicerna masuk
kedalam tubuh melalui proses absorbsi oleh dinding usus halus (intestinum tenue). Pada proses pencernaan, dengan
bantuan enzim-enzim pencernaan maka suatu makromolekul akan dicerna menjadi molekul yang lebih kecil,
misalnya:
• Karbohidrat dihidrolisis menjadi monosakarida
• Lemak dihidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak
• Protein dihidrolisis menjadi asam amino
e. empedu
Empedu dihasilkan oleh hepar dan disimpan didalam kantong empedu. Apabila proses pencernaan berlangsung,
empedu akan disekresikan kedalam usus. Empedu membantu pencernaan dan bercampur dengan getah pankreas.
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 101
Empedu berupa zat cair kental, rasanya pahit dan bersifat basa. Empedu berwarna kuning kecoklatan
(pada manusia) atau berwarna hijau (pada hewan herbivora).
Cairan empedu terdiri dari air, asam empedu, musin, kolesterol, lemak, asam lemak dan garam- garam
anorganik. Cairan empedu dapat menurunkan tegangan muka sehingga dapat mengemulsikan lemak yang penting
pada proses pencernaan lemak. Empedu juga dapat menetralkan asam lambung yang masuk ke dalam usus.
Fungsi lain empedu untuk mengeluarkan obat-obatan, racun, pigmen empedu dan bahan anorganik ke luar
tubuh.
5. Pencernaan Lemak
- Siapkan 3 buah tabung reaksi
- Tabung I: 2 mL air susu dan 1 mL ekstrak pankreas netral
- Tabung II: 2 mL air susu, 1 mL ekstrak pankreas netral dan 2 tetes empedu
- Tabung III: 2 mL air susu dan 1 mL aquades
- Pada ketiga tabung tersebut tambahkan 4 tetes phenol merah. Selanjutnya tambahkan larutan Na2CO3 2%
sampai larutan menjadi merah muda
- Inkubasi ketiga tabung tersebut ke dalam penangas air suhu 37 ºC
- Amati perubahan warnanya dari merah menjadi kuning.
7. Pigmen-pigmen empedu
- Siapkan 1 buah tabung reaksi
- 3 mL HNO3 pekat dimasukkan kedalam tabung tersebut
- Siapkan 1 mL empedu encer dan tuang kedalam tabung yang berisi HNO3 pekat melalui dinding tabung
sehingga terbentuk 2 lapisan
- Catatlah warna-warna yang timbul pada bidang batas lapisan tersebut!
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 103
4. ANALISIS KUANTITATIF BILIRUBIN
BILIRUBIN D+T Liquicolor
Pothometric Test for Direct (D) and Total (T) Bilirubin
Modified Jendrassik/Grof Method
TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melakukan praktikum tersebut mahasiswa dapat :
1. Memahami metode analisis kuantitatif Bilirubin
2. Dapat menjelaskan metabolisme Bilirubin dalam tubuh
3. Dapat menjelaskan kelainan-kelainan metabolisme Bilirubin
A. PRINSIP
Bilirubin bereaksi dengan diazotized sulphanilic acid (DSA) untuk membentuk senyawa red azo.
Absorbansi dibaca pada panjang gelombang 546 nm secara langsung menunjukkan kadar bilirubin dalam sampel.
Bilirubin glukoronat larut air bereaksi langsung dengan DSA sedangkan albimindalam bilirubin indirect terkonjugasi
hanya akan bereaksi dengan DSA dan accelerator: bilirubin total = bilirubin direct + bilirubin indirect.
Sulphanilic acid + sodium nitrite DSA
Bilirubin + DSA direct Azobilirubin
Bilirubin + DSA + accelerator TOTAL Azobilirubin
B. REAGEN
TBR
1 x 100 MI Total bilirubin reagent (white cap) Sulphanilic
acid 14 mmol/l
Hydrochloric acid 300 mmol/l
Caffeine 200 mmol/l
TNR
1 x 9 ml T-Nitrite reagent (white cap) for
determination of total bilirubin
Sodium nitrite 390 mmol/l
DBR
1 x 100 ml Direct bilirubin reagent (blue cap) Sulphanilic
acid 14 mmol/l
Hydrochloric acid 300 mmol/l
DNR
1 x 9 ml D-Nitrite reagent (blue cap) for
determination of direct bilirubin
Sodium nitrite 25 mmol/l
D. SPESIMEN
Serum atau plasma. Hindari hemolisis dan lindungi sampel dari cahaya.
E. STABILITAS
Bilirubin stabil selama 3 hari ketika disimpan pada suhu 2-8 OC dan terlindung dari cahaya.
F. CARA KeRJA
Bilirubin Total
Pipet ke dalam Cuvet Blanko Sampel
TBR 1000 μL 1000 μL
TNR - 1 tetes*
Campur baik-baik, inkubasi selama 5 menit pada suhu ruang (20-25OC)
Aquades 100 μL -
Serum/ plasma - 100 μL
Campur baik-baik, inkubasi suhu kamar selama 10 - 30 menit. Nilai
absorbansi blanko dibandingkan sampel (ΔA546)
* 1 tetes = 40 μL
Bilirubin Direct
Pipet ke dalam Cuvet Blanko Sampel
DBR 1000 μL 1000 μL
DNR - 1 tetes*
O
Campur baik-baik, inkubasi selama 2 menit pada suhu ruang (20-25 C)
Aquades 100 μL -
Serum/ plasma - 100 μL
Campur baik-baik, inkubasi suhu kamar selama 5 menit. Nilai
absorbansi blanko dibandingkan sampel (ΔA 546)
* 1 tetes = 40 μL
G. PERHITUNGAN
Perhitungan kadar bilirubin total dan bilirubin direct dengan menggunakan faktor 13.0 Kadar
bilirubin = ΔA546 x 13.0 mg/dL
(mg/dL) x 17,1 = (μmol/L)
Nilai Normal Bilirubin
Bilirubin Total (mg/dL) (μmol/L)
Lahir – 4 hari 5 85,5
≥ 5 hari 12 205,0
≥ 1 bulan 1,5 25,6
Dewasa 1,1 18,8
Bilirubin Direct
Dewasa 0,25 4,3
Catatan:
• Penting untuk meyakinkan bahwa reagen bilirubin dan nitrit benar-benar tercampur dengan baik sebelum
penambahan sampel.
• Kadar bilirubin dapat menurun jika sampel terpapar cahaya.
• Hemolisis juga akan menurunkan kadar bilirubin karena efek hambatan hemoglobin pada reaksi diazo.
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 105
5. ANALISIS KUANTITATIF FE DALAM SERUM
TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melakukan praktikum tersebut mahasiswa dapat :
1. Memahami metode analisis kuantitatif Fe dalam serum
2. Menganalisis hasil praktikum dikaitkan dengan proses biokimiawi penyakit tertentu
3. Dapat menjelaskan metabolisme Fe dalam tubuh
4. Dapat menjelaskan kelainan-kelainan metabolisme Fe
A. LATAR BELAKANG
Peran Fe dalam tubuh sangat penting untuk proses respirasi seluller. Fe merupakan komponen hemoglobin,
myoglobin dan sitokrom, enzim katalase dan peroksidase. Semua komponen besi tersebut merupakan komponen
porfirin. Cadangan zat besi dalam tubuh hampir semuanya terikat oleh protein, baik dalam bentuk simpanan dan
transport besi. Nilai normal besi adalah 65-175 mg/ 100 mL serum.
B. DASAR
Fe yang terikat pada transferin akan terlepas bila diinkubasikan pada larutan asam kuat encer. Fe yang terlepas
direduksi dengan hidroquinon. Dengan larutan orthopenantrolin 1%, Fe tereduksi membentuk senyawa kompleks
berwarna merah. Absorbansinya dibaca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 500 nm.
C. BAHAN
1. HCl 0,35 N
2. Larutan trichloroacetat acid (TCA) 20% (untuk mendenaturasi protein dalam serum/
deproteinizing)
3. Larutan kalium asetat 50% (50 gram kalium asetat dilarutkan dalam 100 mL aquabidestilata)
4. Larutan hidroquinon 1% (50 mgram dalam 5 mL aquabidestilata)
5. Orthophenantrolin 0,1% (100 mg orthophenantroline-HCl dilarutkan dalam 100 mL
aquabidestilata)
6. Larutan standar Fe 1 mg%
D. CARA KERJA
1. Masukkan 1 mL serum ke dalam tabung sentrifuge, kemudian tambahkan 1 mL aquabidestilata dan 1 mL
HCL 0,35 N. campur baik-baik dan didiamkan selama satu jam pada suhu kamar
2. Tambahkan 1 mL larutan trichloroasetat acid (TCA) 20% campur dengan menggunakan vortex mixer.
Diamkan pada suhu kamar selama 15 menit, kemudian sentrifuge pada kecepatan 2000 rpm selama 15
menit.
3. Siapkan 7 tabung reaksi pada rak trabung dan tambahkan zat-zat kimia pada tabung tersebut sesuai dengan
bagan berikut:
106 Blok 6 Gastrointestinal & Nutrisi
E. PERHITUNGAN
1. Pertama-tama tentukan persamaan garis yang menyatakan hubungan antara kadar ion Fe2+ dengan
absorbansinya (Kurva Standar), dengan menggunakan cara sebagai berikut:
Dari data diatas, buatlah bagan sebagai berikut:
No.Tabung Absorbansi (A) Kadar (C) C.A C2
01 A1 C1=0 0
2
02 A2 C2 C2.A2 C2
2
03 A3 C3 C3.A3 C3
2
04 A4 C4 C4.A4 C4
2
05 A5 C5 C5.A5 C5
2
06 A6 C6 C6.A6 C6
2
07 A7 C7 C7.A7 C7
∑A ∑C ∑CA ∑C2
A = ∑A/6 C = ∑C/6 ∑CA ∑ C2
∑ CA
b=
∑ C2
a = A- b.C
2. Dari persamaan tersebut harga C2 pada tabung 2 (sampel) dapat ditetapkan.
3. Kadar zat besi dalam serum:
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 107
(A2 – a)
= x pengenceran
b
Besarnya pengenceran dapat dihitung dengan memperhatikan prosedur/ cara kerja dari tahap pertama
sampai terakhir.
Tahap pertama: 1 mL serum diencerkan hingga menjadi 4 mL, maka besarnya pengenceran adalah 4/1 = 4 kali.
Dari serum tersebut, disentrifuge dan diambil 2 mL, selanjutnya diencerkan sampai 6,4 mL, sehingga
pengenceran menjadi 6,4/2 = 3,2 kali.
Jadi besarnya pengenceran total = 4 x 3,2 = 12,8 kali Semua
alat-alat yang digunakan harus bebas Fe.
108 Blok 6 Gastrointestinal & Nutrisi
6. ANALISIS KUANTITATIF cA2+ DALAM SERUM
(cLARK & cOLLIP MODIFIKASI DARI METODE KRAMER-TISDALL)
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melakukan praktikum tersebut mahasiswa dapat :
1. Memahami metode analisis kuantitatif Ca2+ dalam serum
2. Menganalisis hasil praktikum dikaitkan dengan proses biokimiawi penyakit tertentu
3. Dapat menjelaskan metabolisme Ca dalam tubuh
4. Dapat menjelaskan kelainan-kelainan metabolisme Ca
B. DASAR
Kalsium dalam tubuh terutama terdapat dalam tulang dan gigi. Sebagian kecil masuk di dalam cairan tubuh
termasuk darah. Dalam darah, kalsium berfungsi untuk proses penjendalan darah.
Bentuk kalsium dalam darah antara lain dalam bentuk ion Ca2+, terikat oleh protein, terikat dengan sitrat.
Kalsium dalam serum diendapkan dengan menambahkan ammonium oksalat menjadi kalsium oksalat. Setelah itu,
endapan dipisahkan dengan cairannya menggunakan alat sentrifuge. Selanjutnya endapan yang terbentuk dilarutkan
dalam asam sulfat. Asam oksalat yang terbentuk dititrasi dengan larutan standard KMnO4.
Pada pengukuran kalsium dalam darah (serum), yang terukur adalah ketiga macam kalsium tersebut.
Kadar normal kalsium dalam serum adalah 9-11 mg% (mgram Ca2+ tiap 100 ml serum).
D. DASAR PERHITUNGAN
Pada penetapan Ca2+ dalam serum terjadi reaksi sebagai berikut:
Ca2+ + C O
24
2- CaC2O4
+
CaC2O4 + 2H Ca2+ + H C O
224
E. CARA KERJA
1. Membuat Larutan Standard KMnO4 0,01 N
Akan dibuat 100 mL larutan KMnO4 0,01 N.
Banyaknya KMnO4 yang diperlukan = 100 x 0,01 mgrek
Timbang 31,5 mgram KMnO4 , masukkan ke dalam labu takar 100 mL dan larutkan dengan
menggunakan 25 mL aquades. Setelah di gojog, tambah aquades sampai tanda tera. Karena KMnO4
bukan zat standar primer dan tidak stabil dalam larutan, maka setiap akan digunakan maka harus dibakukan
terlebih dahulu.
25 x 0,01
x 126 mgram = 15, 95 mgram
2
Timbang teliti 15,95 mgram asam oksalat, masukkan kedalam labu takar 25 mL dan larutkan dengan 10
mL aquades. Setelah dicampur baik-baik, tambahkan aquades sampai tanda tera. Ambil 2 mL larutan asam
oksalat, masukkan ke dalam labu erlenmeyer, tambahkan 1 mL asam sulfat 1
N kemudian dipanaskan. Setelah suhu larutan 80OC, titrasilah dengan larutan KMnO yang akan 4
ditetapkan normalitasnya. Titrasi dihentikan bila larutan sudah berwarna merah muda yang stabil selama 30
detik. Hitung normalitas larutan KMnO 4 tersebut.
F. PeRHITUNGAN
Misalkan :
- Volume serum yang diperiksa = a mL
- Volume larutan KMnO4 yang digunakan pada titrasi = V mL
- Normalitas larutan KMnO4 = N
Ca yang terdapat dalam a mL serum setara dengan V.N mgrek KMnO4 Jadi tiap
100 mL serum mengandung Ca sebanyak:
100 40 2000
a V.N 2 = a V.N
7. PENENTUAN KADAR GLUKOSA DARAH DENGAN
METODE GLUKOSE OXYDASE-P-AMINO PHENAZONE (GOD-PAP)
TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melakukan praktikum tersebut mahasiswa dapat :
1. Memahami metode analisis kadar glukosa metode GOD-PAP
2. Dapat menjelaskan metabolisme glukosa dalam tubuh
3. Dapat menjelaskan kelainan-kelainan metabolisme glukosa
A. Prinsip dasar:
Oksidasi glukosa oleh enzim glukose oksidase akan menghasilkan asam glukoronat dan hidrogen peroksida
(H2O2). Hidrogen peroksida bereaksi dengan 4-aminoantipirin dan fenol dengan katalisator peroksidase akan
menghasilkan quinoneimin yang intensitas warnanya dapat diukur. Intensitas warna yang terbentuk sebanding
dengan konsentrasi glukosa dan diukur pada panjang gelombang 480 dan 520 nm.
C. Cara kerja :
1. Disiapkan 3 tabung untuk standar, blanko dan sampel yang berisi 20 µL larutan standar, 20 µL akuades
dan 20 µL sampel. Masing-masing ditambahkan reagen sebanyak 2000 µL.
2. Larutan dalam masing-masing tabung dicampur dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 5 menit.
3. Absorbansi dibaca dengan spektrofotometry dengan panjang gelombang (λ) 510 nm (500-520 nm) dalam
waktu kurang dari 60 menit.
4. Kadar glukosa dihitung dengan rumus :
PRAKTIKUM HISTOLOGI
114 Blok 6 Gastrointestinal & Nutrisi
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 115
1. HISTOLOGI SISTEM PENcERNAAN
Sistem pencernaan (systema digestoria) dapat dibagi memnjadi 2 bagian utama, yaitu saluran pen- cernaan
(tractus digestivus) dan kelenjar pencernaan (glandula digestoria). Tractus digestivus memanjang mulai dari cavum oris
sampai dengan anus. Glandula digestoria yang termasuk di dalam sistem ini adalah glandula salivarii, hepar dan
pancreas.
Sistem digesti berfungsi memproses makanan agar menjadi nutrien yang dapat diserap oleh sel mukosa usus. Nutrien
ini selanjutnya diproses untuk sintesis senyawa bagi bahan pertumbuhan sel dan jaringan. Selain itu nutrien ini juga
diproses agar menjadi bahan yang diperlukan untuk regenerasi sel dan jaringan, pembentukan hormon dan enzim.
Makanan harus menjalani beberapa proses agar dapat diubah menjadi bentuk nutrisi yang dapat diserap oleh
tubuh. Proses-proses tersebut meliputi mekanisme mekanis maupun kimiawi. Proses-proses tersebut yaitu :
1. Pemecahan secara mekanis sehingga menjadi bentuk partikel-partikel yang lebih kecil. Untuk menjalankan
fungsi ini, sistem pencernaan dilengkapi dengan komponen-komponen yang keras, berupa gigi, serta
komponen motorik berupa lapisan otot pada stratum/tunica muscularis di sepanjang tractus digestivus.
2. Pemecahan secara kimiawi agar dapat nutrien berubah menjadi molekul-molekul sederhana yang dapat diserap
oleh sel-sel mucosa usus. Untuk menjalankan fungsi ini, tractus digestivus dibantu oleh adanya enzim-enzzim
pencernaan. Pada proses ini molekul-molekul polisacharida diubah menjadi monosacharida, molekul lipid diubah
menjadi asam lemak dan monogliserida,.molekul protein diubah menjadi asam amino. Pemecahan nutrien secara
kimiawi ini dapat dilaksanakan dengan dukungan sel- sel/kelenjar yang menghasilkan enzim-enzim
pencernaan.
A. TRACTUS DIGESTIVUS
Saluran pencernaan ini memanjang dari mulut sampai anus (dubur). Kecuali rongga mulut, pada prinsipnya
tabung mempunyai dinding dengan pola struktur umum yang sama. Dari arah lumen ke luar, lapisan penyusun
dinding adalah:
- tunica mucosa, dilengkapi dengan :
* epithelium.
* lamina propria.
* lamina muscularis mucosae
- tela submucosa.
- tunica muscularis, tersusun oleh :
* stratum circulare, tersusun melingkar 1 aksis organ
* stratum longitudinale, tersusun membujur 2 aksis organ
- tunica serosa atau berupa tunica adventitia: jaringan ikat fibrus.
Pola umum mengalami variasi, sesuai dengan peranan tractus digestivus.
A. CAVITAS ORIS
1. Labium/Bibir tersusun oleh :
a. pars cutanea: struktur serupa kulit, lapisan luar berupa epithelium squamosum stratificatum cornificatum
dengan glandula sudorifera dan glandula sebacea.
b. pars intermedia, lapisan transisi.
c. pars rubra, berwarna merah karena
- banyak kapiler darah yang berwarna merah
116 Blok 6 Gastrointestinal & Nutrisi
- papila corii tinggi, sehingga kapiler darah terletak dekat permukaan mukosa sel lapisan mukosa
mengandung eleidin, sehingga menyebabkan tunica mucosa transparan
d. pars mucosa dengan epithelium squamosum stratificatum noncornificatum
2. Lingua/Lidah mu
Secara umum struktur lingua tersusun oleh membrana mucosa dan tunica scularis (lihat panduan blok
sebelumnya). Lingua dilangkapi dengan organ penting untuk pengecapan, yaitu gemma gustatoria.
3. Dens atau gigi
Secara macroskopis, gigi terdiri atas corona dentis (mahkota gigi), cervix dentis (leher gigi) dan radix dentis (akar
gigi). Gigi berasal dari 2 jenis jaringan embrional, yaitu ectoderma yang membentuk organum enamelum
(selanjutnya mensekresi enamellum) dan mesoderma yang membentuk struktur penunjang lain pada gigi
(pulpa dentis, dentinum, cementum). Dekenal 3 tahap (status) perkembangan gigi, yaitu status gemmalis
(tahap kuntum), status cappalis (tahap topi), status campanalis (tahap lonceng) dan gigi dewasa.
