You are on page 1of 13

A.

Latar Belakang Surety Bond

Pembangunan daerah diharapkan dapat menghasilkan sarana maupun prasarana yang


berfungsi mendukung perkembangan berbagai bidang, terutama bidang ekonomi, social
dan budaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual
berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945. Pelaksanaan pembangunan daerah
di wujudkan dalam suatu program dan kegiatan yang lebih dikenal sebagai proyek
pemerintah.

Proyek-proyek ini meliputi seluruh aspek yang dibutuhkan oleh masyarakat, mencakup
penyediaan sarana dan prasarana jalan,jembatan, pengairan, telekomunikasi, transportasi,
listrik dan air minum. Pelaksanaan suatu proyek, tentu tidak terlepas dari suatu proses
pengadaan barang/jasa dan kegiatan lain yang berkaitan dengan pengadaan tersebut.

Pengadaan barang/jasa pemerintah sesungguhnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu,


Pengadaan barang/jasa Konstruksi (meliputi Perencan) Konstruksi, Pelaksana Konstruksi dan
Pengawas Konstruksi ) dan Pengadaan Barang/jasa non Konstruksi. Pemerintah pusat
mengatur tata cara pelaksanaan pengadaan barang/jasa. Produk hukum yang dikeluarkan
oleh Pemerintah tersebut adalah Keppres 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/jasa Pemerintah.

Sesuai dengan Pasal 1 Keppres 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/jasa Pemerintah tersebut, pengadaan adalah kegiatan pengadaan barang/jasa yang
dibiayai dengan APBN / APBD, baik yang dilaksanakan secara swakelola maupun oleh
penyedia barang/jasa.Pengadaan tersebut sebagian atau seluruhnya dibiayai dari
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) / Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(APBD), baik untuk jasa konstruksi maupun non konstruksi.

Dengan kata lain Keppres ini tidak hanya mengatur pengadaan barang/jasa konstruksi,
tetapi juga mengatur pengadaan barang/jasa selain konstruksi. Dengan diberlakukannya
Keppres 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/jasa Pemerintah
diharapkan agar proses pengadaan barang/jasa Pemerintah dapat dilakukan dengan lebih
efektif dan efisien, dengan prinsip persaingan sehat, transparan, terbuka, adil atau
tidak diskriminatif dan akuntabel.

Proses pengadaan barang pemerintah daerah harus mengikuti pelelangan umum yaitu
metode pemilihan penyedia barang/jasa untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh
semua penyedia barang/jasa yang memenuhi syarat.

Perusahaan penyedia barang/jasa yang mengikuti lelang dalam pengadaan barang/jasa


pada pemerintah daerah selain harus memenuhi syarat-syarat administrasi juga harus
memberikan surat jaminan penawaran yang diterbitkan oleh bank umum (tidak termasuk
bank perkreditan rakyat) atau oleh perusahaan asuransi yang mempunyai program
asuransi kerugian (Surety Bond) yang mempunyai dukungan reasuransi sebagaimana
persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Surat Jaminan adalah jaminan tertulis yang bersifat mudah dicairkan dan tidak bersyarat
(unconditional), yang dikeluarkan oleh Bank Umum/Perusahaan Penjaminan/Perusahaan
Asuransi yang diserahkan oleh Penyedia Barang/Jasa kepada PPK/Kelompok Kerja ULP
untuk menjamin terpenuhinya kewajiban Penyedia Barang/Jasa. Jaminan ini diberlakukan
agar perusahaan penyedia barang/jasa yang memenangkan proyek pengadaan
barang/jasa tidak melakukan wanprestasi atas kesepakatan perjanjian yang telah
disepakati.

Ada berbagai macam asuransi dan penjaminan di Indonesia yang bertujuan untuk
memberikan jaminan terhadap pihak - pihak terkait apabila terjadi wanprestasi dari
kesepakatan perjanjian yang sudah disepakati.

