You are on page 1of 30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Peranan


Pengertian peranan menurut Supryono (2000;213) sebagai berikut:
”Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apakah
seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban (status)
masing-masing dengan kedudukannya, maka dia akan menjalankan
suatu peranan. Peranan mencakup 3 hal:
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi
atau tempat dalam masyarakat
2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan
oleh individu dalam masyarakat organisasi
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang
penting bagi struktur organisasi”.

Peranan menurut Komaruddin (2005;768) adalah sebagai berikut :


1) Bagian dari tugas utama yang harus dilakukan oleh seseorang dalam
manajemen
2) Pola perilaku yang diharapkan dapat menyertai sesuatu
3) Bagian fungsi seseorang dalam kelompok atau pranata
4) Fungsi yang diharapkan dari seseorang atau menjadi karakteristik
yang ada padanya
5) Fungsi setiap variabel dalam hubungan sebab akibat

Berdasarkan pengertian tersebut, peranan merupakan pelaksanaan hak-hak


dan kewajiban-kewajiban yang dilakukan dalam suatu organisasi atau dapat juga
dikatakan sebagai perilaku yang penting bagi struktur organisasi.
Dalam hal ini hak-hak dan kewajiban-kewajiban serta perilaku penting dari
pengendalian internal yang penting terhadap sistem pengolahan data elektronik dalam
melakukan pengubahan data transaksi dan memprosesnya sehingga menghasilkan
informasi.
Jadi peranan merupakan bagian dari tugas utama yang harus dilakukan
seseorang dalam menyelesaikan suatu kasus dalam suatu kelompok yang mempunyai
hubungan sebab akibat.
2.2 Sistem Informasi Akuntansi

Sistem informasi akuntansi sangat berperan bagi perusahaan sebagai alat


bantu bagi manajemen, dalam rangka mengkoordinir secara ekonomis, alat-alat
produksi yang terdiri dari sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya
modal. Selain itu juga sistem informasi akuntansi harus dapat melindungi kekayaan
perusahaan dengan memberikan tindakan pengendalian dalam mencegah atau
meminimalkan kesalahan-kesalahan dan penyelewengan-penyelewengan yang terjadi
di dalam perusahaan.

2.2.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi

Sistem informasi akuntansi menurut Bordnar dan Hopwood (2005;3)


dikatakan bahwa :
”An accounting information system (AIS) is a collection of resources,
such as people and equipment, designed to transform financial and other
data into information”.
Dapat diartikan Sistem informasi akuntansi adalah kumpulan sumber daya,
seperti manusia dan peralatan, yang diatur untuk mengubah data keungan dan data
lainnya menjadi informasi.
Dengan demikian, dalam mengubah suatu data menjadi informasi
dibutuhkan intervensi manusia, manusia menggunakan teknologi yang ada beserta
prosedur untuk memproses data-data transaksi tertentu dan rutin dan pada akhirnya
menghasilkan informasi yang berguna dan bermanfaat.
Sedangkan definisi sistem informasi akuntansi yang dikemukakan oleh La
Midjan adalah (2001 : 12) adalah sebagai berikut:
“sistem informasi akuntansi adalah suatu sistem pengolahan data
akuntansi yang terdiri dari koordinasi manusia, alat dan metode
berinteraksi dalam suatu wadah organisasi yang terstruktur untuk
menghasilkan informasi akuntansi keuangan dan informasi manajemen
yang terstruktur”.
Bila diterjemahkan secara bebas, maka dapat diartikan bahwa sistem
informasi akuntansi memproses data dan transaksi untuk menyediakan informasi
kepada para pemakai yang mereka butuhkan untuk melakukan perencanaan,
pengendalian dan pengoperasian bisnis mereka.
Berdasarkan kedua definisi tersebut, maka sistem informasi akuntansi yang
terdiri dari seperangkat manusia dan peralatan yang berpengaruh dalam pengolahan
data akuntansi untuk menghasilkan informasi akuntansi keuangan yang dapat menjadi
dasar bagi pimpinan perusahaan untuk mencapai tujuannya.

2.2.2 Unsur-unsur Sistem Informasi Akuntansi


Sistem informasi akuntansi yang diterapkan perusahaan bertujuan untuk
menyajikan laporan atau informasi bagi pihak internal maupun eksternal sebagai
dasar pengambilan keputusan.
Berdasarkan definisi sistem informasi akuntansi yang dikemukakan oleh
Bodnar dan diterjemakan oleh Amir Abadi Yusuf (2001;1), dapat diketahui unsur-
unsur informasi akuntansi yaitu :

