You are on page 1of 38

BAB I

PENDAHULUAN

Tuberkulosis (TB) paru merupakan masalah yang timbul tidak hanya di


negara berkembang, tetapi juga di negara maju. Tuberkulosis tetap merupakan
salah satu penyebab tingginya angka morbiditas dan mortalitas, baik di negara
1
berkembang maupun di negara maju.
Laporan mengenai TB anak jarang didapatkan. Diperkirakan jumlah kasus
TB anak per tahun adalah 5 - 6% dari total kasus TB. Pada tahun 1989, WHO
memperkirakan bahwa setiap tahun terdapat 1,3 juta kasus baru TB anak dan
1
450.000 anak usia < 15 tahun meninggal dunia karena TB.
Di Asia tenggara, selama 10 tahun, diperkirakan bahwa jumlah jumlah kasus
baru adalah 35,1 juta, 8% diantaranya (2,8 juta) disertai infeksi HIV. Menurut
WHO (1994), Indonesia menduduki peringkat ketiga dalam jumlah kasus baru TB
(0,4 juta kasus baru), setelah India (2,1 juta kasus) dan Cina (1,1 juta kasus).
2
Sebanyak 10% dari seluruh kasus terjadi pada anak berusia < 15 tahun.
Peningkatan jumlah kasus TB di berbagai tempat saat ini diduga disebabkan
oleh berbagai hal, yaitu: 1) diagnosis tidak tepat, 2) pengobatan tidak adekuat, 3)
program penanggulangan
penanggulangan tidak dilaksanakan dengan tepat, 4) infeksi endemik HIV,
5) migrasi penduduk, 6) mengobati sendiri ( self treatment ),
), 7) meningkatnya
2
kemiskinan dan 8) pelayanan kesehatan yang kurang memadai.
Mekanisme terjadinya manifestasi TB pada kulit salah satunya akibat
limfadenitis TB yang pecah sehingga menjadi skrofuloderma. Bentuk ini
2
merupakan manifestasi
manifestasi TB pada kulit
kuli t yang paling sering dijumpai.
Skrofuloderma merupakan bentuk tertua TB kutis yang disebutkan dalam
literatur kedokteran dan dikenal sebagai the king’s evil . Skrofuloderma adalah
bentuk TB kutis tersering di negara berkembang dan sebagian Eropa. Penyakit ini
menyerang semua usia mulai dari anak-anak, dewasa muda hingga orang tua.
Skrofuloderma merupakan hasil penjalaran secara perkontinuitatum dari organ di
bawah kulit yang menjadi fokus tuberkulosis. Biasanya berupa kelenjar limfe,
tulang atau sendi, kelenjar lakrimalis dan duktus yang terinfeksi TB sebelumnya.

1
Wajah, leher dan dinding dada adalah tempat predileksi utama lesi dari
3
skrofuloderma.
Salah satu masalah yang selalu terkait erat dengan TB yaitu masalah gizi
yang dalam hal ini adalah malnutrisi (Kekurangan Energi Protein/KEP). Prevalensi
yang tinggi terdapat pada anak dibawah usia 5 tahun. KEP diklasifikasikan menjadi
KEP derajat ringan (gizi kurang) dan KEP derajat berat (gizi buruk). Gizi kurang
belum menunjukkan gejala yang khas dan kelainan biokimia, hanya dijumpai
gangguan pertumbuhan. Telah lama diketahui adanya hubungan sinergis antara
4
KEP dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan status gizi.
Berdasarkan hasil penelitian Dudeng (2005), diketahui bahwa anak yang
mempunyai status gizi tidak baik memiliki risiko 3,28 kali lebih besar menderita
tuberkulosis dibandingkan dengan anak yang mempunyai status gizi baik.
Demikian pula dengan hasil penelitian Haryani (2007), yang menyimpulkan bahwa
status gizi kurang merupakan faktor yang paling dominan dalam kejadian
tuberkulosis pada anak dengan risiko sebesar 7,02 kali dibandingkan dengan anak 
4
yang mempunyai status gizi yang baik.
Berikut ini akan dilaporkan sebuah kasus pediatri pada seorang anak 
perempuan yang dirawat di BLU RSUP Prof. dr. R.D. Kandou Manado dengan
Tuberkulosis Paru, Limfadenitis Tuberkulosis dan Gizi Kurang.

2
BAB II
LAPORAN KASUS

TA, seorang anak perempuan, suku Gorontalo, berusia 11 tahun, masuk rumah
sakit BLU RSUP Prof. dr. R.D. Kandou Manado pada tanggal 11 Oktober 2011
 jam 01.15 WITA dengan
dengan keluhan
keluhan utama batuk darah yang
yang dialami penderita
penderita sejak 1
hari sebelum masuk rumah sakit dan bengkak di daerah leher sejak 1 tahun
sebelum masuk rumah sakit.

ANAMNESIS
Alloanamnesis (dari tante penderita)
Batuk dialami penderita sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit. Batuk disertai
lendir yang berwarna kuning. Batuk disertai darah dialami penderita sejak 1 hari
sebelum masuk rumah sakit. Batuk dengan darah segar, volume ± ¼ gelas aqua.
Batuk tidak disertai sesak.
Terdapat riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru tapi tidak jelas, hanya
berdasarkan laporan keluarga, yang mana ibu penderita meninggal karena muntah
darah dan ada riwayat batuk lama disertai darah.
Bengkak di leher dialami penderita sejak 1 tahun sebelum masuk rumah sakit.
Awalnya benjolan seperti biji jagung kemudian pecah dan keluar darah. Benjolan
tersebut timbul kembali dan saat ini benjolan tersebut semakin besar.
Riwayat demam sumer-sumer dialami penderita lebih dari 1 bulan sebelum masuk 
rumah sakit. Penderita juga sering berkeringat malam sampai harus mengganti baju
lebih dari 2 kali dalam semalam.
Nafsu makan penderita sangat menurun sehingga penderita malas makan. Buang
air besar (BAB) dan Buang air kecil (BAK) penderita normal dan tidak ada
masalah.
Penderita sudah berulang kali berobat ke dokter tapi belum ada perubahan.

Anamnesis Antenatal dan Perinatal


Selama hamil ibu penderita melakukan pemeriksaan antenatal sebanyak 5 kali
namun tidak teratur dan mendapatkan imunisasi TT tetapi tidak diketahui berapa

3
kali. Selama hamil ibu tidak menderita sakit. Riwayat batuk-batuk kronis
disangkal. Penderita lahir spontan letak belakang kepala di rumah, ditolong oleh
bidan, dengan berat lahir 3500 gram dan panjang badan yang tidak diketahui.

Penyakit Yang Sudah Pernah Dialami


Morbili :( )

Varicella :( )

Pertusis :( )

Diare : (+)
Cacing :( )

Batuk/pilek : (+)
Lain-lain :( )

Kepandaian dan Kemajuan Bayi


Membalik : 4 bulan
Tengkurap : 4 bulan
Duduk : 8 bulan
Merangkak : 11 bulan
Berdiri : 11 bulan
Berjalan : 11 bulan
Tertawa : 4 bulan
Berceloteh : 12 bulan
Memanggil mama
mama : 12 bulan
Memanggil papa : 12 bulan

Anamnesis Makanan Terperinci Sejak Bayi Sampai Sekarang


ASI : lahir - 12 bulan
PASI : 4 bulan - 12 bulan
Bubur susu : 4 bulan - 12 bulan
Bubur saring : 8 bulan - 12 bulan
Bubur halus
halus : 8 bulan - 12 bulan
Nasi lembek : 12 bulan - 24 bulan

4
Riwayat Imunisasi
Tidak lengkap dan tidak diketahui secara pasti.

Riwayat Keluarga
Ayah penderita berusia 54 tahun, pekerjaan sebagai pedagang di pasar dengan
pendidikan terakhir SD. Ibu penderita berusia 42 tahun, juga bekerja sebagai
pedagang pasar dengan pendidikan terakhir SD. Penderita merupakan anak kedua.
Ibu penderita meninggal karena sakit dengan gejala berupa batuk darah yang lama
disertai dengan penurunan berat badan, tanpa pernah memeriksakan diri ke sarana
kesehatan.