Tela submucosa,
Dengan glandula oesophagea propria bersifat glandula mucosa, portio terminalis berbentuk tubulo- alveolus.
Tunica muscularis :
- di bagian proximal : otot seran lintang.
- di bagian distal otot polos.
- di bagian tengah campuran otot seran lintang dan otot polos. Tunica
D. INTESTINUM TENUE
Bagian ini tersusun oleh duodenum, jejunum, dan ileum, dengan pola struktur yang hampir serupa.
Tunica mucosa: Pada berbagai tempat, bersama dengan tela. submucosa, membentuk Plicae circulares.
1. Epithelium, tersusun oleh berbagai, jenis sel :
a. epitheliocytuscolumnaris, tepi permukaan dilengkapi dengan limbus striatusyang mengandung enzim
disacharidase. Dengan EM, limbus striatus tampak sebagai villi kecil disebut microvilli Plicae circularis
(plica Kerkringi; valvula conniventes) menghasilkan luas permukaan mucosa usus ± 3x lipat.
Pada plica ini tumbuh villi intestinalis, merupakan tonjolan mucosa yang diikuti tunica propria, yang dapat
meningkatkan luas permukaan mucosa usus ± 10x lipat. Sedang pada permukaan sel mucosa, terdapat
microvilli yang dapat meningkatkan luas permukaan mucosa usus ± 20x lipat. Dengan demikian, adanya
ketiga bangunan tersebut di atas, luas permukaan mucosa ditingkatkan ± 600x lipat.
118 Blok 6 Gastrointestinal & Nutrisi
b. epitheliocytus caliciformis: pada duodenum jarang, makin ke distal makin banyak. Sel ini
menghasilkan mucin, suatu glikoprotein untuk membasahi permukaan intestinum, bereaksi PAS positif.
Sel tersebut berbentuk piala sehingga disebut sel piala (goblet cell).
c. endocrinocytus gastrointestinalis atau argentaffinocytus, makin ke distal makin banyak, meng- hasilkan 5-
hidroksitriptamin, yang mempengaruhi kegiatan otot polos usus.
d. exocrinocytus cum granulis acidophilis, dulu dinamakan sel Paneth: terletak di bagian basal crypta
(glandula) intestinalis. Sel-mengandung butir-butir asidofil diduga penghasil enzim lisozim.
2. Lamina propria,
Jaringan ikat longgar dengan pembuluh darah, limfa, syaraf dan otot polos. Lapisan otot pada duodenum
terputus-putus oleh glandula duodenalis (Brunner) sedangkan di ileum oleh noduli lymphatici aggregati
(plaques Peyeri).
Villus intestinalis:
Tonjolan dibentuk oleh epitel dan lamina propria. Di antara villi terdapat muara crypta (glandulae) intestinalis.
Tela submucosa:
Di duodenum, mengandung glandulae submucosalis (BRUNNER) yang:
* berbentuk tubulo-ramosa dengan mucocytus.
* bermuara pada glandulae (crypta) intestinalis.
Mengandung pembuluh darah, limfa, anyaman syaraf: plexus nervorum submucosa (MEISSNER), noduli
lymphatici solitarii.
Pada ileum terdapat noduli lymphatici aggregati (lempeng PEYER).
Tunica muscularis, di antara kedua lapis otot ada plexus nervosum. myentericum, (AUERBACH). Tunica serosa,
jaringan ikat longgar dilapisi oleh mesothelium.
E. INTESTINUM CRASSUM
Tunica mucosa: licin, tanpa plica, kecuali pada rectum, yang dinamakan columna rectalis
(MORGAGNI).
- epitheliocytus columnaris, villi intestinalis tidak ada lagi. Crypta.
(glandulae) intestinalis panjang, mengandung :
* exocrinocytus caliciformis: banyak.
* argentaffinocytus: sedikit.
- lamina propria, banyak lymphocytus dan noduli lymphatici yang sering menembus lamina muscu- laris
mucosae mencapai tela. submucosa.
APPENDIX VERMIFORMIS :
Sebagai tonjolan CAECUM dengan lumen sempit, ireguler, karena. dindingnya penuh noduli lym- phatici.
Struktur dinding menyerupai intestinum, crasum, hanya. lebih pendek, tanpa taenia. coli dan mengandung sedikit
crypta intestinalis.
GLANDULAE DIGESTORIAE
Kelenjar-pembantu pencernaan, menurut lokasi kelenjar,dapat dibagi menjadi dua kelompok besar:
1. kelenjar yang terdapat di dalam dinding saluran pencernaan.
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 119
2. kelenjar di luar saluran pencernaan yang berhubungan dengan saluran pencernaan melalui saluran kelenjar.
Yang dibicarakan di sini adalah kelompok kedua.
Kelompok pertama sudah dibicarakan pada pembahasan bagian saluran pencernaan masing- masing.
Kelenjar pencernaan yang berhubungan dengan saluran pencernaan dengan perantaraan ductus
dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
A. Glandulae salivariae
B. Pancreas
C. Hepar dan
D. Vesica fellea.
A. GLANDULAE SALIVARIAE
Kelenjar ludah dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar:
1. Glandulae salivariae minores
Terdapatdi dalam dinding alat tambahan dalam rongga mulut.
Termasuk ini:
- glandulae labiales.
- glandulae buccales.
- glandulae molares.
- glandulae palatinae.
- glandulae linguales.
Kelenjar tersebut di atas tidak dibicarakan di sini, kecuali glandula palatina. Glandula palatina,
terletak di palatum, dilapisi epitel pipih berlapis. Portio terminalis: terdiri atas mucocytus murni.
B. PANCREAS
Kelenjar yang terbungkus capsula ini terdiri atas 2 bagian pokok:
1. pars exocrina :
- struktur hampir menyerupai glandula parotidea.
- tersusun oleh acinus yang terdiri atas serocyti, disebut acinocytus. Bagian apeks sel berisi
granulum zymogeni.
- ductus intercalatus mencapai pusat acinus dan di sini sel-sel ductus ini menjadi
epitheliocytus centroacinosus.
Epitel ini membatasi rongga di pusat acinus, yang kelak melanjutkan diri sebagai rongga
ductus intercalatus, ductus intralobularis dan ductus interlobularis.
- pada manusia sekret mengandung trypsinogen, chymotripsinogen, carboxypeptidase,
ribonuclease, deoxyribonuclease, lipase dan amylase.
2. Pars endocrina: akan dibahas di blok 14
C. HEPAR
Hepar tersusun oleh satuan, disebut lobulus hepaticus dengan sifat-sifat:
- bentuk: prisma polygonal.
- mengandung heratocytus yang tersusun seperti lempeng radial; lempeng-lempeng menuju Ice pusat
lobulus yang ditempati vena centralis. Lempeng-lempeng saling beranasatomosis semaunya. Di
antara lempeng ada vasa sinusoidea:
* dinding: dilapisi endothelium fenestratum selapis. Antara endotheliocyti juga terdapat celah-
celah.
* endotheliocytus dipisahkan dari dinding hepatocytus oleh celah: spatium perisinu- soideum
(DISSE). Semua rongga berisi darah. Baik endotheliocytus maupun sinusoid mengandung sel
makrofag, terkenal dengan nama reticulo endotheliocytus stellatus.
- canaliculus bilifer terdapat antara sel hepar, dibatasi oleh membrana sel hepar dan menuju ke ductus
interlobularis bilifer.
- canalis portalis. Ini merupakan daerah pada sudut lobulus hepaticus. Daerah ini mengan- dung
bangunan tritunggal (trias hepatica) terdiri atas:
* arteria interlobularis: cabang arteria hepatica.
* vena interlobularis: cabang vena portae hepatis.
* ductus interlobularis bilifer yang mengumpulkan empedu dari ductus bilifer, yang
menerimanya dari canaliculus bilifer. Vasa lymphatica mengikuti semua bangunan tersebut.
Fungsi: di dalam hepar berlangsung proses-proses penting, misalnya:
- sintesis protein.
- sekresi empedu.
- penimbunan metabolit.
- detoksifikasi.
- glikoneogenesis.
PETUNJUK PRAKTIKUM
1. LABIUM ORIS
Sediaan : SD-1; H E
Perhatikan :
a. Pars cutanea tipis, bagian luar bibir, merupakan derma tipis, memiliki :
- epithelium squamosum stratificatum. cornificatum.
- papilla corii rendah dan sedikit
- folliculi pili dengan glandula sebacea
- glandula sudorifera di antara kantong rambut
- stratum submucosum dengan jaringan lemak
- stratum musculare : otot seran lintang milik m. orbicularis oris
b. Pars intermedia : terdiri atas 2 bagian
1). Pars marginalis : tepi bibir, berupa derma tipis, memiliki :
- epithelium squamosum stratificatum cornificatum; sel-sel di dasar epitel mengandung sedikit
pigmen
- papilla corii rendah, tetapi lebih banyak
- glandula sebacea kadang-kadang tampak di sana-sini.
- folliculi pili tidak ada
2). pars rubra : merupakan derma yang lebih tebal.
Tampak di sini :
- epithelium squamosum stratificatum dengan sedikit penandukan.
- papilla corii tinggi dan banyak
- glandula sebacea kadang-kadang tampak
- folliculi tidak ada
3). Pars mucosa : bagian yang bersifat
- derma tebal - dilapisi epithelium squamosum stratificatum non-cornificatum
- papilla corii rendah, banyak
- lamina propria dengan glandula labialis yang bersifat glandula mucosa
2. GIGI LENGKAP
Sediaan gosok : SD-4; dibuat secara membujur Perhatikan
dengan perbesaran lemah :
- corona deritis dengan lamella enamelis dan lamella dentinalis
- cervix dentis sebagai batas enamelum dan cementum
- dentinum. : di bawah cementum
- radix dentis : akar gigi dengan lamella enameli dan lamella dentinalis
- cavitas dentis : rongga gigi berisi pulpa dentis
122 Blok 6 Gastrointestinal & Nutrisi
1. Ventriulus
A. FUNDUS VENTRICULI
Sediaan : SD-9; H E
Perhatikan pada perbesaran lemah
- tunica mucosa * epithelium columnare simplex
* lamina propria, jaringan ikat longgar, mengandung : glandula fundica (gastrica)
berbentuk tubulus bercabang, bermuara di foveola gastrica.
- tela mucosa jaringan ikat longgar
- tunica muscularis : otot polos tersusun berlapis, tidak jelas.
Perhatikan pada perbesaran kuat:
Glandula gastrica dengan
a. Mucocytus cervicalis : Berbentuk kolumner, cytoplasma jernih, nucleus di dasar sel
b. cellula principalis : Berbentuk kuboid atau kolumner. Cytoplasma bersifat basophilus
c. ellula parietalis : Berbentuk sebagai piramid dengan puncak sel menuju ke arah lumen. Letak :
terdesak ke membraila basalis. Cytoplasma bersifat acidophilus. Nucleus bulat di pusat sel
B. PYLORUS
Sediaan : SD-11; H E
Diperlihatkan batas pylorus dan duodenum.
Perhatikan pada perbesaran lemah dan kuat
a. tunica mucosa :
* Epithelium columnare simplex foveola gastrica sebagai lekukan dalam.
* Lamina propria : jaringan ikat longgar mengandung
- glandula pylorica dan
- lymphonodulus.
* Lamina muscularis yang utuh
b. tela submucosa jaringan ikat longgar
c. tunica muscularis : stratum muscularis tebal membentuk m. sphincter pyloricae.
C. DUODENUM
Sediaan : SD-11; H E
Perhatikan :
- tunica mucosa
- epithelium columnare simplex yang memiliki sel-sel berbentuk piala cellula caliciformis crypta
intestinalis lamina propria : jaringan ikat longgar dengan glandula duodenalis lamina muscularis :
terpisah oleh glandula duodenalis
- tela submucosa jaringan ikat dengan glandula duodenalis
- tunica muscularis : otot polos tersusun sebagai
* stratum circulare dan
* stratum longitudinale
Di antara kedua lapisan ada anyaman saraf dinamakan plexus myentericus.
D. JEJUNUM
Sediaan : SD-12, H E.
Diperlihatkan penampang melintang.
Perhatikan pada perbesaran lemah dan kuat:
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 123
H. PANCREAS
Sediaan : SD-21; H E.
Sediaan ditujukan untuk melihat pars exocrina. Perhatikan
pada perbesaran lemah dan kuat
- lobulus pancreaticus : dibatasi jaringan ikat longgar
- cellula acinosa : membatasi lumen, berbentuk piramid, inti di dasar sel
- myoepitheliocytus : di luar sel acinus, di dalam membrana basalis.
I. GLANDULA SUBLINGUALIS
Sediaan : SD-22; H E.
Perhatikan pada perbesaran lemah dan kuat
- gambaran kelenjar tobulo-acinosa
- lobulus dibatasi jaringan ikat longgar
- bagian kelenjar:
- pars terminalis pelajari di sini
* mucocytus berbentuk piramid cytoplasma jernih, basophilus nucleus pipih, di dasar sel
* serocytus berbentuk piramid atau. bulat cytoplasma berbutir kasar nucleus bulat atau ovoid di
pusat
* myoepitheliocytus
* semiluna serosa (GIANUZZI) seperti bulan sabit
- ductus intralobularis yang memiliki
* epithelium columnare simplex : inti bulat di pusat
* myoepitheliocytus
- ductus interlobularis yang memiliki
* lumen lebih besar dilapisi dua lapis sel piramid
* myoepitheliocytus
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 125
Blok 7
Urinaria & Reproduksi
126 Blok 7 Urinaria & Reproduksi
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 127
PRAKTIKUM ANATOMI
128 Blok 7 Urinaria & Reproduksi
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 129
1. ANATOMI DINDING PELVIS DAN PERINEUM
DINDING PELVIS
1. Anatomi permukaan :
a. Crista iliaca
b. Spina iliaca anterior superior
c. Spina iliaca posterior superior
d. Tuberculum pubicum
e. Syimphysis pubis
2. Tulang :
a. Os sacrum
b. Os coxae
c. Os coxcygeus
d. Vertebrae lumbal V
3. Otot :
Otot dinding pelvis :
a. m. obturatorius internus
b. m. levator ani :
- m. pubococygeus
- m. ileococygeus
- m. puborectalis
c. m. cocygeus
REGIO PERINEUM
- merupakan bagian di bawah diafragma pelvis yang dibatasi oleh ramus inferior ossis pubis dan ramus inferior ossis
ischii kanan dan kiri dan kedua lig. sacrotuberosum
- terdapat centrum tendineum perinei = corpus perinealis (antara canalis analis dan diafragma urogenitale),
raphe perinealis
- terbagi menjadi 2 regio lagi yang dibatasi oleh tepi dorsal septum transversum perinei menjadi :
1. Regio Urogenitalis
Susunan bangunan pada regio ini dari luar ke dalam :
a. Kulit
b. Fascia perinei superficialis
c. Fascia perinei profunda
d. Spatium perinei superficialis, berisi :
- vasa scrotalis/labialis posterior
- nn. scrorales/labiales posterior
- m. transversus perinei superficialis
- m. ischiocavernosus
- m. bulbocavernosus/bulbospongiosus
e. Fascia diafragma urogenitalis inferior (membrana perinealis + lig. triangulare)
f. Spatium perinei profunda, berisi :
- glandula bulbourethralis
- vasa pudenda interna
- n. pudendus
- m. transversus perinei profunda
- m. spinchter urethrae membranaceae
g. Fascia diafragma urogenitalis superior
2. Regio analis :
Bangunan-bangunan yang terdapat pada regio ini adalah :
- raphe anococcygeum
- pars analis recti
- m. spinchter ani externus
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 131
Fossa ischiorectalis adalah ruangan antara kulit regio analis dan diafragma pelvis, dengan batas :
- medial : pars analis recti, m. spinchter ani externi
- lateral : m. obturatorius internus, fascia pelvis parietalis (fascia obturatoria, fascia lunata)
- kranial : m. levator ani, fascia diafragma pelvis inferior
- anterior : margo posterior diafragma pelvis inferior, centrum tendineum perinei
- dasar : kulit regio analis
fossa ischiorectalis berisi : vasa pudenda interna, n. pudendus, vasa rectalis inferior,n. rectalis inferior,
n. cutaneus femoris posterior, serabut otot (lanjutan stratum longitudinale recti), corpus adiposum
VASCULARISASI
Arteri Dinding Pelvis
Mendapatkan aliran darah dari percabangan a.illiaca communis pada pintu atas panggul dan didepan articulatio
sacroiliaca bercabang menjadi a.iliaca externa dan a.iliaca interna
1. a.iliaca externa berjalan sepanjang pinggir medial m.psoas, dan mempercabangkan a.epigastrica inferior
dan a.circumflexa ilium profundus.
2. a. iliaca interna
a. iIlaca interna (a. hypogastrica) dipercabangkan dari a. iliaca communis setinggi articulatio sacroi- liaca.
INeRVASI / PeRSARAFAN
a. Plexus sacralis, dibentuk oleh rr. Anterior nn. Lumbales IV dan V dan rr. Anterior nn. Sacrales I-III
,mempercabangkan saraf - saraf di membrum inferior sebelah dorsal
b. Truncus lumbosacralis
c. N. obturatorius , meninggalkan pelvis bersama a. obturatoria melalui foramen obturatoria menuju ke regio femoris.
d. N. cocygeus.
2. SISTEMA URINARIA DAN ORGANA GENITALIA MAScULINA
A. TUJUAN UMUM :
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa dapat mengetahui struktur anatomi organ penyusun sistema
urinaria dan organa genitalia masculina
B. TUJUAN KHUSUS :
Setelah mahasiswa mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Memahami dan mengidentifikasi bangunan anatomi pada ren, vesica urinaria, ureter dan urethra
2. Memahami dan mengidentifikasi bangunan anatomi pada organa genitalia masculina externa dan organa
genitalia masculina interna
3. Memahami vascularisasi, aliran vena, aliran limfe dan inervasi organ penyusun systema urinaria dan organa
genitalia masculina
C. SKeNARIO:
Kasus :
Pak Kromo (45 tahun) seorang sopir bis AKAP yang tinggal di Wonosari, datang ke UGD dalam keadaan
kesakitan . Nyeri dirasakan di perut kanan seperti diremas-remas dan menjalar sampai ke lipat paha kanan.
Sebelumnya Pak Karta sering merasa pegal-pegal di pinggang. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri ketok
costovertebra (+) dan pada x photo abdomen didapatkan gambaran batu di ginjal kanan. Menurut dokter UGD
ada batu ginjal yang turun dan tersangkut di ureter.
Pertanyaan:
1. Ginjal (ren) termasuk dalam systema urinaria, sebutkan organ penyusun systema urinaria lain- nya!
2. Jalaskan topographi ginjal !
3. Jelaskan bangunan dari ren mulai dari tempat filtrasi darah sampai saluran pembuangan urin !
4. Pada kasus diatas terdapat batu yang tersangkut diureter, dimana sering terjadi hal demikian ?
5. Jelaskan aspek anatomis hubungan antara tersangkutnya batu di ureter dan nyeri seperti diremas- remas dan
menjalar sampai ke lipat paha !
