Professional Documents
Culture Documents
D. MANIFESTASI KLINI
Menurut Widjaja (2006), tanda dan gejala penyakit diare pada anak yaitu:
1. Anak menjadi cengeng atau gelisah.
2. Suhu badannya meninggi.
3. Tinja menjadi encer, berlendir, atau berdarah.
4. Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu.
5. Anusnya lecet.
6. Gangguan gizi akibat asupan makanan yang kurang.
7. Muntah sebelum atau sesudah diare.
8. Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah)
9. Dehidras
E. KLASIFIKASI TINGKAT DEHIDRASI ANAK DENGAN DIARE
Klasifikasi Tanda-tanda atau gejala Pengobatan
Dehidrasi Terdapat 2 atau lebih tanda: Beri cairan untuk diare
berat a. Letargis/tidak sadar dengan dehidrasi berat
b. Mata cekung
c. Tidak bisa minum atau malas minum
d. Cubitan perut kembali sangat lambat
(≥ 2 detik)
Dehidrasi Terdapat 2 atau lebih tanda: a. Beri anak dengan cairan
ringan atau a. Rewel gelisah dengan makanan untuk
sedang b. Mata cekung dehidrasi ringan
c. Minum dengan lahap atau haus b. Setelah rehidrasi,
d. Cubitan kulit kembali dengan lambat nasehati ibu untuk
penangan dirumah dan
kapan kembali segera
Tanpa Tidak terdapat cukup tanda untuk a. Beri cairan dan makanan
dehidrasi diklasifikasikan sebagai dehidrasi ringan untuk menangani diare
atau berat dirumah
b. Nasehati ibu kapan
kembali segera
c. Kunjungan ulang dalam
waktu 5 hari jika tidak
membaik
F. PATHWAY
Pathway diare
Isi usus
Penyerapan makanan di
usus
Diare
Mual muntah
Hilang cairan & elektrolit
berlebihan
Nafsu makan
Kerusakan integritas
Gangguan keseimbangan
kulit
cairan dan elektrolit
Ketidakseimbangan
Dehidrasi nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh
b. Riwayat keperawatan
Keluhan utama
feses semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi
gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung,
tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering,
frekuensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
Riwayat penyakit sekarang
anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian timbul
Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja
berubah menjadi kehijauan.Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena
sering BAB. Mual ataupun muntah
Riwayat kesehatan masa lalu
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan
pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang,
imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual,
interaksi dan lain-lain.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Semakin muda umur balita semakin besar kemungkinan terkena diare. Pada
penderita kurang gizi serangan diare lebih sering terjadi karena semakin buruk
keadaan gizi bayi maka semakin sering dan berat diare yang diderita.
Penularan penyakit diare sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dimana
sebagian besar penularan melalui fekal oral yang sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan air bersih dan jamban yang keluarga yang memenuhi syarat.
Faktor susunan makanan juga berpengaruh terhadap terjadinya diare yang
disebabkan karena kemampuan usus dalam mencerna makanan. Riwayat
penyakit dahulu dan riwayat imunisasi juga sangat berpangaruh terhadap
diare.
c. Kebutuhan dasar
Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali
sehari, BAK sedikit atau jarang.
Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan
penurunan berat badan pasien.
Pola tidur : pola dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen
yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri
akibat distensi abdomen.
d. Pemerikasaan fisik.
- Keadaan umum : tampak lemah,
- Kesadaran composmentis sampai koma,
- Tanda tanda vital : suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak
cepat.
- Pemeriksaan sistematik
Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan
bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan.
Perkusi : adanya distensi abdomen.
Palpasi : Turgor kulit kurang elastic
Auskultasi : terdengarnya bising usus.
- Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang
- Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga
berat badan menurun.
e. Pemeriksaan Penunjang
1. Diare akut
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:
- Tes darah: hitung darah lengkap; anemia atau trombositosis mengarahkan
dengan adanya penyakit kronis. Albumin yang rendah bisa menjadi
patokan untuk tingkat keparahan penyakit namun tidak spesifik.
- Kultur tinja bisa mengidentifikasi organisme penyebab. Bakteri C.
Difficile ditemukan pada 5% orang sehat; oleh karenanya diagnosis
ditegakkan berdasarkan adanya gejala disertai ditemukannya toksin, bukan
berdasarkan ditemukannya organisme saja.
- Foto polos abdomen: bisa menunjukkan gambaran kolitis akut.