Surety Bond mulai diperkenalkan di Indonesia sejak diterbitkan Keputusan Presiden Nomor 14
tahun 1979 (yang kemudian diperbaharui dengan Keputusan Presiden Nomor 14.A tahun
1980), kemudian ditindaklanjuti dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 271/KMK.011/1980 tentang Penunjukan Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank yang
dapat menerbitkan Jaminan. Di mana telah ditunjuk sebanyak 53 Bank yang dapat menerbitkan
Bank Garansi dan PT (Pesero) Asuransi Kerugian Jasa Raharja sebagai satu-satunya Lembaga
Keuangan Non Bank yang dapat menerbitkan Jaminan dalam Bentuk Surety Bond. Keputusan
Presiden Nomor 14A Tahun 1980 tersebut telah diperbaharui dengan Keputusan presiden
Nomor 29 Tahun 1984, dan terakhir diperbaharui dengan Keputusan pressiden Nomor 80
Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Penggunaan Surety Bond sebagai alternatif lain dari Bank Garansi di maksudkan oleh
Pemerintah untuk :

1. Membantu para pengusaha dalam penyediaan jaminan, oleh karena dengan


menggunakan Surety Bond ini, maka para pengusaha mempunyai beberapa alternatif
yang dapat dipilihnya dan memberikan keuntungan.
2. Untuk menciptakan pasar yang kompetitif, sehingga pemberian jaminan dapat diberikan
oleh pihak perbankan dan pihak Asuransi. Dengan persaingan ini, maka diharapkan
setiap penjamin dapat memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat, baik Principal
maupun Obligee.
3. Untuk memberikan kesempatan berusaha bagi para pengusaha yang mempunyai
kemampuan teknis yang baik, tetapi kurang didukung oleh kemampuan keuangannya,
karena biaya untuk memperoleh Surety Bond relatif lebih murah dari pada Bank
Garansi.
4. Dengan penggunaan Surety Bond diharapkan dapat membangkitkan sikap “Insurance
Minded” dikalangan masyarakat.

Selain Bank Garansi, Surety Bond cukup dikenal di kalangan Kontraktor, di mana jaminan dalam
bentuk Surety Bond dinilai relatif lebih meringankan bagi para kontraktor, karena untuk
memperolehnya tidak dipersyaratkan adanya setoran Uang Jaminan, sehingga modal kerja yang
dimiliki Kontraktor tidak akan terganggu dan sepenuhnya dapat dipergunakan untuk
pelaksanaan proyek.

Surety Bond semula hanya diterbitkan oleh Perusahaan Asuransi tertentu saja, yaitu PT. Jasa
Raharja, akan tetapi saat ini sudah lebih meluas, sehubungan dengan dikeluarkannya
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 761/KMK.013/1992 tentang Bank-Bank yang dapat
menerbitkan Surat Jaminan Bank (Bank Garansi) dan Lembaga Keuangan Non Bank (Perusahaan
Asuransi) yang dapat menerbitkan Surety Bond. Kemudian diperbaharui dengan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 951/KMK.01/1993 menunjuk 14 Perusahaan Asuransi yang dapat
menerbitkan Surety Bond, salah satunya adalah PT JasaRaharja Putera. Di dalam perjanjian
Surety Bond ini terdapat 3 (tiga) pihak yang terlibat yaitu2:

1. Pihak Perusahaan Surety (Surety Company), merupakan pihak yang memberikan atau
menerbitkan jaminan.
2. Pihak Principal (Kontraktor), merupakan pihak pelaksana pekerjaan, yang mendapat
pekerjaan dari pemilik pekerjaan atau pihak yang membutuhkan Jaminan.
3. Pihak Obligee, merupakan pihak pemilik pekerjaan atau pihak yang mensyaratkan
Jaminan.

Perjanjian Surety Bond akan terjadi apabila suatu pihak (Surety Company) berjanji untuk
menjamin pihak lain (principal) bagi kepentingan pihak ketiga (obligee), maka pihak penjamin
(Surety Company) akan bertanggungjawab untuk memenuhi kewajiban tersebut kepada
Obligee. Kewajiban yang harus dipenuhi oleh Principal di dasarkan kepada perjanjian yang
dibuat oleh Principal Kepada Obligee. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa pemberian
jaminan adalah bersifat sebagai perjanjian tambahan terhadap perjanjian pokok 3.