D. PeTUNJUK IDeNTIFIKASI
SISTEMA URINARIA
1. REN
- terletak retroperitoneal pada bagian superior sulcus para vertebralis
- bentuknya seperti kacang buncis dengan ukuran 10x5x2,5 cm,
- ren sinister biasanya lebih panjang
- pembungkus ren (dari luar - dalam) : fascia renalis membungkus ren dan glandula suprarenalis
– capsula adiposa renalis – capsula fibrosa renalis
- capsula fibrosa melanjutkan diri sebagai dinding calices renalis
134 Blok 7 Urinaria & Reproduksi
Vaskularisasi :
- a. renalis bercabang cabang secara berurutan :
– a. segmentalis – a. lobaris – a. interlobaris – a. arquata ( diantara cortex dan medulla) – a.
interlobularis – a. glomerularis
Aliran vena :v. renalis
Aliran limpha : mengikuti vasa renalis nll. aortici
Inervasi :
- sensoris : melalui n. splanchnicus inferior ke medulla spinalis segmen T12 - L1
- plexus renalis (simpatis dan para simpatis dari n. splanchnicus minor dan n. splanchnicus inferior),
menuju ke medula spinalis T12-L1
2. URETER
Ureter terbagi menjadi 2 bagian :
1. Pars abdominal , panjangnya12,5 cm, retroperitoneal, terletak di sepanjang m. psoas dan berjalan
secara vertikal
2. Pars pelvina, berjalan pada dinding lateral pelvis. Brmuara ke vesica urinaria di sebelah
superior tuberculum pubicum
- pada laki-laki : berjalan di dalam plica sacrogenitale dan lig. vesicale laterale
- pada perempuan : berjalan di dalam lig. uterosacrale, lig. cervicale laterale (bersama a. uterina)
Vaskularisasi :
- arteria dari aortae, a, renalis, a. iliaca communis, a. uterina (a. ovarica, a. testicularis, a. iliaca
interna)
- v. renalis
Aliran lympha :
- bagian superior : nll. aortici
- bagian media : nll. iliaci communis
- bagian inferior : nll. iliaci communis, nll. iliaci externi, nll. iliaci interni
Inervasi :
- sensoris ke n. splanchnicus inferior ke MS segmen T12 dan L1
- plexus renalis (simpatis dan para simpatis dari n. splanchnicus minor dan n. splanchnicus inferior)
Kelainan :
- kolik ureter
- calculus ureterica sering terjadi pada tempat ureter menyilangi vasa iliaca dan apertura pelvis superior dan
pada waktu ureter berjalan miring pada dinding vesica urinaria
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 135
3. VESICAE URINARIA
Berbentuk piramid dengan 3 sisi yang terletak di sebelah kranial prostata Dinding
vesicae urinaria tersusun atas :
1. tunica fibrosa dan tunica serosa
2. tuica muscularis
- m. detrusor vesicae
- m. trigonalis (lanjutan dari stratum longitudinale ureter)
- m. spinchter vesicae (di keliling ostium urethrae internum)
- m. pubovesicalis (lanjutan m. spinchter vesicae ke os pubis)
- m. rectovesicalis (dari fundus ke rectum)
3. tunica mucosa
- dapat digerakkan dari tunica muscularis kecuali pada trigonum vesicae
4. URETHRA
Pada Perempuan :
- panjangnya hanya 3-4 cm
- dindingnya tersusun atas tunica muscularis dan tunica mucosa
- pada tunica mucosanya terdapat plicae longitudinales
- ke dalamnya bermuara glandula urethrales
- bangunan : ostium urethae internum, ostium urethrae externum, crista urethralis
Pada laki-laki :
Urethraenya terbagi atas :
1. Pars prostatica urethrae, pada waktu urethrae menembus glandula prostata. Bangunannya:
- ostium urethrae internum (ostium vesicae), disekelilingnya terdapat m. sphinchter urethrae
internum
- crista urethralis (lanjutan dari uvula vesicae)
- colliculus seminalis (lanjutan dari crista urethralis), merupakan muara ductus
ejaculatorius
- sinus prostaticus (sebelah lateral crista urethralis dan colliculus seminalis), merupakan muara
ductus glandula prostata
2. Pars membranacea urethrae, pada waktu urethrae melalui trigonum urogenitale
- plicae longitudinale
- di sekelilingnya terdapat m. sphinchter urethrae externum
3. Pars spongiosa urethrae, pada waktu melewati corpus spongiosum penis
- fossa infrabulbaris (pada permulaan pars spongiosa urethrae)
- fossa terminalis (fossa navicularis) – pada bagian distal urethrae
- plicae longitudinale
- ke dalamnya bermuara glandula urethrales
- ostium urethrae externum
Arteria :
- a. vesicalis inferior
- a. rectalis media
- a. bulbi penis (laki-laki)
- a. urethralis
- a. profunda penis (laki-laki)
- a. dorsalis penis (laki-laki)
- sperma atau semen terdiri atas spermatozoa (dihasilkan oleh testis), getah dari glandula seminalis
dan prostata.
- Aliran spermatozoa (dan sperma) : tubuli seminiferi contorti tubuli seminiferi recti rete testis
ductus eferentes testis ductus epididymidis ductus deferens ductus ejaculatorius
urethra pars prostatica
SCROTUM
- berbentuk kantong yang berisi testis, epididymis, funiculus spermaticus dan selubungnya
- dinding : kulit
fascia superficialis : m. dartos (tunica dartos)
- septum scroti (diantara kedua testis)
- raphe scroti berlanjut menjadi raphe penis dan raphe perinei
Arteria :
- kulitdan m.dartos :r.perinealisa.pudendainterna,r.pudendaexteraa.femoralis,r.cremastericus
a. epigastrica inferior
Aliran vena mengikuti arteria. V.pudenda externa v. saphena magna Aliran
limpha : ke lnn. inguinales superficialis
Inervasi :
- r. scrotalis n. ilioinguinalis (anterior)
- r. genitalis n. genitofemoralis (sensoris ke permukaan anterior dan posterior)
- r. scrotalis medialis dan lateralis (n. perinealis)
- r. perinealis n. pudendus (posterior)
- r. perinealis n. cutaneus femoris posterior (inferior)
PENIS
Penis terbagi atas :
1. Pars fixa = radix penis
- melekat pada pelvis dalam spatium perinei superficialis, terdiri atas :
a. 2 crura penis, melekat pada ramus inferior ossis pubis dan berlanjut menjadi corpus
cavernosum penis
b. bulbus penis, melekat pada fascia diafragma urogenital inferior ditembus oleh urethrae.
Berlanjut sebagai corpus spongiosum penis
2. Pars libera
- bagian yang menggantung bebas yang terdiri atas : corpus penis dan glans penis
- corpus penis berbentuk batang, terdapat : raphe penis, dorsum penis (facies dorsalis), facies
urethralis
- glans penis berbentuk kerucut yang melekat pada ujung corpus penis, dengan bangunan :
corona glandis, collum glandis, preputium penis, frenulum preputii
Penggantung penis :
1. lig. Fundiforme penis , mengelilingi penis dan berlanjut menjadi septum scroti
2. lig. Suspensorium penis, dari symphisis pubis ke fascia penis profunda
TESTIS
- berbentuk bulat panjang, terdapat dalam scrotum
- penghasil spermatozoa (oleh tubuli seminiferi) dan hormon testoteron (oleh sel interstitial / sel dari Leydig)
- di dalamnya terdapat septula testis, lobuli testis, mediastinum testis
Bangunan-bangunannya :
- Extremitas superior
- Extremitas inferior
- Margo anterior
- Margo posterior
- Facies lateralis
- Facies medialis
EPIDIDYMIDIS
- merupakan tempat pematangan spermatozoa,
- yang menempel pada margo posterior testis, menutupi facies lateralis Terdiri
atas :
- caput epididymidis : ductus epididymidis, appendix epididymidis
- corpus epididymidis
- cauda epididymidis, berlanjut ke ductus deferens
Bangunan lainnya : organon dari Geraldes (paradidymis)
Saluran sperma :
- ductuli eferentes testis, ductus abberans ductus epididymidis ductus deferens
Penghubung epididymidis dengan testis :
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 139
DUCTUS DeFeReNS
- mulai dari cauda epididymidis sampai ductus ejaculatorius
- dikelilingi oleh plexus pampiniformis membentuk funiculus spermaticus
- bagian distal melebar :ampula ductus deferentis
DUCTUS EJACULATORIUS
- mulai dari caudal ampula ductus deferens, sampai setelah ductus excretorius vesicula seminalis bermuara
ke dalamnya
- bermuara pada colliculus seminalis pada urethrae pars prostatica
FUNICULUS SPeRMATICUS
- merupakan bangunan-bangunan yang menuju dan meninggalkan testis
- mulai dari annulus inguinalis profundus – canalis inguinalis – annulus inguinalis superficialis -
sampai margo posterior testis
GLANDULA PROSTATA
- tersusun oleh substansia fibromusculare yang berbentuk conus, yang terletak di sebelah inferior vesicae
urinaria,
- menghasilkan getah alkalis, dengan 2 ductus excretorius yang bermuara ke dalam sinus
prostaticus
- ditembus oleh pars prostata urethrae
- fascia prostatae (pembungkus prostata) :
- ke anterior menjadi lig. puboprostaticum mediale – m. puboprostaticus
- lig. puboprostaticum laterale
- m.levator prostatae
Vaskularisasi berasal dari : a. vesicalis inferior dan a. rectalis superior Aliran
vena menuju ke :
- plexus venosus prostaticus, plexus venosus vesicalis, dan v. iliaca interna Aliran
limpha menuju ke : nnll. iliaci interni, nnll. iliaci externi, nnll. sacrales Inervasi : plexus
prostaticus
GLANDULA BULBOURETHRALIS
- terletak di dalam trigonum urogenitale, di antara m. spinchter urethrae membranaceae (m.
spinchter urethrae externum)
- bermuara ke fossa infrabulbaris pada pars cavernosa urethrae
- mengeluarkan getah agak alkalis yang berfungsi membersihkan urethrae dari sisa urine
ASPEK KLINIS
- Phimosis ; para phimosis, adalah proses peradangan pada glans penis akibat tertimbunnya kotoran
(smegma) pada bagian sebelah dalam preputium penis.
- Cryptochirmus merupakan testis yang tidak mengalami penurunan ke scrotum (tidak mengalami decencus
testiculorum).
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 141
3. ORGANA GENITALIA FEMININA
A. TUJUAN UMUM:
Setelah mengikuti mata praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu memahami anatomi viscera pelvis
dengan baik.
B. TUJUAN KHUSUS :
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi struktur anatomi organa
genitalia feminina dengan baik.
C. SKENARIO
Seorang wanita, 25 tahun, hamil 2 bulan, mengeluh nyeri perut kiri bawah. Rasa nyeri makin lama makin hebat
dan meluas ke seluruh perut bagian bawah disertai rasa penuh di daerah rektum. Oleh dokter yang memeriksanya, dia
dinyatakan mengalami Kehamilan Ektopik Terganggu, yaitu kehamilan di luar cavum uteri dengan ruptura tuba
uterina sinistra dan terjadi pengumpulan darah di cavum Douglasi.
Pertanyaan:
1. Terangkan organ-organ yang terlibat dalam proses kehamilan normal!
2. Di mana posisi anatomi tuba uterina?
3. Di mana posisi anatomi cavum Douglasi?
4. Jelaskan sistem vascularisasi organa genitalia feminina interna!
5. mengapa timbul nyeri perut kiri bawah yang makin hebat dan meluas disertai rasa penuh di rectum?
D. PeTUNJUK IDeNTIFIKASI
Organa Genitalia Feminina externa
1. Mons Pubis : peninggian membulat jaringan lemak didepan symphisis pubis. Pada gadis dewasa ditumbuhi
pubes ( rambut kemaluan ) yang merupakan salah satu tanda kelamin sekunder.
2. Labium majus:
- Ada 2 kanan dan kiri, keduanya membatasi celah rima pudendi.
- Di depan dihubungkan oleh commisura labiorum anterior.
- Di belakang dihubungkan oleh commisura labiorum posterior.
- Mengandung akhiran ligamentum teres uteri , otot polos, saraf dan lemak.
3. Labium minus :
- Ke dorsocaudal kedua labium minus dihubungkan oleh frenulum labiorum minorum.
- Ke ventrocranial kedua labium minus berhubungan dan membentuk preputium clitoridis dan frenulum
clitoridis.
4. Vestibulum vaginae : yaitu ruangan yang sebelah lateral dibatasi oleh labium minus, sebelah
ventrocranial oleh frenulum clitoridis dan dorsocaudal oleh frenulum labiorum pudendi. Disini terdapat
lubang - lubang :
- ostium urethrae externum
- ostium vaginae
- muara gld. Vestibularis major , di kanan kiri ostium vaginae
142 Blok 7 Urinaria & Reproduksi
- muara gld. Vestibularis minor, diantara ostium urethrae externum dan ostium vaginae.
- muara gld. Paraurethralis, di kanan kiri ostium urethrae externum.
Dibagian bawah terdapat cekungan fossa vestibuli / fossa navicularis.
5. Clitoris, homolog dengan penis , mengandung jaringan erektil.
6. Bulbus vestibuli , jaringan erektil pada sisi ostium vagina dan ditutup oleh m. bulbospongiosus. Homolog
dengan bulbus penis pada pria.
7. Glandula vestibularis major ( Gld. Bartholini ), dibelakang bulbus vestibuli.
8. Vascularisasi :
- a. pudenda externa
- a. pudenda interna
- a. profunda clitoridis dan a. dorsalis clitoridis
- a. vaginalis anterior.
9. Aliran limfe : menuju ke nnll. inguinalis superficialis.
10. Inervasi :
- n. ilioinguinalis, n. pudendus, n. dorsalis clitoridis dan plexus uterovaginalis.
3. Uterus / Hystera
Berbentuk seperti buah jambu tetapi agak pipih dan terdiri dari bagian - bagian :
a. cervix uteri : bagian dalamnya terdapat canalis cervicis yang berpangkal di ostium uteri externa dan berakhir
sebagai ostium uteri internum.
Permukaan canalis cervicis terdapat lipatan seperti daun palem sehingga disebut plica palmatae. Bagian distal
cervix menonjol kedalam vagina, bagian ini disebut portio vaginalis sedangkan bagian cervix yang
tidak menonjol dalam vagina disebut portio supravaginalis.
b. Isthmus : bagian yang tersempit dan merupakan batas antara cervix dan corpus uteri.
c. Corpus uteri : puncaknya disebut fundus uteri. Didalamnya terdapat cavum uteri yang disebelah
proksimal berhubungan dengan ostium uterinum tubae kanan dan kiri sedangkan disebelah distal
berhubungan dengan canalis cervicis melalui ostium uteri internum. Padanya terdapat facies
vesicalis (diliputi oleh peritoneum dan membentuk excavatio vesicouterina) dan facies intestinalis
(diliputi peritoneum dan membentuk excavatio rectouterina/cavum douglassi ).
Penggantung :
a. ligamentum latum uteri, diantara 2 lembar ligamentum latum terdapat tuba uterina, lig. Teres uteri, a.
uterina, plexus venosus, plexus nervosus uterovaginalis, lig. Ovarii proprium dan ureter.
b. Mesometrium, bagian lig. Latum di kaudal mesosalpinx dan mesovarium.
c. ligamentum cardinale, diantara 2 lembar ligamentum latum.
d. ligamentum uterosacrale
e. ligamentum teres uteri / lig. Rotundum, berawal dari sudut antara uterus dan tubae, masuk ke lig.
Latum menuju ke canalis inginalis dan berakhir di labium majus.
4. Vagina
Bangunan berupa tabung yang membentuk sudut 60 dengan bidang horisontal.Di sebelah proksimal
berhubungan dengan ostium uteri internum sedang disebelah distal berakhir sebagai ostium vaginae.
Bangunan - bangunan :
a. ostium vaginae, ditepinya ditutupi oleh hymen.
b. Hymen. Berdasarkan bentuknya ada beberapa jenis yaitu :
- hymen anularis, berbentuk cincin
- hymen semilunaris, berbentuk bulan sabit
- hymen cribriformis, berlubang - lubang seperti saringan
- hymen imperforata, hymen yang tidak berlubang.
Hymen bisa robek karena coitus sehingga hanya tinggal sisanya disebut caruncula hymenalis.
c. Rugae vaginae, yaitu lipatan -lipatan didinding vagina.
144 Blok 7 Urinaria & Reproduksi
d. Fornix vaginae, yaitu vagina yang mengelilingi portio vaginalis cervicis. Dapat dibedakan fornix anterior,
fornix posterior dan fornix anterior.
Vascularisasi :
a. a. uterina
b. a. vaginalis
c. a. bulbus vestibuli.
Vena :
a. plexus venosus vaginalis
b. plexus venosus uterinus
c. plexus venosus vesicalis.
Limfa :
a. nnll iliaca externa
b. nnll iliaca interna
c. nnll inguinalis superficialis
d. nnll. sacrales
Inervasi : plexus uterovaginalis dan n. pudendus.
APLIKASI KLINIS
- Pada kehamilan ektopik terganggu (KET) terjadi perdarahan pada cavum Douglass, pemeriksaannya melalui
fornix posterior.
- Bangunan apa yang dilakukan tindakan pada tubektomi ?
- Uterus akan mengalami perubahan besar pada waktu seorang wanita hamil sampai melahirkan, misalnya
dinidng uterus, cervix uteri atau portio vaginalis-nya.
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 145
PRAKTIKUM HISTOLOGI
146 Blok 7 Urinaria & Reproduksi
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 147
1. HISTOLOGI SYSTEMA UROPOETIcA
Sistema ini terdiri dari ren (ginjal), ureter, vesica urinaria dan uretra. Sistem ini mempunyai tugas utama
menghasilkan urine. cairan yang membawa sisa-sisa metabolisme yang harus dikeluarkan dari tubuh. Dengan
demikian keseimbangan cairan tubuh dapat diatur sebaik-baiknya
Struktur ginjal :
Capsula sebagai jaringan ikat padat membungkus ren, kecuali pada hilum, tempat pembuluh-pembuluh keluar dari dan
masuk ke dalam ren.
Ren terdiri atas 2 bagian, yaitu : CORTEX dan MEDULLA
A. CORTEX
Bagiansebelahluar,dibawahcapsula,sampaimencapaibasispyramidis,padaperbatasandenganmedulla. Cortex
meluas ke medulla di antara pyramis renalis sebagai columna renalis. Cortex renalis penuh berisi unit-unit
fungsional yaitu Nephronum, jumlahnya ± 2 juta dalam setiap ginjal, masing-masing terdiri atas:
1. corpusculum renale, yang mempunyai 2 ujung, yaitu :
- Polus vascularis.
Ujung corpusculum, renale tempat arteriola afferentia masuk dan arteriola afferentia meninggalkan
kapiler glomeruli.
- Polus urinaris.
Ujung corpusculum renale tempat dimulainya tubulus contortus proximalis. Corpusculum
renale terdiri atas 2 komponen :
a. glomerulus, kapiler arteri terakit seperti benang kusut, dinamakan rete capillare glomeru- lare. Dinding
kapiler dilengkapi dengan endotheliocytus fenestratus. Di antaranya anyam- an kapiler-terdapat sel
mesangial merupakan modifikasi sel otot polos.
b. capsula glomeruli, berbentuk mangkuk, berdinding dua lapis :
1. paries externa: epithel simplex squamosum.
2. paries interna: epithelium simplex squamosum.
Dilihat dengan mikroskop elektron ternyata sel memiliki tonjolan cytoplasma sebagai kaki-kaki,
maka sel disebut podocytus.
Tonjolan dinamakan :
- cytotrabecula.
- cytorodium.
Kedua dinding saling dipisahkan oleh lumen cansulae (spatium urinarium), yang akan
mengumpulkan cairan kencing yang tersaring.
3. tubuli nephroni.
148 Blok 7 Urinaria & Reproduksi
B. MEDULLA
Medulla terisi oleh pyramis medularis, 10-18 buah, dengan :
- basis pyramidis menghadap ke arah cortex.
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 149
2. URETER
Dinding ureter disusun oleh Tunica mucosa :
- epthelium tansitionale di ureter 4-5 lapis.
- lamina propria berlembar 2 buah :
o luar : jaringan ikat padat, tanpa papilla, mengandung serabut elastis, sedikit noduli lymphatici kecil-kecil.
o dalam : jaringan ikat longgar.
Kedua lapisan ini menyebabkan tunica mucosa ureter dan vesica urinaria melipat-lipat membujur pada waktu
kosong.
Tunica submucosa : tidak jelas.
