You are on page 1of 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan

oleh kuman Mycrobacterium tuberculosis. System penularan adalah

dahak dari pasien yang mengandung kuman TB. Bila tidak diobatri,

maka penderita dapat meninggal dunia. Penyakit TB menyerang

dewasa dan anak-anak. Data WHO (World Health Organization)

menunjukkan bahwa di dunia, TB membunuh satu juta wanita setiap

tahun. Sementara itu, kematian akibat kehamilan dan persalinan

setahunnya setengah juta orang. Jadi, TB membunuh sedikitnya dua

kali lebih banyak perempuan dari pada kematian akibat

kehamilan/persalinan. TB juga penyebab utama kematian penting

pada usia produktif, sebagian besar pasien dan kematian akibat TB

terjadi pada golongan umur 15-64 tahun ( WWW.kompas.com ).

Indonesia masih menduduki urutan ketiga setelah India dan

Cina dalam hal jumlah penderita Tuberkulosis (TB paru). Jumlah

penderita TB paru di Indonesia menurut Badan Kesehatan Dunia

(WHO) pada peringatan World TB Day 2003 tercatat 581.847 di

bawah India (1.820.369 penderita) dan Cina (1.447.947 penderita).

1
Sampai hari ini belum ada satu Negara pun di dunia ini yang telah

bebas TB, bahkan untuk Negara maju, yang pada mulanya akan

tuberculosis telah menurun, tetapi belakangan angka ini naik lagi,

sehingga TB disebut sebagai salah satu Reemerging Disease.

Penyakit ini belum pernah menurun jumlahnya di Negara kita dan

bukan tidak mungkin bahkan meningkat.

Hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1995

menunjukkan bahwa penyakit TB paru merupakan penyebab

kematian nomor tiga sebesar 9,6% setelah penyakit Kardiovaskular

dan penyakit saluran pernapasan pada semua kelompok usia, dan

nomor satu dari golongan penyakit infeksi. Hasil SURKESNAS

2001 menunjukkan bahwa penyakit TB paru merupakan penyebab

kematian nomor tiga di Indonesia sebesar 9,4%. Penyakit TB paru

menempati posisi 4 penyakit utama penyebab kematian di Rumah

Sakit Di Indonesia tahun 2002 sebesar 3,3% dari total kematian

yang disebabkan penyakit di Rumah Sakit (Litbangkes, akses

tanggal 3 Maret 2007).

Angka temuan kasus baru di Indonesia pada tahun 2006 telah

mencapai 74% atau didapati 174.704 penderita baru dengan BTA

positif. Angka kesembuhannya 89%. Hal itu berarti telah melampaui

target global, yaitu CDR 70% dan SR 85%. Angka CDR belum

2
merata untuk seluruh Indonesia, hanya Provinsi Sulawesi Utara,

Sumatra Utara, Banten, Gorontalo, DKI Jakarta, Sulawesi Tenggara,

dan jawa Barat yang CDR-nya lebih dari 70%. Sebanyak 11 provinsi

lain termaksud Jogjakarta dan Bali, CDR-nya antara 50% hingga

64%, sisanya di bawah 50%. Bahkan CDR kepaulauan Riau 27% dan

Maluku Utara hanya 17%. Angka kejadian TB paru di Sumatra

sebanyak 160 per 100.000 penduduk, jawa 107 per 100.000

penduduk, Jogja/Bali 64 per 100.000 penduduk dan kawasan

Indonesia timur (Kalimantan, Sulawesi, NTB, NTT, Maluku dan

Papua) sebanyak 210 per 100.000 penduduk (Kompas 23 maret

2007).

Angka penemuan penderita (CDR) TB paru di kota Makassar

tahun 2005 sebesar 122% dengan angka kesembuhan 96%,

sedangkan pada tahun 2006 CDR-nya sebesar 69%. Sumber

penemuan penderita TB paru di Makassar tahun 2006 hanya 59%

ditemukan di Puskesmas dan Unit Kesehatan lainnya. Dalam hal ini

yang lebih berperan dalam rujukan penemuan penderita TB paru

adalah petugas TB paru di Puskesmas.