Silsilah Keluarga

Pasien

Keadaan Sosial, Ekonomi, Kebiasaan dan Lingkungan


Penderita tinggal bersama ayah dan tantenya di rumah yang beratap seng,
berdinding tripleks, lantai semen. Terdiri dari 1 kamar tidur yang dihuni oleh 2
orang dewasa dan 3 anak-anak. Terdapat 1 kamar mandi dan WC yang letaknya di
dalam rumah. Rumah tersebut kurang memiliki ventlasi yang baik, terdapat je ndela

5
sebanyak 2 buah. Sumber air minum dari air isi ulang, sumber penerangan listrik 
berasal dari PLN. Penanganan
Penanganan sampah dibuang di tempat pembuangan sampah.

PEMERIKSAAN FISIK
Berat badan : 24 kg
Tinggi badan : 138 cm
2
Status Gizi ( Z-score
 Z-score) : BMI = BB (kg) : TB (m)
2
= 24 : (1,38)
2
= 12,63 kg/m

terletak pada persentil -2 s/d -3 SD (Standar Deviasi) yang menunjukkan penderita


berada dalam gizi kurang (kurus).

Keadaan Umum : Tampak sakit


Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital : Tekanan darah = 100/60 mmHg
Nadi = 110 x/menit, reguler isi cukup
Respirasi = 28 x/menit

6
0
Suhu badan = 36,8 C
Kepala : Bentuk mesocephal, rambut hitam, tidak mudah dicabut, UUB
menutup
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, refleks kornea
kesan normal, refleks cahaya normal, lensa jernih, pupil bulat
isokor dengan diameter 3 mm/3 mm
Telinga : Dijumpai adanya sekret
Hidung : Tidak dijumpai deviasi septum, pernafasan cuping hidung tidak 
ada, tidak dijumpai adanya sekret
Mulut : Sianosis tidak ada, selaput mulut basah, terdapat karies dentis
Tonsil T1 - T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis
Leher : Terdapat pembesaran kelenjar getah bening berupa nodul pada
regio submandibula sinistra dengan diameter 3 x 1 cm, terdapat
pus dan darah, nyeri tekan (-)
Toraks : Bentuk simetris, ruang interkostal tidak melebar, tidak ada
retraksi
Jantung : Denyut jantung 110 x/menit, teratur, bunyi jantung I dan II
normal, tidak terdengar adanya bising
Paru-paru : Suara pernapasan bronkovesikular, tidak ditemukan adanya
ronki maupun wheezing
Abdomen : Bentuk datar, lemas, bising usus normal, hepar dan lien tidak 
teraba
Genitalia : Perempuan, tidak dijumpai adanya kelainan
Anggota gerak : Akral hangat, Capillary Refill Time ≤ 2”,
2” , kekuatan otot normal,
refleks fisiologis normal, refleks patologis tidak ada, tidak 
dijumpai edema

Hasil Laboratorium (11 Oktober 2011) :


 Malaria : negatif 
 Hematokrit : 27,7 % (37 - 47%)
 Hb : 9,1 gr/dL (12 - 16 gr/dl)
6 3 6 6 3
 Eritrosit : 3,99 x 10 mm (3,6 x 10 - 5,8 x 10 mm )

7
 Leukosit : 7.800/µL (4.000 - 10.000/µL)
 Trombosit : 302.000/µL (150.000 - 450.000/µL)
 Ureum : 16 mg/dL (10 - 50 mg/dL)
 Kreatinin : 0,9 mg/dL (0,6 - 1,4 mg/dL )
 Na : 135 mEq/L (135 - 145 mEq/L)
 K : 3,8 mEq/L (3,5 - 5 mEq/L)
 Cl : 105 mEq/L (98 - 108 mEq/L )

Hasil Rontgen Toraks :

Cor : Besar prominent , pinggang jantung melebar


Pulmo : Fibroinfiltrat dengan cavitas paru di kiri atas
Trakea di tengah.
Sinus kostofrenikus kanan dan kiri tajam.
Hemidiafragma kanan dan kiri baik.
 Alignment dan trabekulasi tulang masih baik.
Soft tissue dengan dinding normal.
Kesimpulan : KP aktif sinistra

8
SCORING TB
Riwayat kontak :2
Batuk ≥ 3 minggu :1
Demam ≥ 2 minggu : 1
Pembesaran
Pembesaran KGB :1
Gizi kurang :1
TB tulang/sendi :0
Tes Mantoux : belum dilakukan tes
Rontgen toraks :1
TOTAL SKOR :7

Diagnosa kerja :
Tuberkulosis paru, skrofuloderma dan gizi kurang

Terapi :
- HS) : 34 - 35 cc/jam 11 - 12 gtt/menit
IVFD NaCl 0,45% in D 5 (1/2 HS)
- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr IV (ST)
- Rencana OAT :
INH 10 mg/kgBB/hari  240mg
Rifampisin 10 mg/ kgBB/hari  240 mg
Pirazinamid 20 mg/kgBB/hari  500 mg

Anjuran :
Periksa LED, bloodsmear , FNAB (konsul Patologi Anatomi)

 FOLLOW UP
11 Oktober 2011
Keluhan : batuk disertai darah (+), benjolan di leher kiri (+)
Keadaan Umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis

9
Tanda vital : Tekanan darah = 100/60 mmHg
Nadi = 108 x/menit, reguler isi cukup
Respirasi = 28 x/menit
0
Suhu badan = 36,5 C
Kepala : Bentuk mesocephal, rambut hitam, tidak mudah dicabut, UUB
menutup
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, refleks kornea
kesan normal, refleks cahaya normal, lensa jernih, pupil bulat
isokor dengan diameter 3 mm/3 mm
Telinga : Dijumpai adanya sekret
Hidung : Tidak dijumpai deviasi septum, pernafasan cuping hidung tidak 
ada, tidak dijumpai adanya sekret
Mulut : Sianosis tidak ada, selaput mulut basah, terdapat karies dentis
Tonsil T1 - T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis
Leher : Terdapat pembesaran kelenjar getah bening berupa nodul pada
regio submandibula sinistra dengan diameter 3 x 1 cm, terdapat
pus, krusta, nyeri tekan (-)
: Terdapat pembesaran kelenjar getah bening pada regio kolli
ukuran 0,5 - 1 cm, nyeri tekan (-), mobile
Toraks : Bentuk simetris, ruang interkostal tidak melebar, tidak ada
retraksi
Jantung : Denyut jantung 108 x/menit, teratur, bunyi jantung I dan II
normal, tidak terdengar adanya bising
Paru-paru : Suara pernapasan bronkovesikular, tidak ditemukan adanya
ronki maupun wheezing
Abdomen : Bentuk datar, lemas, bising usus normal, hepar dan lien tidak 
teraba
Genitalia : Perempuan, tidak dijumpai adanya kelainan
Anggota gerak : Akral hangat, Capillary Refill Time ≤ 2”,
2” , kekuatan otot normal,
refleks fisiologis normal, refleks patologis tidak ada, tidak 
dijumpai edema
Diagnosa kerja : Tuberkulosis paru, sklofuloderma dan gizi kurang