Tunica muscularis : otot polos, longgar, saling dipisahkan oleh jaringan ikat longgar dan anyaman serabut
elastis.
Otot membentuk 3 lapis :
- stratum longitudinale internum,
- stratum circulare, dan
- stratum longitudinale externum.
Tunica adeventitia : jaringan ikat longgar.
VESICA URINARIA
Dinding tersusun serupa dinding ureter. epithelium transitionale. Di daerah
trigonum vesicae :
- tunica mucosa memiliki glandula trigoni vesicae.
- berkas otot polos membentuk bangunan melingkar, mengelilingi muara ostium urethrae internum, membentuk
musculus spincter internus.
Di sebelah luar tunica muscularis dijumpai tunica subserosa, tunica serosa atau tunica adventitia.
3. URETHRA
A. URETHRA FEMININA pada wanita
Tunica mucosa:
- epithelium pseudostratificatum, makin ke distal menjadi epithelium stratificatum squamosum.
- lamina propria : jaringan ikat longgar dilengkapi dengan glandula urethralis dan lacuna urethrales, serabut
elastis.
Karena bagian ini ditempati oleh plexus venosus, maka disebut juga stratum spongiosum.
Tunica muscularis, membentuk:
- stratum longitudinale : sebelah dalam.
- stratum circulare : sebelah luar.
B. URETHRA MASCULINA, pada pria.
Akan dipelajari di materi sistem genitalia masculina
150 Blok 7 Urinaria & Reproduksi
PETUNJUK PRAKTIKUM
1. REN
Sediaan : SU-1; H E
Perhatikan pada perbesaran lemah dan kuat:
a. capsula fibrosa
b. cortex dan medulla
c. nephronum, sebagai suatu sistem, tersusun oleh komponen-komponen :
1. corpusculum renale, terdiri atas
- glomerulus
- capsula glomeruli, terdiri atas :
- pars externa
- pars interna
- lumen capsulae
Perhatikan bentuk sel-sel penyusun epithelium di situ.
2. tubuli. Ini sesuai dengan wilayahnya terdiri atas :
- pars proximalis, tersusun oleh - pars convolutus : berkelok
- pars-rectus : lurus
Sel epitel dilengkapi dengan limbus peniciliatus (perhatikan pada sediaan demonstrasi terpulas
khusus untuk memperagakan fosfatase alkalis). Bangunan ini tampak hitam intensif. Bandingkan
dengan ansa nephroni dan pars distalis yang tidak terpulas hitam karena tidak mempunyai
limbus peniciliatus.
- ansa nephroni : epitel pipih
- pars distalis : epitel kuboid
- tubulus renalis colligens :
<> tubulus renalis arcuatus.
Epitel yang kuboid selapis terdiri atas 2 jenis sel
- cellula densa : cytoplasma padat
- cellula lucida : cytoplasma jernih
<> tubulus colligens rectus, melanjutkan diri menjadi ductus papillaris.
Tubulus ini dilengkapi epitel kuboid selapis.
2. URETER
Sediaan : SU-2; H E
Perhatikan pada perbesaran lemah dan kuat
= Dinding
- tunica mucosa : berlipat-lipat membujur, dilengkapi
* epithelium transitionale
* membrana basalis
* lamina propria : jaringan ikat longgar.
- tunica muscularis : otot polos di sela jaringan ikat longgar. Tersusun 3 lapis :
* stratum longitudinale internum
* stratum circulare
* stratum longitudinale externum.
- tunica adventitia : jaringan ikat longgar
= Lumen : pada penampang melintang tampak kosong, berbentuk bintang.
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 151
3. VESICA URINARIA
Sediaan : SU-3; H E
Perhatikan :
- Tunica mucosa
* epithelium transitionale dengan sel- sel
- payung di permukaan; inti kadang-kadang 2 buah.
- kuboid di bagian dasar
* lamina propria : jaringan ikat longgar berserabut.
- Tunica serosa dan tunica adventitia : jaringan ikat longgar.
152 Blok 7 Urinaria & Reproduksi
2. HISTOLOGI GENITALIA FEMININA
A. KOMPONEN SISTEM
Sistem ini mencakup :
1. ovarium
2. tuba uriterina (oviduct)
3. uterus
4. vagina, dan
5. apparatus genitalia externa.
1. Organ ini merupakan gonad. Tersusun oleh folikel-folikel yang mempromosikan perkembangan telur (ovum)
yang dikandungnya. Ovarium juga memproduksi estrogen. Setelah folikel masak, ovum dilepaskan sedang
komponen folikel yang masih tertinggal membentuk corpus luteum yang memproduksi estrogen dan
progesterone.
2. Tuba uterine. Oviduct menjaring ovum yang telah lepas, bertindak sebagai tempat utama fertilisasi, dan
membawa ovum ke uterus, baik ovum yang telah mengalami fertilisasi maupun yang belum mengalami
fertilisasi.
3. Uterus. Uterus dilapisi oleh mukosa (endometrium), yang mengalami perubahan struktur berkala yang
dikendalikan oleh hormon ovarium. Perubahan-perubahan ini mempersiapkan uterus, karena peranannya,
sebagai tempat implantasi dan pemberian makanan ovum yang telah mengalami fertilisasi.
4. Vagina. Organ serupa-tabung ini membantu mendorong sperma melalui cervix, pintu sempit pada dasar uterus.
Cairan di dalam lumen vagina menambah motilitas sperma. Di bawah pengaruh estrogen, epitel vagina menebal dan
sel-selnya menimbun glikogen, yang dilepaskan ke dalam lumen selama proses pengelupasan.
5. Apparatus genitalia externa. Alat genitalis eksterna ini terdiri atas clitoris, labium mayus, labium minus. Alat-
alat genitalis eksterna ini mengandung sejumlah besar ujung-ujung serabut syaraf yang memainkan peranan di
dalam merangsang gairah seksual.
B. PeRUBAHAN-PeRUBAHAN BeRKALA
Di antara menarche (proses menstruasi pertama kali) dan menopause, terjadi perubahan perubahan berkala,
umumnya setiap 28 hari, dalam struktur dan kegiatan organ, terutama ovarium dan uterus. Koordinasi waktu dari
perubahan-perubahan ini, sangat penting untuk fungsi normal, reproduksi dikendalikan terutama oleh gonadotropin
hypophysis ialah FSH dan LH. Hormon ini langsung berpengaruh pada ovarium, menyesuaikan pertumbuhan dan
perkembangan folikel demikian juga produksi hormon ovarium. Hormon ovarium (ialah estrogen dan progesteron)
mengendalikan siklus menstruasi (ialah perubahan berkala yang terjadi di dalam pelapis uterus) dan
mempengaruhi produksi gonadotropin hypophysis lewat umpan balik negatif (“negative feedback”).
D. GLANDULA MAMMAE. Oleh karena glandula mammae juga mengalami perubahan-perubahan histo- logik
dalam kaitannya dengan siklus reproduksi, kehamilan, hormon hypophysis dan ovarium, maka glandula
mammae dimasukkan dalam bab ini.
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 153
OVARIUM
A. ORGANISASI UMUM.
Organ ini terdapat sepasang, bentuknya menyerupai buah-badan (“almond-shaped”), berukuran 3 X 1,5 X 1 cm
yang dilekatkan oleh mesovarium pada ligamentum mayor. Ovarium terletak di dalam cavum pelvis.
1. Selubung.
Meskipun bagian paling luar ovarium ditutupi/diselubungi epithelium germinativum, namun epithelium
germinativum ini tidaklah memproduksi oocytus, karena namanya tersebut. Selubung ini terdiri atas selapis
epitel kuboid yang berasal dari peritoneum. Pelapis bagian dalam, tunica albumin, terdiri atas lapisan
jaringan ikat padat yang terletak di antara epithelium germinativum dan cortex ovarii.
2. Struktur internal. Setiap ovarium, terbagi-bagi menjadi cortex di bagian perifer, dan medulla di bagian
tengah. Cortex dihuni oleh sebagian besar folikel-folikel ovarium berisi oocytus yang terdapat di dalam
stroma jaringan ikat. Medulla tersusun oleh stroma yang berisi penuh hamparan vaskularisasi.
B. FOLLICULUS OVARII.
Setiap folikel terdiri atas oocytus yang diselubungi oleh selapis atau berlapis-lapis sel granulosum (folikuler).
Cortex ovarii mengandung folikel-folikel dari berbagai stadium perkembangan, ialah:
1. Folliculus Primordialis. Stadium awal perkembangan folikel, dan folikel ini merupakan folikel, yang tidak aktif dan
merupakan satu-satunya. folikel yang sudah ada sebelum pubertas, dan merupakan penyusun ovarium
selanjutnya. Setiap folikel mengandung oocytus primarius (sebagian besar dalam stadium diplotene pada
profase meiosis I), di kelilingi oleh selapis sel folikuler berbentuk pipih.
2. Pertumbuhanfollikel. Pertumbuhanfolikeldistimulasi oleh hormon FSHdarihypophysis, oocytusnya membesar
mencapai ukuran maksimum antara 125-150 mikron. Epitel folikuler menjadi kuboidal dan mengadakan
proliferasi menjadi epitel berlapis (stratificatum) atau multilaminer. Stroma jaringan ikat yang langsung
menyelubungi folikel mengadakan diferensiasi, menjadi theca folliculi yang memproduksi hormon steroid.
a. Folliculi primarius. Folliculi primarius terdiri atas oocytus primarius diselubungi oleh selapis atau
berlapis sel folikuler. Folikel ini tidak memiliki anthrum folliculi.
* Folliculus primarius unilaminarius. Folikel ini terdiri atas selapis sel folikuler berbentuk kuboid yang
menyelubungi oocytus. Pada stadium ini, zona pellucida yang kaya glikoprotein mulai terbentuk di
antara oocytus dan sel folikuler.
* Folliculus primarius multilaminarius. Folikel ini memiliki berlapis-lapis sel folikuler yang
menyelubungi oocytus. Selama stadium ini, zona pellucida menebal dan theca folliculi mulai
terbentuk.
b. Folliculus secundarius. Selama stadium ini, ruang-ruang atau cavum folliculi terisi dengan liquor
folliculi tampak di antara sel-sel-folikuler, lambat laun bergabung membentuk cavum yang lebih besar
disebut anthrum. Theca folliculi membentuk dua lapisan, theca folliculi interna, yang penuh dengan
jaringan vaskuler dan sel kuboid penghasil hormon steroid yang mengandung sejumlah besar reticulum
endoplasmicum non-granulosum, dan theca folliculi interna, terutama tersusun oleh jaringan ikat
vaskuler.
3. Folliculus maturus = folliculus de Graaf. Dapat dibedakan dari folliculus secundarius akhir terutama ukurannya
yang besar (diameter 2,5 cm). Pada stadium ini, sebelum terjadinya ovulasi, anthrum folliculi
membengkak/membesar. Oocytusnya terdesak ke arah satu sisi dalam folikel, diselubungi beberapa lapis sel
folikuler (corona radiata) dan sel-sel folikuler sisa sebagai penyangga ialah cumulus oophorus.
154 Blok 7 Urinaria & Reproduksi
4. Folliculus atreticus. Meskipun kira-kira ada 400.000 folikel yang ada pada saat lahir, namun hanya 450 buah
folikel yang saja yang mencapai maturus/masak. Kira- kira 95% menjadi atreticum/atresia (artinya bahwa folikel
tersebut mengalami degenerasi lewat autolisis) pada berbagai stadium perkembangan. Atresia yang terjadi
pada foliculus primordialis meninggalkan ruang-ruang yang- segera terisi oleh stroma; akibatnya, tidak dapat
diketahui follicus primordialis yang mengalami atresia tersebut pada masa dewasa. Sisa-sisa autolisis folliculus
primarius dan secundarius diambil oleh makrofag dan diganti oleh sel stroma beserta parut serabut kolagen
bergelombang. Parut ini sedikit demi sedikit diambil dan diperbaharui menjadi jaringan stroma normal. Beberapa
sel theca folliculi dapat tinggal terus menjadi sel interstitial yang secara aktif mensekresi hormon steroid,
terutama hormon androgen.
D. OVULASI
Ovulasi umumnya terjadi pada hari ke 14 dari siklus menstruasi yang ideal 28 hari. Ovulasi melibatkan
robeknya/rupturnya folliculus maturus dan pelepasan ovum. ovulasi terjadi dengan didahului dan stimulasi
sentakan dalam produksi hormon LH oleh hypophysis. Volume liquor folliculi di dalam anthrum folliculi bertambah.
ovum beserta corona radiata yang menyelubunginya memisahkan diri dari cumulus oophorus dan mengapung di
dalam anthrum folliculi. Stromanya menipis mungkin disebabkan aktivitas kolagenase, dan menjadi iskhemia di
antara follikel preovulasi dan permukaan ovarium, yang menunjukkan tempat ambang pintu ruptura atau disebut
stigma. Selama ruptura, ovum beserta corona radiata tetap intak, dikeluarkan oleh ovarium dan ditangkap oleh tuba
uterina. Apabila ovum tidak mengalami fertilisasi dalam 24 jam, ovum mengalami degenerasi.
E. CORPUS LUTEUM
Kelenjar endokrin sementara ini dibentuk oleh sisa-sisa folikel setelah ovulasi.
1. Pembentukan copus luteum. Setelah ovulasi, folikel menjadi kolaps dan sel-sel granulosum yang melapisinya
menjadi melipat-lipat. Perdarahan sedikit dari tempat ruptura dapat menjendal di bagian tengah. Sel di
dalam lapisan granulosa dan theca folliculi interna membesar dan memperlihatkan atau berpenampilan
sebagai sel penghasil hormon steroid. Sel granulosa lutein merupakan sel berukuran besar, pucat dan
sebagai sel penghasil progesteron, berasal dari sel granulosum. Sel theca lutein, yang mensekresi
estrogen, ukurannya lebih kecil, tercat kuat dan berasal dari theca folliculi interna.
2. Corpus luteum menstruaticum. Apabila fertilisasi tidak terjadi, maka corpus luteum mengalami degenerasi
kira-kira setelah 14 hari.
3. Corpus luteum aravidarum. Apabila terjadi fertilisasi, corpus luteum membesar. Corpus luteum ini
dipertahankan selama 6 bulan, meskipun sedikit demi sedikit berkurang, namun masih tetap
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 155
ada sampai akhir kehamilan. Selama estrogen dan progesteron, sel pada bangunan ini juga
menghasilkan relaxin, hormon polipeptida yang melonggarkan perlekatan jaringan ikat pada symphysis
osseum pubis, sehingga mempermudah pintu pelvis membesar selama persalinan.
4. Corpus albicans. Parut jaringan ikat padat ini yang menggantikan corpus luteum yang mengalami degenerasi,
ukurannya lebih besar corpus luteum gravidarum bila dibandingkan dengan corpus luteum menstruaticum.
Menyerupai folliculus atreticus, akhirnya diambil oleh makrofag.
TUBA UTERINA
Sering disebut oviduct dan tuba fallopii. Terdapat sepasang, merupakan silinder masculer panjang kira-kira 12
cm. Lumen setiap tubanya di sebelah proksimalnya berlanjut dengan cavum uteri. Setiap tuba melebar dari arah
uterus ke ovarium, dengan ujung distalnya terbuka ke arah cavum peritonii di dekat ovarum.
A. FUNGSI.
Tuba uterina bergerak menutup ovarium setelah ovulasi dan menangkap ovum setelah ovulasi. Tuba uterina
menyediakan lingkungan yang cocok untuk dan merupakan tempat fertilisasi dan transportasi zygot (atau
ovulasi yang tidak terfertilisasi) ke uterus.
UTERUS
Organ muskular berbentuk buah-pir (“pear-shaped organ”) yang terdapat di dalam cavum pelvis.
Organ ini merupakan tempat implantasi dan perkembangan embryo awal.
A. BAGIAN-BAGIAN UTERUS.
Uterus secara anatomik terbagi-bagi menjadi 3 daerah, ialah :
1. badan = “body” atau corpus. Merupakan bagian terbesar, berbentuk bulat dan letak di bagian tengah.
2. Fundus merupakan perluasan corpus di atas pintu masuknya tuba uterina.
3. Cervix atau leher, sempit, merupakan perluasan uterus ke arah bawah masuk ke dalam canalis vaginalis.
1. Myometrium.
Tunica muscularis uterus ini paling tebal, terdiri atas 4 lapis otot polos yang tidak jelas batas- batasnya.
Lapisan tengah mengandung sejumlah besar arteria yang melengkung (arteria arcuata) yang
memvascularisasi endometrium. Otot polos myometrium tumbuh pesat selama kehamilan, baik hipertrofi
maupun hiperplasia. Pada saat melahirkan hormon oksitosin dari hypophysis merangsang kontraksi
dengan kuatnya dan bertanggung jawab terhadap keluarnya janin.
2. Endometrium.
Mukosa uterus terdiri atas selapis epitel kolumner ditopang oleh lamina propria. Glandula tubuler
simplex meluas dari permukaan ke dalam lamina propria; sel pelapisnya berlanjut dengan permukaan.
Endometrium yang menerima vascularisasi ganda, terbagi menjadi dua daerah, ialah:
a. Stratum functionale. Disebut juga Pars functionalis, merupakan lapisan superfisial temporer.
Sangat responsif terhadap hormon ovarium dan mengalami siklus penebalan dan pengelupasan.
Lapisan ini kemudian terbagi-bagi menjadi zona compacta (di bagian superfisial) dan di sebelah
dalam zona spongiosa.
b. Stratum basale. Lapisan Ini lebih tipis, letak di sebelah dalam, dan merupakan lapisan permanen
mengandung bagian basal kelenjar endometrial dan dipertahankan selama menstruasi. Stratum
basale ini merupakan epitel pelapis kelenjar yang membelah dan menyelubungi permukaan
yang kasar terkupas selama menstruasi.
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 157
C. SIKLUS MENSTRUASI.
Endometrium mengalami perubahan- perubahan berkala yang dikendalikan oleh hormon ovarium, ialah
estrogen dan progesteron. Sebaliknya, produksi hormon ovarium dikendalikan oleh hormon FSH dan LH dari
hypophysis dan berkaitan dengan pertumbuhan folikel untuk proses ovulasi, pembentukan dan degenerasi corpus
luteum. Rata-rata siklus menstruasi berkisar antara 28 hari, diperkirakan dapat dilukiskan dalam 3 fase. Permulaan
perdarahan menstruasi umumnya merupakan hari pertama dari siklus.
1. Fase-menstruasi. Fase menempati 3-5 hari pertama dari siklus.
a. Perubahan-perubahan endometrium. Berkurangnya produksi corpus luteum menstruaticum menyebabkan
kontraksi sebentar-sebentar arteria convoluta. Hal ini menyebabkan ischemia, degenerasi dan
mengelupasnya pars functionalis. Fragmen jaringan pars functionalis bersama-sama darah dan
jaringan uterus dibuang ke vagina sebagai cairan menstruasi. Oleh karena arteria recta yang
memvascularisasi lamina basalis tidak bereaksi dengan perubahan- perubahan hormonal, maka
lamina basalis tetap utuh.
b. Perubahan-Perubahan yang berhubungan dengan ovarium. Tidak adanya chorionic
gonadotropin dari embrio, corpus luteum mengalami degenerasi dan produksi progesteron terhenti.
2. Fase proliferatif/fase folikuler.
Fase ini menduduki antara ke 4-6 sampai ke 14.
a. Perubahan-perubahan endometrium. Di bawah pengaruh penambahan kadar estrogen,
endometrium diregenerasi mulai dari sisa-sisa lamina basalis/stratum basale. Oleh karena pars
functionale menebal kelenjar-kelenjarnya bertambah panjang, dan secara relatif tetap lurus.
b. Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan ovarium. Di bawah pengaruh hormon FSH dari
hypophysis, folikel tumbuh dan memproduksi estrogen. Pengaruh LH pada hari ke 14 menyebabkan
ovulasi dan menyokong pembentukan corpus luteum.
