Professional Documents
Culture Documents
(IGD)
DI RSUD DR. ISKAK TULUNGAGUNG
PERIODE JULI-AGUSTUS 2018 : ADMINISTRATIF DAN KLINIS
Disusun oleh :
Diryati Barin Putri, S.Farm 172211101095
Rully Claudia Natasya, S.Farm 172211101104
Yona Dara Pertiwi, S.Farm 172211101114
Headwiq Indriastina Lissundy, S.Farm 172211101115
Tri Susiati, S.Farm 172211101116
Erlita Dinda Nur Imamah, S.Farm 172211101123
Rika Ratna Sari, S.Farm 172211101134
Muhimatul Fitria K, S.Farm 172211101138
Putri Efina Tsamrotul R, S.Farm 172211101139
Vabella Eka Rahmawati, S.Farm 172211101142
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2018
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4
2.1 Pengertian Resep ................................................................................................. 4
2.2 Penulisan Resep .................................................................................................. 4
2.3 Format Penulisan Resep ...................................................................................... 4
2.4 Persyaratan Menulis Resep dan Kaidahnya ........................................................ 5
2.5 Pengkajian Resep ................................................................................................ 6
2.6 Penulisan Resep Obat yang Rasional .................................................................. 7
2.7 Permasalahan dalam Menulis Resep ................................................................... 8
2.8 Medication Error ................................................................................................. 9
2.9 Interaksi Obat .................................................................................................... 10
2.10 Polifarmasi ........................................................................................................ 10
2.11 Tingkat Keparahan Interaksi Obat .................................................................... 10
BAB 3 METODE PENELITIAN ..................................................................................... 12
3.1 Rancangan Penelitian ........................................................................................ 12
3.2 Subjek Penelitian .............................................................................................. 12
3.3 Pengumpulan Data ............................................................................................ 12
3.4 Analisis Data ..................................................................................................... 12
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 13
4.1 Hasil .................................................................................................................. 14
4.2 Pembahasan....................................................................................................... 15
BAB 5 PENUTUP ............................................................................................................ 19
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 19
5.2 Saran ................................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 20
LAMPIRAN...................................................................................................................... 22
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
pengkajian dan pelayanan resep yang meliputi skrining administratif, farmasetik
dan klinis. Pada setiap tahap alur pelayanan resep dilakukan upaya pencegahan
terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error). Bentuk dan kekuatan
sediaan merupakan persyaratan farmasetik yang harus diperhatikan karena demi
mencegah adanya medication error. Faktor-faktor bahan obat yang menentukan
pemilihan bentuk sediaan obat dalam penulisan resep meliputi: (1) sifat-sifat
fisiko-kimia bahan obat; (2) hubungan aktivitas atau struktur kimia obat; (3) sifat
farmakokinetik bahan obat terhadap bioavailabilitas obat; dan (4) stabilitas obat.
Kekuatan sediaan berhubungan dengan dosis dan interval penggunaan obat.
RSUD Dr. Iskak Tulungagung merupakan rumah sakit rujukan yang
mengampu rujukan dari wilayah Kabupaten Trenggalek, Kota Blitar, Kabupaten
Blitar dan Kabupaten Pacitan sehingga banyak resep yang masuk ke rumah sakit.
Banyaknya resep yang masuk ke unit farmasi di RSUD dr. Iskak Tulungagung
memerlukan waktu proses pengolahan resep yang cepat dan waktu untuk
konseling terhadap pasien pun sangat singkat. Kondisi tersebut memerlukan
penanganan khusus untuk mencegah medication eror. Penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat dalam membantu meningkatkan kualitas pelayanan di RSUD dr.
Iskak Tulungagung.
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah
1.3 Tujuan
2
2. Untuk mengetahui persentase kelengkapan dan kesesuaian resep pada
skrining klinis di IGD Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tulungagung?
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
3. Prescriptio atau Ordonatio : nama obat dan jumlah serta bentuk sediaan
yang diinginkan.