1. Sumber Daya Manusia dan Alat


2. Data (formulir dan catatan)
3. Informasi
Penjelasan dari unsur-unsur tersebut adalah :
1. Sumber Daya Manusia dan Alat
Sistem informasi akuntansi membutuhkan sumber daya untuk dapat berfungsi.
Sumber daya dapat diklasifikasikan sebagai alat, data, bahan pendukung, sumber
daya manusia dan dana. Sistem informasi akuntansi pada umumnya diberi
namamenurut sumber daya yang digunakan. Suatu sistem informasi akuntansi
yang didominasi oleh sumber daya manusia dinamai sistem informasi akuntansi
manual. Jika suatu sistem informasi akuntansi melibatkan penggunaan komputer
dan perlengkapan-perlengkapannya dinamai sistem informasi akuntansi dengan
komputer (computer based accounting information system). Manusia merupakan
unsur sistem informasi akuntansi yang berperan dalam pengambilan keputusan,
apakah suatu sistem dapat dilaksanakan dengan baik atau tidak. Di samping itu,
manusia juga mengendalikan jalannya sistem, sedangkan alat merupakan unsur
sistem yang berperan dalam mempercepat pengolahan data, meningkatkan
kerapihan bentuk informasi.
2. Data (catatan dan formulir)
Berbagai data dimasukkan untuk diproses selama tahap masukkan. Data dalam
hal ini dapat disamakan dengan bahan baku pada proses produsi. Data dihasilkan
dari catatan-catatan berupa jurnal, buku besar dan buku tambahan. Data yang
dihasilkan oleh formulir-formulir yang digunakan sebagai bukti tertulis dari
transaksi. Contohnya : faktur penjualan, bukti pembayaran dan lain-lain.
3. Informasi
Informasi tersaji selama tahap keluaran. Hasil akhir dari sistem informasi
akuntansi adalah informasi akuntansi keuangan dan informasi akuntansi
manjemen. Informasi tersebut antara lain dapat berupa neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan laba ditahan, laporan harga pokok penjualan, laporan biaya
pemasaran, daftar umur piutang, daftar utang yang akan dibayarkan, daftar saldo
persediaan dan sebagainya. Jadi informasi untuk kepentingan pengguna (user)
yang berlainan
Sedangkan unsur-unsur sistem akuntansi menurut Mulyadi (2001;3) sebagai
berikut :
1. Formulir
2. Jurnal
3. Buku Besar
4. Buku Pembantu
5. Laporan
Penjelasan dari unsur-unsur sistem akuntansi tesebut adalah :
1. Formulir
Merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam terjadinya transaksi.
Formulir sering disebut dengan istilah dokumen, karena dengan formulir ini
peristiwa yang terjadi dalam organisasi direkam (didokumentasikan) di atas
secarik kertas. Formulir sering pula disebut dengan istilah media, karena formulir
merupakan media untuk mencatat peristiwa yang terjadi dalam organisasi ke
dalam catatan.
2. Jurnal
Merupakan catatan pertama yang digunakan untuk mencatat, mengklasifikasikan,
meringkas data keuangan dan data lainnya. Dalam jurnal ini data keuangan untuk
pertama kalinya diklasifikasikan menurut penggolongan yang sesuai dengan
informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan.
3. Buku Besar
Buku besar (general ledger) terdiri dari rekening-rekening yang digunakan untuk
meringkas data keuangan yang telah dicatat sebelumnya dalam jurnal. Rekening-
rekening dalam buku besar ini disediakan sesuai dengan unsur-unsur informasi
yang akan disajikan dalam laporan keuangan.
4. Buku Pembantu
Buku pembantu (subsdiary ledger) terdiri dari rekening-rekening pembantu yang
merinci data keuangan yang tercantum dalam rekening tertentu dalam buku besar.
5. Laporan
Hasil akhir proses akuntansi adalaha laporan keuangan yang dapat berupa neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan laba yang ditahan, laporan harga pokok
produksi, laporan biaya pemasaran, laporan harga pokok penjualan, daftar umur
piutang, daftar utang yang harus dibayar, daftar saldo persediaan yang lambat
penjualannya.
Sedangkan unsur-unsur system informasi akuntansi menurut Wilkinson
(2000;4) yang dialihbahasakan oleh Agus Maulana sebagai berikut :
1. Sumber daya manusia
2. Alat yang digunakan
3. Sistem dan prosedur yang digunakan

Unsur-unsur tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :


1. Sumber daya manusia
Manusia merupakan salah satu unsure system informasi akuntansi yang
paling berperan didalam pelaksanaan system informasi akuntansi
2. Alat-alat yang digunakan
Alat merupakan unsur dari sistem informasi akuntansi, mulai digunakan
pada saat terjadinya transaksi, pencatatan transaksi sampai dengan
dihasilkannya laporan. Alat yang yang dimaksud dapat berbentuk alat
sederhana seperti formulir, catatan, laporan sampai dengan alat teknologi
seperti computer.
3. System dan prosedur yang digunakan
Sistem dan prosedur merupakan gambaran yang mencakup seluruh
jalannya kegiatan, dari dimulainya kegiatan sampai pada saat berakhirnya
aktivitas tersebut, sehingga dengan adanya system dan prosedur
diharapkan suatu kegiatan operasional dapat dilaksanakan dengan efektif
dan ekonomis.

2.2.3 Fungsi Sistem Informasi Akuntansi


Fungsi sistem informasi akuntansi merupakan pengembangan dari sistem
akuntansi, sebagai salah satu fungsi sistem akuntansi adalah memberikan informasi
kepada pihak internal maupun pihak eksternal. Hal ini dapat dipenuhi oleh sistem
informasi akuntansi secara terperinci, seksama dan akurat.
Sistem tidak hanya menyediakan informasi, tetapi juga memperbaiki kualitas
struktur informasi dan ketepatan waktu dari informasi tersebut. Sistem informasi
akuntansi juga harus meningkatkan suatu pengendalian internal sehingga data
akuntansi dapat dipertanggungjawabkan serta tidak menyesatkan dalam suatu
pengambilan keputusan.
Fungsi utama sistem informasi akuntansi menurut La Midjan dan Azhar
Susanto (2001;30) adalah :
“Untuk mendorong seoptimal mungkin agar akuntansi dapat
menghasilkan berbagai informasi akuntansi yang berkualitas yaitu
informasi yang tepat waktu, relevan, akurat (dapat dipercaya) dan
lengkap, secara keseluruhan informasi akuntansi tersebut mengandung
arti dan berguna”.

Berdasarkan fungsi sistem akuntansi dapat disimpulkan bahwa :


1) Sistem informasi akuntansi dapat memberikan informasi yang relevan
2) Sistem informasi akuntansi dapat memberikan informasi yang dapat dipercaya
3) Sistem informasi akuntansi dapat memberikan informasi tepat waktu
4) Sistem informasi akuntansi dapat memberikan informasi secara lengkap
5) Sistem informasi akuntansi dapat memberikan informasi yang mudah dipahami
6) Sistem informasi akuntansi dapat memberikan informasi yang dapat diuji
kebenarannya

2.2.4 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi


Penyusunan sistem informasi akuntansi suatu perusahaan mempunyai
beberapa tujuan yang harus dipertimbangkan secara baik-baik. Tujuan utama dalam
penyusunan sistem informasi akuntansi bagi suatu perusahaan.
Sedangkan menurut La Midjan dan Azhar Susanto (2001;37) mengatakan
bahwa tujuan penyusunan sistem informasi akuntansi adalah sebagai berikut :
“1. Untuk meningkatkan informasi
2. Untuk meningkatkan sistem pengendalian internal
3. Untuk menekan biaya”.
Berdasarkan pernyataan tersebut, bahwa tujuan penyusunan sistem informasi
akuntansi tersebut adalah untuk meningkatkan mutu atau kualitas informasi, untuk
meningkatkan pengendalian internal dan untuk meminimalkan biaya-biaya.
Sedangkan tujuan sistem informasi akuntansi yang dikemukakan oleh
Cushing (2000;25) adalah :
1. An Accounting Information System (AIS) improve product or service by
increasing quality, reducity cost or adding destrable features.
2. An Accounting Information System increase efficiency.
3. An Accounting Information System increase provides timely and
reliable information to improve decision making.
4. An Accounting Information System provides a company with
competitive advantage.
5. An Accounting Information System improves communication.
6. An Accounting Information System she used know.