Kasus TB apru di Sulawesi Selatan khususnya di Kota

Makassar masih tinggi dan angka penemuan kasus baru pada tahun

2006 hanya terdapat penemuan kasus baru sebesar 1.678 (69%) dan

3
sumber penemuan penderita TB paru di Puskesmas hanya sebesar

59% yang mana penemuan kasus baru ini dipengaruhi oleh kinerja

pengelola TB paru dan factor pelayanan kesehatan yang terdapat di

Puskesmas.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti ingin mengetahui

factor-faktor apa saja yang berhubungan dengan penemuan penderita

TB paru di Puskesmas di Kota Makassar.

B. BATASAN MASALAH

Batasan masalah dalam proposal penelitian ini adalah

mencakup beberapa factor yang berhubungan dengan penemuan

penderita TB paru di Puskesmas kota Makassar tahun 2008.

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya dalam

latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan beberapa factor

yang berhubungan dengan penemuan penderita TB paru di

Puskesmas kota Makassar tahun 2008 yang dirumuskan dalam

pernyataan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan pengetahuan petugas dengan penemuan

penderita TB paru di Puskesmas kota Makassar.

4
2. Apakah ada hubungan motivasi petugas dengan penemuan

penderita TB paru di Puskesmas kota Makassar.

3. Apakah ada hubungan penerimaan insentif petugas dengan

penemuan penderita TB paru di Puskesmas kota Makassar.

4. Apakah ada hubungan pelatihan petugas dengan penemuan

penderita TB paru di Puskesmas kota Makassar.

5. Apakah ada hubungan sarana laboratorium dengan penemuan

penderita TB paru di Puskesmas kota Makassar.

D. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bebrapa factor yang berhubungan

dengan penemuan penderita TB paru di Puskesmas kota Makassar

tahun 2008

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan petugas

dengan penemuan penderita TB paru.

b. Untuk mengetahui hubungan antara penerimaan insentif

petugas dengan penemuan penderita TB paru.

c. Untuk mengetahui hubungan antara pelatihan petugas dengan

penemuan penderita TB paru.

5
d. Untuk mengetahui antara sarana laboratorium dengan

penemuan penderita TB paru.

E. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Bagi Pemerintah Dan Instansi Terkait

Sebagai masukan dan sumber informasi bagi pemerintah Dinas

Kesehatan kota Makassar dalam rangka penentuan kebijakan dan

perencanaan pembangunan khususnya dalam rangka penemuan

penderita TB paru di kota Makassar.

2. Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan

Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan merupakan bahan

bacaan bagi peneliti selanjutnya.

3. Manfaat Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman berharga bagi peneliti dalam rangka

mengembangkan pengetahuan dan mengaplikasikan ilmu yang

telah diperoleh.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TENTANG TB PARU

1. Definisi

Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit menular

langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycrobacterium

Tuberculosis), sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi

juga dapat menyerang organ tubuh lainnya. Kuman Tuberkulosis

adalah kuman berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu

tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut

pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati

dengan sinar matahari langsung tetapi dapat bertahan hidup

beberapa jam di tempat yang gerlap dan lembab (Hood Alsagaff,

2005).

2. Etiologi

Tuberculosis adalah suatu infeksi menular dan bisa

berakibat fatal yang disebabkan oleh Mycrobacterium

tuberculosis, Mycrobacterium Bovis atau Mycrobacterium

africanum. Tuberculosis menunjukkan penyakit yang paling

sering disebabkan oleh Mycrobacterium Tuberculosis, tetapi

7
kadang juga disebabkan oleh Mycrobacterium Bovis atau

Mycrobacterium africanum.( www.tbcindonesia.com ).

