Professional Documents
Culture Documents
Proyek-proyek ini meliputi seluruh aspek yang dibutuhkan oleh masyarakat, mencakup
penyediaan sarana dan prasarana jalan,jembatan, pengairan, telekomunikasi, transportasi,
listrik dan air minum. Pelaksanaan suatu proyek, tentu tidak terlepas dari suatu proses
pengadaan barang/jasa dan kegiatan lain yang berkaitan dengan pengadaan tersebut.
Sesuai dengan Pasal 1 Keppres 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/jasa Pemerintah tersebut, pengadaan adalah kegiatan pengadaan barang/jasa yang
dibiayai dengan APBN / APBD, baik yang dilaksanakan secara swakelola maupun oleh
penyedia barang/jasa.Pengadaan tersebut sebagian atau seluruhnya dibiayai dari
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) / Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(APBD), baik untuk jasa konstruksi maupun non konstruksi.
Dengan kata lain Keppres ini tidak hanya mengatur pengadaan barang/jasa konstruksi,
tetapi juga mengatur pengadaan barang/jasa selain konstruksi. Dengan diberlakukannya
Keppres 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/jasa Pemerintah
diharapkan agar proses pengadaan barang/jasa Pemerintah dapat dilakukan dengan lebih
efektif dan efisien, dengan prinsip persaingan sehat, transparan, terbuka, adil atau
tidak diskriminatif dan akuntabel.
Proses pengadaan barang pemerintah daerah harus mengikuti pelelangan umum yaitu
metode pemilihan penyedia barang/jasa untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh
semua penyedia barang/jasa yang memenuhi syarat.
Surat Jaminan adalah jaminan tertulis yang bersifat mudah dicairkan dan tidak bersyarat
(unconditional), yang dikeluarkan oleh Bank Umum/Perusahaan Penjaminan/Perusahaan
Asuransi yang diserahkan oleh Penyedia Barang/Jasa kepada PPK/Kelompok Kerja ULP
untuk menjamin terpenuhinya kewajiban Penyedia Barang/Jasa. Jaminan ini diberlakukan
agar perusahaan penyedia barang/jasa yang memenangkan proyek pengadaan
barang/jasa tidak melakukan wanprestasi atas kesepakatan perjanjian yang telah
disepakati.
Ada berbagai macam asuransi dan penjaminan di Indonesia yang bertujuan untuk
memberikan jaminan terhadap pihak - pihak terkait apabila terjadi wanprestasi dari
kesepakatan perjanjian yang sudah disepakati.
Surety Bond mulai diperkenalkan di Indonesia sejak diterbitkan Keputusan Presiden Nomor 14
tahun 1979 (yang kemudian diperbaharui dengan Keputusan Presiden Nomor 14.A tahun
1980), kemudian ditindaklanjuti dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 271/KMK.011/1980 tentang Penunjukan Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank yang
dapat menerbitkan Jaminan. Di mana telah ditunjuk sebanyak 53 Bank yang dapat menerbitkan
Bank Garansi dan PT (Pesero) Asuransi Kerugian Jasa Raharja sebagai satu-satunya Lembaga
Keuangan Non Bank yang dapat menerbitkan Jaminan dalam Bentuk Surety Bond. Keputusan
Presiden Nomor 14A Tahun 1980 tersebut telah diperbaharui dengan Keputusan presiden
Nomor 29 Tahun 1984, dan terakhir diperbaharui dengan Keputusan pressiden Nomor 80
Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Penggunaan Surety Bond sebagai alternatif lain dari Bank Garansi di maksudkan oleh
Pemerintah untuk :
Selain Bank Garansi, Surety Bond cukup dikenal di kalangan Kontraktor, di mana jaminan dalam
bentuk Surety Bond dinilai relatif lebih meringankan bagi para kontraktor, karena untuk
memperolehnya tidak dipersyaratkan adanya setoran Uang Jaminan, sehingga modal kerja yang
dimiliki Kontraktor tidak akan terganggu dan sepenuhnya dapat dipergunakan untuk
pelaksanaan proyek.