3. Fase sekresi/fase luteal.
Stadium ini menempati hari ke 14 sampai ke 28.
a. Perubahan-perubahan endometrium. Di bawah pengaruh hormon progesteron dari corpus luteum yang
sedang berkembang menyebabkan pertumbuhan kelenjar, lumennya berdilatasi dengan sekretnya,
jaringan ikatnya oedem, dan mengakibatkan menebalnya endometrium. Kelenjarnya menjadi lebih
berkelok-kelok, memperagakan seperti gerigi-gigi pada potongan longitudinal, bertambahnya sekresi
glikoproteinnya (sari makanan untuk embryo sebelum implantasi) . Arteria berkelok-kelok menjadi
memanjang dan tumbuh mendekati permukaan lumenalnya. Hari ke 20 siklus menstruasi, endometrium
secara maksimal siap menerima implantasi embryo. Tanpa adanya implantasi, siklus menstruasi
dimulai lagi.
b. Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan ovarium. Hormon LH menopang perkembangan corpus
luteum. Sel granulosa lutein mulai memproduksi progesteron, dan sel theca lutein
158 Blok 7 Urinaria & Reproduksi
Menghasilkan estrogen. Pada akhir fase ini, tanpa adanya chorionic gonadotropin dari embrio yang
berimplantasi, corpus luteum mengalami degenerasi dan produksi progesteron berhenti.
D. CERVIX UTERI.
Permukaan eksternal cervix uteri menonjol ke dalam lumen vagina. Dindingnya terutama terdiri atas jaringan
ikat padat dan hanya sedikit mengandung otot polos. Mukosanya terdiri atas epitel kolumner selapis dan
banyak sekali kelenjar cervicalis yang melapisi permukaan internal cervix (canalis cervicalis). Sedangkan
pelapis cervix uteri bagian permukaan eksternal dilapisi epithelium stratificatum squamosum (bagian permukaan
vaginal). Meskipun mukosa cervix tidak mengelupas pada saat menstruasi, perubahan-perubahan berkala
terjadi di dalam jumlah dan viskositas sekret. Misalnya pada selama ovulasi, sekret yang mengandung air
mempermudah penetrasi oleh sperma; sedang fase luteal dan selama kehamilan, sekretnya berlimpah dan bersifat
viskus. Dilatasi cervix yang mendahului persalinan disebabkan oleh aktivitas kolagen yang kuat di dalam dinding
cervix uteri.
FERTILISASI
Fertilisasi terjadi pada “ampullaristhmic junction” dalam tuba uterina, bilamana sperma menembus corona radiata,
terus menembus zona pellucida. Hanya satu kepala sperma mengadakan fusi dengan membrana plasma ovum
(oolemma). Kejadian ini merangsang penyelesaian pembelahan meiosis kedua ovum, dan “polar body” terbuang.
Akhirnya, haploid laki-laki dan perempuan pronuclei bersatu membentuk nucleus zygote menjadi diploid.
PERKEMBANGAN PRA-IMPLANTASI.
Zygote mengalami beberapa kali pembelahan mitosis menjadi sel padat berbentuk bola disebut morula, bergerak
sepanjang oviduct menuju uterus. Suatu ruang atau cavum terbentuk pada bagian tengah ovum, dan sekarang
disebut blastocystus. Pada stadium ini (hari ke 4 setelah fertilisasi), embryo masuk ke dalam uterus. Sel-sel
blastocystus (blastomer) membentuk 2 lapisan: trofoblast perifer, yang akan membentuk pars foetalis placentae,
dan sel berbentuk discus (masa sel sebelah dalam), yang akan membentuk embryo, menonjol ke dalam
cavum/ruang. Sesudah mencapai lumen uterus, blastocystus terapung-apung bebas selama 2-3 hari sebelum
mengadakan implantasi. Zona pellucida menghilang pada saat itu, mempermudah sel trofoblast kontak
langsung dengan endometrium.
IMPLANTASI
A. REAKSI DESIDUAL.
Pada saat implantasi, penetrasi embryo stadium awal ke dalam epitel uterus, endometrium mengalami
perubahan-perubahan, menandakan adanya reaksi decidua (endometrium pada saat kehamilan disebut
sebagai decidua). Selama reaksi ini, endometrium menebal dan sel-sel stromanya membesar menjadi sel
decidual, yang memproduksi Prolaktin. Reaksi decidua. ini membantu mencegah invasi trofoblast ke
dalam endometrium, (kondisi ini disebut Placenta increta atau percreta). Decidua sendiri ada tiga
bagian, ialah :
1. Decidua basalis, bagian yang letaknya di bawah tempat implantasi dan membentuk pars materna
placenta.
2. Decidua capsularis, merupakan bagian yang terdapat di atas implantasi embryo dan
memisahkannya dari cavum uteri, dan
3. Decidua varientalis, merupakan sisa endometrium, ialah bagian yang tidak mengadakan kontak
langsung dengan embryo.
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 159
B. AKTIVITAS BLASTOCYSTUS
1. Trofoblast = trophoblastus. Sel trofoblast melekat pada endometrium, membelah secara cepat, dan
mengadakan diferensiasi menjadi dua lapis, ialah :
a. syncytiotrophoblastus, lapisan terluaryang sangat invasif, terdiri atas sel besar multinuklear. Sel ini
terbentuk dengan cara fusi beberapa sel mono-nuklear di bawah lapisan.
b. cytotrophoblastus, Trophoblastus mengikis epitel uterus, mempermudah embryo menginvasi
stroma. Hari ke-9 Setelah fertilisasi, embryo terbenam keseluruhannya di dalam endemetrium.
dan diselubungi oleh kulit dari trofoblast. Jenis implantasi ini, seluruh bagian embryo terkubur di
dalam endometrium disebut implantasi interstisial.
2. Masa sel di sebelah dalam. Masa sel di sebelah dalam membentuk diskus bilaminer (blastodiscus), yang menjadi
embryo sendiri, dan kulit mesoderm ekstra embryonal yang melapisi bagian permukaan sebelah dalam trofoblast.
Blastodiscus dipisahkan dari mesoderm ekstra embryonal oleh suatu ruang atau cayum, ialah coelom
ekstraembryonal. Embryo selanjutnya dipisahkan dari endometrium oleh kulit-3 lapis ialah chorion.
3. Chorion. Termasuk chorion ialah synctitiotrotopho-blastus, cytotrophoblastus dan mesoderm ekstra embryonal.
Regio chorion ialah :
a. Chorio frondusum, bagian yang berbatasan dengan decidua basalis, yang membentuk bagian
fetal placenta (pars foetalis placentae) dan
b. Chorio laeve, bagian yang berbatasan dengan decidua capsularis. Pada pertengahan umur kehamilan,
lapisan ini mengadakan fusi dengan decidua parietalis pada sisi berlawanan dengan uterus
menghilangkan cavum uteri.
PLACENTA
Merupakan organ sementara yang pembentukannya dimulai selama implantasi. Placenta tersusun oleh jaringan
embryo (chorion frondusum) dan jaringan ibu (decidua basalis). Placenta mengangkut sari makanan dari ibu dan
oksigen ke embryo, membersihkan darah dan mensekresi hormon.
A. LANGKAH-LANGKAH PLACENTA.
1. Lacuna. Syncytiotrophoblastus menyelubungi dan membentuk sejumlah besar pulau-pulau jaringan
endometriumyang berisi pembuluh darah . Enzim disekresi oleh syncytiotrophoblastus melisis jaringan ibu,
meninggalkan ruang-ruang (lacuna) dan pembuluh darah yang rusak. Pembuluh darah yang rusak
mengisi lacuna dengan darah ibu.
2. Villi primarius. Villi primarius merupakan alur-alur solid/mampat yang tumbuh masuk ke lacuna. Villi
primarius ini tersusun oleh syncytiotrophoblastus dan cytotrophoblastus.
3. villi secundarius. Mesenkim di bawah ekstra embryonal membanjiri villi primarius, membentuk villi
secundarius, tersusun oleh syncytiotrophoblastus, cytotrophoblastus, dan inti mesenkim
ekstraembryonal.
4. Villi tertius. Mesenkim ekstra embryonal di dalam villi secundarius mengadakan diferensiasi di dalam
pembuluh darah yang kemudian akan membentuk hubungan dengan pembuluh umbilicalis. Villi
tertius ini tersusun oleh syncytiotrophoblastus, cytotrophoblastus, dan mesenkim ekstra embryonal
villi secundarius, dan pembuluh darah di tengahnya.
B. FUNGSI PLACENTA
1. Memindah-tempatkan sari makanan dan zat tidak berguna. Hari ke 23 kehamilan, pembuluh darah foetus
mulai bersirkulasi melalui villi tertius. Sari makanan dari darah ibu dalam lacuna mencapai sirkulasi foetalis
dengan melewati syncytiotrophoblastus. Cytotrophoblastus yang kemudian menghilang setelah semua
sel mengadakan fusi dengan syncytiotrophoblastus, lamina basalis trophoblastus; mesenkim ekstra
embryonal; membrana basalis sel endothelial pembuluh darah di dalam villi tertius; dan endothelial
foetalis. Ke enam lapis tersebut
160 Blok 7 Urinaria & Reproduksi
membentuk sawar placenta/placental barrier yang hanya mengijinkan substansi terpilih menembus
ke dan dari sirkulasi ibu dan anak. Batas antara jaringan maternal dan foetal ditandai dengan fibrinoid, lapisan
produk nekrosis. Lapisan ini dapat membentuk sawar antigenik, yang dapat diterangkan suatu toleransi
maternal dari antigen foetal (dan sebaliknya).
2. Sekresi hormon plasenta. Plasenta memproduksi chorionic gonadotropin, chorionic thyrotropin, chorionic
corticotropin; estrogen, progesteron, prolactin dan lactogen plasental.
VAGINA
Merupakan tabung/silinder musculer yang meluas dari cervix uteri ke genitalia externa. Dindingnya tanpa
kelenjar, dan pelumasan vagina mengikut-sertakan sekresi yang dihasilkan oleh glandula cervicalis dan
glandula Bartholini dan glandula mucosa kecil-kecil di dalam vestibulum. Dinding vagina memiliki tiga lapis :
a. TUNICA MUCOSA.
Lapisan ini terdiri atas epithelium stratificatum squamosum, kaya akan glikogen dan ditopang oleh lamina propria
yang mengandung sejumlah besar serabut elastis. Metabolisme bakterial glikogen dari pengelupasan sel
pelapis masuk ke dalam lumen vagina mengakibatkan penimbunan asam laktat dan menyebabkan vagina ber-
pH rendah/asam. Pleksus kapilaris yang banyak sekali dijumpai pada lamina propria merupakan sumber cairan
yang melimpah yang merembes ke dalam lumen selama stimulasi seksual. Mukosa vagina hanya mengandung
sedikit ujung-ujung syaraf sensoris.
b. TUNICA MUSCULARIS.
Terutama terdiri atas otot polos longitudinal. Tunica muscularis ini mencakup beberapa serabut sirkuler di
dekat mukosa.
c. TUNICA ADVENTITIA.
Selubung terluar jaringan ikat padat vagina. Kaya akan serabut elastis dan mengandung sejumlah besar
plexus venosus; berkas-berkas serabut syaraf dan kelompok neuron juga ada.
d. LABIUM MAYUS.
Merupakan lipatan kulit yang di bagian tengahnya berupa jaringan lemak subcutanea dan lapisan tipis otot.
Permukaan sebelah dalam setiap lipatan kulit tersebut sama dengan labium minus, lapisan sebelah luar
lebih banyak keratinnya dan mengandung rambut. Kedua permukaannya mengandung sejumlah besar
glandula sebacea dan glandula sudorifera.
e. KELENJAR DEWASA (SELAMA KEHAMILAN).
Pengaruh beberapa hormon, termasuk estrogen, progesteron, prolaktin dan lactogen placenta manusia
menyebabkan peningkatan proliferasi ductus lactiferus dan pertumbuhan alveolus pada ujung-ujungnya,
membesarnya susu. Epitel terminal ductus interlobularis mengadakan proliferasi dan diferensiasi menjadi sel
penghasil air susu, mengakibatkan terbentuknya sejumlah besar alveolus sekretorik di dalam lobulus.
Selama kehamilan sel alveolus mammae di tandai secara khas oleh nukleus basal yang di kelilingi oleh
reticulum endoplasmicum granulosum, complexus golgiensis yang letaknya supranuklear, mitokondria
yang letaknya tersebar, lisosoma, vesikel sekretorik berisi protein, dan beberapa tetes-tetes lemak di
bagian apex sel. Sel alveoler dan lamina basalisnya dipisahkan oleh sel myoepitel. Pada kehamilan akhir,
jumlah sel plasma di dalam jaringan ikat interlobularis bertambah banyak. Sel tersebut memproduksi IgA yang
ditambahkan pada sekresi mammae (terutama kolostrum) dan menambah imunitas pasif kepada bayi yang baru
lahir.
Meskipun kelenjar ini berkembang selama kehamilan, sekresi tidak dijumpai di dalam lumennya sampai
kehamilan akhir, apabila kelenjar tersebut mengandung kolostrum, atau selama menyusui, apabila kelenjar
mengandung susu kaya-lipid sesungguhnya. g. INVOLUSI SENILIS. Setelah menopause, bagian sekretorik, ductus,
dan jaringan ikat adiposus dan jaringan ikat interlobularis di dalam mammae menjadi atrofi.
PETUNJUK PRAKTIKUM
1. OVARIUM
Ovarium lengkap dengan folliculus ovaricus Sediaan :
SG-7a; H E
Perhatikan pada :
a. Ovarium lengkap :
- Epithelium superficialis : sel kuboid selapis.
- Tunica albuginea :
jaringan ikat fibroelastis padat, kurang teratur, terletak di bawah epitel.
- Cortex:
* sel serupa sel otot
* folliculi ovarici dengan berbagai tahap perkembangan
- medulla : jaringan ikat fibromuskuler dengan pembuluh darah.
b. Folliculi ovarici.
Coba temu-tunjukkan:
1. folliculus ovaricus primordialis dengan ovogonium epithelium squamosum simplex
2. folliculus ovaricus primarius dengan
- ovogonium
- epithelium cuboideum simplex
3. folliculus ovaricus secundarius dengan ovocytus stratum granulosum : dinding tersusun oleh cellulae
granulosae
162 Blok 7 Urinaria & Reproduksi
3. UTERUS
Corpus uteri
Sediaan : SG-10; H E
Perhatikan :
a. Endometrium : Tunica mucosa ini terdiri atas
- epithelium columnare simplex, mengandung
* cellula ciliata
* cellula nonciliata
* muara glandulare uterinae
- lamina propria sebagai stroma. endometrialis.
Tampak
* glandulae uterinae
* cellulae decidualis
4. VAGINA
Sediaan : SG-12; H E
Perhatikan :
- tunica mucosa
* epithelium squamosum noncornificatum. Sel-sel membentuk :
> stratum superficiale sel pipih
> stratum intermedium. sel polyhedral
> stratum basale : sel kolumner
* lamina propria : jaringan ikat longgar dilengkapi pembuluh darah dan lymphocyti
- tunica muscularis : otot polos yang membentuk
<> stratum circulare
<> stratum longitudinale : terbanyak, terutama di separuh bagian luar.
5. CLITORIS
Sediaan : SG-13; H E
Perhatikan :
a. Kulit terdiri atas
- epithelium squamosum stratificatum cornificatum
- corium. dengan ujung-ujung saraf pembuluh darah
- subcutis tampak lemak corpuscula lamellosa
b. Corpora cavernosa dilengkapi dengan :
- tunica albuginea. yang mempercabangkan trabeculae
- cavernae : rongga-rongga terisi plexus venosus.
6. PLACENTA
Sediaan : SG-17; H E
Perhatikan pada :
a. pars materna endometrium basale dengan cellulae idecidualis
b. pars fetalis villi chorialis
- dilapisi epithelium tersusun oleh 2 jenis sel:
<> cytotrophoblastus : di sebelah dalam,
<> syn(cytio) trophoblastus : di sebelah luar
- berisi :
<> jaringan mesenchym
<> pembuluh darah
c. septum intervillosum : darah ibu mengisi celah antara pars fetalis dan pars maternalis. Perhatikan
juga bangunan berasal dari trophoblastus
- cellula gigantica : sel raksasa
- substantia fibronoidea sebagai hasil degenerasi.
164 Blok 7 Urinaria & Reproduksi
3. HISTOLOGI SISTEM GENITALIA MAScULINA
Di dalam tubulus seminiferous testis, jika dipotong secara melintang dapat dibedakan ada 6
assosiasi sel, masing-masing assosiasi memiliki susunan sel spermatogenik yang berbeda.
Pada assosiasi sel tahap ke VI memiliki susunan :(dari arah basal lumen)
- spermatogonium tipe A
- spermatocytus I zygoten
- spermatocytus I pochytene
- spermatocytus meiosis
- spermatocytus II
- spermatidium (spermiogenesis)
<> membrana limitans di sebelah luar epitel, terdiri atas:
- stratum basale, lapisan terdalam berupa jaringan ikat.
- stratum myoideum, mengandung sel-sel kontraktil yang saling berhubungan secara zonula
occludens.
- stratum fibrosum, lapisan terluar. Intersitium testis, adalah jaringan yang mengisi sela-sela di
antara tubulus seminifer convolutus testis. Di sini dijumpai sel penghasil hormon androgen,
disebut endocrinocytus interstitialis yang dulu dinamakan sel LEYDIG.
b. tubulus senimiferus rectus, berjalan lurus masuk ke dalam rete testis. Ciri disini yang penting ialah :
- di dalam tubulus tidak terjadi spermatogenesis.
- dinding dilengkapi dengan :
* epithelium cuboideum
* sel penunjang (cellulae sustentacularis)
c. rete testis, dilapisi epithelium cuboideum,
d. ductuli efferentes berjalan pada caput epididymidis. Dinding :
- epithelium simpleks columnare dengan cilia membantu gerakan spermatozoon ke
epididymidis.
- epithelium simpleks cuboideum, mengabsorbsi sekret dari tubulus seminiferous.
- membrana basalis.
- stratum fibromusculare, tersusun oleh otot polos dan jaringan ikat tipis.
e. ductus epididymidis berkelok-kelok diselubungi jaringan ikat, sehingga membentuk corpus dan cauda
epididymidis. Dinding dilapisi epithelium pseudostratificatum dengan sel 2 jenis :
- epitheliocytus basalis: rendah, di dasar epitel.
- epitheliocytus microvillosus: tinggi, permukaan bebas sel dilengkapi dengan microvillus, yang dikenal
sebagai stereocilia. Sel ini mensekresi glycerophosphocholine yang diduga menghambat
kapasitasi, dan glycoprotein yang belum diketahui fungsinya.
B. DUCTUS DEFERENS
Tunica mucosa, melipat-lipat membentuk plicae mucosae, dengan:
- epithelium pseudostratificatum; di ampula stereocilia sudah tidak tampak lagi.
- lamina propria mengandung serabut-serabut elastis.
Tunica muscularis, kuat, mencolok sekali, mempunyai 3 lapisan :
- stratum longitudinale internum,
- stratum circulare, tebal dan
- stratum longitudinale externum.
Tunica adventitia, jaringan ikat longgar, elastis, mengandung pembuluh darah, lympha, syaraf, dan otot seran
lintang (musculus cremaster).
166 Blok 7 Urinaria & Reproduksi
C. KELENJAR PENUNJANG
Fungsi kelenjar penunjang menghasilkan sekret yang berguna sebagai sarana untuk aktivasi gerak.
1. vesicula (glandula) seminalis
Sebenarnya alat ini berupa ductus yang amat berkelok-kelok. Struktur dan fungsi alat ini diawasi oleh hormon.
Tunica mucosa, melipat-lipat sehingga dapat meningkatkan luas permukaan. yang mengandung sel
sekretorik dan dapat mekar jika penuh sekret. Memiliki:
- epithelium pseudostratificatum columnare dengan sel-sel kecil yang memproduksi sekret, melapisi
tunica mucosa.