10
Terapi : - IVFD NaCl 0,45% in D5 (1/2 HS) : 34 - 35 cc/jam 11 - 12
gtt/menit
- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr IV (hari I)
- Rencana OAT :
m g/kgBB/hari  240 mg
INH 10 mg/kgBB/hari
Rifampisin 10 mg/ kgBB/hari  240 mg
Pirazinamid 20 mg/kgBB/hari  500 mg
Anjuran : Matoux test 
Periksa Differential Count , BT, PT, CRP, kultur darah
Konsul Subdivisi Respiratologi
R espiratologi

12 Oktober 2011
Keluhan : batuk disertai darah (+), benjolan di leher kiri (+), demam (+)
Keadaan Umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital : Tekanan darah = 90/60 mmHg
Nadi = 120 x/menit, reguler isi cukup
Respirasi = 32 x/menit
0
Suhu badan = 38 C
Kepala : Bentuk mesocephal, rambut hitam, tidak mudah dicabut, UUB
menutup
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, refleks kornea
kesan normal, refleks cahaya normal, lensa jernih, pupil bulat
isokor dengan diameter 3 mm/3 mm
Telinga : Dijumpai adanya sekret
Hidung : Tidak dijumpai deviasi septum, pernafasan cuping hidung tidak 
ada, tidak dijumpai adanya sekret
Mulut : Sianosis tidak ada, selaput mulut basah, terdapat karies dentis
Tonsil T1 - T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis
Leher : Terdapat pembesaran kelenjar getah bening berupa nodul pada
regio submandibula sinistra dengan diameter 3 x 1 cm, terdapat
pus, krusta, nyeri tekan (-)

11
: Terdapat pembesaran kelenjar getah bening pada regio kolli
ukuran 0,5 - 1 cm, nyeri tekan (-), mobile
Toraks : Bentuk simetris, ruang interkostal tidak melebar, tidak ada
retraksi
Jantung : Denyut jantung 108 x/menit, teratur, bunyi jantung I dan II
normal, tidak terdengar adanya bising
Paru-paru : Suara pernapasan bronkovesikular, tidak ditemukan adanya
ronki maupun wheezing
Abdomen : Bentuk datar, lemas, bising usus normal, hepar dan lien tidak 
teraba
Genitalia : Perempuan, tidak dijumpai adanya kelainan
Anggota gerak : Akral hangat, Capillary Refill Time ≤ 2”,
2” , kekuatan otot normal,
refleks fisiologis normal, refleks patologis tidak ada, tidak 
dijumpai edema
Diagnosa kerja : Tuberkulosis paru, sklofuloderma dan gizi kurang
Terapi : - IVFD NaCl 0,45% in D5 (1/2 HS) : 34 - 35 cc/jam 11 - 12
gtt/menit
- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr IV (hari II)
- Sanmol sirup 3 x 2 cth (kalau panas)
panas)
- Rencana OAT :
m g/kgBB/hari  240 mg
INH 10 mg/kgBB/hari
Rifampisin 10 mg/ kgBB/hari  240 mg
Pirazinamid 20 mg/kgBB/hari  500 mg
Anjuran : Matoux test 
BT, PT, CRP, kultur darah
Sputum BTA

Hasil konsul Subdivisi Respiratologi :


- Periksa Mantoux test , sputum BTA
- FNAB
- Periksa Darah Lengkap, LED,  Differential count , SGOT, SGPT, ureum,
kreatinin

12
- Terapi OAT :
INH 240 mg  1 x 240 mg
Rifampisin 360 mg  1 x 360 mg
Pirazinamid 500 mg  1 x 500 mg
B6  1 x 1 tab

13 Oktober 2011
Keluhan : batuk disertai darah (+), benjolan di leher kiri (+), demam (-)
Keadaan Umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital : Tekanan darah = 100/70 mmHg
Nadi = 100 x/menit, reguler isi cukup
Respirasi = 28 x/menit
0
Suhu badan = 37,3 C
Kepala : Bentuk mesocephal, rambut hitam, tidak mudah dicabut, UUB
menutup
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, refleks kornea
kesan normal, refleks cahaya normal, lensa jernih, pupil bulat
isokor dengan diameter 3 mm/3 mm
Telinga : Dijumpai adanya sekret
Hidung : Tidak dijumpai deviasi septum, pernafasan cuping hidung tidak 
ada, tidak dijumpai adanya sekret
Mulut : Sianosis tidak ada, selaput mulut basah, terdapat karies dentis
Tonsil T1 - T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis
Leher : Terdapat pembesaran kelenjar getah bening berupa nodul pada
regio submandibula sinistra dengan diameter 3 x 1 cm, terdapat
pus, krusta, nyeri tekan (-)
: Terdapat pembesaran kelenjar getah bening pada regio kolli
ukuran 0,5 - 1 cm, nyeri tekan (-), mobile
Toraks : Bentuk simetris, ruang interkostal tidak melebar, tidak ada
retraksi

13
Jantung : Denyut jantung 108 x/menit, teratur, bunyi jantung I dan II
normal, tidak terdengar adanya bising
Paru-paru : Suara pernapasan bronkovesikular, tidak ditemukan adanya
ronki maupun wheezing
Abdomen : Bentuk datar, lemas, bising usus normal, hepar dan lien tidak 
teraba
Genitalia : Perempuan, tidak dijumpai adanya kelainan
Anggota gerak : Akral hangat, Capillary Refill Time ≤ 2”,
2” , kekuatan otot normal,
refleks fisiologis normal, refleks patologis tidak ada, tidak 
dijumpai edema
Diagnosa kerja : Tuberkulosis paru, sklofuloderma dan gizi kurang
Terapi : - IVFD NaCl 0,45% in D5 (1/2 HS) : 34 - 35 cc/jam 11 - 12
gtt/menit
- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr IV (hari III)
- Sanmol sirup 3 x 2 cth (kalau panas)
panas)
- OAT :
INH 240 mg + B6 480 mg  2 x 1 pulv
Rifampisin 10 mg/ kgBB/hari  1 x 240 mg pulv
Pirazinamid 20 mg/kgBB/hari  1 x 500 mg pulv
Anjuran : Mantoux test 
BT, PT, CRP, kultur darah
Sputum BTA
Hasil Mantoux test : Positif  Indurasi : 25 mm

14 Oktober 2011
Keluhan : batuk disertai darah (+), benjolan di leher kiri (+), demam (-)
Keadaan Umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital : Tekanan darah = 100/70 mmHg
Nadi = 96 x/menit, reguler isi cukup
Respirasi = 32 x/menit
0
Suhu badan = 36,3 C

14
Kepala : Bentuk mesocephal, rambut hitam, tidak mudah dicabut, UUB
menutup
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, refleks kornea
kesan normal, refleks cahaya normal, lensa jernih, pupil bulat
isokor dengan diameter 3 mm/3 mm
Telinga : Dijumpai adanya sekret
Hidung : Tidak dijumpai deviasi septum, pernafasan cuping hidung tidak 
ada, tidak dijumpai adanya sekret
Mulut : Sianosis tidak ada, selaput mulut basah, terdapat karies dentis
Tonsil T1 - T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis
Leher : Terdapat pembesaran kelenjar getah bening berupa nodul pada
regio submandibula sinistra dengan diameter 3 x 1 cm, terdapat
pus, krusta, nyeri tekan (-)
: Terdapat pembesaran kelenjar getah bening pada regio kolli
ukuran 0,5 - 1 cm, nyeri tekan (-), mobile
Toraks : Bentuk simetris, ruang interkostal tidak melebar, tidak ada
retraksi
Jantung : Denyut jantung 108 x/menit, teratur, bunyi jantung I dan II
normal, tidak terdengar adanya bising
Paru-paru : Suara pernapasan bronkovesikular, tidak ditemukan adanya
ronki maupun wheezing
Abdomen : Bentuk datar, lemas, bising usus normal, hepar dan lien tidak 
teraba
Genitalia : Perempuan, tidak dijumpai adanya kelainan
Anggota gerak : Akral hangat, Capillary Refill Time ≤ 2”,
2” , kekuatan otot normal,
refleks fisiologis normal, refleks patologis tidak ada, tidak 
dijumpai edema
Diagnosa kerja : Tuberkulosis paru, sklofuloderma dan gizi kurang
Terapi : - IVFD NaCl 0,45% in D5 (1/2 HS) : 34 - 35 cc/jam 11 - 12
gtt/menit
- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr IV (hari IV)
- Sanmol sirup 3 x 2 cth (kalau panas)
panas)