4. Signatura : yaitu tanda cara pakai, regimen dosis pemberian, rute dan
interval waktu pemberian harus jelas untuk keamanan penggunaan obat
dan keberhasilan terapi.
5. Subscrioptio : yaitu tanda tangan/ paraf dokter penulis resep berguna
sebagai legalitas dan keabsahan resep tersebut.
6. Pro (diperuntukkan) : dicantumkan nama dan tanggal lahir pasien.
Teristimewa untuk obat narkotika juga hatus dicantumkan alamat pasien
(untuk pelaporan ke Dinkes setempat).
5
10. Hindari tulisan sulit dibaca hal ini dapat mempersulit pelayanan.
11. Resep merupakan medical record dokter dalam praktik dan bukti
pemberian obat kepada pasien yang diketahui oleh farmasi di apotek,
kerahasiaannya dijaga.
6
b. Duplikasi pengobatan
c. Alergi dan reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD)
d. Kontraindikasi
e. Interaksi obat
7
Kesalahan penulisan dan ketidaksesuaian pemilihan obat untuk penderita
tertentu dapat menimbulkan ketidaktepatan dosis, interaksi obat yang
merugikan, kombinasi antagonis dan duplikasi penggunaan. Penyampaian
obat untuk penderita biasanya dengan cara penulisan resep. Resep atau order
tersebut sebelum disiapkan harus dikaji terlebih dahulu oleh apoteker.
Pengkajian resep obat oleh apoteker sebelum disiapkan merupakan salah satu
kunci keterlibatan apoteker dalam proses penggunaan obat (Lia, 2007).
Pengkajian ketepatan atau evaluasi penulisan obat dalam resep, dilakukan
dengan mengacu pada kriteria atau standar penggunaan obat yang telah
ditetapkan terlebih dahulu. Kriteria tersebut pada umumnya dibuat oleh panitia
farmasi dan terapi didasarkan pada pustaka dan refleksi pengalaman klinik
dari staf medik di rumah sakit.
8
h. Tidak mencantumkan tanda tangan penulis resep.
2. Kesalahan dalam transkripsi
a. Saat datang ke rumah sakit, secara tidak sengaja tidak meresepkan
obat yang digunakan pasien sebelum ke rumah sakit.
b. Meneruskan kesalahan penulisan resep dari dokter yang
sebelumnya ketika menuliskan resep obat untuk pasien saat datang
ke rumah sakit.
c. Menyalin instruksi obat dengan tidak benar ketika menulis ulang di
daftar obat pasien.
d. Untuk resep yang dibawa pulang tanpa sengaja berbeda dengan
daftar obat yang diresepkan untuk pasien rawat inap (Cahyono,
2008).
9
2.9 Interaksi Obat
Interaksi obat merupakan satu dari delapan kategori masalah terkait
obat (drug-related problem) yang diidentifikasi sebagai kejadian atau keadaan
terapi obat yang dapat mempengaruhi outcome klinis pasien. Sebuah interaksi
obat terjadi ketika farmakokinetika atau farmakodinamika obat dalam tubuh
diubah oleh kehadiran satu atau lebih zat yang berinteraksi (Piscitelli, 2005).
2.10 Polifarmasi
Polifarmasi didefinisikan sebagai penggunaan bersamaan 5 macam
atau lebih obat-obatan oleh pasien yang sama. Namun, polifarmasi tidak
hanya berkaitan dengan jumlah obat yang dikonsumsi. Secara klinis,
kriteria untuk mengidentifikasi polifarmasi meliputi (Terrie, 2004):
1. Menggunakan obat-obatan tanpa indikasi yang jelas
2. Menggunakan terapi yang sama untuk penyakit yang sama
3. Penggunaan bersamaan obat-obatan yang berinteraksi
4. Penggunaan obat dengan dosis yang tidak tepat
5. Penggunaan obat-obatan lain untuk mengatasi efek samping obat.
(Terrie, 2004)
10
menyebabkan perubahan status klinis pasien, menyebabkan perawatan
tambahan, perawatan di rumah sakit dan atau perpanjangan lama tinggal di
rumah sakit. Contohnya adalah dalam kombinasi vankomisin dan
gentamisin perlu dilakukan monitoring nefrotoksisitas (Bailie, 2004).