3. Patofisiologi

Sumbner penularan adalah penyakit TB BTA positif. Pada

waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara

dalam bentuk Droplet (percikan dahak). Droplet yang

mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu tertentu

selama bebrap[a jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet

tersebut terhirup dalam saluran pernapasan. Selama kuman TB

masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB

dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui

system peredaran darah, system saluran limfa, aluran nafas atau

penyebrang langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.

Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh

banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi

derajat positif hasil pemeriksaan dahak makin tinggi pula resiko

penularan ke penderita lain. Bila, hsil pemeriksaan negatif (tidak

terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak

menularkan ke hospes lain. Kemungkinan seseorang terinfeksi

TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya

menghirup udara tersebut. (www.kompas.com).

8
4. Manifestasi Klinik

Pada awlny penderita hanya merasakan tidak sehat atau

batuk. Pada pagi hari, batuk bisa disertai sedikit dahak berwarna

hijau atau kuning. Jumlah dahak biasanya akan bertambah

banyak sejalan dengan perkembangan penyakit. Pada akhirnya,

dahak akan berwarna kemerahan karena mengandung darah.

Salah satu gejala paling sering ditemukan adalah berkeringat di

malam hari. Penderita sering terbangun di malam hari karena

tubuhnya basah kuyup karena keringat sehingga pakaian atau

bahkan sepreinya harus diganti. Sesak nafas merupakan pertanda

adanya udara di dalam rongga pleura. Sekitar sepertiga infeksi

ditemukan dalam bentuk infeksi pleura. (Batara M, 2005).

5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostic untuk tuberculosis adalah :

a. Tes kulit tuberculin, disuntikkan sejumlah kecil protein

berasal dari bakteri tuberculosis ke dalam lapisan kulit

(biasanya di lengan). 2 hari kemudian dilakukan

pengamatanm pada daerah suntikan, jika terjadi

pembengkakan dan kemerahan, maka hasilnya adalah positif.

b. Pemeriksaan dahak, cairan tubuh atau jaringan yang

terinfeksi. Dengan sebuah jarum diambil contoh airan dari

9
dada, sendi atau sekitar jantung. Mungkin perlu dilakukan

biopsy untuk memperoleh contoh jaringan yang terinfeksi.

c. Pemeriksaan sputum BTA memastikan diaognosa TB paru,

namun pemeriksaan ini tidak sensitif karena hanya 30%-70%

pasien TB yang dapat di diagnosis berdasarkan pemeriksaan

ini.

d. Foto thoraks posterior, anterior, dan lateral. Gambaran foto

thoraks yang menunjang diaognosis TB yaitu :

1) Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau

segmen apical lobus bawah

2) Bayangan berawan (Patchy) atau bercak (nodular)

3) Adanya aktivitas, tunggal atau ganda

4) Kelainan bilateral, terutama di lapangan atas paru

5) Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu

kemudian

6) Bayangan milier.

e. Tes PAP (Perokidase Anti Peroksidase) merupakan uji

seromologi imunuperoksidase staining untuk menentukan

adanya IgG spesifik terhadap basil TB.

10
6. Penatalaksanaan

Terdapat 5 jenis antibiotic yang dapat digunakan. Suatu

infeksi tuberculosis pulmoner aktif seringkali mengandung 1

miliar atau lebih bakteri sehingga pemberian 1 macam obat akan

menyisakan ribuan organisme yang benar-benar resisten terhadap

obat tersebut. Karena itu, paling tidak 2 macam obat yang

memiliki mekanisme kerja yang berlainan dan kedua obat ini

akan bersama-sama memusnahkan semua bakteri, karena

diperlukan waktu yang lama untuk memusnahkan semua bakteri

dan untuk mengurangi kemungkinan kekambuhan.