15
- OAT :
INH 240 mg + B6 480 mg  1 x 1 pulv
Rifampisin 1 x 360 mg pulv
Pirazinamid 1 x 500 mg pulv
Anjuran : FNAB
Sputum BTA
Urinalisis lengkap, feses lengkap
Hasil Blood smear, LED, Differential count :
 Blood smear :
Kesan : Anemia ringan; normokromik
normokromik normositik, leukosit normal,
normal, trombosit
normal  suspek Anemia Penyakit Kronis
LED (0 - 20 mm/jam) : Jam I = 65 mm
Jam II = 110 mm
 Differential count  : 0/2/2/64/22/10
Hasil pemeriksaan kimia darah :
SGOT : 12 U/L (2 - 31 U/L)
SGPT : 8 U/L (2 - 34 U/L)
Fe (SI) : 58 µ g/dL (40 - 175 µ g/dL)
TIBC : 284 µ g/dL (250 - 400 µ g/dL)
UIBC : 226 µ g/dL (150 - 300 µ g/dL)
Saturasi Transferin : 20% (20 - 45 %)

15 Oktober 2011
Keluhan : batuk (+) darah (-), benjolan di leher kiri (+), demam (-)
Keadaan Umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital : Tekanan darah = 100/70 mmHg
Nadi = 110 x/menit, reguler isi cukup
Respirasi = 32 x/menit
0
Suhu badan = 36,5 C
Kepala : Bentuk mesocephal, rambut hitam, tidak mudah dicabut, UUB
menutup

16
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, refleks kornea
kesan normal, refleks cahaya normal, lensa jernih, pupil bulat
isokor dengan diameter 3 mm/3 mm
Telinga : Dijumpai adanya sekret
Hidung : Tidak dijumpai deviasi septum, pernafasan cuping hidung tidak 
ada, tidak dijumpai adanya sekret
Mulut : Sianosis tidak ada, selaput mulut basah, terdapat karies dentis
Tonsil T1 - T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis
Leher : Terdapat pembesaran kelenjar getah bening berupa nodul pada
regio submandibula sinistra dengan diameter 3 x 1 cm, terdapat
pus, krusta, nyeri tekan (-)
: Terdapat pembesaran kelenjar getah bening pada regio kolli
ukuran 0,5 - 1 cm, nyeri tekan (-), mobile
Toraks : Bentuk simetris, ruang interkostal tidak melebar, tidak ada
retraksi
Jantung : Denyut jantung 108 x/menit, teratur, bunyi jantung I dan II
normal, tidak terdengar adanya bising
Paru-paru : Suara pernapasan bronkovesikular, tidak ditemukan adanya
ronki maupun wheezing
Abdomen : Bentuk datar, lemas, bising usus normal, hepar dan lien tidak 
teraba
Genitalia : Perempuan, tidak dijumpai adanya kelainan
Anggota gerak : Akral hangat, Capillary Refill Time ≤ 2”,
2” , kekuatan otot normal,
refleks fisiologis normal, refleks patologis tidak ada, tidak 
dijumpai edema
Diagnosa kerja : Tuberkulosis paru, sklofuloderma dan gizi kurang
Terapi : - IVFD NaCl 0,45% in D5 (1/2 HS) : 34 - 35 cc/jam  11 - 12
gtt/menit
- Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr IV (hari V)  stop
- Sanmol sirup 3 x 2 cth (kalau panas)
panas)
- OAT :
INH 240 mg + B6 480 mg  1 x 1 pulv

17
Rifampisin 1 x 360 mg pulv
Pirazinamid 1 x 500 mg pulv
Anjuran : Sputum BTA
Urinalisis lengkap, feses lengkap
Konsul Subdivisi Gizi
Konsul Kulit
Konsul Mata

Hasil Konsul Gizi : BB : 24 kg


BB Ideal : 33 kg
Kebutuhan energi : 1.551 kkal/hari
Kebutuhan protein : 33 gr/hari
Kebutuhan lemak : 99 - 132 gr/hari
Kebutuhan cairan : 2.310 - 2.805
2.805 ml/hari
Hasil Pemeriksaan Sputum I :
 Makroskopis
Warna : putih keabuan
 Mikroskopis
BTA : negatif 
Hasil Urinalisis :
 Warna : kuning tua
 Kejernihan : agak keruh
 Sedimen
Sel epitel : positif (+)
Leukosit : 3 - 5/LPB
Eritrosit : 0 - 1/LPB
Silinder : negatif 
Kristal : negatif 
Komponen lain : negatif 
 Uji Carik Celup
Berat jenis : 1,015
pH :6

18
Leukosit : positif (+)
Nitrit : negatif 
Protein : negatif 
Glukosa : normal
Keton : negatif 
Urobilinogen : positif (+)
Bilirubin : negatif 
Darah : negatif 

16 Oktober 2011
Keluhan : batuk (+) menurun, benjolan di leher kiri (+), demam (-)
Keadaan Umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital : Tekanan darah = 90/60 mmHg
Nadi = 120 x/menit, reguler isi cukup
Respirasi = 32 x/menit
0
Suhu badan = 36,5 C
Kepala : Bentuk mesocephal, rambut hitam, tidak mudah dicabut, UUB
menutup
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, refleks kornea
kesan normal, refleks cahaya normal, lensa jernih, pupil bulat
isokor dengan diameter 3 mm/3 mm
Telinga : Dijumpai adanya sekret
Hidung : Tidak dijumpai deviasi septum, pernafasan cuping hidung tidak 
ada, tidak dijumpai adanya sekret
Mulut : Sianosis tidak ada, selaput mulut basah, terdapat karies dentis
Tonsil T1 - T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis
Leher : Terdapat pembesaran kelenjar getah bening berupa nodul pada
regio submandibula sinistra dengan diameter 3 x 1 cm, terdapat
pus, krusta, nyeri tekan (-)
: Terdapat pembesaran kelenjar getah bening pada regio kolli
ukuran 0,5 - 1 cm, nyeri tekan (-), mobile

19
Toraks : Bentuk simetris, ruang interkostal tidak melebar, tidak ada
retraksi
Jantung : Denyut jantung 108 x/menit, teratur, bunyi jantung I dan II
normal, tidak terdengar adanya bising
Paru-paru : Suara pernapasan bronkovesikular, tidak ditemukan adanya
ronki maupun wheezing
Abdomen : Bentuk datar, lemas, bising usus normal, hepar dan lien tidak 
teraba
Genitalia : Perempuan, tidak dijumpai adanya kelainan
Anggota gerak : Akral hangat, Capillary Refill Time ≤ 2”,
2” , kekuatan otot normal,
refleks fisiologis normal, refleks patologis tidak ada, tidak 
dijumpai edema
Diagnosa kerja : Tuberkulosis paru, sklofuloderma dan gizi kurang
Terapi : - Aff infus
- Sanmol sirup 3 x 2 cth (kalau panas)
panas)
- OAT :
INH 240 mg + B6 480 mg  1 x 1 pulv
Rifampisin 1 x 360 mg pulv
Pirazinamid 1 x 500 mg pulv
Hasil Pemeriksaan Sputum (II) :
 Makroskopis
Warna : putih keabuan
 Mikroskopis
BTA : negatif 
Hasil Konsul Kulit :
Regio kolli sinistra terdapat nodul soliter ukuran diameter 2 cm, erosi (+),
tertutup krusta kekuningan, pus (-)
Hasil Konsul Mata :
Tidak ditemukan kelainan yang dikeluhkan