3. Keparahan major
Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan major jika terdapat
probabilitas yang tinggi kejadian yang membahayakan pasien termasuk
kejadian yang menyangkut nyawa pasien dan terjadinya kerusakan
permanen (Bailie, 2004). Contohnya adalah perkembangan aritmia yang
terjadi karena pemberian eritromisin dan terfenadin (Piscitelii, 2005).
11
BAB 3
METODE PENELITIAN
12
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
13
Gambar 4.1 Diagram persentase kesalahan skrining administratif
4.1 Hasil
Hasil dari skrining resep pada peresepan Instalasi Gawat Darurat yellow
zone dan red zone adapun pesyaratan administrasi meliputi nama pasien (0%),
umur pasien (34%), nama dokter (9%), SIP (0%), alamat praktek (0%), paraf
dokter (0%), tanggal penulisan resep (33%) dan ruangan (24%). Kesalahan
skrining administratif terbesar terletak pada tidak adanya umur pasien.
14
Adapun persyaratan klinis meliputi duplikasi pengobatan (22%), alergi
dan reaksi obat tidak diinginkan (3%), interaksi obat (6%), polifarmasi (55%),
tepat dosis tepat pasien tepat obat tepat dosis tepat waktu pemberian cara
pemberian (14%) dan kontaindikasi (0%). Kesalahan skrining klinis terbesar
terletak pada polifarmasi.
4.2 Pembahasan
Penelitian persentase kesalahan skrining skrining resep meliputi skrining
administratif dan skrining klinis dari resep yang masuk ke Depo Farmasi Instalasi
Gawat Darurat pada yellow zone dan red zone. Jumlah resep pasien yang
dianalisis pada Depo Farmasi Instalasi Gawat Darurat ditetapkan sebanyak 280
resep. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih banyak ketidaklengkapan atau
kesalahan pada skrining administratif resep.
Adapun persyaratan administratif yang belum terlengkapi dalam resep
tersebut meliputi nama pasien (0%), umur pasien (34%), nama dokter (9%), SIP
(0%), alamat praktek (0%), paraf dokter (0%), tanggal penulisan resep (33%) dan
ruangan (24%). Kesalahan skrining administratif terbesar terletak pada tidak
adanya umur pasien artinya masih ada beberapa resep yang ditemukan tidak
mencantumkan komponen-komponen tersebut. Pentingnya pencantuman umur
pasien dalam penulisan resep merupakan salah satu aspek penting yang diperlukan
dalam perhitungan dosis. Data pasien dalam penulisan resep sangat penting karena
diperlukan dalam proses pelayanan peresepan sebagai pembeda identitas ketika
terdapat nama pasien yang sama agar tidak terjadi kesalahan pemberian obat pada
pasien sehingga pencapaian obat yang rasional dapat terpenuhi. Nama dokter, SIP,
alamat, telepon, paraf dokter, dan tanggal penulisan resep sangat penting dalam
penulisan resep agar ketika apoteker melakukan skrining resep kemudian terjadi
kesalahan mengenai kesesuaian dengan persyaratan dapat segera terkonfirmasi.
Format inscriptio suatu resep dari rumah sakit sedikit berbeda dengan resep
pada praktik dokter pribadi. Resep di Rumah Sakit dr.Iskak Tulungagung tidak
tercantum SIP dokter dan alamat praktek, akan tetapi dokter yang bekerja di
rumah sakit pasti memiliki SIP. Pencantuman SIP dalam resep diperlukan untuk
15
menjamin keamanan pasien, bahwa dokter tersebut mempunyai hak dan
dilindungi undang-undang dalam memberikan terapi pengobatan kepada pasien.
