ISPA adalah proses infeksi akut yang berlangsung selama 14 hari, yang di sebabkan oleh mikroorganisme dan menyerang salah satu bagian, atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah), beserta organ – organ disekitarnya seperti sinus, rongga telinga, dan pleura (Anik Maryunani, 2010). Salah satu penyakit infeksi yang paling sering diderita oleh balita adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). ISPA merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di negara maju dan negara berkembang. Hal ini dikarenakan masih tingginya angka kesakitan dan kematian balita yang disebabkan oleh ISPA. ISPA adalah radang akut saluran pernapasan baik saluran nafas atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi (Bambang R, & Retty R, 2011). Di Indonesia kasus ISPA selalu menempati urutan pertama penyebab kematian bayi yaitu pada tahun 2013 mencapai 31,18%, pada tahun 2014 28,3% dan 39,8% tahun 2015. Berdasarkan data dari program ISPA tahun 2015 cakupan penderita ISPA melampaui target 13,4%, hasil yang di peroleh 18.749 kasus sementara target yang ditetapkan hanya 16.534 kasus. Survey moralitas yang dilakukan di subdir ISPA tahun 2014-2015 menempatkan ISPA atau Pneumonia sebagai salah satu penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan persentase 23,30% dari seluruh kematian balita ( Kemenkes RI, 2015). Tingginya angka kejadian ISPA pada balita disebabkan oleh beberapa faktor,diantaranya adalah faktor instrinstik, faktor ekstrinstik. Faktor instrinstik meliputi umur, jenis kelamin, status gizi, status asi eklusif, status imunisasi. Sedangkan faktor ekstrinstik meliputi kondisi fisik lingkungan rumah, meliputi yang kepadatan hunian, polusi udara, tipe rumah, ventilasi, asap rokok, penggunaan bahan bakar, serta faktor perilaku baik pengetahuan dan sikap ibu (Castanea, 2012). Berdasarkan hasil pengambilan data awal yang dilakukan oleh peneliti di Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, terdapat lima provinsi yang mempunyai insiden dan prevalensi pneumonia tertinggi yaitu Nusa Tenggara Timur (4,6% dan 0,3%), Papua (2,6% dan 8,2%), Sulawesi Tengah (2,3% dan 5,7%), Sulawesi Barat (3,1% dan 6,1%) dan Sulawesi Selatan (2,4% dan 4,8%). Untuk Provinsi Sulawesi Tengah cakupan pneumonia balita tertinggi bahkan lebih dari target yang diharapkan adalah Kota Palu yaitu 25,81% dibandingkan 12 Kabupaten yang ada pada Provinsi Sulawesi Tengah. Hal ini terjadi oleh karena kasus yang ditemukan dan ditangani di luar wilayah. Cakupan penemuan kasus pneumonia balita yang terendah yaitu pada Kabupaten Banggai Kepulauan yaitu 26,3%. Hasil perkiraan pneumonia balita berdasarkan hasil riskesdas 2013 untuk provinsi Sulawesi Tengah pada tahun 2015 yaitu mengalami peningkatan sebanyak 5,19% (Dinkes Provinsi Sulawesi Tengah, 2016). Oleh karena itu, penulis tertartik mencoba melakukan penelitian ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu terhadap faktor resiko kejadian ISPA di Puskesmas Donggala, Kabupaten Donggala, Propinsi Sulawesi Tengah.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan ibu terhadap faktor resiko kejadian ISPA pada Anak di Puskesmas Donggala, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah”. 1.3. Tujuan penelitian a. Tujuan Umum Untuk mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan ibu terhadap faktor resiko kejadian ISPA di Puskesmas Donggala, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. b. Tujuan Khusus 1) Untuk mengetahui pengetahuan ibu pada tingkat tinggi terhadap faktor resiko kejadian ISPA di Puskesmas Donggala, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. 2) Untuk mengetahui pengetahuan ibu pada tingkat cukup terhadap faktor resiko kejadian ISPA di Puskesmas Donggala, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. 3) Untuk mengetahui pengetahuan ibu pada tingkat kurang terhadap faktor resiko kejadian ISPA di Puskesmas Donggala, Kabupaten Doggala, Sulawesi Tengah.
1.4. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, pengalaman, serta penerapan ilmu dan teori mengenai faktor resiko kejadian ISPA. b. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan edukasi maupun informasi kepada masyarakat. c. Bagi Pemerintah Sebagai bahan masukkan kepada institusi kesehatan di pemerintahan mengenahi hasil gambaran pengetahuan masyarakat tentang faktor resiko kejadian ISPA di Puskesmas Donggala, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. 1.5. Keaslian Penelitian a. Miratunnisa, 2017, penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dan Sikap Ibu tentang Penyakit ISPA dengan tindakan pencegahan Penyakit ISPA pada Balita di Puskesmas Kamonji Tahun 2016”. Jenis penelitian ini adalah Analitik. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kamonji. Penelitian ini menggunakan variabel (tunggal) pengetahuan ibu balita tentang penyakit ISPA. Tingkat pengetahuan ibu balita tentang ISPA di wilayah kerja Puskesmas Kamonji rata-rata mempunyai pengetahuan yang baik, dimana dari 100 responden, 90 orang pengetahuannya baik dan 10 orang kurang baik. Sikap ibu balita tentang ISPA di wilayah kerja Puskesmas Kamonji rata-rata bersifat positif, dimana dari 100 responden, 88 orang sikapnya positif dan hanya 12 yang bersikap negatif. b. Qiyaam, Nurul, 2016, penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penyakit Ispa (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) Pada Balita Di Puskesmas Paruga Kota Bima Tahun 2016 “. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Observasional Deksriptif, dan diperoleh hasil bahwa tingkat pengetahuan ibu terhadap penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut ) pada balita di Puskesmas Paruga Kota Bima adalah tingkat pengetahuan baik sebesar 20,45%, cukup sebesar 53,40% dan kurang sebesar 26,13%. Dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu di Puskesmas Paruga Kota Bima termasuk dalam kategori cukup. c. Angga Pratama Putra, 2012. Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ispa) terhadap tindakan pencegahan ispa di wilayah kerja puskesmas Lindu. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan crosssectional Populasi dalam penelitian ini sebanyak 480orang ibubalita. Sampel penelitian sebanyak 83 orang. Hasil uji chi square dapat disimpulkan ada hubung anantara tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang penyakit ispa dengan tindakan pencegahan terhadap ispa.