17 Oktober 2011
Keluhan : batuk (-), benjolan di leher kiri (+), demam (-)

20
Keadaan Umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital : Tekanan darah = 90/60 mmHg
Nadi = 80 x/menit, reguler isi cukup
Respirasi = 28 x/menit
0
Suhu badan = 36,1 C
Kepala : Bentuk mesocephal, rambut hitam, tidak mudah dicabut, UUB
menutup
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, refleks kornea
kesan normal, refleks cahaya normal, lensa jernih, pupil bulat
isokor dengan diameter 3 mm/3 mm
Telinga : Dijumpai adanya sekret
Hidung : Tidak dijumpai deviasi septum, pernafasan cuping hidung tidak 
ada, tidak dijumpai adanya sekret
Mulut : Sianosis tidak ada, selaput mulut basah, terdapat karies dentis
Tonsil T1 - T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis
Leher : Terdapat pembesaran kelenjar getah bening berupa nodul pada
regio submandibula sinistra dengan diameter 3 x 1 cm, terdapat
pus, krusta, nyeri tekan (-)
: Terdapat pembesaran kelenjar getah bening pada regio kolli
ukuran 0,5 - 1 cm, nyeri tekan (-), mobile
Toraks : Bentuk simetris, ruang interkostal tidak melebar, tidak ada
retraksi
Jantung : Denyut jantung 108 x/menit, teratur, bunyi jantung I dan II
normal, tidak terdengar adanya bising
Paru-paru : Suara pernapasan bronkovesikular, tidak ditemukan adanya
ronki maupun wheezing
Abdomen : Bentuk datar, lemas, bising usus normal, hepar dan lien tidak 
teraba
Genitalia : Perempuan, tidak dijumpai adanya kelainan

21
Anggota gerak : Akral hangat, Capillary Refill Time ≤ 2”,
2” , kekuatan otot normal,
refleks fisiologis normal, refleks patologis tidak ada, tidak 
dijumpai edema
Diagnosa kerja : Tuberkulosis paru, sklofuloderma dan gizi kurang
Terapi : - Sanmol sirup 3 x 2 cth (kalau panas)
- OAT :
INH 240 mg + B6 480 mg  1 x 1 pulv
Rifampisin 1 x 360 mg pulv
Pirazinamid 1 x 500 mg pulv

18 Oktober 2011
Keluhan : batuk (-), benjolan di leher kiri (+), demam (-)
Keadaan Umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital : Tekanan darah = 90/60 mmHg
Nadi = 88 x/menit, reguler isi cukup
Respirasi = 28 x/menit
0
Suhu badan = 36,4 C
Kepala : Bentuk mesocephal, rambut hitam, tidak mudah dicabut, UUB
menutup
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, refleks kornea
kesan normal, refleks cahaya normal, lensa jernih, pupil bulat
isokor dengan diameter 3 mm/3 mm
Telinga : Dijumpai adanya sekret
Hidung : Tidak dijumpai deviasi septum, pernafasan cuping hidung tidak 
ada, tidak dijumpai adanya sekret
Mulut : Sianosis tidak ada, selaput mulut basah, terdapat karies dentis
Tonsil T1 - T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis
Leher : Terdapat pembesaran kelenjar getah bening berupa nodul pada
regio submandibula sinistra dengan diameter 3 x 1 cm, terdapat
pus, krusta, nyeri tekan (-)

22
: Terdapat pembesaran kelenjar getah bening pada regio kolli
ukuran 0,5 - 1 cm, nyeri tekan (-), mobile
Toraks : Bentuk simetris, ruang interkostal tidak melebar, tidak ada
retraksi
Jantung : Denyut jantung 108 x/menit, teratur, bunyi jantung I dan II
normal, tidak terdengar adanya bising
Paru-paru : Suara pernapasan bronkovesikular, tidak ditemukan adanya
ronki maupun wheezing
Abdomen : Bentuk datar, lemas, bising usus normal, hepar dan lien tidak 
teraba
Genitalia : Perempuan, tidak dijumpai adanya kelainan
Anggota gerak : Akral hangat, Capillary Refill Time ≤ 2”,
2” , kekuatan otot normal,
refleks fisiologis normal, refleks patologis tidak ada, tidak 
dijumpai edema
Diagnosa kerja : Tuberkulosis paru, sklofuloderma dan gizi kurang
Terapi : - Sanmol sirup 3 x 2 cth (kalau panas)
- OAT :
INH 240 mg + B6 480 mg  1 x 1 pulv
Rifampisin 1 x 360 mg pulv
Pirazinamid 1 x 500 mg pulv
Hasil FNAB :
Limfadenitis tuberkulosa dengan infeksi sekunder.

19 Oktober 2011
Keluhan : batuk (+) sedikit, benjolan di leher kiri (+), demam (-)
Keadaan Umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital : Tekanan darah = 90/60 mmHg
Nadi = 80 x/menit, reguler isi cukup
Respirasi = 24 x/menit
0
Suhu badan = 36,2 C

23
Kepala : Bentuk mesocephal, rambut hitam, tidak mudah dicabut, UUB
menutup
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, refleks kornea
kesan normal, refleks cahaya normal, lensa jernih, pupil bulat
isokor dengan diameter 3 mm/3 mm
Telinga : Dijumpai adanya sekret
Hidung : Tidak dijumpai deviasi septum, pernafasan cuping hidung tidak 
ada, tidak dijumpai adanya sekret
Mulut : Sianosis tidak ada, selaput mulut basah, terdapat karies dentis
Tonsil T1 - T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis
Leher : Terdapat pembesaran kelenjar getah bening berupa nodul pada
regio submandibula sinistra dengan diameter 3 x 1 cm, terdapat
pus, krusta, nyeri tekan (-)
: Terdapat pembesaran kelenjar getah bening pada regio kolli
ukuran 0,5 - 1 cm, nyeri tekan (-), mobile
Toraks : Bentuk simetris, ruang interkostal tidak melebar, tidak ada
retraksi
Jantung : Denyut jantung 108 x/menit, teratur, bunyi jantung I dan II
normal, tidak terdengar adanya bising
Paru-paru : Suara pernapasan bronkovesikular, tidak ditemukan adanya
ronki maupun wheezing
Abdomen : Bentuk datar, lemas, bising usus normal, hepar dan lien tidak 
teraba
Genitalia : Perempuan, tidak dijumpai adanya kelainan
Anggota gerak : Akral hangat, Capillary Refill Time ≤ 2”,
2” , kekuatan otot normal,
refleks fisiologis normal, refleks patologis tidak ada, tidak 
dijumpai edema
Diagnosa kerja : Tuberkulosis
Tuberkulosis paru, limfadenitis tuberkulosis dan gizi kurang
Terapi : - Sanmol sirup 3 x 2 cth (kalau panas)
- OAT :
INH 240 mg + B6 480 mg  1 x 1 pulv
Rifampisin 1 x 360 mg pulv