A. pengertian SuretyBond

Surety Bond merupakan perjanjian tambahan terhadap perjanjian pokok (kontrak/perjanjian)


antara Principal dan Obligee, yang menyebutkan apabila Principal gagal atau tidak dapat
memenuhi kewajibannya terhadap Obligee maka Surety akan membayar kepada Obligee
kerugian Yang diderita dengan maksimal sebesar nilai Surety Bond.

Surety bond adalah salah satu bentuk perjanjian tertulis antara tiga pihak, dimana penjamin
(Surety) memberikan jaminan kepada pihak Kedua (Principal) untuk kepentingan pihak Ketiga
(Obligee). Dalam perjanjian tersebut disepakatkan bahwa apabila pihak yang dijamin (Principal)
lalai atau gagal menyelesaikan kewajibannya terhadap pihak Ketiga (Obligee) atas apa yang
diperjanjikan, pihak Surety akan menggantikan kedudukan principal untuk menyelesaikan
pekerjaan atau membayar sejumlah klaim sesuai dengan nilai kerugian berdasarkan perjanjian
yang telah disepakati. Dengan menyelesaikan/pembayaran oleh Surety, tidak menghilangkan
kewajiban Principal untuk membayar kembali kepada Surety sebesar nilai yang telah dibayarkan
kepada Obligee (recovery klaim).

Buku Panduan Resmi JP Insurance, Loc. Cit

Perikatan dalam Surety Bond adalah tanggung renteng atau tanggung menanggung dimana
pihak penjamin (Surety) akan membayar kerugian dengan uang tunai apabila telah jelas adanya
kerugian dan untuk itu telah ada tuntutan klaim. Disisi lain Principal dengan adanya Persetujuan
Ganti Rugi kepada Surety (Indemnity Agreement) akan membayar kembali kepada Surety yaitu
jumlah kerugian yang telah dibayarkan oleh Surety kepada Obligee.
Jaminan hanya akan dicairkan setelah diketahui sebab-sebab dari pencairan tersebut dan
Penjamin hanya wajib mengganti sebesar kerugian yang diderita oleh Obligee.

B. Landasan Hukum Surety Bond


 Keputusan Presiden Nomor 14 tahun 1979
 Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 271/KMK.011/1980
tentang Penunjukan Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank yang dapat menerbitkan
Jaminan
 Keputusan Presiden Nomor 14.A tahun 1980
 Keppres Nomor 29 Tahun 1984
 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 761/KMK.013/1992 tentang Bank-Bank yang
dapat menerbitkan Surat Jaminan Bank (Bank Garansi) dan Lembaga Keuangan Non
Bank (Perusahaan Asuransi) yang dapat menerbitkan Surety Bond.
 Menteri Keuangan Nomor 951/KMK.01/1993 menunjuk 14 Perusahaan Asuransi yang
dapat menerbitkan Surety Bond
 Keputusan pressiden Nomor 80 Tahun 2003.

C. Jenis –Jenis surety Bond,Tujuan dan Manfaat

Bagi Obligee

 Memperoleh kepastian bahwa Principal akan melaksanakan kewajibannya

Bagi Principal

 Membantu Principal untuk memperoleh kontrak


 Membantu Principal untuk menjaga likuiditas keuangannya

Pengguna Surety Bond dan Kontra Bank Garansi

JAMINAN PENAWARAN (BID BOND)

Jaminan Penawaran atau disebut juga Bid Bond adalah jaminan yang diterbitkan oleh Surety
Company untuk menjamin Obligee bahwa Principal pemegang Bid Bond telah memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan oleh Obligee untuk mengikuti pelelangan tersebut dan
apabila Principal memenangkan pelelangan maka akan sanggup untuk menutup Kontrak
Pelaksanaan Pekerjaan dengan Obligee. Apabila tidak maka Surety Company akan membayar
kerugian kepada Obligee sebesar selisih antara penawaran Principal yang terendah dengan
Principal terendah berikutnya maksimum sebesar nilai jaminan.