- lamina propria. Sekret tebal, kekuning-kuningan dan dicurahkan ke dalam ductus ejaculatorius pada waktu
ejaculatio, ejakulat.
Tunica muscularis, tidak setebal pada. ductus deferens, Terdiri dari 2 lapis:
* stratum circulare di sebelah dalam.
* stratum longitudinale di sebelah luar.
Tunica adventitia.
2. glandula Prostata
Capsula Prostatica.
Sebagai jaringan ikat yang mengandung otot polos membungkus kelenjar ini. Kelenjar tersusun oleh banyak
kesatuan dengan banyak saluran yang bermuara. ke dalam urethra.
Ada tiga kelompok kesatuan kelenjar, yaitu :
a. glandula mucosa, terkecil, periurethral. Bagian ini sering membesar (hipertrofi) pada. usia lanjut dan
dinamakan nodulus adenomatosus.
b. glandula submucosa, di sebelah luar glandula mucosa.
c. glandula Principalis, terluar, menghasilkan bahan baku sekret. Prostata oleh lintasan ductus
ejaculatorius terbagi menjadi 3 lobus. Tiap lobus terbagi lagi menjadi lobuli. Dalam lobuli ductus
bercabang-cabang menjadi kesatuan sekretorik yang berbentuk tubulo-alveolus.
3. glandula bulbourethralis
Tubuloalveolar dengan diameter 3-5 mm, dilapisi epithelium cuboideum mensekresikan mucus ke dalam
urethra.
Tunica mucosa:
- epithelium simplex columnare. Sel columnare merendah sebelum masuk urethra. Sering sekret
dinamakan concretio Prostatica (corpora amylacea).
- lamina propria, jaringan ikat fibrosa dengan kapiler.
Sekret tipis keruh, mengandung enzim fosfatase asam. Jika enzim ini didapatkan dalam darah, maka
kemungkinan pada orang tersebut dijumpai tumor ganas prostata; prevalensinya meningkat pada pria
berusia lebih dari 50 tahun.
trabeculae-trabeculae yang terdiri dari textus connectivus elasticus, otot polos, pada sisi yang berbatasan
dengan cavernae dilapisi endothelium. Cavernae merupakan rongga-rongga (seperti bunga karang) yang
makin ke arah pusat makin longgar (besar-besar).
2. corpus spongiosum penis.
Di sebelah ventral, diameter lebih kecil, tunica albuginea yang membungkus juga lebih tipis. Cavernae
lebih padat, kecil-kecil. Di bagian pusat (tengah) ditembus oleh urethra.
B. URETHRA
Urethra dapat dibedakan atas :
1. pars prostatica, terdiri atas:
* Tunica mucosa
- dilapisi epithelium transitionale, pseudostratificatum, stratificatum columnare (bagian terbesar).
- lamina propria tersusun oleh jaringan ikat fibroelastis
* Tunica muscularis
- stratum longitudinale
- stratum circulare
2. pars membranacea:
Tunica mucosa dilapisi epithelium pseudostratificatum; lamina propria terdiri atas otot polos dan seran lintang
(musculus spincter erethrae).
3. pars spongiosa/pars cavernosa:
Tunica mucosa terdiri atas epithelium pseudostratificatum dan columnare stratificatum; Lamina propria. Dekat
ujung penis, lumen urethra melebar membentuk fossa navicularis yang dilapisi epithelium squamosum
stratificatum dengan sel piala; berfungsi sebagai barier terhadap bakteri (benda asing).
PETUNJUK PRAKTIKUM
1. TESTIS
Sediaan : SG-2; H E
Perhatikan pada perbesaran lemah
- capsula testis : berkumpul pada mediastinum testis
- tunica albuginea textus connectivus fibrosus tebal
- tunica vasculosa di bawah tunica albuginea, penuh pembuluh darah
- tubulus seminifer convolutus
- ductuli efferentes : lumen penuh spermatozoa
- interstitium : di antara tubulus seminifer convolutus
Perhatikan pada perbesaran kuat:
1. Tubulus seminifer convolutus Pada dindingnya dapat dibedakan 2 jenis sel
a. gametocyti; sesuai dengan tahap, perkembangannya dikenal spermatogonium spermatocytus primarius
spermatocytus secundarius spermatidium spermatozoon.
b. cellula subtentacularis (SERTOLI) sebagai sel penunjang, besar.
2. Ductuli efferentes dengan epithelium pseudostratificatum ciliatum
3. Interstitium dengan sel penghasil hormon androgen dinamakan:
168 Blok 7 Urinaria & Reproduksi
2. DUCTUS DeFeReNS
Sediaan : SG-3; H E
Perhatikan :
- tunica mucosa : melipat-lipat membentuk plicae mucosae
- epithelium pseodostratificatum
- tunica muscularis : perhatikan betapa tebal lapisan otot polos ini:
- stratum longitudinale internum.
- stratum circulare
- stratum longitudinale externum
- tunica adventitia : tipis dengan pembuluh darah
GLANDULA PROSTATA
Sediaan : SG-4; H E
Perhatikan typus kelenjar : tubulu alveolaris composita.
- capsula :
* membentuk septa
* mengandung :
> jaringan ikat padat
> otot seran lintang
- alveolus : Perhatikan di sini:
- tunica mucosa :
- epithelium cuboideum atau squamosum; kebanyakan bersifat pseudostratificatum
- membrana basalis : tipis
- lamina propria berupa textus berupa textus fibromuscularis dengan :
* serabut kolagen dan elastis
* otot polos
- lumen : berisi concretio prostatica (Corpora amylacea)
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 169
4. PERKEMBANGAN ZIGOT
Setelah ovum mengalami pembuahan oleh sperma maka terbentuklah zigot. Zigot pada awal
pembentukannya masih terdiri dari 1 sel..Serentetan pembelahan mitosis yang dibagi menjadi beberapa fase
pertumbuhan mengantarkan perkembangan zigot menjadi individu.Bagian awal proses perkembangan ini disebut
pembelahan (cleavage atau segmentation). Proses ini berlangsung amat singkat sesudah pembuahan (fertilisasi).
Telur yang telah dibuahi membagi diri dengan mitosis menjadi dua sel, selanjutnya masing-masing membelah lagi, dan
proses ini terus berlanjut, dengan jumlah sel yang selalu bertambah. Sel-sel anak hasil pembelahan itu disebut
blastomer. Selanjutnya akan diikuti dengan pembelahan blastula dan kemudian grastula.
PEMBELAHAN
Pembelahan atau cleavage atau juga disebut segmentasi, terjadi setelah pembuahan.Zigot membelah berulang
kali sampai terdiri dari berpuluh sel kecil yang disebut blastomere.Pembelahan itu bisa meliputi seluruh bagian, bisa
pula hanya pada sebagian kecil zigot.Pada umumnya pembelahan itu secara mitosis. Meski sewaktu-waktu dapat juga
disertai oleh adanya pembelahan inti yang terus menerus tanpa diikuti sitoplasma.
Bidang pembelahan
Bidang yang ditempuh oleh arah pembelahan ketika zigot mengalami mitosis terus menerus menjadi banyak sel,
disebut bidang pembelahan.
Ada 4 macam bidang pembelahan (Gb. 8) :
1. Bidang meridian, melewati poros kutub animal-vegetal.
2. Bidang vertikal, lewat tegak sejak kutub animal sampai vegetal.
Bedanya dengan meridian, tidak melewati poros kutub animal-vegetal zigot.Bidang vertikal sejajar dengan atau
mungkin juga melintang bidang meridian.
3. Bidang ekuator, tegak lurus terhadap poros kutub animal-vegetal dan di pertengahan antara kedua kutub.
4. Bidang latitudinal, sejajar dengan bidang ekuator.
Gambar 8
Bidang
pembelahan
Sifat pembelahan :
1. Daerah deutoplasma yang padat (lapisan yolk) sukar dilewati pembelahan. Karena itu pembelahan hanya
berlangsung di daerah germinal disc pada telur megalecithal.
2. Bidang ekuator serat gelendong tiap pembelahan selalu terletak di pertengahan dan tegak lurus pada poros
(memanjang) sel induk.
3. Habis pembelahan kedua sel anak yang terjadi sama besar.
Macam Pembelahan
Ada 3 macam pembelahan (Gb. 9) :
1. Holoblastik, pembelahan mengenai seluruh daerah zigot. Terdapat pada telur homolecithal dan medio lecithal.
Holoblastik dibedakan atas :
a. Holoblastik teratur
Terdapat pada bintang laut (Asterias), Amphioxus dan katak Anura).Disebut teratur karena pembelahan
berlangsung secara teratur dilihat dari bidang pembelahan maupun tahap-tahap pembelahan itu.
b. Holoblastik tak teratur
Terdapat pada mammalia (Metatheria dan Eutheria). Bidang dan waktu tahap-tahap pembelahan tak sama
dan tak serentak terjadi pada berbagai daerah zigot
2. Meroblastik, pembelahan hanya pada sebagian zigot, yakni di daerah germinal disc. Terdapat pada telur
megalecithal.
3. Pembelahan perantaraan holo- dan meroblastik, pembelahan yang tak seluruhnya mencapai ujung daerah kutub
vegetal. Terdapat pada telur megalecithal yang berlapisan yolk yang tebalnya sedang, terdapat pada Ganoid dan
Dipnoi.
Gambar 9
Macam
pembelahan
A. holoblastik B. meroblastik C. perantaraan
Holoblastik
a. Yang teratur
Terdapat pada Asterias (bintang laut), Amphioxus dan aura (katak) .(Gb. 10).
Pembelahan pertama lewat bidang meridian, yang kedua lewat bidang meridian juga tapi tegak lurus pada bidang
pembelahan pertama. Terbentuklah 4 sel yang sama besar. Pembelahan ketiga lewat bidang latitudinal, sedikit saja di
atas bidang ekuator.Terbentuklah 8 sel, 4 sel sebelah atas lebih kecil disebut micromere, dan 4 sel sebelah bawah
disebut macromere.
Pembelahan keempat lewat bidang-bidang meridian, yang serentak membagi dua ke delapan sel.
Terbentuklan 16 sel yang terdiri dari 8 micromere dan 8 macromere.
Pembelahan kelima lewat bidang latitudinal, atas dan bawah bidang ekuator.Pada katak, berhubung dengan
adanya lapisan yolk yang sedang tebalnya, pembelahan pada macromere lama baru mencapai
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 171
ujung kutuib vegetal.Akhirnya pada pembelahan kelima ini terbentuklah blastomere yang terdiri dari 32 sel. Sel-sel
micromere dan macromere kini terdiri dari 2 lapis masing-masing.Sel-sel macromere lapis bawah lebih besar
daripada yang lapis atas.
Pembelahan keenam lewat bidang-bidang meridian, serentak untuk semua sel yang 32 buah, sehingga terbentuklah
64 sel. Pembelahan ketujuh dan kedelapan sukar diikuti. Di akhir pembelahan kedelapan gumpalan sel-sel itu
membesar, yang terdiri dari sekitar 70 sel, berbentuk seperti buah pir disebut morula. Morula yang masif, artinya
bagian dalamnya buta, tak berongga.
Pada katak tak jelas adanya blastomere bentuk morula itu.Karena blastomere terdiri dari berpuluh- puluh sel
secara berangsur terbentuk rongga di bagian tengah yang makin lama makin besar.Rongga itu berisi cairan.
Gambar 10
Pembelahan pada
katak
BLASTULA
Sementara sel-sel morula mengalami pembelahan terus-menerus, terbentuklah rongga di tengah, atau pada
ayam di bawah germinal disc.Rongga ini makin lama makin besar, berisi cairan.Embrio yang memiliki rongga itu kini
disebut blastula, rongganya disebut blastocoel. Proses pembentukan blastula disebut pemblastulaan atau
blastulasi.
Macam-macam blastula
Melihat pada bentuk dan susunan blastomerenya blastula dibagi atas 3 macam :
1. Coeloblastula
Bentuk bola, disebut juga blastula bundar.Berasal dari telur homolecithal dan mediolecithal. Yang homolecithal
ialah yang mengalami pembelahan secara holoblastik teratur (Amphioxus).
2. Discoblastula
Bentuk cakram, disebut juga blastula gepeng, berasal dari telur homolecithal yang mengalami
172 Blok 7 Urinaria & Reproduksi
pembelahan holoblastik tak teratur, dan telur megalecithal yang membelah secara meroblastik.Blastula berada di atas
yolk atau jaringan penyalur makanan. Pada Pisces, Reptilia, Aves dan Monotremata blastula disebut germinal
disc.
Blastomere terdiri dari 2 bagian :
a. Jaringan embrio ialah yang tumbuh jadi embrio.
b. Jaringan periblast yang menyalurkan makanan dari yolk di bawah (Gb. 11).
Gambar 11
Discoblast
ula
A. irisan median B. tampak atas ao = area opaca ap = area pellucida blc
= blastocoel bld = blastoderm per = periblast to =
yolk
Gambar 12
Stereoblast
ula
Contoh
Pada katak, epiblast akan meliputi daerah-daerah bakal ectoderm epidermis dan saraf, mesoderm dan notochord.
Sedangkam hypoblast akan menjadi daerah bakal endoderm.
Bakal ectoderm epidermis mengisi sebagian besar daerah epiblast berbentuk sabit yang luas.Bakal ectoderm
saraf dan notochord berupa sabit juga, keduanya berdempetan, bakal ectoderm daraf terletak sebelah atas. Bakal
mesoderm terletak di samping sabit notochord, yang nanti akan menentukan daerahkiri kanan embrio. Bakal endoderm
mengisi seluruh hypoblast di paling bawah blastula (Gb. 13)
Gambar 13
Totipotent
Blastula awal memiliki sifattotipotent, yakni kemampuan menumbuhkan segala macam bakal pembentuk alat
(disebut juga pluri potent). Oleh proses differensiasi maka kemampuan sekelompok sel bertotipotent akan menurun,
sampai sama sekali hanya menumbuhkan sejenis jaringan tertentu. Pada akhir blastula atau awal grastula (lihat bab
berikut) terbentuklah sel-sel yang bersifat determinant, yakni hanya mampu tumbuh menjadi sejenis jaringan
tertentu.
Untuk terjadinya embriogenesis dan sifat totipotent harus ada pusat organisasi, yang bekerja mengatur semua
pertumbuhan, differensiasi dan determinasi. Pusat organisasi itu berada di suatu daerah blastula.
Kembar
Adanya embrio kembar berhubungan erat dengan sifat totipotent dan pusat organisasi. Dikenal 2
jenis kembar :
1. Kembar fraternal
Ialah dua atau lebih embrio tumbuh dari ovum sendiri-sendiri dan dibuahi sendiri-sendiri pula oleh spermatozoa
yang berbeda.
Pada orang, anak kembar yang lahir bisa berbeda banyak dalam karakter, termasuk jenis kelamin.
174 Blok 7 Urinaria & Reproduksi
2. Kembar identik
Ialah dua atau lebih embrio tumbuh dalam satu zigot.
Anak kembar yang lahir sangat banyak memiliki persamaan karakter, jenis kelamin dan susunan genetis.
Masing-masing individu kembar baru akan sempurna jika sifat totipotent dan pusat organisasi terbagi rata bagi tiap
embrio pada tingkat blastula. Kalau tak terbagi rata, salah satu individu tumbuh tak sempurna, lahir cacat atau mati.
GASTRULA
Gastrula
Pertumbuhan mengiringi tingkat blastula ialah gastrulasi atau penggastrulaan, dan embrio yang terjadi disebut dalam
tingkat gastrula. Pada tingkat ini terjadi proses dinamisasi daerah-daerah bakal pembentuk alat pada blastula, diatur dan
dideretkan sesuai dengan bentuk dan susunan tubuh species bersangkutan. Istilah gastrula dari kata gastrum atau
gaster (lambung), karena pada tingkat ini terbentuk rongga bakal jadi saluran pencernaan kelak.Rongga gastrula itu
disebut gastrocoel atau archenteron.
Lapis benih
Pada blastula terbentuk 2 lapis benih : epiblast (sebagian besar bakal jadi ectoderm) dan hypoblast (bakal jadi
endoderm). Pada gastrula 2 lapis benih ini menjadi 3 lapis : ectoderm, endoderm dan mesoderm.
Inilah lapis benih yang lengkap.Ectoderm lapis benih luar, endoderm sebelah dalam dan mesoderm di tengah.
Gerakan Gastrulasi
Dalam proses gastrulasi dan penggastrulaan di samping terus menerus terjadi pembelahan dan
perbanyakkan sel, terjadi pula berbagai macam gerakan sel di dalam usaha mengatur dan menderetkan mereka
sesuai dengan bentuk dan susunan tubuh individu dari species bersangkutan.
Gambar 14
Epiboli embrio
katak
gerakan epiboli
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 175
2. Emboli
Ialah gerakan menyusup, terjadi di sebelah dalam embrio.Berlangsung pada daerah-daerah bakal mesoderm,
notochord, pre-chorda dan endoderm.Daerah-daerah itu bergerak ke arah blastocoel.
Dibagi menjadi 7 macam :
a. Involusi : gerakan membelok ke dalam.
b. Konvergensi : gerakan menyempit.
c. Invaginasi : gerakan mencekuk dan melipat suatu lapisan.
d. Evaginasi : gerakan menjulur suatu lapisan.
e. Delaminasi : gerakan memisahkan diri sekelompok sel dari kelompok utama atau lapisan asal.
f. Divergensi : gerakan memencar, sebaliknya dari konvergensi.
g. Extensi : gerakan meluas.
Ini menyertai gerakan epiboli di sebelah luar, sedangkan extensi gerakan di sebelah dalam embrio (Gb. 15).
Gambar 15
Gerakan-gerakan
gastrulasi
Tanda panah arah gerakan : A dan B ialah urutan proses. Tanda panah putus-putus : gerakan di dalam embrio.
Sesuai dengan adanya 2 macam blastula (yang satu macam lagi tidak kita ulas lagi, maka gastrula pun dapat
dibedakan atas 2 macam yakni :
1. Gastrula bundar.
2. Gastrula gepeng.
berinvolusi di daerah dorso-median mengikuti pre-chorda. Sel-sel notochord yang terletak di bibir lateral bergerak pula
secara konvergensi menuju bibir dorsal. Notochord akan terletak di dorsal-median persis di bawah bakal ectoderm
saraf.
Bakal mesoderm yang terletak di kedua sisi bakal notochord berkonvergensi ke bibir dorsal, lalu berinvolusi ke
celah antara ectoderm dan endoderm di kedua sisi embrio, dan juga ke daerah ventral (Gb. 16)
Sementara proses emboli dan epiboli berlangsung terjadi pusingan gastrula sekitar 40 o di daerah yolk plug menurut
arah berlawanan dengan jarum jam, sehingga gumpalan yolk yang banyak yang tadinya di posterior embrio, menjadi
daerah ventral atau bakal perut
Gambar 16
Gastrulasi
katak
A,B,C urutan gastrulasi. Tanda panah pada B ialah arah rotasi beberapa puluh derajat embrio sehingga jadi
terletak seperti pada gambar C. D embrio tampak atas, setelah ectoderm saraf diangkat, memperlihatkan
mesoderm sebagai sayap kiri-kanan notochord dan pre-chorda. E, F susunan sel dalam embrio pada akhir
gastrulasi : E irisan memanjang, F irisan lintang. bd = bibir dorsal ;
blc = blastocoel (sisa) ; blp = blastopore ; bv = bibir ventral ; ece = ectoderm epidermis ; ecs = ectoderm saraf ; en
= endoderm ; gas
= gastrocoel ; in = invaginasi gastrulasi awal ; mes = mesoderm ; no = notochord ; yp = yolk plug. Ciri daerah-
daerah pada A, B, C, D seperti gambar-gambar sebelumnya.
PRAKTIKUM FISIOLOGI
178 Blok 7 Urinaria & Reproduksi
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 179
1. DETEKSI OVULASI DAN TES KEHAMILAN HcG
TUJUAN PERCOBAAN
1. Setelah praktikum, mahasiswa dapat menghitung siklus menstruasi dan memperkirakan waktu ovulasi dan
masa subur serta deteksi ovulasi (LH surge) dengan teknik immunologik secara chromatografi.