24
Pirazinamid 1 x 500 mg pulv

20 Oktober 2011
Keluhan : batuk (+) sedikit, benjolan di leher kiri (+), demam (-),
nafsu makan baik 
Keadaan Umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital : Tekanan darah = 90/60 mmHg
Nadi = 88 x/menit, reguler isi cukup
Respirasi = 24 x/menit
0
Suhu badan = 36,3 C
Kepala : Bentuk mesocephal, rambut hitam, tidak mudah dicabut, UUB
menutup
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, refleks kornea
kesan normal, refleks cahaya normal, lensa jernih, pupil bulat
isokor dengan diameter 3 mm/3 mm
Telinga : Dijumpai adanya sekret
Hidung : Tidak dijumpai deviasi septum, pernafasan cuping hidung tidak 
ada, tidak dijumpai adanya sekret
Mulut : Sianosis tidak ada, selaput mulut basah, terdapat karies dentis
Tonsil T1 - T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis
Leher : Terdapat pembesaran kelenjar getah bening berupa nodul pada
regio submandibula sinistra dengan diameter 3 x 1 cm, terdapat
pus, krusta, nyeri tekan (-)
: Terdapat pembesaran kelenjar getah bening pada regio kolli
ukuran 0,5 - 1 cm, nyeri tekan (-), mobile
Toraks : Bentuk simetris, ruang interkostal tidak melebar, tidak ada
retraksi
Jantung : Denyut jantung 108 x/menit, teratur, bunyi jantung I dan II
normal, tidak terdengar adanya bising
Paru-paru : Suara pernapasan bronkovesikular, tidak ditemukan adanya
ronki maupun wheezing

25
Abdomen : Bentuk datar, lemas, bising usus normal, hepar dan lien tidak 
teraba
Genitalia : Perempuan, tidak dijumpai adanya kelainan
Anggota gerak : Akral hangat, Capillary Refill Time ≤ 2”,
2” , kekuatan otot normal,
refleks fisiologis normal, refleks patologis tidak ada, tidak 
dijumpai edema
Diagnosa kerja : Tuberkulosis
Tuberkulosis paru, limfadenitis tuberkulosis dan gizi kurang
Terapi : - Sanmol sirup 3 x 2 cth (kalau panas)
- OAT :
INH 240 mg + B6 480 mg  1 x 1 pulv
Rifampisin 1 x 360 mg pulv
Pirazinamid 1 x 500 mg pulv
Anjuran : Periksa sputum BTA, biakan sputum

21 Oktober 2011
Keluhan : batuk (+) sedikit, benjolan di leher kiri (+), demam (-),
nafsu makan baik 
Keadaan Umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital : Tekanan darah = 90/60 mmHg
Nadi = 80 x/menit, reguler isi cukup
Respirasi = 24 x/menit
0
Suhu badan = 36,3 C
Kepala : Bentuk mesocephal, rambut hitam, tidak mudah dicabut, UUB
menutup
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, refleks kornea
kesan normal, refleks cahaya normal, lensa jernih, pupil bulat
isokor dengan diameter 3 mm/3 mm
Telinga : Dijumpai adanya sekret
Hidung : Tidak dijumpai deviasi septum, pernafasan cuping hidung tidak 
ada, tidak dijumpai adanya sekret
Mulut : Sianosis tidak ada, selaput mulut basah, terdapat karies dentis

26
Tonsil T1 - T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis
Leher : Terdapat pembesaran kelenjar getah bening berupa nodul pada
regio submandibula sinistra dengan diameter 3 x 1 cm, terdapat
pus, krusta, nyeri tekan (-)
: Terdapat pembesaran kelenjar getah bening pada regio kolli
ukuran 0,5 - 1 cm, nyeri tekan (-), mobile
Toraks : Bentuk simetris, ruang interkostal tidak melebar, tidak ada
retraksi
Jantung : Denyut jantung 108 x/menit, teratur, bunyi jantung I dan II
normal, tidak terdengar adanya bising
Paru-paru : Suara pernapasan bronkovesikular, tidak ditemukan adanya
ronki maupun wheezing
Abdomen : Bentuk datar, lemas, bising usus normal, hepar dan lien tidak 
teraba
Genitalia : Perempuan, tidak dijumpai adanya kelainan
Anggota gerak : Akral hangat, Capillary Refill Time ≤ 2”,
2” , kekuatan otot normal,
refleks fisiologis normal, refleks patologis tidak ada, tidak 
dijumpai edema
Diagnosa kerja : Tuberkulosis
Tuberkulosis paru, limfadenitis tuberkulosis dan gizi kurang
Terapi : - Sanmol sirup 3 x 2 cth (kalau panas)
- OAT :
INH 240 mg + B6 480 mg  1 x 1 pulv
Rifampisin 1 x 360 mg pulv
Pirazinamid 1 x 500 mg pulv
Anjuran : Rencana rawat jalan
Periksa sputum BTA, biakan sputum

27
BAB III
DISKUSI

Pada penderita ini, diagnosis tuberkulosis ditegakkan dengan sistem skoring


berdasarkan manifestasi klinik dan pemeriksaan penunjang yang mana sistem
skoring penderita berjumlah 10.

Tabel 1.1 : Sistem Skoring Diagnosis Tuberkulosis Anak


Parameter 0 1 2 3 Skor
laporan
keluarga,
tidak  BTA (-)/ 
Kontak TB - BTA (+) 2
 jelas tidak tahu/ 
BTA tidak 
 jelas
Positif 
( ≥ 10 mm atau
Uji Tuberkulin
negatif - - ≥ 5 mm pada 3
(Mantoux)
keadaan
imunosupresif)
klinis gizi
BB/TB < 90% buruk atau
Berat badan/ 
- atau BB/TB < 70% - 1
keadaan gizi
BB/U < 80% atau
BB/U < 60%
Demam yang tidak
diketahui - ≥ 2 minggu - - 1
penyebabnya
Batuk kronik - ≥ 3 minggu - - 1
Pembesaran kelenjar ≥ 1 cm,
limfe kolli, aksila, -  jumlah > 1, - - 1
inguinal tidak nyeri
Pembengkakan
tulang/sendi ada
- - - -
panggul, lutut, pembengkakan
falang
normal/  1
kelainan gambaran
Foto toraks - -
tidak  sugestif TB
 jelas
TOTAL SKOR 10

Pada sistem scoring terbaru, skor tertinggi terletak pada uji tuberkulin dan
adanya kontak TB dengan BTA positif. Uji tuberkulin mempunyai sensitivitas dan
spesifisitas yang tinggi sehingga dapat digunakan sebagai uji tapis dalam
menunjang diagnosis. Demikian pula dengan adanya kontak dengan pasien TB

28
dewasa BTA positif. Pasien TB dewasa dengan BTA positif dapat menjadi sumber
penularan yang utama karena berdasarkan penelitian akan menularkan kepada
1
sekitar 65% orang disekitarnya.
Dari anamnesis didapatkan adanya riwayat kontak dengan ibu penderita yang
tinggal di rumah yang sama dengan penderita, tetapi ini hanya berdasarkan laporan
keluarga. Laporan ini pun tidak jelas karena ibu penderita tidak pernah
memeriksakan diri sehingga keluarga tidak tahu pasti apakah ibu penderita
menderita penyakit tuberkulosis, hanya didasarkan pada adanya riwayat batuk lama
disertai dengan keluarnya darah yang dialami ibu penderita hingga meninggal.
Akan tetapi berdasarkan laporan yang diberikan keluarga, kemungkinan besar ibu
penderita menderita penyakit TB paru.
Pada uji tuberkulin yang dilakukan terhadap penderita, didapatkan hasil
berupa indurasi dengan berdiameter 25 mm yang berarti pada penderita sangat
mungkin telah terjadi infeksi TB alamiah. Hal ini didukung dengan umur penderita
yaitu 11 tahun, yaitu jika membaca hasil uji tuberkulin pada anak berusia lebih dari
1,2
5 tahun maka faktor BCG dapat diabaikan.
Penurunan berat badan merupakan gejala umum yang sering dijumpai pada
TB paru pada anak. Umumnya pasien TB anak mempunyai status gizi kurang atau
bahkan gizi buruk. Dengan alasan tersebut,
t ersebut, kriteria penurunan berat badan menjadi
1,2
penting. Pada penderita terjadi penurunan berat badan dan penilaian status gizi
2
pada saat penderita dirawat menunjukkan hasil gizi kurang (BMI = 12,63 kg/m ,
berada pada persentil -2 s/d -3 standar deviasi).
Penderita juga mengalami demam sumer-sumer sejak 1 bulan sebelum masuk 
rumah sakit. Demam lebih dari 2 minggu yang tidak diketahui penyababnya
merupakan salah satu gejala tuberkulosis. Demam sumer-sumer pada tuberkulosis
terjadi akibat peran dari sel makrofag dan sel dendritik yang terinfeksi oleh kuman
TB sehingga memproduksi sitokin pro-inflamasi seperti TNF- α, IL-1b,
TNF-α, IL-1b, IL-6, IL-8,
5
IFN-γ.
IL-12, IL-15 dan IFN-γ.
Dari anamnesis diketahui penderita mengalami batuk berlendir bercampur
dengan darah sejak 1 hari SMRS. Volumenya ± ¼ gelas aqua . Hemoptoe adalah
ekspektorasi darah atau dahak yang mengandung bercak darah dan berasal
dari saluran napas bawah darah merah terang dan ph-nya alkali. Saluran napas