Besarnya nilai jaminan adalah prosentase tertentu dari nilai penawaran Principal (nilai jaminan
tidak mencerminkan nilai proyek itu sendiri), nilai jaminan tersebut Penal Sum yang merupakan
nilai maksimum dalam Bid Bond dan berkisar antara 1% s/d 3% dari nilai penawaran Proyek
(sesuai dengan Keppres RI No. 80 tahun 2003).
Jaminan tender hanya berlaku pada saat pelelangan dan apabila Principal yang dinyatakan oleh
Obligee sebagai pemenang telah mendapatkan Jaminan Pelaksanaan maka Jaminan Tender Asli
harus dikembalikan kepada Surety Company. Kepada peserta tender lainnya yang telah
dinyatakan kalah tender, wajib mengembalikan Jaminan kepada Surety Company.

Prosedur Tender

Dalam pelaksanaan tender suatu proyek, pemilik proyek (Obligee) mengundang rekanan
dengan cara pengiriman surat, pengumuman atau memasang iklan di surat kabar.
Para rekanan akan datang untuk membeli dokumen tender yang berisi :

> Instruksi umum / khusus kepada penawar


> Syarat – syarat kontrak
> Daftar kuantitas harga
> Spesifikasi teknis dan gambar
> Bentuk surat penawaran, kontrak, surat Jaminan Penawaran

Biodata principal yang disyaratkan dapat disusulkan, namun yang paling penting adalah jangan
sampai terlambat untuk mengikuti tender. Prosedur tender dilakukan untuk menentukan
pemenang berdasarkan harga penawaran yang paling rendah, tetapi dapat dipertanggung
jawabkan.

Risiko dalam Bid Bond baru timbul setelah ditentukannya pemenang tender, risko tersebut
adalah :

 Bila pemenang tender mengundurkan diri

 Bila pemenang tender tidak dapat menyerahkan jaminan pelaksanaan setelah keluarnya
SPK

Jaminan Penawaran hanya berlaku pada saat pelelangan saja. Jika kontraktor pemenang telah
memperoleh Jaminan Pelaksanaan, maka Jaminan Penawaranasli harus dikembalikan ke Surety
Company. Demikian pula peserta tender lainnya yang kalah dalam pelelangan juga wajib
mengembalikan Jaminan Penawaran asli.

Fungsi Jaminan Penawaran

 Sebagai syarat dalam pelelangan suatu proyek dengan tujuan agar peserta tender
bersungguh sungguh untuk mendapatkan proyek yang ditenderkan

 Kontraktor sebagai pemenang tender dapat dijamin oleh Surety Company bila
dikenakan sanksi karena mengundurkan diri

Isi Jaminan Penawaran


 Janji bahwa Surety Company dan Principal akan memberikan ganti rugi kepada Obligee
bila Principal tidak memenuhi kewajibannya untuk melanjutkan kontrak yang
diperolehnya melalui tender

 Bila Obligee telah menerima baik penawaran dan jaminan yang diberikan oleh Principal
dan telah memenuhi syarat-syarat dalam dokumen penawaran yang dilanjutkan dengan
penanda tanganan kontrak dengan Obligee, maka Jaminan Penawaran berakhir secara
otomatis

 Bila Principal tidak melanjutkan penanda tanganan kontrak atau mengundurkan diri
(wanprestasi), maka Jaminan Penawaran dicairkan oleh Obligee

 Besarnya kerugian yang menjadi tanggung jawab Surety Company adalah selisih antara
jumlah harga penawaran pemenang I dan II, maksimum sebesr nilai jaminan

 Jangka waktu atau masa berlakukan Jaminan Penawaran

JAMINAN PELAKSANAAN (PERFORMANCE BOND)

Jaminan Pelaksanaan atau Performance Bond adalah jaminan yang diterbitkan oleh Surety
Company untuk menjamin Obligee bahwa Principal akan dapat menyelesaikan pekerjaan yang
diberikan oleh Obligee sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diperjanjikan dalam kontrak
pekerjaan. Apabila Principal tidak melaksanakan kewajibannya sesuai dengan kontrak maka
Surety Company akan memberikan ganti rugi kepada Obligee maksimum sebesar nilai jaminan.