Antibiotic yang paling sering digunakan adalah Isoniazid,

Rifampizin, Pirazinamid, Sterptomisin dan Etambutal. Isoniazid,

rifampizin dan pirazinamid dapat digunakan dalam satu kapsul,

sehingga mengurangi jumlah pil yang harus ditelan oleh

penderita. Ketiga obat ini bisa menyebabkan mual dan muntah,

maka pemakaian obat ini harus dihentikan sampai dilakukan tes

fungsi hati. Jika tes fungsi hati menunjukan adanya reaksi

terhadap salah satu dari ketiga obat tersebut, maka biasanya obat

yang bersangkutan diganti dengan obat lain. Pemberian

etambutol diawali dengan dosis yang relative tinggi untuk

membantu mengurangi bakteri dengan segera. Setelah 2 bulan,

11
dosisnya dikurangi untuk menghidari efek samping yang

berbahaya terhadap mata. Streptomisin merupakan obat pertama

yang efektif melawan tuberculosis, tetapi harus diberikan dalam

bentuk suntikan. Jika diberikan dalam dosis tinggi atau

pemakaiannya berlanjut sampai lebih dari 3 bulan, streptomisin

bisa menyebabkan gangguan pendengaran dan keseimbangan.

Jika penderita benar-benar mengikuti pengobatan dengan

teratur, maka tidak perlu dilakukan pembedahan untuk

menangkat sebagian paru-paru. Kadang pembedahan dilakukan

untuk membuang nanah atau memperbaiki kelainan bentuk tulang

belakang akibat tuberculosis.

B. TINJAUAN TENTANG PENEMUAN PENDERITA TB PARU

1. Penemuan Penderita Tuberculosis Pada Orang Dewasa

Penemuan penderit TB dilakukan secara pasif, artinya

penjaringan tersangka penderita dilaksanakan pada mereka yang

datang berkunjung di unit pelayanan kesehatan. Penemuan secara

pasif tersebut didukung dengan penyuluhan secara aktif, baik

oleh petugas kesehatan maupun masyarakat, untuk meningkatkan

cakupan penemuan tersangk penderita. Cara ini biasa dikenal

dengan sebutan Passive Promotive Case Finding (penemuan

penderita secara pasif dengan promosi yang aktif). Selain itu,

12
semua kontak penderita TB paru BTA positif dengan gejala

sama, harus diperiksa dahaknya. Seorang petugas kesehatan

diharapkan menemukan tersangka penderita sedini mungkin,

mengingat tuberculosis adalah penyakit menular yang dapat

mengakibatkan kematian. Semua tersangk penderita harus

diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari berturut-turut,

yakni sewaktu pagi siang (SPS).

2. Penemuan Penderita Tuberkulosis Pada Anak

Penemuan penderita tuberculosis pada anak merupakan hal

yang sulit. Sebagian besar diaognosis tuberculosis anak

didasarkan atas gambaran klinis, gambaran radiologist dan uji

tuberculin.

C. TINJAUAN TENTANG PENGETAHUAN

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi

setelah orang melakukan pengindraan terhadat objek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni: indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalaui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan suatu yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang. Karena dari pengalaman dan

13
penelitian ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih

langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

D. TINJAUAN TENTANG MOTIVASI

Motivasi berasal dari bahasa latin, Mavare yang berarti

dorongan atau daya penggerak. Motivasi adalah pemberian daya

penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar

mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan

segala upayanya untuk mencapai kepuasan. (Malayu S.P. Hasibiuan)

Menurut Harlod Koontz, motivasi mengacu pada dorongan

dan usaha manusia untuk memuaskan kebutuhan atau suatu tujuan.

Motivasi adalah suatu kekuatan yang dihasilkan dari keinginan

seseorang untuk memuaskan kebutuhannya. (Wayne F. Cascio).