2. Setelah praktikum, mahasiswa dapat menjelaskan pelaksanaan tes hCG di dalam urin untuk tes kehamilan
dengan teknik immunologik secara chromatografi dan manfaat tes hCG.
Pendahuluan
Pubertas dan terjadinya siklus menstruasi seorang perempuan akan dimulai jika GnRH dari hipotalamus disekresi.
Selanjutnya akan terjadi tahapan proses fisiologi reproduksi sebagai berikut:
1. GnRH merangsang sekresi FSH dan LH oleh hipofisis (FSH lebihbanyak/dominan)
2. FSH merangsang pertumbuhan folikel primordial ovary berkembang menjadi matang (folikel deGraaf) dan
mensekresikan hormone estrogen dan progesterone. Pada tahap ini sekresi estrogen lebih banyak/dominan
dibandingkan progesterone)
3. Estrogen merangsang uterus dan berkembang hingga membentuk endometrium yang tebal dan
pertumbuhan/perkembangan seks sekunder (mamae, rambut aksila, rambut pubes, dll)
4. Kadar estrogen sangat tinggi pada saat folikel telah matang (folikel deGraaf), kadar estrogen tinggi ini berefek
umpan balik positif merangsang surge LH FSH oleh hipofisis.
5. Surge LH menginisiasi ovulasi, sehingga deteksi ovulasi dapat ditentukan dengan deteksi LH puncak
6. Setelah ovulasi, folikel menjadi korpus luteum dan menyekresi progesterone lebih banyak/dominan dibandingkan
estrogen. Progesteron sangat penting untuk maturasi endometrium dan mencegah sekresi enzim proteolotik
dan prostaglandin yang dapat merusak/melisis endometrium
7. Jika ovum dibuahi, terbentuklah zigot dan terjadi implantasi kira-kira 7 hari setelah ovulasi.
8. Implantasi/nidasi zigot berlanjut pertumbuhan sinsisiotrofoblas plasenta dan organ-organ fetus.
sinsisiotrofoblas plasenta mensintesa hormon glikoprotein disebut Human Chorionic Gonadotropin (hCG)
9. Secara fisiologis, 24 jam setelah implantasi zigot, hCG sudah dapat dideteksi dalam serum darah perifer.
Dengan demikian, jika terjadi konsepsi, hCG dapat dideteksi dari serum seorang wanita (siklus menstruasi 28
hari) pada hari ke 22 dari hari pertama menstruasi atau 8 hari setelah ovulasi. Ovulasi biasanya terjadi 14 hari
sebelum menstruasi berikutnya.
10. Pada manusia, hCG sangat diperlukan selama kehamilan muda. HCG memperpanjang umur korpus
luteum dan memacu korpus luteum untuk mensekresikan progesteron yang berfungsi untuk
mempertahankan fungsi endometrium tempat zigot berimplantasi dan berkembang dan menstruasi tidak
terjadi. Semua itu, hCG mempunyai efek langsung untuk menghambat Gonadotropin Releasing Hormone
(GnH) yang selanjutnya menghambat sekresi FSH dan LH dari hipofisis anterior sehingga tidak terjadi
perkembangan folikel dan tidak pula terjadi ovulasi selama kehamilan berlangsung.Deteksi adanya hCG
merupakan dasar penentuan diagnosa kehamilan
11. Jika ovum tidak dibuahi, dan tidak ada implantasi zigot, seorang wanita tidak memiliki hCG dan korpus
luteum akan lisis/mati dalam waktu 14 hari, sekresi progesteron turun mendadak hingga sangat rendah dan
terjadi menstruasi.
180 Blok 7 Urinaria & Reproduksi
Dua hal penting yang perlu dideteksi selama siklus menstruasi adalah waktu ovulasi dan adanya kehamilan.
Ovulasi diatur oleh elevasi hormon luteinizing manusia (hLH). Dalam siklus menstruasi, hLH tetap pada tingkat basal
(biasanya di bawah 20 mIU / ml). Biasanya, sekitar 14 hari sebelum perkiraan menstruasi yang akan datang, hLH
meningkat pesat dengan signifikan, disebut “LH surge”. Gelombang hLH memicu pelepasan telur dari ovarium. Statistik
nunjukkan konsepsi yang paling mungkin terjadi dalam 36 jam setelah LH surge. Tingkat hLH kembali ke garis basal 2
sampai 3 hari setelah ovulasi. Gelombang hLH merupakan indikator yang ideal untuk memprediksi ovulasi.
Lonjakan hLH terbukti telah berhasil digunakan sebagai bantuan dalam memprediksi ovulasi dan juga akan membantu
dalam penentuan waktu inseminasi.
Deteksi adanya hCG sangat penting untuk mendiagnosa kehamilan secara dini. Dengan teknik tes kehamilan
immunologic, yakni berprinsip pada ikatan antigen-antibodi, hCG sudah dapat dideteksi sebelum datang
menstruasi berikutnya. Namun kadang-kadang hCG urin belum dapat terdeteksi secara dini, karena kadar hCG dalam
urin belum mencapai kadar yang dapat dideteksi oleh alat tes. Konsentrasi hCG terus meningkat sampai mencapai
puncaknya kira-kira 60-80 hari (minggu ke 10) dari hari pertama menstruasi.
Human Luteinizing Hormon dan hCG adalah hormon glikoprotein. Hormon ini terdiri atas dua subunit yaitu subunit α
dan subunit . Subunit α -hCG mempunyai struktur dan sifat sama dengan subunit-α semua hormon glikoprotein (FSH,
LH, TSH), sehingga tidak spesifik terhadap salah satu hormon glikoprotein dan dapat menimbulkan reaksi silang antar
hormon-hormon tersebut. Subunit -hCG menunjukkan spesifisitas secara immunologik maupun aktivitas biologik
untuk hormon hCG, demikian halnya dengan subunit-α dari hormon glikoprotein lainnya. Oleh karena itu, dalam
mendeteksi adanya suatu hormon glikoprotein, dilakukan deteksi/pengukuran terhadap subunit -nya. Demikian
halnya untuk hLH.
Selama kehamilan, konsentrasi subunit α-hCG bebas, tinggi dalam jaringan plasenta, plasma, dan urin.
Sedangkan konsentrasi subunit -hCG sangat sedikit. Konsentrasi subunit-α kira-kira 10 kali lipat dari konsentrasi
subunit , baik di jaringan plasenta maupun serum.
Ditinjau dari struktur molekul, subunit -hCG mirip dengan subunit -LH, sehingga aktivitas biologis kedua hormon
tersebut sangat mirip. Pada fase folikuler, hCG memacu sel-sel interstisial ovarium, memacu terjadinya ovulasi, memacu
luteinisasi sel-sel granulosa. Sedangkan pada fase luteal, khususnya bila kehamilan dimulai, hCG dari sel-sel
sinsisiotrofoblas plasenta ini akan mempertahankan umur dan fungsi korpus luteum, dan meningkatkan sekresi
progesteron san estrogen oleh sel luteal korpus luteum yang sangat berfungsi untuk proses awal kehamilan.
Alat :
1. Penampung urin/Pipet tetes
2. Pengaduk
3. Lampu/penerang
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 181
Cara Kerja
Tes hCG Secara Chromatografi
Lihat leaflet terlampir !
OSOM Genzyme adalah fase padat, sandwich uji immunochromatographic untuk deteksi kualitatif hCG. Urin
atau serum ditambahkan ke sampel baik dari Perangkat Uji menggunakan pipet yang disediakan. Sampel bermigrasi
bantalan melalui reaksi di mana hCG, jika ada dalam sampel, mengikat monoklonal anti- hCG pewarna konjugasi. Sampel
lalu bermigrasi melintasi membran menuju jendela hasil, di mana berlabel monoklonal antibodi-hCG kompleks
ditangkap di daerah garis Uji mengandung anti-hCG monoklonal. Konjugasi berlebih akan bergerak melewati tes
wilayah garis, dan ditangkap di wilayah garis kontrol yang mengandung antibodi ditujukan terhadap konjugasi anti-hCG
pewarna dengan atau tanpa kompleks hCG. Munculnya dua garis hitam atau abu-abu di hasil jendela-satu di-T ‖ (test)
dan yang lainnya di-C ‖ (kontrol)
--- menunjukkan adanya hCG dalam sampel. Jika tingkat terdeteksi hCG tidak cukup , hanya garis kontrol akan muncul
di jendela hasil.
Sebelum digunakan untuk pengujian klinis, dua pasien yang telah teridentifikasi digunakan akurasi identifikasi
pasien. Lihat Poct kebijakan, “Pasien Uji Manajemen” Prosedur untuk pengidentifikasi diterima. Kewaspadaan Universal
harus diikuti ketika menangani cairan tubuh. Spesimen urin sewaktu dapat untuk pengujian hCG dengan hasil tepat, tapi
urin pagi pertama paling optimal karena umumnya mengandung konsentrasi tertinggi hCG. Tidak ada penyaringan atau
sentrifugasi diperlukan Spesimen dapat diadakan pada suhu kamar hingga 8 jam jika pengujian adalah tertunda, jika
tidak, sampel harus didinginkan (2 sampai 8oC) hingga 72 jam. Spesimen urine harus dikumpulkan dalam wadah
yang bersih dan kering, plastik. CATATAN: spesimen urin harus disimpan dalam plastik sekecil mungkin kontainer.
Kontainer besar (terutama kaca) harus dihindari karena hCG menempel pada permukaan kontainer. Spesimen
Serum, plasma, dan seluruh darah tidak dapat diterima untuk pengujian.
1. Encerkan memakai larutan NaCl fisiologis dengan pengenceran lipat ganda (1:2, 1:4, 1:8, dan seterusnya).
2. Kerjakan tes seperti tes kualitatif untuk setiap pengenceran.
3. Pengenceran tertinggi adalah pengenceran urin tertinggi yang masih memberikan hasil positif.
4. Kadar hCG dapat dihitung dengan rumus : HCG = S X D S =
sensitivitas tes (lihat dalam leaflet), misal 0,2 IU/Ml
D = pengenceran tertinggi yang masih memberi hasil positif
Catatan
Sekresi hCG meningkat dua kali lipat untuk tiap-tiap 1,7-2 hari dan pada akhir trimester pertama (hingga 100 hari)
kehamilan hCG yang disekresikan dapat mencapai 250 IU/mL, tetapi biasanya hanya 5-50 IU/ mL. Jika sekresi hCG
makin banyak dan melebihi 250 IU/mL setelah kehamilan 110 hari, maka hal itu menunjukkan adanya mola
hidatidosa atau koriokarsinoma.
182 Blok 7 Urinaria & Reproduksi
INTENDEDUSE
‘ACCU-TELL’ One Step Cassette hCG Pregnancy Test is a rapid chromatographic immunoassay for the qualitative
detection of human chorionic gonadotropin (hCG) inurine, as an aid for the early detection of pregnancy.
PRINCIPLE
The hCG One Step Pregnancy Test is a qualitative, solid phase, two-site sandwich immunoassay for the detection of
human chorionic gonadotropin (hCG) in urine. The membrane is pre-coated with anti-hCG antibodies on the test line
region and anti-hCG antibodies on the control line region. During test, the urine sample reacts with the dye conjugate
which has been pre-coated in the test device. The mixture migrates upward on the membrane chromatographically by
capillary action to react with anti-hCG antibodies on the membrane and generate a red line. Presence of this red line
indicates a positive result, while its absence indicates a negative result. Regardless of the presence of hCG as the
mixture continues to migrate across the membrane to the immobilized goat anti-mouse region, a red fine at the control
ine region will always appear. The presence of this red line serves as verification for sufficient sample volume and
proper flow and as a contorl for the reagents
SPECIMEN COLLECTION
The urine specimen must be collected in a clean and dry plastic or glass container without any preservatives. The first
morning urine is preferred since it generally contains few highest concentration of hCGH. However, urine collected at any
time of day may be used. Urine samples exhibiting visible precipitates should be centrifuged, filtered, or allowed to
settle to obtain clear supernatant for testing. Urine specimens may be storet at 2 8 C for up to 48 hours piror to assay.
Urine containing excessive bacterial contamination should not be used as this may cause spurious results.
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 183
TEST PROCEDURE
Read the entire procedure carefuly prior to performing any tests. Allow test deice and urine samples to equilibrate to
room temperature (18 – 30 C) prior to testing.
1. Remove the hCG test device from foil pouch. Use device as soon as within 1 hour after removal from pouch
specially if the room temperature is more than 30 C and in high humidity environment.
2. Place the test device on a clean and level surface. Holding the dropper, dispense six full drops of urine (0.2 ml)
without air bubbles into the sample well of the test device.
3. Wait for red lines to appear. The test should be readin approximately 1-5 minutes. Do not interpret results after
10 minutes.
INTeRPReTATION OF ReSULTS
POSITIVE Two distinct red lines will appear, one in the test region (T) and another in the control
region (C).
NEGATIVE Only a single red line appears in die control region (C). No apparent red or pink line
appears in the test region (T).
INVALID The lines in both regions fall to appear, as means improper testing procedures or
deterioration of reagents probaby have occurred.
STORAGE AND STABILITY
Store as packaged in the scaled pouch at room temperature (18 – 30 C). Zthe kit is stable within the expiration
date. The kit should be kept away from direct sunlight, moisture and heat.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, A.C. & Hall, J.E. 1996. Texbook of Medical Physiology. W.B. Saunders Company. USA.
McPhee, S.J Lingappa, V.R.; Ganong W.F.; Lange J.D. 1995. Pathophysiology of disease. International Ed.
Apleton and Lange A Simon and Schuster Company. USA.
Greenspan F.S. 991. Basic and Clinical Endocrinology. 3 th Ed. Apeton and Lange A Publishing division of Prentice
Hall. USA.
Manual Chemidex-Indirect Pregnancy test. Manual
Direct Pregnancy test.
184 Blok 7 Urinaria & Reproduksi
Nama pasien :
Umur :
Tanggal terakhir menstruasi :
Hasil Pemeriksaan :
A. Detekdi Ovulasi
B. Tes hCG
Pembahasan :
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Yogyakarta,
Tanda Tangan Asisten Tanda Tangan Praktikan
( …………………………..) (…………………………)
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 185
2. UJI FUNGSI EKSKRESI GINJAL
TUJUAN
Tujuan Praktikum adalah mahasiswa dapat menjelaskan fungsi ginjal dalam pengaturan cairan tubuh
Dasar Teori
Ginjal memiliki berbagai fungsi penting bagi tubuh kita antara lain :
Pertama, ginjal mengatur kadar air dalam tubuh. Kalau kurang, ginjal menahan agar air tidak keluar dari tubuh kita.
Sebaliknya, kalau berlebih, ginjal akan mengeluarkan air itu. Ini yang dikenal dengan fungsi eksresi ginjal. Kedua, ginjal
akan menyaring hasil / sisa metabolisme tubuh untuk kemudian dikeluarkan. Ketiga, memproduksi serta mengatur
sejumlah hormon penting dalam tubuh seperti hormon eritropoitin pembentuk sel darah merah, hormon renin yang
mengatur tekanan darah serta hormon yang berperan untuk mengaktifkan vitamin D (metabolisme tulang). Kemudian,
ginjal mengatur sejumlah proses kimia dalam tubuh meliputi menjaga keseimbangan garam, air, asam basa,
serta mineral.
Prinsip pengaturan homeostasis air tubuh adalah keseimbangan intake dengan kehilangan. Dalam keadaan
normal, total intake (2100 ml) dan air metabolit (200 ml). Kehilangan air tubuh melalui urin (1400 ml), keringat (100 ml),
penguapan insensibel kulit (350 ml) dan pernafasan (350 ml), dan defekasi (100 ml). Pusat pengaturan cairan tubuh
adalah osmoreseptor di n.preoptik hipotalamus Rangsang berupa mukosa mulut kering, hiperosmotis cairan ekstrasel
akan menimbulkan refleks haus, sekresi ADH, aldosteron meningkat untuk retensi air. Sebaliknya, Jika terjadi
peningkatan volume dan penurunan tekanan osmotic cairan tubuh, akan terjadi peningkatan Atrial Natretik peptide
(ANP) dari sel-sel dinding atrium yang akan menghambat retensi air di tubulus ginjal. Peran Ginjal dalam homeostasis
volume maupun konsentrasi cairan tubuh terlaksana karena system transport di tubulus ginjal memiliki kemampuan
transport maksimal (Tm) untuk tiap komponen substansi yang akan ditransport, baik reabsorbsi maupun sekresi.
PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Minum Air Tawar
Petunjuk bagi probandus minum air tawar
Untuk percobaan ini diperlukan seorang sukarelawan/wati sebagai probandus. Probandus berpuasa sekurang-
kurangnya 12 jam sebelum percobaan dilakukan. Makanan terakhir mengandung air tidak lebih dari 200 ml.
Contoh untuk Praktikum jam 07.30:
- Probandus menghentikan makan minum jam 20.00
- Kosongkan/keluarkan urin jam 07.00 dan urin tidak ditampung
- Kosongkan/keluarkan urin pada jam 08.00, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel I
- Probandus minum air tawar sebanyak 1200 ml
- Kosongkan/keluarkan urin pada jam 08.30, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel II
186 Blok 7 Urinaria & Reproduksi
- Selanjutnya kosongkan/keluarkan urin selang 30 menit , tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai
sampel III, IV, dst
3. Puasa
Petunjuk bagi probandus puasa
Untuk percobaan ini diperlukan seorang sukarelawan/wati sebagai probandus. Probandus berpuasa
sekurang-kurangnya 12 jam sebelum percobaan dilakukan. Makanan terakhir mengandung air tidak lebih dari
200 ml.
Contoh untuk Praktikum jam 07.30:
- Probandus menghentikan makan minum jam 20.00
- Kosongkan/keluarkan urin jam 07.00 dan urin tidak ditampung
- Kosongkan/keluarkan urin pada jam 08.00, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel I
- Probandus tetap berpuasa
- Kosongkan/keluarkan urin pada jam 09.00, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel II
- Selanjutnya kosongkan/keluarkan urin selang 60 menit , tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai
sampel III, IV, dst
4. Kontrol
Petunjuk bagi probandus kontrol
Untuk percobaan ini diperlukan seorang sukarelawan/wati sebagai probandus. Probandus tetap makan
minum seperti biasa
Contoh untuk Praktikum jam 07.30:
- Kosongkan/keluarkan urin jam 07.00 dan urin tidak ditampung
- Kosongkan/keluarkan urin pada jam 08.00, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel I
- Kosongkan/keluarkan urin pada jam 08.30, tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai sampel II
- Selanjutnya kosongkan/keluarkan urin selang 30 menit , tampung, ukur volume dan BJ, catat sebagai
sampel III, IV, dst
Cara Pengukuran BJ
- masukkan urin ke dalam gelas pengukur BJ kita-kira 2/3 tabung
- masukkan pengukur BJ (urinometer)
- Baca angka yang bertepatan dengan meniscus air, itulah Bj cairan yang diukur.
- Koreksi dengan suhu. Urinometer disetting untuk pengukuran suhu 20oC. Jika suhu urin lebih atau
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 187
kurang dari 20oC, perlu dilakukan koreksi sebab suhu mempengaruhi nilai BJ. Perubahan suhu sebesar 3oC
setara dengan perubahan BJ sebesar 0,001. Gunakan rumus berikut untuk menghitung koreksi.
Jika suhu urin lebih 20oC koreksinya ditambah, dan jika kurang dari 20oC koreksi dengan dikurangi.