Jaminan Pelaksanaan ini berlaku di Indonesia sesuai dengan Keppres RI No. 80 tahun 2003
dimana karena sifat jaminan ini Conditional maka kerugian tersebut diperhitungkan dengan :
 Melibatkan pihak lain untuk meneruskan pekerjaan yang belum selesai
 Menghitung perkiraan biaya untuk meneruskan pekerjaan tersebut sampai selesai
Besarnya nilai Jaminan (Penal Sum) Pelaksanaan adalah prosentase tertentu dari nilai kontrak
proyek itu sendiri yaitu antara 5% s/d 10% dari nilai proyek.

Apabila pada saat berakhirnya kontrak ternyata masih ada kewajiban yang belum dipenuhi oleh
Principal maka Jaminan Pelaksanaan dapat diperpanjang sesuai dengan kesepakatan antara
Obligee dan Principal yang dituangkan dalam addendum kontrak.

Fungsi Jaminan Pelaksanaan


 Sebagai syarat dalam penanda tanganan kontrak kerja bagi pemenang tender
 Jika Principal tidak melaksanakan kewajibannya sesuai kontrak, maka Surety Company
akan memberikan ganti rugi kepada Obligee dengan mencairkan Jaminan Pelaksanaan.
Isi Jaminan Pelaksanaan
 Janji Surety Company dan Principal untuk memberikan ganti rugi kepada Obligee bila
Principal tidak memenuhi kewajibannya sesuai ketentuan yang diatur dalam kontrak
yang telah ditanda tangani
 Kontrak kerja proyek merupakan bagian yang tidak terpisahkan dariJaminan
Pelaksanaan
 Jika Principal telah melaksanakan kewajibannya dengan baik sesuai kontrak,
maka Jaminan Pelaksanaan berakhir secara otomatis
 Jika saat berakhirnya kontrak ternyata masih ada kewajiban yang belum dipenuhi oleh
Principal, maka Jaminan Pelaksanaan dapt diperpanjang sesuai kesepakatan antara
Obligee dengan Principal yang dituangkan dalam adendum kontrak
 Jika Principal lalai memenuhi ketentuan, maka Surety Company akan membayar seluruh
kerugian Obligee, maksimum sebesar nilai jaminan
 Pengajuan ganti rugi oleh Obligee kepada Surety Company ditentukan dalam jangka
waktu tertentu setelah berakhirnya Jaminan Pelaksanaan

JAMINAN PEMBAYARAN UANG MUKA (ADVANCE PAYMENT BOND)

Jaminan Pembayaran Uang Muka atau Advance Payment Bond yang diterbitkan oleh Surety
Company untuk menjamin Obligee bahwa Principal akan sanggup mengembalikan uang muka
yang telah diterimanya dari Obligee sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diperjanjikan
dalam kontrak, dengan maksud untuk mempelancar pembiayaan proyek.

Apabila Principal gagal melaksanakan pekerjaannya dan karenanya uang muka tidak bisa
dikembalikan maka Surety Company akan mengembalikan uang muka kepada Obligee sebesar
sisa uang muka yang belum dikembalikan (jumlah uang muka yang diterima Principal, dikurangi
dengan cicilan/tahapan pembayaran prestasi) maksimum sebesar nilai jaminan. Jumlah uang
muka yang dijamin oleg Surety Company akan berkurang sesuai dengan cicilan pengembalian
uang muka yang telah dibayar oleh Principal kepada Obligee.

Adapun kesulitan Obligee dalam memotong cicilan uang muka dari Principal dalam setiap
pembayaran termijn bukanlah merupakan jaminan dalam Jaminan Pembayaran Uang Muka.

Jaminan ini berlaku di Indonesia sesuai dengan Keppres RI. No. 80 tahun 2003 dimana untuk
membantu para pengusaha (Principal) memperlancar pembiayaan proyek.

Besarnya nilai Jaminan Pembayaran Uang Muka adalah prosentase tertentu dari nilai kontrak
proyek itu sendiri, yaitu sebesar 20% dari nilai kontrak proyek.