E. TINJAUAN TENTANG INSENTIF (UPAH)

Dewan penelitian pengupahan nasional mendefinisikan bahwa

upah adalah suatu penerimaan sebagai suatu imbalan dari pemberi

kerja kepada penerima kerja untuk suatu pekerjaan / jasa yang telah

dan akan dilakukan berfungsi sebagai jaminan kelangsungan

kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan produksi. Upah

dinyatakan/dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut

suatu persetujuan undang-undang dan peraturan serta dibayarkan

14
atas dasar suatu perjanjian kerja antara pemberi kerja dan penerima

kerja.

Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan ,

upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam

bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja

kepada pekerjka/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut

suatu perjanjian kerja, kesepakatan atau peraturan perundang-

undangan, termaksud tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya

atas suatu pekerjaan dan jasa yang telah atau akan dilakukan.

F. TINJAUAN TENTANG PELATIHAN

Pelatihan adalah proses peningkatan kemampuan teknis dan

moral kerja karyawan operasioanl sesuai dengan kebutuhan tugas-

tugasnya (Malayu S.P. Hasibuan).

Pelatihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek yang

menggunakan prosedur sistematis dan terorganisasi, yang dalam

kesepakatan itu karyawan operasional belajar pengetahuan teknik

pengerjaan dan keahlian untuk tujuan tertentu.

G. TINJAUAN TENTANG SARANA LABORATORIUM

Laboratorium adalah tempat dimana riset ilmiah dan

eksperimen dilakukan (Wikipedia Indonesia)

15
Laboratorium adalah tempat atau kamar tertentu yang

dilengkapi dengan peralatan untuk mengadakan percobaan atau

penyelidikan, dsb. (kamus besar Bahasa Indonesia)

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah pemeriksaan

dahak yang merupakan material yang paling penting yang harus

diperiksa pada setiap penyakit baru. Pemeriksaan Mikroskopis

paling mudah dan cukup membantu menyokong diagnosa. Khusus

pada tuberculosis paru, ditemukannya basil tahan asam dalam dahak

merupakan satu-satunya diagnosa untuk pemberantasan penyakit

tuberculosis.

16
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. DASAR PEMIKIRAN VARIABEL YANG DITELITI

Kunci sukses penanggulangan TB adalah menemukan

penderita dan mengobati penderita sampai sembuh. WHO

menetapkan target global Case Detection Rate (CDR) atau

penemuan kasus TB menular sebesar 70% dan Cure Rate (CR) atau

angka kesembuhan/keberhasilan pengobatan sebesar 85%. Dimana

angka penemuan penderita TB paru di Indonesia masih sangat

rendah yaitu angka penemuan kasus TB menular yang ditemukan

pada tahun 2004 sebesar 128.981 orang (54%) meningkat menjadi

156.508 orang (67%) pada tahun 2005, angka temuan kasus baru

tahun 2006 telah mencpai 74% atau didapati 174.704 penderita baru

dengan BTA positif dan angka kesembuhannya CR (89%).

Kasus TB paru di Sulawesi Selatan khususny kota Makassar

msih tinggi dan angka penemuan kasus baru pada tahun 2006 hanya

terdapat penemuan kasus baru sebesar 1.678 (69%) dan sumber

penemuan penderita TB paru hanya 59% ditemukan di Puskesmas

yang mana penemuan kasus baru ini dipengaruhi oleh kinerja

pengelola TB paru dan factor pelayanan kesehatan yang terdapat di

17
Puskesmas. Factor tenaga kesehatan ini dipengaruhi oleh

pengetahuan, motivasi, penerimaan insentif, pelatihan dan factor

pelayanan kesehatan yaitu ketersediaan sarana laboratorium.

B. BAGAN VARIABEL YANG DITELITI DAN TIDAK DITELITI

Pengetahuan

Motivasi
Faktor Tenaga
kesehatan
Insentif Penemuan Penderita
TB Paru

Pelatihan

Faktor Pelayanan Sarana


Kesehatan Laboratorium

Keterangan :

Variabel Dependen : Penemuan penderita TB paru

Variabel Independen :

a. Pengetahuan

b. Insentif

c. Pelatihan

d. Sarana laboratorium

18
= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti

C. DEFINISI OPERASIONAL DAN KRITERIA OBJEKTIF

1. Penemuan penderita TB paru adalah penemuan penderita yang

dilakukan secara pasif yaitu penjaringan tersangka penderita

yang dilaksanakan pada mereka yang datang berkunjung ke

Puskesmas di kota Makassar pada periode Januari-Maret 2008.