Menurut PERMENKES RI No.56 tahun 2014, izin operasional rumah sakit adalah
izin yang diberikan oleh pejabat yang bernaung sesuai kelas rumah sakit kepada
pengelola rumah sakit untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan di rumah
sakit setelah memenuhi persyaratan dan standar yang ditetapkan dalam Peraturan
Menteri Kesehatan.
Pada tabel 4.2 diketahui hasil kesalahan dari skrining klinis. Adapun
persyaratan klinis tersebut meliputi : duplikasi pengobatan, alergi dan ROTD,
interaksi obat, polifarmasi, tepat (pasien, obat, dosis, waktu pemberian dan cara
pemberian). Kesalahan skrining klinis terbesar terletak pada polifarmasi.
Polifarmasi dapat mengakibatkan interaksi antar obat dan efek samping obat serta
masalah yang juga berhubungan dengan obat-obatan (drug-related
problem=DRP) sehingga dapat mengganggu terapi pasien. Polifarmasi berkaitan
dengan underprescribing, penggunaan medikasi yang tidak tepat (termasuk
duplikasi terapi), dan ketidakpatuhan pasien dalam penggunaan obat (Andriane
dkk, 2016).
Selain polifarmasi, persyaratan yang lain yaitu penulisan dosis sediaan obat
harus ditulis dengan jelas agar terhindar dari kesalahan pemberian obat, jumlah,
dan dosis. Penulisan frekuensi pemberian obat penting dalam resep agar ketika
dalam proses pelayanan tidak terjadi kesalahan informasi penggunaan obat.
Skrining lain yaitu adanya interaksi obat yang berperan penting dalam terapi
pengobatan agar dalam proses pengobatan tidak terjadi hal yang dapat merugikan
pasien akibat adanya interaksi obat. Interaksi obat terjadi bila dua atau lebih obat
berinteraksi sehingga keefektifan obat berubah (Bilqis, 2015). Waktu penggunaan
obat bertujuan untuk mencapai efek terapi yang optimal. Duplikasi pengobatan
adalah dosis pengobatan dua kali lipat atau obat yang sama diberikan meskipun
melalui rute pemberian yang berbeda. Alergi adalah reaksi hipersensitif terhadap
suatu bahan obat atau makanan, meskipun diberikan dalam jumlah sedikit (Astuti,
2009).
16
Kesalahan skrinning klinis ini terjadi karena skrining klinis belum
dilakukan oleh petugas kefarmasian secara menyeluruh selain itu yang menjadi
alasan utama adalah jumlah pasien yang banyak dan kurangnya tenaga
kefarmasian di Rumah Sakit menyebabkan skrining belum dapat dilakukan untuk
semua resep pasien. Skrining klinis sangat diperlukan terutama dalam mengatasi
kesalahan resep (Prescribing errors) (Phalke dkk., 2011), frekuensi kesalahan
resep obat yang ditemukan tinggi diberbagai layanan kesehatan. Menurut Lofholm
dan Katzung, (2009), beberapa kesalahan dalam penulisan resep masih banyak
ditemukan dalam praktek sehari-hari seperti kurangnya informasi yang diberikan,
tulisan yang buruk sehingga menyebabkan kesalahan pemberian dosis dan rute
obat, serta peresepan obat yang tidak tepat.
Untuk menghindari kesalahan pengobatan, Apoteker dapat berperan nyata
dalam pencegahan terjadinya kesalahan pengobatan di Rumah Sakit melalui
kolaborasi dengan dokter dan pasien. Hal yang dapat dilakukan antara lain
(Depkes RI, 2008) :
a. Identifikasi pasien minimal dengan dua identitas, misalnya nama dan
nomor rekam medik/ nomor resep
b. Apoteker tidak boleh membuat asumsi pada saat melakukan interpretasi
resep dokter. Untuk mengklarifikasi ketidaktepatan atau ketidakjelasan
resep, singkatan, hubungi dokter penulis resep.
c. Dapatkan informasi mengenai pasien sebagai petunjuk penting dalam
pengambilan keputusan pemberian obat, seperti :
1) Data demografi (umur, beratbadan, jenis kela min) dan data klinis
(alergi, diagnosis dan hamil/menyusui). Contohnya, Apoteker perlu
mengetahui tinggi dan berat badan pasien yang menerima obat-obat
dengan indeks terapi sempit untuk keperluan perhitungan dosis.