Apabila pada saat jatuh tempo, pembayaran uang muka tersebut belum dikembalikan oleh
Principal, maka Jaminan Pembayaran Uang Muka dapat diperpanjang sesuai dengan
kesepakatan antara Obligee dan Principal.
Fungsi Jaminan Pembayaran Uang Muka
 Sebagai syarat bila Principal mengambil uang muka untuk tujuan memperlancar
pembiayaan proyek yang dikerjakannya
 Jika Principal gagal melaksanakan pekerjaan sehingga tidak dapat mengembalikan
uang muka yang telah diterimanya, maka Surety Company akan membayar kepada
Obligee sebesar sisa uang muka yang belum dilunasinya.
Isi Jaminan Pembayaran Uang Muka
 Janji Surety Company dan Principal untuk mengembalikan uang muka yang telah
diterima Principal sebelum pekerjaan selesai, sesuai dengan kontrak yang telah
ditanda tanganinya
 Jika Principal telah melaksanakan pengembalian uang muka kepada Obligee, maka
Jaminan Pembayaran Uang Muka otomatis berakhir
 Pada saat jatuh tempo pembayaran uang muka belum dilunasi, maka Jaminan
Pembayaran Uang Muka dapat diperpanjang sesuai dengan kesepakatan Obligee
dan Principal
 Jika Principal lalai tidak mengembalikan uang muka, maka Surety Company akan
mengganti jumlah uang tersebut, maksimum sebesar nilai jaminan yang tercantum
dalam Jaminan Pembayaran Uang Muka dengan diperhitungkan tingkat prestasi
kerja yang telah dicapai oleh Principal
 Pengajuan ganti rugi atas jaminan kepada Surety Company diajukan dalam jangka
waktu tertentu setelah berakhirnya Jaminan Pembayaran Uang Muka.

JAMINAN PEMELIHARAAN (MAINTENANCE BOND)

Jaminan Pemeliharaan atau yang disebut juga Maintenance Bond diterbitkan oleh Surety
Company untuk menjamin Obligee bahwa principal akan sanggup untuk memperbaiki
kerusakan-kerusakan pekerjaan setelah pelaksanaan pekerjaan selesai sesuai dengan yang
diperjanjikan dalam kontrak.

Apabila Principal gagal memperbaiki kerusakan-kerusakan dan/atau kekurangan maka Surety


Company akan mengganti biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki kerusakan maksimum
sebesar nilai jaminan.

Besarnya nilai jaminan adalah prosentase tertentu dari nilai kontrak proyek itu sendiri sebesar
5% dimana pada saat Principal telah menyelesaikan 100% atas proyeknya dan diterbitkan Berita
Acara Serah Terima Pekerjaan I.

Apabila setelah jangka waktu masa pemeliharaan sudah berakhir dan Principal tidak memenuhi
kewajibannya maka Jaminan Pemeliharaan (Maintenance Bond) ini akan tetap berlaku sampai
pada batas waktu yang ditetapkan oleh Obligee dan Principal.
Kadang-kadang dalam pelaksanaannya Maintenance Bond sering diartikan sebagai pengganti
retainage money (uang yang ditahan). Atau dengan kata lain dapat diartikan sebagai Release of
Retention Money Bond ( Jaminan atas Pelepasan Uang)

Fungsi Jaminan Pemeliharaan

 Sebagai pengganti dari sejumlah uang retensi sebesar 5% dari nilai proyek yang ditahan
oleh Obligee
 Jika Principal gagal memperbaiki kerusakan / kekurangan setalah proyek selesai
dikerjakan, maka Surety Company akan mengganti biaya perbaikan tersebut, maksimal
sebesar nilai jaminan.

Isi Jaminan Pemeliharaan

 Surety Company dan Principal berjanji untuk memberikan ganti rugi kepada Obligee
apabila Principal gagal atau tidak memenuhi kewajibannya untuk memperbaiki
kekurangan / kerusakan yang mungkin timbul selama masa pemeliharaan, sesuai
dengan surat Jaminan Pemeliharaan yang dibuat Surety Company kepada Obligee
 Jika Principal mengganti / memperbaiki seluruh kekuangan / kerusakan yang timbul
pada protek yang terjadi selama masa pemeliharaan, maka Jaminan Pemeliharaan akan
berakhir
 Jika jangka waktu pemeliharaan telah berakhir dan Principal tidak memenuhi
kewajibannya, maka Jaminan Pemeliharaan tetap berlaku sampai batas waktu yang
telah ditetapkan oleh Obligee dan Principal
 Pengajuan ganti rugi kepada Surety berdasarkan jaminan dilakukan dalam jangka waktu
tertentu setelah berakhirnya Jaminan Pemaliharaan.