Kriteria objektif :

Menemukan : Bila responden menemukan tersangka yang

diperiksa dahaknya dengan hasil BTA positif

Tidak menemukan : Bila tidak memenuhi kriteria di atas.

2. Pengetahuan adalah kemampuan pengelola TB paru dan tenaga

laboratorium untuk mengingat dan menjelaskan tentang

pengertian penyakit TB paru, penyebabn diagnosa dan

pengobatannya.

Kriteria Objektif :

Cukup : Bila skor jawaban responden ≥ nilai Mean jawaban

seluruh responden

19
Kurang : Bila skor jawaban responden  nilai Mean jawaban

seluruh responden.

3. Insentif adalah upah yang diberikan kepada pengelola TB paru

atau tenaga laboratorium selain gaji sebagai imbalan jasa apabila

menemudkan penderita TB paru yang baru.

Kriteria Objektif :

Cukup : Bila responden merasa puas dengan jumlah insentif

yang diterima dari Dinas Kesehatan kota Makassar.

Kurang : Bila tidak sesuai dengan kriteria diatas.

4. Pelatihan adalah proses peningkatan kemampuan teknis dan

moral kerja pengelola TB paru dan tenaga laboratorium yang

diselenggarakan oleh Dinkes kotra Makassar.

Kriteria Objektif :

Pernah : Bila responden pernah mengikuti pelatihan TB

paru yang diselenggarakan oleh DinKes Kota

Makassar.

Tidak pernah : Bila responden tidak pernah mengikuti pelatihan

TB paru yang diselenggarakan oleh DinKes Kota

Makassar.

20
5. Sarana laboratorium adalah ruangan khusus yang digunakan

untuk melakukan pemeriksaan sputum BTA dan dilengkapi oleh

perlengkapan laboratorium.

Kreteria objektif :

Lengkap : Bila Puskesmas memiliki ruangan khusus

laboratorium yang dilengkapi dengan alat dan

bahan untuk pemeriksaan dahak seperti

mikroskopatau binokuler, slide kaca, bak

pengecatan, lampu spritus,m karbon funchin,

HCL, alcohol, methylene blue, pot sputum,

pinset, pipet, masker dan air.

Tidak lengkap : Bila Puskesmas tidak memiliki ruangan

laboratorium lengkap dengan alat dan bahan

untuk pemeriksaan TB paru untuk pemriksaan

TB paru seperti kriteria diatas.

D. HIPOTESIS PENELITIAN

1. Hipotesis Nol (Ho)

a. Tidak ada hubungan pengetahuan petugas dengan penemuan

penderit TB paru.

b. Tidak ada hubungan penerimaan insentif petugas dengan

penemuan penderita TB paru.

21
c. Tidak ada hubungan pelatihan petugas dengan penemuan

penderita TB paru.

d. Tidak ada hubungan sarana laboratorium dengan penemuan

penderita TB paru.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada hubungan pengetahuan petugas dengan penemuan

penderit TB paru.

b. Ada hubungan penerimaan insentif petugas dengan penemuan

penderita TB paru.

c. Ada hubungan pelatihan petugas dengan penemuan penderita

TB paru.

d. Ada hubungan sarana laboratorium dengan penemuan

penderita TB paru.

22
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan studi observasiaonal

analitik dengan rancangan yang bertujuan untuk menerangkan

hubungan sebab akibat yang terjadi dalam suatu masalah kesehatan

tertentu dalam waktu yang bersamaan.

B. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2008, dilakukan di

seluruh Puskesmas kota Makassar yang berjumlah 36 puskesmas.

C. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi

Populasi adalah semua tenaga kesehatan dan tenaga mikroskopis

yang bekerja pada program pengelola TB di Puskesmas kota

Makassar yang berjumlah 144 orang.

2. Sampel

Sampel adalah semua pengelola TB dan tenaga laboratorium

yang bekerja di Puskesmas kota Makassar dengan jumlah 72

orang, dengan rumus pengambilan sampel adalah sebagai

berikut :

23
N = 50% x ∑ populasi

= 50% x 144

50
= x 144
100

= 72 Sampel.

D. METODE PENGAMBILAN SAMPEL

Metode pengambilan sampel berdasarkan purposive sampling

dengan pertimbangan sampel adalah orang yang bertanggung jawab

dalam penemuan penderita TB paru dan bekerja di Puskesmas kota

Makassar.

E. CARA PENGUMPULAN DATA

Data yang dikumpulkan peneliti adalah data primer yaitu dengan

cara wawancara langsung kepada pengelola TB dan tenaga

laboratorium dengan menggunakan kuesioner penelitian.

F. PENGOLAHAN DATA

Data yang telah dikumpulkan diolah dan dianalisis dengan system

komputerisasi melalui :

1. Koding yaitu melakukan observasi dan memberikan kode pada

populasi yang menjadi sampel atau objek penelitian yang

disesuaikan dengan kode analisis.

24
2. Editing yaitu cara penggolongan data dengan memilih setiap data

yang diperoleh dari hasil observasi yang sesuai dengan tujuan

penelitian atau variable-variabel yang diteliti.

3. Tabulasi yaitu penyusunan data-data ke dalam table yang sesuai

dengan analisis dan selanjutnya data tersebut dianalisis dengan

alat analisis yang telah ditetapkan.

G. ANALISA DATA

Analisa data dilakukan dengan

1. Analisis Univariat

Tujuan analisis ini untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik responden dan karakteristik masing-masing variable

yang diteliti yaitu pengetahuan, penerimaan insentif (upah),

pelatihan dan ketersediaan sarana laboratorium.

2. Analisis Bivariat

Tujuan dilakukan analisis ini untuk mengetahui hubungan

variabel independent dengan variabel dependen, uji analis yang

digunakan adalah uji Chi Square.

Rumus umu uji statistic tersebut adalah:

2  (0  E ) 2 
X =∑ 
E

 

25
H. PENYAJIAN DATA

Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel, narasi, serta tabulasi

kemudian di analisis secara analitik.

26
DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, Hood, Pengantar Ilmu Penyakit Paru , Surabaya: Airlangga


University Press, 2005

Azwar,Azrul, Pengantar Administrasi Kesehatan , Jakarta:Bina Rupa


Aksara, 1996

Batara M, Adelina, Analisis factor yang berhubungan dengan


Penemuan Penderita TB paru di Puskesmas Kutai
Kertanegara, Makassar:Program Pascasarjana Unhas, 2005

Franciscus pardosi, Jerico, Tuberkulosis di Indonesia ,


http//www.tbcindonesia.com diakses tanggal 9 maret 2008

Siswono, Masalah Tuberkulosis di Inidonesia , http//www.gizi.net


diakses tanggal 2 maret 2008

Suparyanto, Upaya Peningkatan Penemuan Suspek Tuberkulosis paru


melalui Analisis Kenerja Tenaga Kesehatan Puskesmas
http//www.adln.lib.uanair.ac.id diakses tanggal 14 maret 2008

Yoga Aditama, Tjandra, Rokok dan Tuberkulosis Paru ,


http//www.kompas.com diakses tanggal 2 maret 2008.

, Tuberkulosis , http://www.infeksi.com diakses 2 maret


2008

, Pengertian gaji, upah dan kompensasi ,


http://www.bkn.go.id diakses 9 maret 2008

27

You might also like