29
dan paru-paru terutama divaskularisasi oleh sistem arteri-vena pulmonalis
dan sistem arteri bronkialis yang berasal dari aorta. Pada penyakit tuberkulosis,
batuk darah dapat terjadi akibat infeksi kuman yang masih aktif menimbulkan
kavitas (sarang kuman) atau akibat kelainan struktur paru yang ditimbulkan akibat
penyakit tuberkulosis yang telah sembuh. Jaringan paru dan pembuluh darah
biasanya rusak oleh penyakit ini sehingga terjadi bronkiektasis (struktur paru
menjadi lebih lebar seperti sarang tawon) disertai dengan pelebaran pembuluh
darah bronkial dan pulmoner sehingga jika penderita batuk dengan keras, terjadi
tekanan rongga dada yang tinggi dan menjadi pencetus batuk darah.

Pada penderita ditemukan batuk sejak 3 minggu yang lalu. Sebagian besar
TB paru pada anak tidak menunjukkan manifestasi respiratorik yang menonjol. Hal
ini dikarenakan TB paru pada anak biasanya berlokasi di parenkim paru sebagai
lanjutan dari proses TB primer, yang mana pada daerah tersebut tidak terdapat
reseptor batuk. Tetapi, gejala batuk kronik pada anak dapat timbul bila limfadenitis
regional menekan bronkus sehingga merangsang reseptor batuk secara kronik.
Selain itu, karena imunitas tubuh yang menurun akibat penekanan sitokin anti-
1,2
inflamasi maka anak mudah mengalami infeksi respiratorik akut berulang.
Limfadenitis biasanya merupakan
merupakan komplikasi dini TB primer, umunya terjadi
dalam 6 bulan pertama setelah infeksi. Sebagian besar infeksi kelenjar limfe
superfisialis terjadi akibat penyebaran limfogen dan hematogen. Pada awal
perjalanan penyakit TB, kuman TB yang mencapai aliran darah dapat bersarang di
satu kelompok atau lebih kelenjar limfe. Dalam beberapa bulan, penyebaran
hematogen dapat terlihat dengan adanya pembesaran sementara ( transient ).
).
Sebagian besar lesi di kelenjar akan sembuh total, tetapi sebagian kecil kuman TB
2
tetap berkembang biak. Manifestasi ini dapat terjadi bertahun-tahun kemudian.
Pada penderita ditemukan adanya pembesaran kelenjar getah bening berupa
nodul pada regio submandibula sinistra dengan diameter 3 x 1 cm, terdapat pus,
krusta, nyeri tekan (-) dan pada regio kolli ukuran 0,5 - 1 cm, nyeri tekan (-),
mobile. Dari hasil FNAB yang dilakukan diperoleh kesimpulan limfadenitis
tuberkulosa dengan infeksi sekunder.
Awalnya penderita didiagnosis tuberkulosis paru dengan sklofuloderma,
tetapi setelah dilakukan FNAB ternyata menunjukkan limfadenitis tuberkulosa.

30
Kemungkinan besar ini disebabkan akibat limfadenitis yang sudah dalam keadaan
1,2
lanjut sehingga pecah sehingga menjadi skrofuloderma.
Gambaran foto Rontgen toraks pada TB tidaklah khas, karena kelainan-
kelainan radiologis pada TB dapat juga dijumpai pada penyakit-penyakit lain.
Sebaliknya foto Rontgen toraks yang normal (tidak terdeteksi secara radiologis)
tidak dapat menyingkirkan diagnosis TB jika klinis dan pemeriksaan penunjang
lainnya mendukung.
mendukung. Dengan demikian, pemeriksaan foto Rontgen toraks saja tidak 
2,8
dapat digunakan untuk mendiagnosis TB, kecuali gambaran milier.
Pemeriksaan foto Rontgen toraks penderita menunjukkan adanya
fibroinfiltrat dengan cavitas paru di kiri atas. Ini merupakan salah satu gambaran
sugestif TB paru. Gambaran sugestif TB paru diantaranya berupa :
 Pembesaran kelenjar limfe hilus/paratrakea dengan atau tanpa infiltrat
 Atelektasis lobus medius
 Konsolidasi lobar/segmental
 Gambaran milier
 Efusi pleura
 Kavitas
 Kalsifikasi (proses lama)
 Tuberkuloma
Dari kedelapan parameter scoring system TB paru pada anak diatas,diperoleh
total skor sepuluh, yang mana anak didiagnosis TB jika jumlah skor ≥ 6. Diagnosis
pasti TB paru pada anak ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB pada
pemeriksaan apusan langsung ( direct smear ) dan/atau biakan yang merupakan
pemeriksaan baku emas ( gold standard ) atau gambaran PA TB. Pemeriksaan
sputum BTA yang dilakukan sebanyak 2 kali menunjukkan hasil negatif. Beberapa
kepustakaan menyebutkan bahwa pemeriksaan kuman  Mycobacterium tuberculosis
kepustakaan t uberculosis
menunjukkan hasil positif hanya pada 10 - 15% pasien yang mana hal ini
dikarenakan jumlah kuman yang sedikit pada TB anak ( paucibacillary) dan lokasi
kuman di daerah parenkim yang
yang jauh dari bronkus. Akan tetapi
tetapi pemeriksaan
pemeriksaan
2,7
sputum BTA atau bilas lambung tetap penting untuk dilakukan.
Hasil pemeriksaan penunjang lain yaitu pemeriksaan Laju Endap Darah
(LED) menunjukkan terjadi peningkatan. Hal ini menunjukkan adanya infeksi

31
kronis. Akan tetapi nilai LED dapat meningkat pada berbagai keadaan infeksi atau
inflamasi kronis sehingga LED sama sekali tidak khas untuk TB. LED mempunyai
1
manfaat untuk pemantauan keberhasilan terapi bila sebelum terapi nilainya tinggi.
Demikian pula dengan peningkatan nilai hitung jenis limfosit juga tidak 
mempunyai nilai diagnostik untuk TB paru karena pada keadaan infeksi TB tanpa
sakit atau infeksi lainnya seperti infeksi virus, juga dapat ditemukan nilai limfosit
2
yang tinggi.