2) Hasil pemeriksaan pasien (fungsi organ, hasil laboratorium,
tandatanda vital dan parameter lainnya). Contohnya, Apoteker harus
mengetahui data laboratorium yang penting, terutama untuk obat-obat
yang memerlukan penyesuaian dosis dosis (seperti pada penurunan
fungsi ginjal).
17
d. Apoteker harus membuat riwayat/catatan pengobatan pasien.
e. Strategi lain untuk mencegah kesalahan obat dapat dilakukan dengan
penggunaan otomatisasi (automatic stop order), sistem komputerisasi
(eprescribing) dan pencatatan pengobatan pasien seperti sudah disebutkan
diatas.
f. Permintaan obat secara lisan hanya dapat dilayani dalam keadaan
emergensi dan itupun harus dilakukan konfirmasi ulang untuk memastikan
obat yang diminta benar, dengan mengeja nama obat serta memastikan
dosisnya. Informasi obat yang penting harus diberikan kepada petugas
yang meminta/menerima obat tersebut. Petugas yang menerima
permintaan harus menulis dengan jelas instruksi lisan setelahmendapat
konfirmasi.
18
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil identifikasi skrining resep di RSUD dr.Iskak belum
dilakuakn secara menyeluruh, mayoritas skrining resep yang belum dilakukan
oleh petugas farmasi pada skrinning administratif resep yaitu umur pasien (34%),
tanggal penulisan resep (33%), dan ruangan (24%). Sedangkan skirnning klinis
resep yaitu duplikasi pengobatan (22%), alergi dan reaksi obat tidak diinginkan
(3%), interaksi obat (6%), polifarmasi (55%), tepat dosis tepat pasien tepat obat
tepat dosis tepat waktu pemberian cara pemberian (14%) dari total sampel 280
resep di Depo Farmasi Instalasi Gawat Darurat RSUD dr.Iskak Tulungagung.
5.2 Saran
Perlu dilakukan komunikasi yang bik antara dokter penulis resep, dan
tenaga kesehatan lain khususnya apoteker. Disarankan agar setiap menerima resep
apoteker harus melakukan kegiatan skrining resep untuk menghindari terjadinya
kekeliruan dapat pemberian obat yang diinginkan.
19
DAFTAR PUSTAKA
20
Mamarimbing, M., Fatimawali, Bodhi, W. 2012. Evaluasi Kelengkapan
Administratif Resep dari Dokter Spesialis Anak Pada Tiga Apotek di
Kota Manado. Program Studi Farm. Fmipa Unsrat Manado
Permenkes RI Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit.
Phalke, V.D., Phalke, D.B., Aarif, S.M.M., Mishra, A., Sikchi, S., 2011.
Prescription Writing Practices In A Rural Tertiary Care Hospital In
Western Maharashtra, India. Australas. Med. J. 4, 4–8.
Piscitelli, S. C., and Rodvold, K. A. 2005. Drug Interaction in Infection Disease
Second Edition. New Jersey: Humana Press
Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Terrie YC. 2004. Understanding and Managing Polypharmacy in the Elderly.