Dari pendapat diatas dapat diartikan sebagai berikut :


1. Suatu sistem informasi akan dapat menambah produk atau jasa dengan cara
meningkatkan kualitas, mengurangi biaya-biaya atau dengan menambah hal-hal
yang diinginkan.
2. Suatu sistem informasi akuntansi dapat meningkatkan efisiensi.
3. Suatu sistem informasi akuntansi menyediakan informasi yang dapat diandalkan
untuk membantu dalam mengambil keputusan.
4. Suatu sistem informasi akuntansi memberikan keuntungan yang kompetitif.
5. Suatu sistem informasi akuntansi dapat meningkatkan komunikasi.
6. Suatu sistem informasi akuntansi dapat meningkatkan penggunaan
pengetahuan.

2.3 Pengertian Efektivitas

Efektivitas merupakan suatu aspek penilaian terhadap prestasi manajemen


dalam mengelola perusahaan. Oleh karena itu, efektivitas mendapat perhatian khusus
dari manajemen. Efektivitas itu sendiri berkaitan denagn pencapaian tujuan
perusahaan yang telah ditetapkan yaitu profit yang memadai.
Untuk memahami pengertian dari efektivitas, berikut ini akan di uraikan
tentang pengertian efektivitas. Menurut Arens, A Alnin, Elder, dan Beansley (2003
:738) menjelaskan pengertian efektivitas sebagai berikut :
“Effectiveness refers to the accomplishment of the objectives, where as
efficiency refers to the resources used to achieve those objectives”.

Efektivitas menurut Anthony and Gouthdarajan (2001;111) adalah:

“……Efectiveness is determined by the relationship between a


responsibility centre’s output and it is objectives”.

Dari kedua definisi tersebut dapat diketahui bahwa efektivitas adalah


hubungan antara hasil (output) yang dicapai orgnisasi dengan sasaran yang ingin
dicapainya, jika hasil tersebut semakin mendekati sasaran atau tujuan maka semakin
efektif.
Jadi, efektivitas dapat diartikan sebagai suatu tingkat sampai dimana tujun
dari perusahaan atau organisasi dapat tercapai. Efektivitas dihubungkan dengan
penyelesaian suatu tujuan sedangkan efisiensi dihubungkan dengan sumber yang
digunakan suatu tercapainya suatu tujuan.

2.3.1 Sumber-Sumber Kriteria Efektivitas


Sumber-sumber kriteria efektifitas menurut Arens, Eldes dan Beasley
(2003;743) adalah :
1. Historical Performance
2. Comparable Performance
3. Engineered Standard
4. Discussion and Agreement

Berikut ini adalah penjelasan sumber kriteria efektifitas :


1. Kinerja historis
Adalah kinerja yang sederhana dapat didasarkan pada hasil aktual dari periode
sebelumnya
2. Kinerja yang dapat diperbandingkan
Dalam hal demikian data kinerja yang dapat diperbandingkan merupakan sumber
yang sangat baik untuk mengembangkan kriteria.
3. Standar rekayasa
Dapat dilakukan misalnya dengan studi waktu dan gerak, meskipun memakan
waktu dan biaya mungkin akan semakin sangat efektif dalam pemecahan masalah.
4. Diskusi dan kesepakatan
Pihak-pihak yang terlibat dalam proses ini harus mencakup kesatuan manajemen
yang diperiksa.

2.4 Pengendalian Internal

Bila aktivitas perusahaan terus meningkat, maka pengendalian internal pun


akan semakin sulit dilakukan, karena kesesuaian antara rencana yang ditetapkan dan
hasil yang akan diperoleh harus benar-benar diperhatikan. Dalam hal ini peranan
pengendalian internal sangatlah penting karena berpengaruh pada aktiva, kewajiban,
pendapatan, biaya dan kegiatan operasional perusahaan. Selain itu dengan
pengandalian internal yang efektif manajemen mampu mengendalikan aktivitas
perusahaan dengan baik dan diharapkan tingkat kesalahan dan penyimpangan dapat
dikurangi atau mungkin dapat dihilangkan.
Dengan berkembangnya efektifitas perusahaan, manajemen harus mampu
mengendalikan operasi perusahaan. Dalam hal ini pengendalian internal dibutuhkan
oleh manajemen untuk mengawasi semua aktivitas perusahaan termasuk pekerjaan
bawahan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.

2.4.1 Pengertian Pengendalian Internal

Berbagai usaha digunakan untuk mengartikan internal control. Sebagian


orang mengartikan istilah tersebut dengan pengawasan internal dan sebagian lain
mengartikan pengendalian internal. Istilah pengendalian internal mempunyai
pengertian yang berbeda-beda, tergantung pada karakter permasalahan yang dibahas.
Pengendalian internal dapat dibedakan menurut pengartian sempit dan luas.
Dengan pengertian sempit, istilah pengendalian internal dapat disamakan
dengan internal check yang merupakan suatu metode dan prosedur yang digunakan
oleh bagian akuntansi dan keuangan untuk meminimalkan internal errors,
melindungi harta perusahaan terhadap pencurian dan penyelewengan, memeriksa
pencatatan dan mengutamakan ketelitian data administrasi melalui perbandingan hasil
antara dua orang atau lebih mengenai suatu transaksi yang sama, namun saling tidak
mempengaruhi karena mereka bekerja secara bebas. Jadi, tujuan internal check
mencegah terjadinya kekeliruan atau kesalahan dalam kegiatan pencatatan, yaitu
menggunakan dua atau beberapa orang yang berbeda dan independen untuk
memperoleh hasil yang sama.
Pengendalian internal menurut yang dikemukakan oleh Committee of
Sponsoring Organization (COSO) yang dikutip oleh Arens, Elder dan Beasley
(2006;270) adalah :
“Internal control is a system of internal control consists of policies and
procedurs designed to provide management with reasonable assurance
that the company achieves its objective and goals.”

Pendapat lain menurut Marshall B. Romney dan Paul John Steinbart


(2006;339) memberikan pengertian sebagai berikut :
“internal control is broadly defined as aprocess, affected by an entity’s
board of director, management, and other personel, designed to provide
reasonable assurance regarding the achievement of objectiveness in the
following categories; effectiveness and efficiency of operations, reliability
of financial reporting, and compliance with applicable laws an
regulation”.