Surety Bond semula hanya diterbitkan oleh Perusahaan Asuransi tertentu saja, yaitu PT. Jasa
Raharja, akan tetapi saat ini sudah lebih meluas, sehubungan dengan dikeluarkannya
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 761/KMK.013/1992 tentang Bank-Bank yang dapat
menerbitkan Surat Jaminan Bank (Bank Garansi) dan Lembaga Keuangan Non Bank (Perusahaan
Asuransi) yang dapat menerbitkan Surety Bond. Kemudian diperbaharui dengan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 951/KMK.01/1993 menunjuk 14 Perusahaan Asuransi yang dapat
menerbitkan Surety Bond, salah satunya adalah PT JasaRaharja Putera. Di dalam perjanjian
Surety Bond ini terdapat 3 (tiga) pihak yang terlibat yaitu2:
1. Pihak Perusahaan Surety (Surety Company), merupakan pihak yang memberikan atau
menerbitkan jaminan.
2. Pihak Principal (Kontraktor), merupakan pihak pelaksana pekerjaan, yang mendapat
pekerjaan dari pemilik pekerjaan atau pihak yang membutuhkan Jaminan.
3. Pihak Obligee, merupakan pihak pemilik pekerjaan atau pihak yang mensyaratkan
Jaminan.
Perjanjian Surety Bond akan terjadi apabila suatu pihak (Surety Company) berjanji untuk
menjamin pihak lain (principal) bagi kepentingan pihak ketiga (obligee), maka pihak penjamin
(Surety Company) akan bertanggungjawab untuk memenuhi kewajiban tersebut kepada
Obligee. Kewajiban yang harus dipenuhi oleh Principal di dasarkan kepada perjanjian yang
dibuat oleh Principal Kepada Obligee. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa pemberian
jaminan adalah bersifat sebagai perjanjian tambahan terhadap perjanjian pokok 3.
A. pengertian SuretyBond
Surety bond adalah salah satu bentuk perjanjian tertulis antara tiga pihak, dimana penjamin
(Surety) memberikan jaminan kepada pihak Kedua (Principal) untuk kepentingan pihak Ketiga
(Obligee). Dalam perjanjian tersebut disepakatkan bahwa apabila pihak yang dijamin (Principal)
lalai atau gagal menyelesaikan kewajibannya terhadap pihak Ketiga (Obligee) atas apa yang
diperjanjikan, pihak Surety akan menggantikan kedudukan principal untuk menyelesaikan
pekerjaan atau membayar sejumlah klaim sesuai dengan nilai kerugian berdasarkan perjanjian
yang telah disepakati. Dengan menyelesaikan/pembayaran oleh Surety, tidak menghilangkan
kewajiban Principal untuk membayar kembali kepada Surety sebesar nilai yang telah dibayarkan
kepada Obligee (recovery klaim).
Perikatan dalam Surety Bond adalah tanggung renteng atau tanggung menanggung dimana
pihak penjamin (Surety) akan membayar kerugian dengan uang tunai apabila telah jelas adanya
kerugian dan untuk itu telah ada tuntutan klaim. Disisi lain Principal dengan adanya Persetujuan
Ganti Rugi kepada Surety (Indemnity Agreement) akan membayar kembali kepada Surety yaitu
jumlah kerugian yang telah dibayarkan oleh Surety kepada Obligee.
Jaminan hanya akan dicairkan setelah diketahui sebab-sebab dari pencairan tersebut dan
Penjamin hanya wajib mengganti sebesar kerugian yang diderita oleh Obligee.
Bagi Obligee
Bagi Principal
Jaminan Penawaran atau disebut juga Bid Bond adalah jaminan yang diterbitkan oleh Surety
Company untuk menjamin Obligee bahwa Principal pemegang Bid Bond telah memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan oleh Obligee untuk mengikuti pelelangan tersebut dan
apabila Principal memenangkan pelelangan maka akan sanggup untuk menutup Kontrak
Pelaksanaan Pekerjaan dengan Obligee. Apabila tidak maka Surety Company akan membayar
kerugian kepada Obligee sebesar selisih antara penawaran Principal yang terendah dengan
Principal terendah berikutnya maksimum sebesar nilai jaminan.