USA
21
LAMPIRAN
1. Tn. A
R/ Norephineprin Inj Keterangan :
Atropin sulfat inj Resep dengan polifarmasi
Diphenidramin inj
Ephineprin inj
Furosemide inj
Cetadrop inj
2. Tn. B
R/ Actilyse inj Keterangan
Keterangan: :
Aspilet tab Resep
Resep dengan
dengan polifarmasi
polifarmasi
Atorvastatin
Clopidogrel
Isdn
Prosogan
22
3. Ny. A
R/ Asetylsistein 200 mg Keterangan :
4. Ny. B
R/ captopril tab
Keterangan :
Furosemide inj
Resep dengan polifarmasi
ISDN
Laxadine syr
Levofloxacin fls
Metoclopramide inj
Nitroglycerin inj
Prosogan
5. Tn. C
R/ Aspilet
Clopidogrel Keterangan :
Atorvastatin Resep dengan polifarmasi
Captopril
Bisoprolol
ISDN
Diazepam
Laxadin syr
23
Lansoprazole
6. Tn. D
R/ Aspilet
Keterangan :
Captopril
Resep dengan polifarmasi
Clopidogrel
Concor 2,5
Furosemide
ISDN
Spironolacton
7. Tn. E
R/ Antasida doen Keterangan :
Diphenidramine Resep dengan polifarmasi
Dulcolax sup
Lansoprazole tab
Laxadine syr
Ondansetron
Ranitidine
24
8. Ny. S
Keterangan :
R/ Betahistin
Resep dengan polifarmasi
Diphenidramine
Domporidone
Flunarizine
Ondancetron
Ranitidine
9. Tn. X
R/ Asam tranexamat Keterangan :
Ondancetron
Prosogan
Santagesik
Sucralfate susp’
10. Tn. M
R/ Allopurinol 300 Keterangan :
Clopidogrel
Mecobalamin
Na Bicarbonat
Prosogan
Vicillin SX
25
R/ Atorvastatin
Captopril 25
Digoxin
Omeprazole
Spironolakton 25
14. Ny. I
Keterangan :
R/ Ambroxol
Resep dengan Polifarmasi
Ondancentron
Paracetamol I.V
26
Ranitidin
Santagesik
Ceftriaxon
15. Ny. M
R/ Aspar K
C.Carpin 2% Keterangan :
C.Tobroson MDS
Resep dengan Polifarmasi
Glauceta
Duplikasi Obat
Gliserin
Isotic Adretor 0.5%
Manitol
C.Timol 0.5%
16. Tn. S
Keterangan :
R/ Antasida tab
Resep dengan Polifarmasi
Ventolin neb
Duplikasi Obat
Methylprednisolon 125mg
Tidak memenuhi 5T1W
Metoclopramide
Santagesik
Ranitidin inj
27
Salbutamol tab
Ambroxol
Vit. B1
17. Tn. D
Keterangan :
R/ Amlodipin
Resep dengan Polifarmasi
Keterangan :
Ibuprofen
Tidak memenuhi 5T1W
Resep dengan Polifarmasi
Metronidazol
Tidak memenuhi 5T1W
Sukralfat
Valsartan
Prosogan
Santagesik
18. Ny. S
Keterangan : :
Keterangan
R/ Omeprazole
Tidak memenuhi 5T1W
Ranitidin
28
Thiampenicol
Sukralfat
Paracetamol
20. Tn. K
Keterangan :
R/ Aspilet
Resep dengan Polifarmasi
Clopidogrel 50
Tidak memenuhi 5T1W
ISDN
Prosogan
Furosemid inj
Avesco
21. Ny. S
Keterangan :
R/ Aspilet
Resep dengan Polifarmasi
Atorvastatin
29
Cetadop inj
ISDN
Laxadin
Ramipril 5
Valisanbe 2mg
23. Ny. S
R/ Ceftriaxon Keterangan :
Omeprazol Tidak memenuhi 5T1W
Santagesik
Tetagam 250IU
R/ Cefazolin
Gentamisin
Ondancentron
Santagesik
24. Tn. S
30
R/ Arixtra
Keterangan :
Aspilet
Resep dengan Polifarmasi
Avesco
Clopidogrel
Concor
Laxadin
Ramipril 5mg
Valisanbe 2mg
25. Tn. S
R/ Glauceta
Keterangan :
Ondancentron inj
Resep dengan Polifarmasi
Na.Phenytoin inj
Santagesik
Ranitidin
Omeprazole
26. Tn. T
Keterangan :
R/ Ceftriaxon
Resep dengan Polifarmasi
Omeprazol
31
Santagesik
Ranitidin
Tetagam 250 IU
Nicardipin
32