Dari pengertian yang dikemukakan diatas, maka penulis menarik kesimpulan


bahwa pengendalian internal terdiri dari berbagai kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan untuk memberikan keyakinan yang layak bahwa tujuan-tujuan organisasi
yang spesifik akan tercapai. Istilah struktur pengendalian internal adalah
mengisyaratkan tindakan-tindakan yang diambil di dalam organisasi untuk
mengarahkan aktivitas-aktivitas operasi perusahaan.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal adalah
suatu proses yang dijalankan oleh manusia (dari top manajemen sampai dengan staf
operasional) yang dirancang untuk memberikan jaminan yang meyakinkan bahwa
akan tercapainya tujuan-tujuan berikut: efisiensi dan efektivitas operasi, keandalan
informasi keuangan (penyajian laporan keuangan dapat dipercaya), ketaatan terhadap
ketentuan dan peraturan yang berlaku.

2.4.2 Unsur-unsur Pengendalian Internal

Suatu pengendalian internal yang baik dan memadai perlu adanya unsur-
unsur yang berhubungan secara langsung dengan tujuan pengendalian tersebut.
Unsur-unsur ini merupakan cara perusahaan untuk mencapai tujuannya.
Unsur-unsur pengendalian internal yang dikemukakan oleh Arens, Elder dan
Beasley (2003;274) terdiri dari 5 unsur yaitu :
1. Control Environment
2. Risk Assesment
3. Control Activities
4. Information and Communication
5. Monitoring

Unsur-unsur di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :


1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian menciptakan suasana pengendalian dalam suatu
organisasi dan mempengaruhi kesadaran personil organisasi ytentang
pengendalian. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua unsur
pengendalian intern yang lain yang membentuk disiplin dan struktur serta
mencerminkan sikap dan tindakan para pemilik dan manajer perusahaan
mengenai pentingnya pengendalian intern perusahaan. Efektifitas unsur
pengendalian intern sangat ditentukan oleh atmosfer yang diciptakan lingkungan
pengendalian.
Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan pengendalian terdiri dari :
a. Integrity and ethical value
b. Commitment to competence
c. Board of director/audit committee participation
d. Managements philosophy and operating style
e. Oeganizational structure
f. Assigment of authority and responsibility
g. Human resources policies and practies

Berbagai faktor yang mempengaruhi lingkungan pengendalian dapat dijelaskan


sebagai berikut :
a. Integritas dan Nilai-Nilai Etika
Efektifitas struktur pengendalian intern bersumber dari dalam diri orang yang
mendesain dan melaksanakannya. Struktur pengendalian intern yang memadai
harus dijalankan oleh orang-orang yang menjunjung tinggi integritas dan
memiliki nilai-nilai etika, agar tujuan pengendalian intern dapat terwujud,
manajemen harus menjunjung tinggi integritas artinya harus mampu mewujudkan
apa yang dikatakan atau apa yang telah menjadi komitmennya dan menjalankan
aktivitas bisnisnya dengan mengacu pada nilai-nilai etika.
b. Komitmen Terhadap Kompetensi
Kompetensi merupakan pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas dari pekerjaan seseorang. Komitmen terhadap kompetensi
mencakup pertimbangan manajemen dari tingkatan-tingkatan tersebut sehingga
menghasilkan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan.
c. Dewan Komisaris atau Komite Audit
Dewan komisaris adalah wakil dari pemegang saham dalam perusahaan perseroan
terbatas, yang berfungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan
oleh manajemen. Dewan ini berfungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang
dilaksanakan oleh manajemen. Dengan demikian dewan komisaris yang aktif
menjalankan fungsinya dapat menegah konsentrasi pengendalian internal yang
terlalu banyak di tangan manajemen.
d. Falsafah Manajemen dan Gaya Operasi
Melalui kegiatannya manajemen menyediakan petunjuk-petunjuk yang jelas
untuk melakukan pengendalian internal.
e. Struktur Organisasi
Struktur organisasi suatu satuan usaha membatasi garis tanggungjawab dan
wewenang yang ada. Ini biasanya juga menghubungkan garis arus komunikasi.
f. Pelimpahan Wewenang dan tanggung Jawab
Pembagian wewenang dan tanggung jawab yang jelas bertujuan memberi
kemudahan dalam pertanggungjawaban konsumsi sumber daya organisasi agar
tujuan organisasi tercapai. Pembebanan wewenang yang terlalu berlebihan akan
menimbulkan ketidakberesan dalam pelaksanaan wewenang tersebut.
g. Kebijakan dan Prosedur Kepegawaian
Aspek paling penting dalam sistem pengendalian adalah karyawan. Jika karyawan
kompeten dan dapat dipercaya, pengendalian lain boleh tidak ada dan laporan
kauangan yang andal tetap akan dihasilkan.
2. Penaksiran Resiko
Penaksiran resiko ini bertujuan untuk mengidentifikasi, menganalisa dan
mengelola resiko yang berhubungan dengan penyusunan laporan keuangan yang
akan dihasilkan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Penaksiran
resiko manajemen harus mencakup pertimbangan khusus terhadap resiko yang
dapat timbul dari perubahan keadaan, seperti bidang baru bisnis atau transaksi
yang memerlukan prosedur akuntansi yang belum pernah dikenal, perubahan
standar akuntansi, hukum dan peraturan, perubahan yang berkaitan dengan revisi
sistem dan teknologi baru yang digunakan untuk pengolahan informasi,
pertimbangan pesat entitas yang menuntut perubahan fungsi pengolahan dan
pelaporan informasi serta orang yang terlibat dalam fungsi tersebut.
3. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang secara umum
aktivitas pengendalian dikategorikan, yaitu :
• Review kerja
• Proses infomasi
• Pengendalian fisik
• Pemisahan fungsi
4. Informasi dan Komunikasi
Tujuan dari adanya sistem informasi dan komunikasi akuntansi adalah untuk
memulai, menyimpan, memproses dan melaporkan adanya suatu transaksi dan
untuk mempertahankan akuntabilitas dari asset-asset yang terkait.
5. Pemantauan
Pemantauan adalah proses penilaian kualitas kinerja struktur pengendalian
internal yang berkaitan dengan penilaian efektifitas rancangan dan operasi
struktur pengendalian internal secara periodik dan terus-menerus oleh manajemen
untuk melihat apakah telah dilaksanakan dengan semestinya dan telah diperbaiki
sesuai keadaan.