D. Karakteristik

Surety Bond merupakan suatu produk inovatif yang ditawarkan oleh perusahaan asuransi
sebagai upaya pengambilalihan potensi resiko kerugian yang mungkin dapat dialami oleh salah
satu pihak, umumnya pemilik proyek (bouheer) atas kepercayaan yang diberikan kepada pihak
lain (kontraktor) dalam pelaksanaan kontrak pemborongan yang telah disepakati oleh mereka.
Jaminan tertulis tersebut secara hukum akan menimbulkan kewajiban bagi perusahaan asuransi
selaku penjamin (surety) terhadap pihak penerima jaminan (obligee/Kreditur) sebagai
konsekuensi terhadap wan prestasi dari pihak yang dijamin (principal / debitur) tersebut.
suretyship adalah jaminan yang bersifat indemnitas, dimana surety selaku penjamin diposisikan
sama sebagai principal debitur yang secara tanggung renteng berkewajiban menyelesaikan
kewajiban kepada obligee (kreditur, dimana posisi surety akan otomatis secara sejajar dengan
debitur utama ketika debitur utama tidak dapat menyelesaikan kewajibannya kepada kreditur
sebagaimana tercantum dalam pasal 1316 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang pada
intinya merupakan suatu perjanjian dimana pemberi jaminan (garant) menjamin bahwa
seorang pihak ketiga akan berbuat sesuatu yang biasanya tetapi tidak selalu dan harus berupa
tindakan menutup suatu perjanjian tertentu.

E. Sifat Surety Bond


Surety Bond tergolong dalam financial guarantee , yang pada umumnya dilakukan oleh
perbankan. Dengan dilibatkannya perusahaan asuransi turut menangani bisnis ini, maka dalam
prakteknya pemberian jaminan dilaksanakan dengan 2 (dua) sifat, yaitu :

1. Jaminan Bersyarat (Conditional Bond)


Jaminan hanya akan dicairkan setelah diketahui sebab-sebab dari pencairan tersebut dan
Penjamin hanya wajib mengganti sebesar kerugian yang diderita oleh Obligee
Surety Bond bersifat conditional karena penerbitan yang dilakukan oleh perusahaan asuransi
berbeda dengan Bank Garansi yang memiliki hak istimewa tanpa meminta agunan. Hal ini
dimungkinkan karena perusahaan asuransi sebagai Penjamin dapat melakukan penyebaran
risiko (reasuransi) serta didukung dengan adanya perjanjian ganti rugi kepada Surety (Indemnity
Agreement to Surety)
Perjanjian ganti rugi tersebut ditandatangani oleh Principal bersama indemnitornya sebelum
atau pada saat diterbitkan jaminan. Hal tersebut dimaksudkan bahwa setiap pencairan jaminan
yang dibayarkan kepada Obligee harus dipertanggungjawabkan kepada semua pihak, dan atas
dasar itulah maka Principal dan indemnitornya bersedia membayar kembali pencairan yang
telah dilaksanakan.
Pada prinsipnya dalam jaminan conditional ini tidak ada pihak yang diuntungkan atau dirugikan.
Untuk itu dalam hal tuntutan pencairan jaminan harus dibuktikan terlebih dahulu kerugian yang
terjadi atau adanya loss situation serta telah diadakan pemutusan hubungan kerja secara resmi.
Hal-hal yang perlu diteliti sebagai dasar penentuan pencairan jaminan adalah :

 - Sebab-sebab tidak terpenuhi atau dilaksanakannya perjanjian


 - Hak dan kewajiban masing-masing pihak
 - Prestasi dan pekerjaan yang sudah dilaksanakan
 - Jumlah kerugian yang diderita oleh pihak Obligee