Besarnya nilai jaminan adalah prosentase tertentu dari nilai penawaran Principal (nilai jaminan
tidak mencerminkan nilai proyek itu sendiri), nilai jaminan tersebut Penal Sum yang merupakan
nilai maksimum dalam Bid Bond dan berkisar antara 1% s/d 3% dari nilai penawaran Proyek
(sesuai dengan Keppres RI No. 80 tahun 2003).
Jaminan tender hanya berlaku pada saat pelelangan dan apabila Principal yang dinyatakan oleh
Obligee sebagai pemenang telah mendapatkan Jaminan Pelaksanaan maka Jaminan Tender Asli
harus dikembalikan kepada Surety Company. Kepada peserta tender lainnya yang telah
dinyatakan kalah tender, wajib mengembalikan Jaminan kepada Surety Company.
Prosedur Tender
Dalam pelaksanaan tender suatu proyek, pemilik proyek (Obligee) mengundang rekanan
dengan cara pengiriman surat, pengumuman atau memasang iklan di surat kabar.
Para rekanan akan datang untuk membeli dokumen tender yang berisi :
Biodata principal yang disyaratkan dapat disusulkan, namun yang paling penting adalah jangan
sampai terlambat untuk mengikuti tender. Prosedur tender dilakukan untuk menentukan
pemenang berdasarkan harga penawaran yang paling rendah, tetapi dapat dipertanggung
jawabkan.
Risiko dalam Bid Bond baru timbul setelah ditentukannya pemenang tender, risko tersebut
adalah :
Bila pemenang tender tidak dapat menyerahkan jaminan pelaksanaan setelah keluarnya
SPK
Jaminan Penawaran hanya berlaku pada saat pelelangan saja. Jika kontraktor pemenang telah
memperoleh Jaminan Pelaksanaan, maka Jaminan Penawaranasli harus dikembalikan ke Surety
Company. Demikian pula peserta tender lainnya yang kalah dalam pelelangan juga wajib
mengembalikan Jaminan Penawaran asli.
Sebagai syarat dalam pelelangan suatu proyek dengan tujuan agar peserta tender
bersungguh sungguh untuk mendapatkan proyek yang ditenderkan
Kontraktor sebagai pemenang tender dapat dijamin oleh Surety Company bila
dikenakan sanksi karena mengundurkan diri
Bila Obligee telah menerima baik penawaran dan jaminan yang diberikan oleh Principal
dan telah memenuhi syarat-syarat dalam dokumen penawaran yang dilanjutkan dengan
penanda tanganan kontrak dengan Obligee, maka Jaminan Penawaran berakhir secara
otomatis
Bila Principal tidak melanjutkan penanda tanganan kontrak atau mengundurkan diri
(wanprestasi), maka Jaminan Penawaran dicairkan oleh Obligee
Besarnya kerugian yang menjadi tanggung jawab Surety Company adalah selisih antara
jumlah harga penawaran pemenang I dan II, maksimum sebesr nilai jaminan
Jaminan Pelaksanaan atau Performance Bond adalah jaminan yang diterbitkan oleh Surety
Company untuk menjamin Obligee bahwa Principal akan dapat menyelesaikan pekerjaan yang
diberikan oleh Obligee sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diperjanjikan dalam kontrak
pekerjaan. Apabila Principal tidak melaksanakan kewajibannya sesuai dengan kontrak maka
Surety Company akan memberikan ganti rugi kepada Obligee maksimum sebesar nilai jaminan.
Jaminan Pelaksanaan ini berlaku di Indonesia sesuai dengan Keppres RI No. 80 tahun 2003
dimana karena sifat jaminan ini Conditional maka kerugian tersebut diperhitungkan dengan :
Melibatkan pihak lain untuk meneruskan pekerjaan yang belum selesai
Menghitung perkiraan biaya untuk meneruskan pekerjaan tersebut sampai selesai
Besarnya nilai Jaminan (Penal Sum) Pelaksanaan adalah prosentase tertentu dari nilai kontrak
proyek itu sendiri yaitu antara 5% s/d 10% dari nilai proyek.