2.4.3 Tujuan Pengendalian Internal


Tujuan pengendalian internal menurut Arens, Elder dan Beasley (2006;270)
adalah sebagai berikut :

1. Reliability of financial reporting


2. Effectiveness and efficiency of operation
3. Compliance with applicable laws and regulations
Uraian dari tujuan pengendalian internal di atas adalah sebagai berikut :

1. Keandalan Laporan Keuangan


Artinya pengendalian internal harus mampu menyajikan informasi yang tepat dan
akurat sehingga dapat memberikan keyakinan yang memadai bahwa laporan
keuangan pun telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi.

2. Efektifitas dan Efisiensi Operasi


Pengendalian internal ditujukan untuk mendorong penggunaan sumber daya yang
ada secara efektif dan efisien, artinya dengan adanya pengendalian intern, maka
organisasi berusaha untuk meminimalisasi pemborosan dan pengulangan proses
dalam menjalankan aktivitasnya serta mencegah digunakannya sumber daya yang
tidak efisien.

3. Kesesuaian Peraturan dan Perundang-undangan yang berlaku


Dalam setiap perusahaan, manajemen pasti menetapkan hukum, peraturan dan
prosedur untuk mencapai tujuan perusahaan. Pengendalian intern dirancang untuk
memastikan bahwa semua anggota perusahaan telah mematuhi hukum, aturan,
prosedur yang telah ditetapkan tersebut.

Tujuan pengendalian internal tersebut merupakan hasil akhir dari


pengendalian intern yang baik (memadai), maka untuk menilai apakah pengendalian
intern itu telah memadai atau belum, kita tinggal melihat tercapainya ketiga tujuan
pengendalian intern tersebut.

Dalam pengendalian internal terdapat metode untuk memenuhi standar


pekerjaan lapangan seperti yang dikemukakan oleh Sunarto (2003;152) yaitu:

1. Mendapatkan pemahaman yang cukup tentang struktur


pengendalian internal yang berlaku pada perusahaan klien untuk
merencanakan audit.
2. Memperhitungkan risiko pengendalian untuk setiap asersi penting
yang terdapat pada saldo rekening, kelompok transaksi, dan
komponen pengungkapan dalam laporan keuangan
3. Merancang pengujian substantif untuk setiap asersi laporan
keuangan yang signifikan

Menurut Hiro Tugiman (2001;44) tujuan utama pengendalian internal


adalah :
1. Keandalan (reliabilitas dan integritas)
2. Kesesuaian dengan berbagai kebijaksanaan, rencana, prosedur dan
ketentuan perundang-undangan.
3. Perlindungan terhadap harta organisasi
4. Tercapainya berbagai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Maka pengendalian internal dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal


dilakukan untuk menyampaikan informasi dan memberikan keyakinan yang memadai
kepada manajemen, dewan komisaris dan personel lainnya. Struktur pengendalian
internal yang memadai harus dijalankan oleh orang-orang yang menjunjung tinggi
integritas dan memiliki nilai-nilai etika. Agar tujuan pengendalian internal tercapai,
maka manajemen harus menjunjung tinggi integritas artinya harus mampu
mewujudkan apa yang dikatakan atau apa yang telah menjadi komitmennya dan
menjalankan aktivitas bisnisnya dengan mengacu pada nilai-nilai etika yang sesuai
dengan kebijaksanaan, rencana dan prosedur yang telah ditetapkan perusahaan untuk
melindungi harta perusahaan dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.

2.4.4 Keterbatasan Pengendalian Internal


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pengendalian internal
dirancang untuk memberikan jaminan yang meyakinkan bahwa akan tercapainya
suatu tujuan. Tetapi dengan adanya pengendalian internal bukan berarti tidak ada
penyelewengan-penyelewengan dan kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan system
operasi perusahaan. Pengendalian internal sepenuhnya tidak dapat dianggap efektif
meskipun telah dirancang dengan baik, namun keberhasilannya tetap tergantung pada
kompetensi dan keandalan.
Keterbatasan pengendalian internal yang dikemukakan dalam IAI
(2001;4000.5) sebagai berikut :
“pengendalian internal, terlepas bagaimanapun baiknya desain maupun
pengoperasiannya, hanya dapat memberikan keyakinan memadai kepada
manajemen dan dewan komisaris tentang pencapaian tujuan entitas.
Kemungkinan pencapaian tujuan entitas dipengaruhi oleh keterbatasan bawaan
yang terdapat pada pengendalian intern. Hal ini mencakup kenyataan tentang
pertimbangan manusia dapat salah, dan kerusakan pengendalian intern dapat
terjadi karena kegagalan manusia seperti kesalahan yang sederhana. Disamping
itu, pengendalian dapat tidak berdaya karena kolusi dua orang atau lebih atau
karena manajemen melanggar pengendalian internal.”

Pengendalian internal yang diterapkan perusahaan ditujukan untuk mencapai


suatu sasaran namun pengendalian internal memiliki keterbatasan. Adapun
keterbatasan pengendalian internal menurut Mulyadi dan Kanaka Puradiredja
(2002;181) keterbatasan yang melekat dalam pengendalian internal adalah :
1. Kesalahan dalam pertimbangan
2. Gangguan
3. Kolusi
4. Pengabaian oleh manajemen
5. Biaya lawan manfaat

Adapun penjelasannya adalah :


1. Kesalahan dalam pertimbangan
Seringkali manajemen dan personel lain dapat salah dalam
mempertimbangkan keputusan bisnis yang diambil atau dalam melaksanakan
tugas rutin karena tidak memadainya informasi, keterbatasan waktu atau
tekanan lain.
2. Gangguan
Gangguan dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat terjadi karena
personel secara keliru memahami perintah atau membuat kesalahan karena
kelalaian, tidak adanya perhatian atau kelelahan. Perubahan yang bersifat
sementara atau permanen dalam personel atau dalam sistem dan prosedur
dapat pula mengakibatkan gangguan.
3. Kolusi
Tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan disebut dengan
kolusi (collusion). Kolusi dapat mengakibatkan bobolnya pengendalian
internal yang dibangun untuk melindungi kekayaan perusahaan dan tidak
terungkapnya ketidakberesan atau tidak terdeteksinya kecurangan oleh
pengendalian internal yang dirancang.
4. Pengabaian oleh manajemen
Manajemen dapat mengabaikan kebijakan atau prosedur yang telah ditetapkan
untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan pribadi manajer, penyajian
kondisi keuangan yang berlebihan atau kepatuhan semu.
5. Biaya lawan manfaat
Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan pengendalian internal tidak
boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian internal tersebut
karena pengukuran secara tepat baik biaya maupun manfaat biasanya tidak
mungkin dilakukan, manajemen harus memperkirakan dan
mempertimbangkan secara kuantitatif dan kualitatif dalam mengevaluasi
biaya dan manfaat suatu pengendalian internal.