2. Diare kronis
Pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan harus dipilih berdasarkan
prioritas diagnosis klinis yang paling mungkin:
- Tes darah: secara umum dilakukan hitung darah lengkap, LED,
biokimiawi darah, tes khusus dilakukan untuk mengukur albumin serum,
vitamin B12 dan folat. Fungsi tiroid. Antibodi endomisial untuk penyakit
siliaka.
- Mikroskopik dan kultur tinja (x3): hasil kultur negatif belum
menyingkirkan giardiasis.
- Lemak dan tinja: cara paling sederhana adalah pewarnaan sampel tinja
dengan Sudan black kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pada
kasus yang lebih sulit, kadar lemak tinja harus diukur, walaupun untuk
pengukuran ini dibutuhkan diet yang terstandardisasi.
- Foto polos abdomen: pada foto polos abdomen bisa terlihat klasifikasi
pankras, sebainya diperiksa dengan endoscopic retrograde
cholangiopancreatography (ERCP) dan/atau CT pankreas.
- Hydrogen breath test: untuk hipolaktasia (laktosa) atau pertumbuhan
berlebihan bakteri pada usus halus (laktulosa).
- Pencitraan usus halus: bisa menunjukkan divertikulum jejuni, penyakit
Crohn atau bahkan struktur usus halus.
- Berat tinja 24 jam (diulang saat puasa): walaupun sering ditulis di
urutan terakhir daftar pemeriksaan penunjang pemeriksaan ini tetap
merupakan cara paling tepat untuk membedakan diare osmotik dan diare
sekretorik.
- Hormon usus puasa: jika ada dugaan tumor yang mensekresi
hormonharus dilakukan pengukuran kadar hormon puasa.
ANALISA DATA
Hypovolemia Management
1. Monitor status cairan termasuk intake
dan output cairan
2. Monitor tingkat HB dan hematokrit
3. Monitor respon pasien terhadap
penambahan cairan
4. Monitor berat badan
2. Gangguan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan keperawatan Nutrition management
kebutuhan tubuh berhubungan selama 3 x 24 jam, diharapkan kebutuhan 1. Kaji adanya alergi makanan
dengan intake makanan yang tidak nutrisi pasien dapat teratasi dengan kriteria 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
adekuat hasil: menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi
3. Anjurukan pasien untuk meningkatkan
badan
intake IV
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
- Menunjukan peningkatan fungsi
protein dan vitamin C
pengecapan dari menelan
5. Berikan substansi gula
- Tidak terjadi penurunan berat badan yang
6. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
berarti
kalori
7. Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan berat
badan
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau orang tua
selama makan
5. Monitor lingkungan selama makan
6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
7. Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan, rambut kusam,
dan mudah patah
10. Monitor kadar albumin, total protein,
HB, dan kadar HT
11. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
12. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
3. Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pressure Management:
berhubungan dengan kelembapan ( selama 3 x 24 jam, diharapkan kerusakan 1. Anjurkan pasien untuk menggunakan
integritas kulit pasien dapat teratasi dengan pakaian yang longgar
kriteria hasil: 2. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
dan kering
- Integritas kulit yang baik bisa
3. Mobilisasi pasien ( ubah posisi pasien)
dipertahankan (sensasi, elastisitas,
setiap 2 jam sekali
temperatur, hidrasi, pigmentasi)
4. Oleskan lotion atau minyak/baby oil
- Tidak ada luka atau lesi pada kulit
pada daerah tertekan
- Perfusi jaringan baik
5. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
- Menunjukkan pemahaman dalam proses
6. Memandikan pasien dengan sabun dan
perbaikan kulit dan mencegah terjadinya
air hangat
cidere berulang
- Mampu melindungi kulit dan
mempertahankan kelembaban kulit dan
perawatan alami
(NIC&NOC, 2008)
Daftar Pustaka
Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal – Bedah : Buku Saku untuk Brunner dan
Suddarth. Jakarta : EGC.
Behrman, Richard E, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan dan Anak Nelson, Volume 2. Edisi 15.
Alih Bahasa A. Samik Wahab. Jakarta : EGC.
Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik; Alih Bahasa, Aifrina
Hany. Jakarta: EGC.
Nethina, Sandra, M. 2001. Pedoman Praktek Keperawatan. Alih Bahasa oleh Setiawan,
dkk. Jakarta : EGC.
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperwatan
Berdasarkan Diagnose Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction
Markum, A.H 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan. Jilid I. FKMI: Jakarta
Suriadi, S.Kp, dkk. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi I. CV. Sagung
Seto: Jakarta
http://budiartiiwulan.blogspot.co.id/2016/09/laporan-pendahuluan-diare-pada-anak.html di
akses pada tanggal 21 desember 2017