2. Jaminan Tanpa Syarat (Unconditional Bond)


Jaminan akan dicairkan apabila ketentuan dalam kontrak tidak dipenuhi tanpa harus
membuktikan kegagalan (loss situation)
Jaminan ini biasanya diberikan oleh pihak perbankan kepada nasabahnya (bank garansi). Dalam
pemberian jaminan, bank pada umumnya meminta agunan yang cukup sebagai penaalah
jumlah tertentu yang harus disimpan di bank tersebut tanpa bunga dan baru dapat dicairkan
setelah bank garansi berakhir
Dengan adanya agunan tersebut maka walaupun jaminan dicairkan, bank sebagai penjamin
tidak akan mengalami kerugian karena nilai agunan yang dipegangnya lebih besar daripada
jumlah jaminan yang diberikannya. Demikian apabila Obligee mengajukan pencairan jaminan,
maka bank dapat segera memenuhinya tanpa khawatir akan kewajiban nasabah / Principal.
Perselisihan antara Obligee dengan Principal mengenai pencairan tersebut akan diselesaikan
sendiri oleh kedua pihak
Bank menganut prinsip tersebut diatas dengan pertimbangan :

 - Menghindari keterlibatannya dari perselisihan antara Principal dengan Obligee


 - Adanya agunan dari Principal maka bank tidak akan dirugikan
 - Dalam pelaksanaannya bank dapat menggabungkan jaminan tersebut dengan
fasilitas kredit yang diberikan kepada nasabah
 - Untuk menunjukkan bonafiditasnya kepada pihak lain

Kedua sifat jaminan tersebut diatas akhir-akhir ini hampir tidak tampak lagi perbedaan secara
murni dalam pelaksanaannya. Perusahaan asuransi yang menerbitkan Surety Bond dan
perbankan yang menerbitkan bank garansi telah melakukan pendekatan sesuai dengan kondisi
dan situasi yang dihadapi sehingga dalam prakteknya sudah hampir sama. Bahkan dapat kita
jumpai bahwa perusahaan asuransi juga dapat menerbitkan Surety Bond yang bersifat
unconditional

F. Perbedaan Surety Bond, Bank Garansi dan Asuransi

Perbedaan Surety bond dengan Bank Garansi

Surety Bond Bank Garansi


1. Suatu bentuk Jaminan 1 Suatu bentuk jaminan tanpa
bersyarat syarat

2. Merupakan kegiatan pokok 2. Merupakan kegiatan tambahan


dan mengikuti prinsip asuransi pada usaha perbankan

3. Pada prinsipnya non collateral, 3. Diperoleh dengan menyerahkan


diganti dengan indemnitor collateral
(orangnya sebagai penjamin)
4. Tidak perlu setor jaminan 4. Menyetor jaminan uang sejumlah
tertentu

5. Jangka waktu mengikuti 5. Jangka waktu jaminan terbatas


kontrak

6. Dapat dikeluarkan dalam 6. Hanya dalam valuta Rupiah.


segala valuta (mata uang) Dalam valuta asing harus izin
Bank Indonesia dan hanya dalam
negeri

7. Tidak mempunyai hak 7. Mempunyai hak istimewa sesuai


istimewa, sesuai psal 1831 KUH pasal 1831 KUH Pdt dan
Pdt dan perikatan tanggung perikatannya masuk pada hukum
renteng. perikatan sepihak.

PERBEDAAN SURETY BOND DAN ASURANSI

Surety bond Asuransi


1 Perjanjian pemberian penjaminan 1 Perjanjian penggantian kerugian
2 Perjanjian 3 (tiga) pihak 2 Perjanjian 2 (dua) pihak
3 Select your risk and client 3 The law of large number
4 Premi sebagai service charge 4 Premi untuk ganti rugi
5 Data palsu tidak mempengaruhi 5 Data palsu menyebabkan polis batal
liabilitas jaminan
6 Tidak dapat dibatalkan sepihak 6 Dapat dibatalkan sepihak
7 Klaim dibayar setelah dinyatakan 7 Klaim dibayar setelah diketahui
wan prestasi sebabnya

You might also like