2.4.5 Tujuan Pengendalian Internal Pendapatan

Tujuan pengendalian internal pendapatan menurut Arens dan Loebbeck yang


dialihbahasakan oleh Amir Abadi Yusuf (2002;324) adalah :

1. Pendapatan tercatat adalah untuk pendapatan aktual yang dilakukan


kepada pelanggan non fiktif (keberadaan)
2. Pendapatan yang ada telah dicatat (kelengkapan)
3. Pendapatan yang tercatat adalah untuk jumlah barang yang dikirim
dan ditagih dan dicatat dengan benar (akurasi)
4. Transaksi pendapatan diklasifikasikan dengan pantas (klasifikasi)
5. Pendapatan dicatat pada waktu yang tepat (tepat waktu)
6. Transaksi pendapatan dimasukkan dengan pantas dalam berkas
induk dan diikhtisarkan dengan benar (posting dan pengikhtisaran)
Berdasarkan uraian tersebut tujuan pengendalian internal pendapatan
merupakan perluasan dari tujuan pengendalian internal secara umum yaitu
meningkatkan kegiatan operasi yang efektif dan efisien, keandalan laporan keuangan,
kesesuaian hukum, dan peraturan perundang-undangan.

2.5 Pendapatan

Pendapatan merupakan penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan


yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan
jasa, bunga, royalty, dan sewa. Maksud dari pernyataan ini adalah mengatur
perlakuan akuntansi untuk pendapatan yang timbul dari transaksi dan peristiwa
ekonomi tertentu.

2.5.1 Pengertian Pendapatan

Menurut pernyataan IAI (2001;78) pengertian pendapatan adalah sebagai


berikut :
“Pendapatan adalah arus bruto dari manfaat ekonomi yang timbul
dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus
masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanam modal”.

Jelas disini bahwa penerimaan berupa uang maupun ekuivalen yang diterima
rumah sakit karena melakukan kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan termasuk juga
keuntungan lain yang diterima yang dikategorikan sebagai pendapatan rumah sakit.
Sumber pendapatan rumah sakit dapat dikategorikan menjadi :
1. Pendapatan operasi yang diperoleh dari pasien (pelayanan kesehatan)
2. Pendapatan operasi yang bukan diperoleh dari pasien
3. Pendapatan non operasi, misalnya sumbangan-sumbangan, subsidi pemerintah
atau yayasan.
2.5.2 Pengendalian atas Pendapatan Jasa Rawat Jalan dan Rawat Inap
Pengendalian pendapatan yang memadai akan memungkinkan penyelesaian
semua transaksi dengan sempurna dan tepat, disamping akan menjamin pada
efektivitas prosedur penerimaan dan keakuratan informasi mengenai aktivitas
penjualan, sehingga akan menjamin efektivitas penerimaan pendapatan.
Pengendalian yang memadai atas jasa rawat jalan dan rawat inap juga
menjamin kelancaran aktivitas penerimaan pendapatan oleh pihak rumah sakit.
Arens dan Loebbecke menyatakan pengendalian atas pendapatan
dikategorikan dalam lima kategori, yang disadur oleh Amir Abadi Yusuf
(2005;310), sebagaiberikut:
“a. Pemisahan tugas dan pelimpahan wewenang yang jelas
b. Dokumen dan catatan yang memadai
c. Pengamanan fisik atas aktiva dan catatan
d. Pemeriksaan tidak memihak atas pelaksanaan tugas
e. Otorisasi yang pantas atas transaksi dan aktivitas”.

Untuk lebih jelasnya lima kategori di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pemisahan tugas dan pelimpahan wewenang yang jelas
Struktur organisasi dan uraian tugas dalam suatu perusahaan harus
memungkinkan adanya pemisahan tugas dan pelimpahan wewenang
yang jelas. Pada prinsipnya:
a. Penyelesaian transaksi dan pencatatannya tidak boleh dilakukan oleh
satu orang untuk mencegah terjadinya pelaksanaan pekerjaan yang
ceroboh dan dimungkinkan adanya cross checking.
b. Pemisahan fungsi-fungsi penguasaan,penyimpanan,pelaksanaan, dan
pencatatan sehingga dapat mencegah terjadinya penyelewengan
Pemisahan tugas dan wewenang yang jelas pada sebuah rumah sakit
dilaksanakan dengan membagi fungsi operasional ke dalam lima bagian,
yaitu: management planning and control, pelayanan kesehatan,
penerimaan dan pengeluaran uang, administrasi dan kegiatan umum, dan
pendidikan.
Salah satu bentuk otorisasi dalam rumah sakit adalah dalam memberikan
potongan tarif bagi pasien yang tidak atau kurang mampu.