Apabila pada saat berakhirnya kontrak ternyata masih ada kewajiban yang belum dipenuhi oleh
Principal maka Jaminan Pelaksanaan dapat diperpanjang sesuai dengan kesepakatan antara
Obligee dan Principal yang dituangkan dalam addendum kontrak.
Jaminan Pembayaran Uang Muka atau Advance Payment Bond yang diterbitkan oleh Surety
Company untuk menjamin Obligee bahwa Principal akan sanggup mengembalikan uang muka
yang telah diterimanya dari Obligee sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diperjanjikan
dalam kontrak, dengan maksud untuk mempelancar pembiayaan proyek.
Apabila Principal gagal melaksanakan pekerjaannya dan karenanya uang muka tidak bisa
dikembalikan maka Surety Company akan mengembalikan uang muka kepada Obligee sebesar
sisa uang muka yang belum dikembalikan (jumlah uang muka yang diterima Principal, dikurangi
dengan cicilan/tahapan pembayaran prestasi) maksimum sebesar nilai jaminan. Jumlah uang
muka yang dijamin oleg Surety Company akan berkurang sesuai dengan cicilan pengembalian
uang muka yang telah dibayar oleh Principal kepada Obligee.
Adapun kesulitan Obligee dalam memotong cicilan uang muka dari Principal dalam setiap
pembayaran termijn bukanlah merupakan jaminan dalam Jaminan Pembayaran Uang Muka.
Jaminan ini berlaku di Indonesia sesuai dengan Keppres RI. No. 80 tahun 2003 dimana untuk
membantu para pengusaha (Principal) memperlancar pembiayaan proyek.
Besarnya nilai Jaminan Pembayaran Uang Muka adalah prosentase tertentu dari nilai kontrak
proyek itu sendiri, yaitu sebesar 20% dari nilai kontrak proyek.
Apabila pada saat jatuh tempo, pembayaran uang muka tersebut belum dikembalikan oleh
Principal, maka Jaminan Pembayaran Uang Muka dapat diperpanjang sesuai dengan
kesepakatan antara Obligee dan Principal.
Fungsi Jaminan Pembayaran Uang Muka
Sebagai syarat bila Principal mengambil uang muka untuk tujuan memperlancar
pembiayaan proyek yang dikerjakannya
Jika Principal gagal melaksanakan pekerjaan sehingga tidak dapat mengembalikan
uang muka yang telah diterimanya, maka Surety Company akan membayar kepada
Obligee sebesar sisa uang muka yang belum dilunasinya.
Isi Jaminan Pembayaran Uang Muka
Janji Surety Company dan Principal untuk mengembalikan uang muka yang telah
diterima Principal sebelum pekerjaan selesai, sesuai dengan kontrak yang telah
ditanda tanganinya
Jika Principal telah melaksanakan pengembalian uang muka kepada Obligee, maka
Jaminan Pembayaran Uang Muka otomatis berakhir
Pada saat jatuh tempo pembayaran uang muka belum dilunasi, maka Jaminan
Pembayaran Uang Muka dapat diperpanjang sesuai dengan kesepakatan Obligee
dan Principal
Jika Principal lalai tidak mengembalikan uang muka, maka Surety Company akan
mengganti jumlah uang tersebut, maksimum sebesar nilai jaminan yang tercantum
dalam Jaminan Pembayaran Uang Muka dengan diperhitungkan tingkat prestasi
kerja yang telah dicapai oleh Principal
Pengajuan ganti rugi atas jaminan kepada Surety Company diajukan dalam jangka
waktu tertentu setelah berakhirnya Jaminan Pembayaran Uang Muka.
Jaminan Pemeliharaan atau yang disebut juga Maintenance Bond diterbitkan oleh Surety
Company untuk menjamin Obligee bahwa principal akan sanggup untuk memperbaiki
kerusakan-kerusakan pekerjaan setelah pelaksanaan pekerjaan selesai sesuai dengan yang
diperjanjikan dalam kontrak.
