You are on page 1of 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


ISPA adalah proses infeksi akut yang berlangsung selama 14 hari, yang
di sebabkan oleh mikroorganisme dan menyerang salah satu bagian, atau
lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli
(saluran bawah), beserta organ – organ disekitarnya seperti sinus, rongga
telinga, dan pleura (Anik Maryunani, 2010).
Salah satu penyakit infeksi yang paling sering diderita oleh balita
adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). ISPA merupakan salah satu
masalah kesehatan yang banyak terjadi di negara maju dan negara
berkembang. Hal ini dikarenakan masih tingginya angka kesakitan dan
kematian balita yang disebabkan oleh ISPA. ISPA adalah radang akut saluran
pernapasan baik saluran nafas atas maupun bawah yang disebabkan oleh
infeksi (Bambang R, & Retty R, 2011).
Di Indonesia kasus ISPA selalu menempati urutan pertama penyebab
kematian bayi yaitu pada tahun 2013 mencapai 31,18%, pada tahun 2014
28,3% dan 39,8% tahun 2015. Berdasarkan data dari program ISPA tahun
2015 cakupan penderita ISPA melampaui target 13,4%, hasil yang di peroleh
18.749 kasus sementara target yang ditetapkan hanya 16.534 kasus. Survey
moralitas yang dilakukan di subdir ISPA tahun 2014-2015 menempatkan
ISPA atau Pneumonia sebagai salah satu penyebab kematian bayi terbesar di
Indonesia dengan persentase 23,30% dari seluruh kematian balita ( Kemenkes
RI, 2015).
Tingginya angka kejadian ISPA pada balita disebabkan oleh beberapa
faktor,diantaranya adalah faktor instrinstik, faktor ekstrinstik. Faktor
instrinstik meliputi umur, jenis kelamin, status gizi, status asi eklusif, status
imunisasi. Sedangkan faktor ekstrinstik meliputi kondisi fisik lingkungan
rumah, meliputi yang kepadatan hunian, polusi udara, tipe rumah, ventilasi,
asap rokok, penggunaan bahan bakar, serta faktor perilaku baik pengetahuan
dan sikap ibu (Castanea, 2012).
Berdasarkan hasil pengambilan data awal yang dilakukan oleh peneliti
di Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, terdapat lima provinsi yang
mempunyai insiden dan prevalensi pneumonia tertinggi yaitu Nusa Tenggara
Timur (4,6% dan 0,3%), Papua (2,6% dan 8,2%), Sulawesi Tengah (2,3% dan
5,7%), Sulawesi Barat (3,1% dan 6,1%) dan Sulawesi Selatan (2,4% dan
4,8%). Untuk Provinsi Sulawesi Tengah cakupan pneumonia balita tertinggi
bahkan lebih dari target yang diharapkan adalah Kota Palu yaitu 25,81%
dibandingkan 12 Kabupaten yang ada pada Provinsi Sulawesi Tengah. Hal ini
terjadi oleh karena kasus yang ditemukan dan ditangani di luar wilayah.
Cakupan penemuan kasus pneumonia balita yang terendah yaitu pada
Kabupaten Banggai Kepulauan yaitu 26,3%. Hasil perkiraan pneumonia
balita berdasarkan hasil riskesdas 2013 untuk provinsi Sulawesi Tengah pada
tahun 2015 yaitu mengalami peningkatan sebanyak 5,19% (Dinkes Provinsi
Sulawesi Tengah, 2016).
Oleh karena itu, penulis tertartik mencoba melakukan penelitian ini
untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu terhadap faktor resiko kejadian
ISPA di Puskesmas Donggala, Kabupaten Donggala, Propinsi Sulawesi
Tengah.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan ibu terhadap
faktor resiko kejadian ISPA pada Anak di Puskesmas Donggala, Kabupaten
Donggala, Sulawesi Tengah”.
1.3. Tujuan penelitian
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan ibu terhadap
faktor resiko kejadian ISPA di Puskesmas Donggala, Kabupaten
Donggala, Sulawesi Tengah.
b. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui pengetahuan ibu pada tingkat tinggi terhadap
faktor resiko kejadian ISPA di Puskesmas Donggala, Kabupaten
Donggala, Sulawesi Tengah.
2) Untuk mengetahui pengetahuan ibu pada tingkat cukup terhadap
faktor resiko kejadian ISPA di Puskesmas Donggala, Kabupaten
Donggala, Sulawesi Tengah.
3) Untuk mengetahui pengetahuan ibu pada tingkat kurang terhadap
faktor resiko kejadian ISPA di Puskesmas Donggala, Kabupaten
Doggala, Sulawesi Tengah.

1.4. Manfaat Penelitian


a. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, pengalaman,
serta penerapan ilmu dan teori mengenai faktor resiko kejadian ISPA.
b. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan edukasi maupun informasi
kepada masyarakat.
c. Bagi Pemerintah
Sebagai bahan masukkan kepada institusi kesehatan di pemerintahan
mengenahi hasil gambaran pengetahuan masyarakat tentang faktor
resiko kejadian ISPA di Puskesmas Donggala, Kabupaten Donggala,
Sulawesi Tengah.
1.5. Keaslian Penelitian
a. Miratunnisa, 2017, penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ibu dan Sikap Ibu tentang Penyakit ISPA dengan tindakan
pencegahan Penyakit ISPA pada Balita di Puskesmas Kamonji Tahun
2016”. Jenis penelitian ini adalah Analitik. Penelitian dilakukan di wilayah
kerja Puskesmas Kamonji. Penelitian ini menggunakan variabel (tunggal)
pengetahuan ibu balita tentang penyakit ISPA. Tingkat pengetahuan ibu
balita tentang ISPA di wilayah kerja Puskesmas Kamonji rata-rata
mempunyai pengetahuan yang baik, dimana dari 100 responden, 90 orang
pengetahuannya baik dan 10 orang kurang baik. Sikap ibu balita tentang
ISPA di wilayah kerja Puskesmas Kamonji rata-rata bersifat positif,
dimana dari 100 responden, 88 orang sikapnya positif dan hanya 12 yang
bersikap negatif.
b. Qiyaam, Nurul, 2016, penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu
Terhadap Penyakit Ispa (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) Pada Balita Di
Puskesmas Paruga Kota Bima Tahun 2016 “. Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan metode Observasional Deksriptif, dan diperoleh
hasil bahwa tingkat pengetahuan ibu terhadap penyakit ISPA (Infeksi
Saluran Pernapasan Akut ) pada balita di Puskesmas Paruga Kota Bima
adalah tingkat pengetahuan baik sebesar 20,45%, cukup sebesar 53,40%
dan kurang sebesar 26,13%. Dapat disimpulkan bahwa tingkat
pengetahuan ibu di Puskesmas Paruga Kota Bima termasuk dalam kategori
cukup.
c. Angga Pratama Putra, 2012. Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu
tentang penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ispa) terhadap tindakan
pencegahan ispa di wilayah kerja puskesmas Lindu. Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan
crosssectional Populasi dalam penelitian ini sebanyak 480orang ibubalita.
Sampel penelitian sebanyak 83 orang. Hasil uji chi square dapat
disimpulkan ada hubung anantara tingkat pengetahuan dan sikap ibu
tentang penyakit ispa dengan tindakan pencegahan terhadap ispa.

You might also like