2. Dokumen dan pencatatan yang memadai


Catatan dan dokumen yang digunakan sebagai alat untuk membantu
kelancaran kerja, alat perekam menunjukan tanggung jawab setiap bagian
dalam proses tertentu, di samping dapat juga digunakan sebagai alat untuk
mencatat dan meringkas transaksi yang terjadi. Prinsip-prinsip dalam
membuat dan menggunakan catatan dan dokumen yaitu:
a. Bernomor urut untuk mencegah adanya dokumen yang hilang dan
sebagai alat bantu menemukan dokumen pada saat dibutuhkan kelak.
b. Dibuat pada saat transaksi terjadi atau segera setelah transaksi.
c. Bentuk sederhana sehingga mudah dimengerti.
d. Dirancang untuk berbagai kegunaan apabila mungkin untuk
mengurangi keanekaragaman dokumen yang dibuat.
e. Dirancang sedemikian rupa untuk memungkinkan penyajian.
3. Pengamanan fisik atas aktiva dan catatan
Pengamanan atas aktiva dan catatan merupakan jenis pengaman yang
penting dalam upaya meminimalisir risiko perusahaan dan kehilangan
aktiva dan catatan.
Pengamanan fisik atas aktiva perusahaan dilakukan melalui penyimpanan
kas dan surat berharga dalam lemari tahan api atau dalam safety deposit,
sedangkan pengamanan fisik untuk menunjang efektivitas prosedur
penerimaan pendapatan dan keberadaan dokumen, catatan, dan formulir
dilakukan dengan membuat catatan ganda dan penyimpanan dengan cara
yang baik.
4. Pemeriksaan Tidak Memihak Atas Pelaksanaan Tugas
Pemeriksaan tidak memihak dalam rumah sakit dilakukan oleh internal
auditor. Internal auditor tidak hanya memeriksa hal-hal yang berhubungan
dengan keuangan tapi juga mutu pelayanan dari rumah sakit tersebut.
5. Otorisasi yang Pantas Atas Transaksi dan Aktivitas
Setiap transaksi harus diotorisasi dengan pantas kalau pengendalian ingin
memuaskan. Otorisasi dapat berbentuk umum dan khusus. Otorisasi
umum berarti bahwa manajemen menyusun kebijakan bagi organisasi
untuk ditaati. Bawahan diinstruksikan untuk menerapkan otorisasi umum
ini dengan cara menyetujui seluruh transaksi dalam batas yang ditentukan
oleh kebijakan. Otorisasi khusus dilakukan terhadap transaksi individual.
Manajemen seringkali tidak dapat menyusun kebijakan umum otorisasi
untuk beberapa transaksi sehingga dibuat otorisasi berdasarkan kasus per
kasus.

2.6 Rumah Sakit


Dengan upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, rumah sakit
mempunyai peranan yang sangat penting, terutama di dalam memberikan jasa
pelayanan kesehatan. Rumah sakit merupakan suatu bentuk organisasi sosial ekonomi
yang memiliki tujuan utama memberikan jasa pelayanan di bidang kesehatan, baik
dalam bentuk pemeriksaan, perawatan, pengobatan, tindakan medis, dan tindakan
diagnosa lainnya yang dibutuhkan oleh pasien. Untuk lebih jelas, kita perlu
mengetahui lebih lanjut dari pengertian rumah sakit.

2.6.1 Pengertian Rumah Sakit

Berdasarkan jenis usahanya, rumah sakit merupakan suatu sarana di bidang


kesehatan yang memberikan pelayanan baik di bidang medis maupun non medis
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Sebagai organisasi nirlaba, rumah sakit umum berusaha memberikan
pelayanan dan perawatan kesehatan semaksimal mungkin kepada msyarakat. Hal ini
merupakan salah satu bagian dari fungsi rumah sakit.
Pengertian Rumah Sakit menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.5 / Menkes / pos 15 / 2005 adalah sebagai berikut:
“Rumah Sakit adalah suatu sarana upaya kesehatan dari pemerintah
maupun swasta yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan
kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga
kesehatan dan penelitian”.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari definisi di atas adalah bahwa rumah sakit
mempunyai fungsi memberikan pelayanan medis dan pelayanan penunjang medis,
juga sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu teknologi di bidang kesehatan
dan tujuan didirikannya rumah sakit adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dalam bidang kesehatan.
fungsi rumah sakit umum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.5 / Menkes / pos 17 / 2005 adalah sebagai berikut:
a. Tempat pengobatan (medical care) bagi penderita rawat jalan
maupun bagi penderita yang dirawat inap
b. Tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi di
bidang kesehatan
c. Tempat pendidikan ilmu atau latihan tenaga medis maupun para
medis
d. Tempat pencegahan dan peningkatan kesehatan.

Menurut pasal 5, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Bidang


kesehatan (2002;2) fungsi rumah sakit adalah sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan pelayanan medis
b. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non medis
c. Menyelenggarakan pelayanan dan arahan keperawatan
d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan
e. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
f. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan
g. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan.
Berdasarkan fungsi-fungsi rumah sakit di atas, maka jelaslah bahwa fungsi
rumah sakit tidak hanya dalam medis saja, tetapi juga di bidang non medis. Rumah
sakit dituntut untuk dapat memberikan pelayanan di bidang kesehatan secara lebih
profesional dan lebih berkualitas. Oleh karena itu, manajemen rumah sakit harus
dapat memanfaatkan sumber daya yang ada, baik sumber daya manusia, sumber daya
teknologi, maupun sumber daya modal secara lebih efektif dan efisien.
Di Indonesia, rumah sakit dapat dibedakan menjadi rumah sakit pemerintah
dan rumah sakit swasta. Perbedaan ini terletak pada siapa yang menyediakan dana,
dan disamping itu juga di dalam menjalankan operasinya, rumah sakit swasta
diwajibkan untuk menyediakan dana 25% dari fasilitas yang tersedia untuk pasien-
pasien kurang atau tidak mampu. Sedangkan rumah sakit pemerintah harus
menyediakan fasilitas untuk pasien-pasien kurang atau tidak mampu sebesar 75% dari
fasilitas tersedia.

2.6.2 Klasifikasi Rumah Sakit


Penggolongan rumah sakit di Indonesia dapat dibedakan berdasarkan
beberapa kategori, yaitu :
1. Penggolongan rumah sakit berdasarkan bentuk pelayanannya:
a. Rumah sakit umum, adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan semua jenis penyakit, dari yang bersifat dasar sampai dengan
sub spesialisasi.
b. Rumah sakit khusus, adalah rumah sakit yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan berdasarkan jenis penyakit tertentu atau disiplin ilmu.
c. Rumah sakit pendidikan, adalah rumah sakit umum yang dipergunakan
sebagai tempat pendidikan tenaga medis tingkat S1, S2, dan S3

2. Penggolongan rumah sakit berdasarkan penyelenggaraannya :


a. Rumah sakit pemerintahan, adalah rumah sakit yang dimiliki dan
diselenggarakan oleh :
1. Departemen Kesehatan
2. Pemerintah Daerah
3. ABRI
4. BUMN
b. Rumah sakit swasta, adalah rumah sakit yang dimiliki dan
diselenggarakan oleh :
a. Yayasan, yaitu yang sudah disahkan sebagai badan hukum.
b. Badan hukum lain yang bersifat sosial.
3. Penggolongan rumah sakit berdasarkan perbedaan tingkat, menurut
kemampuan pelayanan kesehatan yang dapat disediakan, yaitu
a. Rumah sakit kelas A, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medis spesialistik dan sub spesialistik.
b. Rumah sakit kelas B II, adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik luas dan sub
spesialistik terbatas.
c. Rumah sakit kelas B 1, adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik sekurang-
kurangnya ada satu jenis spesialistik.
d. Rumah sakit kelas C, adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medis spesialistik dalam empat cabang :
penyakit dalam, bedah, kebidanan atau penyakit kandungan, kesehatan
anak.
e. Rumah sakit kelas D, adalah rumah sakit umum yng mempunyai fasilitas
dan kemampuan sekurang-kurangnya pelayanan medis dasar (pelayanan
yang bersifat umum).