Pengobatan
Dari scoring system yang dibuat diperoleh total skor 10 sehingga pasien
harus ditatalaksana sebagai pasien TB dan mendapat Obat Anti Tuberkulosis
(OAT). Pengobatan TB dibagi menjadi dua fase yaitu fase intensif (dua bulan
pertama) dan dilanjutkan dengan fase lanjutan/sterilisasi (empat bulan atau lebih).
Pemberian panduan obat ini bertujuan untuk mencegah terjadinya resistensi obat
dan untuk membunuh kuman intraselular dan ekstraselular, sedangkan pemberian
obat jangka panjang bertujuan selain untuk membunuh kuman juga untuk 
2,8
mengurangi kemungkinan terjadinya kekambuhan.
Susunan panduan OAT pada anak adalah 2RHZ/4RH yaitu pada fase intensif 
terdiri dari Isoniazid (H), Rifampisin (R) dan Pirazinamid (Z) yang diberikan setiap
hari selama 2 bulan (2 RHZ) dan fase lanjutan yang terdiri dari Rifampisin (R) dan
1,2
Isoniazid (H) yang diberikan setiap 4 hari selama 4 bulan.

 Isoniazid (H)
Bersifat tuberkulostatik dan tuberkulosid, dan efek bakterisidnya hanya terlihat
pada kuman yang sedang tumbuh aktif. Mempunyai 2 efek toksik utama
2,9
yaituhepatotoksik
yaituhepatotoksik dan neuritis perifer.
 Rifampisin (R)
Bersifat bakterisid pada intra sel dan ekatra sel, dapat memasuki semua jaringan,
dan dapat membunuh kuman semidorman yang tidak dapat dibunuh oleh isoniazid.
Rifampisin diabsorpsi dengan baik melalui sistem gastrointestinal pada saat perut
sedang kosong. Efek
Efek sampingnya lebih sering terjadi
terjadi dibanding isoniazid yaitu

32
perubahan warna urine, ludah, keringat, sputum, dan air mata berwarna orange
2,9
kemerahan, serta menyebabakan gangguan gastrointestinal.
Pirazinamid (Z)
Derivat dari nikotinamid, berpenetrasi baik pada jaringan dan cairan tubuh
termasuk CSS, bakterisid hanya pada intra selpada suasana asam,dan diresorbsi
2,9
baik pada saluran cerna. Pengguanaan pirazinamid aman pada anak.

Evaluasi Hasil Terapi


Penilaian hasil terapi dilakukan baik dengan evaluasi klinis, laboratorium
maupun radiologis, namun dasar utama evaluasi terapi adalah keadaan klinis
pasien. Terapi TB yang berhasil berdampak nyata pada keadaan klinis pasien.
Pasien akan meningkat nafsu makannya, berat badan naik secara bermakna dan
pasien menjadi lebih jarang sakit. Keluhan klinis seperti demam dan batuk juga
1,2
akan menghilang.
Sejak terdiagnosis hingga mendapatkan terapi yaitu sekitar 10 hari,
penderita memperlihatkan perbaikan secara klinis berupa hilangnya demam,
berkurangnya
berkurangnya batuk, batuk sudah tidak disertai dengan adanya darah dan perbaikan
nafsu makan.

Prognosis
Prognosis tergantung pada faktor deteksi dini, pengobatan yang efektif dan
komplikasi yang ada. Prognosis pada kasus ini adalah dubia ad bonam karena
penderita dapat terdeteksi sebelum mengalami komplikasi berat seperti adanya
deformitas tulang, gangguan neurologis dan lain-lain. Diharapkan selain kepatuhan
pengobatan penderita, adanya penanganan gizi dapat mendukung proses
penyembuhan
penyembuhan penderita.

33
PENUTUP

Kesimpulan

 Pada penderita dapat ditegakan diagnosis Tuberkulosis Paru berdasarkan pada


anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
 Dasar diagnosis dari kasus ini Berdasarkan
Berdasarkan sistem skoring diagnosis TB pada
anak (kerjasama IDAI dan Depkes RI dan didukung oleh WHO) yaitu
berjumlah 10. Dengan hasil tersebut, pasien ini dapat didiagnosis dengan
tuberkulosis.
 Pada penderita
penderita ini, tata laksana
laksana umum yaitu
yaitu diberikan IVFD NaCl 0,45% in
D 5 % (1/2 HS) 34-35 cc/jam 11-12 gtt/menit, obat anti tuberkulosis (OAT)
yaitu INH 10 mg/kgBB/hari240mg, Rifampisin 10 mg/ kgBB/hari  240
mg, Pirazinamid 20 mg/kgBB/hari 500 mg hal ini sesuai dengan IDAI.
 Hasil follow up yang dilakukan selama 10 hari, menunjukkan adanya
perbaikan klinis, diantaranya disebabkan karena kepatuhan minum obat dari
penderita serta adanya intervensi gizi, sehingga prognosis penyakit dari
penderita dapat dikatakan dubia ad bonam.

Saran

 Disarankan penderita untuk dapat melakukan kontrol setiap bulannya di poli


tumbuh kembang untuk menilai perkembangan hasil terapi dan efek samping
obat. Evaluasi pengobatan dilakukan secara klinis yang mana tidak ada lagi
keluhan sebelumnya dan perbaikan berat badan yang signifikan. Pemantauan
efek samping obat dilakukan dengan memonitor hasil pemeriksaan
laboratorium dari efek hepatotoksik obat anti-tuberkulosis berupa pemeriksaan
fungsi hati dan ginjal.
 Pencegahan Tuberkulosis Paru dapat dilakukan dengan imunasasi BCG
segera mungkin saat bayi lahir (sebelum usia 2 bulan).
 Jika ditemukan anak dengan
dengan TB, maka harus dicarisumber penularan
penularan yang
menyebabkan anak tersebut tertular TB. Sumber penularan adalah orang

34
dewasa yang menderita TB aktif dan kontak erat dengan anak tersebut.
Pelacakan sumber infeksi sentripetal dilakukan dengan cara pemeriksaan
radiologis dan BTA sputum. Bila telah ditemukan sumbernya, perlu
dilakukan pelacakan sentrifugal, yaitu mencari anak lain di sekitarnya yang
mungkin juga tertular, dengan cara uji tuberkulin.

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Rahajoe, N., Basir D., Makmuri M.S., Kartasasmita C. (2008) Pedoman


Tuberkulosi s Anak. Jakarta : UKK Respirologi PP IDAI.
 Nasional Tuberkulosis
2. Rahajoe N., Supriyatno B., Setyanto D. (2010)  Buku Ajar Respirologi Anak,
 Edisi Pertama. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
3. Permatasari S. (2010) Skrofuloderma. Palembang : Departemen Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin, FK UNSRI.
4. Hillaliah, R. (2010)  Analisis Faktor Risiko Kejadian Penyakit Tuberkulosis
 pada Anak di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta. Tesis,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
5. Sumarmo, S., Soedarmo, P., Hadinegoro, S. R. (2010)  Buku Ajar Infeksi dan
Pediatri Tropis. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
6. Richard M, Mitchel, et al. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbin &
Cotran, Ed. 7. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006. h. 198
7. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, editor. Kapita Selekta
Kedokteran Jilid 2, Ed. 3. Jakarta:
Jakarta: Media Aesculapius
Aesculapius FKUI; 2000. h.
h. 459-
61.
8. Sectish, Theodore C, and Charles G, Prober. Pneumonia. Dalam: Behrman
R.E., et.al (editor). Ilmu Kesehatan Anak Nelson’s vol. 2 edisi. 15. Jakarta:
Penerbit Buku
Buku kedokteran EGC. 2000. h. 882
9. Setiabudi R. Pengantar Antimikroba . Dalam: Gunawan SG, Setiabudy R,
Nafrialdi, editor. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik FK UI; 2008. h. 613-37.

36
DAFTAR HADIR PEMBACAAN LAPORAN KASUS

"TUBERKULOSIS PARU”

, November 2011

NO NAMA NRI TANDA TANGAN

37
38

You might also like