SC.VC – SA.VA
SU =
VU
SU= BJ urin
SC= BJ campuran urin dan air
VC= volume campuran urin dan air SA=
BJ air
VA= volume air yang ditambahkan
VU= volume urin sebelum dicampur air
Golongan :
Nama Praktikan :
Jenis Kelamin :
Tanggal :
2 PUASA
3 PUASA
+CAIRAN
HIPOTONIS
4 PUASA +
CAIRAN
ISOTONIS
PEMBAHASAN :
KESIMPULAN :
Yogyakarta,
Tanda Tangan Asisten Tanda Tangan Praktikan
( …………………………..) (…………………………)
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, A.C dan Hall, JE. (2006). Textbook of Medical Physiology, 11 th Ed. Elsevier Saunders. Manual
Penggunaan Urinometer
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 189
PRAKTIKUM BIOKIMIA
190 Blok 7 Urinaria & Reproduksi
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 191
1. BIOKIMIA URINE
Urine atau air seni merupakan cairan yang jernih, kekuning kuningan, berbau khas, reaksinya asam, dikeluarkan
dari tubuh melalui ginjal.
Ammonia
Jumlah ammonia dalam urine dalam urine sangat sedikit, dibentuk dan dikeluarkan langsung dari sel tubuli ginjal.
Mengapa jumlah ammonia urine hanya sedikit ?
Kreatinine
Kreatinine adalah hasil pemecahan kreatin. Kreatin banyak terdapat pada otot sebagai senyawa utama perantara
energi bagi otot. Pada penyakit otot, kreatin banyak dipecah hingga eksresi kreatinin meningkat. Apa senyawa
perantara energi lain di otot ?
Asam urat
Asam urat adalah hasil oksidasi purin dalam tubuh, berasal dari nukleo protein sel tubuh. Dalam air
kelarutannya sangat kecil, tapi larut dalam garam alkali. Bagaimana metabolisme purin dalam tubuh sehingga dapat
terbentuk purin dalam tubuh ?
Asam-asam amino
Dalam 24 jam orang dewasa mengeluarkan 15-200 mgram nitrogen asam amino lewat urine. Pada bayi
dikeluarkan 3 mgram asam amino/kgram berat badan dan eksresinya turun berangsur-angsur sampai umur 6 bulan.
Alantoin
Alantoin adalah hasil oksidasi asam urat. Pada manusia tidak ditemui alantoin dalam urine.
Klorida
Klorida dikeluarkan bersama Na dalam NaCl. Hampir seluruhnya berasal dari NaCl makanan.
Sulfat
Sulfat dalam urine berasal dari metabolisme protein yang mengandung S, yaitu sistein dan mentionin.
Ada tiga bentuk sulfat yaitu : Sulfat organik, Sulfat eterial dan Sulfat netral.
192 Blok 7 Urinaria & Reproduksi
Fosfat
Fosfat dalam urine merupakan garam-garam Mg dan Ca. Fosfat akan mengendap pada urine yang alkalis.
Oksalat
Oksalat terdapat sangat sedikit dalam urine. Senyawa kalsium oksalat dapat merupakan penyebab masalah
dalam klinik, mengapa ?
Mineral
Dalam urine terdapat ion-ion Na+, K+, Mg+ dan Ca2+ yang merupakan kation kation penting dalam tubuh, apa
saja kepentingannya?
Hormon
Adanya senyawa-senyawa tersebut dapat digunakan untuk membantu mendiagnosis penyakit tertentu dan
kehamilan. Amilase dan sakaridase dapat meningkat pada pankreatitis. Hormon khoriogonadotropin (HCG) terdapat
pada urine wanita hamil.
Glukosa
Dalam keadaan normal tidak lebih dari 1 mgram glukosa dieksresi per hari. Bila diperiksa dengan reaksi
benedict hasilnya negatif. Bila kadarnya lebih tinggi disebut glukosoria, misalnya pada penyakit diabetes militus.
Darah
Terdapatnya darah dalam urine disebabkan oleh penyakit-penyakit tertentu. Keadaan ini disebut hematuria,
misalnya pada radang ginja, atau saluran kencing dibawahnya. Bila eritrosit pecah, hemoglobin akan keluar. Adanya
hemoglobin dalam urine disebut hemoglobinuria. Adanya hemoglobin dalam urine dapat dibuktikan dengan tes
benzidin.
Indikan
Indikan adalah indosil sulfat, terdapat dalam urine sebagai garam kalium. Obstipasi atau meningkatnya pembusukan
(putrefeksi) triptofan dalam protein dapat diubah menjadi indol kemudian diabsorbsi dan dibentuklah indikan yang
diekskresi bersama urine.
Porfirin
Porfirin diekskresi oleh orang dewasa kira-kira 60-200 mikrogram per hari. Bila ekskresi naik disebut porfiria.
PRAKTIKUM URINE
Reaksi Biuret
Reaksi biuret positif bila memberikan warna violet-purple bila ada paling sedikit dua ikatan peptida (...CO-NH...)
dalam protein.
Biuret suatu senyawa (CONH2.NH.CONH2). senyawa biuret ini positif terhadap tes biuret, warna yang timbul
dikarenakan oleh terjadinya kompleks koordinasi antara Cu²⁺ dengan gugus –CO dan gugus –NH dari ikatan
peptida dalam larutan alkalis. Tes ini untuk menunjukkan adanya ikatan peptida dalam protein.
4. Asam urat
Ke dalam tabung berisi 3 ml urin ditambahkan 2 ml reagen folin dan 2 ml Na2CO320% sehingga terjadi warna biru.
gas NH3 menunjukkan adanya garam ammonium dalam urine cara menunjukkan timbulnya gas NH3 :
Ambil batang kaca, basahi dengan larutan fenolftalin
Masukkan batang kaca ini ke dalam bagian atas tabung reaksi yang dipanaskan tersebut (batang kaca ini
tidak sampai kena dinding dan isi tabung reaksi)
Fenolftalin pada batang kaca berwarna merah muda. Hal ini disebabkan ammoniak (NH3) yang keluar dari
terurainya garam ammonium dalam urine.
Blok 8
DASAR PENYAKIT KONGENITAL
& TUMOR
198 Blok 8 Dasar Penyakit Kongenital & Tumor
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 199
PRAKTIKUM
Patologi Anatomi
200 Blok 8 Dasar Penyakit Kongenital & Tumor
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 201
MATERI PRAKTIKUM PA BLOK 8 (DASAR PENYAKIT I)
1. JEJAS & REGENERASI
1. DEGENERASI HIDROPIK
Pengertian umum :
Pembengkakan sel sebagai manifestasi pertama pada hampir semua bentuk jejas pada sel, sebagai akibat pergeseran
air dari ekstraseluler ke dalam sel karena mekanisme gangguan pengaturan ion dan volume disebabkan kehilangan
ATP. Bersifat reversibel dan biasanya tanpa dampak fungsional yang berarti. Dahulu disebut juga sebagai degenerasi
albuminosa / degenarasi parenchymatosa / degenarasi bengkak keruh / cloudy swelling. Secara makroskopis lebih
tampak nyata pada seluruh alat tubuh bila menyerang seluruh sel organ, menyebabkan organ kepucatan, turgor
dan berat organ bertambah.
SKENARIO 1
Wanita 25 tahun mengalami perdarahan pada permulaan kehamilan, perbesaran uterus lebih cepat dari umur
kehamilan, pada Ro tak tampak janin, PP test +.
Diagnosis: Molla hidatidosa.
SKENARIO 2
Laki-laki 65 tahun dengan keluhan 4 tahun sakit lambung, berat badan turun, anoreksia dan tak ada respon
terhadap pengobatan, keadaan menjadi berat dengan terjadinya stenose pilorus. Dilakukan reseksi ventrikulus.
3. HIALINISASI
Pengertian umum :
Perubahan hialin dihubungkan dengan segala perubahan yang dapat terjadi di dalam sel, diantara sel
(ekstraseluler) dan lebih luas sebagai hialinisasi jaringan. Istilah hialin menyatakan sifat setiap bahan homogen,
terang dan berwarna merah muda mngkilat pada pengecatan rutin (HE).
SKENARIO 3
Wanita 25 tahun gravid 2 bulan dengan mioma besar di bagian bawah uterus.
4. NEKROSIS
Pengertian Umum :
Terdapat dua pola morfologik kematian sel yaitu nekrosis dan apoptosis.
Nekrosis berarti perubahan morfologi yang disebabkan proses degradasi dari enzim intraseluler sehingga terjadi
autolysis. Kematian sel atau jaringan pada individu hidup disebabkan oleh jejas letal. Nekrosis ditunjukkan oleh
proses pencernaan sel oleh enzim dan denaturasi protein.
Tanda jelas kematian sel terdapat pada inti yang :
1. Piknotis: Penggumpalan DNA menjadi masa solid, Pengisutan inti, dan inti bertambah basofil.
2. Karioreksis: Fragmentasi dari inti yang piknotis.
3. Kariolisis: Kromatin basofil menjadi pucat akibat aktivasi DNA-ase pada penurunan PH sel.
Jenis nekrosis :
Koagulativa
Mencair
Perkejuan
Lemak
SKENARIO 4
Wanita 22 tahun, amenorea 2 bulan, terjatuh dari tangga, terdapata perdarahan pervaginam disertai jaringan.
Makroskopis :
Jaringan tidak tampak segar dan keruh (opak) berwarna putih abu-abu.
204 Blok 8 Dasar Penyakit Kongenital & Tumor
SKENARIO 5
Wanita 50 tahun, sendi pergelangan tangan bengkak, merah, panas dan nyeri pada perabaan serta sakit bila
digerakkan, kadar asam urat darah meningkat.
Scenario 6
Anak laki-laki 25 tahun dengan gejala bengkak, mulai dari muka. Sering pening. Pada pemeriksaan tensi
meninggi 170/120 mmHg, ada massa tumor di perut bawah kanan kiri (pinggang). Hasil pemeriksaan kimia
darah menunjukkan kadar ureum darah yang meninggi. Penderita dioperasi untuk transplantasi ginjal
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 205
Makroskopik:
Ginjal membesar berbenjol-benjol (kistik) sebagian isi massa keputihan sebagian kemerahan
Mikroskopik:
Nampak sedikit adanya parenchym ginjal yang normal (glomerulus dengan tubulus). Kista ukuran
bervariasi. Yang kecil dilapisi epitel kuboid, yang besar dilapisi epitel pipih.
206 Blok 8 Dasar Penyakit Kongenital & Tumor
2. ADAPTASI & RETROGRESI
7. HIPeRPLASI (PROSTAT)
Pengertian umum :
Hiperplasi adalah bertambahnya jumlah sel dalam suatu jaringan atau alat tubuh. Hiperplasi prostat
bersifat benigna, sering dijumpai dan ditandai oleh nodul-nodul besar-besar yang letaknya agak jauh satu sama lainnya
dalam prostat. Mikroskopis didapatkan proliferasi komponen kelenjar maupun fibromuskular prostat.
SKENARIO 7
Laki-laki 60 tahun dengan retentio urine Pada pemeriksaan klinis, prostat membesar berbenjol.
8. MeTAPLASIA (Apokrin)
Pengertian umum :
Substitusi yang bersifat adaptif suatu macam sel dewasa atau sel yang telah mengalami differensiasi penuh
menjadi sel dewasa jenis lain. Contoh sel kolumner menjadi skuamous, atau dalam kasus ini sel epitel asinus/duktus
kelenjar payudara menjadi sel yang menyerupai epitel kelenjar apokrin.
SKENARIO 8
Wanita 35 tahun, dengan massa berdiameter 12 cm pada payudara kiri, mudah digerakkan dari sekitarnya, batas tidak
tegas. Seluruh benjolan diangkat.
Besifat memiliki potensi reversibel, meskipun Displasia dikatakan merupakan bentuk celaka yang memiliki potensi untuk
mendatangkan kematian.
SKENARIO 9
Wanita, 70 tahun, dengan prolapsus uteri dan riwayat penyakit dahulu leukorrhoe selama ± 2 tahun.
SKENARIO 10
Wanita, 70 tahun, dengan prolapsus uteri dan riwayat penyakit dahulu leukorrhoe selama ± 5 tahun.
Rekanalisasi merupakan proses saluran kapiler beranastomosis membentuk jalan tembus dari satu ujung trombus
keujung lain dimana darah dapat mengalir.
SKENARIO 11
Laki-laki 38 tahun, dengan hemorrhoid eksterna.
1. ATROFI (endometrium)
Pengertian umum :
Pengisutan ukuran sel akibat kekurangan bahan sel. Merupakan bentuk reaksi adaptasi yang disebabkan
oleh :
1. Berkurangnya beban kerja.
2. Kehilangan persarafan.
3. Hilangnya rangsang hormon.
4. Berkurangnya perbekalan darah.
5. Nutrisi yang tidak memadai.
SKENARIO 12
Wanita umur 75 tahun dengan prolapsus uteri, tanpa gejala klinis lain.
3. NEOPLASMA BENIGNA
SKENARIO 13
Benjolan kecil bertangkai pada kulit leher.
SKENARIO 14
Penderita perempuan, 18 tahun dengan tahi lalat di lengan kirinya.
sehingga pada usia tua ditemukan 40-45 % ditemukan di daerah rektosigmoid dan relatif lebih sering ditemukan
dicolon kanan 25 %.
SKENARIO 15
Pria 25 tahun dengan keluhan sering keluar lendir dari anus, terutama saat buang air besar. Pada pemeriksaan
rectoskopi terlihat benjolan di rectum putih kemerahan mengkilap, bertangkai. Dilakukan pengambilan masa
tersebut.
Makroskopis :
Jaringan bertangkai sembab licin, kenyal.
SKENARIO 16
Wanita 55 tahun dengan kista indung telur, unilokular, dengan isi massa seperti bubur.
17. LIPOMA
Pengertian umum :
Merupakan tumor jinak asal jaringan mesoderm yang terdiri atas jaringan lemak. Banyak ditemukan didaerah
subcutis leher, bahu, punggung, bokong. Lipoma bersimpai, tidak melekat pada kulit di atasnya sehingga dapat
digerakkan dengan bebas.
SKENARIO 17
Suatu benjolan dibawah kulit sebesar duku, mudah digerakan. Pada operasi didapatkan tumor benigna di dalam sub-
cutis. Penampang berwarna kuning.
Buku Petunjuk Praktikum Semester II 211
18. LEIOMYOMA
Pengertian umum :
Merupakan tumor jinak asal jaringan mesoderm yaitu dari otot polos. Banyak terdapat pada uterus, dan biasanya
timbul pada masa reproduksi, tidak pernah timbul sebelum puber atau sesudah menopouse. Bersimpai.
SKENARIO 18
Wanita 57 tahun, dengan uterus membesar, dilakukan histerektomi.
19. OSTEOMA
Pengertian umum :
Merupakan tumor jinak asal dari jaringan mesoderm yaitu terdiri atas jaringan tulang / osteoblast. Menurut
bentunya dibagi 2 jenis :
1. Osteoma durum = Osteoma compactum.
Jaringan osteoma tersebut padat dan keras. Misal pada tulang tengkorak dan dapat menonjol ke dalam rongga
tengkorak / orbita.
2. Osteoma spongiosum.
Yaitu osteoma yang lebih lunak dan berongga –rongga. Tumor ini tidak mengganggu secara klinis dan diangkat
berdasarkan alasan kosmetik atau jika menyebabkan efek penekanan lokal.
SKENARIO 19
Laki-laki 25 tahun, dengan benjolan pada mandibula sejak 2 tahun yang lalu. Dioperasi, hasil dikirim ke laboratorium
Patologi Anatomi.
20. FIBROADeNOMA
Pengertian umum :
Merupakan tumor jinak yang terdiri atas epitel kelenjar dan jaringan ikat yang terjadi pada kelenjar
payudara. Bersimpai dengan permukaan licin dan mudah digerakkan.
SKENARIO 20
Perempuan 20 tahun, Indonesia, sejak 6 bulan terdapat tumor sebesar telur merpati pada mammae sinistra di
atas papilla mammae. Permukaan licin, lepas dari sekitarnya.
212 Blok 8 Dasar Penyakit Kongenital & Tumor
Makroskopis :
Yang diterima untuk diperiksa adalah 2 buah jaringan masing-masing sebesar jagung dan kemiri. Simpai baik,
penampang putih , konsistensi keras.
21. HEMANGIOMA
Pengertian umum ;
Merupakan tumor jinak asal jaringan mesoderm yaitu berasal dari pembuluh darah, tidak bersimpai, bersifat
conginetal. Pada prinsipnya terdapat 2 jenis hemangioma ;
1. Hemangioma capillare
Tumor ini terdiri atas kapiler-kapiler baru yang berisi darah dan membentuk suatu anyaman. Paling sering terjadi
pada kulit, tersering pada muka dan kepala. Walaupun dapat juga terjadi pada selaput lendir, hidung, bibir, lidah,
gusi, rectum. Pada kulit merupakan bercak merah, batas tegas, tidak menonjol di permukaan.
2. Hemangioma cavernosum
Terdiri atas ruang-ruang sinusoid yang dibatasi oleh sel endoteldan berisi darah. Paling sering ditemukan pada hati,
dapat juga ditemukan pada kulit termasuk bibir. Biasanya merupakan tonjolan yang timbul di permukaan,
berwarna kebiruan dengan suhu yang lebih tinggi dari jaringan sekitarnya.
SKENARIO 21
Penderita laki-laki, 3 bulan, dengan ‘toh’ di kulit wajah (dekat dengan bibir), warna kebiruan.
4. NEOPLASMA MALIGNA
SKENARIO 22
Penderita perempuan 70 tahun Indonesia. Sudah 7 bulan pada telapak kaki kanan terdapat tahi lalat sebesar
ujung ibi jari kaki. Kemudian tidak beberapa lama tahi lalat ini pecah dan menjadi luka. Lama- kelamaan menjadi
benjolan yang makin lama makin besar dengan warna kehitam-hitaman, keluar cairan yang mudah berdarah, berbau
busuk. Pada kelenjar getah bening inguinal terdapat benjolan-benjolan dengan permukaan berbenjol-benjol,
berwarna hitam.
SKENARIO 23
Laki-laki 50 tahun. Ulkus di sudut mulut, pinggir keras, tidak rata dengan dasar berbenjol-benjol, keras dan tertutup oleh
pus. Sekitar ulkus ada abses yang kecil-kecil yang mengeluarkan pus.
basofil, semakin dalam semakin jernih, di bagian sentral tampak kemerah-merahan dengan susunan yang konsentris
yang menyerupai mutiara. Terlihat jaringan ikat dengan sel-sel infiltrasi bulat dan kecil, juga terlihat ruangan dengan
berbagai bentuk.
24. ADENOKARSINOMA
Pengertian umum :
Merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel kelenjar lokasi tersering pada lambung, usus besar, kandung empedu,
pankreas, uterus, prostat, payudara dan alat-alat tubuh lain yang punya struktur kelenjar. Penyebarannya secara limfogen
da hematogen. Adenocarsinoma pada saluran cerna sering menonjol ke lumen seperti kembang kol dan bertangkai,
walaupun bisa juga ulseratif dan Infiltratif.
SKENARIO 24
Penderita laki-laki, 58 tahun, dengan keluhan sudah empat hari tidak bisa buang air besar.
SKENARIO 26
Penderita laki-laki 40 tahun dengan keluhan sering epistaksis, pada pemeriksaan didapatkan masa tumor pada
nasopharing.
SKENARIO 27
Penderita laki-laki 32 tahun, Indonesia.
Anamnesa : adanya benjolan bawah lutut kiri sebelah samping luar, yang terasa sesudah jatuh, sesudah jatuh lagi 2
bulan kemudian bagian tersebut di atas membengkak dan memberi rasa nyeri.
Inspeksi : Benjolan sebesar telur ayam dengan batas tidak tegas, warna kebiru-biruan. Palpasi :
Terasa lebih panas dan sekitarnya sakit tekanan.
Pada operasi ternyata ada pembengkakan pada ujung atas tibia yang mengandung ruang berisi massa berwarna
coklat dan abu-abu, kuat dan rapuh dengan fokus perdarahan dan nekrosis.
SKENARIO 28
Penderita laki-laki 34 tahun, benjolan mudah berdarah dan rapuh pada palatum molle. Diderita sejak 6 bulan yang
lalu.