Klasifikasi ini merupakan klasifikasi rumah sakit pemerintah, sedangkan


untuk rumah sakit swasta belum ditentukan dan sementara ini mengikuti klasifikasi
rumah sakit pemerintah. Rumah sakit A dan rumah sakit B II dapat berfungsi juga
sebagai rumah sakit pendidikan

2.6.3 Organisasi Rumah Sakit

Penyelenggaraan rumah sakit mencakup pelaksanaan pelayanan kesehatan


dan pelaksanaan pelayanan administrasi. Pelayanan medis rumah sakit secara
langsung dilaksanakan oleh :
a. Staf medis, terdiri dari para dokter profesional dalam bidangnya masing-
masing. Dokter memiliki wewenang dan hak otonomi untuk menangani pasien
mereka. Wewenang ini melekat karena profesi tidak dapat dicampuri oleh
pihak-pihak yang tidak berkepentingan langung dalam penanganan pasien.
b. Staf perawatan, yang terdiri dari para perawat profesional yang bertugas untuk
memberi pertolongan kepada pasien atas dasar instruksi dokter.
c. Staf administrasi, urusan administrasi seperti penerimaan pembayaran,
penagihan piutang, pembayaran biaya, pengendalian terhadap pendapatan
ditangani oleh staf administrasi.
Sasaran staf medis diarahkan pada pengobatan pasien sedangkan pihak
manajemen berusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidup rumah sakit.
Koordinasi yang harmonis antar staf medis dan pihak manajemen diperlukan agar
tujuan di rumah sakit dapat tercapai, sebab pada dasarnya ketiga staf tersebut saling
bergantung satu sama lainnya.
Staf medis dan perawatan harus menyadari bahwa tanggung jawab mereka
tidak hanya sebatas pada pasien saja tetapi juga pada rumah sakit, demikian juga
dengan staf administrasi yang harus menyadari bahwa tanggung jawabnya tidak
hanya sekedar menyangkut hal mendapatkan uang dan sebagainya tetapi harus juga
menyangkut fungsi sosial rumah sakit.
2.6.4 Pemakai Jasa Rumah Sakit

Pemakai jasa rumah sakit (the users of hospital services) khususnya di


Indonesia dibedakan dalam tiga kategori :

1. Full Purchases
Pada kategori ini pemerintah dan perusahaan-perusahaan swasta merupakan
pelanggan yang terbesar.
2. Semi Buyers pelayanan
Yaitu pemakai jasa yang tidak atau belum dapat membayar penuh nota tagihan
rumah sakit.
3. Prodeo Users
Yaitu pemakai jasa yang sama sekali tidak sanggup membayar biaya perawatan
rumah sakit. Kelompok itu terbagi lagi ke dalam dua bagian, yaitu :
a. Kelompok yang secara material tidak sanggup membayar sesenpun
(disadvantage people).
b. Kelompok prodeo user “in optima forma” yang terdiri dari :
1. Mereka yang meninggalkan rumah sakit tanpa izin.
2. Mereka yang kurang puas dengan pelayanan rumah sakit.
3. Mereka yang mendapat privilege social (ditanggung oleh badan).

Selain itu pasien berdasarkan keadaannya dapat diklasifikasikan sebagai


berikut :
a. Emergency patient
b. Urgent Patient
c. Eletive Patient
Maksud dari masing-masing hal tersebut adalah sebagai berikut :
a. Emergency Patient
Kehidupan pasien menghadapi situasi ancaman kematian sehingga
memerlukan pengobatan sesegera mungkin.

a. Urgent Paient
Pasien memerlukan pengobatan segera, bila ada penundaan yang
berkepanjangan dapat menimbulkan bahaya terhadap kehidupan pasien.
b. Elective Patient
Keadaan pasien tidak membahayakan kehidupannya.

2.7 Peranan Sistem Informasi Akuntansi Pelayanan Jasa Rawat Jalan dan
Rawat Inap Dalam Menunjang Efektifitas Pengendalian Internal
Pendapatan Rumah Sakit

Sistem informasi akuntansi memproses data dan transaksi agar dapat


bermanfaat bagi kepentingan perencanaan, pengoperasian dan pengawasan. Hal ini
tidak terlepas penggunaannya untuk kepentingan pendapatan.
Sedangkan pengendalian intern adalah alat yang memberikan jaminan yang
memadai bahwa semua harta milik perusahaan terjamin, aktivitas operasional
perusahaan berjalan efektif dan efisien, serta keandalan laporan keuangan. Hal ini
akan berpengaruh kepada kelayakan data-data yang diperlukan untuk diolah menjadi
sebuah informasi.
Di sisi lain, pengendalian internal yang telah dijalankan harus ditunjang oleh
sistem informasi akuntansi yang memadai, agar pengendalian internal dapat tercapai
tujuannya yaitu keandalan laporan keuangan, efisiensi dan efektifitas operasi dan
mendorong kebijakan yang telah ditetapkan oleh pimpinan perusahaan.
Dalam sistem informasi akuntansi yang memadai terdapat pengendalian yang
melekat. Keefektifan pengendalian internal pendapatan dapat dicapai apabila sistem
informasi akuntansi lengkap dan dilaksanakan sesuai dengan seharusnya.
Dengan demikian bila dalam perusahaan telah melaksanakan sistem informasi
akuntansi yang memadai, dan ditunjang oleh unsur-unsur pengendalian internal yang
baik maka tujuan pengendalian internal pendapatan dapat tercapai.

You might also like