Besarnya nilai jaminan adalah prosentase tertentu dari nilai kontrak proyek itu sendiri sebesar
5% dimana pada saat Principal telah menyelesaikan 100% atas proyeknya dan diterbitkan Berita
Acara Serah Terima Pekerjaan I.
Apabila setelah jangka waktu masa pemeliharaan sudah berakhir dan Principal tidak memenuhi
kewajibannya maka Jaminan Pemeliharaan (Maintenance Bond) ini akan tetap berlaku sampai
pada batas waktu yang ditetapkan oleh Obligee dan Principal.
Kadang-kadang dalam pelaksanaannya Maintenance Bond sering diartikan sebagai pengganti
retainage money (uang yang ditahan). Atau dengan kata lain dapat diartikan sebagai Release of
Retention Money Bond ( Jaminan atas Pelepasan Uang)
Sebagai pengganti dari sejumlah uang retensi sebesar 5% dari nilai proyek yang ditahan
oleh Obligee
Jika Principal gagal memperbaiki kerusakan / kekurangan setalah proyek selesai
dikerjakan, maka Surety Company akan mengganti biaya perbaikan tersebut, maksimal
sebesar nilai jaminan.
Surety Company dan Principal berjanji untuk memberikan ganti rugi kepada Obligee
apabila Principal gagal atau tidak memenuhi kewajibannya untuk memperbaiki
kekurangan / kerusakan yang mungkin timbul selama masa pemeliharaan, sesuai
dengan surat Jaminan Pemeliharaan yang dibuat Surety Company kepada Obligee
Jika Principal mengganti / memperbaiki seluruh kekuangan / kerusakan yang timbul
pada protek yang terjadi selama masa pemeliharaan, maka Jaminan Pemeliharaan akan
berakhir
Jika jangka waktu pemeliharaan telah berakhir dan Principal tidak memenuhi
kewajibannya, maka Jaminan Pemeliharaan tetap berlaku sampai batas waktu yang
telah ditetapkan oleh Obligee dan Principal
Pengajuan ganti rugi kepada Surety berdasarkan jaminan dilakukan dalam jangka waktu
tertentu setelah berakhirnya Jaminan Pemaliharaan.
D. Karakteristik
Surety Bond merupakan suatu produk inovatif yang ditawarkan oleh perusahaan asuransi
sebagai upaya pengambilalihan potensi resiko kerugian yang mungkin dapat dialami oleh salah
satu pihak, umumnya pemilik proyek (bouheer) atas kepercayaan yang diberikan kepada pihak
lain (kontraktor) dalam pelaksanaan kontrak pemborongan yang telah disepakati oleh mereka.
Jaminan tertulis tersebut secara hukum akan menimbulkan kewajiban bagi perusahaan asuransi
selaku penjamin (surety) terhadap pihak penerima jaminan (obligee/Kreditur) sebagai
konsekuensi terhadap wan prestasi dari pihak yang dijamin (principal / debitur) tersebut.
suretyship adalah jaminan yang bersifat indemnitas, dimana surety selaku penjamin diposisikan
sama sebagai principal debitur yang secara tanggung renteng berkewajiban menyelesaikan
kewajiban kepada obligee (kreditur, dimana posisi surety akan otomatis secara sejajar dengan
debitur utama ketika debitur utama tidak dapat menyelesaikan kewajibannya kepada kreditur
sebagaimana tercantum dalam pasal 1316 Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang pada
intinya merupakan suatu perjanjian dimana pemberi jaminan (garant) menjamin bahwa
seorang pihak ketiga akan berbuat sesuatu yang biasanya tetapi tidak selalu dan harus berupa
tindakan menutup suatu perjanjian tertentu.
Kedua sifat jaminan tersebut diatas akhir-akhir ini hampir tidak tampak lagi perbedaan secara
murni dalam pelaksanaannya. Perusahaan asuransi yang menerbitkan Surety Bond dan
perbankan yang menerbitkan bank garansi telah melakukan pendekatan sesuai dengan kondisi
dan situasi yang dihadapi sehingga dalam prakteknya sudah hampir sama. Bahkan dapat kita
jumpai bahwa perusahaan asuransi juga dapat menerbitkan Surety Bond yang bersifat
unconditional